Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Keragaan Tanaman Bawang Merah Allium Ascalonicum L

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

KERAGAAN TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.

) PADA
BERBAGAI DOSIS PUPUK KCL DI LAHAN RAWA LEBAK

Muhammad Yasin, Lelya Pramudyani, Aidi Noor, dan Retna Qomariah

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan


Jl Panglima Batur Barat No 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan
Email: lelyahya@yahoo.co.id

ABSTRACT

Performances of Shallot Plant (Allium Ascalonicum L.) In Various Dosage of KCl Fertilizer In Swampy
Land. Swampy land utilization for vegetable crops is a strategic choice for developing agriculture because swampy land
has great potential and prospect as a national food source to offset the shrinking of productive land on the island of Java
which is converted to the development of non-agricultural sectors. However, the utilization of swampy land requires
proper cultivation techniques such as site-specific fertilization including the application of potassium that is an essential
nutrient for shallots. Adequate application of potassium fertilizer in plants known can improve crop resistance to pests,
increase yields (seeds or tubers), and also improve tuber quality. The aims of this study was to get the dose of KCL
fertilizer which provided the highest weight of shallot tubers. The study was conducted in June 2016 - November 2016
in Hulu Sungai Tengah District, South Kalimantan with the type of swampy land, using the Biru Lancor variety and
Randomized Block Design with 8 replications. Parameters observed were the percentage of grew plants, wet weight per
tuber, number of tubers, diameter of tubers and production. The results showed the use of KCL fertilizer at a dose of
300 kg ha-1 produced the highest yields and dry weight of shallots.
Keywords: shallot, productivity, tuber weight, swampy land

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan rawa lebak untuk tanaman sayuran merupakan pilihan yang strategis karena lahan rawa
lebak mempunyai potensi dan prospek besar sebagai sumber pangan nasional untuk mengimbangi penciutan lahan
produktif di pulau Jawa yang dialihfungsikan untuk pembangunan sektor non pertanian. Namun pemanfaatan lahan
rawa lebak memerlukan teknik budidaya yang tepat seperti pemupukan spesifik lokasi termasuk pemberian kalium yang
merupakan hara penting bagi bawang merah. Pemberian pupuk kalium yang cukup pada tanaman telah diketahui dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama penyakit, hasil panen (biji atau umbi), dan juga memperbaiki kualitas
umbi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk KCL yang memberikan bobot umbi bawang merah
paling tinggi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 – Nopember 2016 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kalimantan Selatan dengan tipe lahan rawa lebak, menggunakan varietas Biru Lancor dan Rancangan Acak Kelompok
dengan ulangan 8 kali. Parameter yang diamati meliputi persentase tanaman yang tumbuh, bobot basah per umbi, jumlah
umbi, diameter umbi, dan produksi. Hasil menunjukkan penggunaan pupuk KCL dengan dosis 300 kg ha-1 di
menghasilkan produksi dan bobot kering bawang merah paling tinggi.
Kata kunci: bawang merah, produktivitas, bobot umbi, rawa lebak

Keragaan Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl 275
di Lahan Rawa Lebak (Muhammad Yasin, Lelya Pramudyani, Aidi Noor, dan Retna Qomariah)
PENDAHULUAN Jawa. Lahan rawa digolongkan ke dalam lahan
basah tropik atau tropical wetlands (Lawoo,
1994). Di balik berbagai kekurangannya, seperti
Kekurangan unsur hara kalium pada kemasaman tanah tinggi, miskin hara (Widjaja-
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) Adhi et al, 1992), dan intensitas gangguan hama
dapat mengakibatkan penurunan hasil panen dan penyakit dan gulma yang tinggi (Ismail et al,
kualitas hasil umbi serta menyusutnya umbi 1994), lahan rawa memiliki keunggulan
bawang dalam proses penyimpanan. Menurut ketersediaan air. Dengan budidaya yang tepat
Faten et al. (2010) pertumbuhan tanaman seperti teknik pemupukan maka produksi sayuran
berkorelasi positif dengan peningkatan dosis lahan rawa lebak khususnya bawang merah dapat
pemupukan kalium. Kalium merupakan hara ditingkatkan. Pemupukan merupakan salah satu
esensial yang diperlukan tanaman bawang merah faktor penentu dalam upaya meningkatkan hasil
setelah unsur nitrogen dalam proses metabolisme tanaman (Putra, 2013) terutama dalam
tanaman (Uke, 2015). menyediakan hara yang dibutuhkan tanaman.
Tanaman umbi-umbian membutuhkan Penelitian ini bertujuan untuk
kalium lebih banyak dari unsur-unsur lain. Unsur mendapatkan dosis pupuk KCL yang memberikan
kalium pada tanaman bawang merah bobot umbi bawang merah yang paling tinggi.
memperlancar proses fotosintesis, memacu
pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan,
memperkuat batang, mengurangi kecepatan BAHAN DAN METODE
pembusukan hasil, dan menambah daya tahan
terhadap penyakit (Sumiati dan Gunawan, 2007). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni
Selain itu, unsur kalium pada tanaman bawang 2016 – Nopember 2016 di Desa Panggang Marak,
merah memberikan hasil umbi lebih baik, mutu Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten
dan daya simpan umbi bawang merah lebih tinggi, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi
dan umbi tetap padat meskipun sudah disimpan Kalimantan Selatan dengan tipe lahan rawa lebak.
lama (Gunadi, 2009). Pada tanaman penghasil Penelitian dirancang menggunakan Rancangan
umbi selain bawang merah seperti ubi jalar, Acak Kelompok dengan ulangan sebanyak 8 kali.
kalium berperan dalam pembentukan dan Luas total petak percobaan 3.700 m2. Luas petak
perbesaran umbi (Putra et al., 2011). percobaan: 100 m2 x 3 perlakuan x 8 ulangan =
Di sisi lain, lahan rawa lebak mempunyai 2.400 m2. ditambah parit antar bedengan maka
potensi dan prospek besar untuk dimanfaatkan total luas petak percobaan adalah (100/65) * 2.400
sebagai sumber pangan nasional (Djafar, 2013). m2 = 3.692 m2. Varietas yang digunakan adalah
Lahan rawa lebak selain berpotensi untuk Biru Lancor, dari ketua Asosiasi Penangkar Benih
budidaya tanaman pangan seperti padi juga dapat Bawang Merah Jawa Timur. Penyiapan lahan
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya sayuran meliputi pembersihan lahan dari gulma air
(Noerhasanah, 2012). Pemanfaatan lahan rawa dilanjutkan dengan peninggian lahan untuk
untuk pertanian merupakan pilihan strategis baik pembuatan bedengan lebar 1,2 meter dan panjang
mencukupi kebutuhan pangan maupun mengikuti panjang lahan. Ketinggian air 40 cm
mengimbangi penciutan lahan produktif di pulau dari permukaan tanah sehingga maksimal tinggi
Jawa yang dialihfungsikan untuk pembangunan bedengan 30 cm. Selanjutnya dilakukan pengujian
sektor non pertanian (Suriadikarta, 2012). Peran status kemasaman tanah dan diikuti pemberian
lahan rawa sebagai lumbung pangan baru makin dolomit sebanyak 2 ton ha-1. Pupuk dasar yang
strategis ketika intensitas kemarau panjang (El diberikan meliputi pupuk kotoran ayam yang telah
Nino) semakin rapat melanda sentra produksi difermentasi sebanyak 10 ton ha-1 dan pupuk TSP
pangan baik yang ada di Jawa maupun di luar 46% sebanyak 250 kg ha-1. Pemberian sekam dan

276 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 275-284
arang sekam masing-masing 10 kg ha-1 dan 5 kg tergolong masam. Kondisi lahan masam ini
ha-1. Seleksi benih dilakukan dengan membuang memerlukan dolomit sebanyak 2 ton ha-1 dan
benih yang busuk dan memar dilanjutkan dengan diperoleh hasil bahwa pH tanah meningkat dari
pemberian fungisida berbahan aktif mankozeb 4,37 menjadi 4,82. Pupuk kandang diberikan
dengan dosis 100 gram per 100 kg benih, sebanyak 10 ton ha-1.
dibiarkan semalam baru dilakukan penanaman.
Pemberian pupuk kandang yang
Jarak tanam yang digunakan adalah 15 cm x 15
difermentasi dan dalam cukup banyak dapat
cm. Pupuk NPK 16-16-16 diberikan pada umur 10
mengurangi susut umbi selama penyimpanan
dan 20 hari setelah tanam masing-masing 250 kg
(Budianto et al., 2009). Pemakaian pupuk kandang
ha-1. Dosis pupuk KCl = 100 kg ha-1, 200 kg ha-1,
yang tidak difermentasi dikhawatirkan
dan 300 kg ha-1 diberikan pada umur tanaman 10,
menimbulkan permasalahan gulma (Fitriana et al.,
20, dan 30 hari setelah tanam (HST).
2013). Penggunaan pupuk kandang yang sudah
Parameter-parameter yang diamati difermentasi dapat mengurangi permasalahan
meliputi persentase tanaman tumbuh (%) dihitung tersebut (Mayadewi, 2007).
dari jumlah tanaman yang tumbuh dibagi dengan
Aplikasi kompos dapat meningkatkan pH
jumlah umbi bawang merah yang ditanam dan
tanah dan mampu meningkatkan kandungan hara
dihitung per perlakuan serta dihitung pada hari ke
tersedia dalam tanah (Zarea et al., 2011). Status C-
10 setelah tanam, bobot basah per umbi (gram)
organik tinggi memang sering dijumpai pada
dihitung setelah panen dan ditimbang umbi
lahan rawa lebak. Rasio C/N rendah menunjukkan
bawang merah per umbi per perlakuan, diameter
lahan tersebut telah banyak mengalami
umbi (cm) diukur dengan menggunakan jangka
dekomposisi bahan organik.
sorong masing-masing umbi yang dipanen per
perlakuan, jumlah umbi per tanaman dihitung Teksur tanahnya adalah liat debu berpasir
pada waktu panen setelah tanaman dicabut dengan komposisi fraksi liat paling tinggi diikuti
dihitung berapa jumlah umbi yang dihasilkan dari oleh fraksi debu dan yang paling sedikit adalah
1 (satu) umbi yang ditanam, hasil umbi basah fraksi pasir. Persentase fraksi liat yang tinggi
(ton/ha) dihitung (ditimbang) pada saat panen memberikan kondisi kurang menguntungkan
umbi bawang merah yang dihasilkan, serta untuk pertumbuhan umbi bawang merah karena
pengamatan terhadap hama dan penyakit tanaman. mempunyai ruang pori sedikit sehingga
Jumlah tanaman terserang OPT (tanaman) mengakibatkan ruang gerak umbi lebih terbatas
dihitung berdasarkan jumlah tanaman terserang dan pengatusan airnya kurang. Pengatusan air
dibagi jumlah tanaman yang ada. yang kurang dapat memicu pertumbuhan jamur
tanah. Oleh sebab itu pada penelitian ini diberikan
Data yang diperoleh dianalisis secara
sekam sebanyak 10 kg/ha untuk menciptakan
statistik dengan analisis ragam dan apabila
ruang pori tanah khususnya pada daerah perakaran
terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji beda
bawang merah.
nyata terkecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Lokasi Penelitian
Hasil uji tanah dari laboratorium tanah
ditampilkan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 diketahui
bahwa kondisi tanah pada lokasi pengkajian

Keragaan Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl 277
di Lahan Rawa Lebak (Muhammad Yasin, Lelya Pramudyani, Aidi Noor, dan Retna Qomariah)
Tabel 1. Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah pengapuran pada lokasi pengkajian Desa Panggangmarak, Kecamatan
Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 2016
Uraian Sebelum Keterangan Sesudah Keterangan
pH H2O 4,37 Masam 4,82 Masam
pH KCl 3,39 Sangat masam 3,63 Sangat masam
DHL (mg/cm) 0,929 0,336
C org (%) 8,839 Sangat tinggi 9,135 Sangat tinggi
N (%) 1,051 Sangat tinggi 1,164 Sangat tinggi
C/N (%) 8,41 Rendah 7,85 Rendah
K dd (cmol(+)/kg) 0,573 Sedang 0,602 Tinggi
Na dd (cmol(+)/kg) 0,053 Sangat rendah 0,079 Sangat rendah
Ca-dd (cmol(+)/kg) 3,813 Rendah 2,280 Rendah
Mg dd (cmol(+)/kg) 1,054 Rendah 0,428 Rendah
KTK (cmol(+)/kg) 82,06 Sangat tinggi 141,94 Sangat tinggi
Al dd (cmol(+)/kg) 10,320 5,160
H dd (cmol(+)/kg) 2,993 1,135
Kejenuhan AL (%) 54,88 Tinggi 53,28 Tinggi
P Bray 1 (ppm P) 14,927 Rendah 25,822 Sedang
P Potensial (mg/100 gr) 28,122 32,034 Tinggi
K Potensial (mg/100 gr) 23,663 Sedang 25,659 Tinggi
Fe (ppm) 464,231 307,250 Sangat tinggi
SO42- 2677,885 1500,445 Sangat tinggi
FeS2 0,909 0,648
Tekstur : pasir (%) 4,26 Debu berliat 6,56 Debu berliat
debu (%) 64,13 49,88
liat (%) 31,61 43,56
pH air sungai 4,35
Sumber: Laboratorium Tanah Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, 2016

Penanaman bawang merah dilakukan mengakibatkan terjadinya keracunan besi.


pada akhir bulan Agustus yang curah hujan sangat Kondisi suhu udara rata-rata cukup merata
rendahnya sehingga perlu penyiraman (Tabel 2). sepanjang tahun 2016 dan tidak berfluktuasi. Pada
pengkajian ini yang diperlukan adalah suhu panas,
Air diperlukan tanaman bawang merah
karena suhu panas (25oC-30oC) penting untuk
dalam metabolismenya termasuk untuk transport
pembentukan umbi bawang merah. Kondisi
fotosintat (Umami et al., 2011). Penyiraman
kelembaban udara sepanjang tahun 2016 cukup
dilakukan dengan menggunakan air sungai di
bervariasi. Kelembaban terendah terjadi pada
sekitar areal penanaman bawang merah yang
bulan Agustus yaitu 82,5 dan pada akhir bulan ini
kondisi airnya masam (Tabel 1). Curah hujan yang
dilakukan penanaman bawang merah. Kondisi ini
cukup rendah selama masa tanam bawang merah
berpengaruh pada evapotranspirasi dan proses
ini cukup menguntungkan mengingat tipe
transport air dan nutrisi dari akar ke tajuk tanaman
lahannya adalah rawa lebak. Pada kondisi curah
(Struik, 2008). Kelembaban tinggi dapat memacu
hujan tinggi, dikhawatirkan akan menimbulkan
serangan patogen pada pertanaman bawang
genangan. Genangan air selama masa
merah.
pertumbuhan tanaman bawang merah selain
memicu tumbuhnya patogen, menyebabkan umbi
bawang tumbuh tidak sempurna dan busuk dapat

278 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 275-284
Tabel 2. Data iklim Desa Panggangmarak berdasarkan laporan stasiun Klimatologi Batang Alai Utara, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, 2016
Bulan Unsur iklim
Curah hujan (mm) Suhu udara rata-rata Kelembaban udara Lama penyinaran
(oC) rata-rata (%) matahari (%)
Januari 351,0 27,8 85,7 54,6
Februari 372,0 27,7 87,4 48,4
Maret 376,0 27,9 87,6 61,5
April 274,5 28,2 86,7 62,9
Mei 235,5 28,4 86,3 60,0
Juni 293,7 27,2 86,3 60,6
Juli 31,0 27,2 85,1 65,1
Agustus 120,8 27,4 82,5 73,7
September 119,1 27,2 85,1 46,2
Oktober 592,6 27,5 86,8 42,2
November 390,3 27,3 87,6 54,6
Desember 379,4 27,0 87,3 49,2
Sumber: BMKG Provinsi Kalimantan Selatan

Hasil Pengamatan terhadap beberapa parameter pertumbuhan


tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah tunas per
Persentase Tanaman yang Tumbuh
tanaman, jumlah daun per tanaman, dan bobot
Persentase tanaman tumbuh dihitung dari kering komponen tanaman, serta pada saat panen
jumlah tanaman yang tumbuh pada saat tanaman terhadap hasil umbi segar dan hasil umbi.
berumur 50 HST, dilakukan untuk mengetahui
benih yang dapat tumbuh sampai menjelang
panen. Mengingat benih yang digunakan Tabel 3. Hasil analisis ragam persentase tumbuh tanaman, tinggi
sebelumnya ditanam di lahan kering dan irigasi tanaman umur panen, dan diameter umbi
dan sejauh ini belum ada varietas bawang merah
yang diciptakan untuk rawa lebak. Dari hasil Sumber Variabel pengamatan
Keragaman % Tinggi Umur Diameter
pengamatan diketahui bahwa dari benih yang
tumbuh tanaman panen umbi
ditanam tersebut yang tumbuh sebanyak 84% dan
Dosis tn tn tn tn
tidak berbeda nyata antar perlakuan pupuk KCl pupuk KCL
(Tabel 3). Kelompok tn tn tn tn
Dari hasil pengamatan, diperoleh data Galat tn tn tn tn
bahwa tinggi tanaman bawang merah yang Keterangan: tn = tidak nyata; * = berpengaruh nyata; ** =
diamati tidak berbeda nyata antar perlakuan berpengaruh sangat nyata berdasarkan uji
(Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan DMRT
pupuk KCl yang diberikan memberikan respon
sama terhadap tinggi tanaman bawang pada
berbagai dosis pupuk KCl. Pemupukan NPK Rata-Rata Bobot Basah per Umbi (gram)
meningkatkan tinggi tanaman tetapi perbedaan Pengukuran dilakukan setelah tanaman
level pemupukan K saja tidak berpengaruh nyata dipanen dengan cara mengukur bobot umbi
pada peningkatan tinggi tanaman. Penelitian tanaman menggunakan neraca/timbangan dan
Gunadi (2009) juga memberikan hasil bahwa satuan pengukurannya adalah gram (g). Dari hasil
dosis pupuk kalium tidak berpengaruh nyata

Keragaan Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl 279
di Lahan Rawa Lebak (Muhammad Yasin, Lelya Pramudyani, Aidi Noor, dan Retna Qomariah)
Tabel 4. Hasil analisis ragam jumlah umbi, bobot per umbi, Tabel 5. Rata-rata produksi umbi basah tanaman bawang
dan produktivitas merah Desa Panggangmarak, Kecamatan
Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu
Sumber Variabel pengamatan Sungai Tengah, 2016
Keragaman Jumlah Bobot per Produktivitas
umbi umbi Dosis pupuk 300 200 100
Dosis pupuk KCL kg/ha kg/ha kg/ha
** ** *
KCL Jumlah umbi 8,83 a 7,57 b 7,56 b
Kelompok ** ** ** pertanaman
Galat ** ** * Bobot umbi 3,32 a 2,87 b 2,70 c
Keterangan: * = berpengaruh nyata; ** = berpengaruh sangat (gram)
nyata berdasarkan uji DMRT Produksi umbi 10,3 a 7,97b 6,33 b
basah (t/h)
pengukuran dan uji statistik diperoleh perbedaan Keterangan: angka yang diikuti oleh notasi huruf yang
nyata antar perlakuan (Tabel 4). sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNT pada taraf nyata 95%
Tanaman bawang merah yang diberikan
pupuk KCl 300 kg ha-1 mempunyai rata-rata bobot merah. Tanaman bawang merah yang mendapat
umbi per rumpun lebih tinggi dari tanaman perlakuan pupuk kalium 300 kg ha-1 mampu
bawang merah yang mendapat perlakuan pupuk menghasilkan rata-rata jumlah umbi paling tinggi
KCl 200 kg ha-1 dan 100 kg ha-1 (Tabel 5). secara nyata dari tanaman bawang merah yang
Aplikasi pupuk KCl dengan dosis 200 kg ha-1 mendapat perlakuan pupuk KCl 200 dan 100 kg
memberikan rata-rata bobot umbi lebih tinggi ha-1 (Tabel 5).
dibandingkan pada perlakuan pupuk KCl 100 kg
ha-1. Efek dari pemupukan kalium lebih tinggi
adalah dihasilkannya jumlah umbi lebih banyak.
Unsur K berfungsi sebagai media Kalium memiliki peran penting pada translokasi
transportasi yang membawa hara-hara dari akar dan penyimpanan asimilat, peningkatan ukuran,
termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi jumlah, dan hasil umbi per tanaman (Abdul et al.,
asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman 2010). Kebutuhan K meningkat dengan
(Silahooy, 2008) sehingga pada pemupukan meningkatnya hasil tanaman, karena fungsi K
kalium lebih tinggi (300 kg ha-1) sintesis berhubungan dengan fotosintesis (Greenwood dan
karbohidrat dan translokasi fotosintat lebih tinggi. Stone, 1998; Mozumder et al., 2007). Apabila
Selain hara kalium, bawang merah akan partisi hasil fotosintesis terhambat, maka
membentuk umbi lebih besar apabila ditanam di perkembangan umbi bawang merah dapat
daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. terganggu akibat kurangnya suplai asimilat
Rata-Rata Jumlah Umbi per Tanaman (Firmansyah et al., 2013). Tanaman bawang
merah yang diberi pupuk KCl 200 kg ha-1 dan 100
Pengamatan jumlah rumpun per tanaman kg ha-1 mempunyai rata-rata jumlah rumpun
dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak hampir sama.
tanaman bawang merah mampu menghasilkan
umbi. Dari hasil sidik ragam diperoleh data bahwa Diameter Umbi (cm)
terdapat perbedaan nyata antar perlakuan Pengukuran diameter umbi basah
pemupukan KCl (Tabel 4). Islam et al. (2007) dilakukan saat panen dan dilakukan pengukuran
berpendapat bahwa terdapat interaksi antara diameter seluruh umbi yang dihasilkan tanaman
densitas dan varietas pada parameter jumlah umbi. bawang merah per petak perlakuan. Dari hasil
Sofiari et al. (2009) menyebutkan bahwa sidik ragam diketahui bahwa tidak terdapat
lingkungan tumbuh berpengaruh sangat kuat perbedaan nyata antar perlakuan pemupukan
terhadap pembentukan jumlah umbi bawang

280 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 275-284
terhadap diameter umbi bawang merah (Tabel 3). organisme pengganggu tanaman yang ada adalah
Menurut Russo (2008) diameter umbi dipengaruhi layu fusarium (Fusarium oxyxporum) sebanyak
varietas dan tiap varietas memiliki kemampuan 10% dan serangan ulat bawang 10%. Layu
berbeda dalam kompetisi mendapatkan hara. fusarium (moler) pada pertanaman bawang pada
Dalam penenelitian ini hanya menggunakan satu pengkajian ini disebabkan oleh cendawan yang
varietas. terbawa bibit (seed born). Gejala serangan
cendawan ini tidak berbeda nyata antar perlakuan
Produksi Umbi Basah (ton/ha)
dan antar kelompok tanaman.
Pengukuran produksi umbi basah
Pengendalian infeksi patogen agar tidak
dilakukan saat panen dan dilakukan penimbangan
meluas dilakukan dengan pencabutan tanaman
seluruh umbi yang dihasilkan tanaman bawang
yang terjangkit dan dibakar atau dibuang jauh dari
merah per petak perlakuan. Dari hasil sidik ragam
lokasi pertanaman bawang merah. Selain itu juga
diketahui bahwa terdapat perbedaan nyata antar
dilakukan penyemprotan fungisida pada
perlakuan pemupukan terhadap produksi umbi
pertanaman bawang merah yang belum terinfeksi
bawang merah. Tanaman bawang merah yang
menggunakan fungisida berbahan aktif metiram
diberi pupuk kalium 300 kg ha-1 menghasilkan
dan piraklostrobin. Pengendalian serangan ulat ini
produksi umbi basah paling tinggi yaitu 10,3 ton
menggunakan insektisida berbahan aktif
ha-1 (Tabel 4). Komponen hasil produksi umbi
abamektin, imidakloprid, dan karbosulfan. Selain
bawang merah dipengaruhi varietas (Russo,
faktor lingkungan, faktor genetis tanaman juga
2008).
berpengaruh terhadap ketahanan serangan hama
Produksi umbi per hektar dipengaruhi dan penyakit. Suryaningsih (2008) mengatakan
bobot umbi per tanaman dan jumlah umbi per bahwa penggunaan varietas tahan merupakan
tanaman. Pada tanaman bawang merah yang salah satu cara pengendalian yang memiliki
mempunyai bobot umbi dan jumlah umbi lebih kelebihan dibandingkan pengendalian kimiawi.
tinggi (pemupukan KCl 300 kg ha-1) akan
Bobot Kering dan Hasil Analisis Jaringan
menghasilkan produksi umbi per hektar secara
Tanaman
nyata lebih tinggi dari tanaman bawang merah
dengan dosis KCl lebih sedikit. Tanaman bawang Efisiensi penyerapan hara oleh tanaman bawang
merah yang diberi pupuk KCl 200 dan 100 kg ha- merah ditentukan varietas dan populasi (Ruso,
1
menghasilkan produksi umbi tidak berbeda 2008). Dari hasil analisis laboratorium (Tabel 6)
secara nyata. Ketersediaan K dalam tanah jarang diketahui bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh
mencukupi untuk mendukung proses-proses pada bobot kering. Tanaman bobot kering
penting seperti transportasi gula dari daun ke tanaman lebih tinggi dari bobot kering tanaman
umbi, aktivitas enzim, sintesis protein, dan yang diberi pupuk KCl 200 kg ha-1 dan 100 kg ha
pembesaran sel yang pada akhirnya dapat bawang merah yang diberi pupuk KCl 300 kg ha-
1
menentukan hasil dan kualitas hasil (William dan mempunyai
Kahkafi, 1998).

Pengamatan Terhadap Serangan Hama dan


Penyakit Tanaman
Lahan rawa lebak mengalami genangan
air kurang lebih 3-6 bulan selama musim
penghujan. Kondisi ini cukup untuk memutus
siklus hidup hama dan penyakit tanaman. Dari
hasil pengamatan diperoleh data bahwa serangan

Keragaan Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl 281
di Lahan Rawa Lebak (Muhammad Yasin, Lelya Pramudyani, Aidi Noor, dan Retna Qomariah)
Tabel 6. Hasil analisis bobot kering tanaman bawang Kandungan unsur K pada jaringan
merah Desa Panggangmarak, Kecamatan tanaman juga menunujukkan pola serupa dengan
Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu bobot kering tanaman. Kandungan hara N dan P
Sungai Tengah, 2016 pada jaringan tidak menunjukkan pola yang sama.
Sumarni et al. (2012) dalam penelitiannya
Dosis pupuk KCL (kg/h)
menyimpulkan bahwa serapan hara K tanaman
300 200 100
bawang merah dan residu K dalam tanah
BK (g) 23,276 20,443 13,685
Corg % 54,12 53,22 51,58 dipengaruhi oleh interaksi antara varietas, status K
N (%) 1,764 1,596 2,100 tanah, dan dosis pupuk K.
P (%) 0,357 0,755 1,175 Kelayakan Ekonomi Usaha Tani
K (%) 2,850 1,890 1,674
Sumber: Laboratorium Tanah Balai Penelitian Hasil analisis biaya dan pendapatan usahatani
Pertanian Rawa bawang merah di lahan lebak disajikan pada Tabel
7. Tabel 7 menunjukkan bahwa usahatani bawang

Tabel 7. Analisis Usaha Tani Bawang Merah pada lokasi pengkajian Desa Panggangmarak, Kecamatan Labuan Amas
Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 2016
Saprodi KCL 300 kg/ha KCL 200 kg/ha KCL 100 kg/ha
Benih 66.000.000 66.000.000 66.000.000
Pupuk kandang 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Dolomit 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Sekam bakar 3.000.000 3.000.000 3.000.000
Herbisida 600.000 600.000 600.000
Pupuk: NPK Mutiara 6.360.000 6.360.000 6.360.000
TSP 2.400.000 1.600.000 800.000

Fungisida Cabrio Top 640.000 640.000 640.000


Insektisida: Balistik 480.000 480.000 480.000
Furadan 90.000 90.000 90.000

Tenaga kerja:
Penyiapan bibit, lahan, tanam 10.240.000 10.240.000 10.240.000
Pemupukan dan pemeliharaan 2.560.000 2.560.000 2.560.000
Panen dan pasca panen 3.360.000 3.360.000 3.360.000
Total biaya 107.530.000 106.570.000 105.930.000
Penerimaan:
Produksi 10.300 7.970 6.330
Harga jual benih terendah 25.000 25.000 25.000
Total penerimaan 257.500.000 199.250.000 158.250.000
Keuntungan 149.970.000 92.250.000 52.320.000
R/C 2,39 1,87 1,49

Tanaman bawang merah yang diberi merah di lahan lebak dengan pemberian pupuk
pupuk kalium 100 kg ha-1 bobot keringnya paling kalium sesuai dosis anjuran maupun pengurangan
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk KCl pupuk kalium memberikan keuntungan finansial
300 kg ha-1 menghasilkan akumulasi asimilat lebih atas biaya total berkisar antara Rp 107.530.000,00
tinggi pada umbi.

282 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 275-284
- 105.930.000,00 per ha per sekali tanam dengan seleksi klon berulang sederhana pada
nilai R/C berkisar antara 1,49 – 2,39. tanaman bawang merah kultivar ampenan.
Crop Agro, 2(10): 28 – 38.
Usaha tani bawang merah di lahan rawa lebak
dengan menggunakan pupuk kalium 300 kg/ha Djafar, Z.R. 2013. Kegiatan agronomis untuk
memberikan keuntungan 2 kali lipat (R/C = 2,39) meningkatkan potensi lahan lebak menjadi
sedangkan pada penggunaan pupuk kalium sumber pangan. J. Lahan Sub Optimal,
200kg/ha memberikan keuntungan lebih dari 1,5 2(1): 58 – 67.
kali lipat (R/C = 1,87) dan penggunaan pupuk
Faten, S.A., EL-Al, A.B.D., A.M. Shaheen., F.A.
kalium dengan dosis 100 kg/ha memberikan
Rizk, dan M.M. Hafed. 2010. Influence of
keuntungan 1,49 kali (R/C = 1,49). Hal ini
irrigation intervals and potassium
menunujukkan bahwa usaha tani di lahan rawa
fertilization on productivity and quality of
lebak menguntungkan petani dan layak untuk
onion plant. Int. J. Acad. Res., 2 (1): 110 –
diusahakan.
116.
Firmansyah, I. dan Sumarni. 2013. Pengaruh dosis
KESIMPULAN pupuk N dan varietas terhadap pH tanah,
N-total tanah, serapan N dan hasil umbi
Penggunaan pupuk KCl dengan dosis 300
bawang merah (Allium ascalonicum L.)
kg ha-1 di lahan rawa lebak menghasilkan produksi
pada tanah entisol Brebes Jawa Tengah. J.
dan bobot kering bawang merah lebih tinggi dari
Hort., 24(4): 358 – 364.
produksi bawang merah yang diberi pupuk KCl
200 kg ha-1 dan 100 kg ha-1. Perlakukan Fitriana, M., Y. Parto, Munandar, dan D. Budianta.
pemberikan pupuk KCl pada dosis 300 kg ha-1 juga 2013. Pergeseran jenis gulma akibat
memberikan keuntungan dan layak diusahakan perlakuan bahan organik pada lahan
sehingga dapat direkomendasikan kepada petani. kering bekas tanaman jagung (Zea mays
L.) J. Agron., 41(20): 118 – 125.
Greenwood, D. J. dan D.A. Stone. 1998.
UCAPAN TERIMA KASIH
Prediction and measurement of the decline
Terimakasih kepada Kepala Dinas in the critical-K, the maximum K and total
Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kepala plant cation concentration during the
Balai Penyuluhan dan Petugas Penyuluh Lapang growth of field vegetable crop. Annals
Kecamatan Labuan Amas Selatan yang telah Bot., 82: 871 – 81.
memberikan dukungan dan fasilitas dalam
Gunadi, N. 2009. Kalium sulfat dan kalium klorida
pengkajian ini.
sebagai sumber pupuk kalium pada
tanaman bawang merah. J. Hort., 19(2):
DAFTAR PUSTAKA 174 – 185.

Abdul El, AL, F.S., A.M. Shaheen., F.A. Rizk, dan Islam, M.K., M.F. Alam., A.K.M.R. Islam. 2007.
M.M. Hafed. 2010. Influence of irrigation Growth and yield response of onion
intervals and potassium fertilization on (Allium cepa L.) genotypes to different
productivity and quality of onion plant. levels of fertilizer. Bangladesh. J. Bot., 36
Int. J. Acad Res., 2 (1):110 – 116. (1): 33 – 38.
Limbongan, J. dan A. Monde. 1999. Pengaruh
penggunaan pupuk organik dan anorganik
Budianto, A., Ngawit, dan Sudika. 2009. terhadap pertumbuhan dan produksi
Keragaman genetik beberapa sifat dan

Keragaan Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk KCl 283
di Lahan Rawa Lebak (Muhammad Yasin, Lelya Pramudyani, Aidi Noor, dan Retna Qomariah)
bawang merah kultivar palu. J. Hort., 9(3): pertumbuhan, hasil umbi dan serapan hara
212 – 219. K tanaman bawang merah. J. Hort., 22(3):
233 – 241.
Mayadewi, N.N.A. 2007. Pengaruh jenis pupuk
kandang dan jarak tnam terhadap Sumiati, E. dan O.S. Gunawan. 2007. Aplikasi
pertumbuhan gulma dan hasil jagung pupuk hayati mikoriza untuk
manis. Agritrop, 26:153 – 159. meningkatkan efisiensi serapan unsur hara
NPK serta pengaruhnya terhadap hasil dan
Noerhasanah. 2012. Respon pertumbuhan dan
kualitas umbi bawang merah. J. Hort.,
hasil tanaman cabe rawit (Capsicum
17(1): 34 – 42.
frutescens L.) varietas cakra hijau
terhadap pemberian abu sekam padi pada Suryaningsih, E. 2008. Pengendalian penyakit
tanah rawa lebak. J. Agroscientiae, 19(1): sayuran yang ditanaman dengan sistem
1 – 5. budidaya pada pertanian periurban.
J.Hort., 18(2): 200 – 211.
Putra, S. dan K. Permadi. 2011. Pengaruh pupuk
kalium terhadap peningkatan hasil ubi Struik, P.C. 2008. The canon of potato science:
jalar varietas Narutokintoki di lahan minitubers. Potato Res., 50:305-308.
sawah. J. Agrin., 5(2): 133 – 142.
Uke, H.Y. Kalwia, H. Barus, dan I.S. Madauna.
Putra, A.A.G. 2013. Kajian aplikasi dosis pupuk 2015. Pengaruh ukuran umbi dan dosis
ZA dan kalium pada tanaman bawang kalium terhadap pertumbuhan dan hasil
putih (Allium sativum L.). Ganec swara, produksi bawang merah (Alium
7(2): 10 – 17. ascalonicum L.) varietas Lembah Palu. J.
Agroetekbis, 3(6): 655 – 661.
Russo, V.M. 2008. Plant density and nitrogen
fertilization rate on yield and nutrient Umami, A., S. Darmanti, dan S. Haryanti. 2011.
content of onion developed from Pertumbuhan dan produktivitas bawang
greenhouse grown transplans. Hort Sci., merah (Allium ascalonicum L. var Tiron)
43(6): 1759 – 64. dengan perlakuan Gracilaria verrucosa
sebagai penjerap air pada tanah pasir.
Silahooy, C.H. 2008. Efek pupuk KCl dan SP36
Bioma, 13(2): 60 – 66.
terhadap kalium tersedia, serapan kalium,
dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea William, L. dan U. Kahkafi. 1998. Intake and
L.) pada tanah Brunizem. Bul.Agron., translocation of pottasium and phosphate
36(2): 126 – 132. by tomatoes by late spray of KH2PO4
(MKP). Proceeding of symposium of
Sitepu, B.H., S. Ginting, dan M. Mariati. 2011.
fertilization. A technique to improve
Respon pertumbuhan dan produksi
production and decrease pollutan. NRC.
bawang merah (Allium ascalonicum L.
Cairo. Egyp.
Var. Tuktuk) asal biji terhadap pemberian
pupuk kalium dan jarak tanam. J. Zarea, M.J., N. Karimi, E.M. Goltapeh, dan A.
Agroekoteknologi, 1(3): 711 – 724. Ghalavand. 2011. Effect of cropping
system and arbuscular mycorrhizal fungi
Sofiari, E.K. dan R.S. Basuki. 2009. Evaluasi daya
on soil microbial activity and root nodule
hasil kultivar local bawang merah di
nitrogenase. Saudi Soc. Agric. Sci., 10:
Brebes. J. Hort., 19(3): 275 – 80.
109 – 120.
Sumarni, N., R. Rosliani, R.S. Basuki, dan Y.
Hilman. 2012. Pengaruh varietas, status K
tanah dan dosis pupuk kalium terhadap

284 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 22, No.3, November 2019: 275-284

You might also like