Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

367-Article Text-2428-1-10-20221221

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Bulletin of Counseling and Psychotherapy

Program Bimbingan dan Konseling bagi


Anak yang mengalami Speech Delay
Yulizar Abidarda , Akhmad Rizkhi Ridhani*
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
Banjarmasin, Indonesia
rizkhi.ridhani@gmail.com

Submitted:
2022-09-12 ABSTRACT: Children who experience speech delay or what is more
Revised: commonly called speech delay are children with special needs.
2022-10-11
Children with special needs are children who differ in several ways
Accepted:
2022-11-28 from other normal people. That difference is physically,
Copyright holder: psychologically, cognitively, or socially late in reaching the
© Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. (2022)
maximum. The problems of children with special needs can be
This article is under:
seen including hearing, visual, speech, mental and emotional
disorders. Children who experience speech and language disorders
How to cite: are at risk of experiencing learning difficulties, difficulty reading
Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. (2022). Program Bimbingan dan
Konseling bagi Anak yang mengalami Speech Delay. Bulletin and writing and will lead to less overall academic achievement,
of Counseling and Psychotherapy, 4(3).
https://doi.org/10.51214/bocp.v4i3.367 this can continue into young adulthood. The purpose of this
Published by: research is to produce a product, namely a counseling program for
Kuras Institute
children who experience speech delay. The methodology used is
Journal website:
https://journal.kurasinstitute.com/index.php/bocp research and development research and development, which is a
E-ISSN: research method used to produce certain products and test the
2656-1050
effectiveness of these products, in which in this study researchers
only reached the product development stage. As for the data
analysis technique used to analyze the problems that have been
formulated previously, an interactive analysis model was used,
which was developed by Miles and Huberman. The results of this
study are the formulation of a counseling program for children
who experience speech delay based on empirical and theoretical
studies.

KEYWORDS: Counseling Program, Speech Delay

PENDAHULUAN
Anak merupakan titipan dari yang maha kuasa yakni Allah SWT kepada ketua orang tua. Sebagai
mana orang tua yang diberi amanah tentu akan selalu memberikan yang terbaik kepada anaknya.
Baik itu pakaian, nutrisi, dan sampai kepada pendidikan. Hal ini dilakukan orang tua semata-mata
untuk kebaikan sang anak, sehingga anaknya tersebut berkembang secara optimal sesuai dengan
tahapan perkembanganya (Sari, 2020). Namun perlu kita sadari dalam proses perkembangan anak
dari tahapan ketahapan yang lebih tinggi tentunya terdapat berbagai macam masalah yang
ditemukan (Habibi, 2018). Mulai dari masalah kecil sampai masalah besar, sebagai contoh yakni
masalah lambat berbicara (speech delay).
Anak yang mengalami speech delay atau yang lebih sering disebut keterlambatan bebicara ini
merupakan anak yang berkebutuhan khusus (Sunderajan, 2019). Anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang memiliki perbedaan dalam beberapa hal dengan orang normal lainnya. Perbedaan itu yaitu

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3, (2022) / 663


Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. – Program Bimbingan Konseling…

secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial yang terlambat dalam mencapai maksimal. Permasalahan
anak berkebutuhan khusus dapat dilihat meliputi gangguan pendengaran, pengelihatan, gangguan
bicara, mental dan emosional (Riarki, 2017). Anak berkebutuhan khusus (speech delay) perlu
pendampingan secara khusus pula, sebagai mana yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an Surat An-Nur
ayat 61 yang artinya.

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi
orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah
kamu sendiri atau dirumah bapakbapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara-
saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara
bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara
ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki
kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan
bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari)
rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti
memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi
berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya (Nya) bagimu, agar kamu
memahaminya (QS. An-Nur: 61)”.

Pada Ayat Al Qur’an Surat An-Nur ayat 61 di atas jelas memberitahukan bahwasannya tidak ada
perbedaan atau tidak ada yang membedakan antara orang berkebutuhan khusus dengan orang yang
normal, mereka memiliki hak sebagai manusia untuk diperlakukan sama layaknya orang normal
lainnya termasuk anak speech delay. Anak speech delay adalah anak yang mengalami keterlambatan
dalam kemampuannya bicara, ada yang belum bisa mengeluarkan suara, kata- kata, membeo, imitasi,
dan sebagainya, di rentang usia yang seharusnya ia sudah mampu berbicara. Gangguan bicara ini
semakin hari tampak semakin meningkat pesat (Puspita, 2019). Beberpa laporan menyebutkan angka
kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5- 10% pada anak sekolah (Mardiyah, 2017).
Anak yang mengalami gangguan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar,
kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara
menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan
pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami
masalah perilaku dan penyesuaian psikososial (Sunanik, 2013). Maka anak yang sudah teramati
mengalami speech delay membutuhkan layanan khusus untuk mengoptimalkan kemampuan yang
anak tersebut miliki sesuai sejauh mana keterlambatan bicara yang anak alami. Deteksi mengenai
anak lambat berbicara atau gangguan bahasa ini akan menjadi lebih baik ketika diketahui sedini
mungkin hal itu dilakukan agar anak bisa terdeteksi sejak dini (Astriani, 2021). Sehingga jika terjadi
kelainan pada anak dan bisa diberikan penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya. Karena ketika
anak mengalami gangguan perkembangan pada tahap awal anak-anak maka masih besar
kemungkinan anak untuk bisa lebih dioptimalkan kemampuannya.
Konseling adalah proses pemberian bantuan dari seorang yang ahli kepada perorangan
individual ataupun sekelompok individu untuk melonggorkan, meringankan, bahkan mengentaskan
masalah yang individu itu hadapi, sehingga individu tersebut dapat melalui kehidupan efektif sehari-
hari (Setiawan, 2018). Menurut adam (dalam Bastomi, 2019) Konseling adalah Suatu pertalian timbal
balik antara 2 orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (conselee) supaya

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 664


Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. – Program Bimbingan Konseling…

Tabel 1 Subyek Penelitian dan Instrumen Pengumpul Data


Subyek & Jumlah Jenis Data Tujuan Instrumen
Guru Di PAUD dan SD kota Kualitatif Untuk mengetahui kondisi faktual Observasi dan Wawancara
banjarmasin penanganan anak yang
mengalami speech deley

Orang tua yang memiliki anak Kualitatif Untuk jenis speech deley yang Wawancara
speech deley dialami oleh anak

*catatan: kriteria subyek dalam penelitian ialah individu yang normal dan benar-benar memahami akan variable
yang diteliti oleh peneliti

ia dapat memahami dirinya dalam hubungan. Lebih lanjut Hikmawati (2016) konseling sebernya
merupakan salah satu teknik atau layanan di dalam bimbingan, tetapi teknik atau layanan ini sangat
istemewa karena sifatnya yang lentur atau fleksibel dan komprehensif. Berdasarkan permasalahan
yang diungkapan peneliti tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan
Pengembangan Program Konseling Bagi Anak Yang Mengalami Speech Delay.

METODE
Desain penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (research and development)
Sugiyono (2012) reseacrh and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian pengembangan
diarahkan sebagai “a process used to develop and validase aducational product” Gall (2003). Produk
yang dimaksud adalah Program Konseling Bagi Anak Yang Mengalami Speech Delay. Adapun
prosedur dalam pengembangan yaitu dengan mengadopsi sepuluh tahapan pengembangan menurut
Gall (2003) yang dimodifikasi menjadi 3 tahapan, hal ini dilakukan dengan alasan disesuikan dengan
kebutuhan penelitian, adapun 3 tahapan tersebut, sebagai berikut: (1) studi pendahuluan, (2)
perencanaan, (3) pengembangan hipotetik. Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian yang
dilakukan peneliti ialah lembaga pendidikan (PAUD dan SD) di kota Banjarmasin. Alasan peneliti
menjadikan hal tersebut menjadi obyek penelitian dengan pertimbangan: (1) efesiensi waktu (2)
kerjasama yang terjalin kebanyakan di daerah Banjarmasin. Terkait dengan instrument pengumpul
data yang digunakan peneliti, dijeaskan pada tabel 1. Adapun teknik analisa data yang digunakan
untuk menganalisa masalah yang sudah dirumuskan terdahulu digunakan model analisa interaktif,
yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dari 5 sekolah PAUD
yang ada di Banjarmasin terdapat 1 orang anak yang mengalami speech delay (keterlambatan bicara).
Klasifkasi speech delay yang dialami anak tersebut yakni Speech delay fungsional, yaitu kondisi
gangguan ini tergolong ringan serta terjadi karena kurangnya stimulus dan pola asuh yang kurang
tepat. Tindakan guru untuk mengetahui anak yang mengalami keterlambatan bicara yakni dengan
mengamati dan memperhatikan AUD dari aspek fisik, Bahasa, pertumbuhan dan perkembangan.
Selanjutnya setelah terindentifikasi anak yang mengalami keterlambatan bicara biasanya guru
berkoordinasi dengan orang tua utamanya untuk mengetahui apa saja masalah yang dialami oleh

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 665


Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. – Program Bimbingan Konseling…

Tabel 2. Tahapan Kegiatan


No Kegiatan Keterangan
Tahap Awal
1 Analisis kebutuhan Pada tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan kepada anak-anak yang
mengalami keterlambatan bicara melalui pembagian angket kepada orang tua
anak tersebut, yang dimana hal ini dilakukan untuk mengklasifikasikan posisi
keterlambatan bicara yang dialami oleh anak (speech delay fungsional atau
non fungsional)
2 Koordinasi dengan orang a. Pada tahapan ini dilakukan pendekatan terstruktur kepada orang tua
tua untuk menjelaskan masalah yang dialami oleh anak mereka terkait dengan
keterlambatan bicara.
b. Mendiskusikan peran orang tua selama berada dirumah yang dimana
dalam hal ini penekanan pada upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan
oleh orang tua.
c. Menyepakati tindakan yang akan dilakukan oleh guru terhadap anak,
untuk membantu menyelesaikan masalah keterlambatan bicara.
d. Penandatangan kontrak layanan antara guru dan orang tua anak.
Tahap Kegiatan
1 Membangun hubungan Pada tahapan ini guru sebagai orang yang membantu menangani masalah
baik (relasionship) dengan anak keterlambatan bicara di lingkungan sekolah, wajib melakukan hal-hal
anak yang mengalami berikut:
keterlambatan bicara a. Melakukan pendekatan secara berkelanjutan pada anak sehingga
terciptanya hubungan emosional yang baik antara guru dan anak.
b. Memperlakukan anak secara khusus (memperhatikan, mengarahkan,
serta memfasilitasi) yang tentunya juga memperhatikan anak-anak
lainnya.
c. Membuat anak menantikan kehadiran sang guru tanpa membuatnya
ketergantungan.
d. Selama di lingkup sekolah guru perlu intens berkomunikasi dengan anak
(verbal dan non verbal)
e. Sesering mungkin dikondisi tertentu memuji anak saat melakukan hal-hal
yang baik.
2 Membangun hubungan Pada tahapan ini guru selalu mengupayakan berkomunikasi pada orang tua
baik (relasionship) dengan mengenai pencapaian perkembangan anaknya, sehingga orang tua lebih
orang tua anak yang memahami kedudukan masalah yang dialami oleh anaknya. Kemudian dari
mengalami keterlambatan pada itu guru mengkomunikasi terkait dengan hal pokok tindakan yang
bicara dilakukan orang tua selama menangani anak di lingkungan rumah/keluarga.
3 Tindakan pengentasan Tahapan ini guru mulai melaksanakan treatment dalam rangka pengentasan
masalah anak (speech delay). Namun yang perlu diperhatikan oleh guru disini
yaitu terkait dengan hubungan guru dengan anak yang mengalami
keterlambatan bicara, guru harus benar-benar meyakini bahwa anak tersebut
sudah dapat diajak untuk menuju tahap treatment. Adapun metode yang
dapat di integrasikan pada layanan konseling individual yakni sebagai berikut:
a. Qur’anic Sound Healing yakni proses memperdengarkan suara lantunan
ayat Al-Qur’an kepada anak.
b. Story telling yakni mendongeng pada anak dengan menggunakan mainan
karakter yang disukai anak.
c. Penggunaan media teknologi informasi yang mendukung peningkatan
pembendaharaan kata.
d. fun game untuk mengasah motorik kasar anak.
Tahap Pengakhiran
1 Evaluasi terstruktur Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap perkembangan Bahasa
anak, dengan membandingkan antar penilaian awal dan penilaian akhir
2 Tindak lanjut Pada tahap ini guru melakukan koordinasi dengan orang tua, untuk melakukan
tindakan lanjutan agar peningkatan Bahasa anak lebih signifikan perkembang
sesuai dengan tahapan perkembanganya

AUD yang terlambat bicara tersebut. Strategi yang digunakan guru untuk menangani anak yang
Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 666
Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. – Program Bimbingan Konseling…

terlambat bicara tersebut dengan memberikan privat khusus serta membantu melalui isyarat gerak
tubuh, tangan dan bibir ketika berkomunikasi.
Terkait dengan pola komunikasi guru dengan orang tua yakni menyampaikan secara terbuka
kepada orang tua terkait dengan tahap perkembangan AUD yang mengalami keterlambatan bicara
(Taseman, 2020). Beracuan dengan data empris yang diperoleh peneliti terkait dengan anak yang
mengalami speech delay (keterlambatan bicara) tersebut, serta kajian teoritis yang dilaksanakan oleh
peneliti maka disusunlah program konseling bagi anak yang mengalami speech delay (keterlambatan
bicara), dapat dilihat pada tabel 2.
Seorang anak yang mengalami ataupun terganggu dalam Bahasa (speech delay) tentunya akan
menyebabkan anak kesulitan dalam penyesuaian diri, utamanya bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Menurut Hidajati (2009) terdapat 2 permasalahan bahasa yakni permasalahan bahasa
ekspresif dan permasalahan bahasa responsive. Anak yang mengalami masalah Bahasa ekspresif
tentunya memiliki kesulitan dengan Bahasa verbal utamanya nampak terlihat dari perbendaharaan
kosa kata. Kemudian anak yang memiliki permasalahan resptif yakni kesulitan anak dalam memahami
pesan atau kata-kata yang disampaikan kepada anak tersebut. Namun seperti halnya yang dikemukan
oleh Fauzia (2021) seorang anak memperoleh bahasa yaitu dengan mengembangkan potensi yang
dimilikinya melalui pengalaman dan pembelajaran di lingkungan sekitarnya dan pembelajaran bicara
ini tentunya melibatkan kemampuan bicara secara reseptif dan ekspresif.
Kemudian dari pada itu Alfin (2020) menjelaskan bahwa dari beberapa teori perkembangan
bahasa anak terbagi menjadi tujuh tahapan dan peran ayah disetiap tahapan tersebut dibagi menjadi
empat macam yaitu 1. Membangun kebersamaan dengan anak, 2. Kehadiran ayah untuk anak, 3.
Memberi nasehat dan keteladanan kepada Anak, 4. Bertanggung jawab terhadap Anak. Caranya ayah
harus melatih anak berbicara, mengajak anak bernyanyi atau mendengarkan musik, mengajak
bermain, mengajak anak berjalan-jalan ke tempat-tempat umum, membacakan cerita bergambar
atau dongeng, memperkenalkan namanama benda sekitar, dan memberikan respon dengan cepat
ketika anak berbicara. Maka oleh sebab itu pada program konseling bagi anak yang mengalami speech
delay ini peneliti melibatkan peranan orang tua dalam meningkatkan perkembangan Bahasa anak.
Hal ini agar orang tua mengetahui kedudukan permasalahan anaknya sehingga orang tua juga turut
aktif untuk mengentaskan permasalahan yang dialami oleh anaknya (Arwen, 2021).
Orang tua harus memahami dan mengerti gangguan keterlambatan bicara pada anak seperti
yang dikemukan oleh Istiqlal (2021) Keterlambatan bicara pada anak yakni: 1) pengucapan yang
kurang sempurna pada kata kata tertentu, sehingga menimbulkan penerimaan informasi yang tidak
sesuai dengan maksud yang disampaikan anak. Keterlambatan bicara pada anak yang ditunjukkan
saat penelitian yaitu artikulasi dan pengucapan kata yang tidak jelas, beberapa kata masih terlihat
cadel termasuk dalam kata sederhana pada setiap aktivitasnya baik di rumah maupun di sekolah
(Nurfadhillah, 2020). 2) kecenderungan anak hanya memberikan respon non verbal terhadap
stimulus yang diberikan dibanding dengan anak lainnya. keterlambatan bicara anak menunjukkan jika
gambaran umum anak dengan keterlambatan bicara adalah respon non verbal lebih dominan
daripada respon verbal. Lebih lanjut Yuniari (2020) ada 6 jenis keterlambatan bicara pada anak usia
dini antara lain: 1) Specific Language Impairment; 2) Speech and Language Expressive Disorder; 3)
Centrum Auditory Processing Disorder; 4) Pure Dysphatic Development; 5) Gifted Visual Spatial
Learner; 6) Disynchronous Developmental.

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 667


Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. – Program Bimbingan Konseling…

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bersama
tim, yakni tersusunnya program bimbingan dan konseling bagi anak yang mengalami keterlambatan
berbicara (speech delay) dengan kerangka utama program terdapat 3 tahapan yakni: tahap awal
(Analisis kebutuhan, Koordinasi dengan orang tua) tahap kegiatan (Membangun hubungan baik
dengan anak yang mengalami keterlambatan bicara, Membangun hubungan baik dengan orang tua
anak yang mengalami keterlambatan bicara dan Tindakan pengentasan), dan tahap akhir (Evaluasi
terstruktur dan tindak lanjut).

DAFTAR PUSTAKA
Alfin, J., & Pangastuti, R. (2020). Perkembangan bahasa pada anak speechdelay. JECED: Journal of
Early Childhood Education and Development, 2(1), 76-86.
https://doi.org/10.15642/jeced.v2i1.572
Astriani, D., Mufidah, A. C., & Farantika, D. (2021). Deteksi Dini Masalah Psikologis dan Tumbuh
Kembang Anak Usia Dini. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Nusantara (JPPNu), 3(1), 18-
24. https://doi.org/10.28926/jppnu.v3i1.40
Arwen, D. (2021). Pentingnya Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. JOEAI:
Journal of Education and Instruction, 4(2), 564-576. https://doi.org/10.31539/joeai.v4i2.3084
Bastomi, H. (2019). Konseling Cyber: Sebuah Model Konseling Pada Konteks Masyarakat Berbasis
Online. Konseling Edukasi: Journal of Guidance and Counselling, 3, 19-36. Google Scholar
Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. (2003). Educational research: An introduction. Longman
Publishing. Google Scholar
Fauzia, W., Meiliawati, F., & Ramanda, P. (2020). Mengenali dan Menangani Speech Delay pada
Anak. Jurnal al-Shifa Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 102-110.
https://doi.org/10.32678/alshifa.v1i2
Habibi, M. M. (2018). Analisis kebutuhan anak usia dini (buku ajar S1 PAUD). Deepublish. Google
Scholar
Hidajati, Z. (2009). Faktor Risiko Disfasia Perkembangan Pada Anak Risk Factor of Developmental
Dysphasia in Children (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro). Google Scholar
Hikmawati, F. (2016). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo. Google Scholar
Istiqlal, A. N. (2021). Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) pada Anak Usia 6
Tahun. Preschool: Jurnal Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 206-216.
https://doi.org/10.18860/pres.v2i2.12026
Mardiyah, I. A. (2020). Metode Applied Behavior Analysis (Aba) Dalam Meningkatkan Interaksi Sosial
Pada Anak Speech Delay Di Yayasan Pendidikan Terpadu Mata Hati Bandar Lampung (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung). Google Scholar
Nurfadhillah, S., Riswanti, C., Mufliha, D., & Solatun, S. (2022). Pendidikan Inklusi: Gangguan
Keterlambatan Bicara (Speech Delay) pada Siswa SDN Sukasari 5. TSAQOFAH, 2(6), 635-652.
Google Scholar
Puspita, A. C., Perbawani, A. A., Adriyanti, N. D., & Sumarlam, S. (2019). Analisis Bahasa Lisan Pada
Anak Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Usia 5 Tahun. Lingua, 15(2), 154-160.
https://doi.org/10.15294/lingua.v15i2.17405
Sari, P. P., Sumardi, S., & Mulyadi, S. (2020). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosional
Anak Usia Dini. Jurnal PAUD Agapedia, 4(1), 157-170. https://doi.org/10.17509/jpa.v4i1.27206
Setiawan, M. A. (2018). Pendekatan-Pendekatan Konseling (Teori Dan Aplikasi). Deepublish. Google
Scholar
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Google Scholar

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 668


Abidarda, Y., & Ridhani, A. R. – Program Bimbingan Konseling…

Sunanik, S. (2013). Pelaksanaan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak Terlambat
Bicara. Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 19-44.
https://doi.org/10.21580/nw.2013.7.1.542
Sunderajan, T., & Kanhere, S. V. (2019). Speech and language delay in children: Prevalence and risk
factors. Journal of family medicine and primary care, 8(5), 1642.
https://doi.org/10.4103%2Fjfmpc.jfmpc_162_19
Taseman, T., Safaruddin, S., Erfansyah, N. F., Purwani, W. A., & Femenia, F. F. (2020). Strategi Guru
dalam Menangani Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) yang Berpengaruh
Terhadap Interaksi Sosial Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Surabaya. JECED: Journal of Early
Childhood Education and Development, 2(1), 13-26. https://doi.org/10.15642/jeced.v2i1.519
Yuniari, N. M., & Juliari, I. G. A. I. T. (2020). Strategi Terapis Wicara yang dapat Diterapkan Oleh Orang
Tua Penderita Keterlambatan Berbicara (Speech Delay). Jurnal Imiah Pendidikan dan
Pembelajaran, 4(3), 564-570. https://doi.org/10.23887/jipp.v4i3.29190

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 669

You might also like