Penanganan Stress Mahasiswa-Chickering
Penanganan Stress Mahasiswa-Chickering
Penanganan Stress Mahasiswa-Chickering
Abstrak
Pengantar
Perkembangan identitas merupakan isu pokok dalam perkembangan diri individu yang
berada pada fase perkembangan remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa transisi dari masa
remaja ke masa dewasa, tugas perkembangan utama yang harus di hadapi individual berfokus
pada pergumulan antara identitas dan difusi peran. Menurut James Archer, Jr, penulis buku
Counseling College Students: A Practical Guide for Teachers, Parents, and Counselors,
ada beberapa area permasalahan yang pada umumnya berkaitan dengan perkembangan identitas,
yaitu Career Development – pemilihan karir yang tepat; Interpersonal Development – belajar
mengembangkan hubungan yang sehat dan timbal balik, melakukan perilaku coba-coba, perilaku
seksual, ketrampilan membina hubungan sosial, dan pengalaman kesepian. Moral Development –
eksperimentasi dan seleksi suatu set nilai2 pribadi, mengintegrasikan pengalamanan2 yang telah
dipelajari dengan sistem nilai pribadi. Kemampuan mahasiswa dalam menangani masalah-
masalah pada area ini akan menentukan keberhasilan dalam studi dan pekerjaannya kelak.
Stress adalah kondisi psikologis yang dialami individu akibat tekanan-tekanan hidup
secara internal maupun eksternal, yang menghambat pengembangan diri dan efektivitas fungsi
diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tekanan-tekanan dalam hidup mahasiswa berkisar
pada area pengembangan diri ini meliputi penyesuaian diri terhadap lingkungan perguruan tinggi,
kemampuan menghadapi perubahan-perubahan kebiasaan, pergaulan, kemandirian, persiapan
karir, hubungan interpersonal, dan pergumulan moral. Perubahan terjadi secara alamiah maupun
yang yang terjadi tiba-tiba.
DARI KE
Developing Competence
- Low level of competence (intellectual, - High level of competence in each area
physical, interpersonal)
- Lack of confidence in one’s ability - Strong sense of confidence
Managing Emotions
- Life control over disruptive emotions (fear, - Flexible control and appreciate expression
anxiety, anger leading to aggression, - Increasing awareness and acceptance of
depression, guilt and shame, dysfunctional emotions
sexual or romantic attraction) - Ability to integrate feelings with
- Little awareness of feelings responsible actions
- Inability to integrate feeling with actions
Moving Through Autonomy Toward
Interdependence - Freedom from continual and pressing
- Emotional dependence needs for reassurance
- Poor self-direction or ability to solve - Instrumental independence (inner
problems; little freedom or confidence to direction, persistence and mobility)
be mobile - Recognition and acceptance of the
- Independence importance of interdependence
Developing Mature Interpersonal
Relationship - Tolerance and appreciation of differences
- Lack of awareness of differences; - Capacity for intimacy which is enduring
intolerance of differences and nurturing
- Nonexistent, short term or unhealthy
intimate
Establishing Identity
- Discomfort with body and appearance - Comfort with body and appearance
- Discomfort with gender and sexual - Comfort with gender and sexual
orientation orientation
- Lack of clarity about heritage and - Sense of self in a social, historical and
social/cultural roots of identity cultural context
- Confusion about “who I am” and - Clarification of self-concept through roles
experimentation with roles and lifestyles and lifestyle
- Lack of clarity about others’ evaluation - Sense of self in response to feedback from
- Dissatisfaction with self valued others
- Unstable, fragmented personality - Self-acceptance and self-esteem
- Personal stability and integration
Developing Purpose
- Unclear vocational goals - Clear vocational goals
- Shallow, scattered personal interests - More sustained, focused, rewarding
- Few meaningful interpersonal activities
commitments - Strong interpersonal and family
commitments
Developing Integrity
- Dualistic thinking and rigid beliefs - Humanizing values
- Unclear or untested personal values and - Personalizing (clarifying and affirming)
beliefs values while respecting others’ beliefs
- Self-interest - Social responsibility
- Discrepancies between values and actions - Congruence and authenticity
(Sumber: Education and Identity, karangan Chickering & Reisser, 1993, p. 38-39)
Upaya menangani stress pada mahasiswa dapat dilakukan dengan menolong mahasiswa
mengembangkan kompetensi diri (Developing Competence), kemampuan menangani
emosi (Managing Emotions), sikap interdependensi (Moving Through Autonomy Toward
Interdependence), kematangan dalam menjalin hubungan interpersonal (Developing
Mature Interpersonal Relationship), kemantapan identitas diri (Establishing Identity),
tujuan hidup (Developing Purpose) dan integritas diri (Developing Integrity).
Hasil
Berikut adalah hasil asesmen pribadi yang dilakukan oleh 223 orang mahasiswa
tahun ketiga salah satu program studi bisnis dan manajemen di kota Bandung, yang
diminta untuk mengisi Student Development Self-Assessment berisikan 41 pernyataan
yang menggambarkan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap tujuh area pengembangan
dirinya. Skor 1 menggambarkan bahwa mahasiswa sangat tidak puas terhadap
pengembangan dirinya selama kuliah di program studi bisnis dan manajemen, sedangkan
skor 10 menggambarkan bahwa mahasiswa sangat puas terhadap pengembangan
dirinyaselama kuliah.
Tabel berikut menggambarkan bahwa tingkat kepuasan tergolong sangat tinggi
mahasiswa mengenai area pengembangan dirinya adalah pada hamper semua area
pengembangan. Secara kolektif, mahasiswa yang menjadi subyek penelitian ini memiliki
tingkat kepuasan di atas rata-rata terhadap seluruh area pengembangan diri yakni
kompetensi (COM), pengelolaan emosi (ME), interdependensi (IND), kematangan dalam
menjalin hubungan interpersonal (MIR), jatidiri (ID), tujuan hidup (PUR), dan integritas
(INT). Skor rata-rata yang termasuk kategori rendah yang dilaporkan oleh mahasiswa
adalah 1,8 sampai dengan 4,8 yang menggambarkan tingkat kepuasan yang sangat rendah
terhadap pengembangan diri pada area pengembangan tersebut. Dalam hal ini terdapat
mahasiswa yang melaporkan ketidakpuasan terhadap pengembangan diri dalam bidang
penentuan tujuan hidup. Ini mengindikasikan bahwa mahasiswa yang telah menjalani
kuliah selama 3 tahun ternyata belum puas dengan penentuan tujuan hidup nya. Demikian
pula dalam pengembangan kompetensi diri, pengelolaan emosi, integritas diri,
interdependensi, dan peneguhan jatidiri. Skor 5,1 dapat dikatakan penilaian diri yang
tergolong rata-rata, yang mengindikasikan tingkat kepuasan yang cukup. JIka
dibandingkan dengan rata-rata skor kepuasan terhadap area pengembangan diri yang
berkaitan dengan kematangan relasi interpersonal, maka kebanyakan mahasiswa
melaporkan bahwa mereka cukup puas atau sangat puas terhadap dalam pengembangan
relasi interpersonal ini.
Berdasarkan hasil self assessment dan juga sharing dalam konseling kelompok
area permasalahan yang mayoritas dialami mahasiswa adalah pada kemampuan
pengelolaan emosi (ME) dan juga penentuan tujuan hidup (PUR). Permasalahan pada
area pengelolaan emosi lebih kepada ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan
tanpa menyakiti orang lain, misalnya dalam mengungkapkan pendapat serta ada yang
sering memendam. Ketika sedang merasa sedih atau ada masalah, hal itu berpengaruh
pada skripsi, sehingga mahasiswa merasa malas dan memilih prokrastinasi. Pada area
developing purpose atau menentukan tujuan hidup, sebagian besar mahasiswa sudah
memiliki tujuan karir, hanya saja mereka masih belum bisa menentukan secara spesifik
dalam bidang apa. Meskipun juga terdapat beberapa mahasiswa yang sudah menentukan
akan bekerja dimana, seperti bekerja di perusahaan nasional ataupun multinasional dan
juga perusahaan-perusahaan milik negara. Beberapa mahasiswa sudah mulai memiliki
gambaran mengenai langkah-langkah yang akan di lakukan untuk mencapai karirnya
tersebut.
Saran untuk tindak lanjut pengembangan pada area pengelolaan emosi bisa
dikembangkan melalui pelatihan Emotional Regulation, Management Stress, Anger
Management dan juga Conflict Management. Pengembangan pada area developing
purpose bisa di kembangkan melalui membuat dan berkomitmen dengan life planning
yang telah disusun, job hunting, resume writing dan career decision making.
Saran lain yang patut dipertimbangkan oleh pengelola program studi adalah untuk
mempertimbangkan penelusuran area pengembangan diri mahasiswa ketika baru menjadi
mahasiswa semester pertama. Selanjutnya diberikan pelatihan-pelatihan dan aktivitas
kemahasiswaan yang tujuannya mengembangkan tujuh area pengembangan diri yang
perlu dikembangkan selama mahasiswa kuliah di program studi bisnis dan manajemen
yang menjadi subyek penelitian ini. Asesmen pribadi dapat dilakukan setiap akhir tahun
akademik untuk memantau peningkatan dalam pengembangan diri mahasiswa. Hasil
asesmen dapat menjadi masukan bagi program studi dalam menyesuaikan aktivitas
pembelajaran dan aktivitas ekstra-kurikuler yang menunjang pengembangan diri
mahasiswa. Dengan demikian, pengelola program studi dapat memastikan bahwa lulusan
program studi telah mengembangkan kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan tugas-
tugas perkembangan sesuai tahapan perkembangan psikososial mereka.
Referensi:
Archer Jr, J. (1991), Counseling college student: a practical guide for teachers, parents,
and counselors, New York: Continum
Chickering, A.W., & Reisser, L. (1993), Education and identity (2nd Ed), San Fransisco:
Jossey-Bass
Gladding, S.T., (2003). Group work: a counseling specialty, 4th Ed, Columbus, Ohio:
Merril Prentice Hall