Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Penanganan Stress Mahasiswa-Chickering

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 17

Penanganan Stress Pada Mahasiswa Dalam Rangka Pengembangan Diri

Robert Oloan Rajagukguk dan Candra Sinuraya


Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Abstrak

This journal article is a presentation of a theoretical framework of student development


in the university. Using the Seven Vectors of Student Development by Arthur F.
Chickering as a framework, this article describes the importance of having a theoretical
framework in helping students as they are going through transition from late adolescence
to young adulthood. The university plays a very critical role in helping the students to
grow and to establish their identities as individuals from a confusing period of
adolescence to a promising period of adulthood. Therefore, every stakeholders of higher
education should understand stress the students experience during their studies in the
university – as they are moving-in, moving-through, and moving-on. Assessment result
shows the level of satisfaction of a group of students as they are finishing study in a
business school. There are 232 students fill out a self-assessment of student development
that picture how satisfied they are in their development on seven areas of development,
namely: competence (COM), managing emotion (ME), interdependence (IND), mature
interpersonal relationship (MIR), identity (ID), purpose (PUR), and integrity (INT).
Following the self-assessment, a group counseling sharing was conducted consist of 6-7
students led by a counselor as the group facilitator. Based on the findings, some
suggestions and practical intervention will be given.

Keywords: student development, higher education, identity, vectors

Pengantar
Perkembangan identitas merupakan isu pokok dalam perkembangan diri individu yang
berada pada fase perkembangan remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa transisi dari masa
remaja ke masa dewasa, tugas perkembangan utama yang harus di hadapi individual berfokus
pada pergumulan antara identitas dan difusi peran. Menurut James Archer, Jr, penulis buku
Counseling College Students: A Practical Guide for Teachers, Parents, and Counselors,
ada beberapa area permasalahan yang pada umumnya berkaitan dengan perkembangan identitas,
yaitu Career Development – pemilihan karir yang tepat; Interpersonal Development – belajar
mengembangkan hubungan yang sehat dan timbal balik, melakukan perilaku coba-coba, perilaku
seksual, ketrampilan membina hubungan sosial, dan pengalaman kesepian. Moral Development –
eksperimentasi dan seleksi suatu set nilai2 pribadi, mengintegrasikan pengalamanan2 yang telah
dipelajari dengan sistem nilai pribadi. Kemampuan mahasiswa dalam menangani masalah-
masalah pada area ini akan menentukan keberhasilan dalam studi dan pekerjaannya kelak.
Stress adalah kondisi psikologis yang dialami individu akibat tekanan-tekanan hidup
secara internal maupun eksternal, yang menghambat pengembangan diri dan efektivitas fungsi
diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tekanan-tekanan dalam hidup mahasiswa berkisar
pada area pengembangan diri ini meliputi penyesuaian diri terhadap lingkungan perguruan tinggi,
kemampuan menghadapi perubahan-perubahan kebiasaan, pergaulan, kemandirian, persiapan
karir, hubungan interpersonal, dan pergumulan moral. Perubahan terjadi secara alamiah maupun
yang yang terjadi tiba-tiba.

Teori Perkembangan Identitas dari Chickering


Perkembangan psikososial mahasiswa berfokus pada perkembangan identitas yang
didahului oleh perkembangan beberapa aspek seperti kompetensi, pengelolaan emosi,
interdependensi, dan kematangan hubungan interpersonal. Selanjutnya apabila perkembangan
identitas telah tercapai, diharapkan mahasiswa mengembangkan tujuan hidup yang jelas dan
integritas diri yang mantap serta konsistensi dengan identitas diri. Skema di bawah ini
menggambarkan secara jelas bagaimana aspek-aspek tersebut dikembangkan selama mahasiswa
studi di perguruan tinggi. Selain menggambarkan sentral pengembangan diri yang mengarah
kepada peneguhan jatidiri (establishing identity), kerangka ini juga mengambarkan area-area
pengembangan yang membentuk jatidiri, serta area-area pengembangan diri yang selajutnya
dikembangkan setelah terbentuknya jatidiri. Dalam rangka pembentukan jatidiri tersebut,
permasalahan psikologis yang dihadapi mahasiswa dapat dipahami melakui kerangka konseptual
ini.

Gambar 1: Kerangka Pengembangan Diri Mahasiswa di Perguruan Tinggi

Ketika pertama kali diterima di perguruan tinggi, mahasiswa harus menghadapi


beberapa perubahan, baik dalam status maupun peran. Saat ini dia bukan lagi seorang
murid sekolah menengah yang harus menggunakan seragam dan harus datang ke sekolah
setiap hari dari pagi sampai sore. Sebagai mahasiswa, dia juga tidak diharapkan
menentukan dan mengatur sendiri jadwal kegiatan akademik dan non-ekademik.
Mahasiswa mulai melakukan peran sebagai orang dewasa dan belajar untuk mandiri tanpa
banyak tergantung pada orang tua. Sejalan dengan itu, dia juga harus belajar beberapa
ketrampilan baru sehingga dia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan peran
sosial yang baru.
Memasuki tahun kedua dan ketiga studi di perguruan tinggi, mahasiswa biasanya
sudah lebih terbiasa dengan lingkungan, struktur, kebiasaan, dan aktivitas perguruan
tinggi. Meskipun mahasiswa tidak selalu berhasil melalui masa penyesuaian diri,
kebanyakan sudah menguasai ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk dapat
berhasil dalam menjalani kehidupan sebagai anggota komunitas perguruan tinggi.
Kemampuan dalam menghadapi masalah-masalah studi, emosi, pergaulan, dan
kemandirian semakin berkembang.
Pada akhirnya diharapkan seorang mahasiswa telah memiliki kemantapan diri
sebelum memasuki tahun terakhir studi di perguruan tinggi. Kemantapan diri ini menjadi
modal dan dasar yang kuat baginya untuk mempersiapkan diri kepada tahapan berikut
dari kehidupan sebagai orang dewasa, yaitu mempersiapkan karir dan/atau rumah tangga.
Namun demikian, adalah sangat penting bagi seorang mahasiswa memiliki kejelasan
tujuan hidup serta keselarasan antara system nilai diri dan perilaku. Pada saat studi di
perguruan tinggi, mahasiswa mengalami banyak perubahan akibat proses pengembangan
diri dan krisis yang dialami. Krisis, tekanan, dan pergumulan yang dialami mahasiswa
dapat terjadi pada area-area pengembangan diri di bawah ini. Berikut adalah gambaran
perubahan yang harus dilalui oleh mahasiswa selama kuliah di perguruan tinggi.

Tabel 1: Arah Pengembangan Diri dan Potensial Stressor pada Mahasiswa

DARI KE
Developing Competence
- Low level of competence (intellectual, - High level of competence in each area
physical, interpersonal)
- Lack of confidence in one’s ability - Strong sense of confidence
Managing Emotions
- Life control over disruptive emotions (fear, - Flexible control and appreciate expression
anxiety, anger leading to aggression, - Increasing awareness and acceptance of
depression, guilt and shame, dysfunctional emotions
sexual or romantic attraction) - Ability to integrate feelings with
- Little awareness of feelings responsible actions
- Inability to integrate feeling with actions
Moving Through Autonomy Toward
Interdependence - Freedom from continual and pressing
- Emotional dependence needs for reassurance
- Poor self-direction or ability to solve - Instrumental independence (inner
problems; little freedom or confidence to direction, persistence and mobility)
be mobile - Recognition and acceptance of the
- Independence importance of interdependence
Developing Mature Interpersonal
Relationship - Tolerance and appreciation of differences
- Lack of awareness of differences; - Capacity for intimacy which is enduring
intolerance of differences and nurturing
- Nonexistent, short term or unhealthy
intimate
Establishing Identity
- Discomfort with body and appearance - Comfort with body and appearance
- Discomfort with gender and sexual - Comfort with gender and sexual
orientation orientation
- Lack of clarity about heritage and - Sense of self in a social, historical and
social/cultural roots of identity cultural context
- Confusion about “who I am” and - Clarification of self-concept through roles
experimentation with roles and lifestyles and lifestyle
- Lack of clarity about others’ evaluation - Sense of self in response to feedback from
- Dissatisfaction with self valued others
- Unstable, fragmented personality - Self-acceptance and self-esteem
- Personal stability and integration
Developing Purpose
- Unclear vocational goals - Clear vocational goals
- Shallow, scattered personal interests - More sustained, focused, rewarding
- Few meaningful interpersonal activities
commitments - Strong interpersonal and family
commitments
Developing Integrity
- Dualistic thinking and rigid beliefs - Humanizing values
- Unclear or untested personal values and - Personalizing (clarifying and affirming)
beliefs values while respecting others’ beliefs
- Self-interest - Social responsibility
- Discrepancies between values and actions - Congruence and authenticity

(Sumber: Education and Identity, karangan Chickering & Reisser, 1993, p. 38-39)

Upaya menangani stress pada mahasiswa dapat dilakukan dengan menolong mahasiswa
mengembangkan kompetensi diri (Developing Competence), kemampuan menangani
emosi (Managing Emotions), sikap interdependensi (Moving Through Autonomy Toward
Interdependence), kematangan dalam menjalin hubungan interpersonal (Developing
Mature Interpersonal Relationship), kemantapan identitas diri (Establishing Identity),
tujuan hidup (Developing Purpose) dan integritas diri (Developing Integrity).

Hasil
Berikut adalah hasil asesmen pribadi yang dilakukan oleh 223 orang mahasiswa
tahun ketiga salah satu program studi bisnis dan manajemen di kota Bandung, yang
diminta untuk mengisi Student Development Self-Assessment berisikan 41 pernyataan
yang menggambarkan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap tujuh area pengembangan
dirinya. Skor 1 menggambarkan bahwa mahasiswa sangat tidak puas terhadap
pengembangan dirinya selama kuliah di program studi bisnis dan manajemen, sedangkan
skor 10 menggambarkan bahwa mahasiswa sangat puas terhadap pengembangan
dirinyaselama kuliah.
Tabel berikut menggambarkan bahwa tingkat kepuasan tergolong sangat tinggi
mahasiswa mengenai area pengembangan dirinya adalah pada hamper semua area
pengembangan. Secara kolektif, mahasiswa yang menjadi subyek penelitian ini memiliki
tingkat kepuasan di atas rata-rata terhadap seluruh area pengembangan diri yakni
kompetensi (COM), pengelolaan emosi (ME), interdependensi (IND), kematangan dalam
menjalin hubungan interpersonal (MIR), jatidiri (ID), tujuan hidup (PUR), dan integritas
(INT). Skor rata-rata yang termasuk kategori rendah yang dilaporkan oleh mahasiswa
adalah 1,8 sampai dengan 4,8 yang menggambarkan tingkat kepuasan yang sangat rendah
terhadap pengembangan diri pada area pengembangan tersebut. Dalam hal ini terdapat
mahasiswa yang melaporkan ketidakpuasan terhadap pengembangan diri dalam bidang
penentuan tujuan hidup. Ini mengindikasikan bahwa mahasiswa yang telah menjalani
kuliah selama 3 tahun ternyata belum puas dengan penentuan tujuan hidup nya. Demikian
pula dalam pengembangan kompetensi diri, pengelolaan emosi, integritas diri,
interdependensi, dan peneguhan jatidiri. Skor 5,1 dapat dikatakan penilaian diri yang
tergolong rata-rata, yang mengindikasikan tingkat kepuasan yang cukup. JIka
dibandingkan dengan rata-rata skor kepuasan terhadap area pengembangan diri yang
berkaitan dengan kematangan relasi interpersonal, maka kebanyakan mahasiswa
melaporkan bahwa mereka cukup puas atau sangat puas terhadap dalam pengembangan
relasi interpersonal ini.

Tabel 2: Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Area Pengembangan Diri


Deskripsi COM ME IND MIR ID PUR INT
Skor
Maksimum 9,2 10,0 9,5 10,0 10,0 10,0 10,0
Skor
Minimum 2,2 2,3 4,2 5,1 4,8 1,8 3,7
Rata-rata
7,2 7,3 7,4 8,2 8,0 7,3 8,0

Selain mengisi asesmen pribadi, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk


membagikan penghayatan dirinya mengenai area-area pengembangan diri serta masalah-
masalah yang dihadapi sehubungan dengan pengalaman dan pengembangan diri selama
kuliah di program studi yang saat ini sedang dijalani. Kesempatan ini diberikan dalam
bentuk konseling kelompok yang dipimpin oleh seorang konselor yang berlatar belakang
psikologi. Merujuk kepada prinsip-prinsip aktivitas kelompok yang diungkapkan oleh
Gladding (2003), maka setiap kelompok dibentuk terdiri atas 6-7 mahasiswa. Hasil yang
diperoleh disajikan dalam bentuk narasi kualitatif berikut ini:

Tabel 3: Permasalahan Pengembangan Diri Mahasiswa

Kelompok Kesimpulan Sharing Kelompok


1 Permasalahan yang banyak di alami oleh mahasiswa di kelompok ini
yakni di area establishing identity meskipun pengisian kuesioner
penghayatannya sebagian besar cukup tinggi. Sebagian besar sudah
mempunyai tujuan yakni setelah lulus ingin langsung bekerja. Setelah
mendapatkan modal, sebagian mahasiswa ada yang ingin melanjutkan
S2 dan membuka bisnis sendiri.
2 Sebagian besar permasalahan yang dialami oleh mahasiswa di kelompok
ini adalah managing emotion.
Pada tujuan karir, tiga dari enam mahasiswa sudah cukup jelas terhadap
tujuannya, bahkan terdapat dua mahasiswa yang sudah memulai
bisnisnya dari saat ini. Dua mahasiswa lainnya masih merasa ragu
terkait dengan karirnya, walaupun mereka masih memiliki dua pilihan,
namun mereka mampu memberikan ranking terhadap pilihan karir mana
yang akan dijalani sesuai dengan minatnya. Terdapat seorang mahasiswa
yang bermasalah di aspek developing purpose bahkan ia masih tidak
merasa jelas mengenai pekerjaan apa yang ia minati. Selain itu, ia juga
mudah sekali terbawa oleh lingkungan sehingga tujuan karirnya
berubah-ubah.Sebagian besar dalam kelompok ini karir yang dituju
adalah membuka bisnis, satu mahasiswa ingin bekerja di
pemerintahaan/BUMN, dan seorang mahasiswa masih belum jelas.
3 Rata-rata permasalahannya adalah pada bagian managing emotion.
Untuk tujuan karir, enam dari tujuh mahasiswa sudah memiliki
pandangan yang jelas, hanya ada seorang mahasiswa yang terkendala
pada developing purpose. Sebagian besar mahasiswa ingin bekerja
terlebih dahulu setelah itu buka usaha sendiri, tetapi mereka masih
belum bisa menggambarkan secara rinci tahapan apa saja yang perlu
mereka persiapkan untuk mencapai tujuannya.
4 Sebagian besar mahasiswa di kelompok ini berencana bekerja di
perusahaan terlebih dahulu dan ada beberapa mahasiswa yang berencana
untuk membuka bisnis.
5 Setiap mahasiswa di dalam kelompok ini memiliki kelemahan pada
aspek yang berbeda-beda, jadi dalam satu kelompok ini tidak ada aspek
yang sama untuk setiap kelemahannya. Untuk kelebihan, rata-rata di
development mature interpersonal relationship, meskipun ada yang
nilainya tinggi tetapi dalam kelompok tidak tampak. Para mahasiswa
cenderung perlu didorong untuk menyuarakan pendapatnya masing-
masing. Untuk tujuan karier hanya ada dua mahasiswa yang sudah
memiliki tujuan yang jelas dari enam mahasiswa. Seorang mahasiswa
masih merasa bingung memilih antara sekolah S2 atau melanjutkan
karier, sedangkan tiga orang mahasiswa belum memutuskan tujuannya.
Para mahasiswa di kelompok ini cenderung ingin menyelesaikan skripsi
terlebih dahulu baru memikirkan langkah selanjutnya
6 Secara keseluruhan, empat dari enam mahasiswa sudah cukup mampu
untuk membangun hubungan interpersonal yang matang di lingkungan
sosial, seperti mampu untuk bekerja sama dalam kelompok sekalipun
masing-masing memiliki masalah personal, cukup tanggap, akif dan
inisiatif di dalam kelompok. Terlebih mereka senang untuk membantu
orang lain yang memiliki kesulitan. Adapun area pengembangan bagi
individu dalam kelompok tersebar ke dalam beberapa area, untuk dua
mahasiswa berada pada pengelolaan emosi, dua mahasiswa berada pada
pengembangan kompetensi, sisanya terkait dengan kemandirian dan
pembentukan identitas. Selain itu, sebagian besar dari anggota kelompok
belum memiliki tujuan yang jelas dan spesifik untuk masa depannya.
Meskipun begitu, masing-masing individu dalam kelompok telah
mengetahui dan cukup mampu menghayati kelebihan dan
kekurangannya untuk dijadikan sebagai bekal awal, baik untuk
penyelesaian permasalahan yang akan dihadapi berikutnya ataupun
untuk membangun masa depannya dikemudian hari.
7 Sebagian besar area permasalahan pada kelompok ini adalah managing
emotion. Pada penetapan rencana masa depan, sebagian besar
mahasiswa sudah menetapkan tujuan sesuai dengan minatnya masing-
masing, yaitu untuk melanjutkan studi S2, bergabung pada perusahaan
tertentu, atau membuka usaha. Tiga diantara mereka sudah memiliki
tujuan yang spesifik dan terarah, sementara dua mahasiswa lainnya
belum menuangkannya ke dalam rencana yang spesifik dan masih
beberapa kali berpikir untuk merubah tujuannya.
8 Dalam hal developing purpose, hanya dua dari enam mahasiswa yang
memiliki gambaran setelah lulus akan melanjutkan karier di perusahaan,
sementara empat mahasiswa lainnya baru menetapkan goals jangka
pendek untuk menyelesaikan skripsi dan wisuda di bulan Oktober 2019.
Dua mahasiswa menyatakan bahwa mereka merasa bingung karena
orangtua menyerahkan pilihannya kepada mereka sendiri, sedangkan
dua mahasiswa lainnya akan mengikuti arahan yang diberikan orangtua
mereka untuk karir yang akan dipilih.
9 Permasalahan yang paling banyak muncul adalah managing emotion dan
developing purpose. Managing emotion lebih kepada bagaimana mereka
mengelola emosi ketika berelasi dengan rekan-rekannya, beberapa
mahasiswa kurang peka dan ada yang sangat sensitif. Pada developing
purpose, kebanyakan dari mereka masih mencoba menganalisis apa
yang mereka sukai dan apa yang mereka minati untuk menentukan
selanjutnya apa yang akan mereka tetapkan terkait cita-cita mereka.
10 Sebagian besar kelemahan mahasiswa berada pada aspek competence,
mereka merasa tidak puas dengan cara belajar dan hasil yang didapat
kurang maksimal. Mahasiswa yang lain merasa kurang pada aspek
emotion and purpose. Rencana karir yang dimiliki mahasiswa sudah
cukup terarah karena mereka sudah mengetahui bidangnya yang akan
dituju, hanya seorang mahasiswa yang masih merasa ragu karena merasa
banyak persaingan. Sebagian besar mahasiswa juga sudah punya
rencana jangka panjang yaitu membuka usaha sendiri seperti bisnis grup
atau konsultan, namun sebelumnya mahasiswa berencana untuk mencari
pengalaman kerja terlebih dahulu di perusahaan.
11 Tiga dari enam mahasiswa masih kurang dalam area Developing
Purpose. Pada dasarnya mereka sudah memiliki gambaran mengenai
beberapa alternatif pekerjaan yang diinginkan, hanya saja para
mahasiswa masih merasa bingung dalam menentukan pekerjaan apa
yang nantinya cocok untuk mereka. Sedangkan dua mahasiswa lainnya,
masih kurang dalam area Managing Emotion. Mereka kurang mampu
mengontrol emosi yang dirasakan, kurang mampu mengungkapkan
perasaan tanpa menyakiti orang lain, dan kurang mampu dalam
menyelesaikan konflik dengan baik. Terdapat seorang mahasiswa yang
kurang mampu dalam area Developing Competence. Ia merasa kesulitan
dalam memahami mata kuliah yang diajarkan khususnya matkul
Finance. Mahasiswa tersebut juga masih memiliki cara belajar “sistem
kebut semalam” dan hanya mempelajari materi dari power point yang
diberikan.
12 Sebagian besar area permasalahan pada kelompok ini adalah managing
emotion dan developing purpose. Managing emotion yang dimaksud
merupakan cara mahasiswa mengelola perasaannya, mahasiswa
cenderung menekan perasaan bukan mengelolanya.
Dalam penetapan rencana masa depan sebagian besar mahasiswa yaitu
empat dari tujuh mahasiswa sudah menetapkan tujuan yang disertai
dengan langkah-langkah yang jelas. Sementara tiga dari tujuh
mahasiswa masih merasa bingung dalam merencakan tujuan kedepan
setelah lulus kuliah, sehingga penyusunan rencana masih secara umum.
Mayoritas ingin bekerja di perusahaan Multi Nasional dan beberapa
mahasiswa lainnya ingin melanjutkan S2.
13 Pada kelompok ini sebagian besar mahasiswa masalahnya ada pada
aspek managing emotion.
Dalam penetapan tujuan, mahasiswa sudah memiliki gambaran
mengenai apa yang ingin dilakukan setelah kuliah, seperti melanjutkan
kuliah, bekerja, atau membuka usaha. Tujuan yang dituliskan pun sudah
lebih terperinci dan terarah.
14 Sebagian besar mahasiswa akan melanjutkan kuliah setelah lulus,
hampir semua mahasiswa di kelompok ini berencana bekerja di
perusahaan, Mahasiswa yang memiliki rencana untuk membuka bisnis
masih merasa ragu dan hal tersebut bukan termasuk dalam rencana
prioritas. Sebagian besar masalahnya ada pada aspek managing
emotions, yaitu hubungan dengan orang tua, dalam menerima diri apa
adanya, dan juga pada developing purpose.
15 Seluruh mahasiswa di kelompok ini telah mampu menjelaskan goals
yang miliki setelah lulus kuliah. Dua mahasiswa akan memulai karier di
bank, dua mahasiswa lainnya akan bekerja di ‘big 4’ konsultan
manajemen atau bisnis di indonesia, dan dua mahasiswa lainnya akan
memilih perusahaan BUMN sebagai tempat memulai karier dan setelah
dua tahun bekerja akan mencari beasiswa untuk melanjutkan studi
ekonomi di luar negeri. Area 7 vectors lainnya yang ingin
dikembangkan sebagian besar mahasiswa (yaitu 4 dari 6 mahasiswa)
adalah managing emotion khususnya dalam kemampuan menahan
amarah dan kemampuan mengungkapkan perasaan tanpa menyakiti
orang lain.
16 Pada kelompok ini rata-rata mahasiswa sudah mengetahui tujuannya
untuk bekerja dan juga mengetahui akan bekerja di bidang apa. Terdapat
beberapa mahasiswa yang merasa khawatir, meskipun sudah memiliki
tujuan yang jelas. Sebagian besar mahasiswa merasa ada penurunan di
aspek managing competence karena merasa tugasnya sedang menumpuk
sehingga motivasi belajarnya menurun dan terkadang merasa bingung
harus mengerjakan tugas apa terlebih dahuluu.
17 Sebagian besar mahasiswa di kelompok cukup baik dalam area
Developing Purpose.
Lima dari enam mahasiswa memutuskan untuk melanjutkan S2 di luar
negeri. Terkait syarat S2 yaitu memiliki pengalaman bekerja selama dua
tahun, maka dua dari lima mahasiswa tersebut masih merasa bingung
untuk menentukan pekerjaan apa yang akan dipilih. Mereka khawatir
jika pekerjaan yang dipilihnya nanti tidak sesuai atau tidak cocok
dengan mereka. Sedangkan tiga dari lima mahasiswa sudah memiliki
perencanaan mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk dapat
melanjutkan S2, termasuk dalam memilih pekerjaan yang diinginkan.
Seorang mahasiswa memilih bekerja untuk mengumpulkan modal
membangun cafe. Ia cukup memiliki rencana karir yang terarah. Saat ini
ia merasa bingung untuk menentukan apakah lebih baik bekerja di Bank
Indonesia atau Bank Central Asia, karena ia sudah diterima di kedua
perusahaan tersebut.
18 Sebagian besar area permasalahan pada kelompok ini adalah kurang
mampu dalam mengambil keputusan dan menjalin relasi sosial yaitu
beberapa dari mereka merasa kesulitan untuk memulai pertemanan.
Untuk penetapan rencana masa depan sebagian besar mahasiswa (yaitu
empat dari enam mahasiswa) sudah menetapkan tujuan yang disertai
dengan langkah-langkah yang jelas. Satu orang diantaranya sudah
diterima kerja di Perusahaan Nasional. Sementara dua dari enam
mahasiswa lainnya merasa kurang mampu dalam membuat rencana
pendek ataupun panjang secara detail, karena rencana yang mereka buat
masih secara umum.
Beberapa mahasiswa ingin bekerja di perusahaan Multi Nasional
ataupun BUMN dan beberapa lainnya ingin melanjutkan S2. Mahasiswa
lainnya masih berfokus untuk menyelesaikan skripsinya saja.
19 Sebagian besar masalah pada kelompok ini ada di aspek managing
emotion dan developing purpose. Sebagian besar mahasiswa sudah
memiliki tujuan karir yaitu ingin berwirausaha, hanya saja mereka masih
belum bisa menentukan secara spesifik dalam bidang apa. Beberapa
mahasiswa sudah mulai memiliki gambaran mengenai langkah-langkah
yang akan mereka lakukan untuk mencapai karirnya tersebut.

20 Pada kelompok ini empat dari enam mahasiswa cenderung mengalami


masalah pada moving through toward interdependencey terutama pada
poin pengalaman kerja. Mereka merasa bahwa pengalaman kerja yang
dimiliki kurang karena kesulitan mendapatkan waktu yang cocok agar
kuliah tidak tertinggal. Sedangkan, program magang yang diberikan
tidak sesuai dengan konsentrasi majoring di program studi, sehingga
mereka menganggap hal tersebut sia-sia. Untuk permasalahan tujuan,
empat mahasiswa sudah memiliki tujuan yang jelas bahkan terdapat
mahasiswa yang sudah sangat terperinci untuk menjabarkan action plan
dalam setiap tujuannya.
Dua mahasiswa lainnya merasa masih belum cukup yakin dengan
tujuannya, bahkan ada seorang mahasiswa yang belum memiliki tujuan
yang jelas karena ia merasa kurang percaya diri dengan kemampuan
yang dimilikinya dan merasa takut gagal sebelum merencanakan
langkah-langkah dalam mencapai tujuannya.
Sebagian besar mahasiswa ingin bekerja di perusahaan swasta maupun
BUMN kemudian ada beberapa mahassiwa yang akan melanjutkan
studinya setelah beberapa tahun bekerja.
21 Sebagian besar area permasalahan pada kelompok ini adalah
ketidakpuasaan terhadap kompetensi yang dimiliki yaitu cara belajar dan
juga kemampuan dalam mengelola waktu (interdependency).
Untuk penetapan rencana masa depan sebagian besar (empat dari enam
mahasiswa) sudah menetapkan tujuan yang disertai dengan langkah-
langkah yang jelas. Namun, ada seorang diantara mereka yang nampak
perlu didukung karena seringkali merasa pesimis untuk mencapai
tujuannya tersebut.
Sementara dua dari enam mahasiswa yang lainnya, merasa masih
bingung dalam merencakan tujuan kedepan setelah lulus kuliah.
22 Permasalahan yang paling banyak muncul adalah terkait dengan
developing purpose, hal ini disebabkan karena sebagian besar
mahasiswa masih belum mampu menentukan prioritas. Misalnya dalam
mengatur kegiatan akademik dengan kegiatan lainnya, namun mereka
sudah memiliki target setelah lulus dari perkuliahan. Hanya saja dalam
pencapaian masih dipengaruhi emosi. Terkadang mahasiswa merasa
semangat dalam mencapainya dan di waktu lain masih melakukan
prokrastinasi. Secara kualitas, pengerjaan tugas-tugas mahasiswa akan
berusaha maksimal dalam menyelesaikannya.
23 Hampir seluruh mahasiswa di kelompok ini kurang asertif dan kurang
antusias, sehingga di setiap sesi sharing harus ditunjuk terlebih dahulu.
Kelemahannya ada di area yang berbeda-beda yaitu competence,
emotion, interdependency, purpose. Menurut hasil skor sebagian besar
skor yang paling kecil berada di skor purpose karena mereka tidak
tertarik dengan kegiatan bakti sosial. Meskipun begitu, rencana karirnya
sudah cukup terarah dan bidang yang akan dipilih sudah jelas.
24 Secara umum skor rata-rata vector yang dimiliki di atas tujuh sehingga
mahasiswa merasa sudah puas. Akan tetapi, karena diminta untuk
membahas skor yang paling kecil, sebagian besar mahasiswa membahas
managing emotion dan developing purpose yang termasuk aspek paling
rendah dalam diri mereka. Mahasiswa sudah memiliki keinginan untuk
melanjutkan karir namun belum terlalu jelas.
25 Permasalahan di kelompok ini lebih banyak di aspek managing emotion
dan developing purpose. Mahasiswa sudah memiliki tujuan namun
belum ada yang spesifik dan belum menentukan tujuan yang pasti,
sehingga masih cenderung berubah-ubah.
26 Hampir seluruh mahasiswa belum memiliki rencana karir yang jelas.
Sebanyak lima dari tujuh mahasiswa kurang percaya diri dan memiliki
rencana yang belum pasti. Beberapa peserta berencana untuk
melanjutkan studi S2 namun bukan menjadi prioritas mereka. Hampir
seluruh peserta kurang mampu bersikap asertif dan kurang antusias
selama training. Pada umumnya mahasiswa memiliki masalah pada
kepercayaan diri, merasa cemas, kurang motivasi dan kurang mampu
developing purpose walaupun hasil self-assessment-nya baik.
27 Permasalahan paling banyak yaitu di managing emotion, sebagian besar
mahasiswa kurang mampu mengungkapkan perasaan tanpa menyakiti
orang lain atau justru memendam perasaan mereka sendiri.
Untuk masalah developing purpose, mereka sebenernya sudah tahu akan
bekerja dahulu setelah lulus dan sebagian besar ingin buka usaha.
Terdapat dua mahasiswa yang setelah bekerja 3-4 tahun akan
melanjutkan S2 sebelum akhirnya membuka usaha. Akan tetapi,
mahasiswa belum terlalu spesifik akan usaha apa kedepannya. Sebagian
besar mahasiswa memutuskan untuk bekerja pada bidang finance atau
marketing. Bidang pekerjaan ini biasanya didasarkan oleh minat mereka
saat ini.
28 Permasalahannya kebanyakan masih di managing emotion, terdapat
mahasiswa yang kurang mampu mengungkapkan perasaan tanpa
menyakiti orang lain, misalnya dalam mengungkapkan pendapat) serta
ada yang sering memendam. Ketika sedang merasa sedih atau ada
masalah, hal itu berpengaruh pada skripsi, sehingga mahasiswa merasa
malas dan memilih prokrastinasi. Sedangkan, untuk kelebihannya ada di
developing purpose, mahasiswa sudah mengetahui dan menentukan
secara jelas apa tujuan setelah lulus. Mahasiswa ingin wisuda di Bulan
Oktober 2019, setelahnya semua ingin kerja di perusahaan terlebih
dahulu, diantaranya ingin bekerja di telkomsel, danone, traveloka,
shopee (untuk posisi marketing), serta ada mahasiswa yang ingin
menjadi HR practitioner. Namun terdapat seorang mahasiswa yang
masih belum memiliki tujuan yang jelas karena merasa bingung dengan
minat yang dimiliki sehingga ia lebih fokus pada skripsinya terlebih
dahulu.
29 Secara keseluruhan mahasiswasudah bisa mengenali dan memahami diri
dengan baik. Ada salah satu mahasiswa yang kurang percaya diri jika
memberi penilaian yg terlalu tinggi terhadap dirinya.
Aspek yang kurang adalah keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial.
Meskipun demikian, lima dari enam mahasiswa sudah mampu
menetapkan tujuan setelah lulus. Salah satunya masih bingung karena
belum menemukan apa yang diinginkannya secara pasti dan memiliki
sangat banyak pertimbangan. Oleh sebab itu ia cenderung terpusat pada
banyaknya masukan atau pengalaman yg dilalui orang lain. Selama
proses konseling semua mahasiswa cenderung kooperatif dan cukup
antusias.
30 Sebagian besar area permasalahan pada kelompok ini adalah menjalin
relasi sosial yaitu beberapa dari mereka merasa kesulitan untuk memulai
pertemanan.
Untuk penetapan rencana masa depan sebagian besar (tiga darienam
mahasiswa) sudah menetapkan tujuan yang disertai dengan langkah-
langkah yang jelas. Dua mahasiswa lainnya, sudah mampu menetapkan
tujuan, namun belum mampu menjelaskan secara detail masih secara
umum. Sementara satu dari enam mahasiswa yang lain, masih bingung
dengan tujuannya dan merasa tertekan karena merasa seluruh teman-
temannya sudah memiliki tujuan sedangkan dirinya masih belum bisa
menentukan tujuannya. Mayoritas ingin bekerja membuka usaha dan
beberapa lainnya ingin melanjutkan S2.
31 Secara keseluruhan, masing-masing mahasiswa sudah memiliki rencana
dan tujuan masa depannya mengenai karir yang akan mereka jalani.
Beberapa mahasiswa ingin melakukan bisnis, bekerja atau berencana
melanjutkan S2. Beberapa mahasiswa sudah merasa yakin dengan
pilihannya, namun ada juga yang masih memikirkan beberapa alternatif
pilihan yang mungkin saja dapat mereka ambil. Sehingga diperlukan
bimbingan lebih lanjut bagi anak-anak yang masih kesulitan menemukan
tujuan yang lebih spesifik mengenai masa depannya.
32 Permasalahan paling banyak di interdependensi, sebagian besar
mahasiswa masih kurang mampu dalam mengelola waktu dan uang.
Untuk masalah developing purpose, sebenarnya mereka sudah cukup
tahu kejelasan tujuan mereka. Hanya terdapat seorang mahasiswa yang
merasa masih bingung dengan tujuannya karena tidak terbiasa untuk
secara mandiri menetapkan tujuannya. Mereka memilih bekerja mencari
pengalaman dan menyiapkan modal selama beberapa tahun kemudian
ketika telah stabil secara ekonomi akan membuka usaha. Namun ada
juga yang setelah bekerja kemudian berencana untuk melanjutkan studi
dan setelahnya membangun usaha. Bidang pekerjaan yang dituju secara
umum didasarkan oleh minat mereka saat ini.
33 Sebagian besar mahasiswa memiliki kelemahan dalam developing
competence karena mereka cenderung kurang berusaha untuk mencatat
saat di kelas dan hanya mengandalkan catatan 1 orang di angkatan
mereka. Kemudian mereka telah mengetahui tujuan setelah mereka lulus
kuliah, beberapa akan bekerja di perusahaan dan beberapa akan
melanjutkan S2 ke luar negeri. Para mahasiswa cenderung sudah mampu
merencanakan hal-hal detail untuk mencapai tujuan mereka.
34 Secara umum para mahasiswa sudah memiliki tujuan untuk masa
depannya masing-masing yang cukup jelas. Mahasiswa sudah
mengetahui apa saja target yang ingin dicapai secara jelas dan cukup
terarah.
35 Dari keseluruhan mahasiswa dalam kelompok hanya satu orang
mahasiswa yang merasa cukup mampu untuk menetapkan tujuan yang
terintegrasi dengan minat dan kompetensi yang ia miliki. Empat
mahasiswa merasa masih kurang mengembangkan kompetensinya
terutama dalam hal daya juang dan kedisplinan. Sedangkan kompetensi
yang hampir semua mahasiswa miliki adalah pengembangan identitas.
Dari hasil konseling didapatkan hasil bahwa sebenarnya hanya satu
orang mahasiswa yang cukup mampu untuk mengendalikan emosinya,
keempat mahasiswa lainnya menunjukkan tindakan yang masih banyak
dipengaruhi oleh kondisi emosinya.

36 Empat dari enam mahasiswa telah mampu menetapkan tujuan yang ia


inginkan, dengan tiga diantaranya ingin berbisnis dan satu orang
mahasiswa ingin bekerja di perusahaan besar. Dua mahasiswa yang
ingin berbisnis sudah menetapkan bisnisnya secara spesifik dan cukup
mampu menentukan langkah-langkah konkrit yang harus mereka
lakukan, sedangkan seorang mahasiswa belum dapat menyebutkan
bidang bisnisnya secara spesifik.

Diskusi dan Saran

Gejala-gejala stress pada mahasiswa dapat diketahui melalui beberapa tanda-tanda


atau perilaku yang mengganggu. Ada beberapa gejala yang pada umumnya terdapat pada
mahasiswa tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga dan tahun keempat. Pembahasan
akan dilakukan satu per satu menurut area perkembangan diri dan tahun studi di
perguruan tinggi, dimana setiap tahun studi memiliki karakteristik yang berbeda serta area
perkembangan yang berbeda pula.

Developing Competence - menjadi fokus pengembangan pada tahun pertama.


Diharapkan mahasiswa mencapai level kompetensi intelektual, fisikal, dan interpersonal
yang lebih tinggi. Dia telah mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuan-
kemampuannya. Keyakinan akan kompetensi diri yang muncul akan mendorong
kesediaan dalam mengambil resiko, daya tahan dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit,
dan meningkatnya rasa percaya akan kemampuan diri. Tanda-tanda stress pada
mahasiswa adalah ketika mereka merasa kuatir tentang kompetisi akademik dengan
mahasiswa lain, prihatin akan kemampuannya dalam mengembangkan hubungan, tidak
mau ikut dalam kegiatan olahraga karena merasa tidak cukup baik dalam olah raga.
Usulan penanganan antara lain peningkatan kompetensi intelektual (Intellectual
Competence) melalui Time management skills, study skills, test-taking skills, anxiety
reduction Untuk meningkatkan kompetensi fisikal (Physical competence) dapat dilakukan
melalui melalui physical fitness training dan berbagai metoda relaksasi dan olah raga
rutin. Peningkatan kompetensi interpersonal (Interpersonal competence) dapat dilakuan
dengan pelatihan-pelatihan communication skills, assertiveness training, menjaln
hubungan persahabatan

Managing Emotions - meningkatnya kesadaran akan perasaan dan kemampuan untuk


mengendalikan ekspresi emosi. Juga adanya peningakatan kapasitas dalam mengatasi
stress, dalam mengenali perasaan dan menyesuakannya dengan situasi, serta
berkembangnya kemampuan untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan orang
lain. Tanda-tanda masalah yang berhubungan dengan pengelolaan emosi adalah ketika
mahasiswa merasa kehilangan kendali atas dirinya secara emosional, mahasiswa
mengalami guncangan emosi sehingga meningkatkan penggunaan obat-obatan dan
minuman keras serta menyangkali adanya guncangan emosi, mahasiswa juga menjadi
sangat mudah merasa frustrasi karena berkurangnya kontak emosional/seksual pada masa
pacarana, mahasiswa menjadi sangat agresif selama perioda guncangan emosi. Usulan
penanganan yang disarankan antara lain menghadiri konseling kelompok untuk Anger
management, stress management, conflict management. Bisa juga mengikuti konseling
individual dalam mengatasi kesepian dan/atau depresi atau onseling masalah-masalah
seksual, serta mengikuti program psikoedukasi tentang alkohol and obat-obatan terlarang

Moving through autonomy toward interdependence – ketika hubungan dengan orang


tua berubah seiring dengan perubahan yang terjadi, mahasiswa bebas dari kebutuhan akan
penerimaan. Mahasiswa tidak lagi bergantung kepada orang tua, baik secara fisik maupun
secara emosional. Pada saat ini mereka harus belajarmengurus diri sendiri dan belajar
untuk mengurus keperluan orang lain. Mereka menyadari pentingnya sikap
interdependensi dan mengembangkan kemampuan untuk mendapatkan bimbingan dari
orang lain. Kemampuan pemeahan masalah meningkat. Mahasiswa dapat melakukan
tanggung jawab yang lebih besar bagi hidupnya dan mengenali keterkaitan dengan orang
lain. Intinya, terbentuknya interdependensi adalah ketika, mahasiswa mampu untuk
melakukan tanggungjawab pribadi sambil mengembangkan kemampuan untuk meminta
pertolongan dari orang lain pada saat dia membutuhkan. Tanda-tanda stress atau masalah
dalam area ini adalah ketika mahasiswa menunjukkan gejala-gejala seperti bertengkar dan
bertentangan dengan orang tua dan figur otoritas yang lain, mengalami masalah di tempat
kos atau membuat onar di ruang kelas, penurunan prestasi belajar, prokrastinasi
meningkat, atau terlalu banyak melakukan aktivitas sosial. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah

Developing mature interpersonal relationships – berkembang ketika mahasiswa mulai


dapat memperlakukan orang lain sebagai individu, dan bukan berdasarkan stereotipi
tertentu, sikap toleransi meningkat, dan dapat menerima perbedaan antara individu
dengan individu yang lain. Kapasitas untuk mengembangkan relasi yang lebih matang
dan intim meningkat. Mahasiswa dapat melakukam empati terhadap orang lain serta
menahan diri untuk tidak memberikan penilaian (judgment) terhadap pandangan orang
lain. Tanda-tanda bahwa mahasisa mengalami masalah dalam area pengembangan diri ini
adalah ketika mahasiswa secara terang-terangan menunjukkan sikap berprasangka
(prejudice) terhadap kelompok minoritas atau adanya perasaaan takut/terancam oleh
orang dari budaya lain; juga ketika mahasiswa menunjukkan sikap toleransi yang rendah
terhadap orang lain yang memiliki pandangan yang bertentangan dengan dirinya. Usulan
penanganan masalah area pengembangan ini adalah dengan melakukan upaya
peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu minoritas, pemahaman tentang
sistem nilai yang lain, pengikatan kemampuan komunikasi dengan pasangan, serta
pemahaman yang lebih baik dalam masalah-masalah hubungan dan peran seksual.

Establishing identity – terbentuk ketika mahasiswa mulai memiliki kejelasan akan


konsep diri, keyakinan, dan nilai-nilai. Dia mengembangkan rasa keselarasan dalam
kehidupan batiniah (a sense of inner consistency) dan adanya penerimaan dan rasa
nyaman akan kondisi tubuh, penampilan, gender, dan orientasi seksual. Mahasiwa mulai
mengintegrasikan segala bidang kehidupannya. Dalam hal ini rasa diri (a sense of self)
terbentuk manakala area-area pengambangan sebelumnya telah berhasil dilalui, untuk
selanjutnya menjadi kerangka bagi pengembangan dua area perkembangan berikutnya
(purpose dan integrity). Tanda-tanda masalah dalam area pengembangan ini adalah
ketika mahasiswa mempertanyakan apakah dirinya seorang homoskesual, atau mahasiswa
merasa tertekan karena tidak yakin akan dirinya. Usulan penanganan yang dapat
dilakukan adalah menganjurkan upaya eksplorasi diri, pertumbuhan pribadi, kejelasan
nilai termasuk nilai-nilai yang berhubungan dengan seksualitas, eksplorasi dan
perencanaan karir, pemilihan jurusan atau bidang keahlian, dan ketrampilan dalam
menentukan tujuan (goal setting skills).

Developing purpose – berkembang ketika mahasiswa mulai menntukan tujuan-tujuan


dan arah yang berhubungan dengan kehidupan akademik, karir, pernikahan, pekerjaan,
dan gaya hidup. Perencanaan dan prioritas hidup dirancang dengan mempertimbngkan
tiga unsur utama: minat yang sifatnya rekreasional, bidang ilmu/keahlian, dan gaya hidup.
Penekanan diberikan pada pertanyaan “Who am I going to be?” and “Where am I
going?” dan bukan lagi pada “Who am I?” and “Where am I?” Tanda-tanda bahwa
mahasiswa bermasalah dalam hal ini adalah apabila mahasiswa bingung mengenai
jurusan yang akan/sedang diambil, mengalami kesulitan dan merasa tidak pas dengan
jurusannya, mengalami kesulitan dalam mempersiapkan diri untuk mencari perkerjaan
Usulan penanganan yang dapat dilakukan adalah memberikan pelatihan dalam
perencanaan hidup (life planning), pencarian pekerjaan (job hunting), menulis curriculum
vitae (resume writing), dan pengambilan keputusan karir (career decision making); dapat
juga dilakukan konseling pribadi tentang hubungan dengan orang lain.
Developing integrity - mahasiswa mengalami peningkatan dalam komitmen terhadap
nilai-niai kemanusiaan dan kesusuaian antara nilai dan perilaku. Dia mengembangkan
rasa tanggungnjawab sosial yang lebih tinggi, mulai menetapkan seperangkat nilai yang
menuntun segala tindakannya. Dia memiliki kemampuan untuk menilai situasi dan
kompleksitasnya secara obyektif. Dia juga dapat menyeimbangkan keyakinan dan
perilaku – melakukan apa yang diyakini atau dikatakan (“walk the talk.”). Tanda-tanda
masalah dalam pengembangan integritas adalah ketika mahasiswa merasa terganggu oleh
perbedaan antara nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh
orang tua atau teman-teman sebaya, demikian juga ketika mahasiswa merasa terganggu
karena belum melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam hal kehidupan beragama
(religion) dan kerohanian (spirituality). Kondisi lain adalah ketika mahasiswa merasa
tidak yakin tentang apa yang dipercayaainya (“I just don’t know what I believe in” )
Usulan penanganan masalah pengembangan integritas adalah dengan mengikuti
mentoring (proses bimbingan kerohanian/keagamaan) yang dilakukan oleh mahasiswa
senior, konseling pribadi dan konseling spiritual (personal/spiritual counseling), sreta
melibatkan diri dalam aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan sosial/masyarakat.

Berdasarkan hasil self assessment dan juga sharing dalam konseling kelompok
area permasalahan yang mayoritas dialami mahasiswa adalah pada kemampuan
pengelolaan emosi (ME) dan juga penentuan tujuan hidup (PUR). Permasalahan pada
area pengelolaan emosi lebih kepada ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan
tanpa menyakiti orang lain, misalnya dalam mengungkapkan pendapat serta ada yang
sering memendam. Ketika sedang merasa sedih atau ada masalah, hal itu berpengaruh
pada skripsi, sehingga mahasiswa merasa malas dan memilih prokrastinasi. Pada area
developing purpose atau menentukan tujuan hidup, sebagian besar mahasiswa sudah
memiliki tujuan karir, hanya saja mereka masih belum bisa menentukan secara spesifik
dalam bidang apa. Meskipun juga terdapat beberapa mahasiswa yang sudah menentukan
akan bekerja dimana, seperti bekerja di perusahaan nasional ataupun multinasional dan
juga perusahaan-perusahaan milik negara. Beberapa mahasiswa sudah mulai memiliki
gambaran mengenai langkah-langkah yang akan di lakukan untuk mencapai karirnya
tersebut.
Saran untuk tindak lanjut pengembangan pada area pengelolaan emosi bisa
dikembangkan melalui pelatihan Emotional Regulation, Management Stress, Anger
Management dan juga Conflict Management. Pengembangan pada area developing
purpose bisa di kembangkan melalui membuat dan berkomitmen dengan life planning
yang telah disusun, job hunting, resume writing dan career decision making.
Saran lain yang patut dipertimbangkan oleh pengelola program studi adalah untuk
mempertimbangkan penelusuran area pengembangan diri mahasiswa ketika baru menjadi
mahasiswa semester pertama. Selanjutnya diberikan pelatihan-pelatihan dan aktivitas
kemahasiswaan yang tujuannya mengembangkan tujuh area pengembangan diri yang
perlu dikembangkan selama mahasiswa kuliah di program studi bisnis dan manajemen
yang menjadi subyek penelitian ini. Asesmen pribadi dapat dilakukan setiap akhir tahun
akademik untuk memantau peningkatan dalam pengembangan diri mahasiswa. Hasil
asesmen dapat menjadi masukan bagi program studi dalam menyesuaikan aktivitas
pembelajaran dan aktivitas ekstra-kurikuler yang menunjang pengembangan diri
mahasiswa. Dengan demikian, pengelola program studi dapat memastikan bahwa lulusan
program studi telah mengembangkan kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan tugas-
tugas perkembangan sesuai tahapan perkembangan psikososial mereka.

Referensi:
Archer Jr, J. (1991), Counseling college student: a practical guide for teachers, parents,
and counselors, New York: Continum
Chickering, A.W., & Reisser, L. (1993), Education and identity (2nd Ed), San Fransisco:
Jossey-Bass
Gladding, S.T., (2003). Group work: a counseling specialty, 4th Ed, Columbus, Ohio:
Merril Prentice Hall

You might also like