Jurnal Martinus Toba Darang
Jurnal Martinus Toba Darang
Jurnal Martinus Toba Darang
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Received: 16th December 2021 This study aims to determine the visual quality of the landscape and visual landscape in the Candi
Revised: 18th December 2021 Sumberawan area, Malang Regency through Scenic Beauty Estimation (SBE). The Scenic Beauty
Accepted: 20th December 2021 Estimation (SBE) method used is related to the location of the respondents, data analysis, and
Published: 30th December 2021 visual evaluation of the landscape. Based on the results of the analysis, it can be seen that the
tourist area of Sumberawan Temple is dominated by the visual quality of the landscape with
unknown criteria. Based on the perception of visitors to the tourist area of Sumberawan Temple,
Permalink/DOI the highest attraction is the attraction to the history and myths of the area, proper facilities with
10.17977/um020v13i22019p1 fairly clean quality, accessibility using private vehicles, promotion and tourist information
through friends and the beauty of the tourist area of Sumberawan Temple is very beautiful. In
addition, based on the preferences of visitors, the attraction of the Sumberawan Temple tourist
area is the Sumberawan Temple, the type of activity carried out is tracing the history of the
Copyright © 2021.
Sejarah dan Budaya temple and what needs to be improved to add to the beauty of the Sumberawan Temple is road
Email: jsb.journal@um.ac.id access and typical plants. Recommendations that can be made to improve the visual quality of the
Print ISSN: 1979-9993 landscape in the Sumberawan Temple area in the zone section. The zone recommendations in
Online ISSN: 2503-1147 question include: main entrance zone, pedestrian zone zone, core zone and design concept
recommendations.
KEYWORDS
Sumberawan Temple, landscape visual quality, Scenic Beauty Estimation (SBE)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas visual lanskap dan mengevaluasi visual
lanskap di kawasan Candi Sumberawan, Kabupaten Malang melalui metode Scenic Beauty
Estimation (SBE). Metode Scenic Beauty Estimation (SBE) yang digunakan berkaitan dengan
penentuan lokasi responden, analisis data, dan evaluasi visual lanskap. Berdasarkan hasil analisis
dapat diketahui bahwa kawasan wisata Candi Sumberawan didominasi oleh kualitas visual
lanskap dengan kriteria tidak indah. Sedangkan berdasarkan persepsi pengunjung pada kawasan
wisata Candi Sumberawan yang tertinggi adalah daya tarik terhadap sejarah dan mitos kawasan,
fasilitas yang layak dengan kualitas cukup bersih, aksebilitas menggunakan kendaraan pribadi,
promosi dan informasi wisata melalui teman, dan keindahan pada kawasan wisata Candi
Sumberawan sangat indah. Selain itu, berdasarkam preferensi pengunjung yang menjadi daya
tarik kawasan wisata Candi Sumberawan adalah Candi Sumberawan, jenis kegiatan yang
dilakukan yaitu menelusuri history Candi dan yang perlu diperbaiki untuk menambah keindahan
Candi Sumberawan adalah askes jalan serta tanaman khas. Rekomendasi yang dapat dilakukan
terhadap peningkatan kualitas visual lanskap di di kawasan Candi Sumberawan dibagi
berdasarkan perzona. Adapun rekomendasi zona yang dimaksud meliputi: zona jalan utama pintu
masuk, zona jalur pejalan, zona inti dan rekomendasi konsep desain.
KATA KUNCI
Candi Sumberawan, Kualitas Visual Lanskap, Scenic Beauty Estimation (SBE)
1
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
PENDAHULUAN
Kecamatan Singosari merupakan kecamatan yang berada dalam wilayah
Kabupaten Malang yang terdiri dari 3 kelurahan dan 14 desa salah satunya Desa
Toyomarto. Desa Toyomarto memiliki luas ± 905 Ha dan tujuh dusun salah satunya
Dusun Sumberawan. Dilain sisi Dusun Sumberawan Desa Toyomarto juga memiliki
kawasan yang dapat dijadikan objek wisata salah satunya objek wisata candi
Sumberawan.
Candi Sumberawan adalah salah satu wisata warisan budaya yang berada di
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi Sumberawan dibangun pada masa
peninggalan kerajaan Majapahit dan digunakan oleh umat Budha sampai saat ini
sebagai pusat perayaan Hari Raya Waisak di Kabupaten Malang. Candi Sumberawan
juga diketahui sebagai sebuah stupa kecil yang terletak di Dusun Sumberawan, Desa
Toyomarto yang jarak sekitar 6 km dengan ketinggian 5,23 meter dan lebar sekitar
6,23 meter, Suwardono (2003). Candi Sumberawan berasal dari kata candika graha
yang artinya tempat Dewi Chandhika, yaitu Dewi maut atau Dewi kematian Durga,
sehingga candi selalu dihubungkan dengan monument untuk menghormati atau memuji
sang raja yang telah meninggal.
Kawasan Candi Sumberawan memiliki nilai sejarah yang tinggi sehingga
ditetapkan sebagai Cagar Budaya yang perlu dilestarikan, namun di sisi lain
Sumberawan memiliki potensi sebagai objek wisata yaitu memiliki visual lanskap yang
indah, sumber daya air, deretan lahan persawahan penduduk, terdapat banyak pohon
pinus pada sekitar kawasan wisata, dan juga beberapa tanaman khas pada sekitar
Candi. Oleh karena itu, kawasan Sumberawan dijadikan objek wisata sejarah yang
diatur Undang-Undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Undang-Undang
No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan.
Namun dengan beberapa potensi tersebut ada beberapa kendala yang ditemukan
diantaranya akses jalur menuju objek wisata candi Sumberawan belum tertata dengan
baik, banyak pembangunan dilakukan terlalu berdekatan dengan tepi jalan menuju
objek wisata, ruang untuk pejalan menuju candi belum tertata dengan baik sehingga
menimbulkan lumpur ketika hujan, lahan parkir terlalu sempit, minimnya tempat
sampah dan gazebo pada lokasi, kurangnya vegetasi tanaman pada sekitar candi, dan
pola ruang belum tertata dengan baik. Permasalahan tersebut yang menimbulkan
kualitas estetika visual yang buruk dan kurang nyaman bagi para pengunjung.
Nassar (1998) mengatakan kualitas estetika pada suatu lanskap kawasan dapat
memberikan suatu kepuasan tersendiri kepada setiap individu secara tidak langsung
dapat mempengaruhi perilaku manusia. Budiyono (2014) juga mengatakan bahwa
semakin tinggi kualitas visual bentang alam dari suatu kawasan berpengaruh terhadap
nilai kualitas visual yang semakin tinggi. Selanjutnya Menurut Bell (1993) mengatakan
bahwa istilah estetika berasal bahasa Yunani yaitu ‘aesthenesthai’ yang berarti untuk
melihat dan ‘aistheta’ yang berarti hal-hal yang dirasakan dalam hal menggunakan
indera pengelihatan. Pada dasarnya estetika menggambarkan satu bentuk hubungan
dengan lingkungan kita.
2
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Scienc Beauty Estimation (SBE) yang
berkaitan dengan penentuan lokasi responden, analisis data, dan evaluasi visual
lanskap. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer adalah pengumpulan data melalui observasi berupa penentuan
vintage point, pengambilan dan seleksi foto, pengamatan langsung,
wawancara, dan penilaian evaluasi visual lanskap.
2. Data Sekunder adalah pengambilan data melalui studi pustaka, baik berupa
buku, statistik, laporan hasil penelitian, jurnal, majalah, internet dan
sebagainya yang berhubungan dengan penelitian.
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah: Persiapan,
pengumpulan data dan informasi, penilaian, pengolahan data dan penyusunan
rekomendasi.
A. Persepsi Pengunjung
1. Persepsi Pengunjung Berdasarkan Aspek Daya Tarik
Tabel 4. Persepsi Pengunjung Berdasarkan Aspek Daya Tarik
No Indikator Frekuensi Persentase (%) (n = 51)
1 Keinginan Berkunjung
a. Luas kawasan 3 5,88
b. Tema kawasan 2 3,92
c. Sejarah dan mitos kawasan 46 90,20
2 Keunikan Sumber Daya Alam
a. Candi sumber awan 32 62,75
b. Flora dan Fauna 1 1,96
c. Pemandangan alam 18 35,29
3 Sumber Daya Alam Yang Menonjol
a. Sumber air 45 88,24
b. Flora 3 5,88
c. Fauna 3 5,88
4 Kegiatan di Tempat Wisata
a. Berfoto 21 41,18
b. Camping 2 3,92
c. Bersantai-santai 28 54,90
Sumber: Data Olahan, 2022
3
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
4
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
5
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
6
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
kawasan wisata Candi Sumberawan yaitu sangat sejuk sedangkan suasana ketika
berada di dalam Candi yaitu hening.
B. Preferensi Pengunjung
Menurut Porteus (1977) dalam Dwiputra (2013) preferensi merupakan bagian
dari komponen pembuatan keputusan dari seorang individu. Hal ini preferensi sangat
penting dalam melakukan evaluasi kualitas visual pada kawasan wisata Candi
Sumberawan. Preferensi pengunjung pada kawasan wisata Candi Sumberawan dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Preferensi Pengunjung
N
Indikator Freku ensi Persentase (%) (n = 51)
o
1 Daya Tarik Pengunjung
a. Candi sumberawan 30 58,82
b. Kolam pemandian 9 17,65
c. Keindahan hutan pinus 9 17,65
d. Flora dan Fauna 3 5,88
2 Jenis Kegiatan Pengunjung
a. Menikmati keindahan kolam 14 27,45
b. Fotografi 4 7,84
c. Berkemah 3 5,88
d. Menulusuri histori candi 30 58,82
3 Harapan Pengunjung
a. Akses jalan ke candi SA 56,86
29
7
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
Preferensi Pengunjung
80.00
72.55
70.00
58.82 58.82 56.86
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Daya tarik Candi Jenis kegiatan Harapan akses jalan Tanaman khas
Sumberawan menelusuri histori Candi SA
candi
8
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
pengambilan data berdasarkan batas fisik jalan dengan jarak masing-masing titik 100
meter. Sedangkan untuk lebar kawasan dilakukan pengambilan data berdasarkan jarak
pengambilan foto dari badan jalan dengan jarak 100 meter yang dimana masih bisa
terlihat komposisi lanskapnya sehingga mempengaruhi penglihatan. Jumlah vintage
point adalah 15 dengan setiap vintage point diambil 4 gambar yang mewakili dari
karakter pada kawasan lanskap di candi sumberawan Kabupaten Malang.
Gambar 4. Peta Titik Pengambilan Foto
Titik 1 (lanskap 1-4), titik 2 (lanskap 5-8), titik 3 (lanskap 9-12), titik 4 (lanskap
13-16), titik 5 (lanskap 17-20), titik 6 (lanskap 21-24), titik 7 (lanskap 25-28), titik 8
(lanskap 29-32), titik 9 (lanskap 33-36), titik 10 (lanskap 37-40), titik 11 (lanskap 41-
44), titik 12 (lanskap 45-48), titik 13 (lanskap 49-52), titik 14 (lanskap 53-56), dan titik
15 (lanskap 57-60) dari setiap titik memiliki karakter dan visual lanskap yang berbeda-
beda disetiap titik pengambilan gambar.
9
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
L1,L2,L3,L4,L6,L7,L8,L10,L12,L15,L16,L19,
Tidak Indah (TI)
L20,L23,L24,L27,L32,L42,L43,L44,L45,L46, 31
(SBE < 62)
L46,L48,L49,L50,L52,L53,L54,L56,L60
95 93 93 93
100 89 90 86
NI LAI SB E
Series 1
76 79
80 71 74
63 66 65 66 66
55 55 56 56
60 48 48 47 51
44 44 41 43 41
36 36 39
40 31 31 33 30 32
24 24 24 22 21
11
20
7 9
0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
L
LANSKAP
10
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
Sedangkan lanskap yang memiliki nilai kualitas estetik Tidak Indah (TI) memiliki
nilai SBE < 62 termasuk lanskap yang berkualitas rendah, artinya lanskap tersebut
merupakan karakter lanskap yang dianggap tidak indah dan tidak disukai sehingga
memiliki preferensi rendah dari responden. Lanskap yang memiliki nilai kualitas
estetika rendah terdapat pada beberapa area seperti jalan masuk melewati pemukiman
warga yang diketahui banyak bangunan yang dibangun terlalu berdekatan dengan
badan jalan dengan kondisi yang terlihat kurang tertata dan jaringan utilitas kabel yang
tidak teratur. Akan tetapi lanskap yang memiliki nilai kualitas Tidak Indah dengan nilai
SBE <62 pada umumnya terdapat pada zona jalur pejalan kaki melewati persawahan
menuju Candi Sumberawan. Pada zona jalur pejalan kaki melewati persawahan
didominasi oleh pohon bambu dan semak yang bervariasi dan mencondong keluar ke
badan jalan sehingga menutup visual jalan sehingga menciptakan kesan yang tidak
indah pada lanskap. Lanskap dengan kualitas estetika terendah tedapat pada lanskap 15
dan 24 dengan nilai SBE 0.
11
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
E. Rekomendasi
Rekomendasi pada penelitian ini dibagi berdasarkan perzona pada lokasi
penelitian. Hal ini dikarenakan setiap zona memiliki kualitas estetika yang bervariasi.
Berdasarkan hasil penilaian kualitas estetika yang telah dilakukan pada lanskap
kawasan wisata Candi Sumberawan disusun dalam rekomendasi seperti kegiatan
pengelolaan dan rekomendasi konsep desain.
a. Rekomendasi Pada Zona Jalan Utama Pintu Masuk
12
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
13
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
perlu difungsikan seperti memanfaatkan pola lahan kosong tersebut dengan usaha
budidaya tanaman cabe, persawahan, jagung, sayur-sayuran, kebun campur sehingga
memberikan kesan yang menarik ketika melewati jalur pejalan ditengah-tengah sawah
dan memberikan kesan pada para pengunjung bahwa selain mengetahui adanya objek
wisata Candi Sumberawan tetapi ada juga hasil utama dari masyarakat desa
Sumberawan.
14
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
15
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
16
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil analisis kualitas visual pada kawasan wisata Candi
Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang menggunakan
analisis SBE terdapat tiga kriteria yaitu tingkat kualitas visual sangat indah dengan luas
4,9 Ha (20,5%), tingkat kualitas visual cukup indah dengan luas 5,5 Ha (23,1%), tingkat
kualitas visual lanskap tidak indah dengan luas 13,2 Ha (55,4%). Hasil analisis kualitas
visual menunjukan pada kawasan wisata Candi Sumberawan dikategorikan sebagai
kualitas estetika lanskap yang dominan dengan kriteria Tidak Indah (TI). Kualitas
estetika Tidak Indah (TI) dengan nilai SBE < 62 diantaranya lanskap L1, L2, L3, L4, L6,
L7, L8, L10, L12, L15, L16, L19, L20, L23, L24, L27, L32, L42, L43, L44, L45, L46, L46,
L48, L49, L50, L52, L53, L54, L56 dan L60. Kualitas estetika Cukup Indah (CI) dengan
nilai SBE 62-116 diantaranya lanskap L5, L9, L11, L17, L18, L21, L22, L26, L28, L31,
L34, L41, L51, L57, L58 dan L59. Sedangkan kualitas estetika Sangat Indah (SI) dengan
17
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
nilai SBE 116-170 diantaranya L13, L14, L25, L29, L30, L33, L35, L36, L37, L38, L39,
L40 dan L55 dengan lanskap 37 adalah lanskap dengan nilai SBE tertinggi 170.
2. Hasil persepsi pengunjung pada kawasan wisata Candi Sumberawan diketahui
bahwa yang paling banyak menurut hasil persepsi adalah daya tarik pada kawasan
wisata Candi Sumberawan yaitu sejarah dan mitos kawasan dengan persentase 90,20%
(46 responden). Fasilitas yang ada pada kwasan wisata Candi Sumberawan adalah layak
dengan 84,31% (43 responden). Kualitas pada kawasan wisata Candi Sumberawan
cukup bersih dengan persentase 64,71% (33 responden). Aksebilitas pada kawasan
wisata Candi Sumberawan adalah kendaraan pribadi 92,16% (47 responden). Promosi
dan informasi pada kawasan wisata Candi Sumberawan adalah teman dengan 82,35%
(42 responden). Hasil persepsi pengunjung berdasarkan keindahan pada kawasan
wisata Candi Sumberawan adalah sangat indah dengan persentase 82,35% (42
responden). Hasil preferensi diketahui pengunjung pada kawasan wisata Candi
Sumberawan yang menjadi daya tarik pengunjung pengunjung adalah Candi
Sumberawan dengan 58,82% (30 responden), jenis kegiatan yang paling disukai pada
saat berkunjung pada kawasan wisata Candi Sumberawan adalah menelusuri history
Candi dengan 56,86% (29 responden), yang perlu diperbaiki untuk menambah
keindahan Candi Sumberawan adalah askes jalan menuju Candi Sumberawan dan
tanaman yang ingin ditambahkan pada sekitar Candi Sumberawan adalah tanaman khas
dengan 72,55% (37 responden).
3. Rekomendasi zona jalan utama pintu masuk seperti penambahan dan penataan
pada area jalan utama pintu masuk dengan penataan gapura dan untuk vegetasi seperti
glodokan tiang (Polyalthia longifolia), brokoli (Euodia ridleyi) dan pucuk merah
(Syzygium paniculatum). Rekomendasi zona jalur pejalan kaki seperti penambahan
paving block, papan arah dan penambahan vegetasi seperti pohon ketapang (Terminalia
catappa). Kemudian pemanfaatan pola lahan kosong masyarakat desa Sumberawan
dengan usaha budidaya tanaman cabe, persawahan, jagung, sayur-sayuran dan buah-
buahan sehingga memberikan kesan bahwa selain mengetahui adanya objek wisata
Candi Sumberawan tetapi ada juga hasil utama dari masyarakat desa Sumberawan.
Rekomendasi zona inti seperti penambahan lahan tempat parkir yang diatur pola parkir
roda dua dan roda empat. Penambahan vegetasi pada area parkir seperti pohon
ketapang (Terminalia catappa), liliparis (Chlorophytum comsum), tanaman paku
(Tracheophta) dan lidah mertua (Sansevieria). Penambahan dan penataan paving block,
gapura, pos karcis, gazebo, bangku dan papan informasi. Kemudian penambahan dan
penataan beberapa jenis vegetasi sepanjang jalur sirkulasi seperti pucuk merah
(Syzygium paniculatum), lidah mertua (Sansevieria), bromelia dan hanjuang
(Cordyline). Kemudian penambahan dan penataan fasilitas pada area Candi seperti
lampu taman serta penambahan dan penataan vegetasi yang telah mati atau kurang
sesuai di sektiar Candi perlu diganti dengan tanaman baru yang memiliki nilai fungsi
yang berhubungan dengan religi seperti vegetasi pohon bendo, pulai (Aistonia
scholaris), beringin (Ficus benjamina), pinang merah (Cyrtosstachys lakka becc), mawar
(Rosa), pandan wangi (Pandanus amryllifolius), maja (Aegle marmelos), kamboja
(Plumeria) dan hanjuang (Cordyline). Selanjutnya penambahan vegetasi tanaman
18
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
sebagai pelengkap untuk menambahkan efek yang memberi kesan indah pada area
kawasan Sumberawan seperti pucuk merah (Syzygium paniculatum), brokoli (Euodia
ridleyi), liliparis (Chlorophytum comsum), lidah mertua (Sanseviera) serta tanaman
semak yang memberi pembatas pada area candi. Penambahan dan penataan fasilitas
seperti warung makan dan pusat souvenir dibuat menjadi satu lokasi. Sedangkan
musolah, toilet perlu ditata dan dikelola dengan baik sehinga menunjang dalam
keberlangsungan kegiatan berwisata.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, D dan Soelistyari, H.T. 2016. Evaluasi Kualitas Visual Lanskap Wisata Pantai
Balekambang di Desa Srigonco, Kabupaten Malang. Jurnal Lanskap Indonesia,
8(2): 80-90.
Budiyono, D. 2015. Evaluasi Estetika Lingkungan Berdasarkan Persepsi di Welcome
Area Kampus Institut Pertanian Bogor. Buana Sains, 15(1): 19-28.
Budiyono, D. 2014. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk,
Sulawesi Tengah. Jurnal Lanskap Indonesia, 5(2): 21–27.
Budiyono, D., Nurlaelih E.E, dan Riyanto, D. 2012. Lanskap Kota Malang Sebagai Obyek
Wisata Sejarah Kolonial. Jurnal Lanskap Indonesia, 4(1): 43–50.
Bell, S. 1993. Element Of Visual Design In The Lanscape. Spon Press. London and New
York.
Daniel, T.C dan Boster, R.S. 1976. Measuring Landscape Aesthetic. The Scenic Beauty
Estimation Method. USA New Jersey.
Fauziah, N., dan Antariksa, A., dan Ernawati, J. 2012. Kualitas Visual Fasade Bangunan
Modern Pasca Kolonial di Jalan Kayutangan Malang. RUAS Riview of Urbanism and
Architectural Studies), 10(2): 11-18.
Http://www.raosoft.com/samplesize.html
Kartika, K.D dan Femy, F. 2008. Pengaruh Activity Support Terhadap Penurunan
Kualitas Visual Pada Kawasan Kampus Undip Semarang Studi Kasus : Koridor
Jalan Hayam Wuruk Semarang : 1–189.
Nassar, J.L. 1988 Environmental Aesthetic. Cambridge Univ Press. New York.
Pernandes, F. 2021. Studi Evaluasi Kualitas Visual Lanskap Koridor Jalan Sumbersari-
Gajayana Kota Malang. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Tribhuwana
Tunggadewi. Malang.
Porteous, J.D. 1996. Enviromental Aesthetics: Ideas, Politics and Planning. Roundlege.
New York.
Pauwah Y. 2013. Persepsi dan Preferensi Pengunjung Terhadap Kawasan Wisata
Soka, H. 2020. Perencanaan Lanskap Wisata Candi sumberawan di Singosari Kabupaten
Malang. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Malang.
Suwardono. 2003. Stupa Sumberawan. Malang.
Setyabudi, I dan Permana, D.A. 2020. Evaluasi Kualitas Visual Lanskap di Kawasan
Hutan Mangrove Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Jurnal Aksen, 4(2): 19-30.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. 16
Januari 2009. Jakarta.
19
[Martinus Toba Darang]
SEJARAH DAN BUDAYA, VOL. 16 , NO.2 , TAHUN 2022
20