Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Zone Cooling Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Pengaruh Waktu Pemberian Nutrisi....

(Sumarni,dkk)

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN NUTRISI DENGAN APLIKASI ROOT


ZONE COOLING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
TANAMAN AEROPONIK DI DALAM GREENHOUSE
DATARAN RENDAH TROPIS

EFFECT OF NUTRITION PROVISION DURATION WITH APPLICATION OF


ROOT ZONE COOLING ON GROWTH AND DEVELOPMENT OF
AEROPONYC PLANTS IN TROPICAL LOWLAND GREENHOUSE

Eni Sumarni1, Noor Farid2, Loekas Soesanto2, Jajang Juansah3


1
Program Studi Teknik Pertanian,Jurusan Teknologi Pertanian,Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman
2
Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
3
Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor

komunikasi penulis, email: arny0565@gmail.com
DOI:http://dx.doi.org/10.23960/jtep-l.v7.i3.142-150

Naskah ini diterima pada 30 Oktober 2018; revisi pada 12 Desember 2018;
disetujui untuk dipublikasikan pada 27 Desember 2018

ABSTRACT
Planting potatoes in tropical lowlands has been carried out with an aeroponic system and root zone cooling. But
the importance of the time of providing nutrition in order to maintain the temperature of the root area remains
optimal has not been widely reported scientifically. The aim of the study was to obtain the time of nutrition and its
effect on the growth and yield of potato seeds. The research was conducted at the Jenderal Soedirman University
Faculty of Agriculture greenhouse from July to September 2017. Place height <125 m asl. Factors tested: 1.
Duration of nutrition (T): T1: 2.5 minutes off; T2: 5 minutes off, T3: 10 minutes off, T4: 15 minutes off, 2. Varieties
(V): V1 (Atlantic), V2 (Granola). Growth parameters were observed: plant height, number of leaves, number of
tubers, tuber weight. Experiment using a Randomized Block Design with repeated 3 times. Data on growth and
results were analyzed by the F test and followed by Duncan’s Multiple Distance Test (UJGD) level of 5%. The results
showed that the duration of giving nutrition off for 2.5 minutes gave the highest number of tubers and tuber
weight compared to the duration of giving nutrition off for 5 minutes, 10 minutes and 15 minutes. The number of
tubers obtained from 0ff nutrition treatment for 2.5 minutes was 7.3 tubers / plant with an average weight of 2
mg, while the other.
Keywords: aeroponycs, greenhouse, potato seeed, tropical lowland, root zone cooling

ABSTRAK
Penanaman kentang di dataran rendah tropika telah dilakukan dengan sistem aeroponik dan root zone cooling.
Namun pentingnya waktu pemberian nutrisi dalam rangka mempertahankan suhu daerah perakaran tetap optimal
belum banyak dilaporkan secara ilmiah. Tujuan penelitian adalah mendapatkan waktu pemberian nutrisi dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang. Penelitian dilakukan di greenhouse Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman dari bulan Juli sampai September 2017. Ketinggian tempat < 125 m
dpl. Faktor yang dicoba: 1. Lama waktu pemberian nutrisi (T) : T1 : 2,5 menit off; T2 : 5 menit off, T3 :10 menit
off, T4 : 15 menit off, 2. Varietas (V) : V1 (Atlantik), V2 (Granola). Parameter pertumbuhan yang diamati: tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah umbi, bobot umbi. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan
ulangan 3 kali. Data pertumbuhan dan hasil dianalisis uji F dan dilanjutkan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) taraf
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi pemberian nutrisi off selama 2,5 menit memberikan jumlah
umbi dan bobot umbi tertinggi dibandingkan durasi pemberian nutrisi off selama 5 menit, 10 menit dan 15
menit. Jumlah umbi yang diperoleh dari perlakuan nutrisi 0ff selama 2,5 menit yaitu 7,3 umbi/tanaman dengan
bobot rata-rata 2 mg, sedangkan perlakuan yang lain tidak menghasilkan umbi.
Kata Kunci: aeroponik, benih kentang, dataran rendah tropis, greenhouse, root zone cooling
142
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.7, No. 3:142-150
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

I. PENDAHULUAN pengendalian mekanik. Pendinginan daerah


perakaran dapat digunakan sebagai alternatif
Upaya peningkatan produksi kentang konsumsi menurunkan suhu di daerah perakaran (Sumarni
mulai dilakukan dengan memperbaiki teknik et al. 2013a,b,c; 2016).
produksi benih dan pengembangan daerah
penanaman. Perbaikan teknik produksi benih Upaya menurunkan suhu udara di daerah
kentang dengan aeroponik telah dilakukan perakaran dengan menyemprotkan nutrisi
penelitian di Indonesia (Sumarni et al. 2013a). dingin tersirkulasi (root zone cooling) pada
Teknik ini juga telah berhasil digunakan untuk sistem aeroponik lebih efektif. Hal ini dipilih
produksi benih kentang dibeberapa negara di karena, mendinginkan bagian atas tanaman
dunia (Otazu, 2010; Farran and Castel, 2008; memerlukan energi yang lebih besar yaitu
Corea et al. 2008). Penanaman kentang di mendingkan seluruh volume greenhouse.
dataran rendah tropika sebagai usaha Pendinginan daerah perakaran dengan root zone
mengurangi dampak buruk penanaman di cooling mampu menjaga kondisi daerah
dataran tinggi seperti erosi, hama dan penyakit perakaran lebih bertahan dingin. Hal tersebut
tanaman juga telah dilakukan dan berhasil karena panas jenis air yang lebih tinggi
diperoleh umbi (Sumarni et al. 2013abc; Sumarni dibandingkan udara (Suhardiyanto, 2009).
et al. 2016). Produksi benih kentang dengan Produksi benih kentang dengan sistem
sistem aeroponik dan modifikasi iklim di aeroponik aplikasi root zone cooling pada
lingkungan perakaran (root zone cooling) pada ketinggian < 125 m dpl diperoleh kurang dari 5
ketinggian 250 m dpl diperoleh umbi 10-14 umbi/tanaman. Suhu udara yang dipertahankan
umbi/tanaman. Teknologi pendinginan telah di daerah perakaran untuk menghasilkan umbi
dikembangkan untuk memungkinkan produksi pada teknik tersebut adalah 10°C (Sumarni et al.
sepanjang tahun dalam rangka mengurangi 2013a; Sumarni et al. 2016). Namun upaya
kerusakan suhu tinggi pada tomat. Namun sistem mempertahankan suhu 10 °C di daerah
pendinginan yang digunakan tidak efektif perakaran pada sistem aeroponik memerlukan
dibawah kelembaban tinggi (De Gelder et al. energi yang cukup besar dan dilakukan secara
2005; Peet and Welles, 2005). Oleh karena itu, mekanik. Kestabilan suhu 10 °C di dalam chamber
diperlukan sistem pendinginan yang efektif. aeroponik dapat dipertahankan dengan
mengatur lamanya waktu penyemprotan nutrisi
Suhu udara di dalam greenhouse dipengaruhi oleh dingin melalui nozel sampai ke daerah perakaran
radiasi matahari yang masuk ke dalam tanaman. Kondisi iklim mikro disekitar chamber
greenhouse. Radiasi matahari yang sampai ke aeroponik berpengaruh terhadap suhu udara di
dalam greenhouse sangat berpengaruh terhadap dalam chamber aeroponik (Sumarni et al.
keseimbangan termal dalam greenhouse yang 2013b).
pada akhirnya menciptakan kondisi termal yang
berbeda dengan kondisi di sekitar greenhouse. Pentingnya waktu pemberian nutrisi dalam
Transmisivitas radiasi matahari yang masuk ke rangka mempertahankan suhu daerah
dalam greenhouse dapat diakibatkan oleh bentuk perakaran tetap optimal pada sistem aeroponik
dan bahan atap greenhouse (Kurata et al. 1991). untuk produksi benih kentang di dataran rendah
Penggunaan bahan atap yang tidak tepat dapat belum banyak dilaporkan secara ilmiah.
menaikkan suhu, sehingga dapat menyebabkan Pendinginan larutan nutrisi dengan teknik
cekaman pada tanaman (Shen dan Yu, 2002; Shih, hidroponik nutrient film technique (NFT) telah
2002). Transmisi radiasi di dalam greenhouse dilakukan pada penelitian. Teknik tersebut
dapat dikendalikan dengan desain geometri atap dilakukan pada kondisi dimana akar tanaman
yang baik (Soriano et al. 2004), sedangkan berada pada larutan tipis nutrisi yang mengalir
tingginya suhu udara di dalam greenhouse dapat (Cipta, 2007; Arif et al. 2009). Namun bagaimana
dikurangi dengan desain ventilasi yang baik sistem pendinginan daerah terbatas untuk
(Teitel et al. 2005). Namun ketika suhu udara produksi benih kentang secara aeroponik,
yang akan diturunkan/dikehendaki terlalu dimana akar tanaman menggantung di udara
rendah dan tidak dapat dilakukan dengan desain belum banyak dilakukan dan dikaji secara
ventilasi maka dapat dilakukan dengan menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan

143
Pengaruh Waktu Pemberian Nutrisi.... (Sumarni,dkk)

penelitian pengaruh waktu pemberian nutrisi II. BAHAN DAN METODA


pada produksi benih kentang secara aeroponik
dengan aplikasi root zone cooling di dataran Penelitian dilakukan di greenhouse Fakultas
rendah tropis dalam rangka meningkatkan hasil Pertanian Universitas Jenderal Soedirman,
umbi. Purwokerto, Jawa Tengah Indonesia. Ketinggian
tempat ± 125 m dpl. Penelitian dilakukan dari
Tanaman memiliki daerah kritis pertumbuhan bulan Juli sampai September 2017. Alat yang
untuk dijaga agar berada dalam kondisi optimal, digunakan pada penelitian ini meliputi EC meter,
diantaranya daerah akar dan bagian atas pH meter, hygrometer, chiller, timer, weather
tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan station, termometer, pompa celup, pompa
tanaman kentang di dataran rendah kurang tekanan tinggi, hand spryer. Bahan yang
optimal karena suhu udara dan kelembaban digunakan meliputi pupuk aeroponik kentang,
udara tidak sesuai. Suhu udara yang panas dan KOH, H3PO4.
kelembapan udara yang rendah menjadikan
tanaman kentang stress (Sumarni et al. 2013a). 2.1 Sistem aeroponik dengan root zone
Stress akibat suhu lingkungan pertumbuhan yang cooling
panas diketahui mempengaruhi pertumbuhan Chamber aeroponik dibuat sesuai dengan
vegetatif dan generatif tanaman. Suhu udara penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada
yang ekstrem menyebabkan penutupan stomata dataran rendah dengan ketinggian 250 m dpl oleh
dan menurunkan proses transpirasi dan Eni Sumarni et al. (2013a). Chamber dibuat dari
fotosintesis, namun proses respirasi mengalami kayu ketebalan 12 mm, bagian dalam dilapisi
peningkatan. Hal ini berakibat pada produksi dengan styrofoam dengan ketebalan 2 cm.
biomassa dan laju transport xilem menurun, Styrofoam kemudian dilapisi dengan mulsa
sehingga berdampak pada penurunan hasil dan hitam. Penutup chamber bagian atas adalah
kualitas tanaman (Morales et al. 2003). styrofoam dengan ketebalan 2 cm dan jarak
tanam 15 x 15 cm (Sumarni et al. 2013a). Sistem
Secara umum, suhu tinggi yang ekstrim selama aeroponik dirangkai dengan sistem root zone
tahap reproduksi akan mempengaruhi cooling, yaitu chiller yang dimodifikasi sehingga
kelangsungan hidup tanaman, pembentukan biji- yang masuk adalah nutrisi yang sudah bercampur
bijian atau buah dan berdampak pada penurunan dengan air (dari dalam ember penampung),
potensi hasil (Hatfield et al. 2011; Hatfield dan selanjutnya keluar dari chiller sudah berupa
Prueger, 2015; Wiebbecke et al. 2012). Suhu nutrisi dingin. Chiller (AC yang dimodifikasi
udara di dataran rendah merupakan suhu untuk mengeluarkan nutrisi dingin) di set untuk
ekstreem untuk pertumbuhan dan menciptakan suhu 10 °C. Sistem aeroponik
perkembangan kentang, karena suhu udara di dengan root zone cooling disajikan pada Gambar
dalam greenhouse pada siang hari di dataran 1. Proses sirkulasi nutrisi dari ember ke dalam
rendah dapat mencapai 32-40 °C. Suhu ekstreem chiller dilakukan oleh kerja dari pompa celup
yang terjadi dalam waktu yang lama selama untuk menghasilkan nutrisi yang dingin,
durasi perkembangan reproduksi paling sedangkan proses penyemprotan nutrisi dari
merugikan bagi tanaman. Peningkatan efek suhu ember penampung nutrisi dilakukan oleh pompa
pada tanaman juga dapat disebabkan oleh defisit bertekanan 1,5 atm. Pompa celup bekerja terus
air dan kelebihan air tanah. Oleh sebab itu, menerus tanpa dilakukan kontrol. Pompa
pemahaman interaksi antara suhu dan air tekanan tinggi dilakukan kontrol untuk on dan
diperlukan dalam rangka pengembangan strategi off nya. Pengaturan kerja pompa tekanan tinggi
adaptasi yang lebih efektif untuk mengurangi dilakukan menggunakan timer.
dampak yang lebih besar akibat suhu ekstrim
(Hatfield dan Prueger, 2015). Tujuan penelitian 2.2 Experimental Design dan Data Analisis
adalah mendapatkan waktu pemberian nutrisi Waktu pemberian nutrisi pada produksi benih
dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kentang secara aeroponik di dataran rendah
hasil benih kentang. dilakukan dengan faktor yang dicoba sebagai
berikut : 1. Lama waktu pemberian nutrisi (T) :
T1 : 2,5 menit OFF dan 15 menit ON; T2 : 5
144
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.7, No. 3:142-150
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

Gambar 1. Sistem aeroponik dengan root zone cooling yang digunakan pada penelitian
(Sumarni et.al., 2013)

Gambar 2. Suhu udara di dalam dan di luar greenhouse

menit OFF, 15 menit ON, T3 :10 menit OFF, 15 kelembaban udara di luar greenhouse mencapai
menit ON, T4 : 15 menit OFF, 15 menit ON, 2. 72% (Gambar 2). Suhu udara di dalam
Varietas (V) : V1 (Atlantik), V2 (Granola). greenhouse selama pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kentang menunjukkan
Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati kondisi yang tidak optimal untuk tanaman
: tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi, bobot kentang. Tanaman kentang akan mengalami
umbi. Percobaan menggunakan Rancangan Acak pertumbuhan kurang baik pada daerah yang
Kelompok dengan ulangan 3 kali. Data bersuhu tinggi. Tanaman kentang dapat tumbuh
pengamatan pertumbuhan dan hasil dianalisis uji dengan cepat pada kisaran suhu 20-25 °C dan
F dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan untuk pertumbuhan dan perkembangan umbi
(UJGD) taraf 5%. optimal pada suhu 15-20 °C (Lafta dan Lorenzen
1995; Birch et al. 2012). Oleh karena itu perlu
rekayasa iklim untuk mengurangi tingginya suhu
III. HASIL DAN PEMBAHASAN udara di dataran rendah dalam rangka produksi
benih kentang secara aeroponik.
3.1 Iklim Mikro di Sekitar Greenhouse
Suhu udara dan kelembaban udara merupakan 3.2 Suhu udara di dalam Chamber
salah satu faktor iklim yang penting untuk Aeroponik pada berbagai waktu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pemberian nutrisi (timer)
kentang. Suhu udara di dalam greenhouse pada Mesin untuk mengalirkan nutrisi dingin (chiller)
siang hari mencapai 36 °C dan suhu udara diluar dengan suhu 10°C, namun suhu udara di dalam
greenhouse 32 °C. Kelembaban udara pada siang chamber aeroponik menunjukkan kondisi
hari (pukul 13:00) mencapai 50% sedangkan berbeda dari masing-masing durasi timer

145
Pengaruh Waktu Pemberian Nutrisi.... (Sumarni,dkk)

Gambar 3. Suhu udara di dalam chamber aeroponik pada perlakuan timer

pemberian nutrisi yang diberikan. Durasi waktu kentang terhadap durasi pemberian nutrisi
pemberian nutrisi dimana timer off selama 2,5 (timer), namun terdapat perbedaan perlakuan
menit memberikan suhu chamber yang lebih timer pada semua karakter (Tabel 1). Tanaman
baik yaitu rata-rata 11, 4 °C dari nilai set point kentang pada umur 50 HST terdapat interaksi
yang diberikan sebesar 10 °C. Semakin lama antara varietas dengan perlakuan timer pada
durasi timer off maka suhu udara di dalam jumlah daun (Tabel 2). Durasi waktu pemberian
chamber akan mudah terpengaruh dan nutrisi (timer) memberikan pengaruh yang
mengikuti suhu udara di luar chamber. Suhu berbeda dari 30 HST sampai 50 HST (Tabel 2).
udara rata-rata pada durasi pemberian nutrisi Tinggi tanaman sampai 50 HST menunjukkan
dengan timer off selama 5 menit menunjukkan bahwa timer dengan durasi off 2.5 menit
16,5 °C, pada durasi 10 menit off suhu udara rata- memberikan pertumbuhan yang paling rendah
rata di dalam chamber meningkat menjadi 19,7 untuk tinggi tanaman (6,75 cm), timer 5 dan 10
°C dan pada durasi 15 menit off suhu udara rata- menit off memberikan tinggi tanaman tidak
rata mencapai 23,5 °C (Gambar 3). berbeda (7,55-9,28 cm). Timer dengan durasi off.
15 menit memberikan tinggi tanaman tertinggi
Durasi waktu pemberian nutrisi (yang dikontrol yaitu 23,17 cm.
dengan timer) memberikan pengaruh terhadap
suhu udara di dalam chamber sebagai akibat suhu Hasil ini menunjukkan bahwa suhu tinggi
udara di dalam greenhouse yang tinggi. Oleh memberikan bagian tanaman tumbuh dengan
karena itu suhu udara di dalam chamber optimal. Hasil ini sesuai dengan penelitian
mengikuti suhu udara di dalam greenhouse. Suhu sebelumnya yaitu suhu tinggi intensif untuk
udara di dalam greenhouse di dataran rendah pengembangan bagian atas tanaman (Van Dam
dapat mencapai 35-40 °C pada siang hari. Durasi et al. 1996; Rykaczewska 2013; Sumarni et al.
waktu pemberian nutrisi dengan waktu off lebih 2013a). Namun pada 50 HST terdapat interaksi
dari 2,5 menit berdampak pada naiknya suhu antara durasi pemberian nutrisi (Timer) dan
udara di dalam chamber secara cepat melebihi varietas. Pada durasi pemberian nutrisi 10 dan
10 °C, bahkan pada waktu off 15 menit suhu 15 menit off memberikan tinggi tanaman
udara di dalam chamber menjadi cenderung terendah dan tidak berbeda dengan timer off
panas. Kondisi tersebut dapat menghambat selama 5 menit. Durasi pemberian nutrisi dengan
pertumbuhan dan perkembangan umbi di waktu off selama 2,5 menit memberikan tinggi
daerah perakaran tanaman kentang. tanaman tertinggi (10,1-11,0 cm) dibandingkan
durasi timer yang lain baik untuk varietas
3.3 Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Atlantik maupun Granola. Hal ini diduga paparan
Jumlah Daun panas menyebabkan tanaman mulai tidak dapat
bertahan pada 50 HST.
3.3.1 Tinggi Tanaman
Hasil analisis varian dari data yang diperoleh
adalah tidak ada perbedaan respon varietas
146
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.7, No. 3:142-150
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

Tabel 1. Hasil analisis varian dari karakter pertumbuhan yang diamati


Tinggi tanaman Jumlah daun (helai)
Bobot
Faktor yang (cm) Jumlah umbi
umbi
dicoba 30 40 50 30 40 50 (umbi/tanaman)
(mg)
HST HST HST HST HST HST
Varietas (V) tn tn tn tn tn tn tn tn
Timer (T) sn sn sn sn Sn sn sn sn
Interaksi VxT tn tn tn tn tn n tn tn
Keterangan : tn : tidak nyata, n : nyata, sn : sangat nyata

Tabel 2. Pengaruh perlakuan timer terhadap tinggi tanaman


Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan Timer
30 HST 40 HST 50 HST
T1 4.75c 5.78c 6.75c
T2 5.75b 6.78b 7.55b
T3 7.60b 8.45b 9.28b
T4 16.00a 20.17a 23.17a

Tabel 3. Pengaruh perlakuan timer terhadap jumlah daun


Jumlah daun (helai)
Perlakuan Timer
30 HST 40 HST
T1 5.5c 7.8c
T2 6.2bc 9.5b
T3 6.3b 8.1b
T4 8.2a 11.2a

Tabel 4. Interaksi antara perlakuan timer terhadap jumlah daun pada 50 HST

3.3.2 Jumlah Daun terdapat interaksi, durasi pemberian nutrisi 2,5


Jumlah daun tanaman kentang pada pemberian menit memberikan jumlah daun yang tertinggi
durasi pemberian nutrisi memberikan hasil yang baik pada varietas Granola maupun Atklantik.
berbeda. Pemberian nutrisi pada timer 15 menit Durasi pemberian nutrisi 5 dan 10 menit OFF
off memberikan jumlah daun tertinggi sampai memberikan jumlah daun yang tidak berbeda
40 HST yaitu sebesar 11,2 helai dan terendah (6,5-7,8 helai). Durasi pemberian nutrisi 10 dan
pada timer off selama 2,5 menit. Durasi 15 menit OFF juga memberikan hasil jumlah
pemberian nutrisi 5 dan 10 menit memberikan daun yang sama sampai 50 HST (6,1-7,5 helai)
jumlah daun tidak berbeda sebanyak 8,1 helai (Tabel 3 dan 4). Hasil ini sesuai dengan hasil
dan 9,5 helai. Jumlah daun pada umur 50 HST penelitian sebelumnya, dimana suhu root zone

147
Pengaruh Waktu Pemberian Nutrisi.... (Sumarni,dkk)

Tabel 5. Pengaruh timer terhadap jumlah dan bobot umbi


Hasil panen
Perlakuan Timer
Jumlah umbi (umbi/tanaman) Bobot umbi (mg)
T1 7.3a 2a
T2 0b 0b
T3 0b 0b
T4 0b 0b

Gambar 4. Penampilan tanaman aeroponik pada masing-masing perlakuan (a) T1, (b) T2, (c) T3
dan (d) T4

cooling 10 °C dengan pemberian waktu terganggunya inisiasi umbi. Suhu udara yang
penyiramaan 2,5 menit OFF di dataran rendah tinggi menyebabkan berbagai gangguan
250 m dpl memberikan hasil jumlah daun morfologi, anatomi, fisiologis dan perubahan
tertinggi dibandingkan 15 °C, 20 °C dan tanpa biokimia pada tanaman, sehingga mempengaruhi
root zone cooling (Sumarni et al. 2013). Gambar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
penampilan tanaman pada masing-masing menyebabkan penurunan yang drastis terhadap
perlakuan durasi pemberian nutrisi disajikan hasil panen (Wahid et al. 2007; Birch et al. 2012;
pada Gambar 4. Rykaczewska et al. 2017).

3.3.2 Jumlah Umbi dan Bobot Umbi


Durasi pemberian nutrisi memberikan hasil IV. KESIMPULAN DAN SARAN
jumlah dan bobot umbi yang berbeda. Durasi
pemberian nutrisi 2,5 menit off memberikan Suhu udara yang tinggi di dalam greenhouse
rata-rata jumlah umbi tertinggi (7,3 umbi/ mempengaruhi suhu udara di dalam chamber
tanaman) dan bobot umbi rata-rata 2 mg. Durasi aeroponik. Oleh karena itu perlu pengaturan
pemberian nutrisi 5 menit, 10 menit dan 15 durasi waktu pemberian nutrisi dalam rangka
menit off tidak memberikan hasil umbi (Tabel mempertahankan suhu udara di dalam chamber
5). Durasi pemberian nutrisi lebih dari 2,5 menit tetap dingin sesuai dengan set point. Nutrisi yang
memberikan kenaikan suhu yang di dalam telah didinginkan di dalam chiller secara
chamber aeroponik lebih dari 5 °C dan tersirkulasi menciptakan nutrisi yang sesuai
berpotensi naik mengikuti suhu udara di luar untuk mempertahankan suhu di dalam chamber
chamber, sehingga berdampak pada aeroponik. Durasi waktu pemberian nutrisi
148
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.7, No. 3:142-150
P-ISSN 2302-559X; E-ISSN 2549-0818

melalui pengaturan timer memberikan hasil yang De Gelder,  A.,  E.  Heuveling and  J. J. G.  Opdam.
berbeda terhadap pertumbuhan dan 2005. Tomato Yield in A closed
perkembangan tanaman aeroponik benih Greenhouse and Comparison with
kentang di dataran rendah (125 m dpl). Simulated Yields in Closed and
Pemberian nutrisi dengan durasi off selama 2,5 Conventional Greenhouse. Acta
menit memberikan suhu udara di dalam chamber Horticulture. 691: 549–552.
aeroponik lebih stabil dibandingkan durasi yang
lain. Durasi pemberian nutrisi 2,5 menit off Farran I, dan Castel M. 2006. Potato Minituber
memberikan jumlah umbi dan bobot umbi Production using Aeroponics: Effect of
tertinggi dibandingkan durasi pemberian nutrisi Plant Density and Harvesting Intervals.
5 menit, 10 menit dan 15 menit off. Jumlah umbi American Journal of Potato
yang diperoleh yaitu 7,3 umbi/tanaman dengan Research.83.1:47-53.
bobot rata-rata 2 mg. Durasi pemberian nutrisi
5 menit, 10 menit dan 15 menit off tidak Hatfield, J.L., K.J. Boote, B.A. Kimball, L.H. Ziska,
menghasilkan umbi. Perlu dilakukan kajian R.C. Izaurralde, D. Ort, A.M. Thomson,
lanjut tentang pengaruh kontrol penurunan suhu D.W. Wolfe. 2011. Climate Impacts on
di atas tanaman untuk mengimbangi suhu yang Agriculture: Implications for Crop
rendah pada pengendalian dengan root zone Production. Agronomy
cooling dibagian perakaran. Journal.103:351–370.

UCAPAN TERIMA KASIH Hatfield, J.L. dan Prueger, J.H.. 2015. Temperature
Extremes: Effect on Plant Growth and
Terima kasih kepada ristekdikti melalui Hibah Development. Weather and Climate
Penelitian Strategis Nasional tahun 2017 dengan Extremes.10: 4–10
no. Kontrak 10923/UN23.14/PN/2017
sehingga penelitian dapat dilaksanakan dan Lafta A.M., J.H. Lorenzen. 1995. Effect of High
menghasilkan informasi ilmiah. Temperature on Plant Growth and
Carbohydrate Metabolism in Potato.
Plant Physiology. 109: 637–643.
DAFTAR PUSTAKA
 Peet,  M. M. and  G.  Welles. 2005. Greenhouse
Arif, C., D.K. Wahdani, H. Suhardiyanto, A. Tomato Production. p. 257–304. In:  E.
Purwanto, Y. Chadirin. 2009. Pemodelan  Heuvelink (ed.). Tomatoes. CABI
Pindah Panas pada Pendinginan Siang Publishing, Oxford.
Malam Larutan Nutrisi untuk Budidaya
Tanaman Tomat Hidroponik Nutrient Rykaczewska, K. 2013. The impact of High
Film Technique (NFT). Prosiding Temperature During Growing Season on
Seminar Nasional. Mataram 8-9 Agustus. Potato Cultivars with Different
Response to Environmental Stresses.
Birch P.R.J., Bryan G., Fenton B., Gilroy E.M., Hein American Journal of Plant Sciences.4:
I., Jones J.T., Prashar A., Taylor M.A., 2386–2393.
Torrance L., Toth I.K. 2012.Crops that
feed the world 8: Potato: Are the Trends Rykaczewska, K. 2017. Impact of Heat and
of Increased Global Production Drought Stresses on Size and Quality of
Sustainable. Food Security. 4: 477–508. the Potato Yield. Plant Soil
Environ..63.1: 40-4.
Cipta, S.W. 2007. Pendinginan Siang Malam
Larutan Nutrisi untuk Budidaya Shen, Y. And S.L. Yu. 2002.Cooling Methods for
Tanaman Tomat Hidroponik Nutrient Greenhouse in Tropical Region. In
Film Technique (NFT) di dalam rumah D.S.Fon. Chen, and T.T.Lin (Eds).
kaca. Skripsi. Departemen Teknik International Symposium on Design and
Pertanian. IPB. Bogor. Environmental Control of Tropical and

149
Pengaruh Waktu Pemberian Nutrisi.... (Sumarni,dkk)

Subtropical Greenhouse. 30 June 2002. Sistem Aeroponik Kentang di Dataran


Acta Hortuculturae 578. Taichung, Medium Tropika Basah. Jurnal
Taiwan. Keteknikan Pertanian. Vol. 27. No.2.
Oktober.
Shih, J.C. 2002. Automatotic Multifunction
Praying System for Microclimate Sumarni, E., A. Sudarmaji, H. Suhardiyanto, dan
Regulation. In D.S.Fon. Chen, and T.T.Lin S. K. Saptomo. 2016. Produksi Benih
(Eds). International Symposium on Kentang Sistem Aeroponik dan Root Zone
Design and Environmental Control of Cooling dengan Pembedaan Tekanan
Tropical and Subtropical Greenhouse. 30 Pompa di Dataran Rendah. Journal
June 2002. Acta Hortuculturae 578. Agronomy Indonesia. 44.3: 299-305.
Taichung, Taiwan.
Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Rumah
Soriano, T., J.I. Montero, M.C.S. Guerrero, Tanaman untuk Iklim Tropika Basah.
E.Medrano, A. Anton, J.Hernandez, M.I. IPB Press. Bogor.
Morales, N.Castilla. 2004. A study of
Direct Solar Radiation Transmission in Teitel, M., J. Tanny, D. Ben-Yakir, and M. Barak.
A symetrical Multi-span Greenhouses 2005. Airflow Patterns through Roof
using Scale Models and Simulation Opening of a Naturally Ventilated
Models. Biosystems Engineering Journal. Greenhouse and Their Effect on Insect
88.2:243-253. Penetration. Biosystems Engineering
Journal. 92.3:341-353.
Sumarni, E., H. Suhardiyanto, K.B. Seminar, S.K.
Saptomo. 2013a. Aplikasi Pendinginan Van Dam J., Kooman P.L., Struik P.C. 1996. Effects
Zona Perakaran (Root Zone Cooling) of Temperature and Photoperiod on
pada Produksi Benih Kentang Early Growth and Final Number of
Menggunakan AeroponiK Tropika Tubers in Potato (Solanum tuberosum
Basah. Jurnal Agronomi Indonesia L). Potato Research.39: 51–62.
Terakreditasi A. Vol. 41. No. 2. Agustus.
Wahid A., S. Gelani, M. Ashraf, M.R. Foolad. 2007.
Sumarni, E., H. Suhardiyanto, K.B. Seminar, S.K. Heat Toler­ance in Plants: An overview.
Saptomo. 2013b. Perpindahan Panas Environmental and Experimental
pada Aeroponik Chamber dengan Botany.61: 199-223.
Aplikasi Zone Cooling. Jurnal Biofisika.
Vol 9. N0. 1. Maret. ISSN 1829-6009. Wiebbecke,C.F., M.A. Graham, S.R. Cianzio, R.G
FMIPA. Bogor. Palmer. 2012. Day Temperature
Influences Themale-Sterilelocus ms9
Sumarni, E., G.H. Sumartono, S.K. Saptomo. Insoybean.Crop Science.52:1503-1510.
2013c. Aplikasi Zone Cooling pada

150

You might also like