Analisis Retorika Aristoteles Pada Kajian Ilmiah Media Sosial Dalam Mempersuasi Publik
Analisis Retorika Aristoteles Pada Kajian Ilmiah Media Sosial Dalam Mempersuasi Publik
Analisis Retorika Aristoteles Pada Kajian Ilmiah Media Sosial Dalam Mempersuasi Publik
ABSTRACT
To build public awareness of the current crisis, many persuasive messages are disseminated through social
media. Public communication is considered to be utilizing the power of YouTube as a popular social media
platform in effectively communicating the crisis through persuasive messages. In previous research, the
three aspects of ethos, pathos, and logos have been found as evidence of rhetoric in conveying persuasive
messages made by YouTubers. The implications of the study about rhetoric continue to develop today. This
study aims to review other Aristotle’s rhetorical concepts that have not been analyzed in previous studies.
The research used qualitative exploratory methods, including in-depth interviews and observations. The
sample size of participants in this study follows the concept of saturation. The study uncovered that there
are two other concepts regarding rhetorical theory by Aristotle in this study — the type of rhetoric used
and the five rhetorical canons when the speaker conveys a message. The researcher suggests further
research to explore the concept of rhetorical inartistic evidence that is outside the rhetoric element brought
by the speaker, so that the study can be discussed more comprehensively.
81
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
82
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
83
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
84
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
yang efektif berkat prinsip retoris (West & dengan kompetensi maupun kelayakan yang
Turner, 2010). dimilikinya (Widiastuti, 2017).
Pathos berkaitan dengan emosi yang
Retorika ingin pendengar keluarkan oleh pembicara.
Teori Aristoteles mengenai retorika Aristoteles berpendapat bahwa pendengar
dipandu oleh dua asumsi berikut, yaitu menjadi alat pembuktian ketika melibatkan
asumsi pertama pembicara publik yang emosi, pendengar menilai secara berbeda
efektif harus mempertimbangkan audiens ketika mereka dipengaruhi oleh
mereka dan pembicara publik yang efektif kegembiraan, rasa sakit, kebencian, atau
menggunakan sejumlah bukti dalam ketakutan (West & Turner, 2010). Pesan
presentasi mereka. Dalam konteks berbicara menarik untuk memancing emosi audiens
di depan umum, Aristoteles menyarankan dirancang dengan memicu emosi seperti
bahwa hubungan antara pembicara dengan ketakutan, kemarahan, serta penghinaan
audiens harus diakui. dimana banyak digunakan melalui daya tarik
Bukti inartistik atau eksternal adalah humor, sinisme atau empati (Samuel-Azran
yang tidak dibuat oleh pembicara. Mereka et al., 2015). Logos adalah bukti logis yang
akan menyertakan kesaksian saksi atau disampaikan komunikator yang mencakup
dokumen yang ada (Griffin et al., 2018). argumen dan rasionalisasi mereka. Bagi
dimana bukti-bukti adalah mereka yang Aristoteles, logos melibatkan penggunaan
"sudah ada sebelumnya" karena mereka ada sejumlah praktik, termasuk menggunakan
di luar konstruksi retor individu. Sebagai klaim logis dan bahasa yang jelas (West &
pembicara, dengan kata lain, telah ditemukan Turner, 2010). Dalam memaparkan bukti-
bukti artistik sementara bukti inartistik ada di bukti logisnya, pembicara sering kali
luar upaya penemuan. Dengan cara ini, bukti menggunakan fakta dan angka untuk
inartistik tidak begitu banyak kondisi meyakinkan audiens (Samuel-Azran et al.,
sebelumnya di mana retorika harus 2015).
menavigasi upaya persuasif mereka karena Jenis-jenis retorika yang disampaikan
mereka adalah bahan yang dapat dipilih oleh Aristoteles diantaranya adalah retorika
dalam konstruksi kasus (Phillips, 2019). deliberatif, retorika forensik, dan retorika
Asumsi kedua yang mendasari teori epideiktik. Retorika deliberatif merupakan
Aristoteles berkaitan dengan pertimbangan retorika yang mencoba menghubungkan
tiga bukti retoris: logika (logos), emosi dengan masa depan. Retorika jenis deliberatif
(pathos) dan etika atau kredibilitas (ethos). merupakan jenis retorika yang memiliki
Berdasarkan hal ini pembicara yang efektif unsur motivasi yang membawa pendengar
menggunakan beberapa bukti dalam menjadi lebih baik (Booth, 2004). Retorika
presentasi mereka. Bukti yang dimaksud deliberatif berusaha membujuk pendengar
mengacu pada cara persuasi: ethos, pathos, untuk mengambil, atau berpaling dari
dan logos (Venus et al., 2019). Ethos tindakan tertentu (Atkins, 2018). Biasanya
mengacu pada karakter yang dirasakan, strategi persuasif yang dilakukan tidak
kecerdasan, dan niat baik dari pembicara saat mengandung banyak basa-basi karena
mereka terungkap melalui bicaranya (West & permasalahan yang akan diangkat sudah
Turner, 2010). Ethos mengandung unsur terlihat dengan baik (Alberico & Loisa,
kredibilitas dari pembicara yang diperoleh 2019).
karena mendapatkan hak untuk berbicara Retorika forensik adalah retorika dengan
upaya untuk mengubah apa yang kita lihat
85
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
sebagai kebenaran tentang masa lalu (upaya terlibat (Littlejohn et al., 2017).
yang mungkin juga mempengaruhi masa mempertahankan struktur pembicaraan yang
depan) (Booth, 2004). Ketika dianalisis dari terdiri atas Pendahuluan, Isi, dan Kesimpulan
posisi retorika forensik, persuasi mampu memperkuat kredibilitas pembicara,
mengasumsikan tujuan retorika adalah meningkatkan persuasif, dan mengurangi
pembenaran dari perilaku manusia frustasi pendengar (West & Turner, 2010).
(Charteris-Black, 2012). Retorika epideiktik Gaya menyangkut semua pertimbangan
mencoba untuk membentuk kembali yang terlibat dalam pilihan, manajemen, dan
pandangan masa kini (Booth, 2004). Retorika penyajian simbol-simbol itu, baik kata-kata,
epideiktik adalah retorika yang paling tidak pakaian, furnitur, atau tarian (Littlejohn et al.,
didefinisikan dari ketiga jenis tersebut. Jenis 2017). Aristoteles percaya bahwa setiap jenis
ini dikaitkan dengan pujian dan kesalahan, retorika memiliki gayanya masing-masing,
dan menampilkan banyak hal dalam namun gaya tersebut sering diabaikan. Dia
kesempatan seperti upacara dedikasi maupun mencatat bahwa kata-kata yang dianggap
pidato penerimaan (Atkins, 2018). aneh harus dihindari. Berbicara dalam istilah
Dalam penyampaian yang efektif, yang terlalu sederhana juga tidak disarankan.
akademisi dan praktisi menyusun standar Untuk menjembatani kesenjangan antara
dalam mengukur kualitas kemampuan dari yang tidak dikenal dan yang terlalu akrab,
komunikator dalam melakukan retorika, Aristoteles memperkenalkan gagasan
diantaranya adalah penemuan, pengaturan, metafora, atau kiasan yang membantu
gaya, penyampaian, dan ingatan sebagai lima membuat ketidakjelasan lebih dapat
kanon retorik. (Westwick & Chromey, 2014). dipahami. (West & Turner, 2010).
telah menemukan bahwa analisis lima kanon Penyampaian telah menjadi perwujudan
retorika memberikan metode evaluasi dari simbol dalam beberapa bentuk fisik, yang
speech yang berguna dan bermakna bagi mencakup berbagai opsi dari nonverbal
audiens. Penemuan mengacu kepada hingga bicara menulis hingga pesan yang
konseptuliasisasi, dimana proses di mana dimediasi (Littlejohn et al., 2017).
makna diberikan ke simbol melalui Penyampaian biasanya mencakup sejumlah
interpretasi, pengakuan fakta bahwa manusia perilaku, termasuk kontak mata, isyarat
tidak hanya menemukan apa yang ada tetapi vokal, pengucapan, dialek, gerakan tubuh,
menciptakannya melalui kategori dan penampilan fisik. Bagi Aristoteles,
interpretatif yang mereka pilih untuk penyampaian secara khusus berkaitan dengan
digunakan (Littlejohn et al., 2017). Informasi manipulasi suara. Aristoteles secara khusus
dan pengetahuan yang dibawa pembicara mendorong pembicara untuk menggunakan
dapat membantu pembicara dalam tingkat nada, ritme, volume, dan emosi yang
pendekatan persuasifnya (West & Turner, sesuai (West & Turner, 2010). Yang terakhir,
2010). Dalam penemuan, analisis yang memori tidak lagi mengacu pada menghafal
dilakukan mengeksplorasi berbagai metode pembicaraan sederhana tetapi pada reservoir
yang digunakan pembicara untuk memori budaya yang lebih besar serta proses
mempengaruhi audiens melalui konten pesan persepsi yang mempengaruhi bagaimana kita
(Westwick & Chromey, 2014). menyimpan dan memproses informasi
Pengaturan adalah proses (Littlejohn et al., 2017). Mengetahui apa
pengorganisasian simbol yang mengatur yang harus disampaikan dan kapan harus
informasi dalam kaitannya dengan hubungan mengatakannya meredakan kecemasan
antara orang-orang, simbol, dan konteks yang pembicara dan memungkinkan pembicara
86
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
menanggapi peristiwa yang tidak terduga lama, salah satunya adalah YouTube yang
(West & Turner, 2010). Tahapan ini memulihkan televisi. YouTube kerap diakses
berkaitan erat dengan apa yang diartikan oleh masyarakat guna menyampaikan pesan
sebagai public speaking. berupa informasi maupun hiburan secara
Apabila pada penemuannya retorika audio visual. Isi dari pesan dapat berupa ilmu
ditemukan di tengah masyarakat Yunani pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat,
kuno dengan melakukan diskusi publik maupun propaganda. Konten YouTube
mengenai penentuan keputusan, melalui menawarkan peluang untuk menyebarkan
perkembangan teknologi, kajian retorika konten ke khalayak yang sangat luas dari
Aristoteles dapat disampaikan melalui new pengunjung situs. Dengan demikian, situs ini
media. Strategi komunikasi yang dijelaskan berfungsi sebagai platform yang menarik
oleh Aristoteles sejak asal-usulnya di zaman baik bagi pembuat konten amatir maupun
kuno Greco-Romawi membawa penggunaan perusahaan media (Xu et al., 2016).
figur retoris sebagai kajian yang diadaptasi Beragamnya cara pemanfaatan YouTube
dalam komunikasi jaringan, secara spesifik tidak hanya untuk hiburan tetapi juga
pada media sosial (Fernández et al., 2013). interaksi sosial dalam bentuk komentar,
Produk digital memiliki aspek retoris dalam pencarian dan penyediaan informasi
melakukan persuasi dimana teks dan visual menjadikan situs ini menarik dari sudut
memiliki peran yang penting dalam pandang penelitian (Khan, 2017).
membangun argumen (Emanuel et al., 2015).
II. Metode Penelitian
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam prosesnya, penelitian ini
New Media menggunakan pendekatan kualitatif
New media menurut McMullan (2020) eksplorasi. Pendekatan kualitatif dengan
menunjukkan perubahan besar ketika strategi wawancara mendalam maupun
kategori baru dari teknologi ekspresif dan observasi umum digunakan dalam studi
komunikatif berdampak pada kehidupan mengenai teori Retorika Aristoteles guna
manusia. Penggunaan istilah new media mengeksplorasi bagaimana pesan persuasi
berakar dalam pada praktik, ide, serta tatanan diciptakan oleh pembicaranya hingga
sosial yang berasal dari digitalisasi. Manusia bagaimana respon yang diterima oleh audiens
menggunakan berbagai perangkat digital, sebagaimana dijelaskan dalam studi oleh
diantaranya smartphone, komputer, tablet Saputri & Pamungkas, (2020), Walewangko
untuk mengakses internet, membaca berita, et al., (2019), Alberico & Loisa, (2019),
hingga menonton tayangan maka dari itu new Wulan et al., (2018), dan Sulistiyani &
media kini dianggap begitu penting dalam Mukaromah, (2018)
kehidupan sehari-hari. New media secara Kemudian, penelitian ini
fundamental telah mengubah cara interaksi menggunakan paradigma konstruktivis.
orang ke orang lainnya (Rohlinger, 2019). Pandangan konstruktivis sosial percaya
Sudah kurang dari 50 tahun sejak komunikasi bahwa Individu mengembangkan makna
digital mulai merambah masyarakat ke subjektif dari pengalaman mereka sebagai
tingkat di mana ia mulai mengubah makna yang diarahkan pada objek atau hal
kehidupan masyarakat umum secara radikal. tertentu. Makna ini bervariasi dan beragam,
Saat itu manusia telah melihat pengenalan mengarahkan peneliti untuk mencari
media digital baru yang memulihkan media kompleksitas pandangan daripada
87
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
88
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
berkurang, dan pemutusan antara metode yang berguna dan bermakna untuk
menambahkan ke temuan yang muncul dan evaluasi sebuah pidato. Adams et al., (2007)
tidak menambahkan, mungkin dianggap memaparkan bahwa jika anda mengikuti
sangat subjektif. pendekatan yang lebih kualitatif maka Anda
Adapun unit analisis dari penelitian mungkin akan terlibat dalam wawancara
ini adalah hasil observasi dari penelitian penelitian mendalam (in-depth interview). Ini
terdahulu oleh Sofian (2020) yaitu konten cenderung berlangsung sekitar satu jam dan
video dari lima individu youtuber Indonesia menyelidiki di balik pertanyaan-pertanyaan
yang menunjukkan pembicaraan secara langsung. Wawancara ini menghasilkan
eksplisit dan kreatif membahas virus corona banyak sekali informasi yang kaya.
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Seringkali pendekatan semi-terstruktur
sebagai berikut: diambil; dalam hal ini, nda menghasilkan
1. Atta Halilintar dengan judul 'peta jalan' pertanyaan yang memandu Anda
video“corona….”; melalui wawancara. Sebuah pertanyaan
2. Arif Muhammad dengan judul video ditanyakan dan kemudian Anda menjawab
“MAK BETI MARAH-MARAH dengan lebih banyak pertanyaan untuk
KARENA MARTHA”; balasannya.
3. Raditya Dika dengan judul video “Jaga Selain itu penelitian ini juga
Jarak Kuy”; melakukan observasi pada konten yang
4. Dylan Pros dengan judul video “Covid- diteliti untuk menggali beberapa informasi
19.”; tambahan. Menurut Adams et al., (2007)
5. Deddy Corbuzier dengan judul video meskipun observasi adalah metode
“KENAPA CUMA LOE YG BERANI pengumpulan data tersendiri, tidak peduli
NGOMONG?! JAKARTA SUDAH metode pengumpulan data mana yang
GAWAT DARURAT! - Anies diambil. Beberapa temuan terpenting dalam
Baswedan” penelitian tidak disengaja dan ditangkap dari
pengamatan kegagalan metode pengumpulan
C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data data lainnya. Maka dari itu setiap kegiatan
Data kualitatif diperlukan untuk pengamatan harus dicatat dan
memahami motivasi mendalam tentang didokumentasikan dengan baik.
perilaku atau perasaan orang. Penelitian ini Adams et al., (2007) dalam bukunya
menggunakan pengumpulan data primer menyebutkan bahwa triangulasi diperlukan
yaitu data yang dihasilkan sendiri oleh untuk mencari keakuratan data dan
peneliti yang dirancang khusus untuk penjelasan alternatif. Idenya adalah
menjawab pertanyaan tertentu yang mengumpulkan data dengan berbagai cara
ditelusuri (Adams et al., 2007). dan harapannya adalah ada konvergensi
Pada kegiatan penelitian peneliti tentang kebenaran. Dari perspektif kualitatif,
membutuhkan para partisipan untuk proses ini kompleks karena gagasan tentang
menonton salah satu konten video dari subjek konstruktivisme sosial (lebih bersifat
penelitian. Usai menonton video tersebut subjektif daripada pandangan obyektif
peneliti melakukan strategi wawancara tentang dunia).Perspektif yang dipegang oleh
mendalam terkait 5 canons of rhetoric yang sebagian besar peneliti kualitatif bertumpu
disampaikan oleh pembicara pada video. pada keyakinan bahwa ada banyak perspektif
Analisis 5 canons of rhetoric menurut atau pandangan dari kasus yang perlu
Westwick & Chromey (2014). memberikan direpresentasikan, dan bahwa tidak ada cara
89
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
untuk menetapkan, di luar perselisihan, yaitu menjaga jarak (Atkins, 2018). itu,
pandangan terbaik atau 'kebenaran'. Dari pembicara memberikan motivasi agar
beberapa jenis protokol triangulasi yang audiens tetap menjaga jarak sehingga
dipaparkan Stake (dalam Adams et al., 2007), COVID-19 dapat segera menghilang. Hal
jenis triangulasi yang dipakai oleh peneliti tersebut juga merupakan suatu implikasi
adalah Triangulasi Teori yang berarti yang menghubungkan dengan masa depan,
beberapa peneliti setuju dengan arti dari apabila masyarakat taat akan protokol
fenomena yang diteliti. kesehatan, maka di masa depan COVID-19
akan segera menghilang dengan segera
III. Hasil dan Diskusi (Booth, 2004).
90
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
Pada kanon pengaturan, informasi- agar audiens tidak merasa bosan atau merasa
informasi yang hendak disampaikan tertinggal oleh materi yang disampaikan.
diorganisasikan dengan baik dalam Nada bicara yang digunakan tetap kasual
memperkuat kredibilitas untuk namun menunjukkan keseriusan terlebih
meningkatkan persuasif bagi audiens. apabila membahas dampak yang diakibatkan
Pembicara menjelaskan perkembangan dari COVID-19. Tidak hanya serius, namun
topik pembahasan yang disampaikan dengan penyampaian dalam bentuk humor juga
jelas, dimulai dari pembukaan mengenai tren dilakukan agar audiens tidak merasa terlalu
COVID-19 yang semakin meningkat, panik. Sedangkan pada kanon memori
penjelasan cara penyebaran virus, hingga merujuk pada apa yang harus diingat dan
langkah antisipatif yang perlu dilakukan. disampaikan. Pembicara dinilai sudah fasih
Informasi yang dijelaskan juga dinilai sesuai dengan topik yang dibawakan di hadapan
dengan apa yang dibutuhkan serta berhasil audiens sesuai dengan latar belakangnya
dalam mengambil perhatian audiens. sebagai dokter ahli paru, sedangkan Atta
Kesimpulan yang diberikan oleh pembicara sendiri dinilai fasih dalam melakukan
juga mencakup pokok utama dalam penyampaian pesannya karena ia telah
pembahasan COVID-19 guna mempersuasi terbiasa membawakan konten di hadapan
audiens. Pada kanon gaya mencakup audiens. Persiapan yang dilakukan keduanya
pertimbangan kata-kata maupun istilah yang sama-sama mempersiapkan materi mengenai
digunakan oleh pembicara. Dikarenakan perkembangan COVID-19 di Indonesia,
pokok pembahasan merupakan topik serius namun dalam menyampaikan suatu argumen
yang perlu adanya perhatian oleh audiens, juga perlu adanya persiapan mengenai poin-
maka pembicara memperhatikan gaya yang poin yang akan disampaikan agar komunikasi
digunakan dalam menyampaikan pesannya. berjalan efektif.
Agar dapat dimengerti oleh kalangan luas,
pembicara memilih berbicara menggunakan 2. Arif Muhammad
gaya bahasa semi formal agar mudah
dimengerti oleh banyak pihak tanpa adanya Kemudian pada video yang diunggah
ambiguitas bahasa. Untuk mendukung oleh Arif Muhammad dengan judul “MAK
argumennya, pembicara menggunakan gaya BETI MARAH MARAH KARENA
bahasa metafora dalam menjelaskan istilah MARTHA”, jenis retorika yang digunakan
yang bisa jadi tidak dimengerti oleh seluruh yakni retorika deliberatif. Pembicara
kalangan, yaitu istilah tracing. menggunakan jenis retorika deliberatif
karena terdapat beberapa penjelasan yang
Pada kanon penyampaian, mengacu mendukung retorika deliberatif, dimana
pada bagaimana perwujudan simbol dalam menjelaskan bahwa sedang terjadi wabah
bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal virus corona yang mengharuskan kegiatan
maupun nonverbal. Dalam komunikasi dilakukan di dalam rumah. Hal tersebut
nonverbal yang dilakukan, pembicara merupakan implikasi dari tidak adanya
melakukan kontak mata dengan audiens pembahasan yang bertele-tele dari pokok
dengan cara mengulang kembali poin-poin permasalahan karena permasalahannya sudah
yang dijelaskan oleh narasumber dengan terlihat dengan jelas (Alberico & Loisa,
menatap kamera. Penggunaan parabahasa 2019). Pembicara membujuk audiens agar
juga penting dilakukan dalam membangun melakukan social distancing dengan tetap
suatu argumen, kecepatan bicara yang sesuai berada di rumah. Hal tersebut merupakan
91
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
implikasi dari usaha persuasi yang dilakukan Pembicara tidak memberikan penjelasan
oleh pembicara agar audiens melakukan mengenai bahasan COVID-19 secara luas
sesuatu, yaitu dengan tidak melakukan dan hanya terbatas pada anjuran social
aktivitas di luar rumah (Atkins, 2018). Selain distancing, penjelasan mengenai COVID-19
itu, pembicara memberikan motivasi dengan hanya dibahas seberapa bahayanya sehingga
menjelaskan hikmah yang didapatkan dengan perlu adanya social distancing. Informasi
adanya wabah COVID-19, yaitu apabila yang dijelaskan juga dinilai sesuai dengan
audiens tetap di rumah dan berkumpulnya apa yang dibutuhkan serta berhasil dalam
keluarga di rumah akan menciptakan quality mengambil perhatian audiens, dimana
time. urgensi yang harus disampaikan dalam video
itu mengenai himbauan untuk social
Guna melakukan penyampaian pokok distancing. Poin-poin utama yang
pembicaraan secara efektif, pembicara dinilai disampaikan oleh pembicara dilakukan
telah memenuhi kelima kanon retorika, berulang kali, namun tidak adanya
diantaranya adalah penemuan, pengaturan, kesimpulan yang secara menyeluruh
gaya, penyampaian, dan ingatan. Pada kanon mengenai COVID-19 pada bagian akhir dari
penemuan adanya proses interpretasi sebuah video tersebut. Pada kanon gaya mencakup
makna, adanya informasi, pengetahuan serta pertimbangan kata-kata maupun istilah yang
eksplorasi metode yang dimiliki akan digunakan oleh pembicara. Dikarenakan
mempengaruhi audiens. Dengan pokok pembahasan merupakan topik serius
diunggahnya video mengenai himbauan yang perlu adanya perhatian oleh audiens,
untuk social distancing membuktikan bahwa maka pembicara memperhatikan gaya yang
pembicara memiliki kepedulian mengenai isu digunakan dalam menyampaikan pesannya.
COVID-19. Dengan pembawaan konten Dengan format situational comedy nya yang
secara comedy, maka persuasi yang memiliki latar desa di Binjai, pembicara
dilakukan dalam bentuk storytelling. Dengan banyak menggunakan bahasa daerah dan juga
banyaknya subscribers yang dimiliki oleh Bahasa Indonesia informal agar mudah
pembicara, maka diharapkan adanya persuasi dipahami oleh audiensnya. Pembicara
yang diterima oleh penontonnya juga karena ditemukan tidak menggunakan metafora atau
pembicara melakukan adaptasi pesan guna majas dalam memaparkan argumennya.
memenuhi kebutuhan audiens dari
pembicaranya melalui situasional komedi Pada kanon penyampaian, mengacu
yang dibawakan. Argumen-argumen atau pada bagaimana perwujudan simbol dalam
poin penting yang disampaikan oleh bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal
pembicara berdasarkan penalaran yang maupun nonverbal. Argumen-argumen yang
mudah diterima oleh penontonnya, ia disampaikan melalui video itu, pembicara
menjelaskan poin penting mengenai social melakukan banyak komunikasi nonverbal.
distancing dan mengapa harus dilakukan Ekspresi dan gerakan tubuh yang serius
social distancing. dinilai penting untuk mendukung penjelasan
poin-poin utama mengenai kebijakan social
Pada kanon pengaturan, informasi- distancing. Penggunaan parabahasa juga
informasi yang hendak disampaikan penting dilakukan dalam membangun suatu
diorganisasikan dengan baik dalam argumen, kecepatan bicara yang sesuai serta
memperkuat kredibilitas untuk intonasi yang tenang membuat poin penting
meningkatkan persuasif bagi audiens. yang dijelaskan mudah dipahami oleh
92
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
93
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
dilandaikan sehingga perlu adanya social sebatas dalam persuasi agar audiens tetap
distancing. Informasi yang dijelaskan juga berada dalam rumah, tidak menjelaskan
dinilai sesuai dengan apa yang dibutuhkan COVID-19 secara medis. Dan juga editing
serta berhasil dalam mengambil perhatian dalam video yang dianggap cukup rapi
audiens, dimana urgensi yang harus menambah indikasi adanya persiapan yang
disampaikan dalam video itu mengenai dilakukan dalam mempersiapkan konten ini.
himbauan untuk social distancing. Namun Selain itu dalam memproduksi konten,
dijelaskan tidak adanya kesimpulan yang Raditya Dika dianggap menunjukkan adanya
secara menyeluruh mengenai COVID-19 riset materi yang harus disampaikan dan
pada bagian akhir dari video tersebut. script yang dirancang terlebih dahulu agar
audiens merasa tertarik dan adanya persuasi
Dengan struktur bicara yang mengenai himbauan social distancing yang
cenderung rapi, ternyata membuat audiens dilakukan.
mengaitkannya dengan kanon gaya dimana
disebutkan mengurangi kualitas humor yang 4. Dylan Pros
disajikan. Namun secara keseluruhan bahasa
yang digunakan masih bisa diterima dengan Pada video yang diunggah oleh
jelas dan juga santai. Disamping itu Dyland Pros dengan judul “Covid-19.”,
pembicara ditemukan tidak menggunakan peneliti dapat menyimpulkan bahwa retorika
metafora atau majas dalam memaparkan yang dibawakan yakni retorika deliberatif.
argumennya. Pembicara menggunakan jenis retorika
deliberatif karena terdapat beberapa
Pada kanon penyampaian, mengacu penjelasan yang mendukung retorika
pada bagaimana perwujudan simbol dalam deliberatif, dimana pembicara menjelaskan
bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal bahwa di seluruh dunia sedang ramai beredar
maupun nonverbal. Dalam komunikasi berita tentang Covid-19. Hal tersebut
nonverbal yang dilakukan, pembicara merupakan implikasi dari tidak adanya
mempertahankan kontak mata dengan pembahasan yang bertele-tele dari pokok
audiens. Ekspresi dan gerakan tubuh yang permasalahan karena permasalahannya sudah
serius dinilai penting untuk mendukung terlihat dengan jelas (Alberico & Loisa,
penjelasan poin-poin utama mengenai 2019). Selanjutnya terdapat implikasi dari
kebijakan social distancing. Penggunaan motivasi yang disampaikan oleh Dyland Pros
parabahasa juga penting dilakukan dalam agar audiens kuat bertahan di masa pandemi
membangun suatu argumen, kecepatan bicara . Hal tersebut juga merupakan suatu implikasi
yang sesuai serta intonasi yang tenang yang menghubungkan dengan masa depan,
membuat poin penting yang dijelaskan apabila masyarakat tetap kuat dan menjaga
mudah dipahami oleh audiens sehingga kesehatan, maka ada di masa depan
diharapkan adanya persuasif yang dilakukan masyarakat bisa beraktivitas normal kembali
Raditya Dika kepada audiensnya. (Booth, 2004). Selain itu pembicara juga
memberikan ajakan untuk tetap dirumah dan
Sedangkan pada kanon memori makan masakan rumah agar mengurangi
merujuk pada apa yang harus diingat dan resiko terpapar penyakit. Hal tersebut
disampaikan. Pembicara dinilai sudah fasih merupakan implikasi dari upaya Dyland Pros
dengan topik yang dibawakan di hadapan untuk mempengaruhi audiens agar
audiens karena penjelasan yang ia lakukan mengambil suatu tindakan (Atkins, 2018).
94
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
95
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
menyerang siapa saja. Hal tersebut Langkah tersebut dinilai tepat karena materi
merupakan implikasi dari tidak adanya langsung dibawakan oleh pihak yang relevan,
pembahasan yang bertele-tele dari pokok yaitu Anies Baswedan sebagai gubernur
permasalahan karena permasalahannya sudah Jakarta. Kemudian pembicara dinilai
terlihat dengan jelas (Alberico & Loisa, mengadaptasi pesan untuk memenuhi
2019). Juga ada suatu implikasi yang kebutuhan audiens dari pembicaranya, pada
menghubungkan suatu topik dengan masa hal ini Deddy Corbuzier mengadaptasi
depan (Booth, 2004), yaitu apabila bahasan dengan konsep podcast yang biasa
masyarakat tidak menganggap serius ditayangkan secara reguler. Argumen-
pandemi covid-19, maka bisa saja sesuatu argumen yang dibawakan oleh pembicara
yang buruk terjadi pada Indonesia. Hal ini pun berdasarkan penalaran serta adanya
juga merupakan implikasi dari upaya Deddy bukti-bukti konkrit, salah satunya ketika
Corbuzier untuk mempengaruhi audiens nya pembicara membahas mengenai tren
agar lebih peduli terhadap masalah kesehatan COVID-19 yang masih cenderung diabaikan,
yang sedang terjadi (Atkins, 2018). pembicara menjelaskan penalaran mengenai
Disamping ada usaha pembicara untuk adanya kasus yang terjadi pada pasien pada
mengarahkan pembicaraan tentang usia muda.
kewaspadaan di musim lebaran mendatang
dan mengambil langkah sesuai protokol dari Pada kanon pengaturan, walaupun
pemerintah yang juga merupakan implikasi konten dikemas dalam bentuk podcast,
dari upaya Deddy Corbuzier untuk informasi-informasi yang hendak
mempengaruhi audiens nya dalam disampaikan diorganisasikan dengan cukup
mengambil tindakan (Atkins, 2018). Hal ini baik. Hal ini karena Deddy Corbuzier dinilai
merupakan suatu implikasi yang dapat mengarahkan pembicaraan sesuai
menghubungkan dengan masa depan , yaitu konteks. Deddy Corbuzier dalam dialognya
apabila tidak ada peringatan, maka bisa pada juga tetap dapat mengambil perhatian
musim mudik mendatang masyarakat akan audiens melalui struktur bicaranya. Selain itu
tetap menjalankan tradisi seperti biasa Deddy Corbuzier juga memberikan
(Booth, 2004). ringkasan poin utama dari materi yang
disampaikan oleh Anies Baswedan, sehingga
Guna melakukan penyampaian pokok menambah kejelasan informasi-informasi
pembicaraan secara efektif, pembicara dinilai yang hendak disampaikan serta
telah memenuhi kelima kanon retorika, pengorganisasian yang baik memperkuat
diantaranya adalah penemuan, pengaturan, kredibilitas untuk meningkatkan persuasi
gaya, penyampaian, dan ingatan. Pada kanon bagi audiens.
penemuan adanya proses interpretasi sebuah
makna, adanya informasi, pengetahuan serta Pada kanon gaya mencakup
eksplorasi metode yang dimiliki akan pertimbangan kata-kata maupun istilah yang
mempengaruhi audiens. Pembicara digunakan oleh pembicara. Dikarenakan
dijelaskan memiliki kepedulian akan topik pokok pembahasan merupakan topik serius
yang akan dibahas, yakni mengenai COVID- yang perlu adanya perhatian oleh audiens,
19, dimana pada saat video tersebut diunggah maka pembicara memperhatikan gaya yang
pada fase awal COVID-19 mewabah di digunakan dalam menyampaikan pesannya.
Indonesia, sehingga ada rasa penasaran yang Pembicara banyak menggunakan bahasa
perlu dipenuhi tentang rencana pemerintah. yang lebih formal karena
96
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
97
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
98
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
masing-masing informan telah baik penelitian ini, yaitu jenis retorika yang
dilakukan dan diterima oleh audiensnya. digunakan dan lima kanon retorika saat
pembicara menyampaikan pesan. Dari
Kemudian pada kanon penyampaian, keseluruhan pembicara, dijelaskan bahwa
ditemukan bahwa masing-masing pembicara retorika yang disampaikan adalah retorika
mewujudkan simbolnya baik berupa deliberatif karena pembicara langsung
komunikasi verbal maupun komunikasi menjelaskan pokok permasalahan yang
nonverbal. Dalam format yang digunakan terjadi, yaitu adanya pandemi COVID-19
oleh masing-masing pembicara, diketahui dari Wuhan, China yang telah menyebar
bahwa ada pembicara yang mempertahankan hingga ke Indonesia. Kemudian pembicara
kontak mata dengan audiensnya dengan melakukan usaha persuasi kepada audiens
memandang ke arah kamera, pembicara yang untuk melakukan sesuatu atau menghindari
melakukan kontak mata dengan lawan suatu hal, yaitu untuk melakukan jaga jarak
bicaranya, bahkan tidak melakukan kontak serta membatasi kegiatan di luar rumah
mata sama sekali kepada audiens karena berdasarkan anjuran pemerintah. Selain itu
mengacu pada format konten yang pembicara memberikan beragam motivasi
dibawakan. Ekspresi dinilai penting oleh pada audiensnya untuk dapat melewati
audiens untuk meyakinkan persuasi yang pandemi COVID-19.
dilakukan. Selain itu, penggunaan para- Sedangkan pada konsep dari lima kanon
bahasa seperti intonasi juga ditemukan pada retorika, masing-masing pembicara diketahui
seluruh pembicara, penemuan ini menarik menggunakan kelima kanon retorika dalam
karena intonasi yang terlalu serius dinilai masing-masing videonya, kelima kanon
audiens kurang mendukung proses tersebut yaitu penemuan, keseluruhan
penyampaian pesan karena dianggap pembicara dinilai peduli dengan topik
berlebihan. Sedangkan pada kanon memori COVID-19 yang dibawakan, pembicara
yang mengacu pada hal-hal yang harus mengadaptasi pesan yang disampaikan sesuai
diingat untuk disampaikan oleh pembicara, dengan kebutuhan audiens, serta argumen
audiens menilai bahwa seluruh pembicara yang disampaikan diperkuat dengan
telah fasih dengan topik yang dibawakan. penalaran dan bukti-bukti. Pada kanon
Persiapan yang matang diantaranya riset pengaturan, pesan disampaikan dengan baik
materi, skrip yang dirancang, serta latihan dan jelas sehingga menarik perhatian
penyampaian materi dibutuhkan agar audiens, poin utama serta kesimpulan
terjalinnya komunikasi yang efektif dengan dibawakan oleh pembicara. Selanjutnya pada
audiens. kanon gaya, masing-masing peneliti
memiliki ciri khas masing-masing dalam
IV. Kesimpulan menyampaikan pesan pada audiens, dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah menggunakan metafora, gaya serius, bahkan
dilakukan oleh peneliti, studi ini dilakukan dengan menyisipkan humor. Kemudian pada
berdasarkan kekurangan konsep yang tidak kanon penyampaian, beberapa pembicara
didiskusikan sebelumnya mengenai teori dalam melakukan komunikasi nonverbal
retorika oleh kelima YouTubers Indonesia melakukan kontak mata, seluruh pembicara
mengenai COVID-19 untuk mempersuasi menggunakan ekspresi serta parabahasa.
publik. Penelitian berikut mengemukakan Sedangkan pada kanon memori, masing-
bahwa terdapat dua konsep lainnya mengenai masing audiens mengemukakan bahwa
teori retorika oleh Aristoteles dalam seluruh pembicara dinilai telah fasih dalam
99
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
100
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
101
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
102
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021
103