Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Analisis Retorika Aristoteles Pada Kajian Ilmiah Media Sosial Dalam Mempersuasi Publik

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI

E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373


VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

ANALISIS RETORIKA ARISTOTELES PADA KAJIAN ILMIAH MEDIA


SOSIAL DALAM MEMPERSUASI PUBLIK

Rifqi Nadhmy Dhia1, Jasmine Alya Pramesthi2, Irwansyah3


Pascasarjana Departemen Komunikasi, Universitas Indonesia
Email : rifqi.nadhmy@ui.ac.id1, jasmine.alya@ui.ac.id2, irwansyah09@ui.ac.id3

ABSTRACT

To build public awareness of the current crisis, many persuasive messages are disseminated through social
media. Public communication is considered to be utilizing the power of YouTube as a popular social media
platform in effectively communicating the crisis through persuasive messages. In previous research, the
three aspects of ethos, pathos, and logos have been found as evidence of rhetoric in conveying persuasive
messages made by YouTubers. The implications of the study about rhetoric continue to develop today. This
study aims to review other Aristotle’s rhetorical concepts that have not been analyzed in previous studies.
The research used qualitative exploratory methods, including in-depth interviews and observations. The
sample size of participants in this study follows the concept of saturation. The study uncovered that there
are two other concepts regarding rhetorical theory by Aristotle in this study — the type of rhetoric used
and the five rhetorical canons when the speaker conveys a message. The researcher suggests further
research to explore the concept of rhetorical inartistic evidence that is outside the rhetoric element brought
by the speaker, so that the study can be discussed more comprehensively.

Keywords: Aristotle’s rhetoric; Social media; Youtubers; Public speaking; Communication

Adanya situasi darurat kesehatan


I. Pendahuluan mempengaruhi kehidupan hampir di seluruh
dunia tidak terkecuali di Indonesia baik pada
Retorika selalu terlibat sebagai alat faktor ekonomi maupun sosial. Hal ini
untuk untuk memberi dan menerima diakibatkan oleh adanya pandemi yang
informasi kepada khalayak. Dalam hal ini berasal dari virus COVID-19 (Wahdian &
sangat dibutuhkan strategi untuk dapat Setiawati, 2020). Sejak pertama kali
mempersuasi publik di masa-masa genting dikonfirmasinya kasus Coronavirus Disease
yang terjadi di suatu negara. Aktivitas sehari- 2019 (COVID-19) oleh World Health
hari yang dilakukan oleh masyarakat luas Organizations (WHO) di Wuhan, China pada
secara terpaksa terhambat hingga krisis Desember 2019 serta secara spesifik adanya
mencapai tahap resolusi. Agar masyarakat kasus pertama di Indonesia pada Maret 2020
dapat mematuhi protokol serta aturan yang memberikan dampak yang signifikan pada
ditetapkan oleh pemerintah, dibutuhkan beberapa sektor kehidupan sehari-hari
adanya pesan persuasi. Pesan persuasi pada dikarenakan virus dengan nama SARS-CoV-
suatu tahapan krisis kini banyak ditemukan 2 dapat melakukan penyebaran melalui
seiring dengan merebaknya pandemi yang udara.
terjadi belakangan ini.

81
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Dengan tidak adanya vaksin, himbauan yang dikomunikasikan oleh


langkah-langkah jarak sosial adalah salah komunikator dengan ideologi yang sama
satu alat utama untuk mengurangi penularan dengan audiens membuat audiens lebih
virus corona sindrom pernapasan akut parah terbujuk. Untuk mengatasi komunikator yang
2 (SARS-CoV-2), yang menyebabkan konservatif bagi kalangan luas, maka perlu
COVID-19. Menanggapi ancaman COVID- adanya eksplorasi bagaimana komunikator
19, pemerintah nasional dan daerah di dapat membingkai pesan persuasifnya
seluruh dunia telah menyatakan keadaan (Koetke et al., 2020).
darurat, mempromosikan pesanan yang lebih
aman di rumah, dan mengharuskan Dengan perkembangan teknologi
penutupan bisnis untuk meningkatkan jarak yang memudahkan persebaran informasi bagi
sosial dan mengurangi risiko penularan tiap penggunanya, pesan persuasif dapat
(Weill et al., 2020). disebarluaskan melalui media sosial. Media
sosial dapat dilihat sebagai salah satu bentuk
Pandemi COVID-19 memang komunikasi elektronik yang memberikan
menjadi ujian berat bagi semua bangsa, fasilitas penggunanya berinteraksi salah
menguji kemampuan semua bangsa untuk satunya berbagi informasi (Faizin et al.,
dapat mengambil hikmah dengan terus 2018). Informasi yang disebarluaskan
berupaya dan berupaya mencari solusi atas melalui media sosial tidak mengenal batasan,
setiap permasalahan yang ada (Abidah et al., salah satunya informasi dalam bentuk
2020). Pada situasi pandemi COVID-19 yang persuasif. Salah satu media sosial yang
semakin merebak, salah satu upaya yang populer digunakan oleh masyarakat adalah
dianjurkan pemerintah Indonesia untuk YouTube. Masifnya pengguna YouTube
mengurangi penyebaran virus semakin menjadikan banyak pengguna internet
meluas dengan menggalangkan protokol memanfaatkan YouTube dalam sebagai
kesehatan, salah satunya dengan upaya sarana aktivitasnya sehari-hari (Romadhan,
menjaga jarak atau dikenal dengan istilah 2018), salah satunya dalam menyampaikan
social distancing (Suswanto & Setiawati, pesan persuasif.
2020). Social distancing sendiri bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa dengan Dalam menyebarkan pesan persuasif
mengurangi laju dan tingkat infeksi COVID- akan COVID-19 di Indonesia khususnya
19 dan untuk menghindari pembebanan pada himbauan social distancing, pengguna
infrastruktur perawatan kesehatan negara YouTube memiliki andil terhadap
apabila ada orang yang bergejala mencari audiensnya, diantaranya adalah Atta
perawatan medis (Thunström et al., 2020). Halilintar, Arif Muhammad, Raditya Dika,
Dylan Pros, dan Deddy Corbuzier. Dalam
Dalam rangka membentuk kesadaran video-video yang diunggah, peneliti
masyarakat pada krisis yang terjadi saat ini, menemukan ketiga aspek ethos, pathos, serta
maka himbauan dilakukan oleh berbagai logos sebagai bukti retorika dalam
kalangan, baik oleh pemerintah sebagai menyampaikan pesan persuasif (Sofian,
pembuat keputusan ataupun oleh masyarakat 2020).
sipil. Himbauan yang dilakukan perlu adanya
daya tarik persuasif agar mencapai tujuan Penemuan tersebut dijelaskan oleh
utama, yaitu masyarakat setuju untuk (Sofian, 2020) dalam penelitiannya dengan
melakukan social distancing. Pesan judul “YouTubers Creativity in Creating

82
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Public Awareness of COVID-19 in sebagai pisau analisis sebagaimana


Indonesia: A YouTube Content Analysis”. disebutkan bahwa peneliti memiliki latar
Artikel tersebut menjelaskan bagaimana belakang dari komunikasi. Selain itu, hasil
maraknya informasi yang dinilai telah penelitiannya diharapkan dapat memberikan
menyesatkan publik sehingga rendahnya khasanah baru dalam teori komunikasi,
kepercayaan publik terhadap pemerintah khususnya pada konteks komunikasi publik
dalam mengatasi pandemi. Penelitian ini dimana pemanfaatan kekuatan YouTube
membahas bagaimana beberapa YouTuber sebagai platform media sosial yang populer
populer yang membuat video dengan dalam melakukan pesan persuasif. Sebagai
pembahasan COVID-19 sehingga dapat penelitian yang membahas komunikasi
menjangkau banyak penonton. Tujuan dari publik, penelitian ini dianalisis terbatas pada
penelitian tersebut sendiri adalah untuk bukti artistik retorika yang dijelaskan oleh
melakukan analisa bagaimana YouTuber Aristoteles, diantaranya adalah Ethos,
secara individu dapat menyajikan isu Pathos, dan Logos.
COVID-19 guna mempersuasi masyarakat
Indonesia berdasarkan bukti retorika yang Kata retorika seringkali kurang tepat
dibawakan dalam video-videonya, yaitu dari diartikan. Pada kenyataannya, retorika
ethos, pathos, dan logos dengan merupakan seni membangun argumen dan
menggunakan analisis konten. pidato. Hal ini telah berevolusi sebagai
berbagai cara manusia menggunakan simbol
Lima YouTubers Individu dengan untuk mempengaruhi orang-orang di sekitar
jumlah subscriber terbanyak di Indonesia ini mereka dan untuk membangun dunia tempat
berdasarkan penelitian oleh Sofian (2020) mereka tinggal (Littlejohn et al., 2017). West
memandang COVID-19 sebagai pandemi & Turner (2010) menyepakati bahwa retorika
yang harus ditangani dengan sangat serius memiliki definisi sebagai sarana pembicara
namun tanpa kecemasan. Melalui video di yang tersedia untuk membujuk audiensnya.
kanal YouTube mereka, YouTuber Penemuan mengenai retorika pertama
menyampaikan pesan informatif dan kali dijabarkan oleh Aristoteles dengan
persuasif tentang COVID-19 untuk mengangkat retorika ke dalam ilmu
menciptakan kesadaran masyarakat. Pesan pengetahuan dengan cara yang sistematis
persuasif berisi etos yang tepat (speaker yang mengeksplorasi dampak dari pembicara,
kredibel), pathos yang sesuai (ekspresi yang pidato, serta khalayak. Aristoteles
tepat untuk mengaduk emosi audiens), dan menemukan fungsi dari retorika sebagai
logos yang baik (argumen dan bukti yang penemuan dalam setiap kasus dimana adanya
tepat untuk membangun kepercayaan persuasi (Griffin et al., 2018). Sutrisno et al.,
audiens). Topik yang disajikan berkisar (2014) mengemukakan bahwa retorika dalam
tentang karakteristik coronavirus, beberapa kajian ilmu komunikasi adalah metode
saran perlindungan, komentar tentang penggunaan bahasa sebagai seni yang
kebijakan pemerintah dalam menangani berlandaskan dari suatu pemahaman yang
COVID- 19, dan dampak sosial ekonomi dari sistematis. Salah satu bentuk komunikasi
pandemi virus corona. yang dijelaskan dengan cara yang efektif
serta efisien akan menekankan bagaimana
Penelitian tersebut ditulis dalam kemampuan berkomunikasi publik.
ranah pembahasan Ilmu Komunikasi,
khususnya pada kajian retorika Aristoteles

83
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Walaupun studi mengenai retorika observasi guna melengkapi data dalam


telah dibahas sejak sebelum masehi, namun menjawab konsep yang tidak dibahas dalam
implikasinya telah mengalami penelitian terdahulu.
perkembangan hingga kini. Kredibilitas,
emosi, dan logika yang diatur dalam retorika Berdasarkan penjabaran berikut,
Aristoteles sendiri penting untuk peneliti mengidentifikasi masalah yang
mempengaruhi audiens. Hal ini dianggap terjadi, yaitu mengapa terdapat beberapa
harmonis dengan tujuan orang-orang untuk konsep dari Retorika Aristoteles yang tidak
menyebarkan pesan di media sosial dalam dijelaskan dalam penelitian terdahulu?
mempengaruhi audiens (Venus et al., 2019). Setelah melakukan identifikasi dari masalah
penelitian, peneliti merumuskan tujuan dari
Penelitian ini merupakan studi studi ini untuk menganalisa apa jenis retorika
pelengkap dari penelitian sebelumnya yang serta lima kanon retorika dari individu
ditulis oleh Sofian (2020) dimana adanya YouTuber Indonesia dalam mempersuasi
keterbatasan konsep yang dibawakan, yaitu audiens mengenai isu COVID-19 melalui
hanya menjelaskan bukti artistik retorika konten video YouTube.
yang dimiliki oleh kelima YouTubers,
diantaranya pembahasan mengenai Ethos, Komunikasi Publik
Pathos, dan Logos menggunakan analisis Komunikasi didefinisikan oleh West
konten dari kelima video yang diunggah oleh & Turner) 2010) sebagai proses sosial
YouTubers tersebut. Berdasarkan celah dari dimana individu menggunakan simbol untuk
penelitian tersebut, peneliti hendak mengulas membentuk dan menafsirkan makna di
konsep-konsep retorika Aristoteles lainnya, lingkungannya. Salah satu bentuk dari
dimana peneliti akan membahas jenis komunikasi adalah komunikasi publik.
retorika dalam video tersebut serta lima Dalam berbicara di depan publik, pembicara
kanon retorika yang dibawakan oleh biasanya memiliki tiga tujuan utama:
pembicara. Peneliti tidak menggunakan bukti menginformasikan, menghibur, atau
konsep inartistik retorika karena bukti membujuk. Persuasi merupakan inti dari
inartistik retorika tidak berasal dari apa yang komunikasi publik. Komunikasi publik
dijelaskan pembicara, dimana video-video merujuk kepada penyebaran informasi atau
oleh lima YouTubers Indonesia merupakan pesan dari satu orang ke banyak orang lain
objek penelitian dalam studi ini. (audiens). Banyak prinsip persuasi termasuk
analisis audiens, kredibilitas pembicara, dan
Selain itu, untuk meningkatkan penyampaian pesan secara verbal dan
validitas dalam upaya menggambarkan nonverbal merupakan bagian dari proses
fenomena ini dan memperkaya informasi persuasif. Pesan sendiri adalah inti dari studi
yang dikumpulkan, peneliti hendak komunikasi. Profesor komunikasi emeritus
menggunakan data-data primer dalam studi University of Colorado Robert Craig
ini diantaranya yaitu data dari wawancara mengatakan bahwa komunikasi melibatkan
mendalam yang dilakukan kepada penonton "berbicara dan mendengarkan, menulis dan
dari kelima video tersebut, dimana studi membaca, melakukan dan menyaksikan,
retorika sebagaimana dijelaskan oleh Griffin atau, lebih umum, melakukan apa pun yang
et al., (2018) dimana adanya dampak melibatkan 'pesan' dalam media atau situasi
persuasif dari pembicara yang dirasakan oleh apa pun." (Griffin et al., 2018). Keberhasilan
khalayak. Kemudian peneliti melakukan mereka dalam melakukan komunikasi publik

84
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

yang efektif berkat prinsip retoris (West & dengan kompetensi maupun kelayakan yang
Turner, 2010). dimilikinya (Widiastuti, 2017).
Pathos berkaitan dengan emosi yang
Retorika ingin pendengar keluarkan oleh pembicara.
Teori Aristoteles mengenai retorika Aristoteles berpendapat bahwa pendengar
dipandu oleh dua asumsi berikut, yaitu menjadi alat pembuktian ketika melibatkan
asumsi pertama pembicara publik yang emosi, pendengar menilai secara berbeda
efektif harus mempertimbangkan audiens ketika mereka dipengaruhi oleh
mereka dan pembicara publik yang efektif kegembiraan, rasa sakit, kebencian, atau
menggunakan sejumlah bukti dalam ketakutan (West & Turner, 2010). Pesan
presentasi mereka. Dalam konteks berbicara menarik untuk memancing emosi audiens
di depan umum, Aristoteles menyarankan dirancang dengan memicu emosi seperti
bahwa hubungan antara pembicara dengan ketakutan, kemarahan, serta penghinaan
audiens harus diakui. dimana banyak digunakan melalui daya tarik
Bukti inartistik atau eksternal adalah humor, sinisme atau empati (Samuel-Azran
yang tidak dibuat oleh pembicara. Mereka et al., 2015). Logos adalah bukti logis yang
akan menyertakan kesaksian saksi atau disampaikan komunikator yang mencakup
dokumen yang ada (Griffin et al., 2018). argumen dan rasionalisasi mereka. Bagi
dimana bukti-bukti adalah mereka yang Aristoteles, logos melibatkan penggunaan
"sudah ada sebelumnya" karena mereka ada sejumlah praktik, termasuk menggunakan
di luar konstruksi retor individu. Sebagai klaim logis dan bahasa yang jelas (West &
pembicara, dengan kata lain, telah ditemukan Turner, 2010). Dalam memaparkan bukti-
bukti artistik sementara bukti inartistik ada di bukti logisnya, pembicara sering kali
luar upaya penemuan. Dengan cara ini, bukti menggunakan fakta dan angka untuk
inartistik tidak begitu banyak kondisi meyakinkan audiens (Samuel-Azran et al.,
sebelumnya di mana retorika harus 2015).
menavigasi upaya persuasif mereka karena Jenis-jenis retorika yang disampaikan
mereka adalah bahan yang dapat dipilih oleh Aristoteles diantaranya adalah retorika
dalam konstruksi kasus (Phillips, 2019). deliberatif, retorika forensik, dan retorika
Asumsi kedua yang mendasari teori epideiktik. Retorika deliberatif merupakan
Aristoteles berkaitan dengan pertimbangan retorika yang mencoba menghubungkan
tiga bukti retoris: logika (logos), emosi dengan masa depan. Retorika jenis deliberatif
(pathos) dan etika atau kredibilitas (ethos). merupakan jenis retorika yang memiliki
Berdasarkan hal ini pembicara yang efektif unsur motivasi yang membawa pendengar
menggunakan beberapa bukti dalam menjadi lebih baik (Booth, 2004). Retorika
presentasi mereka. Bukti yang dimaksud deliberatif berusaha membujuk pendengar
mengacu pada cara persuasi: ethos, pathos, untuk mengambil, atau berpaling dari
dan logos (Venus et al., 2019). Ethos tindakan tertentu (Atkins, 2018). Biasanya
mengacu pada karakter yang dirasakan, strategi persuasif yang dilakukan tidak
kecerdasan, dan niat baik dari pembicara saat mengandung banyak basa-basi karena
mereka terungkap melalui bicaranya (West & permasalahan yang akan diangkat sudah
Turner, 2010). Ethos mengandung unsur terlihat dengan baik (Alberico & Loisa,
kredibilitas dari pembicara yang diperoleh 2019).
karena mendapatkan hak untuk berbicara Retorika forensik adalah retorika dengan
upaya untuk mengubah apa yang kita lihat

85
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

sebagai kebenaran tentang masa lalu (upaya terlibat (Littlejohn et al., 2017).
yang mungkin juga mempengaruhi masa mempertahankan struktur pembicaraan yang
depan) (Booth, 2004). Ketika dianalisis dari terdiri atas Pendahuluan, Isi, dan Kesimpulan
posisi retorika forensik, persuasi mampu memperkuat kredibilitas pembicara,
mengasumsikan tujuan retorika adalah meningkatkan persuasif, dan mengurangi
pembenaran dari perilaku manusia frustasi pendengar (West & Turner, 2010).
(Charteris-Black, 2012). Retorika epideiktik Gaya menyangkut semua pertimbangan
mencoba untuk membentuk kembali yang terlibat dalam pilihan, manajemen, dan
pandangan masa kini (Booth, 2004). Retorika penyajian simbol-simbol itu, baik kata-kata,
epideiktik adalah retorika yang paling tidak pakaian, furnitur, atau tarian (Littlejohn et al.,
didefinisikan dari ketiga jenis tersebut. Jenis 2017). Aristoteles percaya bahwa setiap jenis
ini dikaitkan dengan pujian dan kesalahan, retorika memiliki gayanya masing-masing,
dan menampilkan banyak hal dalam namun gaya tersebut sering diabaikan. Dia
kesempatan seperti upacara dedikasi maupun mencatat bahwa kata-kata yang dianggap
pidato penerimaan (Atkins, 2018). aneh harus dihindari. Berbicara dalam istilah
Dalam penyampaian yang efektif, yang terlalu sederhana juga tidak disarankan.
akademisi dan praktisi menyusun standar Untuk menjembatani kesenjangan antara
dalam mengukur kualitas kemampuan dari yang tidak dikenal dan yang terlalu akrab,
komunikator dalam melakukan retorika, Aristoteles memperkenalkan gagasan
diantaranya adalah penemuan, pengaturan, metafora, atau kiasan yang membantu
gaya, penyampaian, dan ingatan sebagai lima membuat ketidakjelasan lebih dapat
kanon retorik. (Westwick & Chromey, 2014). dipahami. (West & Turner, 2010).
telah menemukan bahwa analisis lima kanon Penyampaian telah menjadi perwujudan
retorika memberikan metode evaluasi dari simbol dalam beberapa bentuk fisik, yang
speech yang berguna dan bermakna bagi mencakup berbagai opsi dari nonverbal
audiens. Penemuan mengacu kepada hingga bicara menulis hingga pesan yang
konseptuliasisasi, dimana proses di mana dimediasi (Littlejohn et al., 2017).
makna diberikan ke simbol melalui Penyampaian biasanya mencakup sejumlah
interpretasi, pengakuan fakta bahwa manusia perilaku, termasuk kontak mata, isyarat
tidak hanya menemukan apa yang ada tetapi vokal, pengucapan, dialek, gerakan tubuh,
menciptakannya melalui kategori dan penampilan fisik. Bagi Aristoteles,
interpretatif yang mereka pilih untuk penyampaian secara khusus berkaitan dengan
digunakan (Littlejohn et al., 2017). Informasi manipulasi suara. Aristoteles secara khusus
dan pengetahuan yang dibawa pembicara mendorong pembicara untuk menggunakan
dapat membantu pembicara dalam tingkat nada, ritme, volume, dan emosi yang
pendekatan persuasifnya (West & Turner, sesuai (West & Turner, 2010). Yang terakhir,
2010). Dalam penemuan, analisis yang memori tidak lagi mengacu pada menghafal
dilakukan mengeksplorasi berbagai metode pembicaraan sederhana tetapi pada reservoir
yang digunakan pembicara untuk memori budaya yang lebih besar serta proses
mempengaruhi audiens melalui konten pesan persepsi yang mempengaruhi bagaimana kita
(Westwick & Chromey, 2014). menyimpan dan memproses informasi
Pengaturan adalah proses (Littlejohn et al., 2017). Mengetahui apa
pengorganisasian simbol yang mengatur yang harus disampaikan dan kapan harus
informasi dalam kaitannya dengan hubungan mengatakannya meredakan kecemasan
antara orang-orang, simbol, dan konteks yang pembicara dan memungkinkan pembicara

86
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

menanggapi peristiwa yang tidak terduga lama, salah satunya adalah YouTube yang
(West & Turner, 2010). Tahapan ini memulihkan televisi. YouTube kerap diakses
berkaitan erat dengan apa yang diartikan oleh masyarakat guna menyampaikan pesan
sebagai public speaking. berupa informasi maupun hiburan secara
Apabila pada penemuannya retorika audio visual. Isi dari pesan dapat berupa ilmu
ditemukan di tengah masyarakat Yunani pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat,
kuno dengan melakukan diskusi publik maupun propaganda. Konten YouTube
mengenai penentuan keputusan, melalui menawarkan peluang untuk menyebarkan
perkembangan teknologi, kajian retorika konten ke khalayak yang sangat luas dari
Aristoteles dapat disampaikan melalui new pengunjung situs. Dengan demikian, situs ini
media. Strategi komunikasi yang dijelaskan berfungsi sebagai platform yang menarik
oleh Aristoteles sejak asal-usulnya di zaman baik bagi pembuat konten amatir maupun
kuno Greco-Romawi membawa penggunaan perusahaan media (Xu et al., 2016).
figur retoris sebagai kajian yang diadaptasi Beragamnya cara pemanfaatan YouTube
dalam komunikasi jaringan, secara spesifik tidak hanya untuk hiburan tetapi juga
pada media sosial (Fernández et al., 2013). interaksi sosial dalam bentuk komentar,
Produk digital memiliki aspek retoris dalam pencarian dan penyediaan informasi
melakukan persuasi dimana teks dan visual menjadikan situs ini menarik dari sudut
memiliki peran yang penting dalam pandang penelitian (Khan, 2017).
membangun argumen (Emanuel et al., 2015).
II. Metode Penelitian
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam prosesnya, penelitian ini
New Media menggunakan pendekatan kualitatif
New media menurut McMullan (2020) eksplorasi. Pendekatan kualitatif dengan
menunjukkan perubahan besar ketika strategi wawancara mendalam maupun
kategori baru dari teknologi ekspresif dan observasi umum digunakan dalam studi
komunikatif berdampak pada kehidupan mengenai teori Retorika Aristoteles guna
manusia. Penggunaan istilah new media mengeksplorasi bagaimana pesan persuasi
berakar dalam pada praktik, ide, serta tatanan diciptakan oleh pembicaranya hingga
sosial yang berasal dari digitalisasi. Manusia bagaimana respon yang diterima oleh audiens
menggunakan berbagai perangkat digital, sebagaimana dijelaskan dalam studi oleh
diantaranya smartphone, komputer, tablet Saputri & Pamungkas, (2020), Walewangko
untuk mengakses internet, membaca berita, et al., (2019), Alberico & Loisa, (2019),
hingga menonton tayangan maka dari itu new Wulan et al., (2018), dan Sulistiyani &
media kini dianggap begitu penting dalam Mukaromah, (2018)
kehidupan sehari-hari. New media secara Kemudian, penelitian ini
fundamental telah mengubah cara interaksi menggunakan paradigma konstruktivis.
orang ke orang lainnya (Rohlinger, 2019). Pandangan konstruktivis sosial percaya
Sudah kurang dari 50 tahun sejak komunikasi bahwa Individu mengembangkan makna
digital mulai merambah masyarakat ke subjektif dari pengalaman mereka sebagai
tingkat di mana ia mulai mengubah makna yang diarahkan pada objek atau hal
kehidupan masyarakat umum secara radikal. tertentu. Makna ini bervariasi dan beragam,
Saat itu manusia telah melihat pengenalan mengarahkan peneliti untuk mencari
media digital baru yang memulihkan media kompleksitas pandangan daripada

87
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

mempersempit makna menjadi beberapa psikologis. Eksplorasi semacam itu,


kategori atau ide. Tujuan dari penelitian tergantung pada sudut pandang yang diambil,
konstruktivis adalah untuk mengandalkan cara khas dalam menjalankan proses ilmiah,
sebanyak mungkin pandangan para pendekatan metodologis khusus, dan
partisipan tentang situasi yang sedang orientasi pribadi yang meresap.
dipelajari. Pertanyaan-pertanyaannya
menjadi luas dan umum sehingga peserta B. Partisipan Penelitian
dapat mengkonstruksi makna suatu situasi, Creswell & Creswell (2018)
biasanya ditempa dalam diskusi atau memaparkan bahwa salah satu ide di balik
interaksi dengan orang lain. Semakin terbuka penelitian kualitatif adalah dengan sengaja
pertanyaannya, semakin baik, karena peneliti memilih partisipan atau situs (atau dokumen
mendengarkan dengan cermat apa yang atau materi visual) yang akan membantu
dikatakan atau dilakukan orang dalam peneliti memahami masalah dan pertanyaan
pengaturan kehidupan mereka. Maksud penelitian. Tidak disarankan untuk
peneliti konstruktivis adalah untuk melakukan pengambilan sampel acak atau
memahami (atau menafsirkan) makna orang pemilihan sejumlah besar partisipan dan
lain tentang dunia. Daripada memulai dengan lokasi seperti yang biasanya ditemukan
teori (seperti dalam postpositivisme), dalam penelitian kuantitatif. Berdasarkan
penanya menghasilkan atau secara induktif sebuah diskusi peserta dan situs yang
mengembangkan teori atau pola makna mencakup empat aspek yang diidentifikasi
(Creswell & Creswell, 2018). oleh Miles dan Huberman, maka dari itu
Seperti yang dipaparkan oleh Tracy kami memilih partisipan di lingkungan
(2020) dalam metode kualitatif, peneliti mahasiswa pascasarjana komunikasi UI
adalah instrumennya. Pengamatan dicatat untuk dilibatkan ke dalam kegiatan
melalui pikiran dan tubuh peneliti. Dalam wawancara. Hal ini dilatarbelakangi pada
keadaan seperti itu, refleksivitas diri tentang dibutuhkannya kemampuan partisipan untuk
tujuan, minat, kecenderungan, dan bias dapat memahami terlebih dahulu konsep
seseorang sangat penting. Dalam penelitian tentang retorika yang sudah dimiliki oleh
kualitatif, penulis akan mendeskripsikan para mahasiswa pascasarjana komunikasi UI
masalah penelitian yang paling dapat pada kegiatan perkuliahan sebelumnya.
dipahami dengan mengeksplorasi konsep Seperti yang jelaskan oleh Mason
atau fenomena. Karakteristik yang dimiliki (2010) dalam penelitian terdahulu, jika
oleh penelitian kualitatif seperti yang seorang peneliti tetap setia pada prinsip-
diperjelas oleh Morse (1991) adalah adanya prinsip penelitian kualitatif, ukuran sampel di
kebutuhan untuk mengeksplorasi dan sebagian besar penelitian kualitatif pada
mendeskripsikan fenomena dan umumnya harus mengikuti konsep saturasi
mengembangkan teori. atau kejenuhan yaitu ketika pengumpulan
Vogt (dalam Stebbins, 2011) data baru tidak menjelaskan lebih jauh
menjelaskan definisi tentang penelitian masalah yang sedang diteliti. Tingkat saturasi
eksploratif sebagai upaya yang luas, adalah titik yang agak sulit untuk
bertujuan, sistematis, dan telah diatur diidentifikasi dan tentu saja merupakan
sebelumnya yang dirancang untuk gagasan yang agak elastis. Data baru
memaksimalkan penemuan generalisasi yang (terutama jika diambil sampelnya secara
mengarah pada deskripsi dan pemahaman teoritis) akan selalu menambahkan sesuatu
tentang area kehidupan sosial atau yang baru, tetapi juga ada hasil yang semakin

88
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

berkurang, dan pemutusan antara metode yang berguna dan bermakna untuk
menambahkan ke temuan yang muncul dan evaluasi sebuah pidato. Adams et al., (2007)
tidak menambahkan, mungkin dianggap memaparkan bahwa jika anda mengikuti
sangat subjektif. pendekatan yang lebih kualitatif maka Anda
Adapun unit analisis dari penelitian mungkin akan terlibat dalam wawancara
ini adalah hasil observasi dari penelitian penelitian mendalam (in-depth interview). Ini
terdahulu oleh Sofian (2020) yaitu konten cenderung berlangsung sekitar satu jam dan
video dari lima individu youtuber Indonesia menyelidiki di balik pertanyaan-pertanyaan
yang menunjukkan pembicaraan secara langsung. Wawancara ini menghasilkan
eksplisit dan kreatif membahas virus corona banyak sekali informasi yang kaya.
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Seringkali pendekatan semi-terstruktur
sebagai berikut: diambil; dalam hal ini, nda menghasilkan
1. Atta Halilintar dengan judul 'peta jalan' pertanyaan yang memandu Anda
video“corona….”; melalui wawancara. Sebuah pertanyaan
2. Arif Muhammad dengan judul video ditanyakan dan kemudian Anda menjawab
“MAK BETI MARAH-MARAH dengan lebih banyak pertanyaan untuk
KARENA MARTHA”; balasannya.
3. Raditya Dika dengan judul video “Jaga Selain itu penelitian ini juga
Jarak Kuy”; melakukan observasi pada konten yang
4. Dylan Pros dengan judul video “Covid- diteliti untuk menggali beberapa informasi
19.”; tambahan. Menurut Adams et al., (2007)
5. Deddy Corbuzier dengan judul video meskipun observasi adalah metode
“KENAPA CUMA LOE YG BERANI pengumpulan data tersendiri, tidak peduli
NGOMONG?! JAKARTA SUDAH metode pengumpulan data mana yang
GAWAT DARURAT! - Anies diambil. Beberapa temuan terpenting dalam
Baswedan” penelitian tidak disengaja dan ditangkap dari
pengamatan kegagalan metode pengumpulan
C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data data lainnya. Maka dari itu setiap kegiatan
Data kualitatif diperlukan untuk pengamatan harus dicatat dan
memahami motivasi mendalam tentang didokumentasikan dengan baik.
perilaku atau perasaan orang. Penelitian ini Adams et al., (2007) dalam bukunya
menggunakan pengumpulan data primer menyebutkan bahwa triangulasi diperlukan
yaitu data yang dihasilkan sendiri oleh untuk mencari keakuratan data dan
peneliti yang dirancang khusus untuk penjelasan alternatif. Idenya adalah
menjawab pertanyaan tertentu yang mengumpulkan data dengan berbagai cara
ditelusuri (Adams et al., 2007). dan harapannya adalah ada konvergensi
Pada kegiatan penelitian peneliti tentang kebenaran. Dari perspektif kualitatif,
membutuhkan para partisipan untuk proses ini kompleks karena gagasan tentang
menonton salah satu konten video dari subjek konstruktivisme sosial (lebih bersifat
penelitian. Usai menonton video tersebut subjektif daripada pandangan obyektif
peneliti melakukan strategi wawancara tentang dunia).Perspektif yang dipegang oleh
mendalam terkait 5 canons of rhetoric yang sebagian besar peneliti kualitatif bertumpu
disampaikan oleh pembicara pada video. pada keyakinan bahwa ada banyak perspektif
Analisis 5 canons of rhetoric menurut atau pandangan dari kasus yang perlu
Westwick & Chromey (2014). memberikan direpresentasikan, dan bahwa tidak ada cara

89
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

untuk menetapkan, di luar perselisihan, yaitu menjaga jarak (Atkins, 2018). itu,
pandangan terbaik atau 'kebenaran'. Dari pembicara memberikan motivasi agar
beberapa jenis protokol triangulasi yang audiens tetap menjaga jarak sehingga
dipaparkan Stake (dalam Adams et al., 2007), COVID-19 dapat segera menghilang. Hal
jenis triangulasi yang dipakai oleh peneliti tersebut juga merupakan suatu implikasi
adalah Triangulasi Teori yang berarti yang menghubungkan dengan masa depan,
beberapa peneliti setuju dengan arti dari apabila masyarakat taat akan protokol
fenomena yang diteliti. kesehatan, maka di masa depan COVID-19
akan segera menghilang dengan segera
III. Hasil dan Diskusi (Booth, 2004).

Observasi yang telah dilakukan terhadap Guna melakukan penyampaian pokok


lima individu YouTuber Indonesia pembicaraan secara efektif, pembicara dinilai
menunjukkan konten videonya secara telah memenuhi kelima kanon retorika,
eksplisit dan kreatif melakukan persuasi diantaranya adalah penemuan, pengaturan,
terhadap audiens mengenai COVID-19 gaya, penyampaian, dan ingatan. Pada kanon
berdasarkan Ethos, Pathos, dan Logos penemuan adanya proses interpretasi sebuah
(Sofian, 2020). Penjelasan konsep-konsep makna, adanya informasi, pengetahuan serta
lainnya pada Retorika Aristoteles, eksplorasi metode yang dimiliki akan
diantaranya adalah jenis retorika serta lima mempengaruhi audiens. Pembicara
kanon retorik oleh lima individu YouTuber dijelaskan memiliki kepedulian akan topik
Indonesia dijelaskan sebagai berikut yang akan dibahas, yakni mengenai COVID-
19, dimana pada saat video tersebut diunggah
1. Atta Halilintar pada fase awal COVID-19 mewabah di
Indonesia, sehingga perlu adanya informasi
Berdasarkan video yang diunggah oleh Atta yang benar dalam menanggulanginya.
Halilintar dengan judul “corona”, maka Langkah tersebut dinilai tepat karena materi
peneliti dapat menyimpulkan bahwa retorika langsung dibawakan oleh ahlinya, yaitu
yang dibawakan yakni retorika deliberatif. dokter ahli paru. Kemudian pembicara dinilai
Pembicara menggunakan jenis retorika mengadaptasi pesan untuk memenuhi
deliberatif karena terdapat beberapa kebutuhan audiens dari pembicaranya, pada
penjelasan yang mendukung retorika hal ini Atta Halilintar mengadaptasi bahasan
deliberatif, dimana menjelaskan bahwa dengan konsep podcast yang biasa
sedang terjadi pandemi COVID-19 yang ditayangkan secara reguler karena banyaknya
semula berawal dari Wuhan, China telah audiens yang telah meminta pembahasan
mewabah hingga ke Indonesia. Hal tersebut mengenai COVID-19. Argumen-argumen
merupakan implikasi dari tidak adanya yang dibawakan oleh pembicara pun
pembahasan yang bertele-tele dari pokok berdasarkan penalaran serta adanya bukti-
permasalahan karena permasalahannya sudah bukti konkrit, salah satunya ketika pembicara
terlihat dengan jelas (Alberico & Loisa, membahas mengenai tren COVID-19 yang
2019). Kemudian, pembicara membujuk semakin tinggi di Indonesia, pembicara
audiens agar menjaga jarak agar virus dapat menjelaskan penalaran mengenai banyaknya
hilang. Hal tersebut merupakan implikasi masyarakat Indonesia yang tidak seimbang
dari usaha persuasi yang dilakukan oleh dengan jumlah tracing kasus yang belum
pembicara agar audiens melakukan sesuatu, merata.

90
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Pada kanon pengaturan, informasi- agar audiens tidak merasa bosan atau merasa
informasi yang hendak disampaikan tertinggal oleh materi yang disampaikan.
diorganisasikan dengan baik dalam Nada bicara yang digunakan tetap kasual
memperkuat kredibilitas untuk namun menunjukkan keseriusan terlebih
meningkatkan persuasif bagi audiens. apabila membahas dampak yang diakibatkan
Pembicara menjelaskan perkembangan dari COVID-19. Tidak hanya serius, namun
topik pembahasan yang disampaikan dengan penyampaian dalam bentuk humor juga
jelas, dimulai dari pembukaan mengenai tren dilakukan agar audiens tidak merasa terlalu
COVID-19 yang semakin meningkat, panik. Sedangkan pada kanon memori
penjelasan cara penyebaran virus, hingga merujuk pada apa yang harus diingat dan
langkah antisipatif yang perlu dilakukan. disampaikan. Pembicara dinilai sudah fasih
Informasi yang dijelaskan juga dinilai sesuai dengan topik yang dibawakan di hadapan
dengan apa yang dibutuhkan serta berhasil audiens sesuai dengan latar belakangnya
dalam mengambil perhatian audiens. sebagai dokter ahli paru, sedangkan Atta
Kesimpulan yang diberikan oleh pembicara sendiri dinilai fasih dalam melakukan
juga mencakup pokok utama dalam penyampaian pesannya karena ia telah
pembahasan COVID-19 guna mempersuasi terbiasa membawakan konten di hadapan
audiens. Pada kanon gaya mencakup audiens. Persiapan yang dilakukan keduanya
pertimbangan kata-kata maupun istilah yang sama-sama mempersiapkan materi mengenai
digunakan oleh pembicara. Dikarenakan perkembangan COVID-19 di Indonesia,
pokok pembahasan merupakan topik serius namun dalam menyampaikan suatu argumen
yang perlu adanya perhatian oleh audiens, juga perlu adanya persiapan mengenai poin-
maka pembicara memperhatikan gaya yang poin yang akan disampaikan agar komunikasi
digunakan dalam menyampaikan pesannya. berjalan efektif.
Agar dapat dimengerti oleh kalangan luas,
pembicara memilih berbicara menggunakan 2. Arif Muhammad
gaya bahasa semi formal agar mudah
dimengerti oleh banyak pihak tanpa adanya Kemudian pada video yang diunggah
ambiguitas bahasa. Untuk mendukung oleh Arif Muhammad dengan judul “MAK
argumennya, pembicara menggunakan gaya BETI MARAH MARAH KARENA
bahasa metafora dalam menjelaskan istilah MARTHA”, jenis retorika yang digunakan
yang bisa jadi tidak dimengerti oleh seluruh yakni retorika deliberatif. Pembicara
kalangan, yaitu istilah tracing. menggunakan jenis retorika deliberatif
karena terdapat beberapa penjelasan yang
Pada kanon penyampaian, mengacu mendukung retorika deliberatif, dimana
pada bagaimana perwujudan simbol dalam menjelaskan bahwa sedang terjadi wabah
bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal virus corona yang mengharuskan kegiatan
maupun nonverbal. Dalam komunikasi dilakukan di dalam rumah. Hal tersebut
nonverbal yang dilakukan, pembicara merupakan implikasi dari tidak adanya
melakukan kontak mata dengan audiens pembahasan yang bertele-tele dari pokok
dengan cara mengulang kembali poin-poin permasalahan karena permasalahannya sudah
yang dijelaskan oleh narasumber dengan terlihat dengan jelas (Alberico & Loisa,
menatap kamera. Penggunaan parabahasa 2019). Pembicara membujuk audiens agar
juga penting dilakukan dalam membangun melakukan social distancing dengan tetap
suatu argumen, kecepatan bicara yang sesuai berada di rumah. Hal tersebut merupakan

91
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

implikasi dari usaha persuasi yang dilakukan Pembicara tidak memberikan penjelasan
oleh pembicara agar audiens melakukan mengenai bahasan COVID-19 secara luas
sesuatu, yaitu dengan tidak melakukan dan hanya terbatas pada anjuran social
aktivitas di luar rumah (Atkins, 2018). Selain distancing, penjelasan mengenai COVID-19
itu, pembicara memberikan motivasi dengan hanya dibahas seberapa bahayanya sehingga
menjelaskan hikmah yang didapatkan dengan perlu adanya social distancing. Informasi
adanya wabah COVID-19, yaitu apabila yang dijelaskan juga dinilai sesuai dengan
audiens tetap di rumah dan berkumpulnya apa yang dibutuhkan serta berhasil dalam
keluarga di rumah akan menciptakan quality mengambil perhatian audiens, dimana
time. urgensi yang harus disampaikan dalam video
itu mengenai himbauan untuk social
Guna melakukan penyampaian pokok distancing. Poin-poin utama yang
pembicaraan secara efektif, pembicara dinilai disampaikan oleh pembicara dilakukan
telah memenuhi kelima kanon retorika, berulang kali, namun tidak adanya
diantaranya adalah penemuan, pengaturan, kesimpulan yang secara menyeluruh
gaya, penyampaian, dan ingatan. Pada kanon mengenai COVID-19 pada bagian akhir dari
penemuan adanya proses interpretasi sebuah video tersebut. Pada kanon gaya mencakup
makna, adanya informasi, pengetahuan serta pertimbangan kata-kata maupun istilah yang
eksplorasi metode yang dimiliki akan digunakan oleh pembicara. Dikarenakan
mempengaruhi audiens. Dengan pokok pembahasan merupakan topik serius
diunggahnya video mengenai himbauan yang perlu adanya perhatian oleh audiens,
untuk social distancing membuktikan bahwa maka pembicara memperhatikan gaya yang
pembicara memiliki kepedulian mengenai isu digunakan dalam menyampaikan pesannya.
COVID-19. Dengan pembawaan konten Dengan format situational comedy nya yang
secara comedy, maka persuasi yang memiliki latar desa di Binjai, pembicara
dilakukan dalam bentuk storytelling. Dengan banyak menggunakan bahasa daerah dan juga
banyaknya subscribers yang dimiliki oleh Bahasa Indonesia informal agar mudah
pembicara, maka diharapkan adanya persuasi dipahami oleh audiensnya. Pembicara
yang diterima oleh penontonnya juga karena ditemukan tidak menggunakan metafora atau
pembicara melakukan adaptasi pesan guna majas dalam memaparkan argumennya.
memenuhi kebutuhan audiens dari
pembicaranya melalui situasional komedi Pada kanon penyampaian, mengacu
yang dibawakan. Argumen-argumen atau pada bagaimana perwujudan simbol dalam
poin penting yang disampaikan oleh bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal
pembicara berdasarkan penalaran yang maupun nonverbal. Argumen-argumen yang
mudah diterima oleh penontonnya, ia disampaikan melalui video itu, pembicara
menjelaskan poin penting mengenai social melakukan banyak komunikasi nonverbal.
distancing dan mengapa harus dilakukan Ekspresi dan gerakan tubuh yang serius
social distancing. dinilai penting untuk mendukung penjelasan
poin-poin utama mengenai kebijakan social
Pada kanon pengaturan, informasi- distancing. Penggunaan parabahasa juga
informasi yang hendak disampaikan penting dilakukan dalam membangun suatu
diorganisasikan dengan baik dalam argumen, kecepatan bicara yang sesuai serta
memperkuat kredibilitas untuk intonasi yang tenang membuat poin penting
meningkatkan persuasif bagi audiens. yang dijelaskan mudah dipahami oleh

92
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

audiens sehingga diharapkan adanya depan (Booth, 2004), apabila masyarakat


persuasif yang dilakukan Arif Muhammad tetap optimis dan menjaga kesehatan, maka
kepada audiensnya. Sedangkan pada kanon ada harapan di masa depan masa pandemi
memori merujuk pada apa yang harus diingat COVID-19 pasti akan bisa terlewati.
dan disampaikan. Pembicara dinilai sudah
fasih dengan topik yang dibawakan di Guna melakukan penyampaian pokok
hadapan audiens karena penjelasan yang ia pembicaraan secara efektif, pembicara dinilai
lakukan sebatas dalam persuasi agar audiens telah memenuhi kelima kanon retorika,
tetap berada dalam rumah, tidak menjelaskan diantaranya adalah penemuan, pengaturan,
COVID-19 secara medis. Adanya persiapan gaya, penyampaian, dan ingatan. Pada kanon
yang perlu dilakukan dalam membangun penemuan adanya proses interpretasi sebuah
argumen, dalam memproduksi konten, perlu makna, adanya informasi, pengetahuan serta
adanya persiapan dari research materi yang eksplorasi metode yang dimiliki akan
harus disampaikan, script yang menarik agar mempengaruhi audiens. Dengan kesadaran
audiens merasa tertarik dan adanya persuasi untuk memanfaatkan platform yang dimiliki
mengenai himbauan social distancing yang oleh Raditya Dika untuk meningkatkan
dilakukan . awareness tentang COVID-19 dan ajakan
untuk melakukan social distancing,
3. Raditya Dika membuktikan bahwa pembicara memiliki
kepedulian mengenai isu COVID-19.
Pada video yang diunggah oleh Kemudian langkah yang dilakukan Raditya
Raditya Dika dengan judul “JAGA JARAK Dika untuk mengunggah video tersebut pada
KUY”, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masa awal pandemi dinilai sudah cukup tepat
retorika yang dibawakan yakni retorika dan sesuai kapasitasnya. Hal ini dapat dilihat
deliberatif. Pembicara menggunakan jenis dengan diberikannya informasi secara umum
retorika deliberatif karena terdapat beberapa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,
penjelasan yang mendukung retorika namun juga tidak memberikan informasi
deliberatif, dimana sejak awal video dimulai yang berlebihan. Pembicara juga melakukan
00:00 Raditya Dika langsung menjelaskan adaptasi pesan dengan memberikan contoh
bahwa sedang terjadi wabah baru yang kasus yang berhubungan dengan topik yang
membuat masyarakat disarankan untuk biasa dibicarakan pada kanal Youtube nya
menjaga jarak. Hal tersebut merupakan yaitu tentang kepribadian. Hal ini disebutkan
implikasi dari tidak adanya pembahasan yang meningkatkan daya tangkap audience dalam
bertele-tele dari pokok permasalahan karena menerima pesan.
permasalahannya sudah terlihat dengan jelas
(Alberico & Loisa, 2019). Pembicara juga Pada kanon pengaturan, informasi-
mengajak audiens untuk melakukan social informasi yang hendak disampaikan
distancing. Hal tersebut merupakan implikasi diorganisasikan dengan baik dalam
dari usaha Raditya agar audiens mengambil memperkuat kredibilitas untuk
suatu tindakan (Atkins, 2018). Selain itu ada meningkatkan persuasif bagi audiens.
implikasi motivasi yang disampaikan oleh Pembicara tidak memberikan penjelasan
Raditya Dika agar audiens tetap optimis dan mengenai bahasan COVID-19 secara luas
mengambil tindakan peduli. Hal tersebut juga dan hanya terbatas pada anjuran social
merupakan suatu implikasi yang distancing, penjelasan mengenai COVID-19
menghubungkan dengan masa hanya dibahas dari skema kurva yang perlu

93
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

dilandaikan sehingga perlu adanya social sebatas dalam persuasi agar audiens tetap
distancing. Informasi yang dijelaskan juga berada dalam rumah, tidak menjelaskan
dinilai sesuai dengan apa yang dibutuhkan COVID-19 secara medis. Dan juga editing
serta berhasil dalam mengambil perhatian dalam video yang dianggap cukup rapi
audiens, dimana urgensi yang harus menambah indikasi adanya persiapan yang
disampaikan dalam video itu mengenai dilakukan dalam mempersiapkan konten ini.
himbauan untuk social distancing. Namun Selain itu dalam memproduksi konten,
dijelaskan tidak adanya kesimpulan yang Raditya Dika dianggap menunjukkan adanya
secara menyeluruh mengenai COVID-19 riset materi yang harus disampaikan dan
pada bagian akhir dari video tersebut. script yang dirancang terlebih dahulu agar
audiens merasa tertarik dan adanya persuasi
Dengan struktur bicara yang mengenai himbauan social distancing yang
cenderung rapi, ternyata membuat audiens dilakukan.
mengaitkannya dengan kanon gaya dimana
disebutkan mengurangi kualitas humor yang 4. Dylan Pros
disajikan. Namun secara keseluruhan bahasa
yang digunakan masih bisa diterima dengan Pada video yang diunggah oleh
jelas dan juga santai. Disamping itu Dyland Pros dengan judul “Covid-19.”,
pembicara ditemukan tidak menggunakan peneliti dapat menyimpulkan bahwa retorika
metafora atau majas dalam memaparkan yang dibawakan yakni retorika deliberatif.
argumennya. Pembicara menggunakan jenis retorika
deliberatif karena terdapat beberapa
Pada kanon penyampaian, mengacu penjelasan yang mendukung retorika
pada bagaimana perwujudan simbol dalam deliberatif, dimana pembicara menjelaskan
bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal bahwa di seluruh dunia sedang ramai beredar
maupun nonverbal. Dalam komunikasi berita tentang Covid-19. Hal tersebut
nonverbal yang dilakukan, pembicara merupakan implikasi dari tidak adanya
mempertahankan kontak mata dengan pembahasan yang bertele-tele dari pokok
audiens. Ekspresi dan gerakan tubuh yang permasalahan karena permasalahannya sudah
serius dinilai penting untuk mendukung terlihat dengan jelas (Alberico & Loisa,
penjelasan poin-poin utama mengenai 2019). Selanjutnya terdapat implikasi dari
kebijakan social distancing. Penggunaan motivasi yang disampaikan oleh Dyland Pros
parabahasa juga penting dilakukan dalam agar audiens kuat bertahan di masa pandemi
membangun suatu argumen, kecepatan bicara . Hal tersebut juga merupakan suatu implikasi
yang sesuai serta intonasi yang tenang yang menghubungkan dengan masa depan,
membuat poin penting yang dijelaskan apabila masyarakat tetap kuat dan menjaga
mudah dipahami oleh audiens sehingga kesehatan, maka ada di masa depan
diharapkan adanya persuasif yang dilakukan masyarakat bisa beraktivitas normal kembali
Raditya Dika kepada audiensnya. (Booth, 2004). Selain itu pembicara juga
memberikan ajakan untuk tetap dirumah dan
Sedangkan pada kanon memori makan masakan rumah agar mengurangi
merujuk pada apa yang harus diingat dan resiko terpapar penyakit. Hal tersebut
disampaikan. Pembicara dinilai sudah fasih merupakan implikasi dari upaya Dyland Pros
dengan topik yang dibawakan di hadapan untuk mempengaruhi audiens agar
audiens karena penjelasan yang ia lakukan mengambil suatu tindakan (Atkins, 2018).

94
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Untuk melakukan penyampaian digunakan dalam menyampaikan pesannya.


pokok pembicaraan secara efektif, pembicara Pembicara banyak menggunakan bahasa
dinilai telah memenuhi kelima kanon yang lebih informal agar mudah dipahami
retorika, diantaranya adalah penemuan, oleh audiensnya. Dengan penggunaan gaya
pengaturan, gaya, penyampaian, dan ingatan. bahasa tersebut Dyland Pros juga dianggap
Pada kanon penemuan, dengan diunggahnya secara jelas menyampaikan pesan.
video mengenai himbauan untuk Disamping itu pembicara ditemukan tidak
meningkatkan kepedulian membuktikan menggunakan metafora atau majas dalam
bahwa pembicara memiliki kepedulian memaparkan argumennya.
mengenai isu COVID-19. Kemudian Dyland
Pros dalam videonya dianggap melakukan Pada kanon penyampaian, mengacu
adaptasi terhadap pesan yang dilakukan, pada bagaimana perwujudan simbol dalam
namun dianggap terlalu berlebihan. Hal ini bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal
justru mengurangi ketertarikan dan minat maupun nonverbal. Dalam komunikasi
audience dalam menangkap pesan yang nonverbal yang dilakukan, pembicara
disampaikan. Terdapat informasi dari mempertahankan kontak mata dengan
narasumber yang dinilai juga kurang audiens. Namun intonasi yang serius dinilai
meningkatkan kredibilitas dari konten video terlalu berlebihan dan kurang mendukung
ini. Namun secara keseluruhan langkah yang proses penyampaian pesan. Audiens lebih
diambil Dyland Pros dalam mengunggah mengharapkan penyampaian yang apa
konten video ini sudah tepat karena tetap adanya dan lebih menunjukkan kejujuran.
memberi saran yang baik sesuai dengan
protokol kesehatan. Sedangkan pada kanon memori
merujuk pada apa yang harus diingat dan
Pada kanon pengaturan, informasi- disampaikan. Pembicara dinilai sudah fasih
informasi yang hendak disampaikan dengan topik yang dibawakan di hadapan
diorganisasikan dengan cukup baik namun audiens. Dalam memproduksi konten,
dalam beberapa aspek dirasa kurang Dyland Pros dianggap menunjukkan adanya
memperkuat kredibilitas untuk riset materi yang harus disampaikan, skrip
meningkatkan persuasif bagi audiens. Seperti yang dirancang terlebih dahulu, dan juga
contoh kasus yang banyak diberikan latihan sebelum dilakukannya pidato atau
dianggap mengganggu atau membuat pembicaraan agar audiens merasa tertarik dan
penyampaian kurang halus karena apa yang adanya persuasi mengenai himbauan social
disampaikan oleh pembicara setelahnya tidak distancing yang dilakukan.
berkaitan. Namun masih ada usaha
pembicara untuk memberikan ringkasan poin 5. Deddy Corbuzier
utama di akhir video sehingga audiens masih
bisa menangkap poin tersebut. Pada video yang diunggah oleh
Raditya Dika dengan judul “JAGA JARAK
Pada kanon gaya mencakup KUY”, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pertimbangan kata-kata maupun istilah yang retorika yang dibawakan yakni retorika
digunakan oleh pembicara. Dikarenakan deliberatif. Pembicara menggunakan jenis
pokok pembahasan merupakan topik serius retorika deliberatif karena terdapat beberapa
yang perlu adanya perhatian oleh audiens, penjelasan yang mendukung retorika
maka pembicara memperhatikan gaya yang deliberatif, yaitu pembicara memberikan
pernyataan bahwa penyakit Coronavirus bisa

95
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

menyerang siapa saja. Hal tersebut Langkah tersebut dinilai tepat karena materi
merupakan implikasi dari tidak adanya langsung dibawakan oleh pihak yang relevan,
pembahasan yang bertele-tele dari pokok yaitu Anies Baswedan sebagai gubernur
permasalahan karena permasalahannya sudah Jakarta. Kemudian pembicara dinilai
terlihat dengan jelas (Alberico & Loisa, mengadaptasi pesan untuk memenuhi
2019). Juga ada suatu implikasi yang kebutuhan audiens dari pembicaranya, pada
menghubungkan suatu topik dengan masa hal ini Deddy Corbuzier mengadaptasi
depan (Booth, 2004), yaitu apabila bahasan dengan konsep podcast yang biasa
masyarakat tidak menganggap serius ditayangkan secara reguler. Argumen-
pandemi covid-19, maka bisa saja sesuatu argumen yang dibawakan oleh pembicara
yang buruk terjadi pada Indonesia. Hal ini pun berdasarkan penalaran serta adanya
juga merupakan implikasi dari upaya Deddy bukti-bukti konkrit, salah satunya ketika
Corbuzier untuk mempengaruhi audiens nya pembicara membahas mengenai tren
agar lebih peduli terhadap masalah kesehatan COVID-19 yang masih cenderung diabaikan,
yang sedang terjadi (Atkins, 2018). pembicara menjelaskan penalaran mengenai
Disamping ada usaha pembicara untuk adanya kasus yang terjadi pada pasien pada
mengarahkan pembicaraan tentang usia muda.
kewaspadaan di musim lebaran mendatang
dan mengambil langkah sesuai protokol dari Pada kanon pengaturan, walaupun
pemerintah yang juga merupakan implikasi konten dikemas dalam bentuk podcast,
dari upaya Deddy Corbuzier untuk informasi-informasi yang hendak
mempengaruhi audiens nya dalam disampaikan diorganisasikan dengan cukup
mengambil tindakan (Atkins, 2018). Hal ini baik. Hal ini karena Deddy Corbuzier dinilai
merupakan suatu implikasi yang dapat mengarahkan pembicaraan sesuai
menghubungkan dengan masa depan , yaitu konteks. Deddy Corbuzier dalam dialognya
apabila tidak ada peringatan, maka bisa pada juga tetap dapat mengambil perhatian
musim mudik mendatang masyarakat akan audiens melalui struktur bicaranya. Selain itu
tetap menjalankan tradisi seperti biasa Deddy Corbuzier juga memberikan
(Booth, 2004). ringkasan poin utama dari materi yang
disampaikan oleh Anies Baswedan, sehingga
Guna melakukan penyampaian pokok menambah kejelasan informasi-informasi
pembicaraan secara efektif, pembicara dinilai yang hendak disampaikan serta
telah memenuhi kelima kanon retorika, pengorganisasian yang baik memperkuat
diantaranya adalah penemuan, pengaturan, kredibilitas untuk meningkatkan persuasi
gaya, penyampaian, dan ingatan. Pada kanon bagi audiens.
penemuan adanya proses interpretasi sebuah
makna, adanya informasi, pengetahuan serta Pada kanon gaya mencakup
eksplorasi metode yang dimiliki akan pertimbangan kata-kata maupun istilah yang
mempengaruhi audiens. Pembicara digunakan oleh pembicara. Dikarenakan
dijelaskan memiliki kepedulian akan topik pokok pembahasan merupakan topik serius
yang akan dibahas, yakni mengenai COVID- yang perlu adanya perhatian oleh audiens,
19, dimana pada saat video tersebut diunggah maka pembicara memperhatikan gaya yang
pada fase awal COVID-19 mewabah di digunakan dalam menyampaikan pesannya.
Indonesia, sehingga ada rasa penasaran yang Pembicara banyak menggunakan bahasa
perlu dipenuhi tentang rencana pemerintah. yang lebih formal karena

96
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

mempertimbangkan lawan bicara namun B. Diskusi


masih dianggap santai dan mudah dipahami
oleh audiensnya. Dengan penggunaan gaya Studi ini merupakan eksplorasi
bahasa tersebut Deddy Corbuzier juga konsep-konsep dalam teori retorika yang
dianggap secara jelas menyampaikan pesan. dibawakan oleh Aristoteles terhadap
Disamping itu pembicara ditemukan tidak implementasi salah satu kasus kontemporer
menggunakan metafora atau majas dalam di Indonesia yang bertujuan untuk
memaparkan argumennya. mempersuasi publik pada masa pandemi
COVID-19. Studi berikut berdasarkan konten
Pada kanon penyampaian, mengacu video YouTube yang dibuat oleh lima
pada bagaimana perwujudan simbol dalam individu YouTuber Indonesia yang memiliki
bentuk-bentuk fisik bisa berupa verbal peringkat subscriber terbanyak. Hasil studi
maupun nonverbal. Dalam komunikasi menunjukkan bahwa para YouTuber
nonverbal yang dilakukan, pembicara lebih menggunakan pembicara yang kredibel pada
banyak melakukan kontak mata dengan aspek etos untuk menyampaikan informasi
lawan bicara dalam dialog tersebut yaitu kepada audiensnya. Aspek pathos muncul
Anies Baswedan, namun Deddy Corbuzier dalam pesan nonverbal yang serius untuk
tidak melakukan kontak mata ke arah mempengaruhi emosi penonton. Aspek logo
kamera. Penggunaan parabahasa juga penting adalah pesan verbal (argumen dan bukti)
dilakukan dalam membangun suatu argumen. yang berisi informasi tentang karakteristik
Disebutkan ada usaha dari Deddy Corbuzier COVID-19, protokol kesehatan saat
untuk menyesuaikan Intonasi dengan lawan pandemi, kritik terhadap pengambilan
bicara, dengan penekanan di beberapa poin keputusan pemerintah, dan dampak sosial
penting sehingga pesan yang disampailam ekonomi pandemi virus corona (Sofian,
lebih mudah untuk dipahami oleh 2020).
audiensnya.
Berdasarkan penjelasan bukti artistik
Selanjutnya pada kanon memori retorika dalam penelitian berikut, peneliti
merujuk pada apa yang harus diingat dan menemukan adanya kekurangan konsep yang
disampaikan. Atta sendiri dinilai sudah fasih dibawakan. Untuk menjelaskan implikasi
dengan topik yang dibawakan dan juga teori retorika oleh Aristoteles secara
narasumber yang dihadirkan di hadapan mendalam, diperlukan pembahasan konsep-
audiens sesuai dengan latar belakang masalah konsep lainnya yang tidak dijelaskan oleh
yang dibicarakan. Dalam membawakan penelitian terdahulu. Konsep-konsep dalam
format podcast pun Deddy corbuzier dinilai teori retorika yang tidak didiskusikan pada
siap dalam melakukan penyampaian penelitian sebelumnya diantaranya adalah
pesannya karena Deddy Corbuzier dianggap jenis-jenis retorika yang digunakan, yaitu
dapat memposisikan dirinya di area netral retorika deliberatif, retorika forensik, dan
dihadapan lawan bicaranya. Adapun retorika epideiktik. Serta lima kanon retorika,
persiapan yang dilakukan untuk yaitu kanon penemuan, pengaturan, gaya,
mempersiapkan materi pembicaraan penyampaian, dan memori. Berdasarkan
dirasakan sudah pas tanpa mengurangi hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti,
spontanitas yang dibutuhkan dalam suatu berikut merupakan penemuan-penemuan
dialog agar terdengar natural. yang peneliti temui mengenai konsep jenis-
jenis retorika dan konsep lima kanon retorika

97
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Berdasarkan hasil observasi yang Dalam menjelaskan konsep lima


dilakukan peneliti terhadap lima video kanon retorika yang dibawakan oleh masing-
YouTubers Indonesia, peneliti menemukan masing pembicara, peneliti mengumpulkan
bahwa kelima video tersebut merupakan informasi dari berbagai informan, dimana
implementasi dari jenis retorika deliberatif, ditemukan bahwa seluruh pembicara
yang merupakan jenis retorika yang memiliki lima kanon retorika dalam
mengaitkan dengan masa depan. Retorika melakukan persuasi kepada audiens guna
jenis deliberatif merupakan jenis retorika komunikasi dapat dilakukan secara efektif.
dengan unsur motivasi yang membawa Dari kanon penemuan, dijelaskan bahwa
pendengar menjadi lebih baik (Booth, 2004). keseluruhan pembicara memiliki kepedulian
Pembahasan yang dilakukan pembicara akan topik COVID-19 yang dibahas dari
langsung merujuk kepada pokok kematangan materi, dimana melibatkan
permasalahan sehingga tidak adanya pihak-pihak yang dinilai relevan, diantaranya
penjelasan yang bertele-tele (Alberico & ahli paru dan Gubernur DKI Jakarta. Materi-
Loisa, 2019). dimana dalam retorika yang materi tersebut disampaikan oleh para
dibawakan oleh seluruh pembicara yang pembicara dalam berbagai format yang biasa
langsung menjelaskan bahwa adanya virus dikonsumsi oleh audiens, hal merupakan
baru dari Wuhan, China yang menyebar implementasi dari adaptasi pesan guna untuk
sampai ke Indonesia, virus tersebut adalah memenuhi kebutuhan audiens. Sehubungan
COVID-19. Pokok permasalahan yang utama dengan topik yang dibawakan merupakan
tersebut membawa kepada himbauan yang topik yang serius, maka pembicara masing-
dilakukan seluruh pembicara untuk masing membawa argumennya dengan
membujuk penontonnya masing-masing penalaran serta bukti-bukti yang konkrit.
dalam melakukan sesuatu atau menghindari
suatu hal (Atkins, 2018), dimana semua Pada kanon pengaturan, agar pesan
pembicara melakukan persuasi kepada yang disampaikan dapat baik, maka
audiensnya untuk menjaga jarak, melakukan keseluruhan pembicara memaparkan
seluruh kegiatannya di dalam rumah, argumen dan informasi mengenai COVID-19
termasuk proses pembelajaran dan memakan dengan jelas, sesuai dengan ada yang
masakan dari rumah, serta mematuhi dibutuhkan audiens agar dapat menarik
protokol kesehatan yang ditetapkan oleh perhatian audiens. Poin-poin utama maupun
pemerintah. Hal tersebut dilakukan guna kesimpulan juga dibawakan oleh keseluruhan
memutus rantai penyebaran COVID-19 yang pembicara dengan tujuan untuk melakukan
semakin meluas. Tidak hanya melakukan persuasi. Kemudian pada kanon gaya,
upaya persuasi, pembicara juga memberikan masing-masing memiliki gaya bicaranya
motivasi kepada audiensnya. Motivasi yang masing-masing. Ditemukan pembicara yang
diberikan oleh kelima YouTubers tersebut memiliki gaya bicara formal, semi formal
beragam, dari mengenai hikmah maupun informal guna menyesuaikan topik
adanya waktu luang bersama keluarga, bahasan dengan audiensnya. Selain
menciptakan sikap optimis dan kuat dalam memaparkan argumen, ditemukan juga
masa pandemi, hingga motivasi untuk dapat beberapa pembicara yang menggunakan
beraktivitas seperti sedia kala dengan metafora, menggunakan gaya bicara humor,
mengikuti himbauan maka COVID-19 akan atau bahkan mengurangi daya tarik pesan
segera menghilang. humor. Namun hal tersebut dinilai oleh

98
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

masing-masing informan telah baik penelitian ini, yaitu jenis retorika yang
dilakukan dan diterima oleh audiensnya. digunakan dan lima kanon retorika saat
pembicara menyampaikan pesan. Dari
Kemudian pada kanon penyampaian, keseluruhan pembicara, dijelaskan bahwa
ditemukan bahwa masing-masing pembicara retorika yang disampaikan adalah retorika
mewujudkan simbolnya baik berupa deliberatif karena pembicara langsung
komunikasi verbal maupun komunikasi menjelaskan pokok permasalahan yang
nonverbal. Dalam format yang digunakan terjadi, yaitu adanya pandemi COVID-19
oleh masing-masing pembicara, diketahui dari Wuhan, China yang telah menyebar
bahwa ada pembicara yang mempertahankan hingga ke Indonesia. Kemudian pembicara
kontak mata dengan audiensnya dengan melakukan usaha persuasi kepada audiens
memandang ke arah kamera, pembicara yang untuk melakukan sesuatu atau menghindari
melakukan kontak mata dengan lawan suatu hal, yaitu untuk melakukan jaga jarak
bicaranya, bahkan tidak melakukan kontak serta membatasi kegiatan di luar rumah
mata sama sekali kepada audiens karena berdasarkan anjuran pemerintah. Selain itu
mengacu pada format konten yang pembicara memberikan beragam motivasi
dibawakan. Ekspresi dinilai penting oleh pada audiensnya untuk dapat melewati
audiens untuk meyakinkan persuasi yang pandemi COVID-19.
dilakukan. Selain itu, penggunaan para- Sedangkan pada konsep dari lima kanon
bahasa seperti intonasi juga ditemukan pada retorika, masing-masing pembicara diketahui
seluruh pembicara, penemuan ini menarik menggunakan kelima kanon retorika dalam
karena intonasi yang terlalu serius dinilai masing-masing videonya, kelima kanon
audiens kurang mendukung proses tersebut yaitu penemuan, keseluruhan
penyampaian pesan karena dianggap pembicara dinilai peduli dengan topik
berlebihan. Sedangkan pada kanon memori COVID-19 yang dibawakan, pembicara
yang mengacu pada hal-hal yang harus mengadaptasi pesan yang disampaikan sesuai
diingat untuk disampaikan oleh pembicara, dengan kebutuhan audiens, serta argumen
audiens menilai bahwa seluruh pembicara yang disampaikan diperkuat dengan
telah fasih dengan topik yang dibawakan. penalaran dan bukti-bukti. Pada kanon
Persiapan yang matang diantaranya riset pengaturan, pesan disampaikan dengan baik
materi, skrip yang dirancang, serta latihan dan jelas sehingga menarik perhatian
penyampaian materi dibutuhkan agar audiens, poin utama serta kesimpulan
terjalinnya komunikasi yang efektif dengan dibawakan oleh pembicara. Selanjutnya pada
audiens. kanon gaya, masing-masing peneliti
memiliki ciri khas masing-masing dalam
IV. Kesimpulan menyampaikan pesan pada audiens, dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah menggunakan metafora, gaya serius, bahkan
dilakukan oleh peneliti, studi ini dilakukan dengan menyisipkan humor. Kemudian pada
berdasarkan kekurangan konsep yang tidak kanon penyampaian, beberapa pembicara
didiskusikan sebelumnya mengenai teori dalam melakukan komunikasi nonverbal
retorika oleh kelima YouTubers Indonesia melakukan kontak mata, seluruh pembicara
mengenai COVID-19 untuk mempersuasi menggunakan ekspresi serta parabahasa.
publik. Penelitian berikut mengemukakan Sedangkan pada kanon memori, masing-
bahwa terdapat dua konsep lainnya mengenai masing audiens mengemukakan bahwa
teori retorika oleh Aristoteles dalam seluruh pembicara dinilai telah fasih dalam

99
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

menyampaikan topik pembahasan, serta REFERENSI


persiapan yang matang mendukung persuasi
yang dilakukan pada audiens pada masa
pandemi COVID-19 baik untuk melakukan Abidah, A., Hidaayatullaah, H. N.,
social distancing, melakukan kegiatan dari Simamora, R. M., Fehabutar, D., &
dalam rumah, hingga patuh pada protokol Mutakinati, L. (2020). The Impact of
kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Covid-19 to Indonesian Education and
Studi ini membawa peneliti dalam Its Relation to the Philosophy of
menyusun saran baik pada akademisi “Merdeka Belajar.” Studies in
maupun praktisi. Peneliti menyarankan bagi Philosophy of Science and Education,
penelitian selanjutnya yang hendak 1(1), 38–49.
melakukan studi dengan tema, topik, maupun https://doi.org/10.46627/sipose.v1i1.9
metodologi sejenis. Peneliti selanjutnya Adams, J., Khan, H. T. A., Raeside, R., &
dapat melakukan eksplorasi pada konsep White, D. (2007). Research Methods
lainnya di luar penelitian ini, yakni konsep for Graduate Business and Social
bukti inartistik retorik yang berada di luar Science Students. Vivek Mehra for
retorika yang dibawakan pembicara, Response Book.
sehingga studi yang hendak dilakukan dapat http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/
lebih dibahas lebih luas. Selain itu, peneliti 2554/19755.pdf
menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk Alberico, J., & Loisa, R. (2019). Retorika
melakukan penelitian dengan mencantumkan Deliberatif Selebgram dalam
keseluruhan konsep yang digunakan dalam Memotivasi Audiens Melalui Media
suatu teori yang hendak dibawakan, hal ini Sosial (Konten “Level Up” di Akun
dilakukan guna memperkaya hasil penelitian. Instagram Benakribo). Koneksi, 3(1),
Selain itu, penelitian selanjutnya disarankan 236.
untuk melakukan eksplorasi dalam https://doi.org/10.24912/kn.v3i1.6215
pendekatan kualitatif pada konsep yang Atkins, J. (2018). “Strangers in their own
belum banyak dilakukan studinya. Country”: Epideictic Rhetoric and
Pada saran praktis, peneliti menyarankan Communal Definition in Enoch
guna menyampaikan persuasi yang efektif, Powell’s “Rivers of Blood” Speech.
pembicara perlu untuk memperhatikan jenis- The Political Quarterly, 89, 362–369.
jenis retorika yang hendak digunakan Booth, W. C. (2004). The Rhetoric of
berdasarkan konteks pembicaraannya di Rhetoric: The Quest for Effective
depan publik. Selain itu, dengan Communication. Blackwell Publishing.
dibuktikannya bahwa penggunaan lima https://doi.org/10.2307/2709750
kanon retorika dapat mempersuasi Charteris-Black, J. (2012). Forensic
audiensnya, praktisi dapat deliberations on ‘purposeful metaphor.’
mempertimbangkan lima kanonnya dalam Metaphor and the Social World, 2(1),
menyampaikan argumen maupun pesan 1–21.
persuasifnya dengan sesuai, tanpa adanya https://doi.org/10.1075/msw.2.1.01cha
kesan berlebihan pada audiens sehingga Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018).
audiens mampu memberikan perhatiannya Research Design: Qualitative,
dan dapat dipersuasi. Quantitative and Mixed Methods
Approaches (5th Editio). Sage
Publications.

100
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Emanuel, B., Rodrigues, C., & Martins, M. Waveland Press.


(2015). Rhetoric of interaction: Mason, M. (2010). Sample size and
Analysis of Pathos. Lecture Notes in saturation in PhD studies using
Computer Science (Including Subseries qualitative interviews. Forum
Lecture Notes in Artificial Intelligence Qualitative Sozialforschung, 11(3).
and Lecture Notes in Bioinformatics), https://doi.org/10.17169/fqs-11.3.1428
9186, 417–427. McMullan, J. (2020). A new understanding
https://doi.org/10.1007/978-3-319- of ‘New Media’: Online platforms as
20886-2_39 digital mediums. Convergence, 26(2),
Faizin, B., Ramdhani, M. A., Gunawan, W., 287–301.
& Gojali, D. (2018). Speech Acts https://doi.org/10.1177/1354856517738
Analysis in Whatsapp Status Updates. 159
260(Icomacs), 189–191. Morse, J. M. (1991). Approaches to
https://doi.org/10.2991/icomacs- Qualitative-Quantitative
18.2018.46 Methodological Triangulation. In Nurs
Fernández, I. B., García, F. G., & Mas, J. S. Res (Vol. 40, Issue 2, pp. 120–123).
V. (2013). Ethos, Pathos and Logos in Phillips, K. R. (2019). Proofs of the Past:
Facebook. User Networking: Rhetorical Approaches to Difficult
New »Rhetor» of the 21th Century. Memories. RÉTOR, 9(2), 139–152.
Comunicar, 21(41), 127–136. Rohlinger, D. A. (2019). New Media and
https://doi.org/10.3916/C41-2013-12 Society. New York University Press.
Griffin, E., Ledbetter, A., & Sparks, G. Romadhan, M. I. (2018). Tren’s Personal
(2018). A Firsh Look at Branding Youtuber Indonesia.
Communication Theory (Tenth Edit). Linimasa: Jurnal Ilmu Komunikasi,
McGraw-Hill Education. 1(2), 33.
Khan, M. L. (2017). Social media https://doi.org/10.23969/linimasa.v1i2.
engagement: What motivates user 1080
participation and consumption on Samuel-Azran, T., Yarchi, M., & Wolfsfeld,
YouTube? Computers in Human G. (2015). Aristotelian rhetoric and
Behavior, 66, 236–247. Facebook success in Israel’s 2013
https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.09.0 election campaign. Online Information
24 Review, 39(2), 149–162.
Koetke, J., Schumann, K., & Porter, T. https://doi.org/10.1108/OIR-11-2014-
(2020). Trust in science increases 0279
conservative support for social Saputri, M. A. G., & Pamungkas, I. N. A.
distancing. (2020). Komunikasi Retorika oleh
https://doi.org/https://doi.org/10.31219/ Brand Ambassador dalam Kampanye
osf.io/cngq8 Kosmetik Cruelty-Free.
Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. Sofian, F. A. (2020). YouTubers creativity
G. (2017a). Theories of Human in creating public awareness of
Communication. Eleventh Edition. In COVID-19 in Indonesia: A youtube
Waveland Press (Vol. 53, Issue 9). content analysis. Proceedings of 2020
Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. International Conference on
G. (2017b). Theories of Human Information Management and
Communication (Eleventh E). Technology, ICIMTech 2020, August,

101
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

881–886. Customer Relationship Management Pt.


https://doi.org/10.1109/ICIMTech5008 Samsung Electronics Indonesia Di
3.2020.9211149 Tengah Pandemi Covid-19 Di
Stebbins, R. A. (2011). What is Exploration. Indonesia. Linimasa: Jurnal Ilmu
In Exploratory Research in the Social Komunikasi, 3(2), 55–66.
Science. Sage Publications. http://www.journal.unpas.ac.id/index.p
Sulistiyani, D., & Mukaromah, M. (2018). hp/linimasa/article/view/2778
Gaya Retorika Kepala Negara Ri: Walewangko, T., Mulcki, R., & Iskandar, N.
Analisis Komparatif Susilo Bambang (2019). Designing Video Campaign
Yudhoyono (Sby) Dan Joko Widodo. Using Visual Rhetoric: Irony to
Jurnal Audience, 1(1), 31–44. Increase Awareness of Millennial in
https://doi.org/10.33633/ja.v1i1.2682 Using Social Media Wisely. ICSECC
Suswanto, P., & Setiawati, S. D. (2020). 2019 - International Conference on
Strategi Komunikasi Pemasaran Sustainable Engineering and Creative
Shopee Dalam Membangun Positioning Computing: New Idea, New Innovation,
Di Tengah Pandemi Covid-19 Di Proceedings, 321–326.
Indonesia. Linimasa: Jurnal Ilmu https://doi.org/10.1109/ICSECC.2019.8
Komunikasi, 3(2), 16–29. 907051
http://52.221.78.156/index.php/linimas Weill, J. A., Stigler, M., Deschenes, O., &
a/article/view/2754 Springborn, M. R. (2020). Social
Sutrisno, I., Dan, & Wiendijarti, I. (2014). distancing responses to COVID-19
Kajian Retorika Untuk Pengembangan emergency declarations strongly
Pengetahuan dan Ketrampilan differentiated by income. Proceedings
Berpidato. Jurnal Ilmu Komunikasi, of the National Academy of Sciences of
12(1), 70–84. the United States of America, 117(33),
Thunström, L., Newbold, S. C., Finnoff, D., 19658–19660.
Ashworth, M., & Shogren, J. F. (2020). https://doi.org/10.1073/PNAS.2009412
The Benefits and Costs of Using Social 117
Distancing to Flatten the Curve for West, R., & Turner, L. H. (2010).
COVID-19. Journal of Benefit-Cost Introducing Communication Theory:
Analysis, 11(2), 179–195. Analysis and Application. Mc-Graw-
https://doi.org/10.1017/bca.2020.12 Hill.
Tracy, S. J. (2020). Qualitative Research Westwick, J., & Chromey, K. (2014).
Methods: Collecting Evidence, Crafting Exploring the Canons of Rhetoric
Analysis, Communicating Impact. John through Phil Davison’s Campaign
Wiley and Sons, Inc. Stump Speech. Discourse: The Journal
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/ of the SCASD, 1(1), 12.
2554/19755.pdf Widiastuti, T. (2017). Forming the Personal
Venus, A., Pratama, A., Sugiana, D., & Branding of Sandiaga Uno As a Public
Noor, F. (2019). Rhetoric Analysis Leader in 2017 on Rhetoric
Tolerance and Intolerance Post in Perspective. Journal Communication
Social Media. International Journal of Spectrum, 7(1), 74–89.
Multicultural and Multireligious https://doi.org/10.36782/jcs.v7i1.1783
Understanding. Wulan, R., Muhyiddin, A., & Khoyin, M.
Wahdian, & Setiawati, S. D. (2020). (2018). Retorika Emha Ainun Nadjib.

102
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI
E-ISSN : 2614-0381, ISSN: 2614-0373
VOLUME 4, NO. 1, JANUARI, 2021

Prophetica: Scientific and Research Media, 60(1), 104–122.


Journal of Islamic Communication and https://doi.org/10.1080/08838151.2015.
Broadcasting, 4(2). 1127241
Xu, W. W., Park, J. Y., Kim, J. Y., & Park,
H. W. (2016). Networked Cultural
Diffusion and Creation on YouTube:
An Analysis of YouTube Memes.
Journal of Broadcasting and Electronic

103

You might also like