Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jurnal Care Vol .6, No.2, Tahun 2018

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

116

Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Peran Orang Tua, Pengaruh Teman Sebaya, Dan Sikap Berhubungan Dengan Perilaku
Seksual Pranikah Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Jamblang Kabupaten Cirebon

Nina Nirmaya Mariani1, Siti Fatimah Murtadho2


Program Studi Kebidanan Cirebon, Poltekes Kemenkes Tasikmalaya
e-mail: nina.nirmaya.mariani@gmail.com

ABSTRACT
Adolescence is a transitional period from children to adulthood; thus, it is closely related to teenagers who do new
things that want to be experienced such as expressing their feelings in the form of sexual behavior through dating.
SKRRI findings in 2012 showed a fairly high rate in adolescents who had a lover had sexual behavior before
marriage. Many factors that influence premarital sexual behavior include the role of parents, peer influence, and
attitude. The objective of this research was to know the relation of parent role, peer influence, and attitudes to
premarital sexual behavior at SMAN 1 Jamblang Cirebon regency in 2017. This was an observational study using
a cross sectional design to find the relationship between parent role, peer influence, and attitude with premarital sexual
behavior done quantitatively. The population was the students of SMAN 1 Jamblang the class of X and XI
(n=268) as the study samples taken by purposive sampling. Data collection was done by distributing the
questionnaire. The statistical analysis used univariate and bivariate.The findings showed that, based on chi-square
test, there was a significant relation between parent role and pre-marital sexual behavior (ρ = 0.004), peer influence
and premarital sexual behavior (ρ = 0.000), and attitude and pre-marital sexual behavior (ρ = 0003).It is expected
that there should be cross-sector collaboration in giving education about reproduction health especially about risk of
premarital sexual behavior

Keywords: adolescent; attitude; parent role; peer influence; premarital sexual behavior

ABSTRAK

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa, sehingga erat kaitannya dengan
melakukan hal-hal baru yang ingin diketahuinya seperti mengekspresikan perasaannya dalam
bentuk perilaku seksual melalui pacaran. Hasil temuan SKRRI tahun 2012 menunjukkan angka
yang cukup tinggi pada remaja yang memiliki pacar pernah melakukan perilaku seksual pra nikah.
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pra nikah diantaranya peran orang tua,
pengaruh teman sebaya dan sikap. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan peran
orang tua, pengaruh teman sebaya dan sikap terhadap perilaku seksual pra nikah di SMAN 1
Jamblang Kabupaten Cirebon tahun 2017.Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional
menggunakan rancangan cross sectional untuk mencari hubungan antara peran orang tua, pengaruh
teman sebaya, dan sikap dengan perilaku seksual pra nikah dengan pendekatan kuantitatif.
Populasinya adalah siswa-siswi SMAN 1 Jamblang dengan sampel kelas X dan XI sebanyak 268
sampel diambil dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan membagian
kuesioner. Tahapan dalam analisis statistik yang digunakan adalah univariat dan bivariat.Adapun
hasil penelitian berdasarkan uji chi square terdapat hubungan yang bermakna antara peran orang tua
dengan perilaku seksual pra nikah (ρ=0,004), pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual pra
nikah (ρ=0,000) dan sikap dengan perilaku seksual pra nikah (ρ=0,003).Diharapkan adanya
117
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

kerjasama dengan lintas sektoral dalam memberikan edukasi seputar kesehatan reproduksi
khususnya tentang risiko perilaku seksual pra nikah

Kata Kunci : peran orang tua; perilaku seksual pra nikah; pengaruh teman sebaya; remaja; sikap

PENDAHULUAN diketahuinya menjadi orang dewasa seperti


Remaja memiliki peran dalam menentukan mengekspresikan perasaannya melalui
tingkat pertumbuhan penduduk. Proporsi pacaran dalam bentuk perilaku seksual
remaja di dunia menurut World Health (Agustiani, 2009). Perilaku seksual remaja
Organization (WHO) diperkirakan 1,2 milyar dapat berupa tingkah laku yang dimulai dari
atau sekitar seperlima dari jumlah penduduk perasaan tertarik, berkencan, berpegangan
dunia berumur 10-19 tahun. Proyeksi jumlah tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium
remaja di Indonesia sekitar seperlima jumlah bibir, memegang buah dada di atas baju atau
penduduk yaitu 63,4 juta dari 237,6 juta dibalik baju, memegang alat kelamin di atas
penduduk Indonesia (Pratiwi, 2016). Kondisi atau di balik baju, dan melakukan senggama
yang sama terjadi di provinsi Jawa Barat pada (Sarwono, 2007).
tahun 2010 yaitu 7.354.900 penduduk remaja
dari 43.053.732 jumlah penduduk. Sedangkan
Hal tersebut sesuai dengan hasil Survei
penduduk di Kabupaten Cirebon 2.223.089
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
diantaranya 566.251 penduduk merupakan
(SKRRI) tahun 2012 sebanyak 79,6% remaja
remaja usia 10-22 tahun (Pusat Data dan
pria dan 71,6% remaja wanita pernah
Informasi Kemenkes RI, 2014).
berpegangan tangan dengan
pasangannya. Untuk “level pacaran” yang
Masa remaja merupakan periode terjadinya lebih tinggi, survei menemukan sebanyak
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat 48,1% remaja laki-laki dan 29,3% remaja
baik secara fisik, psikologis maupun wanita pernah berciuman bibir. Di level yang
intelektual. Menurut Clarke-Stewart lebih tinggi, ditemukan sebanyak 29,5%
& Friedman, (1987); Ingersoll, (1989) pada remaja pria dan 6,2% remaja wanita pernah
periode ini pula remaja mulai melepaskan diri meraba atau merangsang pasangannya.
secara emosional dari orang tua untuk Fenomena ini dapat berlanjut ke level yang
menjalankan peran sosial barunya sebagai lebih tinggi lagi seperti melakukan hubungan
orang dewasa, sehingga erat kaitannya remaja seks pra nikah (Agung, 2016). Sejalan dengan
melakukan hal-hal baru yang ingin hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
118
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

(SDKI) tahun 2012 yang menyatakan bahwa dengan faktor risiko heteroseksual sebanyak
remaja pria usia 15-19 tahun yang pernah 18.680 jiwa (Nuzulia Rahayu et al., 2013).
melakukan seks pra nikah sebanyak 4,5%,
sedangkan pada remaja wanita usia 15-19
Perilaku berisiko pada remaja bukan hanya
tahun sebanyak 0,7%. Angka ini cenderung
mengenai kasus HIV/AIDS, di Indonesia
meningkat pada remaja pria dibanding hasil
angka aborsi diperkirakan mencapai 2,3 juta
temuan SDKI 2007 yaitu 3,7% (Pusat Data
kasus per tahun. Sebanyak 230 ribu sampai
dan Informasi Kemenkes RI, 2012).
575 ribu remaja putri belum menikah
melakukan aborsi setiap tahunnya. Kasus ini
Menurut Suparmi and Isfandari (2016) remaja meningkat antara 150 ribu hingga 200 ribu
bukan hanya rentan melakukan perilaku kasus setiap tahun. Bahkan Data Kesehatan
seksual tetapi juga rentan terhadap perilaku Nasional tahun 2012 menyatakan dari
berisiko seperti merokok, konsumsi alkohol, 400 ribu kasus aborsi di Jawa Barat
penyalahgunaan narkoba, Kehamilan Tidak separuhnya dilakukan oleh remaja (Pratiwi,
Diinginkan (KTD), pernikahan dini, aborsi 2016). Dengan demikian kelompok yang
tidak aman, ancaman terhadap Penyakit memiliki risiko tinggi secara seksual maupun
Menular Seksual (PMS) dan Human Immuno kesehatan reproduksi, karena rasa
Deficiency Virus Acquired Immuno Deficiency keingintahuannya yang besar dan ingin
Syndrome (HIV/AIDS). Secara global kasus mencoba sesuatu yang baru tanpa diimbangi
HIV/AIDS terjadi pada kaum muda dengan pertimbangan yang matang
15-24 tahun. HIV/AIDS diperkirakan setiap (Syamsulhuda B. Musthofa and Winarti,
hari ada 7000 remaja terinfeksi HIV/AIDS. 2010).
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kedewasaan remaja dalam bergaul masih
Republik Indonesia (Ditjen PP & PL RI) dalam tahap rasa ingin tahu dan ingin
tahun 2012 jumlah kasus HIV dan AIDS di
mencoba. Istilah pacaran mereka kenal
Indonesia yang dilaporkan hingga Juni 2012
sejak awal masa remaja. Tidak menutup
mencapai 86.762 untuk kasus HIV dan AIDS
kemungkinan remaja yang memiliki pacar
mencapai 32.103 dengan jumlah kematian
aktif dalam berperilaku seksual
5.623 jiwa, jumlah penderita usia 15-19 tahun
(Sulistianingsih, 2010). Penelitian Nursal
sebanyak 1.134 jiwa dan jumlah penderita
(2008) di SMA Kota Padang menunjukkan
119
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

16,6% remaja berperilaku seksual berisiko, respon tertutup yang tidak dapat dilihat
diantaranya 4,3% telah melakukan hubungan langsung, sehingga remaja yang mempunyai
seksual dengan pacar (100%). Alasan sikap positif terhadap perilaku seks maka
terbanyak yang dikemukakan adalah berpotensi untuk berperilaku positif cukup
ungkapan kasih sayang sebanyak 80%, tempat besar pula. Sama halnya remaja yang
tersering dilakukan di tempat rekreasi melakukan komunikasi tidak aktif dengan
(53,3%) dan di rumah (46,7%). Sedangkan orang tuanya memiliki kecenderungan
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran berperilaku seks risiko berat dibanding
menunjukkan bahwa remaja yang pernah dengan remaja yang melakukan komunikasi
melakukan hubungan seks pra nikah di aktif dengan orang tuanya (Sri Putri Murtini
Bandung sebanyak 21,75%, Cirebon 31,60%, Puspita et al., 2012).
Bogor 30,85% dan Sukabumi 26,4% (Fridya
Mayasari and Hadjam, 2000). Pangkahila Selain hal di atas Joko Sapto Pramono et al.
tahun 1997 mengatakan terjadinya (2010) mengatakan terdapat pengaruh yang
perubahan pandangan perilaku seksual bermakna antara teman sebaya terhadap
dipengaruhi oleh banyak faktor remaja perilaku seksual remaja. Teman sebaya
diantaranya pola pergaulan bebas, merupakan sarana yang lebih mudah dan
pengawasan dan perhatian orang tua dan terbuka dalam perilaku, tapi informasi
keluarga yang longgar, lingkungan tersebut lebih banyak mengandung
permisif, banyak hal yang sering dijumpai pengalaman seksual yang dapat membawa
memberikan rangsangan seksual dan remaja berperilaku seksual kurang sehat
fasilitas pandangan seperti pacaran yang sehingga besar kemungkinannya remaja
mempengaruhi perilaku seksual (Nursal, terpengaruh oleh teman sebayanya yang
2008). Hal tersebut sesuai dengan penelitian banyak bercerita mengenai pengalaman
yang dilakukan oleh Sri Putri Murtini Puspita seksualnya. Yusuf (2005) mengemukakan
et al. (2012) yaitu hubungan antara ternyata teman sebaya berkaitan dengan baik
pengetahuan, sikap, dan peran orang tua tidaknya hubungan keluarga. Hubungan yang
terhadap perilaku seks remaja. baik dengan orang tua cenderung dapat
mencegah dari pengaruh negative teman

Sikap dan peran orang tua memberikan sebayanya.

kontribusi besar terhadap perilaku seks


remaja selain dari pengetahuan. Sikap adalah
120
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

METODE PENELITIAN dan bivariat. Adapun analisis univariat dibuat


Metode penelitian adalah analitik dengan dalam bentuk tabel frekuensi (prosentase),
pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk sedangkan analisis bivariat menggunakan uji
mencari hubungan antara peran orang tua, statistik chi square dengan menggunakan
pengaruh teman sebaya, dan sikap dengan program SPSS dan tingkat kepercayaan
perilaku seksual pra nikah. Populasi dalam α = 0,05.
penelitian ini adalah seluruh seluruh siswa-
siswi SMA Negeri 1 Jamblang kelas X, XI, HASIL
dan XII yang berjumlah 1.135 siswa. Teknik Hasil penelitian pada analisis univariat yang
yang digunakan dalam pengambilan sampel dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jamblang
menggunakan purposive sampling, yaitu kelas X Kabupaten Cirebon Tahun 2017 pada
dan XI berjumlah 812 siswa..Adapun besaran Tabel 1.
sampel sampelnya yaitu sebanyak 268 siswa,
dengan cara pengambilan sampel Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa
menggunakan proportional random sampling. siswa siswi di SMA Negeri 1 Jamblang
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi untuk mayoritas memiliki peran orang tua yang baik
pengambilan sampel. Kriteria inklusi yaitu yaitu 52,2%, memiliki pengaruh yang tinggi
responden siswa-siswi kelas X dan XI, dari teman sebaya sebanyak 54,5%, memiliki
bersedia menjadi responden, tinggal satu sikap yang positif terhadap kesehatan
rumah dengan orang tua/ wali, sedangkan reproduksi sebanyak 63,4% dan mayoritas
kriteria eksklusinya yaitu siswa-siswi yang memiliki perilaku seksual pranikah berisiko
tidak hadir dengan alasan sakit/ izin/ tanpa rendah yaitu sebanyak 54,1%.
keterangan.Pengumpulan data menggunakan
kuesioner yang telah dilakukan uji validitas Berdasarkan Tabel 2 di dapatkan bahwa
dan realibilitas sebelumnya. Kuesioner peran orang tua, pengaruh teman sebaya dan
tentang peran orang tua, pengaruh teman sikap memiliki nilai ρ value < 0,05 dengan
sebaya, sikap dan perilaku seksual pranikah tingkat kemaknaan ∝ = 0,05. Maka dapat
menggunakan pertanyaan tertutup. Penilaian disimpulkan bahwa Ha diterima artinya ada
pada setiap variabel dibagi menjadi 2 kategori hubungan antara peran orang tua, pengaruh
dengan menggunakan acuan nilai skor rata- teman sebaya dan sikap dengan perilaku
rata (mean). Analisis data yang digunakan seksual pra nikah di SMA negeri 1 Jamblang
dalam penelitian iini adalah analisis univariat Kabupaten Cirebon.
121
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Peran Orang tua, Pengaruh teman sebaya, Sikap dan Perilaku Seksual
Pra Nikah di SMAN 1 Jamblang Kabupaten Cirebon
Total
Variabel
Jumlah %
Peran orang tua
Baik 140 52,2
Tidak 128 47,8
Pengaruh teman sebaya
Ya 146 54,5
Tidak 122 45,5
Sikap
Positif 170 63,4
Negatif 96 36,6
Perilaku Seksual Pranikah
Berisiko Rendah 145 54,1
berisiko Tinggi 123 45,9

Tabel 2 Hubungan Peran Orang tua, Pengaruh Teman Sebaya Dan Sikap Terhadap Perilaku
Seksual Pra Nikah di SMAN 1 Jamblang Kabupaten Cirebon
Perilaku Seksual Pranikah
Total
Variabel Berisiko Ringan BerisikoBerat P value
N % N % N %
Peran orang tua
Baik 88 62,9 52 37,1 140 100 0,004
Tidak 57 44,5 71 55,5 128 100
Pengaruh teman sebaya
Ya 58 39,7 88 60,3 146 100
0,000
Tidak 87 71,3 35 28,7 122 100
Sikap
Positif 104 61,2 66 38,8 170 100 0,003
Negatif 41 41,8 57 58,2 98 100

PEMBAHASAN penurunan perilaku seksual pra nikah, dan


Berdasarkan hasil penelitian terdapat sebaliknya.
hubungan antara peran orang tua dengan
perilaku seksual pra nikah. Hasil penelitian Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang
sejalan dengan penelitian Darmasih (2009) bersifat universal yang dibagi ke dalam dua
yang mengatakan semakin tinggi peran pola keluarga yakni keluarga inti dan keluarga
keluarga pada remaja, maka perilaku seks pra luas. Keluarga inti terdiri atas suami atau
nikah semakin baik, dan sebaliknya. ayah, istri atau ibu, dan anak-anak yang lahir
Meningkatnya peran keluarga maka terjadi dari perkawinan antara keduanya dan yang
belum berkeluarga (termasuk anak tiri).
122
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Sedangkan keluarga luas terdiri dari suami, Hasil penelitian Nursal (2008) menunjukkan
istri, anak yang belum menikah, mertua, adik hasil yang sama yaitu pola asuh orang tua
atau kakak ipar, pembantu rumah tangga dengan perilaku seksual pra nikah memiliki
atau orang yang tinggal menumpang. Akan hubungan yang bermakna. Responden
tetapi dalam masanya keluarga mengalami dengan pola asuh permisif mempunyai
banyak perubahan di masyarakat yakni orang peluang 6,0092 kali berperilaku seksual
tua yang bercerai, salah satu atau kedua berisiko berat dibandingkan demokratis &
orang tua yang meninggal, keluarga tiri, otoriter (95%CI=131,9-2736,8). Nursal
orang tua yang bekerja, dan adopsi yang mengatakan salah satu faktor risiko perilaku
dapat mempengaruhi perkembangan remaja seksual risiko tinggi adalah pola asuh orang
terutama dalam hal berperilaku semakin tua diantaranya dalam hal pengawasan orang
buruk jika keluarga mengalami disfungsi tua terhadap anak.
sebagaimana yang disebutkan (Yusuf, 2005).
Pengawasan orang tua terhadap remaja dan
Penelitian lain dengan hasil yang sama yaitu memiliki interaksi yang aktif dengan orang
penelitian Nirmajanti (2015) yang tuanya cenderung dapat menunda bahkan
menyatakan bahwa sebagian besar menghindari perilaku hubungan seksual
responden memiliki perilaku seksual pra pada remaja. Sedangkan pada remaja yang
nikah baik dengan peran orang tua baik. tidak mendapatkan pengawasan orang tua
Konsep diri anak dipengaruhi oleh peran dapat mempercepat melakukan hubungan
orang tua. Orang tua dan orang dewasa lain seksual pertama pada usia lebih dini. Orang
(wali) memberikan peluang untuk terjadinya tua remaja yang memiliki perilaku yang
interaksi antara anak dengan masyarakat. tidak sehat, seperti merokok, orang tua
Dengan demikian orang tua berusaha agar tersebut cenderung memiliki perilaku
anak mampu melakukan penyesuaian diri seksual yang sangat aktif dan berisiko
terhadap lingkungan sosialnya dengan cara tinggi sejak usia sangat muda.Peran orang
menerapkan aturan pada anak melalui tua sebagai pengontrol perilaku anak
kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, dibutuhkan ketika remaja sedang
sehingga dapat meminimalisir kejadian menghadapi masa transisi dari anak-anak ke
perilaku seksual dini maupun berisiko tinggi dewasa, karena pada masa ini remaja sedang
(Agustiani, 2009). dalam kondisi perasaan dan kejiwaannya
yang mudah berubah. Orang tua pada
123
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

hakikatnya merupakan faktor utama yang dirinya dan keluarganya dari siksa api neraka
mempengaruhi perkembangan moral anak. dengan beragama yang benar.
Tanpa adanya pengawasan dari orang tua,
anak dapat terjerumus dalam hal-hal negatif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
Perilaku orang tua juga mempengaruhi hubungan antara pengaruh teman sebaya
perkembangan moral anak jika perilaku dengan perilaku seksual pra nikah. Hasil
orang tua baik kemungkinan perilaku penelitian menyatakan mayoritas reponden
anaknya juga baik, dan sebaliknya. Maka dari memiliki pengaruh yang tinggi dari teman
itu orang tua berperan untuk memberikan sebaya dengan perilaku seksual pra nikah
pengawasan lebih intensif, memilih teman berisiko tinggi sebanyak 88 responden
sebaya lebih selektif dan mendidik agar (60,3%).Hal tersebut sesuai dengan hasil
lebih taat beribadah, memberikan waktu penelitian Joko Sapto Pramono et al. (2010)
luang lebih banyak untuk berkomunikasi dari 102 responden dengan pengaruh teman
dengan anak, tidak sibuk dengan sebaya negatif sebanyak 62 responden
pekerjaaannya sehingga anak tidak merasa (48,4%) pernah melakukan perilaku seksual.
kesepian (Wildan, 2012).
Teman sebaya merupakan orang yang

Berdasarkan hal tersebut, bahwa lingkungan dianggap penting oleh remaja masa

keluarga sangat mempengaruhi bagi pertengahan dan akhir, sehingga peran


perkembangan kepribadian anak, dalam hal orang tua yang berpengaruh terhadap
ini orang tua harus berusaha untuk konsep diri anak semakin sedikit bahkan
menciptakan lingkungan keluarga yang bisa tergantikan perannya karena di
sesuai yakni suasana serasi, seimbang dan dominasi oleh peran teman sebayanya.
selaras, orang tua harus bersikap demokrasi Anak semakin mengidentifikasikan diri
baik dalam memberikan aturan maupun dengan anak-anak seusianya dan
larangan dan berupaya melatih anak menjadi mengikuti bentuk-bentuk tingkah laku
percaya diri dan mandiri. Selain hal tersebut, kelompok teman sebayanya. Remaja akan
orang tua juga perlu menanamkan nilai-nilai merasa bahagia jika diterima kawan
agama juga agar remaja memiliki pedoman sebayanya dan sebaliknya akan merasa
hidup yang benar, sebagaimana yang kita stress jika dikeluarkan oleh kawan
ketahui dalam agama Islam, orang tua sebayanya. Selain itu remaja juga sangat
memiliki kewajiban untuk memelihara mempercayai kawan sebayanya dalam
124
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

menceritakan sesuatu hal dibanding sehingga erat kaitannya remaja cenderung


dengan keluarga. Hal tersebut memicu meniru atau mengikuti teman sebayanya
terjadinya perilaku seksual dini yang yang sudah pernah melakukan perilaku
dilakukan oleh remaja terkait seksual pranikah. Hal tersebut sesuai dengan
pergaulannya dengan teman sebaya yang hasil penelitian yang menyebutkan bahwa
negatif (Agustiani, 2009). mayoritas responden menyatakan sahabat/
teman-teman menganggap wajar jika seusia
Hasil penelitian Darmayanti et al. (2011) remaja berpacaran sehingga remaja rentan
menunjukkan bahwa peran teman sebaya ingin memiliki pacar jika sahabatnya sudah
yang pasif dalam memberikan informasi memiliki pacar dan menceritakan perilaku
mengenai kesehatan seksual, memiliki yang biasa dilakukan oleh remaja yang
peluang berperilaku seksual pranikah berat berpacaran. Artinya kelompok teman
2,6 kali dibandingkan dengan peran teman sebaya yang memiliki pengaruh negatif
sebaya yang aktif dalam memberikan lebih mudah mempengaruhi remaja
informasi mengenai kesehatan seksual. dibanding yang memiliki pengaruh positif.
Darmayanti mengatakan perilaku remaja Penelitian Suparmi and Isfandari (2016)
dapat dipengaruhi oleh pergaulan teman menunjukkan hasil yang sama yaitu ada
sebayanya. Pengaruh tersebut seperti hubungan antara peran teman sebaya
pengaruh positif dan negatif. Ketika remaja terhadap perilaku seksual pra nikah remaja.
bergaul dengan teman-teman sebayanya Suparmi dan Isfandari mengatakan remaja
yang memberikan manfaat seperti belajar yang memiliki teman pernah melakukan
kelompok maka teman sebaya memberikan hubungan seks pra nikah lebih besar
pengaruh yang positif, sebaliknya teman kemungkinan untuk ikut melakukan perilaku
sebaya yang memberikan pengaruh negatif seks berisiko seperti konsumsi alkohol, obat-
seperti yang mengajak remaja melanggar obatan terlarang maupun tertular HIV/
norma-norma sosial. AIDS.

Yusuf (2005) mengatakan bahwa dalam Perilaku seks berisiko merupakan suatu
kepribadian remaja memiliki konformitas aktivitas seksual, yang berkaitan dengan
(motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam) hubungan seks vaginal dan anal yang
dengan teman sebayanya dalam hal dilakukan dengan pasangan seksnya
melakukan hobi ataupun cara berpakaian, sehingga menjadi rentan tertular penyakit
125
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

menular seksual seperti HIV/AIDS. Remaja sebaya (Santrock, 2007).Menurut Santrock


yang pernah melakukan perilaku seks (2003) sebagian besar remaja
berisiko rendah rentan akan melakukan ke membicarakan mengenai hal-hal seksual
tahap selanjutnya yakni perilaku seks lebih bebas dengan teman sebaya
berisiko tinggi yang kemudian akan rentan dibandingkan dengan orang tuanya. Pada
tertular penyakit menular seksual. Meskipun umumnya informasi yang didapat dari
dalam penelitian ini tidak ada responden teman sebaya lebih mudah dan terbuka
yang pernah melakukan oral seks dan tetapi lebih banyak mengandung unsur-
senggama, responden dikhawatirkan akan unsur pengalaman seksual yang
melakukan hal tersebut seiring kebiasaan mencerminkan adanya sex appeal.
yang sering dilakukan dan faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya (Rahardjo, 2013).
Keterbukaan dalam memberikan informasi
Salah satu peranan penting orang tua bagi
yang membuat adanya keterbatasan
kehidupan remaja yakni memberikan
informasi dari orang tua atau keluarga.
kebebasan kepada remaja untuk berkumpul
Muatan informasi yang tersebut dapat
bersama kawa-kawan sebaya dan mengawasi
mengakibatkan remaja pada perilaku
kehidupan mereka. Orang tua dapat
seksual yang kurang sehat dilihat dari sisi
memberikan contoh/model atau mendidik
moral, mental, ataupun medis. Tidak heran
remajanya dalam hal menjalin hubungan
banyak informasi yang salah sering mereka
dengan kawan-kawan sebayanya.
terima (Joko Sapto Pramono et al., 2010).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
Berdasarkan studi literatur menyatakan ada
berpendapat bahwa remaja belajar
strategi-strategi tententu yang
bersosialisasi melalui kawan sebaya. Remaja
direkomendasikan orang tua dalam
belajar berbagai hal yang diterapkan dalam
membantu remaja mengembangkan relasi
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
yang lebih positif dengan kawan-kawan
kawan sebaya mempunyai pengaruh besar
sebayanya. Diantaranya diskusi tentang
terhadap perkembangan pribadi remaja.
cara remaja mereduksi pertikaian/
Tidak menutup kemungkinan, kawan sebaya
perselisihan dan sifat pemalu. Orang tua
memberikan pengaruh negatif terhadap
juga mendukung remajanya agar lebih perkembangan diri individu. Hal ini dapat
menghargai perbedaan dan mampu dipengaruhi proses sosialisasi melalui kawan
menolak desakan dari kawan-kawan
126
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

sebaya berjalan tanpa pengawasan dari orang reproduksi dengan perilaku seksual pra
tua atau guru. nikah berisiko rendah sebanyak
Pengaruh yang diberikan teman sebaya dapat 104 responden (61,2%).Hal tersebut sejalan
berupa nasehat-naehat yang diberikan teman dengan hasil penelitian Nursal (2008) yaitu
kepada remaja, namun terkadang nasehat remaja dengan sikap relatif negatif memiliki
yang diberikan sering kali tidak peluang 9,94 kali berperilaku seksual
mempertimbangkan baik dan buruknya, berisiko berat dibanding sikap relatif positif
misal saat teman memberikan masukan (95%CI=4,14-23,6).
bahwa berpacaran itu suatu hal yang wajar
atau umum yang dilakukan remaja zaman Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau
sekarang bahkan tidak sedikit orang reaksi perasaan mendukung (favorable) atau
berpendapat jika tidak memiliki pacar tidak mendukung (unfavorable) terhadap
disebut ketinggalan zaman, sehingga banyak suatu objek. Sikap mempunyai arah, yaitu
sebagian dari remaja merasa malu untuk setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek.
mengakui bahwa mereka tidak memiliki Remaja yang semakin setuju atau
pacar yang pada akhirnya remaja melakukan mendukung terhadap kesehatan reproduksi
berbagai cara untuk mendapatkan pacar. artinya remaja tersebut memiliki sikap yang
Selain itu teman sebaya atau sahabat arahnya positif, dan sebaliknya (Azwar,
seringkali merasa sungkan untuk 2011).Penelitian Sri Putri Murtini Puspita et
mengatakan yang sebenarnya atas perbuatan al. (2012) pada 95 responden menunjukkan
yang keliru yang dilakukan oleh sahabatnya hasil yang sama yaitu responden yang
sehingga teman sebaya atau sahabat selalu memiliki perilaku seks ringan dengan sikap
mendukung apa yang dilakukan sahabatnya positif sebesar 78 orang (70,9%). Asna
walaupun yang dilakukan sahabatnya itu (2011) mengatakan sikap adalah respon
menyimpang baik dari segi norma sosial dan tertutup yang tidak dapat dilihat langsung
juga norma agama. dan merupakan predisposisi tingkah laku.
Dalam hal ini dapat diartikan jika remaja
mempunyai sikap positif yang tinggi maka
Berdasarkan hasil penelitian terdapat
remaja tersebut mempunyai sikap positif
hubungan antara sikap dengan perilaku
seksual pra nikah. Hasil penelitian terhadap berbagai jenis perilaku seksual.

menyatakan mayoritas responden memiliki


sikap yang positif terhadap kesehatan
127
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Sikap merupakan respon evaluatif. Respon dapat berubah-ubah.Selain hal di atas, Azwar
hanya akan muncul jika dihadapkan pada (2011) mengatakan sikap dapat dipengaruhi
suatu reaksi individual. Respon evaluatif oleh beberapa faktor yaitu pengalaman
berarti reaksi yang dinyatakan sebagai pribadi, pengaruh orang lain yang di anggap
sikap yang didasari oleh proses evaluasi penting seperti orang tua yang menganggap
dalam diri individu yang memberihasil khitanan perlu dilakukan untuk menjaga
akhir terhadap stimulus dalam bentuk nilai kesehatan reproduksi, pengaruh kebudayaan
baik buruk, positif negatif, menyenangkan bahwa hamil di luar nikah tidak boleh aborsi,

tidak menyenangkan, yang kemudian media massa, lembaga pendidikan dan

mengkristal sebagai potensi reaksi lembaga agama yang melarang pacaran

terhadap obyek sikap. Penelitian lain yang berduaan, berpegangan tangan dan meremas

dilakukan oleh (Syamsulhuda B. Musthofa bagian sensitif lawan jenis, faktor emosional.

and Winarti, 2010) responden yang Sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa

mempunyai sikap lebih permisif mempunyai faktor diantaranya pengalaman pribadi,

besar risiko untuk melakukan sebesar 3,473 pengaruh dari orang lain (teman sebaya), dan

kali dibandingkan responden yang pengaruh emosional sebagai pengalihan

mempunyai sikap kurang permisif terhadap pertahanan ego (Wahareni, 2006).

perilaku seks pranikah.


Berdasarkan hal tersebut, peneliti

Menurut Azwar (2011) sikap memiliki berpendapat bahwa kecenderungan

konsistensi, artinya kesesuaian antara seseorang untuk bertindak atau bertingkah

pernyataan sikap yang dikemukakan dengan laku berbeda dalam situasi yang sama. Hal itu

responnya terhadap suatu objek sikap yang disebabkan oleh perbedaan sikap.

dimaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan Kecenderungan seseorang untuk bertindak

oleh kesesuaian sikap antar waktu. Agar dapat bersifat positif dan negatif. Apabila

dapat konsisten sikap harus bertahan dalam seseorang memiliki kecenderungan yang

diri individu dalam waktu yang relatif positif terhadap suatu objek maka ia akan

panjang. Artinya responden yang sudah bersikap membantu, memperhatikan,

memiliki sikap positif harus memiliki berbuat sesuatu yang baik, menerima sesuatu

konsistensi terhadap apa yang ia sikapi dengan baik. Sebaliknya, bila seseorang

dengan mempertahankan sikap positifnya memiliki sikap negatif terhadap suatu objek,

dalam waktu yang lama agar sikap tidak


128
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

ia akan mencela, menolak, dan tidak Azwar, S. (2011) Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
menyukai objek tersebut.
Pelajar.
KESIMPULAN
Christina, T. (2014). Konsep Teman Sebaya.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah
Available: https://goo.gl/JVAIOy
sebagai berikut : [Accessed 04-01-2017].
1. Sebagian besar siswa-siswi SMA Negeri 1
Darmasih, R. (2009).Faktor Yang
Jamblang Kabupaten Cirebon tahun 2017 Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah
Pada Remaja SMA Di Surakarta.
memiliki peran orang tua yang baik,
Surakarta: Universitas Muhammadiyah
mendapatkan pengaruh yang tinggi dari Surakarta.
teman sebaya, memiliki sikap positif
Darmayanti, Yuniar Lestari & Ramadani, M.
terhadap kesehatan reproduksi dan (2011). Peran Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seksual Pranikah Siswa SLTA
memiliki perilaku seksual pra nikah
Kota Bukittinggi. Kesehatan Masyarakat,
berisiko rendah. 6 (1).
2. Terdapat hubungan antara peran orang
Fridya Mayasari & Hadjam, M. N. R. (2000)
tua, pengaruh teman sebaya dan sikap Perilaku Seksual Remaja Dalam
Berpacaran Ditinjau Dari Harga Diri
dengan perilaku seksual pra nikah pada
Berdasarkan Jenis Kelamin. Psikologi,
siswa-siswi SMA Negeri 1 Jamblang (2) 120-127.
Kabupaten Cirebon tahun 2017.
Joko Sapto Pramono, Artike Dewi &
Auliatunida, Z. (2010) Pengaruh
Teman Sebaya Terhadap Perilaku
REFERENSI
Seksual Pada Remaja Di Sma Negeri 8
Samarinda Tahun 2010. Jurnal Husada
Agung. (2016). Keperjakaan dan Keperawanan
Mahakam, Vol. III No. 2 45-94.
Generasi Milenial. Available:
https://goo.gl/gn4wIc [Accessed 05-
Nirmajanti, D. (2015).Hubungan Peran Orang
01-2017].
Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seks
Pranikah dengan Perilaku Seks Pranikah
Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan
pada Siswa Kelas X di SMKN 2 Sewon
(Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan
Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: Sekolah
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada
Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah.
Remaja), Bandung: Refika Aditama.
Notoatmodjo, S. (2003).Pendidikan dan
Asna, K. (2011).Hubungan Antara Pengetahuan
Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Dan Sikap Terhadap Kesehatan Reproduksi
Cipta.
Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Pada
Siswa Di Sma Negeri 14 Kota Semarang
Nursal, D. G. A. (2008).Faktor-Faktor Yang
Tahun Ajaran 2010/2011. Semarang:
Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Universitas Negeri Semarang.
Murid Smu Negeri di Kota Padang
129
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Tahun 2007. Kesehatan Masyarakat, II Soetjiningsih (2004) Tumbuh Kembang Remaja


(2). dan Permasalahannya, Jakarta: Rineka
Cipta.
Nuzulia Rahayu, Yusniawarti Yusad & Lubis,
R. M. (2013).Pengaruh Kegiatan Sri Putri Murtini Puspita, Muhammad Iksan
Penyuluhan Dalampelayanan Kesehatan & Rahma. (2012).Pengetahuan, Sikap,
Peduli Remaja (PKPR) Terhadap Peran Orang Tua Perilaku Seks Remaja
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Siswa Smk Negeri 4 Jeneponto. Makassar:
Seks Pranikah Di Sman 1 Lubuk Dalam UNHAS.
Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun 2013.
Medan: Universitas Sumatera Utara. Sugiyono (2013).Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Pratiwi, L. (2016).Pengaruh Lingkungan Alfabeta.
Pergaulan Sekolah dan Dukungan Keluarga
Terhadap Sikap Kesehatan Reproduksi Sulistianingsih, A. (2010).Hubungan
Siswa – Siswi Di Kelas X SMK Budi Lingkungan Pergaulan Dan Tingkat
Tresna Muhammadiyah Kabupaten Cirebon. Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
Bandung: Universitas Padjadjaran. Dengan Sikap Seks Bebas Pada Remaja.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Purba, B. (2014). Perilaku Seksual. Available:
https://goo.gl/gPOkaN [Accessed 06- Sulistyaningsih (2012) Metodologi Penelitian
01-2017]. Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2012) Suparmi & Isfandari, S. (2016). Peran Teman
Info Datin: Situasi Kesehatan Reproduksi Sebaya terhadap Perilaku Seksual
Remaja. Jakarta Selatan: Pusat Data dan Pranikah pada Remaja Laki-Laki dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. Perempuan di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan, 44 (2) 139-146.

Qomarasari, D. (2015) Hubungan Antara Peran Susila & Suyanto (2014).Metodologi Penelitian
Keluarga, Sekolah, Teman Sebaya, Cross Sectional, Klaten: Bossscript.
Pendapatan Keluarga, Media Informasi Dan
Norma Agama Dengan Perilaku Seksual Syamsulhuda B. Musthofa & Winarti, P.
Remaja Sma Di Surakarta. Semarang: (2010).Faktor Yang Mempengaruhi
Universitas Negeri Semarang. Perilaku Seks Pranikah Mahasiswa Di
Pekalongan Tahun 2009-2010.
Rahardjo, W. (2013). Model Perilaku Seks Kesehatan Reproduksi, 1 (1) 33-41.
Berisiko pada Pria. Available:
https://goo.gl/9FwVt4 [Accessed 29- Wahareni, P. A. (2006).Sikap Remaja Terhadap
03-2017]. Perilaku Seks Bebas Ditinjau Dari Tingkat
Penalaran Moral Pada Siswa Kelas Dua
Santrock, J. W. (2007) Remaja, Jakarta: Sma Kesatrian 1 Semarang Tahun Ajaran
Erlangga. 2005/2006 (Teori Perkembangan Moral
Köhlberg). Semarang: Universitas Negeri
Sarwono, S. W. (2007) Psikologi Remaja, Semarang.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
130
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Wildan. (2012).Pengaruh Pola Asuh Orangtua


Dan Teman Sebaya Terhadap Konsep Diri Yusuf, S. (2005) Psikologi Perkembangan Anak
Remaja Tentang Perilaku Seksual Di Sma dan Remaja, Bandung: Remaja
Negeri 2 Dan Man 2 Medan Tahun 2012. Rosdakarya.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

You might also like