Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan: Syahrin Pasaribu

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 360

HADIS-HADIS TENTANG METODE PENDIDIKAN


Syahrin Pasaribu
Dosen STAI Syekh H. Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai
Jln. Ir. H. Juanda No. 5 20732 Sumatera Utara
syahrinpasaribu@gmail.com

Abstract: the success of instilling spiritual values (faith and devotion to God
Almighty.) in a self learner, is associated with a factor of education system,
namely the method of education educators in conveying messages ilahiyah,
because with the right method, the subject matter will be easily controlled by the
learners. In Islamic education, the educational methods used need to be able to do
a thorough approach towards human beings, including the physical and spiritual
dimensions (outward and batiniah), although there is no one type of method the
most appropriate education achieving goals with all the circumstances. Rasul
saw. Since the beginning of the education methods in exemplifying the right
against his companions. Learning strategies which he did very accurate in
conveying the teachings of Islam. Rasul saw. very attentive to the situation,
conditions and character of a person, so that Islamic values can be transferred
properly. The Prophet. also really understand the instinct and the condition of
each person, so that he is able to make them good, and joy as well as spiritual, he
always invites people to approach Almighty God. and his jurisprudence. This
paper will present the Hadith-Hadith of the Prophet. about the methods of
education implemented the Messenger. Hadith-Hadith about the methods of
education implemented the Apostle saw, include; example method, the method of
gentle/affection, the deductive method, method of the parable, allegory method,
the method gives the ease of comparison, the method, the method of questioning,
repetition method, method demonstrations, experimental methods, methods of
solving the problem, method, method of discussion of praise/give the joy, the
method of awarding the penalty.

Kata Kunci: Hadis dan Metode Pendidikan

Pendahuluan
Tercapainya tujuan pendidikan yang konstruktif tidak terlepas dari peranan
metode atau teknik pembelajaran yang digunakan guru sebagai sarana dalam
menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan dan
mengenai sasaran pembelajaran yang diinginkan, maka memerlukan suatu sistem
yang terencana. Ilmu yang menguraikan prinsip-prinsip tentang metode mengajar
disebut juga dengan didaktik metodik, sebagaimana dikemukakan oleh S.
Nasution bahwa didaktik metodik adalah ilmu yang mengajarkan tentang prinsip-
prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai dan

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 361

dimiliki oleh anak-anak.1


Dalam proses pendidikan Islam, salah satu faktor terpenting untuk
tercapainya tujuan pendidikan adalah dengan metode pendidikan yang baik dan
tepat. Sehingga bisa dikatakan kedudukan sebuah metode sangatlah signifikan.
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika metode yang digunakan tidak tepat, maka
tujuan tersebut akan sulit tercapai dengan baik. Keberhasilan menanamkan nilai-
nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam diri peserta didik,
terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode pendidikan yang
dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiyah, sebab dengan
metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik.
Dalam pendidikan Islam, perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat
melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani
dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode
pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan.
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang
tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah
metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau
tidak. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan dianggap
lebih penting dengan materi itu sendiri, ini sesuai dengan hikmah yang selalu
diingatkan kepada para pendidik yaitu “Al-Tariqat Aham min al-Maddah”
(metode jauh lebih penting daripada materi). Oleh sebab itu pemilihan metode
pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor
terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.2
Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan
metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran
yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw.
sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai
Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri
dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita,
baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk

1
S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1972), h. 1.
2
Qomari Anwar, Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa, (Jakarta: UHAMKA
Press, 2003), h. 42.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 362

mendekati Allah swt. dan syariat-Nya.


Tulisan ini akan menyajikan hadis-hadis Nabi saw. tentang metode
pendidikan yang dilaksanakan Rasulullah. Hadis-hadis tentang metode pendidikan
yang dilaksanakan Rasul saw., meliputi; metode keteladanan, metode lemah
lembut/kasih sayang, metode deduktif, metode perumpamaan, metode kiasan,
metode memberi kemudahan, metode perbandingan, metode tanya jawab, metode
pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemecahan
masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan, metode
pemberian hukuman.

Pembahasan
1. Pengertian Metode Pendidikan
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta
yang berarti “yang dilalui” dan hodos yang berarti “jalan”, yakni jalan yang harus
dilalui. Yang dimaksud dengan jalan di sini adalah suatu tata cara, tindakan atau
amaliyah yang diamalkan menurut metode-metode tertentu yang telah ditetapkan
oleh masing-masing perumus aliran yang tertentu pula. Misalnya seorang guru
yang mengajarkan salat pada muridnya, dia menunjuki dan membimbing
bagaimana caranya melakukan ibadah salat. 3
Maka metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.4 Sesuatu
yang dilakukan biasanya memiliki tujuan tertentu, tergantung kepada tujuan yang
ingin dicapainya. Demikian juga dengan metode, pengertiannya menjadi berbeda-
beda sesuai dengan bidangnya. Metode adalah cara yang teratur dan sistematis
untuk pelaksanaan sesuatu, cara kerja.5 Metode juga berarti suatu cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki, atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 6 Dalam bahasa Inggris,
disebut dengan method yang mengandung makna metode dalam bahasa

3
Yunasril Ali, Membersihkan Tasauf dari Syirik, Bid’ah, dan Khurafat, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 49.
4
Soegarda Poerwakatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 56.
5
M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 461.
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 740.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 363

Indonesia.7 Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tarīqah yang berarti jalan
atau cara.8
Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam tentang
metode, di antaranya pengertian yang dikemukakan Syafaruddin, bahwa metode
adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 9 Muzayyin Arifin
mengemukakan bahwa metode adalah cara mengerjakan sesuatu.10 Menurut
Surachmad metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan.11 Menurut Abu Bakar Aceh, tariqah artinya jalan, petunjuk
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan
oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, dan tabi’in secara turun
temurun sampai kepada guru-guru sambung menyambung dan rantai berantai.12
Menurut Abuddin Nata metode merupakan cara untuk memahami, menggali, dan
mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.13
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian
metode pendidikan, beberapa hal yang mesti ada dalam metode yaitu:
a. Melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab;
b. Aktivitas tersebut memiliki cara yang baik dan tujuan tertentu;
c. Tujuan harus dicapai secara efektif.
Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai
istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau
pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan secara

7
S. Wojowasito dan Tito Wasito W., Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-
Inggris, (Bandung: Hasta, 1980), h. 113.
8
Louwis Ma̒̒ lūf al-Yasū ̒ iy, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A̒lam, cet. XXVI., (Beirut: al-
Masyriq, t.t.), h. 465.
9
Syafaruddin, et.al., Ilmu Pendidikan Islam; Melejitkan Potensi Budaya Umat, (Jakarta:
Hijri Pustaka Utama, 2008), h. 120.
10
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 89.
11
Winarno Surachmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1996),
h. 96.
12
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Thareqat, (Solo: Ramadhani, 1993), h. 67.
13
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 91.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 364

bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan


satu dengan yang lain.
Menurut Gerlach dan Ely sebagaimana dikutip Uno, teknik pembelajaran
seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan,
alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta
didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.14
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru,
yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan
tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat
implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing
guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. 15
Metode-metode pendidikan ini memiliki karakteristik sebagaimana yang
dikemukakan oleh al-Syaibani16 yaitu:
1. Mendasarkan metode pendidikan kepada perilaku Islami, sebab pendidikan
adalah dalam rangka beribadah kepada Allah.
2. Menyesuaikan metode pendidikan dengan keadaan peserta didik dan
lingkungan pendidikan.
3. Menggunakan metode pendidikan yang dapat memadukan antara teori dan
fakta dan antara tekstual dengan kontekstual.
4. Memberi kesempatan berpendapat pada peserta didik dengan mengutamakan
argumen yang logis dan dalam batas kesopanan dan saling hormat
menghormati.
An-Nahlawi (lahir 7 safar 1396 H./1876 M.) mengemukakan bahwa
adapun prinsip yang harus diterapkan dan dipedomani dalam menggunakan
metode pendidikan Islam adalah prinsip memberikan suasana kegembiraan,
memberikan dengan lemah lembut, kebermaknaan, prasyarat, komunikasi terbuka,

14
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 8, 2011), h. 2.
15
Ibid.
16
Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani, Falsafah al-Tarbiyyah al-Islamiyyah, terj.
Hasan Langgulung, Falsafah Pendidikan Islami, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), h. 583.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 365

pemberian pengetahuan baru, memberikan cara perilaku yang baik, pengalaman


secara aktif dan kasih sayang. 17
Metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan
monopragmatis. Polipragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang
serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu
dapat digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung
pada si pemakai atau pada corak, bentuk dan kemampuan dari metode sebagai
alat. Sebaliknya monopragmatis, bilamana metode mengandung satu macam
kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaannya mengandung implikasi
bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya.
Mengingat sasaran metode adalah manusia, maka pendidik dituntut untuk berhati-
hati dalam penerapannya.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang
kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu
terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru
berdaya guna dan berhasil guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna
adalah metode yang mengandung nilai nilai instrinsik dan ekstrinsik, sejalan
dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan
nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. 18
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat dipahami bahwa metode
pendidikan Islam adalah berbagai cara yang digunakan oleh pendidik muslim,
sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, sehingga nilai-nilai
Islami dapat terlihat dalam pribadi peserta didik.

2. Hadis-hadis tentang Metode Pendidikan


a. Metode Keteladanan

‫ع ْن‬ ُّ ‫َّللا ب ِْن‬


َ ‫الزبَي ِْر‬ ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
َ ‫ام ِر ب ِْن‬ ِ ‫ع‬َ ‫ع ْن‬َ ‫ف قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا َما ِل ٌك‬َ ‫س‬ُ ‫َّللا ب ُْن يُو‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ِ َّ ُ ‫ع ْبد‬
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫اري ِ أ َ َّن َر‬
ِ ‫ص‬َ ‫ع ْن أ َ ِبي قَتَادَة َ ْاْل َ ْن‬ ُّ ‫سلَي ٍْم‬
َ ِ ‫الز َرقِي‬ ُ ‫ع ْم ِرو ب ِْن‬ َ

17
Abdurrahman an-Nahlawi, Usul al-Tarbiyyah Islamiyyah wa Asalibiha fi Baiti wa al-
Madrasati wa al-Mujtama’, terj. Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 204.
18
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 197.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 366

‫علَيْ ِه‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ول‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫ت َر‬ َ ‫ام ٌل أ ُ َما َمةَ بِ ْنتَ زَ ْين‬
ِ ‫َب ِب ْن‬ َ ُ‫سلَّ َم َكانَ ي‬
ِ ‫ص ِلي َوهُ َو َح‬ َ ‫َو‬
.19‫ضعَ َها َو ِإذَا قَ َام َح َملَ َها‬
َ ‫س َجدَ َو‬َ ‫ش ْم ٍس فَإِذَا‬
َ ‫ع ْب ِد‬ ِ َ‫سلَّ َم َو ِْل َ ِبي ْالع‬
َ ‫اص ب ِْن َر ِبيعَةَ ب ِْن‬ َ ‫َو‬
Artinya, “Telah menceritakan kepada kami ̒Abdullah bin Yusuf berkata, telah
mengabarkan kepada kami Malik dari ̒Amir bin ̒Abdullah bin Al Zubair dari
̒Amru bin Sulaim Al Zuraqi dari Abu Qatadah Al Ansari, bahwa Rasulullah
sallallahu ̒alaihi wasallam pernah salat dengan menggendong Umamah binti
Zainab binti Rasulullah sallallahu ̒alaihi wasallam. Dan menurut riwayat Abu Al
̒Ash bin Rabi ̒ah bin ̒Abdu Syamsi, ia menyebutkan, Jika sujud beliau letakkan
anak itu dan bila berdiri beliau gendong lagi.”

Kualitas hadis di atas adalah hadis shahih dengan kualitas perawi yang
terdiri dari siqah mutqinun, raˋsu mutqinun, siqah dan perawi bernama Qatadah
adalah sahabat Rasulullah saw..20
Menurut al-Asqalani, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak
perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan
kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan
tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di
pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut
dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang
membenci anak perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan mereka,
bahkan dalam salat sekalipun.21 Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di
mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak
didik akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah
guru memberikan teladan yang baik.22
Memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan
mempunyai arti penting dalam mendidik, keteladanan menjadi titik sentral dalam
mendidik, kalau pendidiknya baik, ada kemungkinan anak didiknya juga baik,
karena murid meniru gurunya. Sebaliknya jika guru berperangai buruk, ada
kemungkinan anak didiknya juga berperangai buruk. Rasulullah saw.
merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui

Al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih al-Musnad min Hadisi Rasulillah sallallahu ‘alaihi


19

wasallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, (Beirut: Dar Ibn Kasir al-Yamamah, 1987), Juz 1, h. 193.
20
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.
21
Ahmad ibn ̒Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fatul Bari Syarh Sahih al-Bukhari,
(Beirut: Dar al-Maˋrifah, 1379 H), Juz 2, h. 591-592.
22
Ibrahim Muhammad al-Hamd, Ma‘a al-Mu‘allimin, terj. Ahmad Syaikhu, (Jakarta:
Darul Haq, 2002), h. 27.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 367

tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata.


Bagaimana memuja Allah swt., bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk
dalam salat dan do̒a, bagaimana makan, bagaimana tertawa, dan lain sebagainya,
menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan materi pendidikan yang
tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode pembelajaran
yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh,
sebagaimana firman Allah swt. berikut:
❑◆  ⬧ ⧫ ⬧
☺ ◆ ◆❑ 
 ❑⧫ ⧫
⧫⬧◆ ⧫ ⧫❑◆◆
23  
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Al-Baiddawi, memberi makna uswatun hasanah pada ayat di atas adalah
perbuatan baik yang dapat dicontoh. Dengan demikian, keteladanan menjadi
penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam
membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan
Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama,
sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan
panutan.24
Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan,
keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan
anak didik. Keteladanan sempurna adalah keteladanan Rasulullah saw., yang
dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan
anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.

23
Q.S. Al-Ahzab/33: 21.
Abi Sa ̒ id Abdullah bin Umar bin Muhammad Asy-Syairazi al-Baidawi, Anwar al-
24

Tanzil Wa Asrar al-Taˋwil, (Beirut-Libanon: Darul Kitab Al-‘Alamiah, Darun Sadar, t.t.), Jilid 2,
h. 9.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 368

b. Metode Lemah Lembut/Kasih Sayang

‫اربَا فِي لَ ْف ِظ‬ َ َ‫ش ْيبَةَ َوتَق‬ َ ‫صبَّاحِ َوأَبُو بَ ْك ِر ب ُْن أَبِي‬ َّ ‫َحدَّثَنَا أَبُو َج ْعفَ ٍر ُم َح َّمد ُ ْب ُن ال‬
‫ع ْن يَحْ يَى ْب ِن‬ َ ‫اف‬ ِ ‫ص َّو‬ َّ ‫ع ْن َح َّجاجٍ ال‬ َ ‫يم‬ َ ‫ث قَ َاَل َحدَّثَنَا ِإ ْس َم ِعي ُل ْب ُن ِإب َْرا ِه‬ ِ ‫ْال َحدِي‬
‫ع ْن ُم َعا ِويَةَ ْب ِن‬ َ ‫ار‬ ٍ ‫س‬ َ َ‫اء ب ِْن ي‬ َ ‫ع‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ع ْن‬ َ َ‫ع ْن ِه ََل ِل ْب ِن أ َ ِبي َم ْي ُمونَة‬ َ ‫ير‬ ٍ ِ‫أ َ ِبي َكث‬
ْ‫سلَّ َم ِإذ‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ص ِلي َم َع َر‬ َ ُ ‫سلَ ِمي ِ قَا َل َب ْينَا أَنَا أ‬ ُّ ‫ْال َح َك ِم ال‬
‫ار ِه ْم فَقُ ْلتُ َوا‬ ِ ‫ص‬ َ ‫َّللاُ فَ َر َما ِني ْالقَ ْو ُم ِبأ َ ْب‬ َّ ‫س َر ُج ٌل ِم ْن ْالقَ ْو ِم فَقُ ْلتُ َي ْر َح ُم َك‬ َ ‫ط‬ َ ‫ع‬َ
‫علَى أ َ ْفخَا ِذ ِه ْم‬ َ ‫ي فَ َجعَلُوا يَض ِْربُونَ بِأ َ ْيدِي ِه ْم‬ َّ َ‫ظ ُرونَ إِل‬ ْ
ُ ‫ث ُ ْك َل أ ِميَا ْه َما شَأنُ ُك ْم ت َ ْن‬ ُ
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫صلَّى َر‬ َ ‫ت فَلَ َّما‬ ُّ ‫س َك‬ َ ‫ص ِمتُونَنِي لَ ِكنِي‬ َ ُ‫فَلَ َّما َرأ َ ْيت ُ ُه ْم ي‬
ُ ‫سنَ ت َ ْع ِلي ًما ِم ْنه‬ َ ‫سلَّ َم فَ ِبأ َ ِبي هُ َو َوأ ُ ِمي َما َرأَيْتُ ُم َع ِل ًما قَ ْبلَهُ َو ََل بَ ْعدَهُ أ َ ْح‬ َ ‫َو‬
‫صلُ ُح‬ ْ َ‫ص ََلة َ ََل ي‬ َّ ‫شت َ َمنِي قَا َل ِإ َّن َه ِذ ِه ال‬ َ ‫ض َربَنِي َو ََل‬ َ ‫َّللاِ َما َك َه َرنِي َو ََل‬ َّ ‫فَ َو‬
‫ير َوقِ َرا َءة ُ ْالقُ ْرآ ِن قَا َل‬ ُ ‫اس ِإنَّ َما ُه َو الت َّ ْس ِبي ُح َوالت َّ ْك ِب‬ ِ َّ‫ش ْي ٌء ِم ْن َك ََل ِم الن‬ َ ‫فِي َها‬
ٌ ‫اريَة‬ ِ ‫َت ِلي َج‬ ْ ‫اك قَا َل َو َكان‬ َ َ‫َطهُ فَذ‬ َّ ‫ط فَ َم ْن َوافَقَ خ‬ ُّ ‫اء َي ُخ‬ ِ ‫ي ِم ْن ْاْل َ ْن ِب َي‬ ٌّ ‫َكانَ نَ ِب‬
....25 ‫غنَ ًما‬ َ ‫عى‬ َ ‫ت َ ْر‬
Artinya, “Telah menceritakan Abu Jaˋfar Muhammad ibn Sabah dan Abu Bakr
ibn Abi Syaibah, hadis Isma>̒il ibn Ibrahim dari Hajjaj as-Sawwaf dari Yahya ibn
Abi Kasir dari Hilal ibn Abi Maimunah dari Ataˋ ibn Yasar dari Mu ̒awiyah ibn
Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat bersama Rasulullah saw., seorang
dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallah. Orang-orang mencela
saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian
memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya
memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul
saw. selesai salat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya),
saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik
pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak, memukul
dan mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini
tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbih,
takbir dan membaca Alquran.”

Hadis di atas adalah hadis shahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah subt.26 An-Nawawi (w. 676 H.), dalam syarahnya mengatakan
hadis ini menunjukkan keagungan perangai Rasulullah saw., dengan memiliki
sikap lemah lembut dan mengasihi orang yang bodoh (belum mengetahui tata cara

25
Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisabūri, Sahih Muslim, (Beirut:
Dar Ihyaˋ at-Turas al-̒Arabi, t.t.), Juz 1, h. 20-21.
26
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 369

salat). 27 Ini juga perintah agar pendidik berperilaku sebagaimana Rasulullah saw.
dalam mendidik.
Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi
pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik.
Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan
terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.

c. Metode Deduktif

‫َّللاِ َقا َل َحدَّث َ ِني‬ ُ ‫ع ْن‬


َّ ‫ع َب ْي ِد‬ َ ‫ار قَا َل َحدَّثَنَا َيحْ َيى‬ ٌ َ‫ار بُ ْند‬ ٍ ‫ش‬َّ ‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن َب‬
ِ ‫ع ْن النَّ ِبي‬ َ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة‬ َ ‫اص ٍم‬
ِ ‫ع‬ َ ‫ص ب ِْن‬ ِ ‫ع ْن َح ْف‬ َ ‫الرحْ َم ِن‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ْب ب ُْن‬ُ ‫ُخ َبي‬
ُ ‫َّللاُ فِي ِظ ِل ِه يَ ْو َم ََل ِظ َّل إِ ََّل ِظلُّه‬ َّ ‫س ْبعَةٌ يُ ِظلُّ ُه ْم‬َ ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ ‫َّللا‬ َ
‫اج ِد‬ِ ‫س‬ َ ‫اْل َما ُم ْالعَا ِد ُل َوشَابٌّ نَشَأ َ فِي ِعبَادَةِ َربِ ِه َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُمعَلَّ ٌق فِي ْال َم‬ ِْ
ُ‫طلَبَتْهُ ْام َرأَة ٌ ذَات‬ َ ‫علَ ْي ِه َو َر ُج ٌل‬
َ ‫علَ ْي ِه َوتَفَ َّرقَا‬ َّ ‫َو َر ُج ََل ِن ت َ َحابَّا فِي‬
َ ‫َّللاِ اجْ ت َ َم َعا‬
‫صدَّقَ أ َ ْخفَى َحتَّى ََل ت َ ْعلَ َم‬ َ َ ‫َّللاَ َو َر ُج ٌل ت‬َّ ‫َاف‬ ُ ‫ب َو َج َما ٍل فَقَا َل إِنِي أَخ‬ ٍ ‫ص‬ ِ ‫َم ْن‬
.28ُ‫ع ْينَاه‬
َ ‫ت‬ ْ ‫ض‬ َّ ‫ِش َمالُهُ َما ت ُ ْن ِف ُق َي ِمينُه ُ َو َر ُج ٌل ذَ َك َر‬
َ ‫َّللاَ خَا ِليًا فَفَا‬
Artinya, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar Bundar
berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari ̒Ubaidullah berkata, telah
menceritakan kepadaku Khubaib bin A ̒ bdurrahman dari Hafsh bin ̒Asim dari Abu
Hurairah dari Nabi saw. bersabda: “Ada tujuh golongan manusia yang akan
mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-
Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan
ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid,
dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu
kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak
berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, “Aku takut
kepada Allah”, dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya
hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan
kanannya, serta seorang laki-laki yang berzikir kepada Allah dengan
mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis."

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah mutqin, sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasulullah
saw..29 Menurut Abi Jamrah, metode deduktif (memberitahukan secara global)
suatu materi pelajaran, akan memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi

27
Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf ibn al-Nawawi, Syarh an-Nawawi ̒ala Sahih Muslim,
(Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H.), Juz 5, h. 20-21.
28
Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Sahih, h. 234.
29
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 370

materi pelajaran, sehingga lebih mengena di hati dan memberi manfaat yang lebih
besar.30

d. Metode Perumpamaan

ِ ‫سى ْاْل َ ْشعَ ِري‬ َ ‫ع ْن أَبِي ُمو‬ َ ‫ع ْن أَن ٍَس‬ َ َ ‫ع ْن قَتَادَة‬ َ َ‫ع َوانَة‬ َ ‫َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَةُ َحدَّثَنَا أَبُو‬
‫سلَّ َم َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِم ِن الَّذِي يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآ َن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫قَا َل قَا َل َر‬
ُ ‫ب َو َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِم ِن الَّذِي ََل يَ ْق َرأ‬ َ ‫ط ْع ُم َها‬
ٌ ‫ط ِي‬ َ ‫ب َو‬ ٌ ‫ط ِي‬َ ‫َك َمث َ ِل ْاْلُتْ ُر َّج ِة ِري ُح َها‬
ُ ‫ق الَّذِي يَ ْق َرأ‬ ِ ِ‫ط ْع ُم َها ُح ْل ٌو َو َمث َ ُل ْال ُمنَاف‬ َ ‫ْالقُ ْرآ َن َك َمث َ ِل الت َّ ْم َرةِ ََل ِري َح لَ َها َو‬
ُ ‫ق الَّذِي ََل َي ْق َرأ‬ ِ ِ‫ط ْع ُم َها ُم ٌّر َو َمث َ ُل ْال ُمنَاف‬َ ‫ب َو‬ ٌ ‫ط ِي‬ َّ ‫ْالقُ ْرآ َن َمث َ ُل‬
َ ‫الر ْي َحانَ ِة ِري ُح َها‬
.31‫ط ْع ُم َها ُم ٌّر‬ َ ‫ْس لَ َها ِري ٌح َو‬ َ ‫ْالقُ ْرآنَ َك َمث َ ِل ْال َح ْن‬
َ ‫ظلَ ِة لَي‬
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata; telah menceritakan kepada
kami Abu Awanah dari Qatadah dari Anas dari Abu Musa Al Asy ̒ari ia berkata;
“Rasulullah sallallahu ̒alaihi wasallam bersabda: 'Perumpamaan seorang
Mukmin yang suka membaca Alquran seperti buah Utrujah, baunya harum dan
rasanya enak. Perumpamaan seorang Mukmin yang tidak suka membaca Alquran
seperti buah kurma, tidak berbau namun rasanya manis. Perumpamaan seorang
Munafik yang suka membaca Alquran seperti buah raihanah, baunya harum tapi
rasanya pahit. Dan Perumpamaan seorang Munafik yang tidak suka membaca
Alquran seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah subt.32 Perumpamaan berarti pemberian contoh, yaitu menuturkan
sesuatu guna menjelaskan suatu keadaan yang selaras dan serupa dengan yang
dicontohkan, lalu menonjolkan kebaikan dan keburukan yang tersamar.33
Dalam hadis ini terdapat empat golongan manusia bila dihubungkan
dengan Alquran, yaitu:
1) Golongan yang hatinya dipenuhi oleh iman. Iman mengalir ke
sekujur anggota tubuhnya. Ia yakin kepada Allah, beriman kepada
Rasul, membenarkan Alquran, mengamalkan agama, menjadikan
dirinya bagian dari Alquran, membacanya pada malam dan siang
hari ketika berdiri, duduk, rukuk, dan sujud. Kapan saja ada

Imam Ibn Abi Jamrah al-Andalūsi, Bahjat an-Nufus wa Tahalliha Bima ̒rifati ma Laha
30

wa ma Alaihi (Syarah Mukhtasar Sahih al-Bukhari) Jam ̒u an Nihayah fi bad ̒i al-Khairi wa an-
Nihayah, (Beirut: Dar al Jil, 1979), Juz I, h. 97.
31
Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Sahih Al-Musnad min Hadisi Rasulillah sallallahu ‘alaihi
wasallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Software, al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah,
Versi 1.2., No. Hadis: 5007. Lihat juga al-Naisaburi, Sahih Muslim, Juz. 4, h. 2146.
32
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.
33
An-Nahlawi, Usul al-Tarbiyyah Islamiyyah...., h. 251.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 371

kesempatan untuk membacanya, selalu ia manfaatkan, sehingga


hatinya tidak berpaling dari mengingat Allah dan syetan tidak
dapat mengganggunya. Bacaannya tidak sekadar di lidah. Akan
tetapi, hatinya juga membaca sehingga membuahkan rasa takut dan
mendapat petunjuk, melahirkan amal kebajikan dan teguh
pendirian.
2) Golongan yang beriman kepada Alquran, menerapkan hukumnya,
mengikuti petunjuknya, menerapkan akhlaknya tetapi tidak
membaca dan menghafal Alquran. Ini bagaikan kurma yang manis
tetapi aromanya tidak ada.
3) Orang jahat (munafiq) yang tidak memiliki iman kecuali sekadar
sebutan, tidak memiliki agama kecuali merek, ia membaca
Alquran, menghafalnya dengan baik, meyakini syariatnya,
mengenal bacaannya, membaguskan lafal dan iramanya, tetapi
bacaannya itu tidak melampaui kerongkongannya. Bila engkau
mengujinya, engkau akan tahu bahwa hatinya busuk dan gelap,
akhlaknya jelek, perbuatannya berbahaya. Inilah yang dicontohkan
oleh Rasulullah saw. dengan "al-Rihanah". Bila Anda cium,
aromanya harum, tetapi bila Anda makan, rasanya jelek. Hatinya
cenderung kepada yang jelek. Anda akan merasakan jeleknya bila
Anda bergaul dengannya. Tidak ada pengaruh Alquran terhadap
dirinya karena kejahatannya telah menutup hatinya dan nasihat
orang lain tidak berguna baginya.
4) Jahat (munafik) yang tidak ada hubungannya dengan Alquran. Ia
tidak berilmu tentang Alquran, tidak mengamalkannya, tidak
membaca dan tidak menghafalnya. Orang ini disamakan oleh
Rasulullah saw. dengan "al-hanzalah" yang tidak beraroma dan
rasanya pahit.

Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode


pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi
pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 372

abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah
saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga
benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau
menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat
jelas.
Dalam hadis yang lain juga rasulullah saw. menyatakan: ‫مس‬

َ ‫سلَ َمةَ ب ِْن‬


‫عبْ ِد‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬ َ ‫يم‬ َ ‫ع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ِإب َْرا ِه‬ َ ‫ع ْن اب ِْن ْال َها ِد‬ َ ‫ْث‬ ُ ‫َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَة ُ َحدَّثَنَا اللَّي‬
‫سلَّ َم قَا َل أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أ َ َّن نَ ْه ًرا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ع ْن أَبِي هُ َري َْرة َ أ َ َّن َر‬ َ ‫الر ْح َم ِن‬ َّ
‫ي ٌء قَالُوا ََل‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ت ه َْل يَ ْبقَى ِم ْن دَ َرنِ ِه‬ ٍ ‫س َم َّرا‬ َ
َ ‫ب أ َح ِد ُك ْم يَ ْغت َ ِس ُل ِم ْنهُ كُ َّل يَ ْو ٍم َخ ْم‬ ِ ‫ِببَا‬
‫طايَا َوفِي‬ َ ‫َّللاُ ِب ِه َّن ْال َخ‬ َّ ‫ت ْالخ َْم ِس يَ ْم ُحو‬ ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫ي ٌء قَا َل فَذَلِكَ َمث َ ُل ال‬ َ ‫يَ ْبقَى ِم ْن دَ َرنِ ِه‬
ْ ‫ش‬
‫ص ِحي ٌح َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَةُ َحدَّثَنَا بَ ْك ُر بْ ُن‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ِيث َح‬ٌ ‫سى َهذَا َحد‬ َ ‫ع ْن َجا ِب ٍر قَا َل أَبُو ِعي‬ َ ‫ْالبَاب‬
َ ‫ع ْن اب ِْن الْ َها ِد ن‬
.34ُ‫َحْوه‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫ض َر ْالقُ َر ِش‬ َ ‫ُم‬

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami al-
Laits dari Ibnu al-Had dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah bin
Abdurrahman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Bagaimana menurut kalian bila di pintu salah seorang dari kalian
ada sungai, lalu ia mandi lima kali setiap harinya, masihkan ada kotoran yang
tersisa?” mereka menjawab; “Tidak akan ada kotorannya tersisa sedikit pun.”
Beliau bersabda: “Itu seperti shalat lima waktu, dengannya Allah akan
menghapus kesalahan-kesalahannya.” Dalam hal ini, ada hadis serupa dari
Jabir. Abu Isa berkata; Hadis ini hasan sahih. Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah telah menceritakan kepada kami Bakr bin Mudlar al-Qurasy dari Ibnu
al-Had seperti hadis di atas.

Dalam hadis ini Rasulullah saw. mendidik para sahabat tentang hikmah
salat yang di antaranya adalah akan menghapuskan dosa-dosa orang yang
melaksanakannya.35 Namun hikmah ini sesuatu yang tidak kelihatan karena ia
merupakan suatu yang abstrak. Dalam hal ini Rasulullah saw. menjelaskannya
dengan metode tamsil yaitu metode dengan cara memberikan perumpamaan.
Dengan cara tersebut akan lebih mudah dipahami, karena dengan memberikan

34
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmizi dalam Sunan at-Tirmizi, kitab Amtsal, bab
Mitslu Salawat. Semua sanad dinilai siqah dengan demikian hadis ini dinyatakan sahih. Lihat
dalam Abu Isa Muhammad ibn Isa at-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, (Mesir: Mustafa al-Babiy al-
Halabiy wa-Awladuh, 1975), juz 5, h. 151.
35
Dalam hal jenis dosa yang terhapus dalam pelaksanaan salat lima waktu, ulama berbeda
pendapat: Imam at-Tirmizi dalam syarahnya berpendapat, yang terhapus hanya dosa-dosa kecil,
akan tetapi Imam Hafiz berpendapat bahwa kalimat tersebut lebih umum tidak menyatakan dosa
kecil atau dosa besar, bahkan Imam Muslim meriwayatkan hadis kebalikannya. At-Tirmizi, Sunan
at-Tirmizi, juz 5, h. 28.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 373

perumpamaan sesuatu yang abstrak (salat lima waktu) dengan sesuatu yang
sifatnya konkrit (air sungai yang mengalir setiap saat) yang dapat dilihat dengan
indera mata yang digunakan untuk mandi lima kali setiap hari.
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya adalah:
1. Metode pengajaran yang digunakan oleh Rasulullah saw. adalah: 1)
metode tanya jawab, dan 2) metode perumpamaan.
2. Motivasi untuk selalu menjaga salat lima waktu dengan memahami
di antara hikmahnya.
Konsep pendidikan yang dapat dikonsepkan dari hadis di atas adalah:
1. Metode pengajaran tanya ajwab merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam pendidikan Islam. Metode tanya jawab adalah suatu cara
penyajian materi pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab,
terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru. 36
Dalam sejarah perkembangan Islam, metode tanya jawab ini sudah dikenal
sejak awal perkembangannya, karena metode ini sering dipakai oleh
Rasulullah saw. dalam mengajarkan ajaran Islam kepada para sahabat, dan
metode ini merupakan salah satu metode yang tertua selain metode ceramah,
namun efektifitasnya lebih besar dari metode lain. Karena dengan metode
tanya jawab, pengertian dan pemahaman dapat diperoleh dengan lebih
mantap, sehingga kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap
pelajaran dapat dihindari semaksimal mungkin. 37 Firman Allah swt. yang
berkenaan dengan metode tanya jawab ini adalah Q.S. al-Hijr/16: 43: dan
kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami
beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
2. Metode matsal (perumpamaan). Kata matsal dalam bentuk tunggal (mufrad)
yang jamaknya al-amtsal setimbangan dan juga semakna dengan kata al-
syabah yang jamaknya al-asybah yang berarti perumpamaan.38

36
Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005), h. 107.
37
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 141.
38
Memang sebaiknya untuk kesempurnaan dalam pembahasan ini dikemukakan juga
pembahasan tentang kata sinonimnya yaitu: syabah, namun menurut Fuad Abdul Baqi, tidak

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 374

Perumpamaan adalah sesuatu yang menggambarkan sifat maknawi dengan


sesuatu yang dzati.39 Sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang jelas
(konkrit) dan sesuatu yang ghaib dengan sesuatu yang dapat disaksikan
untuk membantu akal agar mudah memahminya. 40 Dengan demikian matsal
(perumpamaan) sesuatu adalah sifat atau keadaan sesuatu itu yang
dijelaskan dan disingkap hakikatnya,41 atau apa yang dimaksudkan untuk
dijelaskannya. Matsal (perumpamaan) ada yang bersifat majazi dan ada
yang hakiki, ada yang sama/setara dan ada yang lebih (ablagh).

e. Metode Kiasan

‫ع ْن‬َ ‫ع ْن أ ُ ِم ِه‬ َ َ‫ص ِفيَّة‬


َ ‫ور ب ِْن‬ِ ‫ص‬ ُ ‫ع ْن َم ْن‬ َ َ‫ع َي ْينَة‬ ُ ‫َحدَّثَنَا يَ ْح َيى قَا َل َحدَّثَنَا اب ُْن‬
‫غ ْس ِل َها ِم ْن‬ُ ‫ع ْن‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ‫ت النَّ ِب‬ ْ َ‫سأَل‬
َ ً ‫شةَ أ َ َّن ْام َرأَة‬ َ ‫عا ِئ‬
َ
‫ط َّه ِري بِ َها‬َ َ ‫صةً ِم ْن َمسْكٍ فَت‬ َ ‫ْف ت َ ْغت َ ِس ُل قَا َل ُخ ِذي فِ ْر‬ َ ‫يض فَأ َ َم َرهَا َكي‬ ِ ‫ْال َم ِح‬
َ َ ‫َّللاِ ت‬
‫ط َّه ِري‬ َّ َ‫س ْب َحان‬ُ ‫ْف قَا َل‬ َ ‫ت َكي‬ ْ َ‫ط َّه ِري بِ َها قَال‬ َ َ ‫ْف أَت‬
َ َ ‫ط َّه ُر قَا َل ت‬ َ ‫ت َكي‬ ْ َ‫قَال‬
42
....‫ي فَقُ ْلتُ تَتَبَّ ِعي ِب َها أَث َ َر الدَّ ِم‬ َّ َ‫فَاجْ تَبَذْت ُ َها ِإل‬
“Telah menceritakan kepada kami Yahya, katanya hadis ‘Uyainah dari Mansyur
ibn Safiyyah dari Ibunya dari ̒Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw.
tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw.
mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik
kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya,
bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya.
Subhanallah, beliau menutup wajahnya. ̒Aisyah mengatakan telusurilah bekas
darah (haid) dengan kain itu.”
Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong siqah dan
siqah hafiz, sedangkan Aisyah adalah istri Rasulullah saw.43
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan
kiasan dalam pembelajaran, yaitu:44

dijumpai kata tersebut di dalam Alquran, yang ada hanya beberapa bentuk kata yang seakar
dengannya seperti kata; syubbiha (fi’il madhi dalam bina’ majhul), tasyabaha, tasyabahat,
mutasyabih mutasyabihan, mutasyabihat dan kata musytabihan. Muhammad Fu‘ad ‘Abd al-Baqi,
al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim (Kairo: Matba‘ah Dar al-Kutub al-Masriyah,
1364 H), h. 476.
39
Muhammad ‘Abdul Mun‘im al-Jamal, at-Tafsir al-Farid li al-Qur’an al-Majid, (ttp.:
tp., 1952), h. 17.
40
Jalaluddin as-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), jilid 2, h.
131.
41
Imam Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (ttp.: tp., tt.), jilid 1, juz 1, h. 57.
42
Al Bukhari, Al-Jamiˋ Al-Sahih, h.119.
43
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 375

1) Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan tujuan
agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan
membicarakan keburukannya.
2) Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga
membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
3) Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.
4) Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
5) Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan.
6) Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan
sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong
seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.

f. Metode Tanya Jawab

‫ض َر‬ َ ‫ْث ح َوقَا َل قُت َ ْيبَةُ َحدَّثَنَا بَ ْك ٌر يَ ْعنِي ابْنَ ُم‬ ٌ ‫س ِعي ٍد َحدَّثَنَا لَي‬َ ‫َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَةُ ْب ُن‬
‫ع ْب ِد‬َ ‫سلَ َمةَ ْب ِن‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬ َ ‫يم‬ َ ‫ع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ِإب َْرا ِه‬ َ ‫ع ْن اب ِْن ْال َها ِد‬ َ ‫ِك ََل ُه َما‬
‫سلَّ َم قَا َل َوفِي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ أ َ َّن َر‬ َ ‫الر ْح َم ِن‬ َّ
‫سلَّ َم َيقُو ُل أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أ َ َّن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم َع َر‬ َ ُ ‫ث َب ْك ٍر أَنَّه‬ِ ‫َحدِي‬
‫ت َه ْل َي ْبقَى ِم ْن دَ َرنِ ِه‬ ٍ ‫س َم َّرا‬ َ ‫ب أ َ َح ِد ُك ْم َي ْغت َ ِس ُل ِم ْنهُ ُك َّل َي ْو ٍم خ َْم‬ِ ‫نَ ْه ًرا ِب َبا‬
‫ت ْالخ َْم ِس يَ ْم ُحو‬ ِ ‫صلَ َوا‬ َّ ‫ش ْي ٌء قَا َل فَذَ ِل َك َمث َ ُل ال‬ َ ‫ش ْي ٌء قَالُوا ََل يَ ْبقَى ِم ْن دَ َرنِ ِه‬ َ
45
.‫طايَا‬َ ‫َّللاُ ِب ِه َّن ْال َخ‬
َّ
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa ̒id, hadis Lais kata Qutaibah
hadis Bakr yaitu ibn Mudar dari ibn Had dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi
Salmah ibn Abdurrahman dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda;
Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang
di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian?
Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa
kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima
waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah subt, sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasulullah saw.46
Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus dengan pembahasan.

44
Hamd, Ma̒a al-Mu̒allimin, h. 140.
45
Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisabūri, al-Musnad al-Sahih al-
Mukhtasar min al-Sunan bi al-Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasul Allah saw., al-Mausu ̒at al-
Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2., No. Hadis: 1071.
46
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 376

Misalnya kata; “bagaimana pendapat kalian?” adalah pertanyaan yang diajukan


untuk meminta informasi. Maksudnya beritahukan padaku, apakah masih tersisa?.
Menurut al-Tibiy, sebagaimana dikutip al-Asqalani, menjelaskan lafaz “‫ ”لَو‬dalam
hadis tersebut memberi makna perumpamaan.47
Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih,
dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog
berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta
mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. 48 Uraian tersebut memberi
makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar
langsung atau melalui bacaan. An-Nahlawi, mengatakan pembaca dialog akan
mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik dialog
disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca
tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan
emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan
manusiawi.49 Dalam Alquran banyak memberi informasi tentang dialog, di antara
bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitabi, ta ̒abbudi, deskriftif, naratif,
argumentatif serta dialog nabawiyah.50 Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh
Rasul saw. dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak
mereka pahami. Pada dasarnya metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari
penyajian ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode
ini, Rasulullah saw. menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan
terhadap suatu masalah.

g. Metode Pengulangan.

‫ع ْن َب ْه ِز ب ِْن َح ِك ٍيم َقا َل َحدَّثَنِي أ َ ِبي‬ َ ‫س ْر َه ٍد َحدَّثَنَا يَحْ َيى‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
َ ‫سدَّد ُ ْب ُن ُم‬
‫سلَّ َم َيقُو ُل َو ْي ٌل ِللَّذِي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬َ ‫ع ْن أ َ ِبي ِه قَا َل‬ َ
51 َ
.ُ ‫ِب ِليُض ِْح َك بِ ِه ْالقَ ْو َم َو ْي ٌل لَهُ َو ْي ٌل له‬
ُ ‫ِث فَيَ ْكذ‬
ُ ‫يُ َحد‬

47
Asqalani, Fatul Bari, juz I, h. 462.
48
An-Nahlawi, Usul al-Tarbiyyah, h. 205.
49
Ibid.
50
Ibid.
51
Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’at al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar al-
Fikr, t.t.), juz. 2, h. 716.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 377

“Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahza ibn Hakim, katanya
hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Celakalah
bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan
baginya, kecelakaan baginya.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah hafiz, siqah saduq.52 Rasulullah saw. mengulang tiga kali
perkataan “celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan
dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak
tergolong pada orang yang merugi. Satu proses yang penting dalam pembelajaran
adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental
dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun
latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu
ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk
membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya
bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga
dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah
laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual
mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw.
ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.

h. Metode Demonstrasi

‫ع ْن أ َ ِبي‬ ُ ‫ب قَا َل َحدَّثَنَا أَي‬


َ ‫ُّوب‬ ِ ‫ع ْبد ُ ْال َو َّها‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن ْال ُمثَنَّى قَا َل َحدَّثَنَا‬
ٌ ‫شبَبَة‬ َ ‫ْن‬ ُ ‫سلَّ َم َونَح‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ ‫قِ ََلبَةَ قَا َل َحدَّثَنَا َما ِل ٌك أَت َ ْينَا ِإلَى النَّبِي‬
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫اربُونَ فَأَقَ ْمنَا ِع ْندَهُ ِع ْش ِرينَ يَ ْو ًما َولَ ْيلَةً َو َكا َن َر‬ ِ َ‫ُمتَق‬
‫ع َّم ْن‬ َ ‫سأَلَنَا‬
َ ‫ظ َّن أَنَّا قَدْ ا ْشت َ َه ْينَا أ َ ْهلَنَا أ َ ْو قَدْ ا ْشت َ ْقنَا‬ َ ‫سلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا فَلَ َّما‬ َ ‫َو‬
‫ع ِل ُموهُ ْم‬ َ ‫ار ِجعُوا ِإلَى أ َ ْه ِلي ُك ْم فَأَقِي ُموا فِي ِه ْم َو‬ ْ ‫ت َ َر ْكنَا َب ْعدَنَا فَأ َ ْخ َب ْرنَاهُ قَا َل‬
‫ص ِلي‬ َ ُ ‫صلُّوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمو ِني أ‬ َ ‫ظ َها َو‬ ُ َ‫ظ َها أ َ ْو ََل أَحْ ف‬ ُ َ‫َو ُم ُرو ُه ْم َوذَ َك َر أ َ ْش َيا َء أ َ ْحف‬
53 ُ
.‫ص ََلة ُ فَ ْليُ َؤذ ِْن لَ ُك ْم أ َ َحد ُ ُك ْم َو ْليَؤُ َّم ُك ْم أ َ ْكبَ ُرك ْم‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫فَإِذَا َح‬
ْ ‫ض َر‬
“Hadis dari Muhammad ibn Musanna, katanya hadis dari Abdul Wahhab katanya
Ayyub dari Abi Qilabah katanya hadis dari Malik. Kami mendatangi Rasulullah
saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua
puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw. adalah seorang yang penyayang dan

Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.


52

Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Sahih Al-Musnad min Hadisi Rasulillah sallallahu ‘alaihi


53

wasallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, al-Mausu ̒at al-Hadis al-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.,
No. Hadis: 595.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 378

memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada
keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan
kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan
tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau
menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah
sebagaimana kalian melihat aku salat. Maka jika waktu salat sudah tiba,
hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan, dan hendaklah
yang menjadi Imam adalah yang paling tua di antara kalian.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah kasir, siqah subut.54 Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara
salat Rasul saw. kepada sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh
Rasulullah saw. agar salat seperti yang dicontohkan olehnya.
Menurut teori belajar sosial, hal yang amat penting dalam pembelajaran
ialah kemampuan individu untuk mengambil intisari informasi dari tingkah laku
orang lain, memutuskan tingkah laku mana yang akan diambil untuk
dilaksanakan. Dalam pandangan paham belajar sosial, sebagaimana dikemukakan
Grendler, orang tidak dominan didorong oleh tenaga dari dalam dan tidak oleh
stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan. Tetapi sebagai interaksi timbal
balik yang terus-menerus yang terjadi antara faktor-faktor penentu pribadi dan
lingkungannya.55
Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan
suatu gerakan atau proses kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan oleh
pendidik atau orang lain yang diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan. Metode
demonstrasi dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan
dengan baik dan benar.

i. Metode Eksperimen

‫الرحْ َم ِن‬ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫س ِعي ِد ب ِْن‬َ ‫ع ْن ذَ ٍر َع ْن‬ َ ‫ش ْع َبةُ َحدَّثَنَا ْال َح َك ُم‬ ُ ‫َحدَّثَنَا آدَ ُم قَا َل َحدَّثَنَا‬
ُ‫ب فَقَا َل ِإ ِني أَجْ نَبْت‬ ِ ‫َطا‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْالخ‬ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ِه قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إِلَى‬ َ ‫ب ِْن أَبْزَ ى‬
‫ب أ َ َما تَذْ ُك ُر أَنَّا ُكنَّا‬
ِ ‫َطا‬ َّ ‫ار ْب ُن يَا ِس ٍر ِلعُ َم َر ب ِْن ْالخ‬ َ ‫صبْ ْال َما َء فَقَا َل‬
ُ ‫ع َّم‬ ِ ُ ‫فَلَ ْم أ‬
ُ‫صلَّيْتُ فَذَ َك ْرت‬ َ َ‫ص ِل َوأ َ َّما أَنَا فَت َ َمعَّ ْكتُ ف‬ َ ‫ت فَأ َ َّما أ َ ْن‬
َ ُ ‫ت فَلَ ْم ت‬ َ ‫سفَ ٍر أَنَا َوأ َ ْن‬
َ ‫فِي‬
‫سلَّ َم ِإنَّ َما َكا َن‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫سلَّ َم فَقَا َل النَّ ِب‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ِللنَّ ِبي‬
Al-Mausu ̒at al-Hadis al-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.
54
55
Margaret E. Bell Grendler, Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir, (Jakarta;
Rajawali, 1991), h. 369.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 379

َ ‫سلَّ َم ِب َكفَّ ْي ِه ْاْل َ ْر‬


‫ض َونَفَ َخ ِفي ِه َما‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُّ ‫ب النَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َ َ‫يك َه َكذَا ف‬
َ ‫ض َر‬ َ ‫َي ْك ِف‬
َ ‫ث ُ َّم َم‬
. 56ُ‫س َح بِ ِه َما َوجْ َهه‬
“Hadis Adam, katanya hadis Syuˋbah ibn Abdurrahman ibn Abza dari ayahnya,
katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattab, maka katanya saya
sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar
ibn Khattab, tidakkah Anda ingat ketika Saya dan Anda dalam sebuah perjalanan,
ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian
Saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw.
bersabda: “Sebenarnya Anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak
tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada
wajah.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah hafiz, siqah subt.57 Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan
sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan.58 Sahabat Rasulullah saw.
melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak
menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki
ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.

j. Metode Pemecahan Masalah.

‫َار َع ْن‬ َ ‫ع ْن‬


َّ ‫ع ْب ِد‬
ٍ ‫َّللاِ ب ِْن دِين‬ َ ‫س ِعي ٍد َحدَّثَنَا إِ ْس َما ِعي ُل ب ُْن َج ْعفَ ٍر‬ َ ‫َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَة ُ ب ُْن‬
‫ش َج َرة ً ََل‬
َ ‫ش َج ِر‬ َّ ‫سلَّ َم ِإ َّن ِم ْن ال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع َم َر قَا َل قَا َل َر‬ ُ ‫اب ِْن‬
‫ش َج ِر‬َ ‫اس ِفي‬ ُ َّ‫ي فَ َوقَ َع الن‬ َ ‫ط َو َرقُ َها َو ِإنَّ َها َمث َ ُل ْال ُم ْس ِل ِم فَ َح ِدثُو ِني َما ِه‬ ُ ُ‫َي ْسق‬
‫َّللاِ َو َوقَ َع فِي نَ ْفسِي أَنَّ َها النَّ ْخلَةُ فَا ْست َ ْحيَيْتُ ث ُ َّم قَالُوا َحدِثْنَا‬
َّ ُ ‫ع ْبد‬َ ‫ْالبَ َوادِي قَا َل‬
.59ُ‫ي النَّ ْخلَة‬
َ ‫َّللاِ قَا َل ِه‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ي يَا َر‬ َ ‫َما ِه‬
“Hadis Qutaibah ibn Sa ̒id, hadis Ismail ibn Jaˋfar dari Abdullah ibn Dinar dari
Umar, sabda Rasulullah saw. Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada sebuah
pohon yang tidak akan gugur daunnya dan pohon dapat diumpamakan sebagai
seorang muslim, karena keseluruhan dari pohon itu dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Cobalah kalian beritahukan kepadaku, pohon apakah itu? Orang-orang
mengatakan pohon Bawadi. Abdullah berkata; Dalam hati saya ia adalah pohon
kurma, tapi saya malu (mengungkapkannya). Para sahabat berkata; beritahukan
kami wahai Rasulullah!. Sabda Rasul saw.; itulah pohon kurma.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah subut, dan siqah, sedangkan ibn Umar ra. adalah sahabat Rasulullah saw.

56
Bukhari, Al-Jamiˋ al-Sahih, juz. I, h. 129.
57
Al-Mausu ̒at al-Hadis al-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.
58
Al-Asqalani, Fatul Bari, juz I, h. 444.
59
Bukhari, Al-Jamiˋ al-Sahih, juz. I, h. 34.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 380

Al-Asqalani, menyebutkan dengan metode perumpamaan tersebut dapat


menambah pemahaman, menggambarkannya agar melekat dalam ingatan serta
mengasah pemikiran untuk memandang permasalahan yang terjadi.60 Metode
tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain,
serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya, melalui dialog, perasaan
dan emosi pembaca akan terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan bersifat
realistik dan manusiawi.61 Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau
melalui bacaan.

k. Metode Diskusi

‫ي ْب ُن ُحج ٍْر قَ َاَل َحدَّثَنَا إِ ْس َم ِعي ُل َو ُه َو ا ْب ُن َج ْع َف ٍر‬ ُّ ‫ع ِل‬َ ‫س ِعي ٍد َو‬ َ ‫َحدَّثَنَا قُت َ ْيبَة ُ ْب ُن‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ أ َ َّن َر‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ِه‬ َ ‫ع ْن ْال َع ََل ِء‬ َ
‫ع فَقَا َل ِإ َّن‬ َ ‫س فِينَا َم ْن ََل د ِْره ََم لَه ُ َو ََل َمتَا‬ ُ ‫س قَالُوا ْال ُم ْف ِل‬ ُ ‫قَا َل أَتَدْ ُرونَ َما ْال ُم ْف ِل‬
‫شت َ َم َهذَا‬َ ْ‫ص َي ٍام َوزَ َكاةٍ َو َيأْتِي قَد‬ ِ ‫ص ََلةٍ َو‬ َ ‫س ِم ْن أ ُ َّمتِي يَأْتِي َي ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ِب‬ َ ‫ْال ُم ْف ِل‬
‫طى َهذَا ِم ْن‬ َ ‫ب َهذَا فَيُ ْع‬ َ ‫ض َر‬َ ‫سفَ َك دَ َم َهذَا َو‬ َ ‫ف َهذَا َوأ َ َك َل َما َل َهذَا َو‬ َ َ‫َوقَذ‬
َ ‫علَ ْي ِه أ ُ ِخذ‬
َ ‫ضى َما‬ َ ‫سنَاتُه ُ قَ ْب َل أ َ ْن يُ ْق‬
َ ‫ت َح‬ ْ َ‫سنَاتِ ِه فَإ ِ ْن فَنِي‬ َ ‫سنَاتِ ِه َو َهذَا ِم ْن َح‬ َ ‫َح‬
62 َّ
. ‫ار‬ ِ ‫ط ِر َح فِي الن‬ ُ ‫علَ ْي ِه ث ُ َّم‬َ ‫ت‬ ْ ‫ط ِر َح‬ ُ َ‫طايَا ُه ْم ف‬َ ‫ِم ْن َخ‬
“Hadis Qutaibah ibn Sa ̒id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia
ibn Jaˋfar dari ̒Ala dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah
saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab
mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda;
Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada
hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah
mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah
(membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya.
Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-
dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke
neraka.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang tergolong
siqah dan siqah subut, siqah hafiz, sedangkan Abu Hurairah r.a. adalah sahabat
Rasulullah saw.63 Menurut an-Nawawi, Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah
saw. memulai pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah,

60
Al-Asqalani, Fatul Bari, juz I, h. 147.
61
An-Nahlawi, Usul al-Tarbiyyah, h. 205.
62
al-Naisabūri, Sahih Muslim, juz 4, h. 1997.
63
Al-Mausu ̒at al-Hadis al-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 381

maka Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut


bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang
pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan.64

l. Metode Pujian/Memberi Kegembiraan.

‫ع ْم ِرو ب ِْن‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫سلَ ْي َما ُن‬


ُ ‫َّللاِ قَا َل َحدَّثَنِي‬ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫يز ب ُْن‬ ِ ‫ع ْبد ُ ْالعَ ِز‬
َ ‫َحدَّثَنَا‬
ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ أَنَّه‬ َ ِ ‫س ِعي ٍد ْال َم ْقبُ ِري‬
َ ‫س ِعي ِد ب ِْن أ َ ِبي‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ع ْم ٍرو‬ َ ‫أ َ ِبي‬
‫عتِ َك يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة قَا َل‬
َ ‫شفَا‬
َ ‫اس ِب‬ ِ َّ‫َّللاِ َم ْن أ َ ْس َعد ُ الن‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫قَا َل قِي َل يَا َر‬
‫ظنَ ْنتُ َيا أ َ َبا ُه َري َْرة َ أ َ ْن ََل‬ َ ْ‫سلَّ َم لَقَد‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َر‬
‫ص َك‬ ِ ‫ث أ َ َحد ٌ أ َ َّو ُل ِم ْن َك ِل َما َرأَيْتُ ِم ْن ِح ْر‬ ِ ‫ع ْن َهذَا ْال َحدِي‬ َ ‫َيسْأَلُ ِني‬
َ‫عتِي يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َم ْن قَا َل ََل إِلَه‬ َ ‫شفَا‬ َ ِ‫اس ب‬ ِ َّ‫ث أ َ ْسعَد ُ الن‬ ِ ‫علَى ْال َحدِي‬ َ
65
.‫صا ِم ْن قَ ْلبِ ِه أ َ ْو نَ ْف ِس ِه‬ َّ ‫إِ ََّل‬
ً ‫َّللاُ خَا ِل‬
Artinya, “Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan
padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sa ̒id ibn Abi Sa ̒id al-
Makbari dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang
paling bahagia mendapat syafaatmu pada hari kiamat?, Rasulullah
saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa
tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang
mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang
yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang
yang mengucapkan ”Lailaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya
atau dari dirinya.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang


tergolong siqah dan siqah subut. sedangkan Abu Hurairah adalah
sahabat Rasul saw.66 Ibn Abi Jamrah mengatakan hadis ini menjadi
dalil bahwa sunnah hukumnya memberikan kegembiraan kepada anak
didik sebelum pembelajaran dimulai. Sebagaimana Rasulullah saw.
mendahulukan sabdanya; “Saya telah menyangka”, selain itu “karena
saya telah melihat semangatmu untuk hadis”. Oleh sebab itu perlu
memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran.67

m. Metode Pemberian Hukuman.

64
An-Nawawi, Syarah an-Nawawi, juz 16, h. 136.
65
Bukhari, Al-Jamiˋ al-Sahih, juz. I, h. 49.
66
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.
67
Andalusi, Bahjat al-Nufus, h. 133-134.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 382

َ ‫ب أ َ ْخ َب َر ِني‬
‫ع ْم ٌرو‬ ٍ ‫َّللاِ ب ُْن َو ْه‬ َّ ُ ‫ع ْبد‬َ ‫صا ِلحٍ َحدَّثَنَا‬ َ ‫َحدَّثَنَا أَحْ َمد ُ ب ُْن‬
‫ع ْن أَبِي‬ َ َ‫صا ِلحِ ب ِْن َخي َْوان‬ َ ‫ع ْن‬ َ ِ ‫س َوادَة َ ْال ُجذَ ِامي‬ َ ‫ع ْن بَ ْك ِر ب ِْن‬ َ
َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫َّللا‬ َ ِ ‫ب النَّ ِبي‬ ِ ‫ص َحا‬ ْ َ ‫ب ب ِْن خ َََّل ٍد قَا َل أ َ ْح َمد ُ ِم ْن أ‬ ِ ِ‫سائ‬ َّ ‫س ْهلَةَ ال‬ َ
‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫صقَ فِي ْال ِق ْبلَ ِة َو َر‬ َ َ‫سلَّ َم أ َ َّن َر ُج ًَل أ َ َّم قَ ْو ًما فَب‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
‫سلَّ َم ِحي َن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ظ ُر فَقَا َل َر‬ ُ ‫سلَّ َم َي ْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ
َ ُ‫َّللا‬
.68‫ص ِلي لَ ُك ْم‬ َ ُ‫غ ََل ي‬ َ ‫فَ َر‬
Artinya, “Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar
memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzami dari Salih ibn
Khaiwan dari Abi Sahlah as-Sa ̒ib ibn Khallad, kata Ahmad dari
kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam
salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat
dan Rasulullah saw. melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw.
bersabda ”jangan lagi dia menjadi imam salat bagi kalian.”

Hadis di atas adalah hadis sahih dengan kualitas perawi yang


tergolong siqah hafiz, siqah dan siqah azaly.69 Rasul saw. memberikan
hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam.
Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau tampa kehadiran
imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat.70 Dengan demikian
Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang
berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan sosial.
Menurut al-Abrasyi, bahwa hukuman adalah “tuntutan
perbaikan, bukan sebagai hardikan atau balas dendam. Untuk itu,
menurutnya para pendidik Islam, sebelum memberikan hukuman
kepada siswa, harus mempelajari tabiat anak dan sifatnya”. 71
Hukuman pada dasarnya adalah instrumen untuk: pertama,
memelihara fitrah peserta didik agar tetap suci, bersih dan
bersyahadah kepada Allah swt.. Kedua, membina kepribadian peserta
didik agar tetap istiqamah dalam berbuat kebajikan dan berakhlak
mulia dalam setiap perilaku atau tindakan. Ketiga, memperbaiki diri
peserta didik dari berbagai sifat dan amal tidak terpuji yang telah

68
Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz I, h. 183.
69
Al-Mausu ̒at al-Hadis asy-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.
70
Muhammad Syamsy al-Haq al-̒Azim ̒Abadi Latib, ̒Aunu al-Maˋbūd Syarh Sunan Abi
Dawud, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‟Ilmiyah, 1401 H), juz 2, h. 105-106.
71
Mohammad Atiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyyah al-Islamiyyah (Cairo: Dar al-Qauniyah li
al-Tib ̒ah wa Nasyr, 1954), h. 152.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 383

dilakukannya, baik dipandang dari perspektif agama maupun nilai dan


norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.72
Dalam konteks itu, seorang pendidik harus memperhatikan
beberapa kaedah dalam memberikan hukuman, yaitu:
a. Jangan sekali-kali menghukum sebelum pendidik berusaha
sungguh-sungguh melatih, mendidik, dan membimbing anak
didiknya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental
yang baik. Allah sendiri tidak pernah menghukum hamba-Nya
sebelum Ia memberikan pendidikan bagi mereka, baik dengan
mendidik secara langsung melalui rasul-Nya, dan dengan
menurunkan Alquran.
b. Hukuman tidak boleh dijalankan sebelum pendidik
menginformasikan atau menjelaskan konsekuensi logis dari suatu
perbuatan. Dalam Alquran, Allah swt. selalu menjelaskan jika
manusia memilih jalan kesesatan, maka mereka akan sengsara,
akan ditimpa kehinaan, atau akan dimasukkan ke dalam neraka.
Sebaliknya jika manusia menempuh jalan yang lurus, maka mereka
akan beroleh petunjuk, kebahagiaan atau dimasukkan ke dalam
surga.
c. Anak tidak boleh dihukum sebelum pendidik memberi peringatan
pada mereka. Pemberian peringatan ini didasarkan pada contoh
yang terdapat dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 35-36 di mana
Allah swt. menghukum Adam dan Hawa dengan mencampakkan
mereka ke bumi setelah terlebih dahulu Dia memperingatkan
keduanya.
d. Tidak dibenarkan menghukum anak sebelum pendidik berusaha
secara sungguh-sungguh membiasakan mereka dengan perilaku
yang terpuji.
e. Hukuman belum boleh digunakan sebelum pendidik memberi
kesempatan pada anak didiknya untuk memperbaiki diri dari
kesalahan yang telah dilakukannya.

72
Suwito, Sejarah Sosial Pendidik Islam, (Jakarta: Prenada Media, cet. 4, 2005), h. 99.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 384

f. Sebelum memutuskan untuk menghukum, pendidik hendaknya


berupaya menggunakan mediator untuk menasehati atau merubah
perilaku peserta didik. Mediator tersebut haruslah merupakan
significant persons, yakni orang-orang yang memiliki akses dan
pengaruh besar dalam kehidupan material, psikologis, dan spiritual
peserta didik. Bukankah Allah swt. tidak akan menghukum suatu
kaum sebelum kepada mereka diutus seorang rasul? 73

Penutup
Metode pendidikan adalah berbagai cara yang digunakan oleh pendidik
muslim, sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, sehingga
nilai-nilai Islami dapat terlihat dalam pribadi peserta didik. Beberapa metode
pendidikan yang dikemukakan dalam tulisan ini terdiri dari metode keteladanan,
metode lemah lembut/kasih sayang, metode deduktif, metode perumpamaan,
metode kiasan, metode memberi kemudahan, metode tanya jawab, metode
pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemecahan
masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan, metode
pemberian hukuman dapat dilaksanakan pendidik dalam penanaman nilai-nilai
pada ranah afektif dan pengembangan pola pikir pada ranah kognitif serta latihan
berperilaku terpuji pada ranah psikomotorik.

Daftar Pustaka
Al-Abrasyi, Mohammad Atiyah, al-Tarbiyyah al-Islamiyyah (Cairo: Dar al-
Qauniyah li al-Tib ̒ah wa Nasyr, 1954).

Aceh, Abu Bakar, Pengantar Ilmu Thareqat, (Solo: Ramadhani, 1993).

Ali, Yunasril, Membersihkan Tasauf dari Syirik, Bid’ah, dan Khurafat, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1992).

al-Andalūsi, Imam Ibn Abi Jamrah, Bahjat an-Nufus wa Tahalliha Bima ̒rifati ma
Laha wa ma Alaihi (Syarah Mukhtasar Sahih al-Bukhari) Jam ̒u an
Nihayah fi bad ̒i al-Khairi wa an-Nihayah, (Beirut: Dar al Jil, 1979), Juz I.

73
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami; Membangun Kerangka Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h.
101-102.

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 385

Anwar, Qomari, Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa, (Jakarta:


UHAMKA Press, 2003).

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002).

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005).

Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).

al-Asqalani, Ahmad ibn ̒Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil, Fatul Bari Syarah Sahih al-
Bukhari, (Beirut: Dar al-Maˋrifah, 1379 H), Juz 2.

al-Baidawi, Abi Sa ̒ id Abdullah bin Umar bin Muhammad Asy-Syairazi, Anwar


Al-Tanzil Wa Asrar Al-Taˋwil, (Beirut-Libanon: Darul Kitab Al-‘Alamiah,
Darun Sadar, t.t.), Jilid 2.

Al-Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).

Al-Baqi, Muhammad Fu‘ad ‘Abd, al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-


Karim (Kairo: Matba‘ah Dar al-Kutub al-Masriyah, 1364 H).

Bukhari, Abu Abdullah ibn Muhammad Ismail, Al-Jami’ Al-Sahih Al-Musnad min
Hadisi Rasulillah sallallahu ‘alaihi wasallam wa Sunanihi wa Ayyamihi,
(Beirut: Dar Ibn Kasir al-Yamamah, 1987), Juz 1.

CD Room Software, al-Mausu ̒at al-Hadis al-Syarif Kutub al-Tis ̒ah, Versi 1.2.

Grendler, Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir, (Jakarta;


Rajawali, 1991).

al-Hamd, Ibrahim Muhammad, Ma̒a al-Mu̒allimin, terj. Ahmad Syaikhu, (Jakarta:


Darul Haq, 2002).

Al-Jamal, Muhammad ‘Abdul Mun‘im, at-Tafsir al-Farid li al-Qur’an al-Majid,


(ttp.: tp., 1952).

Jamarah, Syaiful Bahri, dan Zaini, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005).

Latib, Muhammad Syamsy al-Haq al-̒Azim ̒Abadi, ̒Aunu al-Maˋbūd Syarh Sunan
Abi Daud, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‟Ilmiyah, 1401 H), juz 2.

Al-Maraghi, Imam Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, (ttp.: tp., tt.), jilid 1, juz 1.

An-Nahlawi, Abdurrahman, Usul al-Tarbiyyah Islamiyyah wa Asalibiha fi Baiti


wa al-Madrasati wa al-Mujtama’, terj. Shihabuddin, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1996).

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018


Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman 386

al-Naisabūri, Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi, Sahih Muslim,


(Beirut: Dar Ihyaˋ at-Turas al-̒Arabi, t.t.), Juz 1.

Nasution, S., Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1972).

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001).

al-Nawawi, Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf ibn, Syarah an-Nawawi ̒ala Sahih
Muslim, (Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H.), Juz 5.

Poerwakatja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung,


1982).

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami; Membangun Kerangka Ontologi,


Epistemologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2008).

al-Sijistani, Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’at, Sunan Abu Daud, (Beirut: Dar al-
Fikr, t.t.), juz. 2.

Surachmad, Winarno, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito,


1996).

Suwito, Sejarah Sosial Pendidik Islam, (Jakarta: Prenada Media, cet. 4, 2005).

As-Suyuti, Jalaluddin, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979),


jilid 2.

Syafaruddin, et.al., Ilmu Pendidikan Islam; Melejitkan Potensi Budaya Umat,


(Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2008).

Al-Syaibani, Omar Muhammad al-Toumi, Falsafah al-Tarbiyyah al-Islamiyyah,


terj. Hasan Langgulung, Falsafah Pendidikan Islami, (Jakarta: Bulan
Bintang, t.t.).

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005).

At-Tirmizi, Abu Isa Muhammad ibn Isa, Sunan at-Tirmizi, (Mesir: Mustafa al-
Babiy al-Halabiy wa-Awladuh, 1975), juz 5.

Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar


yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 8, 2011).

Wojowasito, S., dan Tito Wasito W., Kamus Lengkap Inggris-Indonesia,


Indonesia-Inggris, (Bandung: Hasta, 1980).

Al-Yasū‘iy, Louwis Maˋlūf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A̒lam, cet. XXVI.,


(Beirut: al-Masyriq, t.t.).

Vol. I. No. 2 Juli – Desember 2018

You might also like