Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Analisis Laju Infiltrasi Pada Sub Das (Daerah Aliran Sungai) Siak Kota Pekanbaru

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ANALISIS LAJU INFILTRASI PADA SUB DAS (DAERAH ALIRAN

SUNGAI) SIAK KOTA PEKANBARU


(STUDI KASUS: DAS SENAPELAN DAN DAS SAGO)

Muhammad Habsyie Ravie1), Siswanto2), Trimaijon3)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode 28293
Corresponding Author: siswanto@lecturer.unri.ac.id

ABSTRACT

Pekanbaru city development is experiencing rapid development due to population and


economic growth, this has made land use become more dense. The construction of a dense
infrastructure makes the process of infiltration or absorption of water into the ground
slower. As a result of the development of infrastructure, the surface runoff is large and
can cause flooding. An infiltration rate study was conducted to be used as a reference for
conservation measures and overcome the problem of magnitude of surface runoff.
Infiltration rate measurement using a double ring infiltrometer and Horton equation
analysis method is performed to determine the infiltration rate. Measurement of
infiltration rate in the field is based on procedures in SNI 7752: 2012. Calculation of
infiltration rate analysis aims to determine the value of infiltration capacity and
infiltration rate in the area under study. At the 6 research location points, the largest
infiltration capacity at the research site 2 was 90 mm / hour and the smallest infiltration
capacity at the research site 3 and 6 was 30 mm / hour. Infiltration rate analysis using
the Horton equation method obtained the highest infiltration rate at study point 2 which
is 76.38 mm / hour and the lowest infiltration rate at research point 6 is 18 mm / hour.
Classification of infiltration rate was conducted based on the analysis of the total
infiltration volume, the largest value was at point 4 at 27.46 mm with a constant decrease
time at 1.67 hours and the smallest infiltration volume value was at point 6 at 12.73 mm
with a time of constant decrease at 1.17 hours. Based on the U.S. Soil Conservation, at 6
testing points has infiltration rate which is rather slow and moderate.

Keywords: infiltration, horton’s method, surface runoff

PENDAHULUAN
Latar Belakang infrastruktur. Padatnya infrastruktur
Perkembangan pembangunan kota yang dibangun mengakibatkan proses
yang pesat sering sekali terjadi infiltrasi air ke dalam tanah menjadi
pemasalahan yang berkaitan dengan air kecil dan mengakibatkan aliran
seperti banjir atau genangan. Hal ini permukaan menjadi besar. Perlunya
disebabkan oleh alih fungsi lahan yang tindak pencegahan aliran permukaan
dulunya tanah lapang menjadi tempat menjadi besar tersebut dengan
pemukiman penduduk, prasarana jalan melakukan tindakan konservasi yang
dan daerah perniagaan yang mana berdasarkan pada keseimbangan
membuat lingkungan menjadi padat hidrologi.
Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 1
Infiltrasi merupakan proses penelitian analisis laju infiltrasi.
masuknya aliran air (umumnya berasal Penelitian dilakukan untuk
dari curah hujan) ke dalam tanah melalui mengidentifikasi laju dan kapasitas
permukaan tanah (Herlina A, 2015). infiltrasi pada beberapa lokasi di DAS
Infiltrasi menjadi satu-satunya sumber ini. Pengujian dilakukan menggunakan
kelembaban tanah yang memasok alat double ring infiltrometer dan
kebutuhan air guna keperluan tumbuhan menggunakan analisis pengukuran laju
dan ketersediaan air tanah. Sebagai infiltrasi Horton. Penelitian ini
upaya rencana pengelolaan sumber daya diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
air, infiltrasi merupakan hal utama yang tindak konservasi atau reklamasi pada
perlu dikaji terlebih dahulu. Hal ini DAS Senapelan dan DAS Sago untuk
berkaitan dengan perubahan tata guna dapat mengurangi terjadinya banjir.
lahan dan berpengaruh terhadap laju
infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi Rumusan Masalah
dipengaruhi oleh jenis permukaan tanah, Permasalahan yang terjadi di DAS
cara pengolahan lahan, kepadatan tanah Senapelan dan DAS Sago sebagai akibat
dan sifat serta jenis tanaman. Apabila dari kecilnya infiltrasi dan membuat
curah hujan lebih besar dari pada limpasan air permukaan menjadi besar,
kapasitas infiltrasi maka akan terjadi maka dilakukan penelitian tentang
limpasan permukaan. pengukuran laju infiltrasi untuk
Banjir sering terjadi di Kota mendapatkan bagaimana laju dan
Pekanbaru pada saat terjadi hujan akibat kapasitas infiltrasi pada beberapa lokasi
kurangnya daerah resapan infiltrasi dan di DAS ini.
kondisi pasang surut sungai Siak,
tepatnya pada DAS Senapelan dan DAS Tujuan dan Manfaat
Sago yang mana pada daerah ini Tujuan penelitian ini dilakukan
memiliki daerah perumahan yang padat adalah untuk menganalisis nilai laju dan
penduduk. Banjir ini mengakibatkan kapasitas infiltrasi pada beberapa lokasi
permasalahan yang merugikan penduduk di DAS Senapelan dan DAS Sago.
Kota Pekanbaru seperti masalah Manfaat penelitian ini dapat
kesehatan dan juga masalah ekonomi. digunakan sebagai referensi penelitian
Alih fungsi lahan pada pembangunan tentang laju infiltrasi, reklamasi kawasan
infrastruktur yang kurang agar lebih bermanfaat dan juga dapat
memperhatikan ketersediaan ruang digunakan sebagai perencanaan kegiatan
terbuka, mengakibatkan daerah infiltrasi hidrologi.
air menjadi kecil dan sempitnya juga
aliran drainase yang tidak dapat Batasan Masalah
menampung limpasan akibat hujan yang Batasan masalah dari penelitian ini
terjadi. Kondisi yang terjadi pada antara lain:
wilayah DAS ini jika dibiarkan terus a. Peta DAS Senapelan dan DAS
terjadi maka akan memperburuk Sago didapat dari BPDAS
keadaan dan banjir akan menjadi Indragiri Rokan.
semakin parah dikarenakan sedikitnya b. Tidak melakukan pengujian
daerah ruang terbuka untuk area tempat karakteristik tanah di
prosesnya infiltrasi. laboratorium.
Sebagai upaya dalam mengatasi
banjir pada DAS Senapelan dan DAS
Sago Kota Pekanbaru perlu dilakukan

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 2


Persyaratan pengukuran laju
TINJAUAN PUSTAKA infiltrasi adalah sebagai berikut
Infiltrasi berdasarkan SNI 7752:2012.
Infiltrasi adalah peristiwa 1. Lokasi harus dapat dicapai untuk
masuknya air hujan ataupun air mengangkut peralatan dan
permukaan ke dalam tanah (bawah perlengkapan.
permukaan) melalui celah ataupun ruang 2. Luas lahan yang diperlukan paling
pori tanah dan batuan. Melalui infiltrasi, sedikit 2 m kali 2 m.
permukaan tanah membagi air hujan 3. Titik pengukuran harus datar.
menjadi aliran permukaan, kelembaban 4. Tidak boleh terjadi retakan tanah
tanah dan air tanah (Schwab et al. 1996). pada saat menancapkan cincin
Infiltrasi dapat dipengaruhi oleh infiltrometer.
permeabilitas, volume air, curah hujan, 5. Jika tanah kering dan kaku harus
topografi tanah serta tingkat dibasahi sedikit pada saat
evapotranspirasi. menancapkan cincin infiltrometer.
Terjadinya infiltrasi bermula
ketika air jatuh pada permukaan tanah Kapasitas Infiltrasi
kering, permukaan tanah tersebut Kapasitas infiltrasi adalah
menjadi basah sedangkan bagian kemampuan tanah dalam menyerap air
bawahnya relatif kering maka dengan pada tiap waktu tertentu dan kondisi
demikian terjadilah gaya kapiler dan tertentu (Herlina A, 2015). Setiap
terjadi perbedaan antar gaya kapiler permukaan tanah air tanah mempunyai
permukaan atas dengan yang ada daya serap yang kemampuannya
dibawahnya. Besarnya laju infiltrasi berbeda-beda dilihat dari kondisi tanah
tergantung pada kandungan air dalam dan lapisan penutup permukaannya.
tanah. Kapasitas infiltrasi dinotasikan sebagai f.
Faktor yang mempengaruhi kapasitas
Pengukuran Laju Infiltrasi infiltrasi adalah ketinggian lapisan air di
Pengukuran infiltrasi digunakan atas permukaan tanah, jenis tanah,
untuk memperoleh gambaran tentang banyaknya moisture tanah yang sudah
besaran dan laju infiltrasi serta variasi ada didalam lapisan tanah, keadaan
sebagai fungsi waktu. Pengukuran laju permukaan tanah, penutup tanah.
infiltrasi ini dilakukan di lapangan
menggunakan alat infiltrometer.
Pengukuran nilai laju infiltrasi ini
dilakukan berdasarkan syarat dan
ketentuan pada SNI 7752:2012.
Berikut merupakan keterangan
ukuran alat dan bahan infiltrometer
berdasarkan SNI 7752:2012.
1. Dua buah cincin silinder
infiltrometer dengan tinggi 500
Gambar 1 Kurva Kapasitas Infiltrasi
mm. Sumber: Aidatul NF, 2015
2. Diameter cincin dalam 300 mm
dan diameter cincin luar 600 mm. Gambar 1 menunjukkan bahwa
3. Terbuat dari besi, baja atau logam pada penurunan air awal, cenderung
campuran setebal 3 mm. lebih cepat karena pada kondisi awal
tanah masih dalam keadaan kering atau

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 3


belum jenuh, sedangkan seiring Setelah laju infiltrasi pada saat
berjalannya waktu penurunannya konstan dihitung, kemudian menghitung
semakin lambat karena tanah sudah volume total laju infiltrasi. Perhitungan
jenuh air. volume total infiltrasi atau jumlah air
yang terinfiltrasi 𝐹(𝑡) merupakan
Persamaan Infiltrasi Metode Horton integral dari total laju infiltrasi. Laju
Horton menyatakan bahwa infiltrasi merupakan turunan dari
penurunan kapasitas infiltrasi lebih infiltrasi kumulatif 𝐹(𝑡) atau sama
dikontrol oleh faktor yang beroperasi di dengan kemiringan kurva 𝐹(𝑡) pada
permukaan tanah dibanding dengan waktu (𝑡) dengan satuan mm/jam.
proses aliran di dalam tanah. Persamaan yang digunakan adalah:
1
Menurutnya, kapasitas infiltrasi 𝐹(𝑡) = 𝑓𝑐 × 𝑡 + (𝑓0 − 𝑓𝑐)(1 − 𝑒 −𝑘𝑡 ) (3)
𝑘
berkurang seiring dengan bertambahnya
waktu hingga mendekati nilai yang METODOLOGI PENELITIAN
konstan. Faktor yang berperan untuk Lokasi Penelitian
pengurangan laju infiltrasi seperti Studi kasus untuk penelitian ini
tutupan lahan, penutupan retakan tanah berlokasi di dalam kawasan sub DAS
oleh koloid tanah dan pembentukan (Daerah Aliran Sungai) Siak Kota
kerak tanah, penghancuran struktur Pekanbaru tepatnya berada di sekitar
permukaan lahan dan pengangkutan kawasan sungai Senapelan dan Sago.
partikel halus dipermukaan tanah oleh Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
tetesan air hujan (Triatmodjo B, (2008). Gambar 2.
Persamaan Horton dinyatakan
sebagai berikut:
𝑓 = 𝑓𝑐 + (𝑓0 − 𝑓𝑐 )𝑒 −𝑘𝑡 (1)
Keterangan:
𝑓 = Laju Infiltrasi (mm/jam)
𝑓0 = Laju Infiltrasi awal (mm/jam)
𝑓𝑐 = Laju Infiltrasi akhir (mm/jam)
𝑒 = 2.718
𝑡 = Waktu (jam)
𝑘 = Konstanta pengurangan kapasitas
infiltrasi

Parameter 𝑓0 dan 𝑓𝑐 merupakan


fungsi jenis tanah dan tutupan dan
parameter ini tergantung pada kondisi Gambar 2 Lokasi Penelitian Infiltrasi
tanahnya. Berdasarkan hasil pengukuran Sumber: BPDAS Indragiri Rokan, 2019
di lapangan laju infiltrasi dapat dihitung
menggunakan persamaan:
∆ℎ Prosedur Penelitian
𝑓0 = ∆𝑡 × 60 (2) Prosedur penelitian merupakan
Jumlah total air yang terinfiltrasi tahapan dimana peneliti mengumpulkan
tergantung pada laju infiltrasi dan fungsi sejumlah bahan, data dan cara
waktu. Apabila laju infiltrasi pada suatu pengolahan yang berkaitan dengan
waktu adalah 𝑓(𝑡), maka jumlah air yang masalah dan tujuan dalam proses
terinfiltrasi adalah volume total infiltrasi penelitian. Tujuan dari tahapan ini
𝐹(𝑡). adalah untuk mendapatkan solusi dari

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 4


permasalahan yang sedang diteliti Pengukuran Parameter Infiltrasi Di
sebagai bahan rujukan dalam Lapangan
pembahasan penelitian. Tahapan Pengukuran laju infiltrasi
pelaksanaan penelitian yaitu : dilakukan sebanyak 6 titik sampel.
1. Melaksanakan studi pustaka Kapasitas infiltrasi diukur secara
Infiltrasi dan Infiltrasi metode langsung di lapangan dengan
Horton. menggunakan alat double ring
2. Melakukan pengumpulan data peta infiltrometer kemudian dilakukan
dan data pendukung. pengukuran infiltrasi aktual dan analisis
3. Menentukan titik sampel pada menggunakan metode Horton. Prosedur
sebaran yang ada di kawasan penelitian berdasarkan tata cara yang ada
sungai Senapelan dan Sago. pada SNI 7752:2012.
4. Melakukan pengujian infiltrasi dan
pengambilan data di lapangan.
5. Melakukan perhitungan analisis
data laju infiltrasi yang telah
didapat di lapangan dengan
metode Horton.
6. Menganalisis nilai volume total
infiltrasi.
7. Mengklasifikasikan laju infiltrasi
berdasarkan nilai volume total
infiltrasi pada 6 titik sampel.

Penentuan Titik Pengambilan Sampel


Penentuan titik sampel dilakukan
dengan cara observasi wilayah DAS
Senapelan dan DAS Sago melalui data
peta yang didapat dari BPDAS Indragiri
Rokan dan juga peta dari google earth.
Penentuan titik sampel ini di dasarkan
pada lahan kosong yang ada di kawasan
lokasi dan menentukan titik berdasarkan
karakteristik lokasi yang ada pada DAS
Senapelan dan DAS Sago. Dilakukan 6
titik penelitan pada sebaran kawasan titik
sampel daerah DAS.
Tabel 1 Koordinat Titik Lokasi Di
Lapangan
Koordinat
Lokasi
Latitude Longitude
T1 0.50638 101.41723
T2 0.49764 101.42772
T3 0.53246 101.43066
T4 0.49407 101.42718 Gambar 3 Diagram Alir Pengukuran
T5 0.53373 101.44632 Infiltrasi dengan Double Ring
T6 0.54339 101.43041 Infiltrometer

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 5


Pengumpulan Data perhitungan laju infiltrasi yang
Data yang digunakan dalam digunakan adalah rumus persamaan
penelitian ini adalah data primer atau Horton (1).
data yang didapat dari pengukuran Setelah seluruh parameter
infiltrasi di lapangan. Pengumpulan data diketahui, dilakukan perhitungan
didapat dengan melakukan pengukuran infiltrasi Horton menggunakan Ms.
laju infiltrasi dengan alat double ring Excel, kemudian dibuat grafik infiltrasi
infiltrometer. Data hasil pengukuran dengan perbandingan waktu (jam) dan
infiltrasi yang didapat berupa: laju infililtrasi (mm/jam).
a. Waktu penurunan (t), waktu yang
dicatat pada saat ketinggian air HASIL DAN PEMBAHASAN
tertentu dengan satuan menit. Analisis Hasil Data Penurunan Di
b. Tinggi Penurunan (h), ketinggian Lapangan
permukaan air pada saat waktu Hasil analisis data di lapangan
tertentu dengan satuan centimeter. dapat ditunjukkan dalam bentuk kurva
grafik dengan perbandingan penurunan
Analisis Data Laju Infiltrasi (mm) dan waktu (menit). Hasil analisis
Parameter infiltrasi yang didapat ini dapat menunjukkan seberapa besar
dari lapangan, kemudian dihitung nilai penurunan air akibat infiltrasi dan dapat
laju infiltrasi konstan menggunakan menunjukkan karakteristik lokasi yang
metode Horton. Perhitungan laju menyebabkan penurunan di lokasi
infiltrasi konstan untuk mengetahui nilai tersebut lambat atau cepat. Contoh hasil
laju infiltrasi pada saat konstan atau pada analisis yang didapat dari data lapangan
saat penurunan air konstan. Rumus dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik Penurunan Pada Lokasi 1 dan 2

Gambar 4 menunjukkan bahwa lambat sampai menunjukkan penurunan


semakin lama penurunan air yang yang konstan.
terdapat pada alat infiltrometer
penurunan airnya semakin lambat. Hasil Analisis Kapasitas Infiltrasi
Pergerakan penurunan air menjadi Kapasitas infiltrasi merupakan
lambat karena pori yang sudah kosong hasil nilai penurunan air pada tiap
telah terisi oleh air, hal inilah yang kondisi waktu tertentu hingga mencapai
membuat air yang masih mengalir pada keadaan konstan. Contoh hasil analisis
lapisan tanah menjadi lambat. Tiap kapasitas infiltrasi dapat dilihat pada
interval waktu penurunan semakin Gambar 5.

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 6


Gambar 5 Grafik Kapasitas Infiltrasi Pada Lokasi 1 dan 2
Pada analisis ini dibuat laju
Kapasitas infiltrasi menujukkan infiltrasi untuk nilai setiap waktu
kemampuan tanah dalam menyerap air penurunan air. Pada analisis yang mana
pada tiap waktu tertentu dan kondisi menggunakan metode Horton dibuat
tertentu. Terkadang untuk tiap grafik perbandingan antara laju infiltrasi
penurunan memiliki kapasitas yang (mm/jam) dan waktu (jam). Pada grafik
sama dan ada yang berbeda, terkecuali ini lalu dibandingkan antara grafik hasil
untuk tiap penurunan awal yang terlihat analisis kapasitas infiltrasi dan laju
selalu memiliki kapasitas infiltrasi yang infiltrasi. Kapasitas infiltrasi
besar. mengunakan analisis data penurunan
dilapangan dan laju infiltrasi
Hasil Analisis Laju Infiltrasi menggunakan analisis persamaan
Menggukanan Metode Horton metode Horton. Dibawah ini merupakan
Laju infiltrasi adalah jumlah air grafik yang menujukkan perbandingan
yang meresap kedalam tanah dalam laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi pada
waktu tertentu. Pada analisis ini tiap lokasi. Contoh hasil analisis dapat
dijelaskan tentang nilai laju infiltrasi dilihat pada Gambar 6.
yang ada pada tiap titik pengujian di
lapangan.

Gambar 6 Grafik Perbandingan Kapasitas Infiltrasi dan Laju Infiltrasi Pada Lokasi 1
dan 2
Pada perbandingan grafik antara terdapat nilai 𝑘 atau konstanta
kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi pengurangan kapasitas infiltrasi. Nilai 𝑘
dapat dilihat bahwa nilai laju infiltrasi ini dipengaruhi dari kondisi tanah yang
lebih kecil dari pada kapasitas infiltrasi. ada di lapangan. Maka dari itu pada
Hal ini karena pada analisis grafik dapat dilihat untuk penurunan laju
menggunakan persamaan Horton

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 7


infiltrasi menunjukkan penurunan yang analisis grafik daerah yang diarsir
lebih halus. dibawah ini merupakan nilai volume
Klasifikasi Laju Infiltrasi total infiltrasi yang terjadi pada saat
Berdasarkan Nilai Volume Total pengujian. Batas potongan yang diambil
Infiltrasi adalah nilai konstan yang terjadi pada
Volume total infiltrasi merupakan akhir penelitian. Contoh analisis grafik
besarnya jumlah total kapasitas infiltrasi klasifikasi laju infiltrasi untuk
yang terdapat pada lokasi yang diuji menentukan nilai volume total infiltrasi
berdasarkan waktu tertentu. Pada hasil dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Klasifikasi Volume Total Infiltrasi Berdasarkan Analisis Laju Infiltrasi Pada
Lokasi 1 dan 2
dilakukan pengukuran infiltrasi di
Luas arsiran merupakan besaran lapangan. Klasifikasi berdasarkan tabel
nilai volume total infiltrasi pada lokasi U.S. Soil Conservation. Hasil klasifikasi
penelitian. Nilai volume total infiltrasi dapat dilihat pada Tabel 3.
ini menujukkan total kapasitas yang
dibutuhkan air untuk mencapai nilai Tabel 3 Tabel Klasifikasi Laju Infiltrasi
konstan pada lokasi penelitian di Pada Tiap Titik Lokasi
lapangan. Hasil analisis volume total Vol. Total
infiltrasi dapat dilihat pada Tabel 2. Infiltrasi Kategori
Lokasi
𝑭(𝒕) Klasifikasi
Tabel 2 Nilai Volume Total Infiltrasi (mm/jam)
Berdasarkan Waktu Konstannya Agak
Volume 1 17.73
Waktu Lambat
Lokasi Total 2 22.79 Sedang
Konstan
Penelitian Infiltrasi 3 22.74 Sedang
(jam)
(mm)
4 27.46 Sedang
1 17.73 1.17
Agak
2 22.79 1.17 5 14.82
Lambat
3 22.74 1.50
Agak
4 27.46 1.67 6 12.73
Lambat
5 14.82 1.00
6 12.73 1.17 Tabel 3 menunjukkan ketegori
klasifikasi laju infiltrasi pada 6 titik
Nilai volume total infiltrasi pengujian berada pada klasifikasi agak
menunjukkan volume air yang lambat dan sedang. Hal ini dikarenakan
terinfililtrasi pada saat waktu tertentu kondisi penurunan pada tiap titik
dengan kondisi telah selesainya pengujian memiliki nilai air yang

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 8


terinfiltrasi pada rentang yang berbeda, menunjukkan nilai yang pada tiap
pada tiap lokasi memiliki kondisi tanah lokasi yaitu 6 mm/jam.
yang berbeda pula. Klasifikasi diatas d. Pada analisis yang didapatkan
dapat diartikan yiatu jika daerah tersebut pada nilai volume total infiltrasi,
terjadi hujan maka kecepatan proses didapat nilai volume infiltrasi
infiltrasi yang terjadi adalah agak lambat paling besar terdapat pada titik 4
ataupun sedang. yaitu nilai volume infiltrasi 27.46
mm dengan waktu penurunan
KESIMPULAN DAN SARAN konstan saat 1.67 jam dan nilai
Kesimpulan volume infiltrasi paling kecil
Berdasarkan hasil penelitian laju terdapat pada titik 6 yaitu 12.73
infiltrasi di lapangan dan hasil analisis mm dengan waktu penurunan
data, maka dapat diambil kesimpulan konstan saat 1.17 jam.
sebagai berikut: Berdasarkan U.S. Soil
a. Pada data penurunan air di Conservation, pada 6 titik
lapangan didapat hasil penurunan pengujian memiliki kecepatan laju
awal yang berbeda pada tiap infiltrasi pada titik 1, 5 dan 6
lokasi. Penurunan awal terbesar klasifikasinya adalah agak lambat
pada titik 2 yaitu 7 mm pada 10 dan pada titik 2,3 dan 4
menit pertama dan penurunan awal klasifikasinya adalah sedang.
terkecil pada titik 5 yaitu 3, 5 dan
6 yaitu 5 mm pada 10 menit Saran
pertama. Pada penurunan akhir Berdasarkan hasil penelitian ini,
saat waktu konstan penurunan tiap maka saran yang dapat dijadikan
lokasi yaitu 1 mm. rekomendasi untuk penelitian lanjutan
b. Pada kapasitas infiltrasi dari hasil sebagai berikut:
analisis didapat hasil kapasitas a. Pengambilan titik sampel di lokasi
perwaktunya menunjukkan dapat diperbanyak dan lebih
kapasitas yang berbeda tiap lokasi. merata agar mendapatkan hasil
Kapasitas infiltrasi awal (𝑓0 ) yang varatif dan akurat.
terbesar pada titik 2 yaitu 90 b. Pada penelitian selanjutnya, untuk
mm/jam dan kapasitas infiltrasi sampel tanah dapat diuji di
awal (𝑓0 ) terkecil yaitu pada titik 3 laboratorium agar mendapatkan
dan 6 yaitu 30 mm/jam. Pada kapasitas penyerapan tanah dalam
kapasitas konstan (𝑓𝑐 ) tiap lokasi menyerap air.
memiliki nilai yang sama yaitu 6
mm/jam. DAFTAR PUSTAKA
c. Pada nilai laju infiltrasi awal pada Aidatul, NF. (2015). Pemetaan Laju
daerah titik yang diteliti didapat Infiltrasi Menggunakan Metode
analisis laju infiltrasi paling tinggi Horton Di Sub DAS Tangkerang
terdapat pada titik 2 yaitu 76.38 Kabupaten Bondowoso. [skripsi].
mm/jam pada waktu penurunan 2 Fakultas Teknik. Universitas
menit dan laju infiltrasi paling Jember. Jember.
lambat terdapat pada titik 6 yaitu BSN. (2012). SNI-7752. Tata Cara
18 mm/jam pada waktu penurunan Pengukuran Laju Infiltrasi Tanah
10 menit. Pada nilai laju infiltrasi Di Lapangan Menggunakan
saat konstan, nilai laju infiltrasi Infiltrometer Cincin Ganda. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 9


BPDASDHL. (2019). Peta Catchment
Area Sub DAS Senapelan dan
Sago Kota Pekanbaru. Kementrian
Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan. Direktorat Jendral
Pengendalian DAS dan Hutan
Lindung. Indragiri Rokan
Herlina, A. (2015). Pemetaan Daerah
Pootensi Pemasok Banjir
Berdasarkan Laju Infiltrasi dan
Intensitas Hujan di Sub DAS
Tangkerang Kabupaten
Bondowoso. [skripsi]. Fakultas
Teknik. Universitas Jember.
Jember.
Horton, R.E,. (1941). An Approach
Toward A Physical Interpretation
of Infiltration-Capacity, Soil
Science Society of America
Journal, Vol. 5, 399-417.
Schwab, G. O., R. K. Frevert., T. W.
Edminster, and K. K. Barnes.
(1981). Soil and Water
Conservation Engineering. Third
Edition. John Willey and Sons, Inc.
New York.
Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi
Terapan. Yogyakarta: Beta Offset
Yogyakarta.

Jom FTEKNIK Volume 7 Edisi 1 Januari s/d Juni 2020 10

You might also like