Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Komposisi, Struktur Dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Di Cagar Alam Dungus Iwul, Kabupaten Bogor

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Komposisi, Struktur dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

KOMPOSISI, STRUKTUR DAN KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN


DI CAGAR ALAM DUNGUS IWUL, KABUPATEN BOGOR

(Composition, Structure and Diversity of Species Plant in Dungus Iwul Nature Reserve, Bogor
District)

NURKHOTIMAH1), AGUS HIKMAT2) DAN TITIEK SETYAWATI3)


1)
Mahasiswa Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika, IPB
2)
Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, IPB
3)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Email: nurrsuma04@gmail.com

Diterima 12 Juli 2017 / Disetujui 23 Agustus 2017

ABSTRACT

The Dungus Iwul Nature Reserve is a conservation area that has been through a series of human and natural disturbance causing to changes
in plant species composition and stand structure including its level of diversity. The purpose of this study was to investigate vegetation changes and
the presence of Orania sylvicola (Griff.) H. E. Moore which has been reportedly becoming dominant in this forest area. Research was conducted
during June 2017 at Dungus Iwul Nature Reserve, Bogor District. Vegetation analysis and tree profile diagram were used systematic sampling. The
analyzed data were used to determine the Important Value Index (IVI), diversity index, evenness index, and richness index. Results shows that the
forest stand composed of 88 plant species dominated by O. sylvicola. Stand structure performs a reserved J-shape curve which is characterized by
tree class diameter concentrating in tree of 20-30 cm diameter. The majority of diversity index, evenness index and richness index values of the plant
species has decreased. This condition confirm the current dynamic process of high stand composition changes which is assumed due to the dense
abundance of O. sylvicola and many other supporting factors such as the presence of dispersal agent namely Cynopterus titthaecheilus(Temminck,
1825). Canopy gap due to disturbance enables bats to disperse seed of O. sylvicola, a tolerant species that has a remote tubular sprouting types
(cotyledon and seed separated by tubular section) and help this plant species to grow over the pioneer species. These elements causes to the growth
and spread of O. sylvicola which is later disturbed the vegetation surrounding and tended to be invasive.

Keywords: Cagar Alam Dungus, diversity, stand structure and composition

ABSTRAK

Cagar Alam Dungus Iwul merupakan kawasan konservasi yang telah mengalami serangkaian gangguan manusia dan alam yang menyebabkan
perubahan komposisi tumbuhan dan struktur vegetasinya termasuk tingkat keanekaragamannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perubahan vegetasi dan adanya Orania sylvicola (Griff.) H.E. Moore yang selama ini dilaporkan dominan di kawasan hutan ini. Penelitian dilakukan
pada bulan Juni 2017 di Cagar Alam Dungus Iwul, Kabupaten Bogor. Analisis vegetasi digunakan saat pengambilan sampel dengan sistematic
sampling. Data yang dianalisis digunakan untuk menentukan Indeks Nilai Penting (IVI), indeks keragaman, indeks kemerataan, indeks kekayaan dan
proyeksi kanopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan terdiri dari 88 jenis tumbuhan yang didominasi oleh O. sylvicola. Struktur tegakan
membentuk kurva J tidak sempurna yang ditandai dengan diameter kelas pohon yang dipusatkan pada pohon berdiameter 20-30 cm. Mayoritas indeks
keragaman, indeks kepadatan dan indeks kekayaan spesies tanaman telah menurun. Kondisi ini mengkonfirmasi proses dinamika perubahan
komposisi dan struktur tegakan tinggi saat ini yang diasumsikan karena kelimpahan O. sylvicola yang padat dan banyak faktor pendukung lainnya
seperti adanya agen penyebaran yaitu Cynopterus titthaecheilus (Temminck, 1825). Bukaan kanopi karena gangguan memungkinkan kelelawar untuk
menyebarkan benih O. sylvicola, spesies toleran yang memiliki tipe perkecambahan remote tubular (kotiledon dan biji yang terpisah oleh bagian
berbentuk seperti tabung) dan membantu spesies tanaman ini tumbuh di atas spesies perintis. Kedua unsur tersebut menyebabkan pertumbuhan dan
penyebaran O. sylvicola yang kemudian mengganggu vegetasi yang mengelilinginya dan cenderung menjadi invasif.

Kata kunci: Cagar Alam Dungus Iwul, keanekaragaman, komposisi dan struktur tegakan

PENDAHULUAN kawasan cagar alam dengan pengawasan yang tidak


optimal dapat menambah kerusakan hutan. Kerusakan
Hutan memiliki peranan yang sangat penting hutan secara terus menerus tanpa adanya pengelolaan
sebagai penyeimbang ekosistem dan merupakan sumber yang tepat dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
plasma nutfah. Ironisnya, dalam beberapa tahun terakhir hutan. Cagar Alam Dungus Iwul (CADI) dimaksudkan
laju pembangunan dan kerusakan habitat semakin sebagai gambaran hutan dataran rendah yang terdapat di
meningkat. Bencana alam yang terus terjadi menjadi Jawa Barat. Cagar Alam tersebut merupakan satu dari
salah satu faktor penyebab kerusakan hutan selain dua cagar alam di Kabupaten Bogor, bagian Barat.
kegiatan manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam Keberadaan cagar alam ini sangat penting terutama untuk
secara berlebihan. Terbatasnya pengelolaan, terutama di tumbuhan dan satwa khas hutan dataran rendah Jawa

138
Media Konservasi Vol. 22 No. 2 Agustus 2017: 138-145

Barat. Luas kawasan CADI terlalu kecil untuk ekosistem Bahan yang dijadikan objek adalah tumbuhan bawah
hutan yakni 9,01 ha yang terletak di tengah tengah dan pohon serta permudaan pohon di CADI. Tumbuhan
perkebunan kelapa sawit dan pemukiman penduduk bawah adalah jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah
sehingga kawasan rentan dengan gangguan. Beberapa tegakan hutan (Soerianegara dan Indrawan 2015). Vegetasi
hasil penelitian menunjukkan CADI telah mengalami yang terdapat di bawah tegakan pohon adalah herba,
gangguan habitat berupa penebangan kayu (Dengjel semak, liana dan paku-pakuan). Pohon adalah tumbuhan
1993), penggembalaan kerbau, penebangan kayu berkayu yang tumbuh tegak dan memiliki batang serta
(Polosakan dan Soehardjono 2009) serta pohon tumbang cabang yang jelas. Permudaan pohon terdiri atas semai
secara alami (Murthafiah 2015, Sukri 2015). Gangguan (tinggi < 1,5 m), pancang (diameter < 10 cm dan tinggi
habitat dapat mengakibatkan perubahan komposisi dan >1,5 m), tiang (diameter 10-20 cm) dan pohon (diameter >
struktur tegakan serta tipe vegetasi yang selanjutnya akan 20 cm).
berdampak pada menurunnya keanekaragaman spesies Peralatan yang digunakan adalah GPS (Global
tumbuhan. Positioning System) Garmin GPSMAP 60CSx, peta
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, kawasan, alat tulis, kompas, tally sheet, pita ukur,
diperlukan peninjauan kembali pengelolaan kawasan phiband, walking stick, kamera digital, peralatan
dengan melihat kondisi terkini, terutama komposisi dan herbarium (plastik spesimen, alkohol 70%, tag-in, koran)
struktur tegakan serta tingkat keanekaragamannya. dan perangkat lunak Microsoft excel.
Mengumpulkan dan membandingkan komposisi tegakan, Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data
struktur tegakan dan keanekaragaman spesies dari tahun dan informasi terkait hasil penelitian di CADI dan
sebelumnya merupakan satu langkah yang dapat informasi lain yang terkait. Metode dilakukan melalui
dipertimbangan dan dijadikan bahan acuan dalam penelusuran laporan, prosiding, karya tulis ilmiah serta
pengelolaan kawasan hutan. publikasi lainnya.
Analisis tegakan menggunakan kombinasi metode
jalur dan garis berpetak (Gambar 2). Masing-masing petak
METODOLOGI PENELITIAN dibagi ke dalam petak ukur 20 m x 20 m untuk risalah
Pengambilan data dilakukan di Cagar Alam Dungus tingkat pohon, 10 m x 10 m untuk risalah tingkat tiang
Iwul (CADI), Kabupaten Bogor pada bulan Juni 2016 termasuk palem dan pandan, 5 m x 5 m untuk risalah
(Gambar 1). Data dikumpulkan dengan studi literatur dan tingkat pancang dan 2 m x 2 m untuk risalah tingkat semai
petak analisis tegakan. Spesies yang tidak teridentifikasi termasuk tumbuhan bawah. Bentuk dan desain
dilakukan indentifikasi di Herbarium Pusat Penelitian dan penempatan plot di kawasam cagar alam dengan metode
Pengembangan Hutan. systematic sampling berjumlah 51 petak dan panjang jalur
yang berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi lapangan
(Gambar 3).

Gambar 1 Lokasi penelitian

139
Komposisi, Struktur dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

Gambar 2 Metode kombinasi jalur dan garis berpetak

Gambar 3 Desain plot analisis tegakan

Identifikasi herbarium diawali dengan pengambilan Analisis dilanjutkan dengan menentukan indeks
spesimen daun dari spesies yang kemudian dibersihkan keanekaragaman spesies Shanon-Wienwer (H’), indeks
dengan alkohol dan dioven. Spesimen ynag sudah kering kemerataan (E) dan indeks kekayaan spesies (R).
kemudian diidentifikasi dengan mencocokkan spesimen Rumus indeks keanekaragaman spesies Shannon-
herbarium yang didukung dengan buku kunci Wiener (Magurran 1988) adalah
determinasi Flora of Java dan Malasian Seed Plants. H '    ( pi ) (ln pi )
Data dianalisis dengan perhitungan Indeks Nilai
Keterangan:
Penting (INP). Nilai INP didapat dari hasil penjumlahan
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
persentase nilai kerapatan relatif (KR), dominasirelatif
Pi = proporsi dari setiap spesies
(DR) dan frekuensi relatif (FR). Menurut Soerianegara
Rumus indeks kemerataan spesies (Pielou 1975
dan Indrawan (1988) KR, DR, FR dihitung dengan dalam Magurran 1988) adalah :
rumus:
Kerap atan suatu spesies H'
Kerap atan Relatif (KR)  x 100% E ( )
Kerap atan seluruh spesies ln S
Kerap atan (K) 
 individu suatu spesies Keterangan :
luas p etak
E = indeks kemerataan spesies
Frekuensi (F) 
 p etak y ang ditemukan suatu spesies H’ = indeks keanekaragaman spesies
 seluruh p etak S = jumlah seluruh spesies
Frekuensi suatu spesies
Frekuensi Relatif (FR)  x 100% Rumus indeks kekayaan spesies Margallef (Clifford dan
Frekuensi seluruh spesies
Stephenson 1975 dalam Magurran 1988) adalah :
Dominansi (D) 
 luas bidang dasar suatu spesies
Luas p etak (S  1)
R
Dominansi suatu spesies ln N
Dominansi Relatif (DR)  x 100%
Dominansi seluruh spesies
Keterangan :
R = indeks kekayaan spesies
S = jumlah spesies yang ditemukan
N = jumlah total individu

140
Media Konservasi Vol. 22 No. 2 Agustus 2017: 138-146

diameter yang tidak besar, iwul memiliki jumlah individu


HASIL DAN PEMBAHASAN yang banyak yang ditunjukkan dengan kerapatan
individu yang tinggi. Besaran nilai INP dan kerapatan
1. Kondisi Umum CADI individu tinggi menunjukkan kemampuan spesies
menguasai dan memiliki tingkat kesesuaian habitat/
CADI terletak di sekitar kawasan perkebunan
adaptasi lebih tinggi dibandingkan dengan spesies lain.
kelapa sawit PTPN VIII Cikasungka. Secara geografis,
Diketahui iwul mendiami berbagai habitat, mulai dari
CADI terletak pada titik koordinat 106024’51” –
hutan hujan dataran rendah yang lembab dengan tanah
106025’08” BT dan 6031’15” – 6031’26” LS. Batas
yang subur hingga hutan dengan tanah berpasir yang
kawasan CADI adalah :
sangat miskin (Keim dan Dransfield 2012).
a) sebelah utara dan barat berbatasan dengan
Indeks nilai penting suatu spesies menggambarkan
perkebunan kelapa sawit PTPN Cikasungka VIII;
keberadaan spesies semakin mapan atau berpeluang
b) sebelah selatan berbatasan dengan sungai Ciiwul,
untuk dapat mempertahankan pertumbuhan dan
perkebunan masyarakat, perkebunan sawit PTPN
kelestariannya (Dendang dan Handayani 2015).
Cikasungka VIII, pemukinan Kampung Cigelung dan
Kemantapan kedudukan spesies terbukti dari hasil
jalan raya;
penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan iwul
c) sebelah timur berbatasan dengan perkebunan kepala
merupakan spesies dominan tiap tingkat pertumbuhan di
sawit PTPN Cikasungka, perkebunan masyarakat,
CADI (Kartawinata 1975, Riswan 1977, Dengjel 1993,
pemukiman Kampung Barambang dan jalan raya
Polosakan dan Soehardjono 2009, Deviyanti 2010,
Jasinga-Bogor.
Simbolon 2013, Shofa 2014, Murtafiah 2015, Sukri
CADI dengan luas 9,01 Ha ditetapkan sebagai cagar 2015, Komari 2017).
alam tahun 1931 melalui Surat Keputusan Gubernur Spesies dengan jumlah individu terbanyak setelah
Jenderal Hindia Belanda tanggal 2 Maret 1931, No. 23, spesies dominan (atau disebut kodominan) adalah spesies
Lembaran Negara Hindia Belanda 1931 No. 99 (Besluit- yang diprediksi dapat menggantikan spesies dominan
van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie pada suksesi selanjutnya, karena memiliki kemampuan
van 2 Maart 1931, No. 23 Staatsblad van Nederlandsch- beradaptasi setelah spesies dominan. Knema laurina
Indie 1931, No. 99) (Dirjen PHKA 2010). Cagar alam ini adalah spesis kodominan tingkat semai, pancang dan
ditetapkan untuk tujuan perlindungan flora dataran tiang (Tabel 1). K. laurina termasuk dalam spesies
rendah di antaranya tumbuhan buah-buahan tropika generalis yang tidak memiliki preferensi habitat secara
(Dirijen PHKA 2010). Saat ini pengelolaan kawasan spesifik (Baltzer dan Thomas 2007).
berada dibawah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Engelhardtia spicata adalah spesies kodominan
Alam Jawa Barat, Bidang PTN Wilayah I, Seksi tingkat pohon. Ki hujan yang ditemukan memiliki
Konservasi Wilayah II Bogor. diameter batang lebih dari 200 cm dan tinggi lebih dari
30 m. Penguasaan habitat masih rendah karena hanya
2. Komposisi Tegakan ditemukan dua individu pohon. Semai E. spicata tidak
ditemukan karena spesies berkecambah pada cahaya
Hasil penelitian tegakan teridentifikasi sebanyak 88 penuh (7,8% ) (Baskin dan Baskin 2014) sedangkan
spesies dari 76 genus dan 48 famili. Tegakan tersebut sebagian besar lantai hutan tertutupi oleh semai iwul.
tersusun atas tegakan tumbuhan bawah dan pohon.
Selanjutnya pada Tabel 2 juga memberikan
Famili dengan anggota spesies umum ditemukan adalah
gambaran perbandingan kondisi hutan CADI tahun 2010
Rubiaceae dan Arecaceae berjumlah 5 spesies. Kemudian
dan 2017 dengan pengambilan bentuk dan desain petak
diikuti 4 spesies dari famili Annonaceae, Euphorbiaceae,
yang sama. Hasil menunjukkan adanya perbedaan posisi
Moraceae dan Vitaceae. Famili Rubiaceae dan Famili kodominan pada semua tingkat pertumbuhan sedang iwul
Arecaceae merupakan famili yang tersebar luas di sebagai spesies dominan semakin tinggi. Sutisna (1981)
wilayah tropis dan banyak ditemukan di hutan dataran
menyatakan suatu jenis dapat dikatakan berperan atau
rendah. Spesies dari famili Rubiaceae yang teridentifikasi
berpengaruh dalam komunitas jika INP tingkat semai dan
adalah Adina sp., Neonauclea calycina (Bartl. Ex DC.)
pancang lebih dari 10%, sedangkan tingkat tiang dan
Merr., Psychotria sarmentosa Blume, Uncaria ferrea
pohon 15%. Pengaruh iwul sangat besar terhadap
(Blume) D.C., Mussaenda frondosa L., sedangkan komunitas karena iwul memiliki INP lebih dari 10% dan
spesies dari famili Arecaceae adalah Calamus ornatus 15% (Tabel 1). Besarnya peranan mampu memengaruhi
Blume, Calamus reinwardtii Mart, Licuala pumila Bl.,
spesies lain terutama dalam penguasaan habitat. Kondisi
Plectocomia elongata Mart. Ex Blume dan Orania
tersebut diduga dapat menekan dan mengurangi ruang
sylvicola (Griff.) H.E. Moore.
tumbuh spesies lain, sehingga mengubah komposisi
Dilihat dari besarnya nilai indeks nilai penting spesies yang berakibat terjadinya dinamika tegakan hutan
(INP), maka Orania sylvicola dari famili Arecaceae di CADI.
memiliki INP paling tinggi di setiap tingkat pertumbuhan
(Tabel 1) yang nama lokalnya iwul. Meskipun memiliki

141
Komposisi, Struktur dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

Tabel 1 Empat spesies dengan INP tertinggi setiap tingkat pertumbuhan


Famili Nama ilmiah KR (%) FR (%) DR (%) INP (%)
Tumbuhan bawah
Acanthaceae Asystasia gangetica 47,27 1,59 - 48,86
Selaginellaceae Selaginella plana 15,45 12,70 - 28,15
Arecacea Plectocomia elongata 3,33 9,2 - 12,86
Melastomataceae Clidemia hirta 4,24 7,94 - 12.,8
Semai
Arecaceae Orania sylvicola 88,67 51,16 - 140,04
Myristicaceae Knema laurina 6,77 8,53 15,32
Primulaceae Ardisia elliptica 0,74 6,98 - 7,72
Phyllanthaceae Aporosa arborea 0,74 3,88 - 4,28
Pancang
Arecaceae Orania sylvicola 53,81 22,86 - 76,66
Myristicaceae Knema laurina 7,61 11,43 - 19,04
Putranjivaceae Drypetes longifolia 4,06 7,43 - 11,49
Primulaceae Ardisia elliptica 3,30 6,29 - 9,59
Tiang
Arecaceae Orania sylvicola 83,43 56,14 86,26 225,83
Myristicaceae Knema laurina 2,37 7,02 1,50 10,88
Sapindaceae Xerospermum noronhianum 2,37 5,26 2,30 9,93
Putranjivaceae Drypetes longifolia 2,37 3,51 1,92 9,55
Pohon
Arecaceae Orania sylvicola 84,16 37,12 51,91 173,19
Juglandaceae Engelhardtia spicata 0,36 1,52 22,27 21,14
Meliaceae Dysoxylum densiflorum 2,14 6,82 3,28 12,24
Euphorbiaceae Croton argyratus 1,25 5,30 1,69 8,24

Tabel 2 Perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian Deviyanti (2010) yang menggunakan metode petak
analisis tegakan sama
Tingkat pertumbuhan Nama spesies Kerapatan individu (Ha) Dominansi (m2/ha) INP (%)
Dominan
Semai Orania sylvicolaa 1.225 - 35,4
Orania sylvicolab 1.558 - 140.04
Pancang Orania sylvicolaa 133 - 18,7
Orania sylvicolab 212 - 76,66
Tiang Orania sylvicolaa 20 18,112 46,1
Orania sylvicolab 141 6,15 225,83
Pohon Orania sylvicolaa 38 195,61 66,6
Orania sylvicolab 473 9.46 173,19
Kodominan
Semai Leea aequataa 539 - 18,0
Knema laurinab 119 - 15.32
Pancang Helicia serataa 78 - 10,9
Knema laurinab 30 - 19,04
Tiang Helicia serataa 10 6,11 19,8
Knema laurinab 4 0,11 10,88
Pohon Aporosa microcalyxa 7 71,38 16,7
Engelhardtia spicatab 2 4,06 21,14
Keterangan : a) Deviyanti (2010)
b
) Hasil penelitian
berdiameter < 20 cm jumlahnya mencapai 75,22% dari
2. Struktur vegetasi sejumlah spesies yang didata. Sedangkan untuk spesies
yang berdiameter lebih besar secara simultan mengalami
Struktur vegetasi digambarkan oleh sebaran
penurunan, namun pada kelas diameter 20-30 mengalami
individu tiap tingkat pertumbuhan pohon dan kelas
kenaikan yang signifikan dan pada kelas diameter 10-20
diameternya. Berdasarkan sebaran kelas diameter
mengalami penurunan. Sebaran kelas diameter tersebut
tegakan pohon pada Gambar 3, diketahui spesies yang
membentuk kurva J terbalik namun tidak sempurna.

142
Media Konservasi Vol. 22 No. 2 Agustus 2017: 138-146

Tinggi dan rendahnya jumlah individu pada kelas sebaran kelas diameter 10-20 cm yang ditemukan
diameter tertentu menggambarkan kondisi hutan yang berjumlah sedikit. Hal ini karena aktivitas penebangan
mengalami perubahan struktur tegakan. Perubahan pada masa lalu. Diduga aktivitas penebangan kayu
tersebut berpengaruh pada keberlangsungan regenerasi dilakukan pada tingkat pertumbuhan tiang karena
tegakan hutan selanjutnya. masyarakat umumnya memanfaatkan kayu sebagai bahan
Ukuran diameter 20-30 cm lebih banyak ditemukan bakar. Iwul yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat
pada diameter iwul. Sebagaimana hasil penelitian dapat terus tumbuh dan berkembang tanpa mengalami
Nurkhotimah (2015), iwul lebih banyak ditemukan pada gangguan dari manusia.
kisaran kelas diameter 20 cm sampai 25 cm. Sebaliknya,

Gambar 3 Kelas diameter tegakan pohon

3. Keanekaragaman spesies semakin rendah dari tahun sebelumnya. Baik nilai indeks
keanekaragaman, indeks kemerataan dan indeks
Tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman
kekayaan spesies cenderung menurun pada semua tingkat
ditentukan dengan membandingkan satu lokasi pada
pertumbuhan terkecuali indeks kekayaan pada tingkat
waktu yang berbeda dalam petak yang sama dengan luas
pancang dan pohon (Tabel 3).
2,04 ha. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya
dinamika hutan dengan ciri tingkat keanekaragaman

Tabel 3 Perbandingan hasil analisisis vegetasi dengan hasil penelitian pada petak yang sama
H’ E R IS
Tingkat pertumbuhan
2010a 2017b 2010 a 2017 b 2010 a 2017 b 2010 a - 2017 b
Tumbuhan bawah - 2,0 - 0,6 - 4,5 25,10%
Semai 2,9 0,5 0,9 0,2 5,4 3,5 21,34%
Pancang 3,3 2,1 0,9 0,6 5,2 7,0 23,18%
Tiang 3,1 0,9 0,9 0,3 5,3 2,7 31,66%
Pohon 2,9 1,0 0,9 0,3 4,3 6,0 25,10%
Keterangan : H’= indeks keanekaragaman; E = indeks kemerataan; R =indeks kekayaan; IS = indeks kesamaan komunitas; a
) Hasil penelitian
b
Deviyanti (2010); ) Hasil penelitian

Penurunan indeks keanekaragaman, kekayaan dan tingkat tiang. Pada umumnya, pohon tua yang tumbang
kemerataan spesies pada tingkat semai diakibatkan dapat menimbulkan rusaknya individu pancang dan
dominansi semai iwul yang menutupi lantai hutan. Iwul tiang. Namun demikian, hasil penelitian menunjukkan
memiliki tipe perkecambahan remote-tubular yang indeks kekayaan spesies tingkat pancang mengalami
berkembang membentuk daun semai (eophyl) bifid (dua kenaikan. Pohon tumbang akan membentuk rumpang
daun) dan plication (melipat-lipat seperti kipas) serta yang memberikan ruang tumbuh bagi pancang sehingga
tumbuh di bawah naungan sehingga menutupi lantai jumlah spesiesnya bertambah. Meskipun terdapat pohon
hutan. Terhambatnya pertumbuhan semai spesies lain tumbang, kekayaan spesies pohon juga bertambah (Tabel
berdampak pada turunnya keanekaragaman dan 2). Bertambahnya jumlah spesies pada tingkat pohon
kemerataan spesies tingkat pancang, tiang dan pohon. diduga karena ukuran diameter pohon terlalu besar untuk
Banyaknya pohon tua tanpa diikuti regenerasi dari semai ditebang oleh masyarakat. Sebaliknya tingkat tiang
akan mengancam kelestarian spesies. Tercatat 3 pohon memiliki diameter yang relatif sedang (10-20 cm)
besar tumbang, 2 diantaranya merupakan pohon tidur sehingga mudah ditebang. Aktivitas penebangan tersebut
sekaligus pohon pakan lutung jawa (Murtafiah 2015). banyak terjadi di tahun-tahun sebelumnya (Polosakan
Tingkat kekayaan spesies pada tingkat pertumbuhan dan Soehardjono 2009) sehingga menyebabkan kekayaan
pancang dan pohon semakin meningkat, berbeda dengan spesies tiang turun dari tahun 2010 ke 2017 (Tabel 2),

143
Komposisi, Struktur dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

termasuk sedikitnya jumlah individu tiang yang Thompson (2000) menyatakan spesies lokal (asli) dapat
ditemukan (Gambar 3). dikualifikasikan sebagai spesies invasif ketika
Terbukanya area hutan akibat pohon tumbang, mengkolonisasi di habitat terganggu. Untuk menentukan
pengembalan dan penebangan liar diduga dapat spesies termasuk dalam spesies invasif perlu adanya
menambah lokasi tempat bertengger dan makan (feeding pengkajian lebih lanjut terkait dampak terhadap ekologi
roosts) kelelawar sehingga menambah area sebaran biji dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
iwul di CADI. Ervina (2017) menemukan spesies codot
besar (Cynopterus titthaecheilus) menggigit buah iwul
tua dan menghisap sari kulit buah di CADI. Kelelawar SIMPULAN
adalah penyebar biji yang melimpah dan efektif di dalam 1. Tegakan hutan di dalam kawasan CADI yang
hutan (Parolin et al. 2013), karena selain menyebarkan tersusun atas 88 spesies tumbuhan yang berasal dari
biji, juga dapat menghindarkan dari patogen penyerang 48 famili didominsai oeh iwul (Orania sylvicola).
biji dan mempercepat perkecambahan. Seperti Euterpe Dominansi iwul sangat berperan dalam komunitas
edulis berkecambah lebih cepat saat epicarp dan terutama penguasaan ruang tumbuh sehingga
mesocarp dihilangkan (Bovi and Cardoso 1975 diacu menunjukkan adanya perubahan komposisi dari
dalam Matos et al. 1999). tahun 2010 dan 2017 terutama pada spesies
Diketahui iwul adalah salah satu subfamili kodominan.
Arecoideae yang memiliki tipe perkecambahan 2. Struktur tegakan terpusat pada iwul yang dicirikan
“Hipogeal”, kotiledon dan biji yang terpisah oleh bagian tegakan pohon yang membentuk kurva J terbalik
yang berbentuk seperti tabung (remote tubular) tidak sempurna dengan kelas diameter yang
mendorong benih ke bawah tanah sehingga terlindungi terkonsentrasi pada 20-30 cm. Ukuran diameter
dari dehidrasi di lingkungan kering (Orozco-Segovia et tersebut ditemukan pada iwul.
al. 2003). Sedangkan pada lingkungan basah, remote 3. Turunnya keanekaragaman menunjukkan kondisi
tubular akan mengangkat dan melengkungkan biji seperti CADI mengalami proses dinamika yang tinggi akibat
lutut, sehingga terhindar dari ancaman pembusukan dominansi iwul. Dominansi iwul didukung adanya
akibat kandungan air tanah yang berlebih (Prihantini faktor agen penyebar biji dan karakteristik
2015). Waktu perkecambahan pada subfamili Arecoideae perkecambahan iwul. Kondisi tersebut menunjukkan
umumnya lama sekitar 3-4 bulan (Henderson 2002). iwul memiliki kecenderungan bersifat invasif di
Pertumbuhan yang lambat menyebabkan iwul tersusul CADI.
oleh spesies pioneer, seperti liana yang kemudian
membentuk naungan sehingga semai iwul terlindung dari
cahaya matahari langsung di kanopi terbuka. DAFTAR PUSTAKA
Karakteristik terebut yang menyebabkan iwul menjadi
dominan di CADI. Baltzer JL, Thomas SC. 2007. Determinants of Whole-
Faktor pendukung seperti agen dispersal dan Plant Light Requirements in Bornean Rain Forest
karakteristik perkecambahan iwul menyebabkan iwul Tree Saplings. Canada (CA): J Ecolog.
dominan dan bersesuaian dengan kondisi di CADI. Baskin CC, Baskin JM. 2014. Seeds : Ecology,
Menurut Valery et al. (2004) spesies yang paling mudah Biogeography,and Evolution of Dormancy and
menyesuaikan cenderung menjadi invasif. Spesies invasif Germination. Amsterdam (NL): Elsevier.
didefinisikan sebagai spesies yang mapan (McNeely Davis MA, Thompson K. 2000. Eighr ways to be a
2001), yang memperoleh keuntungan kompetitif bagi colonizer; two ways to be an invader: a proposed
perbanyakannya dan menundukkan daerah baru serta nomenclature scheme for invasion ecology. Bul
menjadi dominan (Valery et al. 2008) sehingga mampu Ecological Soc America. 226-230.
mengubah keseimbangan ekosistem yang diikuti dengan Dendang B, Handayani W. 2015. Struktur dan komposisi
kehilangan spesies (penurunan keanekaragaman). tegakan hutan di Taman Nasional Gunung Gede
Menurunnya keanekaragaman spesies yang berimplikasi Pangrango, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy
pada menurunnya spesies pakan satwa memaksa satwa Biodiv Indon. 1(4) : 691-695.
untuk mencari makan keluar kawasan, di antaranya Dengjel H. 1993. Composition, structure and dynamic
monyet ekor panjang dan lutung ditemukan di luar aspects of a tropical lowland rain forest patch in
kawasan CADI (Sukri 2015; Murtafiah 2015). Fenomena West Java, preserved in the nature reserve of
ini juga ditemukan pada langkap (Arenga obtusifolia) di Dungus Iwul, Jasinga, Indonesia [tesis]. Germany
Taman Nasional Ujung Kulon (Suprapto 1995), Acacia (DE):University Erlagen Nurenberg.
nilotica di Taman Nasional Baluran (Setiabudi etal. Deviyanti. 2010. Komposisi jenis dan struktur tegakan
2013), Merremia peltata di Taman Nasional Bukit hutan di Cagar Alam Dungus Iwul, Jawa Barat-
Barisan Selatan (Master 2013). Kemiripan dampak akibat Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
karakteristik tertentu menunjukkan iwul memiliki Bogor.
kecenderungan invasif di CADI. Spesies asli bisa [Dirjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hukan
menjadi invasif jika kondisi memungkinkan. Davis dan dan Konservasi Alam. 2010. Sejarah Kawasan

144
Media Konservasi Vol. 22 No. 2 Agustus 2017: 138-146

Konservasi di Indonesia. Jakarta (ID): Biologi; 2009 Des 12; Purwokerto, Indonesia.
Kementrian Kehutanan. Bogor (ID): Puslit Biologi LIPI. Hlm 1000-1006.
Ervina MK. 2017. Keanekaragaman jenis mamalia di Prihantini F. 2015. Status air tanah, kemiringan tanah dan
Cagar Alam Dungus Iwul Kabupaten Bogor demografi Orania sylvicola (Griff.) H. E. Moore
Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut (Arecaceae; Oranieae) di Cagar Alam Dungus
Pertanian Bogor. Iwul, Jawa Barat [skripsi]. Jakarta (ID):
Henderson A. 2002. Evolution and Ecology of Palms. Universitas Negeri Jakarta.
New York (US): Botanical Garden Pr. Riswan S. 1977. Tegakan hutan di Cagar Alam Dungus
Kartawinata K. 1975. Structure and composition of Iwul, Jasinga, Bogor. Di dalam: Hardjosuwarno S,
forests in some nature reserves in West Java, Tandjung HSD, editor. Seminar Biologi IV dan
Indonesia [paper]. Bogor (ID): Herbarium Kongres Biologi II; 1975 Jul 10-12; Yogyakarta,
Bogoriense, National Biological Institute. Indonesia. Bogor (ID): Herbarium Bogor,
Keim AP, Dransfield J. 2012. A monograph of the genus Lembaga Biologi Nasional LIPI. Hlm 127-133.
Orania (Arecaceae : Oranieae). Kew Bull. 67:127- Setiabudi, Tjitrosoedirdjo S, Tjitrosoedirdjo SS, Mawardi
190. I, Bachri S.2013. Invasion of Acacia nilotica into
Komari, PL. 2017. Potensi cadangan karbon tegakan savannas inside Baluran National Park, East Java,
hutan di Cagar Alam Dungus Iwul Kabupaten Indonesia. Di dalam: Bakar B, Kurniadie D,
Bogor Provinsi Jawa Barat Bogor [skripsi]. Bogor Tjitrosoedirdjo S, editor. The Role of Weed
(ID): Institut Pertanian Bogor. Science in Supporting Food Securty
Magurran AE. 1988. Measuring Biological Diverity. 2020.Proceeding of 24th Asian Pacific Weed
United Kingdom (GB): TJ International, Padshow, Science Society Conference; 2013 Okt 22-25;
Corbwall. Bandung, Indonesia. Bandung (ID): SEAMEO
Master, J. 2013. Negative impact of Merremia peltata (l.) BIOTROP.Hlm 144-150.
Merrill invasion on plant diversity in Bukit Shofa I. 2014. Potensi pakan dan perilaku makan lutung
Barisan Selatan National Park [thesis]. Bogor budeng (Trachypithecus auratus) di Cagar Alam
(ID): Institut Pertanian Bogor. Dungus Iwul, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID):
Matos DMS, Freckleton RP, Watkinson AR. 1999. The Institut Pertanian Bogor.
role of density dependence in the population Simbolon RS. 2013. Keanekaragaman dan pola sebaran
dynamics of a tropical palm. Ecology. 80(8):2635- spesies tumbuhan asing invasif Di Cagar Alam
2650. Dungus Iwul, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut
McNeely JA. 2001. The Great Reshuffling: Human Pertanian Bogor.
Dimensions of Invasive Alien Species. Switzerland Soerianegara I, Indrawan A. 1988. Ekologi Hutan
(CH) dan Cambridge (UK): IUCN. Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Murthafiah A. 2015. Populasi habitat lutung budeng Sukri M. 2015. Populasi dan habitat monyet ekor
(Trachypithecus auratus) di Cagar Alam Dungus panjang (Macaca Fascicularis) Di Cagar Alam
Iwul Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Dungus Iwul, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor
Institut Pertanian Bogor. (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurkhotimah. 2015. Pendugaan sebaran kelas diameter Suprapto SHA. 1995. Studi invasi langkap (Arenga
dan tinggi berdasarkan fase pertumbuhan iwul obtusifoli, Mart.) di Taman Nasional Ujung
(Orania sylvicola) di Cagar Alam Dungus Iwul, Kulon, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Pertanian Bogor.
Bogor. Sutisna U. 1981. Komposisi jenis hutan bekas tebangan
Orozco-Segovia A, Batis AI, Rojas-Arechiga M, di Batulicin, Kalimantan Selatan [laporan 328].
Mendoza A. 2003. Palms. 47(2): 799-94. Bogor (ID): Balai Penelitian Hutan.
Parolin P, Wittmann F, Ferreira LV. 2013. Fruit and seed Valery L, Bouchard V, Lefeuvre J. 2004. Impact of
dispersal in amazonian floodplain trees-a review. invasive native species Elymus athericus on
Ecotropica. 19:15-32. carbon pools in a salt marsh. Wetlands. 24 (2) :
Polosakan R, Soehardjono. 2009. Analisisa tegakan jenis 268-276.
pohon pada kawasan Cagar Alam Dungus Iwul di Valery L, Fritz H, Lefeuvre Jean-C, Simberloff D. 2008.
Jasinga, Kabupaten Bogor. Di dalam: Nuryanto A, In search of a real definition of the biological
Budisantoso I, Ardli ER, Prabowo R, editor. invasion phenomenon itself. Biol Invasion.
Peran Biosistematika dalam Pengelolaan 10:1345-1351.
Sumberdaya Hayati Indonesia. Seminar Nasional

145

You might also like