Kualitas Batu Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji: Sri Handayani
Kualitas Batu Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji: Sri Handayani
Kualitas Batu Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji: Sri Handayani
Sri Handayani
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Abstract: This study is an experiment that will test the quality of red brick with the addition of a
mixture of sawdust waste. Sawdust is a waste of a normal sawmills saws tool generated from both
manual and mechanical chainsaw. The variable in this study are the standard of quality red bricks
covering the outside view (shape, color), weight, size, compressive strength, content of salt and
water absorption and weight of the contents. Basic materials taken from the agricultural
land/garden which is less productive in the Village of Karanganyar District Adipala Regency of
Cilacap. The results showed that the addition of sawdust, 10% showed no significant differences
with bricks without the addition of sawdust (0%). Similarly, the heavy brick, a mixture of 10% will
result in heavy brick lighter. Judging from the rift, a mixture of 10% does not happen cracks (0%) is
more advantageous than a mixture of 0% obtained by cracking of 30%. The implications of this
result is the addition of 10% sawdust bricks which will result in lighter weight, and can improve
productivity because its rift is 0% but will give strength did not differ significantly with no mix.
Therefore sawdust as waste sawmills can be used as an ingredient in the manufacture of bricks
mixed with a percentage increase of 10%.
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang akan menguji kualitas batu bata
merah dengan penambahan campuran limbah serbuk gergaji. Serbuk gergaji merupakan limbah
dari penggergajian kayu yang biasa dihasilkan dari alat gergaji baik gergaji manual maupun gergaji
mesin. Variabel dalam penelitian ini adalah standar kualitas batu bata merah yang meliputi
pandangan luar (bentuk, warna), berat, ukuran, kuat tekan, kandungan kadar garam dan
penyerapan air dan bobot isi. Bahan dasar diambil dari tanah lahan kebun pertanian/kebun yang
kurang produktif di Desa Karanganyar Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan serbuk gergaji 10% tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan batu bata tanpa penambahan serbuk gergaji (0%). Demikian pula dari berat batu
bata, campuran 10% akan menghasilkan berat batu bata yang lebih ringan. Ditinjau dari keretakan,
campuran 10% tidak terjadi keretakan (0%) lebih menguntungkan dibandingkan dengan campuran
0% diperoleh keretakan sebesar 30%. Implikasi dari hasil ini adalah penambahan serbuk gergaji
10% akan menghasilkan batu bata yang lebih ringan beratnya, dan mampu meningkatkan
produktifitas karena keretakannya 0% tetapi akan memberikan kekuatan yang tidak berbeda
secara signifikan dengan tanpa campuran. Oleh karena itu serbuk gergaji sebagai limbah
penggergajian kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan batu bata
dengan prosentase penambahan 10%.
Dinding merupakan salah satu struktur penghuni dari serangan hewan buas, angin,
bangunan yang berfungsi untuk melindungi panas matahari maupun hujan. Pembuatan
Kualitas Batu Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji – Sri Handayani 1
dinding biasanya menggunakan batu bata lain yang kemudian dibakar pada suhu tinggi
merah, batako, papan, atau triplek. Dinding hingga tidak dapat hancur lagi apabila direndam
pasangan batu bata merah adalah bahan yang di dalam air (SII-0021-78).
paling banyak digunakan sebagai dinding luar Tanah liat merupakan bahan dasar
bangunan atau dinding pembatas antara dalam pembuatan batu bata merah yang
ruangan yang satu dengan lainya. Batu bata memiliki sifat plastis dan susut kering. Sifat
merah adalah batu buatan yang terbuat dari plastis pada tanah liat sangat penting untuk
tanah liat dengan atau tanpa bahan campuran, mempermudah dalam proses awal pembuatan
dikeringkan dengan dijemur beberapa hari batu bata merah. Apabila tanah liat yang dipakai
kemudian dibakar pada temperatur tinggi hingga terlalu plastis, maka akan mengakibatkan batu
mengeras dan tidak hancur bila direndam dalam bata merah yang dibentuk mempunyai sifat
air. kekuatan kering yang tinggi sehingga akan
Bahan mentah untuk membuat batu bata mempengaruhi kekuatan, penyusutan, dan
merah bisa menggunakan bahan campuran dan mempengaruhi hasil pembakaran batu bata
tanpa bahan campuran tergantung dari keadaan merah yang sudah jadi.
tanah liat yang dipakai. Bahan campuran yang Tanah liat yang dibakar akan
sering dipakai, seperti pasir yang berfungsi mengalami perubahan warna sesuai dengan
untuk mengurangi penyusutan dan zat-zat yang terkandung didalamnya. Warna
mempermudah pengeringan; abu sekam dan tanah liat bermacam-macam tergantung dari
sekam padi sebagai pembentuk pori-pori dan oxid-oxid logam yang terkandung dalam tanah
memperkuat kuat tarik/tekan bata merah. liat, seperti alumunium, besi, karbon, mangaan,
maupun kalsium. Senyawa-senyawa besi
TINJAUAN PUSTAKA menghasilkan warna krem, kuning, merah,
Batu Bata Merah hitam, dan coklat. Liconit merupakan senyawa
Batu bata merah adalah suatu unsur besi yang sangat umum menghasilkan warna
bangunan yang dipergunakan dalam krem, kuning dan coklat. Sedangkan hematit
pembuatan konstruksi bangunan dan dibuat dari akan memberikan warna merah pada tanah liat.
tanah dengan atau tanpa campuran bahan- Senyawa besi silikat memberi warna hijau,
bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak senyawa mangaan menghasilkan warna coklat,
dapat hancur lagi bila direndam dalam air (NI- dan senyawa karbon memberikan warna biru,
10, 1978). Batu bata merah merupakan bagian abu-abu, hijau, atau coklat. Perubahan warna
bangunan yang digunakan untuk membuat batu bata merah dari keadaan mentah sampai
suatu bangunan. Bahan bangunan untuk setelah dibakar biasanya sulit dipastikan.
membuat batu bata merah berasal dari tanah Berikut tabel perkiraan perubahan warna tanah
liat dengan atau tanpa campuran bahan-bahan liat mentah setelah proses pembakaran
(Hartono, 1987: 24)
antara pembeli dan penjual (pembuat). tebal 52 mm, dan batu bata merah dengan
Sedangkan ukuran batu bata merah yang panjang 230 mm; lebar 110 mm; tebal 50 mm.
standar menurut NI-10, 1978: 6 yaitu batu bata Sedangkan standar ukuran batu bata merah
merah dengan panjang 240 mm; lebar 115 mm; menurut SII-0021-78 yang terlihat pada tabel 2.
Kualitas Batu Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji – Sri Handayani 3
Tabel 2. Modul Standar Ukuran Batu Bata Merah
kering dengan bobot dalam kondisi jenuh air.
sesuai dengan SII-0021-78
Daya serap air yang tinggi akan berpengaruh
Tebal Lebar Panjang
Modul (mm) (mm) (mm) pada pemasangan batu bata dan adukan
M-5a 65 90 190
M-5b 65 140 190 karena air pada adukan akan diserap oleh batu
M-6 50 110 220
bata sehinnga pengeras adukan tidak berfungsi
Sumber: SII-0021-78
dan dapat mengakibatkan kuat adukan
Penyimpangan ukuran maksimum batu
mmenjadi lemah. Daya serap yang tinggi
bata merah yang diperbolehkan dalam SII-0021-
disebabkan oleh besarnya kadar pori pada batu
78, adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar Penyimpangan Ukuran Maksimum bata (batu bata tidak padat).
Batu Bata Merah sesuai dengan SII-0021-
78
Kuat Tekan
Penyimpangan Ukuran Maksimum (mm)
Kualitas batu bata merah dapat dibagi
atas tiga tingkatan dalam hal kuat tekan dan
penyimpangan ukuran menurut NI-10, 1978:6,
yaitu
a. Batu bata merah mutu tingkat I dengan kuat
tekan rata-rata lebih besar dari 100 kg/cm 2
dan ukurannya tidak ada yang menyimpang.
b. Batu bata merah mutu tingkat II dengan kuat
tekan rata-rata antara 100 kg/cm2 sampai 80
Kelas M-5a dan M-5b M-6
Tebal Lebar Panjang Tebal Lebar Panjang kg/cm2 dan ukurannya yang menyimpang
25 2 3 5 2 3 5
50 2 3 5 2 3 5 satu buah dari sepuluh benda percobaan.
100 2 3 4 2 3 4
150 2 2 4 2 2 4 c. Batu bata merah mutu tingkat III dengan kuat
200 2 2 4 2 2 4
250 2 2 4 2 2 4 tekan rata-rata antara 80 kg/cm2 sampai 60
Sumber: SII-0021-78
kg/cm2 dan ukurannya menyimpang dua
Penyimpangan ukuran standar batu
buah dari sepuluh benda percobaan.
bata merah terbesar yang diperbolehkan dalam
Sedangkan kuat tekan menurut Standar
NI-10-78, yaitu 3% untuk panjang maksimum;
Industri Indonesia (SII) tahun 1978 terlihat pada
lebar maksimum 4%; dan tebal maksimum 5%.
tabel 4, sebagai berikut;
Sedangkan selisih antara batu bata merah
Tabel 4. Kuat Tekan dan Koefisien Variasi Batu Bata
berukuran maksimum dengan batu bata merah Merah yang Diijinkan SII-0021-78
berukuran minimum yang diperbolehkan, yaitu Kuat tekan rata-rata Koefisien
untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, dan tebal 4 minimum dari 30 buah batu variasi yang
Kelas bata merah yang diuji dijinkan dari
mm. rata-rata kuat
Kg/cm2 N/mm2 tekan (%)
25 25 2,5 25
Daya Serap Air dan Bobot Isi 50 50 5,0 22
100 100 10,0 22
Daya serap air adalah kemampuan 150 150 15,0 15
200 200 20,0 15
bahan dalam menyerap air (daya hisap). Bobot 250 250 25,0 15
isi adalah perbandingan berat dalam keadaan
Kadar Garam lapisan tipis berwarna putih karena pengkristalan
Kualitas kadar garam yang kurang dari garam-garam yang dapat larut, tidak
50% permukaan batu bata merah tertutup oleh membahayakan dan 50% atau lebih dari
4 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 41 – 50
permukaan batu bata merah tertutup oleh METODE PENELITIAN
lapisan putih yang agak tebal karena Penelitian ini merupakan penelitian
pengkristalan garam-garam yang dapat larut, eksperimen yang akan menguji kualitas batu
tetapi dalam permukaan batu bata merah tidak bata merah dengan penambahan campuran
menjadi bubuk atau terlepas, ada kemungkinan limbah serbuk gergaji. Penelitian dilakukan di
membahayakan serta bila lebih dari 50% Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik
permukaan batu bata merah tertutup oleh Universitas Negeri Semarang. Variabel dalam
lapisan putih yang tebal karena pengkristalan penelitian ini adalah standar kualitas batu bata
garam-garam yang dapat larut dan bagian- merah yang meliputi pandangan luar (bentuk,
bagian dari permukaan batu bata merah warna), berat, ukuran, kuat tekan, kandungan
menjadi bubuk atau terlepas, hal ini kadar garam dan penyerapan air dan bobot isi.
membahayakan.
Bahan Penelitian
Serbuk Gergaji Tanah Liat, sebagai bahan dasar
Serbuk gergaji yang digunakan dalam diambil dari tanah lahan kebun/pertanian yang
penelitian ini adalah serbuk dari gergaji mesin kurang produkif di Desa Karanganyar
karena mempunyai butiran kecil sehingga Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Serbuk
mudah untuk diolah dan mudah didapat. Serbuk Gergaji, sebagai bahan campuran diperoleh dari
gergaji untuk sekarang ini belum banyak ampas pemotongan kayu dengan menggunakan
dimanfaatkan sebagai bahan bahan bangunan, gergaji mesin yang terdapat di tempat
karena dianggap sebagai limbah/sampah. Pada penggergajian kayu setempat. Air, Sekam Padi
umumnya erbuk gergaji dimanfaatkan oleh dan pasir
warga sekitar sebagai bahan bakar pengganti
kayu atau dibakar begitu saja. Peralatan Penelitian
Pemanfaatan serbuk gergaji dalam Alat-alat yang digunakan dalam
campuran proses pembuatan batu bata merah penelitian ini, antara lain : Cetakan Batu Bata
adalah sebagai bahan pengganti sekam Merah dengan ukuran 230 x 110 x 50 mm;
padi/abu sekam padi. Selain harganya yang Penggaris Siku; Mesin Uji Kuat Tekan yang
lebih ekonomis bila dibandingkan dengan digunakan untuk mengetahui kuat tekan batu
sekam padi, serbuk gergaji juga mudah didapat. bata merah dengan merk Universalo Testing
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Machine, Indotest M.L-UTM-150 DIV = 0.5 ton.
persentase campuran serbuk gergaji yang
berbeda-beda. Pembuatan Benda Uji
Tahap pembuatan adukan batu bata
merah, yaitu mencampurkan tanah liat dengan
penambahan serbuk gergaji dan air
secukupnya, hingga membentuk campuran
yang homogen dengan persentase campuran
antara serbuk gergaji dan tanah liat sebesar 0%,
10%, 20% dan 30%. Adukan dibiarkan selama 1-2 hari dan sebelum bahan penyusun batu bata
Kualitas Batu Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji – Sri Handayani 5
merah dicampur terlebih terlebih dahulu 1. Pengujian pandangan luar batu bata merah,
menentukan kebutuhan bahan dengan meliputi bentuk, warna dan berat.
perbandingan berat. 2. Pengujian Ukuran
Adukan yang telah dieram selama 1-2 3. Daya Serap Air dan Bobot Isi, untuk
hari atau lebih dicangkul, diinjak-injak sambil
menghitung daya serap dan bobot isi
digunakan persamaan sebagai berikut.
ba
diberi air sedikit demi sedikit hingga menjadi Penyerapan air = x100%
a
adonan yang siap dicetak. Letakan cetakan batu
a 3
bata merah pada lantai dasar pencetakan yang Bobot Isi Kg / dm
b
= a
permukaanya datar. Lantai dasar pencetakan 4. Pengujian Kuat Tekan
ditaburi pasir agar dalam mencetak batu bata 5. Pengujian Kadar Garam
merah yang masih basah tidak menempel pada
lantai dasar pencetakan. Masukan bahan Analisa Data
mentah tersebut kedalam cetakan batu bata Deskriptif Prosentase, digunakan untuk
merah yang telah dibasahi air, sambil ditekan- mendeskripsikan kualitas batu bata merah
tekan hingga mengisi seluruh bidang cetakan, dengan penambahan serbuk gergaji bata merah
setelah benar-benar padat cetakan boleh di Desa Karanganyar Kecamatan Adipala
dilepas atau diangkat pelan-pelan. Hasil cetakan Kabupaten Cilacap yang meliputi; pandangan
tersebut diberi tanda sesuai dengan proporsi luar, ukuran, penyerapan air dan bobot isi, kuat
campurannya. tekan, dan kadar garam.
Hasil cetakan batu bata merah yang Analisa Varians, digunakan untuk
masih mentah diangin-anginkan selama kurang menguji apakah perbedaan variasi
lebih 2 minggu agar kering. Batu bata merah pencampuran serbuk gergaji (0%, 10%, 20%,
yang telah kering disusun di tempat 30%) dapat mengakibatkan perbedaan kuat
pembakaran berupa gubuk dari bambu atau tekan.
dinamakan oleh warga setempat dengan istilah
Tobong. Susunan batu bata merah sendiri HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
merupakan sebuah tungku yang disusun Pengujian kualitas batu bata merah
berbaris-baris. Proses pembakaran batu bata menggunakan pedoman NI-10 1978. Hasil
merah menggunakan bahan bakar sekam padi. pengujian kualitas batu bata merah meliputi
pengujian pandangan luar, ukuran, daya serap
Pengujian Batu Bata Merah air dan bobot isi, kuat tekan, dan kadar garam
Pengujian dilakukan dengan batu bata merah dengan hasil penelitian
menggunakan 10 buah benda uji tiap sebagai berikut:
sampelnya, yang meliputi pengujian pandangan
luar berupa bentuk; warna; berat, dan kuat Pandangan Luar Batu Bata Merah
tekanbatu bata merah. Adapun cara pengujian Hasil pengujian pandangan luar batu
menurut NI-10:1978, sebagai berikut; bata merah dengan penambahan serbuk gergaji
6 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 41 – 50
0%, 10%, 20%, 30% meliputi pengujian bentuk, penurunan berat ini diakibatkan oleh adanya
warna dan berat yang ditunjukan pada table 5 variasi penambahan bahan campuran serbuk
dan 6 gergaji yang digunakan komposisinya berbeda-
Tabel 5. Hasil Pengujian Bentuk Batu Bata Merah
beda.
Frekuensi Bentuk Batu Bata Merah (%) Hasil tersebut menunjukan bahwa
Kode Siku &
Rata Tajam Retak Rapuh Nyaring dengan penambahan serbuk gergaji
A
menyebabkan berat batu bata merah cenderung
100 100 30 0 70
(0%)
B semakin rendah. Hal ini disebabkan karena
(10%) 100 100 0 0 100
C berat jenis serbuk gergaji lebih kecil dari pada
(20%) 100 100 0 0 100
berat jenis tanah liat. Berat maksimum batu bata
D merah dengan penambahan serbuk gergaji
100 100 0 0 100
(30%)
E
100 100 0 0 100
(40%) terjadi pada kode dengan campuran 0% atau
tanpa campuran serbuk gergaji. Dalam NI-10
Tabel 6. Hasil Pengujian Warna dan Berat Rata-rata batu bata merah yang bobot isinya kurang dari
Batu Bata Merah
1,2 kg/dm3 dikategorikan dalam batu bata
Warna Batu Bata Merah (%) Berat merah ringan. Batu bata merah ini termasuk
Kode Permukaan Potongan Rata-
Merah Tua Merah rata dalam kategori batu bata merah ringan karena
Merata (Kg)
Kecoklatan
A (0%) 70 - 70 0,9934 dari semua kode tidak ada yang melebihi dari
B (10%) 80 - 70 0,8817 1,2 kg/dm3.
C (20%) 70 - 80 0,83825
D (30%) 70 - 80 0,7573
permukaan batu bata merah dengan kode A, C Hasil pengujian ukuran rata-rata batu
dan D 70% merah tua, kode B 80% merah tua bata merah dengan penambahan serbuk gergaji
sedangkan. Warna potongan batu bata merah 0% -30%. Ukuran batu bata merah setelah
Hasil pengujian bentuk batu bata merah cetakan yang digunakan yaitu dengan panjang
dengan penambahan serbuk gergaji 0-30% 230 mm, lebar 110 mm, dan tebal 50 mm. Hal
seluruhnya memiliki bidang rata sudutnya siku ini kemungkinan dikarenakan adanya
dan tajam serta kerapuhan 0%. Sementara itu penambahan serbuk gergaji, setelah proses
pengikat yang akan mengurangi keretakan dan Berdasarkan pada tabel 7. nampak
Hasil pengujian berat rata-rata batu bata gergaji daya serap air cenderung semakin
merah diperoleh dengan cara 10 buah batu bata meningkat, sedangkan bobot isi semakin
pengujian kuat tekan rata-rata batu bata merah Tabel 9. Hasil Uji LSD
8 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 41 – 50
Pasangan Selisih rata-rata Kriteria
A-B 5,48 < 7,244 Tidak berbeda
Kualitas Batu Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji – Sri Handayani 9
A-C 7,82 > 7,244 Berbeda
A-D 15,17 > 7,244 Berbeda
B-C 2,34 < 7,244 Tidak berbeda
B-D 9,69 > 7,244 Berbeda
C-D 7,35 > 7,244 Berbeda
Hasil Pengujian Kadar Garam Batu merah dengan penambahan serbuk gergaji tidak
Bata Merah
berbahaya untuk pekerjaan konstruksi, sehingga
Pengujian kandungan kadar garam batu
layak digunakan sebagai bahan bangunan.
bata merah dilakukan dengan cara 5 buah batu
Berdasarkan hasil analisis uji kualitas
bata merah diletakan dalam bejana yang berisi
batu bata sebagaimana telah di uraiakan di atas
air, setelah seluruh permukaan batu bata
dapat disimpulkan bahwa penambahan serbuk
merahmanjadi basah kira-kira selam 2 hari,
gergaji sebagai bahan campuran batu bata
kemudian diangkat dan diletakan pada tempat
merah di Desa Karanganyar Kecamatan Adipala
yang tidak terken sinar matahari langsung. Batu
Kabupaten Cilacap memang belum memenuhi
bata merah yang telah kering, kemudian dilihat
standar kualiatas yang telah ditetapkan, dalam
permukaanya yang mengeluarkan lapisan putih
hal ini NI-10 1978. Kecuali pada pengujian
dan dinyatakan dala persen. Hasil pengujian
pandangan luar dan kadar garam sudah
kandungan kadar garam batu bata merah
memenuhi syarat.
ditunjukkan pada tabel 10.
Hasil pengujian kuat tekan cenderung
Tabel 10. Hasil Pengujian Kandungan Kadar Garam
Batu Bata Merah semakin menurun dengan adanya penambahan
Kadar Garam Tiap Benda Uji serbuik gergaji. Pada pengujian kuat tekan
Kode Kriteria
I II III IV V hanya ada dua sampel atau persantase serbuk
A < < < < < Tidak
(0%) 50% 50% 50% 50% 50% berbahaya gergaji yang memenuhi standar yaitu pada kode
B < < < < < Tidak
A (0%) dan kode B (10%), masuk dalam
(10%) 50% 50% 50% 50% 50% berbahaya
C < < < < < Tidak standar SII-0021-78 sedangkan dalam NI-10
(20%) 50% 50% 50% 50% 50% berbahaya
D < < < < < Tidak 1978 tidak masuk dalam kriteria batu bata
(30%) 50% 50% 50% 50% 50% berbahaya dan membahayakan masih dibawah 50%.
Hasil pengujian batu bata merah pada Kondisi tersebut menunjukkan bahwa batu bata
batu bata merah dengan menggunakan bahan
campuran serbuk gergaji di Desa Karanganyar
Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap
diperoleh data yang dapat memenuhi syarat
persentase kandungan garam yang larut dan
membahayakan yaitu kurang dari 50%. Tabel 10
memperlihatkan bahwa hasil pengujian
kandungan kadar garam batu bata merah
dengan penambahan serbuk gergaji memenuhi
persyaratan NI-10 maupun SII-0021-1978,
karena seluruh kode A (0%) sampai E (40%)
permukaan batu bata merah yang tertutup
lapisan putih sangat sedikit atau
persentasekandungan kadar garam yang larut
10 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 41 – 50
merah yang berkualitas. menghasilkan berat batu bata yang lebih ringan.
Efektifitas penelitian ini adalah pada Ditinjau dari keretakan, campuran 10% tidak
penambahan serbuk gergaji 10%. Hasil terjadi keretakan (0%) lebih menguntungkan
penelitian ini memberikan penjelasan bahwa dibandingkan dengan campuran 0% akan
penambahan serbuk gergaji 10% tidak menghasilkan 30% retak.
menunjukkan perbedaan kuat tekan yang Secara keseluruhan hasil penelitian ini
signifikan dengan batu bata tanpa memberikan masukan bagi warga setempat
penambahan serbuk gergaji (0%). Berat batu bahwa batu bata yang selama ini dibuat (tanpa
bata dengan campuran 10% akan campuran/0%) dapat ditambah dengan
campuiran serbuk gergaji sebesar 10% untuk
mendapatkan kualitas yang cenderung sama mempunyai nilai kuat tekan yang tidak berbeda
atau tidak berbeda signifikan tetapi akan signifikan dengan penambahan serbuk gergaji
diperoleh kualitas batu bata yang lebih ringan. 10% (25,72612 kg/cm²). Hasil pengujian
Implikasi dari hasil ini adalah penambahan pandangan luar menunjukan batu bata merah
serbuk gergaji 10% akan menghasilkan batu dengan penambahan serbuk gergaji tidak
bata yang sedikit relatif lebih ringan beratnya, mengakibatkan adanya keretakan, sehingga
dan mampu meningkatkan produktifitas karena akan diperoleh batu bata yang lebih ringan dan
keretakannya 0% tetapi akan memberikan
kekuatan yang tidak berbeda secara signifikan
dengan tanpa campuran. Disamping itu juga
mampu meningkatkan produktifitas karena
berdasarkan penelitian, batu bata tanpa
campuran serbuk gergaji mengalami retak dan
patah sekitar 30% ketika pengeringan sedang
dengan campuran serbuk gergaji tidak ada yang
retak dan patah. Dari segi struktural juga lebih
baik karena batu bata dengan penambahan
serbuk gergaji 10% memiliki berat yang lebih
ringan tapi memiliki kekuatan yang relatif sama
mengingat batu bata adalah bahan penyekat
atau non struktur, dimana yang dibutuhkan
adalah bahan yang ringan tapi kuat.
Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan dan
kesimpulan penelitian dapat diaujukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya penambahan serbuk gergaji
dalam pembuatan batu bata merah sebagai
bahan campuran menggunakan persentase
sekitar 10%.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai serbuk gergaji dari jenis kayu
tertentu sebagai bahan tambah atau
campuran dalam proses pembuatan batu
bata merah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 1989.
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A
(SK SNI S-02-1989-F). Bandung: Yayasan
Lembaga Pendidkan Masalah Bangunan.
12 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 12 – Januari 2010, hal: 41 – 50