Novel Corona Virus and Its Social & Economical Impact On Healthcare Professionals in India
Novel Corona Virus and Its Social & Economical Impact On Healthcare Professionals in India
Novel Corona Virus and Its Social & Economical Impact On Healthcare Professionals in India
ISSN: 2319-7064
ResearchGate Impact Factor (2018): 0.28 | SJIF (2019): 7.583
Abstract: Novel Corona virus ie COVID19 is major healthcare challenge which has caused devastation of the country’s social and
economic aspects. Due to ineffective medicines and non availability of vaccine with high transmission rate makes COVID 19 a lethal
enemy. With utter disregard to personal safety and security, healthcare professionals are leading from the front. These are the people
who are facing maximum brunt. They are under tremendous pressure, clinically and administratively. If we need to tackle COVID 19,
we need to support and respect our healthcare professionals.
Keywords: COVID-19, CORONA, CORONA and its effects, social impact, economic impact
2. Clinical
Clinical presentation can vary and include mostly respiratory
system however other systems like gastrointestinal,
neurological and cardiovascular symptoms may be involved
at presentation. On 12th Dec 2019, the first case of the
current pandemic was noted which was being treated in
Wuhan state of Hubei Province in China as unknown
pneumonia (possibly influenza). His lung imaging showed
bilateral pneumonia with ground glass opacities and atypical
features. COVID 19 infection can range from asymptomatic
to severe ARDS. Patients with immune compromised state
like HIV, transplant recipient, malignancy and uncontrolled
Diabetes are at increased risk of symptomatic diseases.
Volume 9 Issue 6, June 2020
www.ijsr.net
Licensed Under Creative Commons Attribution CC BY
Paper ID: SR20624102416 DOI: 10.21275/SR20624102416 1634
International Journal of Science and Research (IJSR)
ISSN: 2319-7064
ResearchGate Impact Factor (2018): 0.28 | SJIF (2019): 7.583
udes molecular methods RT-PCR (respiratory secretions) &
antibody detection methods which are less sensitive
compared to RT-PCR.
3. Impact
COVID 19 has caused major setback to the healthcare
system and subsequently exposed the epidemic
preparedness. Today there is no vaccine or effective
treatment to prevent or treat COVID 19 infection. Newer
molecules are being tested in-vitro however due to different
strains their effectivity in-vivo is poor. Initially antivirals
were tried including interferons & nucleotide analogues.
Few case reports from South Korea showed use of
Lopinavir/Ritonavir, pegylated interferons and Ribavarin
during human MERS-CoV outbreak. MIRACLE trial was
held in 2016-2017 to assess the efficacy. Newer antiviral
Remdesvir was firstly used in USA and seemed successful
in few cases. Hydroxychloroquine (HCQs) an antimalarial
with immunomodulatory properties have been used during
initial cases of COVID 19. The exact mechanism of action
is unknown. Azithromycin, a macrolide is an antibiotic
which binds to 50S ribosomal subunit hampers RNA-
dependent protein synthesis in microorganism. Its efficacy
and mechanism of action in COVID 19 is unknown
however it is being used in management of atypical
pneumonias caused by CoV. Both the drugs cause ECG
abnormality (QTc prolongation) and can precipitate
underlying cardiac illness. There are few cases which have
improved with convalescent plasma therapy. However
mainstay remains supportive care and intensive care
support in critical cases.
Judul : Novel Corona Virus and its Social & Economical Impact on Healthcare Professionals
in India
Jurnal : The Jurnal Of international Sience and Research
Volume & Halaman : Vol 9 Issue 6, Juni
Tahun : 2020
Link : https://www.ijsr.net/get_abstract.php?paper_id=SR20624102416
Reviewer : Luhur Budiman (192312748)
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak social dan ekonomi pada tenaga
kesehatan di India yang disebabkan oleh pandemic Covid-19.
Subjek Penelitian
Data dikumpulkan dari 324 profesional perawatan kesehatan termasuk dokter residen,
praktisi swasta, dokter AYUSH, staf keperawatan & staf pendukung termasuk petugas
keamanan di berbagai rumah sakit pemerintah dan swasta di India.
Assemen Data
Menggunakan data kuesioner, Mereka ditanyai tentang profesi mereka, manajemen aktif
kasus COVID, jam kerja, stres kerja, dukungan administrasi, dukungan keluarga, dan
dukungan sosial dari orang-orang yang mereka tinggali. Mitos dan rumor yang beredar di
masyarakat tentang infeksi COVID 19 juga ditanyakan.
Metode Penelitian
Menggunakan metode cross sectional
Langkah Penelitian
Studi dilakukan pada bulan Mei-Juni 2020. Dari 324 peserta, 122 adalah dokter residen, 24
adalah dokter swasta, 68 adalah dokter AYUSH di berbagai tingkat pusat, 96 adalah staf
perawat dan 14 staf pendukung
Hasil Penelitian
Pandemi COVID19 telah muncul sebagai masalah kesehatan utama bagi pemerintah yang
menyebabkan resesi ekonomi dan kekacauan administrasi. Sistem layanan kesehatan
menghadapi banyak tantangan termasuk kurangnya dukungan logistik yang memadai,
kurangnya tenaga kerja yang memadai dan penyebaran infeksi yang berkelanjutan.
Profesional kesehatan adalah populasi yang paling rentan yang memimpin dari depan
menghadapi ancaman ini. Ini sangat mempengaruhi aspek fisik, mental dan sosial masyarakat
dan pandemi yang sedang berlangsung semakin menambah tekanan. Pemerintah harus
mendukung dan memotivasi profesional kesehatan untuk memerangi pandemi ini bersama-
sama.
Kekuatan Penelitian
Kekuatan penelitian ini adalah alat yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner,
ini mudah digunakan oleh subjek penelitian.
Kelemahan Penelitian
Kelemahan pada penelitian ini adalah tingkat responnya masih rendah
Kesimpulan
kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan tentang
bagaimana kondisi sosial ekonomi di India dan juga bias menjadi referensi tambahan dalam
penulisan penelitian selanjutnya.
Penyebaran virus korona atau sering disebut COVID-19 secara global semakin mengkhawatirkan.
Ketika pemerintah Tiongkok sedang gencar berjibaku menangani penyebaran COVID-19 di
negaranya di awal tahun 2020, pemerintah di beberapa negara tampaknya justru kurang sigap dalam
mengantisipasi penyebaran virus ini di negaranya masing-masing, termasuk Indonesia. Kurang
sigapnya, dan ada kesan kurang terbukanya, pemerintah dalam menyampaikan informasi terkait
penanganan COVID-19 di Indonesia, membuat beberapa memberikan beberapa catatan, baik dari luar
negeri, seperti World Health Organization (WHO)1, maupun dalam negeri, khususnya yang berasal dari
lembaga penelitian dan kalangan akademis.
Pertanyaan yang timbul kemudian adalah mengapa pemerintah Indonesia terkesan kurang transparan
dalam hal penanganan penyebaran COVID-19? Gejolak ekonomi global yang belum juga mereda dan
berdampak sangat signifikan terhadap ekonomi Indonesia tampaknya menjadi salah satu alasan
mengapa pemerintah terkesan tidak transparan dalam penyampaian informasi terkait COVID-19.
Kasus pertama COVID-19 yang dikonfirmasi oleh pemerintah Indonesia baru diumumkan per tanggal
2 Maret 2020, yaitu berjumlah dua orang. Kurang lebih tiga minggu setelahnya, per tanggal 20 Maret
2020, jumlah pasien positif COVID-19 melonjak signifikan menjadi 369 orang. Kondisi ini
memprihatinkan dan berdampak luas, mulai dari sosial hingga ekonomi. Dampak ekonomi yang
diakibatkan oleh peningkatan penyebaran COVID-19 bisa dirasakan, mulai dari fenomena panic buying,
terjun bebasnya indeks harga saham, terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
Serikat (USD), lesunya kegiatan industri pengolahan (manufaktur), dan pada akhirnya berimbas pada
perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Tulisan ini memberikan gambaran dampak ekonomi yang kemungkinan akan terjadi akibat penyebaran
COVID-19 di Indonesia. Secara lebih spesifik, tulisan ini akan memproyeksi kinerja Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia, khususnya pertumbuhan ekonomi, dengan tiga skenario yang berbeda. Selain
itu, proyeksi kinerja perdagangan Indonesia juga akan ditampilkan dengan mengadopsi simulasi dari
McKibbin dan Fernando (2020)2 dengan menggunakan model keseimbangan umum Global Trade
Analysis Project (GTAP).
Dampak COVID-19 terhadap Ekonomi Indonesia Secara Umum
Penyebaran COVID-19 yang sudah dapat dikendalikan di beberapa negara, termasuk Tiongkok,
berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Di saat kurva mulai melandai yang menunjukkan
perlambatan pertumbuhan pasien COVID-19, kondisi di Indonesia memperlihatkan terjadinya
peningkatan pertumbuhan pasien COVID-19 yang cukup signifikan. Dari segi tingkat kematian, data
yang tersedia per 20 Maret 2020 menunjukkan persentase yang cukup tinggi jika dihitung dari rasio
jumlah pasien COVID-19 yang meninggal (32 orang) terhadap jumlah kasus positif COVID-19 (369
orang) di Indonesia, yaitu sebesar 8,67 persen. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan
rasio jumlah pasien COVID-19 yang meninggal (10.031 orang) terhadap jumlah kasus positif COVID-
19 (244.525 orang) di dunia, yaitu sebesar 4,10 persen.
Apakah pandemi COVID-19 ini dapat mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, bergantung pada tersedianya tiga informasi awal, yaitu seberapa masif
penyebarannya, berapa banyak orang terinfeksi dan tingkat kematiannya, dan berapa lama penyebaran
virus ini berlangsung (durasi).
Setelah mengetahui informasi terkait tiga hal di atas, kasus penyebaran COVID-19 ini selanjutnya
dapat dilihat dari dua sudut pandang ekonomi yang berbeda, yaitu permintaan dan penawaran. Dari
sisi permintaan, kondisi pandemi COVID-19 jelas akan mengurangi sektor konsumsi, kegiatan
perjalanan dan transportasi, serta peningkatan biaya transportasi dan perdagangan. Sedangkan dari sisi
penawaran, kemungkinan besar yang terjadi adalah terkontraksinya produktivitas pekerja/buruh,
penurunan investasi dan kegiatan pendanaan, serta terganggunya rantai pasokan global (global value
chain).
1 “Perkiraan Virus Corona Menjadi Pandemi Kian Nyata, WHO Beri Peringatan ini,” Warta Ekonomi, 25 Februari 2020
2 Warwick McKibbin & Roshen Fernando, “The Economic Impact of COVID-19,” in Economics in the Time of COVID-19, eds.
Richard Baldwin and Beatrice Weder di Mauro (London: CEPR Press, 2020), 45 – 51.
Dari sisi konsumsi, pola konsumsi masyarakat akibat penyebaran COVID-19 secara otomatis akan
berubah. Masyarakat akan cenderung untuk tidak melakukan kegiatan perjalanan atau pariwisata dan
lebih cenderung meningkatkan konsumsi pada barang-barang kebutuhan pokok yang dianggap
penting sebagai antisipasi terjadinya pembatasan pergerakan manusia. Secara keseluruhan, tingkat
konsumsi akan cenderung turun karena harga yang terdistorsi akibat mahalnya biaya transportasi dan
logistik barang.
Sementara itu, dari sisi produksi, beberapa sektor utama di Indonesia juga akan terdampak akibat
penyebaran COVID-19, khususnya industri pengolahan (manufaktur). Kontribusi sektor ini cukup
signifikan terhadap ekonomi Indonesia (19-20 persen) dan produk yang berasal dari industri
pengolahan juga menyumbang secara signifikan terhadap total ekspor Indonesia, yaitu di atas 70
persen. Kinerja industri manufaktur di Indonesia kemungkinan akan melambat seiring dengan
meningkatnya kasus COVID-19 ini.
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa mayoritas industri manufaktur di Indonesia masih
bergantung pada impor, yang salah satunya berasal dari Tiongkok. Kegiatan produksi di Tiongkok pun
terganggu akibat kasus virus ini. Perlu diketahui bahwa struktur impor Indonesia memang didominasi
bahan baku/penolong yang angkanya mencapai di atas 70 persen. Buah simalakama antara struktur
ekspor dan impor inilah yang kemungkinan besar akan berdampak besar pada kinerja industri
manufaktur di Indonesia.
Secara umum, dampak COVID-19 memang cukup signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Seperti
yang telah dijelaskan di atas, perlambatan kinerja industri manufaktur yang diiringi oleh masih
melambatnya ekonomi secara global yang berimbas pada penurunan permintaan, secara otomatis akan
menurunkan kinerja ekspor Indonesia. Tiongkok untuk beberapa kuartal ke depan tampaknya akan
mengalami kontraksi ekonomi di mana kegiatan produksi dan produktivitasnya kemungkinan
menurun hingga 20-25 persen. Sehingga ekonomi Tiongkok kemungkinan hanya tumbuh di kisaran 5
persen.
Kondisi ini akan berdampak besar pada kinerja perdagangan Indonesia di tahun ini (lihat Tabel 1).
Rantai pasokan dunia akan terganggu akibat terdistorsinya ekonomi Tiongkok akibat COVID-19.
Indonesia perlu mencari sumber bahan baku atau barang modal dari negara lain, meskipun tidak
mudah dan harganya lebih mahal. Perlambatan ekonomi Tiongkok juga perlu dijadikan momentum
bagi Indonesia untuk mengoptimalkan potensi di dalam negeri dan diharapkan dapat menjadi pusat
produksi alternatif yang dapat berkontribusi terhadap rantai pasokan global.
Tabel 1. Persentase Impor Indonesia dari Tiongkok (%) 2018
Jenis Barang/Produk Persentase (%)
Barang Modal 39,33
Barang Setengah Jadi 23,14
Bagian dan Komponen Mesin 36,27
Bagian dan Komponen Peralatan Kantor dan Perangkat 29,05
Komunikasi
Bagian dan Komponen Peralatan/Perangkat Listrik 42,34
Bagian dan Komponen Kendaraan Bermotor 17,48
Reformasi struktural tidak berjalan Reformasi struktural berjalan Reformasi struktural berjalan
(daya saing dan produktivitas, kurang optimal (daya saing dan optimal (daya saing dan
industrialisasi, ekonomi digital, produktivitas, industrialisasi, produktivitas, industrialisasi,
akses pembiayaan) ekonomi digital, akses pembiayaan) ekonomi digital, akses pembiayaan)
Reformasi birokrasi tidak berjalan Reformasi birokrasi berjalan kurang Reformasi birokrasi berjalan
D (kasus suap, korupsi, inefisiensi optimal (kasus suap, korupsi, optimal (kasus suap, korupsi,
O birokrasi, sinergi dan koordinasi inefisiensi birokrasi, sinergi dan inefisiensi birokrasi, sinergi dan
M lemah) koordinasi lemah) koordinasi lemah)
E Kinerja buruk kebijakan fiskal Kinerja kurang optimal kebijakan Kinerja optimal kebijakan fiskal
S (budget deficit, tax rasio to GDP) dan fiskal (budget deficit, tax rasio to GDP) (budget deficit, tax rasio to GDP) dan
T moneter (inflasi, nilai tukar, suku dan moneter (inflasi, nilai tukar, moneter (inflasi, nilai tukar, suku
I bunga) suku bunga) bunga)
K Turunnya pertumbuhan konsumsi Stagnasi pertumbuhan konsumsi Meningkatnya pertumbuhan
rumah tangga, iklim investasi rumah tangga, iklim investasi konsumsi rumah tangga, iklim
buruk, kontraksi industri buruk, kontraksi industri investasi buruk, kontraksi industri
manufaktur manufaktur manufaktur
Penanganan COVID-19 buruk dan Penanganan COVID-19 kurang Penanganan COVID-19 baik dan
kurangnya transparansi baik dan kurang transparan transparan
Latar Belakang :
Gejolak ekonomi global yang belum juga mereda dan berdampak sangat signifikan terhadap
ekonomi Indonesia tampaknya menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah terkesan tidak
transparan dalam penyampaian informasi terkait COVID-19. Kasus pertama COVID-19 yang
dikonfirmasi oleh pemerintah Indonesia baru diumumkan per tanggal 2 Maret 2020, yaitu
berjumlah dua orang. Kurang lebih tiga minggu setelahnya, per tanggal 20 Maret 2020, jumlah
pasien positif COVID-19 melonjak signifikan menjadi 369 orang. Kondisi ini memprihatinkan
dan berdampak luas, mulai dari sosial hingga ekonomi. Dampak ekonomi yang diakibatkan oleh
peningkatan penyebaran COVID-19 bisa dirasakan, mulai dari fenomena panic buying, terjun
bebasnya indeks harga saham, terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
Serikat (USD), lesunya kegiatan industri pengolahan (manufaktur), dan pada akhirnya berimbas
pada perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Tujuan:
Penelitian ini Secara lebih spesifik, tulisan ini akan memproyeksi kinerja Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia, khususnya pertumbuhan ekonomi.
Sampel:
Seluruh Negara terdampak Covid-19.
Metode:
Penelitian kuantitatif cross-sectional, dan model keseimbangan umum Global Trade Analysis
Project (GTAP).
Hasil:
COVID-19 berdampak negatif terhadap kinerja ekonomi Indonesia, khususnya terkait dengan
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan.
Ketidakpastian ekonomi global masih berlangsung hingga saat ini dan di tengah pesimisme
tersebut, COVID-19 tampaknya menambah tekanan pada kondisi ekonomi dunia yang mengarah
pada keadaan resesi. Oleh karena itu, perlambatan ekonomi membawa dampak pada kinerja
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020, kemungkinan besar hanya akan tumbuh di
kisaran 0-4,99 persen dengan menggunakan tiga skenario yang berbeda (lihat Gambar 1).
Di sisi perdagangan, dengan menggunakan simulasi/model yang dikembangkan oleh McKibbin
dan Fernando (2020), pertumbuhan ekspor Indonesia tahun ini diperkirakan akan berada pada
kisaran -3 hingga -14 persen, sedangkan impor diperkirakan akan tumbuh sebesar 1 hingga 6
persen. Khusus untuk ekspor, penurunan terbesar kemungkinan akan terjadi pada produk-produk
yang berasal dari industri manufaktur, termasuk tekstil dan produk tekstil (garmen).
Ragkuman :
Kurang sigapnya, dan ada kesan kurang terbukanya, pemerintah dalam menyampaikan
informasi terkait penanganan COVID-19 di Indonesia, membuat beberapa memberikan beberapa
catatan, baik dari luar negeri, seperti World Health Organization (WHO), maupun dalam negeri,
khususnya yang berasal dari lembaga penelitian dan kalangan akademis.
Kasus pertama COVID-19 yang dikonfirmasi oleh pemerintah Indonesia baru
diumumkan per tanggal 2 Maret 2020, yaitu berjumlah dua orang. Kurang lebih tiga minggu
setelahnya, per tanggal 20 Maret 2020, jumlah pasien positif COVID-19 melonjak signifikan
menjadi 369 orang. Kondisi ini memprihatinkan dan berdampak luas, mulai dari sosial hingga
ekonomi. Dampak ekonomi yang diakibatkan oleh peningkatan penyebaran COVID-19 bisa
dirasakan, mulai dari fenomena panic buying, terjun bebasnya indeks harga saham,
terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD), lesunya kegiatan
industri pengolahan (manufaktur), dan pada akhirnya berimbas pada perlambatan pertumbuhan
ekonomi.
Secara lebih spesifik, tulisan ini akan memproyeksi kinerja Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia, khususnya pertumbuhan ekonomi, dengan tiga skenario yang berbeda. Selain itu,
proyeksi kinerja perdagangan Indonesia juga akan ditampilkan dengan mengadopsi simulasi dari
McKibbin dan Fernando (2020)2 dengan menggunakan model keseimbangan umum Global
Trade Analysis Project (GTAP).
Penyebaran COVID-19 yang sudah dapat dikendalikan di beberapa negara, termasuk
Tiongkok, berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Di saat kurva mulai melandai yang
menunjukkan perlambatan pertumbuhan pasien COVID-19, kondisi di Indonesia
memperlihatkan terjadinya peningkatan pertumbuhan pasien COVID-19 yang cukup signifikan.
Dari segi tingkat kematian, data yang tersedia per 20 Maret 2020 menunjukkan persentase yang
cukup tinggi jika dihitung dari rasio jumlah pasien COVID-19 yang meninggal (32 orang)
terhadap jumlah kasus positif COVID-19 (369 orang) di Indonesia, yaitu sebesar 8,67 persen.
Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan rasio jumlah pasien COVID-19 yang
meninggal (10.031 orang) terhadap jumlah kasus positif COVID- 19 (244.525 orang) di dunia,
yaitu sebesar 4,10 persen.
Turunnya kinerja ekonomi Indonesia serta perekonomian secara global, tentu akan
mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia. Dengan menggunakan model keseimbangan
umum Global Trade Analysis Project (GTAP), kami mencoba melihat bagaimana pengaruh
penurunan pertumbuhan ekonomi terhadap perdagangan Indonesia serta sektor produksi. Shock
untuk pertumbuhan ekonomi diambil dari proyeksi yang telah dilakukan oleh beberapa ahli
lainnya, terutama dari McKibbin dan Fernando (2020) dari Australian National University
(ANU) yang memberikan secara detail simulasi dan berbagai skenario dari wabah pandemi
COVID-19. McKibbin dan Fernando (2020) membuat tujuh skenario pandemi COVID-19 yang
mungkin terjadi. Empat skenario menjabarkan epidemi yang lebih banyak terjadi di Tiongkok,
sementara negara-negara lain menghadapi risiko dari epidemi dan shock ekonomi. Tiga skenario
lainnya mendeskripsikan serangan virus sudah menjadi pandemi global yang mempengaruhi
seluruh perekonomian. Masing- masing skenario didasarkan atas attack rate yang berkisar antara
10 – 30 persen dan fatality rate (tingkat kematian) berkisar 2 – 3 persen. COVID-19 berdampak
negatif terhadap kinerja ekonomi Indonesia, khususnya terkait dengan pertumbuhan ekonomi
dan perdagangan.
Ketidakpastian ekonomi global masih berlangsung hingga saat ini dan di tengah
pesimisme tersebut, COVID-19 tampaknya menambah tekanan pada kondisi ekonomi dunia
yang mengarah pada keadaan resesi. Oleh karena itu, perlambatan ekonomi membawa dampak
pada kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020