262 Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua Dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Agresif Remaja
262 Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua Dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Agresif Remaja
262 Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua Dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Agresif Remaja
Nazhifah
Program Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
Email: nazifahh@gmail.com
Abstract
Verbal abuse communication is a phenomenon that occurs in society, provides tremendous
impact in the long-term behavior of children. With the lack of attention and communication between
children and parents, it could also contribute to the change of children’s behavior; the children-parents
disharmony will greatly influence the development of children both physically and psychologically.
This study aims to observe the influence of verbal abuse communication of parents, communication
quality and conformity of same-age friends in affecting aggressive behavior. This study uses social
learning theory and is supported by several supporting theories in order to assist in clarifying the
relation between variables; parental rejection theory, and social comparison theory. Method of
the study is quantitative. Data collection technique employed is questionnaire with 99 teenagers
at Simpang Tiga Pekanbaru as sample through random sampling technique. The results showed
that an influence of the verbal abuse communication of parents toward the aggressive behavior of
0,575;communication quality of parents toward the aggressive behavior of 0,522; in the conformity of
same-age friends toward the aggressive behavior of 0.677 in the strong category. The total influence
of verbal abuse communication of parents, communication quality of parents and conformity of same-
age friends toward the aggressive behavior is 0.478 in the moderate category. Thus, the four variables
of the study provide positive effect in influencing aggressive behavior.
Abstrak
Verbal abuse merupakan perilaku negatif yang tanpa disadari memberikan dampak yang luar
biasa pada perilaku anak dalam jangka panjang. Kurangnya perhatian dan komunikasi antara anak dan
orang tua dapat memberikan perubahan pada perilaku anak, ketidakharmonisan diantara keduanya
banyak mempengaruhi perkembangan anak baik fisik maupun psikis. Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh komunikasi verbal abuse, kualitas komunikasi orang tua dan konfomritas
teman sebaya dalam mempengaruhi perilaku agresif. Penelitian ini menggunakan teori social learning
theory dan didukung dengan beberapa teori pendukung untuk memperjelas hubungan antar variabel,
diantaranya teori parental rejection, dan teori social comparison. Metode yang digunakan adalah
kuantitatif. Teknik pengumpulan data:kuesioner, sampel sebanyak 99 responden remaja di Kelurahan
Simpang Tiga Pekanbaru, dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh
komunikasi verbal abuse orang tua terhadap perilaku agresif sebesar 0,575; kualitas komunikasi orang
tua terhadap perilaku agresif sebesar 0,522 dan pengaruh konformitas teman sebaya terhadap perilaku
agresif sebesar 0,677. Total pengaruh komunikasi verbal abuse orang tua, kualitas komunikasi orang
Nazhifah, Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Agresif Remaja 263
tua dan konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresif sebesar 0,478. Keempat variabel dalam
penelitian ini memberikan pengaruh positif dalam mempengaruhi perilaku agresif.
seorang remaja memiliki kecenderungan yang beberapa orang tua (24 Desember 2016) bahwa
kuat untuk berperilaku sama dengan kelompok orang tua menganggap hal biasa memarahi
(Zebua & Nurdjayanti, 2001). anak-anaknya yang terkadang agak sedikit kasar
Remaja sering menghabiskan banyak dengan maksud agar anak dapat di atur, nurut
waktu untuk berkumpul dan saling berkomunikasi dan patuh.
dan berinteraksi dengan kelompok atau Daerah kawasan Kelurahan Simpang
teman sebaya. Hal ini dapat terlihat pada Tiga, berdasarkan observasi awal banyak remaja
penelitian Csikzentmihalyi & Larson (1984) yang suka berkumpul di warung-warung,
dalam Colins (1995) yang menyatakan dalam simpang-simpang jalan, dan di pos-pos ronda,
hasil penelitiannya bahwa, rata-rata remaja disana mereka sering main domino, merokok
menghabiskan waktu sekitar 24 jam dalam dan bercanda tawa serta saling berkomunikasi
seminggu bersama dengan teman sebaya dengan kata-kata yang kurang enak di dengar
mereka diluar sekolah. Sedangkan Chiazza, T atau kurang sopan. Perilaku tersebut pernah
(2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa sampai mengganggu ketentraman masyarakat
48,6% menghabiskan 10 jam atau lebih setiap yang sedang istirahat malam.
minggunya tanpa pengawasan orang dewasa, Menurut Polresta Pekanbaru, daerah
21,9% 7- 9 jam, 20% 4 - 6 jam, 1- 3 jam 7,6% kecamatan Bukit Raya merupakan salah satu
dan selebihnya tidak pasti. daerah yang rawan terjadi gangguan keamanan
Perilaku agresif atau perilaku kekerasan dan ketertiban masyarakat yang dilakukan
yang muncul pada remaja dapat berupa fisik oleh remaja, diantaranya terdapat 243 kasus
dan verbal. Perilaku agresif berupa verbal yang tersebar terutama di Kelurahan Simpang
seperti kata-kata mengejek, mengumpat dan Tiga (Hadi, 2015). Dibarengi dengan tingkat
berkata kotor serta dapat pula perilaku agresif partisipasi sekolah remaja yang menurun pada
berupa fisik seperti menggigit, mencubit, dan usia 7-12 tahun. Tahun 2015-2016 sebanyak
menendang (Buss dan Perry, 1992). 99,51 menjadi 98,34 (BPS Kota Pekanbaru,
Berdasarkan data yang dimiliki oleh 2016). Populasi remaja di Kecamatan Bukit
Badan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Raya memiliki jumlah ke-3 terbanyak di Kota
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Riau, Pekanbaru dengan 106.616 remaja dan khususnya
telah menangani 646 kasus pengaduan kekerasan untuk di Kelurahan Simpang Tiga, memiliki
perempuan dan anak dalam kurun waktu lima jumlah remaja terbanyak dengan 14.576 remaja
tahun terakhir. Pada tahun 2014 jumlah kasus (BPS Kota Pekanbaru, 2016).
kekerasan terhadap anak sekitar 20-25 kasus, Pada tahun 2014-2015 di Kota Pekanbaru
lalu di tahun 2015 meningkat menjadi 40 kasus, juga terdapat kasus kekerasan yang dilakukan
dan 2016 naik menjadi 53 kasus terhadap anak, remaja yang bergabung dalam satu kelompok
baik itu kasus penganiayaan, kekerasan fisik dan geng motor. Tahun 2014 tercatat sebanyak
mental. Dari 12 kabupaten/kota, kota Pekanbaru 30 kasus pidana yang dilakukan geng motor;
merupakan daerah terbanyak kejadian kasus Januari-Mei tahun 2015 tercatat 10 kasus.
kekerasan terhadap anak mencapai 431 kasus Tindakan kriminal yang mereka lakukan antara
dalam tiga tahun terakhir (Arni, 2015). lain pencurian dengan kekerasan, pengrusakan,
Penelitian ini mengambil area di Kelurahan penganiayaan,hingga pemerkosaan. Kasat
Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Reskrim Polresta Pekanbaru mengatakan
Pekanbaru, karena berdasarkan pengamatan banyak remaja siswa pelajar tingkat SMP
diawal menunjukkan bahwa 5 dari 6 anak sekitar dan SMA menjadi anggota geng motor yang
70% di daerah ini pernah mendapatkan kata-kata sudah didoktrin untuk melakukan tindak
kasar maupun kalimat yang bersifat mengancam kriminal seperti penjambretan, penodongan,
dari orang tua. Berdasarkan hasil wawancara dari pencurian,penganiayaan berat, perusakan dan
Nazhifah, Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Agresif Remaja 265
anak tidak mampu tumbuh sebagai pribadi abuse. Perilaku ini dapat terlihat dengan sering
yang penuh percaya diri; (2) Konsep diri yang bolos, mencuri, bohong, bergaul dengan orang
rendah, dimana anak yang sering mendapatkan jahat, kejam pada binatang, dan prestasi sekolah
perlakuan salah akan berpengaruh terhadap yang buruk.
konsep dirinya, anak akan merasa dirinya Akibat lain dalam jangka panjang yaitu
jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, anak yang mendapatkan kekerasan verbal akan
dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi melakukan hal yang sama dikelak kemudian
aktifitas,anak biasanya menjadi kurang percaya hari terhadap anak-anaknya saat mereka
diri, atau sebaliknya menjadi pemberontak. (3) menjadi orang tua. Karena esensinya anak-
Agresif, komunikasi yang negatif mempengaruhi anak merupakan peniru ulung. Maka rantai
perkembangan otak anak, karena anak yang kekerasan itu akan terus berlanjut, dan kekerasan
selalu dalam keadaan terancam sulit bisa berpikir ini menjadi sebuah budaya dalam masyarakat
panjang, tidak bisa memecahkan masalah yang (Needlman, 1998).
dihadapinya, hal ini berkaitan dengan bagian Menurut Soetjiningsih terdapat beberapa
otak yang bernama korteks, pusat logika, faktor yang mempengaruhi orang tua melakukan
sehingga hanya bisa dijalankan kalau emosi anak verbal abuse (Huraerah,2012), antara lain:
dalam keadaan tenang. Bila anak tertekan karena a) Faktor pengetahuan orang tua :
terus menerus terperangkap dalam situasi yang Orang tua tidak mengetahui atau mengenal
kacau, penganiayaan, dan pengabaian, maka sedikit informasi mengenai kebutuhan
input hanya sampai ke batang otak, sehingga perkembangan anak, misalnya usia anak belum
sikap yang timbul hanya berdasarkan insting memungkinkan untuk melakukan sesuatu
tanpa dipertimbangkan lebih dulu. Akibatnya tetapi karena sempitnya pengetahuan orang tua
anak berperilaku agresif; (4) Gangguan emosi, si anak dipaksa melakukan dan ketika memang
pada anak yang sering mendapatkan perlakuan belum mampu orang tua menjadi marah.
yang salah dari orang tua akan berakibat Orang tua yang mempunyai harapan-harapan
gangguan emosi pada perkembangan konsep yang tidak realistik terhadap perilaku anak
diri yang positif, dalam mengatasi sifat agresif, berperan memperbesar tindakan kekerasan
perkembangan hubungan sosial dengan orang pada anak. Serta kurangnya pengetahuan orang
lain, termasuk kemampuan untuk orang percaya tua tentang pendidikan anak dan minimnya
diri. Selain itu juga terjadi pseudomaturitas pengetahuan agama orang tua melatarbelakangi
emosi. Beberapa anak menjadi lebih agresif kekerasan pada anak karena orang tua kurang
atau bermusuhan dengan orang dewasa, sedang berpendidikan.
yang lainnya menjadi menarik diri/ menjauhi b) Faktor Pengalaman : Orang tua yang
pergaulan. Anak menjadi hiperaktif, perilaku waktu kecilnya mendapat perlakuan salah
aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit merupakan situasi pencetus terjadinya
tidur, dan tempertantrum; (5) Hubungan sosial, kekerasan pada anak. Semua tindakan kepada
pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul anak-anak akan direkam dalam bawah sadar
dengan teman sebayanya atau dengan orang- mereka dan akan dibawa sampai kepada masa
orang dewasa dan mempunyai teman sedikit, dewasa, dan terus sepanjang hidupnya. Anak
dan suka menganggu orang dewasa, misalnya yang mendapat perlakuan kejam dari orang
dengan melempari batu, atau perbuatan- tuanya akan menjadi sangat agresif dan setelah
perbuatan kriminal lainnnya; (6) Kepribadian menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada
sociopath atau antisocial personality disorder, anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan
dimana penyebab utama dari kepribadian ini anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya
adalah emotional child abuse yang dalam bentuk akan menjadi orang dewasa yang menjadi
umumnya sering disebut juga dengan verbal agresif. Gangguan mental (mental disorder)
Nazhifah, Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Agresif Remaja 267
disertai dengan komunikasi yang efektif yakni agar sesuai dengan norma sosial kelompok.
apabila terjadi perubahan sikap, pendapat dan Konformitas adalah penyesuaian perilaku
tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan individu untuk menganut pada acuan norma
oleh komunikan. Sehingga keluarga yang kelompok, menerima ide atau aturan-aturan
memiliki komunikasi yang efektif diantara yang menunjukkan bagaimana individu tersebut
anggota keluarga diharapkan dapat memberikan berperilaku. Konformitas bergantung pada adanya
kontribusi yang baik bagi perkembangan anak, orang yang selalu memperingatkan timbulnya
baik dalam mengemukakan pendapat maupun keyakinan dan kebiasaan yang bertentangan di
penolakan terhadap orang lain secara baik dan antara orang-orang disekitar. Santrock (2007)
benar. menambahkan bahwa konformitas terjadi saat
Komunikasi yang efektif dalam keluarga individu mengadopsi sikap dan tingkah laku
dapat terjalin antara orang tua dan anak sehingga orang lain karena merasa adanya desakan,ini
memberikan dampak positif bagi hubungan cenderung sangat kuat selama masa remaja.
antara orang tua dan anak; karena adanya Sebab-akibat perilaku konformitas adalah
keterbukaan dan saling menghargai antara campuran dari unsur-unsur yang berbeda yakni
satu dengan yang lain. Apabila komunikasi rasa ingin tahu dan lingkungan masyarakat di
yang efektif sudah terbentuk dalam keluarga mana mereka tinggal, antara lain unsur-unsur ini
maka semua yang dirasakan atau yang ingin mempengaruhi bagaimana remaja akan bereaksi
disampaikan oleh anak akan tersalurkan. Pada dalam situasi sosial (McElhaney et al., 2008).
akhirnya dengan terciptanya komunikasi yang Konformitas muncul ketika individu
efektif dalam keluarga kecenderungan perilaku meniru sikap atau tingkah laku orang lain
negatif akan cenderung dapat dicegah. dikarenakan tekanan dan kondisi lingkungan
Untuk dapat melihat kualitas komunikasi (Santrock, 2003). Sarwono (2002) menjabarkan
tentunya disertai dengan komunikasi konformitas sebagai bentuk perilaku yang sama
antarpribadi yang efektif antara orang tua dan dengan orang lain yang didorong oleh keinginan
anak. Keakraban yang timbul antara orang tua sendiri. Menurut Wall, dkk. (dalam Santrock,
dan anak dilihat pada ciri-ciri komunikasi yang 2002) menyatakan bahwa konformitas teman
efektif, yang dikemukakan oleh (Wiryanto, sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif
2004), terdapat 4 indikator, yaitu : (1) ataupun negatif. Aspek-Aspek Konformitas
Keterbukaan, adanya kemauan untuk membuka Teman Sebaya, Sears, dkk (2005) menjelaskan
diri pada hal-hal tertentu, agar anak mampu bahwa aspek-aspek yang menjadi indikator
mengetahui pendapat, gagasan atau pikiran dalam konformitas pada teman sebaya terdiri
kita sehingga komunikasi mudah dilakukan, dari perilaku, penampilan, dan pandangan. Aspek
(2) Sikap positif (Positiviness), Kecenderungan tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai
seseorang untuk memberikan suatu penilaian berikut: (a) Kekompakan, Kekuatan yang dimiliki
yang positif kepada orang lain, (3) Empaty, kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik
keadaan yang membuat diri seseorang dapat dan ingin tetap menjadi anggota kelompok.
merasakan hal yang dirasakan oleh orang lain, Eratnya hubungan remaja dengan kelompok
(4) Sikap mendukung (Supportiveness), adanya acuan disebabkan perasaan suka antara anggota
sikap saling mendukung antara orang tua dan kelompok serta harapan memperoleh manfaat
anak dalam tujuan agar pesan keduanya dapat dari keanggotaannya, (b) Kesepakatan, Pendapat
tersampaikan dengan baik. kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki
Baron dan Byrne (2005) mengatakan tekanan kuat sehingga remaja harus loyal dan
bahwa konformitas teman sebaya adalah menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat
suatu jenis pengaruh sosial dimana individu kelompok, (c) Ketaatan, Tekanan atau tuntutan
mengubah sikap dan tingkah laku individu kelompok acuan pada remaja membuatnya rela
Nazhifah, Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Agresif Remaja 269
melakukan tindakan walaupun remaja tidak marah, kesal, sebal, dan bagaimana mengontrol
menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka hal tersebut, (d) Hostility, yaitu tergolong
konformitasnya akan tinggi juga. kedalam agresi covert (tidak kelihatan). Hostility
mewakili komponen kognitif yang terdiri dari
Kartono (2003) agresi merupakan suatu kebencian seperti cemburu dan iri terhadap
ledakan emosi dan kemarahan hebat, perbuatan- orang lain, dan kecurigaan seperti adanya
perbuatan yang menimbulkan permusuhan ketidakpercayaan, kekhawatiran.
yang ditujukan kepada seseorang atau suatu
benda. Hal sama juga menurut Atkinson (2000) Metode Penelitian
menjelaskan agresi adalah perilaku yang secara Desain penelitian ini berdasarkan jenisnya
sengaja maupun tidak sengaja bermaksud termasuk dalam penelitian kuantitatif. Teknik
melukai orang lain (secara fisik atau verbal) pengumpulan data menggunakan kuesioner,
atau menghancurkan harta benda. Menurut dengan sampel sebanyak 99 responden remaja
Myers (2012) menjelaskan bahwa agresif adalah di Kelurahan Simpang Tiga Pekanbaru melalui
perilaku fisik maupun perilaku verbal yang teknik random sampling. Untuk mengetahui
diniatkan untuk melukai objek yang menjadi pengaruh keempat variabel tersebut, penelitian
sasaran agresif. Sedangkan menurut Mac Neil ini menggunakan analisis regresi berganda.
dan Stewart menjelaskan bahwa perilaku agresif
adalah suatu perilaku atau suatu tindakan yang Hasil dan Pembahasan
diniatkan untuk mendominasi atau berperilaku 1. Pengaruh Komunikasi Verbal Abuse
secara destruktif, melalui kekuatan verbal Orang Tua Terhadap Perilaku Agresif
maupun kekuatan fisik, yang diarahkan kepada 2.
objek sasaran perilaku agresif. Objek sasaran Berdasarkan nilai koefisien determinasi
perilaku meliputi lingkungan fisik, orang lain atau R Square sebesar 0,575. Nilai R Square
dan diri sendiri (Fattah,2010:80). menunjukkan besarnya sumbangan variabel
Perilaku agresif terjadi karena seseorang komunikasi verbal abuse orang tua terhadap
mengobservasi individu lain melakukannya perilaku agresif sebesar 57,5% berada pada
baik secara langsung maupun tidak langsung. ketegori sedang, dimana besarnya sumbangan
Bandura (1997) berpijak pada pemikiran bahwa variabel lain yang mempengaruhi perilaku
perilaku seseorang adalah gabungan hasil faktor- agresif diluar penelitian ini adalah sebesar 42,5
faktor kognisi dan lingkungan. Keluarga dan %.
teman sebaya adalah salah satu agen sosialisasi Berdasarkan hasil penghitungan, didapati
remaja. Banyak ahli yang mengungkapkan tipe F hitung sebesar 131,383 dengan signifikansi
agresivitas, diantaranya Buzz & Perry (dalam 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh
Abd-El-Fattah, 2007:237) dengan membagi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat
beberapa bentuk indikator agresivitas menjadi dipakai untuk memprediksi perilaku agresif.
empat bagian yaitu: (a) Physical agression, Berdasarkan tabel dibawah, nilai konstanta
yaitu tindakan Menyakiti,mengganggu, atau (a) sebesar 7,878 dan koefisien variable
membahayakan orang lain melalui respon komunikasi verbal abuse orang tua sebesar 0,568.
motorik dalam bentuk fisik, (b) Verbal agression, Dengan demikian berdasarkan nilai konstanta
yaitu tindakan menyakiti,mengganggu, atau dan koefisien regresi yang diperoleh, maka
membahayakan orang lain melalui respon persamaan regresi pada penelitian ini adalah Y =
motorik dalam bentuk verbal, (c) Anger, 7,878 + 0,568 X1.
merupakan suatu bentuk reaksi afektif berupa Sementara itu nilai signifikansi variabel
dorongan fisiologis sebagai tahap persiapan komunikasi verbal abuse orang tua lebih kecil
agresi. Beberapa bentuk anger adalah perasaan dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang artinya H1 diterima
270 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 15, Nomor 3, September - Desember 2017, halaman 262-274
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 7,878 1,809 4,355 ,000
1 Komunikasi
,568 ,050 ,758 11,462 ,000
Verbal Abuse
a. Dependent Variable: Perilaku Agresif
Nazhifah, Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Agresif Remaja 271
Dengan demikian berdasarkan nilai konstanta % dengan kategori sedang. Sedangkan sisanya
dan koefisien regresi yang diperoleh, maka 52,2 % dipengaruhi oleh variabel lain atau sebab-
persamaan regresi pada penelitian ini adalah Y = sebab lain di luar dari variabel yang disebutkan
5,295 + 0,810 X3. Sementara itu nilai signifikansi dalam penelitian dan dalam model regresi ini.
variabel konformitas teman sebaya lebih kecil Berdasarkan hasil penghitungan diketahui
dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang artinya H1 diterima F hitung sebesar 29,033 dengan signifikansi 0,000.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Regresi Hipotesa 3
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 5,295 1,636 3,237 ,002
1 Konformitas
,810 ,057 ,823 14,268 ,000
Teman Sebaya
a. Dependent Variable: Perilaku Agresif
dan H0 ditolak yakni terdapat korelasi antara Sedangkan nilai F tabel dengan df 1=3 dan df 2=95
konformitas teman sebaya terhadap perilaku pada signifikansi 5% sebesar 2,700. Dengan
agresif. demikian, maka diketahui F hitung (29,033) > F
tabel (2,700) atau Sig.(0,000) < 0,05. Artinya
Analisis Regresi berganda H0 ditolak dan H1 diterima, bahwa variable
Adapun persamaan regresi linear berganda independen secara bersama-sama berpengaruh
adalah : signifikan terhadap variabel dependen.
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3..... bnXn Berdasarkan hasil dari coefficientsa di
Pada uji determinasi (R2) yang dilakukan bawah maka diperoleh persamaan regresi
untuk melihat berapa besar pengaruh yang berganda sebagai berikut : Y = 0,866 + 0,342 X1
diberikan variabel independen terhadap variabel + 0,199 X2 + 0,235 X3
dependen tampak pada tabel model summary Serta nilai koefisien regresi variabel
diatas, bahwa diperoleh nilai R sebesar 0,692 konformintas teman sebaya sebesar 0,235.
dan nilai R Square sebesar 0,478, artinya bahwa Artinya bahwa setiap peningkatan terhadap
persentase pengaruh variable independen konformitas teman sebaya sebesar 1 satuan maka
terhadap variable dependen adalah sebesar 47,8 akan meningkatkan perilaku agresif sebesar
0,235 dengan asumsi variabel lain tetap. pengaruh terhadap perilaku agresif. Menurut
Berdasarkan hasil penghitungan nilai Bandura (dalam Dorothea Ross dan Sheila Ross
t table pada taraf signifikansi 5% (2-tailed) (1961) bahwa perilaku agresif muncul sebagai
dengan df = 95 sebesar 1,985. Maka diperoleh akibat dari pengaruh lingkungan keluarga
hasil dengan diketahui t hitung(3,811) > t tabel termasuk salah satunya kondisi komunikasi
(1,985) atau Sig.(0,000) < 0,05. Sehingga anggota keluarga (antara orang tua dan anak).
dapat diambil keputusan bahwa H1 diterima Menurut Rakhmat (1996:257), setidaknya
dan Ho ditolak yakni komunikasi verbal perilaku agresif mengandung adanya proses
abuse berpengaruh terhadap perilaku agresif. kognisi terhadap stimulus atau reaksi pada
Kemudian diketahuinya t hitung (3,399) > t tabel lingkungan.
(1,985) atau Sig. (0,018) < 0,05. Sehingga dapat Model stimulus - respon mengasumsikan
diambil keputusan bahwa H1 diterima dan Ho bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-
ditolak yakni kualitas komunikasi berpengaruh isyarat nonverbal dan tindakan-tindakan tertentu
terhadap perilaku agresif. Serta diketahui t akan merangsang orang lain untuk memberikan
hitung (3,210) > t tabel (1,985) atau Sig. (0,002) respon dengan cara tertentu, sehingga dimana
< 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa proses ini dapat bersifat timbal-balik dan
H1 diterima dan Ho ditolak yakni konformitas mempunyai banyak efek ap stumulus yang
teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku diberikan terhadap kondisi lingkungan. Dengan
agresif. demikian setiap efek dapat mengubah tindakan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis komunikasi berikutnya. Dalam realitas pola ini
data, maka informasi untuk menjawab hipotesis dapat berlangsung negatif.
pada perumusan masalah secara objektif Serupa dengan yang dinyatakan oleh
disajikan sebagai berikut : Clark dan Shields (dalam Lauer & Lauer, 2000)
Berdasarkan hasil analisa data pada bahwa kondisi lingkungan keluarga yang kurang
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat memelihara komunikasi yang baik antara orang
adanya pengaruh komunikasi verbal abuse orang tua dan anak menunjukkan kenakalan yang tinggi
tua terhadap perilaku agresif. Temuan hasil dan terlibat pada perilaku menyimpang.
penelitian ini sejalan dengan pendapat Bandura Berdasarkan hasil analisa data,
(1976, 256:260) mengatakan bahwa anak belajar menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
tingkah laku agresif melalui model (peniruan), konformitas teman sebaya terhadap perilaku
terutama dari orang tua, guru dan teman agresif. Dalam teori social learning bahwa
sebaya. Bandura juga mengatakan bahwa dalam perilaku agresif lebih banyak disebabkan
masyarakat modern ada dua sumber munculnya oleh Tingkah laku diproduksi melalui proses
perilaku agresif yaitu pengaruh lingkungan belajar respon individu terhadap lingkungan
keluarga termasuk disini salah satunya pola yang diawali dari proses mengamati untuk
asuh. Pettit dan Laird (2002), menemukan bahwa pengambilan model dari lingkungan (Bandura,
keterlibatan gaya pengasuhan penolakan atau 1989). Dan juga dalam teorinya Bandura
parental rejection yang dilakukan orang tua yang menggambarkan proses saling mempengaruhi
kurang tepat akan membentuk proses kognisi antara individu dengan lingkungan (Bandura,
individu dalam lingkungan keluarga tersebut, dalam Wenar & Kerig, 2005).
sehingga pembentukan kognisi individu tersebut Konformitas muncul ketika individu meniru
akan merancang bagaimana perilaku yang akan sikap ataupun tingkah laku orang atau kelompok
dibentuk selanjutnya. Oleh karena itu perilaku dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang
agresif anak sangat tergantung pada cara orang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2003).
tua memperlakukan (pola asuh) anaknya. Menurut (Ross, Bierbauer & Stoffman, 1976)
Kualitas komunikasi orang tua mempunyai pada teori Social Comparison Theory, seseorang
Nazhifah, Pengaruh Verbal Abuse, Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Agresif Remaja 273