Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara
Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara
Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara
Asren Nasution
Kapendam Kodam I Bukit Barisan
117
Asren Nasution: Pengaruh Pengembangan Wilayah ...
serta kondisi lingkungan yang nyaman tersebut. Berikut ini gambaran garis pantai
(Miraza, 2005). wilayah tersebut.
Dengan demikian keseimbangan Berdasarkan data dapat diketahui
antarkawasan menjadi penting karena bahwa kabupaten yang memiliki panjang
keterkaitan yang bersifat simetris akan garis pantai terpanjang adalah Kabupaten
mampu mengurangi disparitas antar wilayah Langkat dengan panjang 99,36 Km. Hal ini
dan pada akhirnya mampu memperkuat berarti bahwa Kabupaten Langkat memiliki
pembangunan ekonomi wilayah secara potensi pengembangan wilayah yang besar
menyeluruh. Seperti halnya bagian tubuh pula. Apabila terjadi pengoptimalan
manusia, ketidakseimbangan pertumbuhan pengembangan dan pemanfaatan wilayah
wilayah akan mengakibatkan kondisi yang maka kemungkinan besar akan mendorong
tidak stabil. Disparitas antar wilayah telah perekonomian masyarakat yang ada di
menimbulkan banyak permasalahan sosial, wilayahnya. Selain itu, Selat Malaka sebagai
ekonomi dan politik (Rustiadi, 2001). jalur perdagangan laut internasional memiliki
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 potensi yang cukup besar dalam menciptakan
tentang Pertahanan Negara pada pasal stabilitas keamanan laut dan meningkatkan
1 ayat 1 menyatakan bahwa pertahanan devisa negara. Namun, kondisi ini belum
negara adalah segala usaha untuk sepenuhnya dikembangkan karena
mempertahankan kedaulatan negara, keterbatasan sarana.
keutuhan Negara Kesatuan Republik Salah satu teori pertumbuhan
Indonesia dan keselamatan segenap bangsa ekonomi regional adalah teori eksport-base.
dari ancaman dan gangguan terhadap Kelompok ini mendasarkan pandangannya
keutuhan bangsa dan negara. Kemudian pada dari sudut teori lokasi yang berpendapat
pasal 2 dinyatakan pula bahwa sistem bahwa pertumbuhan ekonomi suatu region
pertahanan negara adalah sistem pertahanan akan lebih banyak ditentukan oleh jenis
yang bersifat semesta yang melibatkan keuntungan lokasi dan dapat digunakan oleh
seluruh warga negara, wilayah dan sumber daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor.
daya nasional lainnya, serta dipersiapkan Keuntungan lokasi tersebut umumnya
secara dini oleh pemerintah dan berbeda-beda setiap region dan hal ini
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah tergantung pada keadaan geografis daerah
dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan setempat.
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan Ini berarti untuk meningkatkan
segenap bangsa dari segala ancaman. pertumbuhan suatu region, strategi
Wilayah Pantai Timur Sumatera pembangunannya harus disesuaikan dengan
Utara merupakan salah satu bagian dari keuntungan lokasi yang dimilikinya dan
wilayah NKRI yang sangat potensial dan tidak harus sama dengan strategi
strategis, baik diihat dari aspek ekonomi pembangunan pada tingkat nasional
wilayah maupun aspek pertahanan wilayah, (Sirojuzilam, 2005).
karena wilayah ini secara geografis Dilihat secara geopolitik dan
berbatasan langsung dengan Selat Malaka, geostrategi, daerah ini menyimpan potensi
Provinsi Riau, Provinsi Nanggroe Aceh masalah yang bila tidak dikelola dengan
Darussalam (NAD) dan memiliki kekayaan benar akan berpeluang menimbulkan
laut yang menjanjikan. Namun secara ancaman di bidang pertahanan keamanan,
demografis belum memberikan sesuatu yang ekonomi dan politik. Selain itu, kandungan
signifikan bagi kesejahteraan masyarakat, kekayaan alam yang potensial didaerah ini,
sehingga memberi peluang bagi ancaman berdirinya berbagai objek vital berskala
pertahanan wilayah. nasional dan internasional akan menjadi
Posisi geografis pesisir Pantai Timur berkah sekaligus menjadi sumber kerawanan.
Sumatera Utara yang memanjang dari Menjadi berkah karena dengan cepat
Kabupaten Langkat sampai Labuhan Batu mengakses berbagai kemajuan dari berbagai
dengan garis pantai sekitar 545 kilometer, negara tetangga, bertukar budaya dan
sangat strategis bagi pengembangan ekonomi merespon berbagai dinamika perubahan yang
rakyat pesisir karena memiliki potensi bermanfaat bagi kemajuan masyarakat kita.
kelautan yang tinggi bagi pengembangan Sebaliknya menjadi sumber kerawanan
karena luas dan panjangnya garis perbatasan
118
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009
berarti luas dan panjang pula pintu masuk ekonomi maupun sosial dan budaya, maka
dan titik-titik kerawanan yang bisa kondisi tersebut tidak hanya menambah
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan kesengsaraan masyarakat pesisir dari sisi
wilayah dan keselamatan bangsa (Jenderal kesejahteraan namun menjadi sumber
TNI Agustadi S.P., 2008). ancaman bagi pertahanan wilayah Pantai
Rendahnya tingkat kesejahteraan Timur Sumatera Utara.
masyarakat pesisir tidak hanya dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan yang rendah semata. METODE
Kemampuan menyerap tenaga kerja oleh Pembatasan wilayah Pantai Timur
pihak pemerintah dan swasta merupakan Sumatera Utara, sebagaimana dimaksudkan
faktor yang mendukung terpuruknya kondisi dalam penelitian ini, mengacu pada sistem
masyarakat nelayan. Kondisi ini juga sering pembagian wilayah yang sudah baku di
diperparah dengan ketidakmampuan lingkungan Kodam I/Bukit Barisan. Dalam
masyarakat untuk bersikap mandiri dengan peta wilayah dimaksud Provinsi Sumatera
menumbuhkembangkan usahanya sendiri Utara dibagi pada 2 (dua) komando
selain usaha pokok untuk memperoleh kewilayahan setingkat Korem, yaitu
pendapatan tambahan keluarga. Komando Resor Militer 022/Pantai Timur,
Ketidakmampuan ini sering diakibatkan oleh berkedudukan di Pematang Siantar dan
tidak tersedianya modal yang cukup. Komando Resor Militer 023/Kawal
Mayoritas penduduk yang bekerja Samudera, yang berkedudukan di Sibolga.
sebagai buruh dan nelayan di Pantai Timur Berdasarkan pembagian tersebut, wilayah
Sumatera Utara menggambarkan tingkat Pantai Timur meliputi 12 (dua belas)
ekonomi yang rendah. Selain itu, kerawanan kabupaten/kota, yang terdiri atas; Kota
sosial dikarenakan ketimpangan ekonomi dan Medan, Kabupaten Langkat, Kota Binjai,
perbedaan tingkat pendapatan memberi Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang
peluang munculnya disharmonisasi sosial Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten
ditengah-tengah masyarakat, sehingga Simalungun, Kota Pematang Siantar,
apabila tidak dikelola dengan tepat akan Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai,
memicu keresahan, demonstrasi/anarkhis dan Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten
bahkan dapat memunculkan separatisme di Batubara.
daerah. Selain itu, konflik komunal pun tidak Penelitian ini menggunakan analisis
dapat terhindarkan pada kondisi seperti ini. Struktural Equation Model (SEM). Analisis
Dari sudut pandang pertahanan yang digunakan dalam penelitian ini
negara, fakta-fakta diatas jika tidak dilakukan digunakan Model Persamaan Struktur atau
perbaikan yang signifikan baik pada aspek Struktural Equation Model (SEM).
Diagram jalur akan dikonversikan ke dalam persamaan struktural dengan cara sebagai berikut:
Konstruk Eksogen
Ekonomi (X1) Sosial (X2) Budaya (X3)
119
Asren Nasution: Pengaruh Pengembangan Wilayah ...
X2 = Konstruk Sosial
X21...X25 = Indikator Sosial
λ 6 .... λ10 = Faktor loading Sosial
ε 6 .....ε10 = Error Indikator Sosial
X3 = Konstruk Budaya
X31 ... X34 = Indikator Budaya
λ11 ... λ14 = Faktor loading Budaya
ε11 ... ε14 = Error Indikator Budaya
Y11 = Konstruk Kesadaran Bela Negara
λ15 = Faktor loading Kesadaran Bela Negara
ε15 = Error Indikator Kesadaran Bela Negara
Y12 = Konstruk Keamanan Ketertiban Masyarakat
λ16 = Faktor loading Keamanan Ketertiban Masyarakat
ε16 = Error Indikator Keamanan Ketertiban Masyarakat
Y13 = Konstruk Profesionalisme Aparat
λ17 = Faktor loading Profesionalisme Aparat
ε17 = Error Indikator Profesionalisme Aparat
Y = Konstruk Pertahanan Negara
λ 18 ... λ 20 = Faktor Loading Pertahanan Negara
ε18 = Error indikator Pertahanan Negara
120
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009
121
Asren Nasution: Pengaruh Pengembangan Wilayah ...
Pengaruh variabel ekonomi, sosial, dan budaya terhadap pertahanan negara di wilayah
Pantai Timur Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
SOSIAL γ = 0.77
γ = 0,05
PERTAHANAN
NEGARA
EKONOMI DI WILAYAH
γ = 0.80 PANTAI TIMUR
SUMATERA UTARA
γ = 0,77
γ = 0.71
BUDAYA
Gambar 1. Pengaruh Pengembangan Wilayah dari Variabel/Aspek Ekonomi, Sosial, dan Budaya
terhadap Pertahanan Negara
122
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009
Dalam kajian ini ditemukan bahwa daerah penelitian tidak respon terhadap
persoalan pengembangan wilayah pesisir perkembangan teknologi. Hal ini
melalui pemberdayaan ekonomi bermuara menyebabkan nelayan tidak memiliki
pada indikator tingkat kesejahteraan keunggulan dalam bersaing. Hasil ini sejalan
masyarakat pesisir yang kini masih rendah dengan temuan Wolff dan Howel (1989)
karena lemahnya kemampuan masyarakat yang juga menyebutkan bahwa perubahan
pesisir dalam pengelolaan sumberdaya yang struktur ekonomi yang antara lain disebabkan
tersedia. Hal ini didukung oleh temuan Edy karena berubahnya teknologi produksi
(2004) yang menyatakan bahwa mempunyai konsekuensi pada tenaga kerja
pengembangan masyarakat wilayah pesisir secara keseluruhan. Konsekuensi tersebut
yang mengakibatkan pengelolaan termasuk (1) perubahan job security, (2)
sumberdaya pesisir dan lautan yang tidak peningkatan pekerjaan paruh waktu, dan (3)
lestari maka pada akhirnya akan membatasi perubahan tingkat ketrampilan yang
peningkatan kesejahteraan masyarakat dibutuhkan untuk menghasilkan output.
tersebut. Dalam hal ini ketrampilan tenaga kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mencerminkan kualitas tenaga kerja.
rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat Hasil kajian menunjukkan bahwa
pesisir disebabkan oleh rendahnya kualitas nilai korelasi penyerapan tenaga kerja
SDM masyakakat serta rusaknya tatanan terhadap varibel ekonomi sebesar 0.71 atau
lingkungan yang selama ini menjadi mata 71 persen dan valid pada alpha 0.001. Hasil
pencaharian utama masyarakat. Dengan kajian ini memberikan implikasi bahwa
demikian persoalan-persoalan perbaikan aspek ketenagakerjaan di wilayah pesisir
kesejahteraan masyarakat pesisir dapat merupakan aspek yang penting untuk
dimulai dengan peningkatan kualitas SDM diberdayakan dalam membangun ekonomi di
dan perbaikan tata lingkungan yang wilayah pesisir. Hasil kajian ini sejalan
dilakukan secara terpadu oleh berbagai pihak dengan temuan Clark dalam Nasoetion
terkait agar kesejahteraan masyarakat (1991) merumuskan bahwa pertumbuhan
meningkat. Hasil penelitian ini sekaligus ekonomi melalui proses transformasi dapat
mendukung kajian Ginting (2001) yang dicapai melalui (1) peningkatan produktivitas
mengemukakan bahwa SDP memiliki tenaga kerja di setiap sektor dan (2) transfer
produktivitas yang tinggi dan dapat tenaga kerja dari sektor yang produktivitas
diharapkan berperan penting dalam tenaga kerjanya rendah ke sektor yang
mendukung pembangunan ekonomi nasional, produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi.
meningkatkan devisa, meningkatkan Industri unggulan perlu dikembangkan,
lapangan kerja pendapatan dan kesejahteraan dengan teratasinya permasalahan yang ada
penduduk Indonesia, dimana industri dan didukung oleh faktor trigatra dalam
unggulan perlu dikembangkan. Dengan negeri maka akan mampu menciptakan
teratasinya permasalahan yang ada dan lapangan kerja dan kegiatan perekonomian
didukung oleh faktor trigatra dalam negeri secara terpadu. Dengan demikian dapat
maka akan mampu menciptakan lapangan membantu mengatasi masalah pengangguran,
kerja dan kegiatan perekonomian secara kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan,
terpadu. Dengan demikian dapat membantu memperkuat ketahanan nasional serta
mengatasi masalah pengangguran, mendorong terciptanya stabilitas nasional.
kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, Hasil kajian menunjukkan bahwa
memperkuat ketahanan nasional serta besarnya pengaruh permodalan terhadap
mendorong terciptanya stabilitas nasional. variabel ekonomi adalah 0.78. Hal ini berarti
Dengan demikian hasil analisis dalam kajian bahwa masyarakat pesisir Pantai Timur
ini menemukan bahwa terdapat hubungan Sumatera Utara setuju jika terjadi kenaikan
antara pemberdayaan kesejahteraan permodalan sebesar satu satuan akan
masyarakat pesisir Pantai Timur dengan mengakibatkan terjadinya kenaikan taraf
pertahanan negara. ekonomi masyarakat pesisir sebesar 0.78
Penemuan dari aspek penyerapan satuan. Hal ini mendukung temuan De Jonge
tenaga kerja pada kajian ini juga mendapati (1989) bahwa kegiatan perikanan sangat
bahwa sebahagian besar tenaga kerja di padat modal. Modal yang besar itu
123
Asren Nasution: Pengaruh Pengembangan Wilayah ...
diutamakan untuk membeli sarana produksi, negara. Dengan nilai korelasi sebesar 0.77
seperti kapal/perahu, jaring dan mesin. berarti terdapat hubungan antara lembaga
Sumber-sumber permodalan bagi nelayan ekonomi dengan variabel ekonomi sebesar
adalah tabungan dan harta benda pribadi, 77 persen dan dengan nilai standart solution
pinjaman dari kerabat atau tetangga. Masalah 0.88. Berarti keterkaitan antara indikator
penyediaan fasilitas sering menjadi kendala lembaga ekonomi dengan variabel ekonomi
bagi para nelayan untuk menjaga konsistensi adalah valid.
atau kelangsungan usaha yang dilakukannya.
Kesulitan memenuhi kebutuhan modal lebih Pengaruh Pengembangan Wilayah dari
dirasakan oleh nelayan-nelayan kecil yang Aspek Sosial terhadap Pertahanan Negara
karena berbagai keterbatasannya tidak di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara
memiliki akses kepada sumber-sumber Temuan pada kajian ini
modal yang tersedia. menunjukkan dinamika modal sosial
Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat nelayan di Pantai Timur terlihat
lemahnya daya dukung dunia perbankan pada pergeseran tata nilai khususnya trust
secara konvensional sangat tidak kondusif (kepercayaan) dan resiprositas yang
bila dihadapkan dengan kodisi aktual membangun berbagai pola hubungan dan
masyarakat nelayan miskin dari aspek 5C jaringan dalam komunitas masyarakat
(Capital, Collateral, Capability, Charracter, pesisir. Ditemukan adanya keterkaitan antara
Condition). Dengan demikian diperlukan pengembangan sosial masyarakat dengan
Skim Kredit Perbankan Mikro. Implementasi eksistensi modal sosial masyarakat. Modal
Skim Kredit Perbankan Mikro yang sosial maksimum ditemukan pada komunitas
dirancang sesuai dengan budaya dan perilaku nelayan khususnya pada jaringan nelayan
masyarakat nelayan miskin dengan pola yang berbasis agama. Sedangkan modal sosial
sangat sederhana diharapkan dapat minimum ditemukan pada jaringan vertikal
digunakan sebagai salah satu solusi optimal antara komunitas dengan institusi pemerintah
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Beberapa hasil kajian menunjukkan
nelayan miskin. bahwa modal sosial masyarakat ternyata
Hasil kajian menunjukkan bahwa linear dengan kondisi sosial masyarakat.
nilai rata-rata pendapat responden tentang Hasil kajian menunjukkan bahwa
kaitan antara sifat kewirausahawanan sebagai tingkat korelasi modal sosial dengan variabel
indikator variabel ekonomi terhadap terhadap sosial adalah 3,81. Hal ini memberi makna
pemberdayaan masyarakat peisir adalah 3.92. bahwa pengembangan modal sosial dalam
Hal ini memberi makna bahwa sifat aspek sosial masyarakat di wilayah pesisir
kewirausahawanan masyarakat pesisir begitu penting untuk diperhatikan. Hal ini
berpengaruh pada pemberdayaan ekonomi sesuai dengan studi yang dilakukan Coleman
responden dan merupakan bahagian integral (1990) berpendapat bahwa modal sosial
dalam pertahanan negara. adalah atribut struktur sosial dimana
Hasil kajian juga menunjukkan nilai seseorang ada di dalamnya. Modal sosial
korelasi indikator kewirausahawanan melekat dalam struktur sosial dan memiliki
terhadap variabel ekonomi sebesar 0.80 dan karakteristik public good namun setara
nilai reliabilitas serta varians konstruk di atas dengan financial capital, physical capital,
0.70. Hal ini menandakan bahwa dan human capital.
kewirausahawanan memberikan kontribusi Hasil kajian menunjukkan bahwa
sebesar 80 persen dalam pemberdayaan besarnya pengaruh modal sosial terhadap
ekonomi rumah tangga masyarakat pesisir variabel sosial adalah 78 persen. Hal ini
dan hal ini valid karena nilai reliabilitasnya berarti bahwa kontibusi modal sosial dalam
lebih besar dari 0.70. memperbaiki aspek sosial masyarakat pesisir
Hasil kajian menunjukkan bahwa adalah 78 persen. Modal sosial merupakan
rata-rata responden setuju (4.03) bahwa salah satu komponen dalam pengembangan
perbaikan lembaga ekonomi di wilayah wilayah. Modal sosial yang dimiliki
Pantai Timur Sumatera Utara akan mampu masyarakat pesisir jika dapat dimanfaatkan
memperbaiki struktur ekonomi masyarakat secara optimal dalam mengelola sumberdaya
pesisir yang merupakan variabel pertahanan pesisir dan laut maka kesejahteraan
124
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009
masyarakat dapat meningkat. Hal ini sesuai produksi secara lokal dengan harga
dengan temuan Mitchel (1999) dan Winter terjangkau, meningkatnya peran aktif
(2000) bahwa modal sosial bersama-sama kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi
dengan modal lainnya mampu meningkatkan kolektif, adanya interaksi dan komunikasi
produktifitas efisiensi dan keberlanjutan antar kelompok, dan terwujudnya struktur
proses pembangunan. Tanpa modal sosial, ekonomi yang adil dan kuat.
aktivitas ekonomi akan mengalami Hasil kajian menunjukkan bahwa
kemunduran dan SDA akan menghadapi rata-rata responden setuju (3.77) menyatakan
ancaman kerusakan. Sebaliknya, tanpa terdapat hubungan yang erat antara indikator
pertumbuhan ekonomi serta modal sosial kesehatan dengan variabel sosial dalam
akan terganggu modal sosial dapat rangka pertahanan negara. Hal ini memberi
mempengaruh kestabilan kehidupan keluarga makna bahwa peningkatan taraf kesehatan
dan kemandirian masyarakat. masyarakat akan memperbaiki aspek sosial
Hasil kajian juga menghasilkan masyarakat di wilayah pesisir Pantai Timur.
temuan bahwa lemahnya modal sosial akan Temuan ini merupakan dukungan terhadap
mengakibatkan munculnya konflik-konflik di hasil studi yang dilakukan Riyadi (2006)
masyarakat yang pada tahapan tertentu akan yang menyimpulkan bahwa persepsi
berujung pada aktivitas anarkhis seperti masyarakat terhadap tingkat kualitas
perusakan sarana fasilitas umum dan lainnya pelayanan kesehatan di puskesmas sebagian
yang pada akhirnya mengganggu keamanan besar berada di kontinum cukup baik,
dan kenyamanan. Ini merupakan ancaman demikian pula berdasarkan rata-rata untuk
terhadap pertahanan negara. Ditinjau dari setiap dimensi juga berada pada kontinum
sudut pandang modal sosial, hal tersebut cukup baik. Kualitas pelayanan kesehatan
merupakan salah satu indikator melemahnya yang baik akan menciptakan ketahanan
rasa percaya dan norma-norma bersama yang nasional yang tangguh.
selama ini ditaati oleh masyarakat. Arogansi Hasil kajian menunjukkan bahwa
kelompok dan melemahnya nilai-nilai masyarakat Pantai Timur Sumatera Utara
kebersamaan tersebut akhirnya akan setuju menyatakan bahwa tingkat pendidikan
melemahkan modal sosial. Padahal menurut masyarakat Pantai Timur merupakan
Gonarsyah (1977), penguatan modal sosial bahagian dari aspek sosial yang dapat
merupakan salah satu upaya menekan memberikan pengaruh pada pertahanan
kesenjangan karena memungkinkan wilayah- negara dengan nilai 3.97. Hal ini mendukung
wilayah terkait untuk bekerjasama dan temuan Simanjuntak (1985) bahwa
sekaligus bersaing melalui pola kemitraan. pendidikan merupakan salah satu aspek yang
Selain itu, temuan pada penelitian sangat penting dalam pengembangan sumber
ini menunjukkan bahwa indikator kesehatan daya manusia. Di satu pihak pendidikan
merupakan hal yang berpengaruh pada mempengaruhi produktivitas kerja yang
kerangka pengembangan bidang sosial dalam tercermin dari tingkat penghasilan dan di lain
rangka pengembangan wilayah. Kualitas pihak pendidikan merupakan indikator
hidup yang rendah yang disebabkan tingkat kemiskinan dimana perbaikan
kemiskinan sering membawa dampak yang pendidikan suatu masyarakat akan
buruk bagi kesehatan. Hasil penelitian meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Amanah (2006) mengungkapkan kualitas Dalam rangka pemberdayaan sosial
hidup nelayan kecil di Kabupaten Buleleng masyarakat Pantai Timur Sumatera Utara
relatif masih rendah dilihat dari segi melalui tingkat pendidikan masyarakat dapat
pendidikan, permodalan dan pendapatan dijadikan indikator kemajuan dalam usaha
usaha, dan derajat kesehatan. Peningkatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
kualitas hidup dapat dilakukan melalui Pendidikan yang sudah dianggap sebagai
berbagai cara, antara lain melalui kebutuhan dasar sering terabaikan yang akan
pemberdayaan berdasarkan kebutuhan menyebabkan rendahnya Sumber Daya
masyarakat yang terprogram secara baik dan Manusia (SDM) kelautan sehingga dalam
benar. Pemberdayaan seperti ini dapat melakukan eksploitasi SDA di laut kurang
mendukung terpenuhinya kebutuhan dasar memperhatikan kelestarian dan dampaknya
manusia, tersedianya sarana dan prasarana
125
Asren Nasution: Pengaruh Pengembangan Wilayah ...
akan berpengaruh pada kelangsungan hidup sosial atau kontrol sosial terhadap
masyarakat pesisir di Pantai Timur. penyimpangan norma-norma yang berlaku di
Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat.
besarnya pengaruh pendidikan terhadap Hasil kajian menunjukkan bahwa
variabel sosial adalah 84 persen. Hal ini masyarakat Pantai Timur Sumatera Utara
berarti bahwa setap terjadi kenaikan tingkat setuju bahwa konflik komunal merupakan
pendidikan sebesar satu satuan akan variabel sosial yang dapat memicu lemahnya
mengakibatkan terjadinya perbaikan struktur pertahanan negara. Hal ini mendukung
sosial masyarakat pesisir. Peningkatan temuan Miall (2000) bahwa konflik adalah
pembangunan sosial dicirikan dengan esensi aspek instrinsik dan tidak mungkin dapat
proses, rebutan, dan cara bangkit dalam dihindarkan dalam perubahan sosial. Konflik
sosial budaya yaitu keadaan hidup yang adalah sebuah ekspresi heterogenitas
harus dipandang dari sudut kualitas yang kepentingan, nilai dan keyakinan yang
dilihat dari pemikiran menyeluruh dan dari muncul sebagai formasi baru yang
sudut kualitas yang dapat diukur dan diamati ditimbulkan oleh perubahan sosial yang
pada bidang agama, pendidikan, ilmu muncul bertentangan dengan hambatan yang
pengetahuan dan teknologi, kemandirian diwariskan. Hal ini berarti bahwa terjadinya
masyarakat, dan kemandirian keluarga konflik pemanfatan lahan di satu kawasan
sebagai basis berbangsa dan bernegara. pesisir akan mempunyai nilai konflik yang
Indikator pendidikan memiliki nilai berbeda dengan kawasan pesisir lainnya.
standart solution sebesar 0,92 dan merupakan Pengaruh variabel sosial terhadap
indikator yang paling tinggi tingkat variabel pertahanan negara adalah sebesar
reliabilitaslnya. Artinya konstruk sosial 0.77. Hal ini berarti setiap terjadi perbaikan
masyarakat pesisir dapat dibentuk dari aspek-aspek sosial masyarakat pesisir Pantai
indikator pendidikan yang terdapat di daerah Timur Sumatera Utara yang meliputi
tersebut. Pendidikanlah yang dapat perbaikan modal sosial (X21), layanan
membawa masyarakat pesisir ke arah kesehatan (X22), perbaikan pendidikan (X23),
kemiskinan. pemberdayaan lembaga sosial (X24), dan
Hasil kajian menunjukkan bahwa pencegahan konflik komunal (X25) akan akan
masyarakat pesisir Pantai Timur menyatakan terjadi peningkatan sikap pertahanan
pentingnya (3.82) lembaga sosial sebagai terhadap negara sebesar 0.77 satuan.
indikator sosial dalam rangka pertahanan
negara. Hasil ini sesuai dengan studi Selo Pengaruh Pengembangan Wilayah dari
Soemardjan (1964:14) dalam bukunya Aspek Budaya terhadap Pertahanan
Setangkai Bunga Sosiologi menjelaskan Negara di Wilayah Pantai Timur
hubungan antara norma-norma, kelembagaan Sumatera Utara
sosial dan lapisan masyarakat sebagai Hasil analisis juga menunjukkan
berikut: bahwa Indikator-indikator di bidang budaya
Hasil kajian menunjukkan bahwa memiliki nilai korelasi yang cukup tinggi (di
besarnya pengaruh lembaga sosial terhadap atas 0.70). Semua indikator memiliki nilai t-
variabel sosial adalah 82 persen. Hal ini hitung di atas t-tabel (2.57) dan cukup valid
berarti bahwa lembaga sosial memberikan untuk mewakili konstruk budaya. Dengan
kontribusi sebesar 80 persen dalam demikian kelima indikator yaitu separatisme
membentuk variabel sosial. Hal ini didukung (X31), fanatisme (X32), adat (X33), dan
oleh temuan Soekanto (1979) bahwa, secara ketokohan (X34) dapat menjelaskan variabel
garis besar setiap lembaga kemasyarakatan budaya (X3). Selain itu hasil analisis standart
sekurang-kurangnya memiliki empat peranan solution seperti yang digambarkan pada
yaitu : peranan dalam menata interaksi sosial Gambar 5.3 dan Tabel 5.48 menunjukkan
intern anggotanya dan antar anggota bahwa nilai reliabilitasl konstruk sosial (X3)
kelompok dengan kelompok yang lain. adalah sebesar 0.71. Hal ini memberi arti
Kedua peranan dalam mengatur status sosial bahwa kelima indikator pada konstruk
, ketiga peranan dalam memberikan sekuritas budaya tersebut di atas sudah reliabel untuk
sosial kepada anggotanya, yang keempat menjelaskan konstruk karena koefesien
berperan dalam melakukan pengawasan reliabel > 0.7 (Augusty, 2002). Hasil analisis
126
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009
juga menunjukkan hasil varians ekstrak Hasil temuan ini mendukung hasil
sebesar 0.67 > 0.5 dimana hal ini memberi penelitian yang dilakukan Sirojuzilam (2008)
penjelasan bahwa kelima indikator yang menemukan bahwa heterogenitas suku di
membangun konstruk budaya telah terwakili. wilayah pesisir Sumatera Utara mampu
Hasil kajian menunjukkan bahwa memberikan pengaruh positif terhadap
besarnya pengaruh separatis terhadap perkembangan ekonomi di wilayah tersebut.
variabel budaya adalah 80 persen dan Dengan adanya heterogenitas suku ini maka
diterima pada Alpha 0.001. Hal ini berarti mempengaruhi peningkatan output dan
bahwa keterkaitan atau kontribusi sikap tingkat persaingan yang semakin kuat.
separatis terhadap budaya yang secara Mobilitas penduduk yang sering disebut
langsung berpengaruh kepada pertahanan sebagai suku pendatang banyak memberikan
negara adalah 80 persen. Indikator separatis keuntungan tidak saja secara lokasi tetapi
memiliki nilai standart solution sebesar 0,82 juga kewilayahan.
dan valid pada Alpha 0.001. Artinya Hasil temuan menunjukkan bahwa
konstruk budaya masyarakat pesisir valid besarnya pengaruh adat terhadap variabel
dibangun dari indikator sikap separatisme. budaya adalah 80 persen dan menunjukkan
Hasil kajian menunjukkan nilai rata- bahwa indikator adat memiliki nilai standart
rata jawaban responden terhadap indikator solution sebesar 0,82. Artinya konstruk
fanatisme terhadap variabel budaya adalah budaya masyarakat pesisir dapat dipengaruhi
3.37. Hal ini memberi makna bahwa indikator adat yang terdapat di daerah pesisir
masyarakat pesisir Pantai Timur kurang Pantai Timur. Konsekuensi logis dari temuan
setuju sikap fanatisme merupakan variabel ini adalah adat yang melekat di Pantai Timur
budaya yang dapat berhubungan langsung Sumatera Utara pada dasarnya sebuah
dengan pertahanan negara. Namun demikian potensi yang dapat diberdayakan dalam
hasil kajian menunjukkan bahwa nilai rangka mengembangkan budaya setempat
tertinggi terdapat di Kabupaten Langkat yaitu yang pada gilirannya dapat menjaga
3.78 yang berarti masyarakat pesisir Langkat pertahanan negara. Hilangnya adat dalam
memiliki sikap setuju terhadap keterkaitan jangka panjang dalam menyikapi persoalan
antara indikator fanatisme dengan variabel pembangunan di Pantai Timur dapat
budaya. berakibat buruk pada pengelolaan sumber-
Hasil validasi menunjukan bahwa sumber ekonomi wilayah pesisir yang
tingkat validasi fanatisme terhadap budaya mampu merangsang ketidakadilan dan
adalah 0.82 atau 82 persen dan signifikan kebersamaan yang dalam jangka panjang
pada Alopha 0.001. Indikator fanatis dapat berakibat pada melemahnya pertahanan
memiliki nilai standart solution sebesar 0,80. negara.
Artinya konstruk budaya masyarakat pesisir Hasil analisis menunjukkan bahwa
dapat dipengaruhi indikator fanatisme yang keterkaitan antara peran ketokohan dalam
terdapat di daerah tersebut. Hasil kajian ini proses budaya dalam rangka pengambilan
mendukung Richard M. Daulay (2001) keputusan keinginan masyarakat pesisir
bahwa setiap terjadi peningkatan fanatisme sebesar 79 persen. Hal ini sesuai dengan
satu satuan akan merusak aspek budaya studi yang dilakukan Kurniadi (2000)
masyarakat pesisir. Gerakan-gerakan menghasilkan bahwa hubungan
separatisme yang bernuansa kesukuan atau kepemimpinan dengan kinerja sumberdaya
kedaerahan itu mengindikasikan bahwa manusia sebesar 93,48%, hubungan antara
negara belum bisa menjalankan misinya kepemimpinan dengan ketahanan nasional
dengan maksimal, yaitu misi sebesar 95,86%, hubungan sumberdaya
mempertahankan kedaulatan, manusia dengan ketahanan nasional sebesar
mensejahterakan rakyat, dan misi 95,25% dan hubungan antara kepemimpinan
mencerdaskan kehidupan bangsa. dan sumberdaya manusia (secara bersama-
Sentralisme pemerintah, ketidakadilan sosial sama) dengan ketahanan nasional sebesar
yang menimbulkan primordialisme adalah 97,14%. Berarti ada hubungan yang
faktor-faktor yang menimbulkan signifikan antara kepemimpinan dengan
meningkatnya fanatisme kesukuan yang sumberdaya manusia, antara kepemimpinan
membahayakan integrasi nasional. dengan ketahanan nasional, antara
127
Asren Nasution: Pengaruh Pengembangan Wilayah ...
sumberdaya manusia dengan ketahanan wilayah, baik aspek ekonomi, sosial dan
nasional, antara kepemimpinan dan budaya, maupun aspek-aspek lainnya.
sumberaya manusia (secara bersama-sama) Pemberdayaan tersebut sangat strategis dan
dengan ketahanan nasional. signifikan bagi ketangguhan pertahanan
negara di suatu wilayah. Secara khusus, hasil
Pengaruh Pengembangan Wilayah Aspek penelitian menyimpulkan :
Ekonomi, Sosial, dan Budaya terhadap 1. Indikator tingkat kesejahteraan,
Pertahanan Negara permodalan, penyerapan tenaga kerja,
Pengaruh pengembangan wilayah kewirausahawanan dan lembaga
terhadap pertahanan negara di wilayah Pantai ekonomi valid dan reliabel untuk
Timur Sumatera Utara dalam kajian ini dapat merefleksikan variabel pengembangan
dilihat dari aspek ekonomi (X1), sosial (X2), wilayah dari aspek ekonomi di Wilayah
dan budaya (X3). Namun demikian adalah Pantai Timur Sumatera Utara.
penting untuk menganalisis validitas dan 2. Indikator tingkat pendidikan, kesehatan,
reliabilitas ketiga variabel tersebut sebagai modal sosial, lembaga sosial, dan konflik
variabel yang mampu menjelaskan atau komunal valid dan reliabel untuk
merefleksikan variabel laten. Nilai koefisien merefleksikan variabel pengembangan
jalur yang dihasilkan akan menggambarkan wilayah dari aspek sosial di wilayah
besaran hubungan langsung antara konstruk Pantai Timur Sumatera Utara.
eksogen yang dalam hal ini variabel X1, X2, 3. Indikator separatisme, fanatisme, adat
dan X3 kepada variabel laten yang dalam hal dan ketokohan valid dan reliabel untuk
ini pertahanan wilayah. merefleksikan variabel pengembangan
Data menunjukkan rerata X1 sampai wilayah dari aspek budaya di Wilayah
dengan X3 memiliki nilai rerata antara 3,87 Pantai Timur Sumatera Utara.
hingga 3,90. Hal ini memberi makna bahwa 4. Indikator kesadaran bela negara,
responden setuju pengembangan wilayah di keamanan dan ketertiban masyarakat,
Kabupaten Langkat, Batubara dan Labuhan dan profesionalisme aparatur valid dan
Batu yang dijelaskan oleh variabel ekonomi reliabel untuk merefleksikan variabel
(X1), sosial (X2), dan budaya (X3) adalah pertahanan negara di wilayah Pantai
sesuai mewakili variabel manifest Timur Sumatera Utara.
pengembangan wilayah yang berpengaruh 5. Pengembangan wilayah dari aspek
terhadap variabel laten yaitu pertahanan ekonomi, sosial dan budaya berpengaruh
negara. signifikan terhadap pertahanan negara di
Hasil analisis estimasi menunjukkan wilayah Pantai Timur Sumatera Utara
bahwa indikator ekonomi, sosial, dan budaya dimana jika dilakukan perbaikan struktur
berpengaruh signifikan terhadap pertahanan ekonomi, sosial dan budaya di wilayah
negara. Hasil ini menjelaskan setiap kenaikan pesisir Pantai Timur akan mampu
di bidang ekonomi sebesar satu satuan maka memperkuat pertahanan negara di
akan terjadi peningkatan pertahanan negara wilayah Pantai Timur Sumatera Utara
sebesar 0,80 satuan. Sedangkan bila terjadi dengan meningkatkan kesadaran
kenaikan di bidang sosial sebesar satu satuan masyarakat pesisir untuk membela
maka akan terjadi kenaikan persepsi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
responden terhadap pertahanan negara meningkatkan keamanan dan ketertiban
sebesar 0,77 satuan. Pada sisi lain, terjadinya masyarakat, serta meningkatkan kinerja
peningkatan di bidang budaya satu satuan dan profesionalisme aparatur
maka akan terjadi peningkatan persepsi pemerintahan.
responden terhadap pertahanan negara
sebesar 0,71 satuan. SARAN
Berbagai saran yang dianjurkan
KESIMPULAN sesuai dengan hasil penelitian ini antara lain
Bahwa pengembangan wilayah sebagai berikut :
merupakan proses pemberdayaan masyarakat 1. Untuk mengimplementasikan konsep
dengan segala potensinya dan meliputi pengembangan wilayah dalam rangka
seluruh aktivitas masyarakat di dalam suatu perkuatan pertahanan negara di wilayah
128
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009
129
Asren Nasution: Pengaruh Pengembangan Wilayah ...
130