Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kualitas Lingkungan Pada Usahatani Padi Semi Organik Dan Non Organik Serta Dampaknya Terhadap Produktivitas Padi Di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

HABITAT Volume XXIV No.

1 Bulan April 2013


ISSN: 0853-5167

KUALITAS LINGKUNGAN PADA USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DAN NON


ORGANIK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI DI
KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH
THE ENVIRONMENTAL QUALITY OF SEMI ORGANIC AND NON ORGANIC RICE
FARMING AND ITS IMPACT ON RICE PRODUCTIVITY AT SRAGEN REGENCY,
CENTRAL JAVA
Suhartini 1
1

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang
E-mail: hartiniub@yahoo.com; suhartini.fp@ub.ac.id

ABSTRACT
The objectives of this study were to evaluate the environmental quality (as farmer assessment)
on semi organic and non organic rice farming and to estimate its impact on rice farming
productivity at Sragen Regency Central Java Province. Survey method was used in this study,
primary data were collected by interviewing 188 semi organic and non organic farmers at
Sambung Macan Sub District (Gringging Village) with lowland topography and Sambirejo Sub
District (Sukorejo Village) with terrace upland topography in 3 crop seasons in one year.
Validity and reliability tests were applied on qualitative research instruments. The correlation
between environmental quality as farmer assessment and semi organic rice farming was tested
by Spearman correlation test. Quantitative analysis of productivity function econometric model
was used to estimate the impact of environmental quality on rice production.
The result of this study showed that the environmental quality of semi organic rice farming was
better than that of non organic rice farming. There was a significant positive correlation
between the environmental quality and semi organic rice farming. The FGLS (Feasible
Generalized Least Square) heteroscedasticity econometric model for productivity function
showed that the environmental quality of semi organic rice farming showed significant positive
impacts on rice productivity at both locations in Sragen Regency.
Keywords: environmental quality, semi organic rice farming, productivity.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas lingkungan (menurut penilaian petani) pada
usahatani padi semi organik dan non organik serta dampaknya terhadap produktivitas padi di
Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan
melakukan wawancara terhadap 188 petani padi semi organik dan non organik di Kecamatan
Sambung Macan (Desa Gringging) yang bertopografi lahan datar dan Kecamatan Sambirejo
(Desa Sukorejo) yang bertopografi lahan berlereng dataran tinggi pada 3 musim tanam padi
dalam satu tahun. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada instrumen penelitian yang bersifat
kualitatif. Hasil evaluasi kualitas lingkungan menurut penilaian petani diuji Korelasi Spearman
dengan usahatani padi semi organik. Model ekonometri fungsi produktivitas digunakan untuk
mengestimasi dampak kualitas lingkungan terhadap produktivitas padi.

78

HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas lingkungan pada usahatani padi semi organik
lebih baik daripada usahatani padi non organik. Ada korelasi positif yang erat antara kualitas
lingkungan dengan usahatani padi semi organik. Hasil estimasi dengan FGLS (Feasible
Generalized Least Square)) model heteroskedastisitas untuk fungsi produktivitas menunjukkan
bahwa kualitas lingkungan yang baik pada usahatani padi semi organik berpengaruh nyata
meningkatkan produktivitas padi di kedua lokasi di Kabupaten Sragen.
Kata kunci : kualitas lingkungan, usahatani padi semi organik, keuntungan usahatani.

PENDAHULUAN
Teknologi intensifikasi pertanian sejak revolusi hijau telah mampu meningkatkan
produksi pangan dunia termasuk padi secara pesat dan juga produktivitasnya. Revolusi hijau
merupakan suatu kombinasi dari varietas unggul, pupuk kimia dan bahan kimia pertanian
lainnya (Shepherd, 1998). Sistem ini menggunakan input luar yang tinggi (high external input
agriculture, HEIA). Banyak pihak menyatakan bahwa sistem tersebut kurang berkelanjutan
dalam jangka panjang. Hal ini terutama disebabkan oleh dampak negatif yang ditimbulkan dari
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dalam jangka panjang tanpa penambahan bahan
organik yang cukup ke dalam tanah, serta timbulnya dampak negatif dari penggunaan pestisida
kimia. Jadi secara ekologis sistem tersebut kurang ramah terhadap lingkungan dan cenderung
mencemari lingkungan.
Indonesia mengadopsi revolusi hijau dengan program intensifikasi pertanian yang telah
dimulai tahun 1963/1964, dengan berbagai paket teknologi, sistem penyediaan input modern,
rekayasa sosial dengan sistem penyuluhan maupun kebijakan harga input dan output serta
dengan subsidi input pupuk kimia, pestisida dan juga jaringan irigasi. Sistem tersebut telah
berhasil menjadikan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984.
Pemakaian pupuk kimia oleh petani padi dengan program intensifikasi pertanian
cenderung dengan dosis yang semakin besar. Hal ini karena rekomendasi pemakaian pupuk
kimia juga semakin besar. Misalnya, rekomendasi pemakaian pupuk urea pada tahun 1970
sebesar 100-150 kg/ha, meningkat menjadi 200-250 kg/ha, dan pada tahun 1990 menjadi 300350 kg/ha (Suhartini, 1999). Bahkan banyak petani yang menggunakan pupuk N (urea) dan P
(TSP/SP 36) melampaui dosis anjuran sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi P di
sebagian besar lahan sawah intensifikasi. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan juga akan
merusak lingkungan termasuk perairan di sekitarnya (Adiningsih, 2005).
Perhatian terhadap dampak penggunaan pupuk kimia mulai tampak pada akhir tahun
1970-an, setelah residu pupuk terutama nitrogen, mulai diketahui telah mencemari air tanah
sebagai sumber air minum dan bahayanya terhadap kesehatan manusia (Sutanto, 2002). Bahkan
hasil penelitian Mulyadi (2000) di Jawa Tengah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea
telah menimbulkan pencemaran nitrat (NO3) pada sumur penduduk. Dari penelitian di 8
kabupaten di Jawa Tengah tersebut, diketahui bahwa dari seluruh sampel air sumur terdapat
sekitar 86,9 % mengandung nitrat dengan kadar rata-rata 2,01 ppm dan 1,3 % mengandung
kadar nitrat lebih besar dari 10 ppm. Sebagaimana diketahui bahwa pencemaran nitrat dalam air
yang melebihi 10 mg/ltr dapat menyebabkan penyakit "blue baby syndrome" atau
methemoglobinaemia dan kanker stomach (Mulyadi, 2000). Salah satu sumber pencemaran
nitrat adalah pemakaian pupuk urea pada lahan pertanian.
Program intensifikasi pertanian tersebut telah pula menjadikan petani sangat tergantung
dengan input kimia seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk kimia secara

Suhartini Kualitas Lingkungan pada Usahatani Padi Semi Organik.....................................

79

terus menerus dengan dosis yang semakin besar tanpa penambahan bahan organik ke dalam
tanah dan juga penggunaan pestisida kimia yang berlebihan menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan.
Berkaitan dengan persoalan diatas maka diperlukan suatu sistem pertanian yang lebih
ramah terhadap lingkungan dan mampu memperbaiki kesehatan lahan sawah yang telah
terdegradasi akibat sistem usahatani intensifikasi yang telah diterapkan oleh petani selama lebih
dari tiga dasawarsa. Muncullah konsep pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture),
yang di dunia telah dikenal sejak tahun 1980 an. Praktek-praktek pertanian yang lebih ramah
terhadap lingkungan, seperti berbagai bentuk sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan
eksternal rendah (low external input and sustainable agriculture/LEISA) merupakan salah satu
alternatif solusi. LEISA merupakan sistem pertanian dengan mengurangi penggunaan input
eksternal seperti pupuk kimia dan pestisida kimia dan menggantikannya dengan input internal
atau input organik yang lebih ramah terhadap lingkungan. Salah satu alternatifnya adalah
dengan sistem pertanian organik/semi organik.
Definisi pertanian organik menurut Departemen Pertanian Indonesia adalah sistem
produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat
yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Dalam prakteknya pertanian organik dilakukan
dengan cara antara lain: menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO =
genetically modified organisms); menghindari penggunaan pestisida kimia. Pengendalian
gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman;
menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis
(Deptan, 2002).
Sistem pertanian organik murni yang bisa berkelanjutan untuk mencapainya diperlukan
waktu yang cukup sebagai masa transisi atau masa konversi atau disebut usahatani semi
organik. Para petani di Kabupaten Sragen telah menerapkan sistem usahatani padi organik/semi
organik secara umum mulai tahun 2001. Hal ini telah menjadi program Pemerintah Daerah
Kabupaten Sragen. Pada awalnya petani masih menggunakan pupuk kimia dengan jumlah yang
lebih sedikit namun tanpa pestisida kimia sama sekali, yang disebut sebagai usahatani padi semi
organik.
Pengembangan sistem pertanian organik di Indonesia yang masih terbatas. Salah satu
penyebabnya adalah karena banyak pihak masih meragukan sistem ini, apakah mampu
menghasilkan produktivitas dan pendapatan usahatani yang memadai. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji kualitas lingkungan (menurut penilaian petani) pada usahatani padi semi
organik dan non organik serta dampaknya terhadap produktivitas padi di Kabupaten Sragen.

METODE PENELITIAN
Penentuan Lokasi dan Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada sistem usahatani padi semi organik dan non organik di
Kabupaten Sragen-Jawa Tengah sebagai daerah sentra pengembangan padi organik/semi
organik. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive. Dari 20
kecamatan di Kabupaten Sragen diambil 2 kecamatan yang mempunyai luas areal usahatani
padi organik/semi organik yang cukup luas. Satu kecamatan di dataran rendah yaitu Kecamatan
Sambung Macan dan satu kecamatan diambil di dataran tinggi dengan topografi lahan berlereng
yaitu Kecamatan Sambirejo yang mempunyai kondisi ekosistem yang baik seperti air yang
relatif belum tercemar, sehingga diharapkan lebih mendukung untuk pengembangan usahatani

HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013

80

padi organik/semi organik. Dari 2 kecamatan terpilih diambil masing-masing satu desa, yaitu
Desa Gringging untuk Kecamatan Sambung Macan dan Desa Sukorejo untuk Kecamatan
Sambirejo. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 188 sampel (116 petani padi semi organik
padi 82 non organik).
Pendekatan with (teknologi semi organik) dan without (teknologi non organik)
digunanakan untuk melihat dampak penerapan teknologi usahatani padi semi organik. Usahatani
padi semi organik di lokasi penelitian adalah usahatani padi yang menggunakan input organik
(pupuk
organik)
dan
melakukan
pengendalian
hama/penyakit/gulma
secara
mekanis/hayati/organik dengan tanpa menggunakan pestisida kimia. Usahatani tersebut masih
menggunakan pupuk kimia namun dengan dosis yang lebih rendah. Pengambilan sampel petani
padi semi organik secara sensus yaitu diambil seluruh petani padi semi organik yang berdomisili
di dusun terpilih, sedangkan petani padi non organik secara random.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas (ketepatan dan kecermatan) dan reliabilitas (keterandalan, konsistensi)
dilakukan pada instrumen penelitian yang bersifat kualitatif yaitu kualitas lingkungan menurut
penilaian petani. Uji validitas dengan menggunakan uji validitas item yaitu pengujian terhadap
item (pertanyaan). Pengertian umum validitas item adalah bahwa sebuah item (pertanyaan)
dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total atau dengan kata lain
jika terdapat kesejajaran (korelasi yang tinggi) terhadap skor total item (Alhusin, 2003).
Korelasi antara skor item dengan skor total harus signifikan berdasarkan ukuran statistik
tertentu. Bila skor semua pertanyaan berkorelasi dengan skor total maka dapat dikatakan bahwa
alat ukur tersebut mempunyai validitas. Validitas seperti ini disebut validitas konstrak
(construct validity) (Ancok, 1989).
Teknik korelasi yang dipakai ialah teknik korelasi product moment dengan rumus
(Ancok, 1989; Alhusin, 2003):

r=

N ( XY ) ( X Y )

[( N X

][

( X ) 2 ( N Y 2 ( Y ) 2

(1)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi product moment


N = Jumlah sampel
X = Skor item ke-i
Y = Skor total
Kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah kualitas lingkungan menurut penilaian petani
yang dibatasi pada 4 indikator seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Uji Validitas Instrumen Pengukuran Kualitas Lingkungan di Lahan Sawah
Table 1. The Validity Test for Environmental Assessment Instruments at Irrigation Agricultural
Land
No
1.
2.
3.
4.

Indikator kualitas lingkungan di lahan sawah


Kualitas lahan 4 tahun terakhir
Kedalaman lapis olah tanah
Kemudahan membajak
Jumlah fauna (belut dan cacing) di lahan sawah

Korelasi ( r) dengan total skor


Sambung Macan
Sambirejo
0,839***
0,862***
0,893***
0,785***
0,774***
0,773***
0,848***
0,812***

Keterangan : ** = signifikan pada = 1% , r kritis = 0,263 untuk N = 98 ( = 1%)

Suhartini Kualitas Lingkungan pada Usahatani Padi Semi Organik.....................................

81

Hasil uji validitas pada kualitas lingkungan di lahan sawah menurut penilaian petani
(tabel 1) menunjukkan bahwa semua nilai r masing-masing pertanyaan lebih besar daripada nilai
r kritis dengan taraf signifikansi pada = 1%, yang berarti bahwa semua item pertanyaan yang
digunakan adalah valid. Hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan koefisien korelasi
Spearman Brown dengan nilai sebesar 0,963 untuk Sambung Macan dan untuk 0,826 untuk
Sambirejo, menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut reliabel.
Metode Analisis Data
Kualitas Lingkungan Menurut Penilaian Petani pada Usahatani Padi Semi Organik dan
Non Organik
Kualitas lingkungan menurut penilaian petani yang diukur dengan skor merupakan
angka-angka yang bersifat ordinal, maka analisis dilakukan dengan menggunakan analisis
nonparametrik yaitu Tes 2 untuk dua sampel (kelompok) independen. Apabila dua kelompok
terdiri dari frekuensi-frekuensi dalam kategori-kategori yang diskrit, Tes 2 dapat dipergunakan
untuk menetapkan signifikansi perbedaan-perbedaan antara dua kelompok independen (Siegel,
1997). Analisis dilakukan dengan menghitung banyaknya kasus atau sampel yang termasuk
dalam kategori-kategori, dan membandingkan proporsi kasus-kasus dari satu kelompok dalam
berbagai kategori dengan proporsi kasus-kasus dari kelompok yang lain (Siegel, 1997). Nilai
skor dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu sama atau kurang dari median ( 2) dan diatas
median ( >2) dan dibuat dalam tabel 2 x 2 seperti berikut ini.
Tabel 2. Analisis Khai-Kuadrat - Penilaian Kualitas Lingkungan Menurut Petani Pada
Usahatani Padi Organi dan Non Organik
Tabel 2. Chi-Square2Analysis - The Environmental Quality Assesment of Semi Organic
and Non Organic rice farming.

Nilai Skor
2
>2

Jumlah Petani Semi


Organik
A
C

Jumlah Petani Non Organik


B
D

Harga 2 dihitung dengan rumus (Siegel, 1997):

N AD BC
2

X2 =
( A + B )(C + D)( A + C )( B + D)

.. (2)

dimana :
N = n1 + n2 = jumlah sampel kelompok 1 + jumlah sampel kelompok 2
Harga-harga 2 yang dihasilkan dengan rumus di atas berdistribusi chi kuadrat dengan db =
(r-1)(k-1), dimana r = banyaknya baris, k= banyak kolom dalam tabel kontingensi.
Korelasi antara Usahatani Semi Organik dengan Kualitas Lingkungan

HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013

82

Untuk melihat ada tidaknya korelasi yang signifikan antara usahatani semi organik dengan
kualitas lingkungan dilakukan uji korelasi Spearman. Rumus yang digunakan adalah (Siegel,
1997) :
N

Koefisien korelasi Spearmans = rs = 1

6 d i2
i =1

N3 N
d = x y = ( X X ) (Y Y ) = X Y

.... (3)
(4)

Keterangan :
X = mean skor pada variabel X ; Y = mean skor pada variabel Y
N = jumlah sampel
Dampak Kualitas Lingkungan Terhadap Produktivitas Padi
Dampak kualitas lingkungan terhadap produktivitas padi diestimasi dengan model
ekonometri regresi linier berganda fungsi produksi Cobb Douglas dengan memasukkan variabel
dummy usahatani semi organik yang menggambarkan variabel kualitas lingkungan sebagai
salah satu variabel bebas. Jumlah produksi merupakan fungsi dari variabel-variabel yang
digambarkan dalam fungsi seperti pada persamaan (5).
Q = f (A, L, C, E, T, S)
...... (5)
Berdasarkan fungsi produksi pada persamaan (5) maka bisa dibuat fungsi produktivitas padi per
hektar seperti pada persamaan (6).
Q/A = f (L/A, C/A, A, E, T, S)
.. (6)
Jumlah produksi padi (Q) dan jumlah produktivitas padi per hektar (Q/A atau Y diperlakukan
sebagai variabel terikat (dependent). Variabel bebasnya adalah jumlah input lancar (C/A) yaitu
jumlah bibit, jumlah penggunaan pupuk dan jumlah penggunaan pestisida per hektar; jumlah
tenaga kerja per hektar (L/A). Variabel bebas yang lainnya adalah merupakan variabel-variabel
eksogen yaitu luas lahan (A); kualitas lingkungan (E); teknologi (T) yaitu variabel pola
usahatani semi organik dan non organik (variabel dummy) dan variabel dummy varietas;
karakterisitik sosial petani (S) yaitu keikutsertaan petani dalam keanggotaan kelompok tani;
serta ditambah dengan variabel dummy musim tanam (D-MT).
Dengan menggunakan model linier fungsi produksi Cobb Douglas, maka fungsi produksi
menjadi seperti pada persamaan (7).
m
ln Y = ln b0 + bi ln Xi/A + bi lnE + d1D1 + d2D2 + d3D3 + d4D4 + d5D5 .(7)
i =1
Dimana Y = produktivitas tanaman padi ; Xi = jumlah input ; E = kualitas lingkungan yang
didekati dengan pola usahatani semi organik dan non organic (D1), D2 = variabel dummy untuk
varietas, dan D3 = variabel dummy untuk keikutsertaan petani dalam keanggotaan kelompok
tani, D4 dan D5 = variabel dummy untuk musim tanam. Secara lebih rinci model yang
digunakan untuk mengestimasi pengaruh kualitas lingkungan (usahatani semi organik) terhadap
produktivitas padi adalah seperti pada persamaan (8).
.
ln Y = ln b0 + b1 ln Luas + b2 ln Tkpha + b3 ln Bbtpha + b4 ln Npha + b5 ln Pkpha + b6
ln Porppha + b7 ln POCpha + b8 ln Pestopha + b9 ln Pestkpha + b10 Dorg + b11
Dvar + b12 DKT + b13 DMT1 + b14 DMT2 + u
.. (8)

Suhartini Kualitas Lingkungan pada Usahatani Padi Semi Organik.....................................

Y
Luas
Tkpha
Bbtpha
Npha
Pkpha

83

=
=
=
=
=
=

Produktivitas padi (kg/ha)


Luas lahan (ha)
Jumlah curahan tenaga kerja per hektar (HKO/ha)
Jumlah benih (kg/ha)
Jumlah pupuk N yaitu urea dan ZA (kg/ha)
Jumlah pupuk P dan K yaitu TSP/SP36, KCL termasuk
Ponska per hektar (kg/ha)
Porppha = Jumlah pupuk organik padat per hektar (kg/ha)
POCpha = Jumlah pupuk organik cair per hektar (ltr/ha)
Pestopha = Jumlah pestisida organik per hektar (ltr/ha)
Pestkpha = Jumlah pestisida kimia per hektar (kg/ha atau lt/ha)
Dorg
= Variabel dummy pola usahatani padi (kualitas lingkungan)
Dorg = 1 = usahatani padi semi organik
Dorg = 0 = usahatani padi non organik
Dvar
= Variabel dummy varietas
Dvar = 1 = Varietas lokal (mentik wangi)
Dvar = 0 = Bukan varietas lokal
DMT1
= Variabel dummy musim tanam 1
D-MT1 = 1 = Musim tanam 1 (musim hujan)
D-MT1 = 0 = Lainnya
DMT2
= Variabel dummy musim tanam 2
D-MT2 = 1 = Musim tanam 2
D-MT2 = 0 = Lainnya
DKT
= Variabel dummy keanggotaan petani dalam kelompok tani
DKT = 1 = Anggota kelompok tani
DKT = 0 = Bukan anggota kelompok tani
b0
= Konstanta
bi
= Koefisien regresi
u
= Disturbance term (faktor pengganggu)

Pengujian Model
Metode analisis data menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Namun apabila
terjadi penyimpangan terhadap asumsi-asumsi klasik dalam OLS maka akan digunakan metode
Generalized Least Square (GLS). Pengujian model analisis metode OLS dilakukan dengan 2
tahap, yaitu:
(1) pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik, yang meliputi (a) uji normalitas; (b) uji
multikolinearitas; dan (c) uji heteroskedastisitas, yaitu untuk melihat apakah variabel
pengganggu dari semua pengamatan mempunyai varian yang sama, dilakukan dengan Harvey
test, Glesjers test, Koenker test dan Breusch-Pagan test (Gujarati, 1997; Johnston,1994; Green,
1993). Jika minimal salah satu dari uji-uji tersebut menunjukkan adanya heteroskedastisitas,
maka model perlu diperbaiki dengan menggunakan model FGLS (Feasible Generalized Least
Square). Disini digunakan 4 model seperti yang tersedia dalam Program Shazam (White et al.,
1990), yaitu :
(i) model depvar (dependent variable heteroscedasticity): ht = (Xt b)2 2 ;
(ii) model mult (multiplicative heteroscedasticity): ht = exp (Zt ) ;
(iii) model stdlin (standart deviation is a linier function of exogenous variable):

84

HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013

ht = (Zt )2 dan
(iv) model varlin (variance is a linier function of exogenous variable) :ht =(Zt).
Setelah didapatkan hasil dari keempat model heteroskedastisitas tersebut, kemudian dipilih satu
model yang terbaik.
(2) pengujian terhadap kesesuaian model yaitu dengan menggunakan koefisien determinasi (R2),
uji F (over-all test) dan uji t (individual test) (Gujarati, 1997; Johnston,1994; Green, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Petani di lokasi penelitian mayoritas menanam padi 3 kali dalam 1 tahun. Di Kecamatan
Sambirejo pengairan mengalir sepanjang tahun yang berasal dari Gunung Lawu, sedangkan di
Kecamatan Sambung Macan pada musim tanam ke tiga (musim kemarau) petani mengambil air
dari air tanah dalam melalui sumur-sumur pompa. Varietas padi yang digunakan adalah varietas
lokal mayoritas adalah mentik wangi dan varietas unggul diantaranya adalah IR64. Sebagian
petani menggunakan benih berlabel, dan sebagian yang lain menggunakan benih dari hasil
panennya sendiri.
Kualitas Lingkungan Menurut Penilaian Petani pada Padi Semi Organik dan Non
Organik
Kualitas lingkungan diukur berdasarkan penilaian petani berdasarkan 4 indikator, yaitu
kualitas lahan selama 4 tahun terakhir, kedalaman lapis olah tanah dan kemudahan mengolah
tanah (membajak), dengan skor. Sedangkan biodiversitas dibatasi pada keberadaan makro fauna
tanah di lahan sawah menurut penilaian petani, yang dinilai secara kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa distribusi petani berdasarkan kualitas lingkungan secara umum terlihat
bahwa pada usahatani padi semi organik persentase petani yang mempunyai kualitas lahan yang
lebih baik (yang ditunjukkan oleh nilai skor yang lebih tinggi) lebih banyak dibandingkan pada
usahatani padi non organik, baik di Kecamatan Sambung Macan maupun Sambirejo. Demikian
juga dengan keberadaan fauna tanah, secara umum terlihat bahwa pada usahatani padi semi
organik persentase lahan yang lebih banyak jumlah fauna tanahnya lebih besar daripada pada
usahatani padi non organik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai skor yang lebih tinggi baik di
Kecamatan Sambung Macan maupun Sambirejo.
Untuk melihat perbedaan indikator keberlanjutan pada kualitas lingkungan secara
statistik dilakukan uji proporsi 2 untuk dua kelompok independen. Nilai skor dikelompokkan
menjadi dua yaitu yang lebih kecil atau sama dengan 2 dan diatas 2. Kemudian nilai 2 hitung
dibandingkan dengan nilai 2 tabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi petani semi
organik yang mempunyai kualitas lingkungan lahan sawah yang lebih baik (skor 3) lebih besar
secara nyata pada tingkat = 1% dibandingkan petani non organik di kedua lokasi penelitian
(tabel 2). Perbedaannya pada kedua lokasi adalah proporsi petani semi organik yang mempunyai
lahan sawah dengan kualitas lingkungan yang lebih baik (skor 3) di Sambung Macan lebih
banyak daripada di Sambirejo. Sedangkan proporsi petani non organik yang mempunyai lahan
sawah dengan kualitas lingkungan yang lebih baik (skor 3) di Sambirejo lebih banyak daripada
di Sambung Macan. Hal ini karena sebagian besar petani non organik sampel di Sambirejo telah
menggunakan pupuk organik.

Suhartini Kualitas Lingkungan pada Usahatani Padi Semi Organik.....................................

85

Tabel 3. Uji Proporsi 2 untuk Dua Kelompok Independen Terhadap Nilai Skor Kualitas
Lingkungan di Kecamatan Sambung Macan dan Sambirejo
Table 3. The 2 Proportion Test for Two Indipendent Group on Environmental Quality Score at
Sambung Macan and Sambirejo Sub Districts
Kecamatan
Skor Kualitas
Jumlah Petani
Nilai 2 hitung
Lingkungan
Semi Organik Non Organik
Sambung Macan
2
16
117
62,9966 ***
>2
216
11
Sambirejo

2
>2

30
202

90
70

20,7869 ***

Keterangan :
2 tabel dengan df=1, (0,02) = 5,41
*** = signifikan pada tingkat kesalahan = 1 %
Nilai skor untuk kualitas lingkungan menurut penilaian petani:
(1) Kualitas lahan 4 tahun terakhir (3) Kemudahan olah tanah (membajak)
1 = Semakin buruk
1 = Sulit
2 = Tetap
2 = Sedang
3 = Semakin baik
3 = Mudah
(2) Kedalaman lapis olah tanah
(4) Keberadaan makro fauna tanah di lahan sawah
1 = Kurang dari 30 cm
1 = Tidak ada sama sekali
2 = 30 cm
2 = Ada sedikit
3 = Lebih dari 30 cm
3 = Ada banyak
Hubungan antara Usahatani Padi Semi Organik dengan Kualitas Lingkungan
Usahatani padi semi organik menggunakan input luar rendah (low external input) dan
lebih banyak menggunakan input yang bersifat organik yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Untuk melihat hubungan antara usahatani padi semi organik dengan kualitas lingkungan
dilakukan analisis korelasi. Hasil analisis data meunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang
erat dan signifikan pada tingkat kesalahan 1% dengan nilai koefisien korelasi 0,805 untuk
Sambung Macan dan 0,436 untuk Sambirejo antara usahatani padi semi organik dengan
kualitas lingkungan (tabel 4). Karena adanya korelasi yang erat ini maka variabel kualitas
lingkungan tidak dimasukkan dalam model regresi, karena sudah terwakili oleh variabel
usahatani padi semi organik.
Tabel 4.

Korelasi antara Usahatani Padi Semi Organik dengan Kualitas Lingkungan di


Kecamatan Sambung Macan dan Sambirejo
Table 4. The Correlation between Semi-organic Rice Farming System and Environmental
Quality at Sambung Macan and Sambirejo Sub Distrticts

HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013

86

Lokasi
Sambung Macan
Sambirejo
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan : *** = signifikan pada tingkat = 1 %

Nilai Koefisien Korelasi Spearman


0,805 ***
0,436 ***

Pengaruh Kualitas Lingkungan (Usahatani Padi Semi Organik) Terhadap Produktivitas


Padi
Pengaruh lingkungan (usahatani padi semi organic) terhadap produktivitas padi
diestimasi dengan melakukan analisis regresi berganda pada fungsi produktivitas dengan
memasukkan variabel dummy usahatani semi organik sebagai variabel kualitas lingkungan
sebagai salah satu variabel bebas. Analisis dilakukan dengan menggunakan model Ordinary
Least Square (OLS). Kemudian dilakukan uji apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan
asumsi klasik (uji multikolinearitas, normalitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas). Hasil uji
korelasi antar variabel bebas di lokasi penelitian Desa Gringging Kecamatan Sambung Macan
menunjukkan ada beberapa variabel yang berkorelasi erat sehingga salah satu dikeluarkan dari
model. Salah satunya adalah variabel kualitas lingkungan tidak dimasukkan dalam model karena
adanya hubungan korelasi yang erat dengan variabel usahatani semi organik. Dengan kata lain
variabel kualitas lingkungan sudah tercermin dalam variabel dummy usahatani semi organik.
Hasil uji normalitas, untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan (ui)
dilakukan dengan menggunakan Jarque-Bera test. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Chi
Square (2) > 2 tabel, berarti residual tidak menyebar secara normal di kedua lokasi penelitian.
Namun menurut Garperzs (1991) jika asumsi normalitas tidak terpenuhi, tetapi jumlah
sampelnya lebih besar dari 30, maka dapat diharapkan bahwa distribusi data akan mendekati
distribusi normal.
Hasil analisis fungsi produktivitas padi model OLS di Desa Gringging Kecamatan
Sambung Macan menunjukkan bahwa variabel dummy usahatani padi semi organik tidak
berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Sedangkan di Desa Sukorejo Kecamatan
Sambirejo variabel dummy usahatani padi semi organik berpengaruh nyata meningkatkan
produktivitas padi atau dengan kata lain produktivitas usahatani padi semi organik lebih tinggi
secara nyata dibandingkan usahatani padi non organik (tabel 4).
Hasil uji asumsi klasik homoskedastisitas, ternyata terjadi heteroskedastisitas pada model
yang digunakan di kedua lokasi. Analisis dilanjutkan dengan metode FGLS dengan
menggunakan model-model heteroskedastisitas. Dari hasil analisis dengan empat model
heteroskedastisitas, dipilih model Stdlin sebagai model yang memberikan hasil analisis yang
terbaik untuk lokasi penelitian Desa Gringging Kecamatan Sambung Macan dan model
multiplikatif untuk lokasi penelitian Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo.
Hasil analisis model Stdlin di Sambung Macan dan model multiplikatif untuk Desa
Sukorejo Kecamatan Sambirejo, menunjukkan bahwa variabel dummy usahatani semi organik
berpengaruh nyata meningkatkan produktivitas padi atau dengan kata lain produktivitas
usahatani padi semi organik lebih tinggi secara nyata dibandingkan usahatani padi non organik
pada tingkat kepercayaan 99 % (tingkat kesalahan = 1%) di Sambung Macan dengan nilai
koefisien regresi 0,020 dan = 10% di Sambirejo dengan nilai koefisien regresi 0,681. Hal ini
berarti bahwa usahatani semi organik (kualitas lingkungan) berpengaruh nyata meningkatkan
produktivitas padi diterima di kedua lokasi penelitian.

Suhartini Kualitas Lingkungan pada Usahatani Padi Semi Organik.....................................

87

Tabel 5. Hasil Estimasi Pengaruh Kualitas Lingkungan (Usahatani Semi Organik) Terhadap
Produktivitas Padi dengan Model OLS dan Heteroskedastisitas di Kecamatan
Sambung Macan dan Sambirejo Kabupaten Sragen
Table 5. The Estimation Result for Environmental Quality Impact (Semi-organic Rice Farming)
on Rice Productivity Using OLS and Heteroscedasticity Model at Sambung Macan
and Sambirejo Sub Districts, Sragen Regency
Variabel Indipenden
Luas Lahan
Benih/ha
Pupuk N/ha
Pupuk PK/ha
Pupuk Organik Padat/ha
Pupuk Organik Cair/ha
Pestisida Organik/ha
Pestisida Kimia/ha
Tenaga Kerja/ha
Variabel Dummy
Usahatani
Semi Organik
Varietas Lokal (aromatik)
Musim Tanam 1
Musim Tanam 2
Keanggotaan dalam
Kelompok Tani
Konstanta

Luas Lahan
Benih/ha
Pupuk N/ha
Pupuk PK/ha
Pupuk Organik Padat/ha

Koefisien Regresi pada Model OLS dan Heteroskedastisitas


Sambung Macan
Sambirejo
OLS
Stdlin
OLS
Mult
0,044 **
0,041 ***
0,118 ***
0,134 ***
(3,387)
(6,882)
(4,290)
(5,602)
0,031
0,111 ***
0,269 ***
0,322 ***
(0,971)
(8,633)
(4,513)
(6,225)
-0,040 ***
-0,035
0,022
-0,014
(-0,843)
(-3,982)
(-0,882)
(0,610)
0,004
0,013 ***
0,034 ***
0,023 **
(0,830)
(4,054)
(3,665)
(2,904)
0,016 *
0,023 **
1)
1)
(2,236)
(3,399)
0,054 *
0,052 ***
0,094 *
0,068 *
(2,503)
(10,140)
(2,552)
(2,091)
0,085 *
0,091 **
2)
2)
(2,558)
(3,073)
3)
3)
3)
3)
0,146 ***
0,128 ***
0,186 ***
0,151 ***
(4,862)
(15,980)
(5,049)
(4,420)
0,034
(1,503)
0,019
(1,343)
-0,028 *
(-1,703)
-0,102 ***
(-6,315)
0,033 *
(1,711)
8,227 ***
(41,780)

0,068 ***
0,085 *
(9,988)
(1,993)
0,049 ***
0,101 **
(5,373)
(2,899)
-0,007
-0,141 ***
(-1,286)
(-3,555)
-0,078 ***
-0,029
(-6,825)
(-0,726)
0,027 *
0,139 ***
(1,855)
(3,740)
8,090 ***
6,397 ***
(183,400)
(19,620)
Variance Equation :
0,007
(1,644)
-0,081 ***
(-8,848)
0,075 ***
(10,510)
-0,010 ***
(-4,394)
1)

0,063 *
(1,923)
0,091 **
(3,071)
-0,142 ***
(-4,215)
-0,033 **
(-0,981)
0,168 ***
(5,129)
6,074 ***
(22,050)
-0,521 ***
(-3,713)
0,478
(1,572)
0,007 **
(0,033)
0,053
(1,119)
-0,161 ***
(-4,449)

HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013

88

Pupuk Organik Cair/ha

-0,050 ***
(-13,720)
2)

Pestisida Organik/ha
Pestisida Kimia/ha
Tenaga Kerja/ha
Variabel Dummy
Usahatani Semi Organik
Varietas Lokal
Musim Tanam 1
Musim Tanam 2
Keanggotaan dalam
Kelompok Tani
Konstanta
R2
R2Adjusted
F hitung (LR ratio)

0,2884
0,2581
9,507 ***

3)
-0,006
(-0,991)

0,133
(0,710)
-0,071
(-0,418)
3)
-0,205
(-1,091)

0,020 ***
(4,178)
- 0,002
(-0,372)
0,015 ***
(3,937)
0,042 ***
(5,261)
-0,028 **
(-2,731)
0,044
(1,402)

0,681 **
(3,121)
0,203
(1,147)
-0,059
(-0,289)
-0,020
(-0,099)
0,389 *
(2,055)
-4,016 *
(-2,414)

54,7133 ***

0,4097
0,3822
14,894 ***

101,6789 ***

Sumber : Analisis Data Primer


Keterangan : *** : signifikan pada = 1 ; ** : signifikan pada = 5% * ;
* : signifikan pada = 10%. Angka dalam kurung adalah t hitung.
1) Variabel pupuk organik padat per hektar di Sambung Macan tidak dimasukkan dalam model,
karena berkorelasi positif yang erat dengan variabel dummy usahatani semi organik.
2) Variabel pestisida organik per hektar di Sambung Macan tidak dimasukkan dalam model,
karena berkorelasi positif yang erat dengan variabel dummy usahatani semi organik.
3) Variabel pestisida kimia per hektar di Sambung Macan dan di Sambirejo tidak dimasukkan
dalam model, karena berkorelasi negatif yang erat dengan variabel dummy usahatani semi
organik.
Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan model Stdlin, variabel lain yang
berpengaruh nyata meningkatkan produktivitas padi di Sambung Macan adalah luas lahan dan
penggunaan per hektar untuk benih, pupuk P dan K, pupuk organik cair, tenaga kerja, varietas
lokal serta keanggotaan dalam kelompok tani. Variabel lain yang berpengaruh nyata
meningkatkan produktivitas padi di Sambirejo adalah luas lahan dan penggunaan per hektar
untuk benih, pupuk P dan K, pupuk organik padat, pupuk organik cair, pestisida organik,
tenaga kerja, varietas lokal serta keanggotaan dalam kelompok tani.Varietas lokal yang dipakai
di lokasi penelitian adalah varietas aromatik yaitu mentik wangi.
Luas lahan berpengaruh nyata meningkatkan produktivitas padi di kedua lokasi
penelitian pada tingkat kepercayaan 99% ( = 1%), dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,041
untuk Sambung Macan dan 0,134 untuk Sambirejo. Hal ini bisa diartikan bahwa apabila luas
lahan ditingkatkan sebesar 1% maka produktivitas padi akan meningkat sebesar 0,041 % di
Sambung Macan dan di Sambirejo dengan nilai yang lebih besar yaitu 0,134 %. Variabelvariabel lain yang berpengaruh positif meningkatkan produktivitas padi di kedua lokasi adalah
penggunaan benih per hektar, pupuk organik cair per hektar, pupuk organik padat per hektar,

Suhartini Kualitas Lingkungan pada Usahatani Padi Semi Organik.....................................

89

Pupuk P dan K per hektar serta tenaga kerja per hektar dengan nilai koefisien regresi dan tingkat
signifikansi deperti dapat dilihat pada tabel 4.
Ada variabel yang berpengaruh nyata menurunkan produktivitas padi di Sambung
Macan yaitu penggunaan pupuk nitrogen (urea, ZA) per hektar pada tingkat = 1%. Nilai
koefisien regresi pupuk N sebesar -0,040, yang bisa diartikan bahwa apabila penggunaan pupuk
N meningkat 1% maka produktivitas padi akan menurun sebesar 0,040 %. Hal ini bisa terjadi
karena penggunaan pupuk nitrogen per hektar di lokasi tersebut terutama pada usahatani padi
non organik telah melebihi anjuran. Rata-rata pemakaian petani sampel adalah 385,62 kg/hektar
per musim tanam untuk padi non organik dan 203,26 kg/hektar pada padi semi organik.
Sedangkan rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen untuk
usahatani padi non organik per hektarnya untuk jenis pupuk tunggal adalah urea 250 kg, ZA 100
kg, SP 36 100 kg dan KCL 100 kg. Dusun Gringging Kecamatan Sambung Macan berada di
dataran rendah diduga menjadi salah satu penyebabnya juga, dalam arti air irigasi yang
digunakan telah tercemari oleh pupuk N juga akibat penggunaan pupuk N oleh petani yang
berlebihan di daerah-daerah diatasnya. Hal ini tidak terjadi di Desa Sukorejo Kecamatan
Sambirejo yang berada di dataran tinggi.
Penggunaan pestisida organik per hektar di Sambirejo berpengaruh nyata meningkatkan
produktivitas padi pada tingkat = 5 %, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,091. Hal ini
bisa diartikan bahwa apabila penggunaan pestisida organik per hektar meningkat sebesar 1%
maka produktivitas padi akan meningkat sebesar 0,091%. Varietas lokal aromatik (mentik
wangi) mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi secara nyata dibandingkan varietas
lainnya pada tingkat = 1% di Sambung Macan dan pada tingkat = 5% di Sambirejo. Hal ini
bisa diartikan bahwa varietas lokal aromatik (mentik wangi) mempunyai tingkat produktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan varietas unggul di kedua lokasi. Di Kecamatan Sambung Macan,
untuk varietas lokal rata-rata produktivitas sebesar 81,44 ku/ha, sedangkan varietas IR64 75,59
ku/ha pada usahatani padi semi organik, dan di Sambirejo masing-masing sebesar 55,21 ku/ha
dan 52,63 ku/ha. Hal ini berarti usahatani dengan input luar rendah ini lebih cocok untuk
varietas lokal. Berbeda dengan varietas IR64 yang memang memerlukan masukan dari luar
yang tinggi. Terlihat pada usahatani padi non organik murni di Sambung Macan varietas IR64
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan varietas lokal, yaitu masing-masing
sebesar 72,44 ku/ha dan 73,34 ku/ha .
Petani yang menjadi anggota kelompok tani mempunyai tingkat produktivitas yang
lebih tinggi secara nyata pada tingkat = 10% di Sambung Macan dan = 1% di Sambirejo
dibandingkan dengan petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani. Hal ini karena petani
yang menjadi anggota kelompok tani akan lebih aktif dalam berbagai penyuluhan/pelatihan,
sehingga akan mendapatkan akses yang lebih besar terhadap berbagai informasi, walaupun
penyuluhan/pelatihan bisa diikuti juga oleh petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani.
Musim tanam 3 (musim kemarau 2) menghasilkan tingkat produktivitas yang paling tinggi di
kedua lokasi. Hal ini karena pada musim tersebut sinar matahari penuh, apabila diikuti dengan
ketersediaan air yang cukup dan pengelolaan yang baik, maka tanaman padi bisa bertumbuh
dengan optimal. Sedangkan pada musim tanam 1 air sangat berlebihan pada usahatani padi dan
seringkali hama dan penyakit lebih banyak pada musim penghujan.
Secara umum nilai koefisien regresi sebagian besar variabel independen di Sambirejo
lebih besar daripada di Sambung Macan. Hal ini bisa diartikan bahwa bila ditambahkan input
yang sama, maka di Sambirejo akan tercapai peningkatan produktivitas yang lebih besar
daripada di Sambung Macan. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi ekosistem di Sambirejo
(Desa Sukorejo) yang lebih mendukung ke usahatani organik/semi organik, seperti kualitas air
yang masih belum tercemar karena lokasinya berada di desa tertinggi di kaki Gunung Lawu dan

90

HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013

ketersediaannya merata sepanjang tahun. Pencemaran pestisida kimia yang dilakukan oleh
petani setempat juga relatif lebih sedikit.
Hasil uji F hitung pada OLS menunjukkan bahwa nilai F hitung > F tabel dan nilai LR
(likelihood ratio) pada model heteroskedasisitas sebesar 54,7133 di Sambung Macan dan
101,6789 di Sambirejo, lebih besar daripada nilai Chi Square tabel pada tingkat signifikansi =
1%. Hal ini berarti bahwa semua variabel bebas dalam model secara bersama-sama berpengaruh
terhadap produktivitas padi. Nilai R2 untuk Sambung Macan dan Sambirejo sebesar masingmasing 0,2884 dan 0,4097. Sedangkan nilai R2 adjusted masing-masing sebesar 0,2581 dan
0,3822, yang berarti bahwa ketepatan model yang digunakan sebesar 25,81 % di Sambung
Macan dan 38,22 % di Sambirejo, dan ada faktor lain diluar model yang berpengaruh terhadap
produktivitas padi yaitu sebesar 74,19 % di Sambung Macan dan 61,78 % di Sambirejo.

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas lingkungan pada usahatani padi semi
organik lebih baik daripada usahatani padi non organik di lokasi penelitian. Kualitas lingkungan
mempunyai korelasi positif yang erat dan siginifikan terhadap usahatani semi organik. Hasil
estimasi model ekonometri fungsi produktivitas dengan metode FGLS menunjukkan bahwa
kualitas lingkungan (usahatani padi semi organik) berpengaruh nyata meningkatkan
produktivitas padi baik di dataran rendah (Desa Gringging Kecamatan Sambung Macan)
maupun di dataran tinggi (Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo).
Penambahan penggunaan input per hektar masih mampu meningkatkan produktivitas
padi di kedua lokasi yaitu untuk penggunaan benih per hektar, pupuk organik cair per hektar,
pupuk organik padat per hektar, Pupuk P dan K per hektar serta tenaga kerja per hektar.
Penambahan luas lahan masih mampu meningkatkan produktivitas padi di kedua lokasi. Khusus
di Sambirejo penggunaan pestisida organik secara signifikan meningkatkan produktivitas padi.
Di Sambung penambahan pupuk N per hektar akan menurunkan produktivitas padi secara
signifikan. Varietas lokal (mentik wangi) mempunyai produktivitas yang lebih tinggi. Petani
yang tergabung dalam kelompok tani mempunyai produktivitas padi yang lebih tinggi.
Sistem usahatani padi semi organik yang terbukti mampu meningkatkan kualitas
lingkungan dan prduktivitas padi perlu dikembangkan secara luas lagi. Upaya-upaya yang telah
dilakukan dengan baik dalam mendukung kegiatan usahatani padi organik ini di Kabupaten
Sragen seperti kebijakan pengembangan padi organik yang disertai dengan sistem penyuluhan,
pengembangan kelembagaan termasuk lembaga pemasaran beras organik yang berupa
perusahaan daerah perlu dipertahankan dan ditingkatkan dan perlu disertai dengan promosi
beras organik.
Penggunaan pupuk N di Sambung Macan yang tinggi perlu dikurangi dengan
menambahkan pupuk organik ke dalam tanah. Keberadaan varietas lokal (mentik wangi) perlu
dipertahankan dan dikembangkan lagi, karena lebih cocok untuk usahatani padi semi organik.
Petani yang belum bergabung di kelompok tani perlu diarahkan agar bergabung di kelompok
tani di daerahnya. Untuk mendukung keberlanjutan sistem usahatani secara keseluruhan perlu
dilakukan upaya-upaya agar petani mau melakukan pola pergiliran tanaman, terutama pada
musim kemarau dimana ketersediaan air irigasi sangat kurang. Hal ini selain untuk memutus
siklus hidup hama juga untuk penghematan air terutama pada musim kemarau. Upaya-upaya
konservasi dengan menanam tanaman-tanaman tahunan sangat perlu dilakukan untuk menjaga
ketersediaan air dalam jangka panjang. Selanjutnya penelitian-penelitian lanjutan dan penelitian

Suhartini Kualitas Lingkungan pada Usahatani Padi Semi Organik.....................................

91

teknis perlu dilakukan untuk mengembangkan usahatani padi semi organik/organik baik di
lokasi penelitian ini maupun di tempat lain.

DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J.S., 2005. Peranan Bahan Organik Tanah dalam Meningkatkan Kualitas dan
Produktivitas Lahan Pertanian. Makalah Disampaikan dalam Workshop dan Kongres
Nasional II Maporina. Jakarta.
Alhusin, S., 2002. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10 for Windows. Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Ancok, D., 1989. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Pusat Penelitian Kependudukan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Azwar, S., 2004. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Deptan Indonesia. Badan Standardisasi Nasional, 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Sistem Pertanian Organik.
Deptan Indonesia. Sekretariat Jenderal, 2002. Sistem Standardisasi Pertanian.
Gaspersz, V., 1991. Ekonometrika Terapan. Penerbit TARSITO. Bandung.
Green, W. H., 1993. Econometric Analysis.. Macmillan Publishing Company. New York.
Gujarati, D., 1997. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Erlangga. Jakarta.
Johnston, J., 1984. Econometric Methods. International Student Edition. Mc Graw-Hill Inc.
Singapore.
Mulyadi, 2000. Price Policies in Central Java, Indonesia : Impact on Demand for Urea
Fertilizer in Paddy Production and the Resulting Nitrate Contamination. Doctor of
Philosophy Dissertation. Universiti Putra Malaysia.
Sheperd, A., 1998. Sustainable Rural Development. Macmillan Press Ltd. London.
Siegel, S., 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Zanzawi
Suyuti dan Landung Simatupang dalam koordinasi Peter Hagul. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Suhartini, 1999. "Integrated Farming System" Terobosan Bioteknologi Menuju Pertanian Masa
Depan yang Berwawasan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional "Membangun
Lingkungan Hidup yang Lestari dengan Memanfaatkan Bioteknologi Berbasis
Keanekaragaman Hayati" Fak. Pertanian Univ. Janabadra dan Yayasan KEHATI.
Sutanto, R, 2002. Pertanian Organik, Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Theil, H., 1971. Introducton to Econometric. Private Limited. Prentice Hall of India. New
Delhi.
White, K.J., S.D. Whistler, S.A. Haun, 1990. Shazam, Econometrics Computer Program:
Users Reference Manual Version 6.2. McGraw-Hill Book Company

You might also like