Jangek itu bahasa Minang yang artinya kulit, jadi kerupuk jangek atau bahasa Minangnya karupuak jangek artinya ya kerupuk kulit. Bahan bakunya kulit sapi atau kulit kerbau. Saya mencari informasi dari you tube tentang proses pembuatan kerupuk kulit, ternyata prosesnya panjaang. Saya jadi lebih menghargai sekeping kerupuk kulit setelah melihat proses pembuatannya.

Saya bukan yang suka sekali dengan kerupuk jangek, tapi sering membelinya, karena suami suka. Yang saya beli tentu saja kerupuk yang siap makan, karena ada juga kerupuk jangek yang mentah belum digoreng. Saya tak pernah membeli kerupuk jangek mentah, takut gagal menggorengnya.

Kerupuk jangek kandungan gizinya cukup baik, yaitu karbohidrat sebesar 3,3 %, protein sebesar 72,4%, lemak sebesar 20,2%, selain itu kerupuk jangek juga mengandung kalsium dan fosfor, jadi kandungan tertingginya protein.

Beberapa waktu lalu viral di internet berita tentang seseorang membayar kerupuk kulit kuah seharga Rp 1.140.000 di sebuah rumah makan Padang. Sesaat saya kaget, itu kulit apa dan kuahnya apa. Kemudian saya tahu itu ternyata untuk 38 porsi. Tetapi biar 38 porsi tetap kemahalanlah ya, karena berarti satu porsinya Rp30.000. Saya sendiri saat makan di rumah makan belum pernah beli kerupuk kulit dikuahi. Tetapi di rumah itu sering kami lakukan.

Saya membeli kerupuk jangek di pasar tradisional selalu sebanyak ini saja, harganya Rp 5.000.

Sebungkus yang Rp 5.000 ini bisa untuk dua atau tiga kali makan. Karena kami orang Minang, tentu saja menu kuah gulai sering ada, jadi kerupuknya bisalah dimakan dengan kuah gulai yang ada. Lima ribu rupiah untuk tiga kali makan tentu sangat murah dibanding Rp 30.000 untuk sekali makan