SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN GURU
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
SMP/MTs
ILMU PENGETAHUAN ALAM
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2013
|i
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diterbitkan oleh:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2013
Copyright © 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin
tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
| ii
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, Kurikulum 2013 secara terbatas mulai
dilaksanakan tahun 2013 pada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan
secara selektif. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk
merespon berbagai tantangan tantangan internal dan eksternal.
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata
kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan
apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada
tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu
melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu,
implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan
tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama,
standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar
kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata
pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima,
semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi
lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini
menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.
Mudah-mudahan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik. Akhirnya, kepada
semua pihak yang telah mendedikasikan dirinya dalam mempersiapkan Kurikulum 2013, saya
mengucapkan banyak terima kasih. Semoga bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Muhammad Nuh
| iii
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Bahan Ajar Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013. Modul bahan ajar ini merupakan bahan ajar wajib dalam rangka
pelatihan calon instruktur, guru inti, dan guru untuk memahami Kurikulum 2013 dan kemudian
dalam proses pembelajaran di sekolah.
Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui
pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Pada
Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan
Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.
Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga guru dan tenaga kependidikan
lainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Sehubungan dengan itu, Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas.
Pada tahun 2013 pelatihan akan dilakukan bagi pengawas SD/SMP/SMA/SMK, kepala sekolah
SD/SMP/SMA/SMK, dan guru Kelas I dan IV SD, guru Kelas VII SMP untuk 9 mata pelajaran, dan
guru Kelas X SMA/SMK untuk 3 mata pelajaran. Guna menjamin kualitas pelatihan tersebut, maka
BPSDMPK dan PMP telah menyiapkan 14 Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, sesuai
dengan kelas, mata pelajaran, dan jenjang pendidikan. Modul ini diharapkan dapat membantu
semua pihak menjalankan tugas dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas partisipasi aktif kepada pejabat dan staf di
jajaran BPSDMPK dan PMP, dosen perguruan tinggi, konsultan, widyaiswara, pengawas, kepala
sekolah, dan guru yang terlibat di dalam penyusunan modul-modul tersebut di atas.
Jakarta, Juni 2013
Kepala Badan PSDMPK-PMP
Syawal Gultom
NIP. 19620203 198703 1 002
| iv
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
DAFTAR ISI
SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
GAMBARAN STRUKTUR MATERI PELATIHAN
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.
Tujuan Umum Pelatihan
B.
Indikator Umum Ketercapaian Tujuan
C.
Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
D.
Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
E.
Tahapan, Nara Sumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah,
F.
dan Pengawas
G.
Penilaian
H.
Panduan Narasumber dan Fasilitator
I.
Kode Etik Narasumber
J.
Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013
K.
Sistematika Modul
BAGIAN II SILABUS PELATIHAN
A.
Silabus Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset
B.
Silabus Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013
C.
Silabus Materi Pelatihan 2: Analisis Materi Ajar
D.
Silabus Materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran
E.
Silabus Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing
BAGIAN III MATERI PELATIHAN
A.
Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset
B.
Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013
C.
iii
iv
v
vi
1
2
2
3
3
3
5
6
6
7
8
10
11
13
15
20
27
31
34
35
60
1.1 Rasional
65
1.2 Elemen Perubahan Kurikulum
97
1.3 SKL, KI, dan KD
103
1.4 Strategi Implementasi Kurikulum 2013
157
Materi Pelatihan 2 : Analisis Materi Ajar
161
171
2.1 Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
2.2 Konsep Pendekatan Scientific
191
2.3 Model Pembelajaran
224
2.4 Konsep Penilaian Autentik
274
2.5 Analisis Buku Guru dan Siswa
306
|v
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
D.
E.
Materi Pelatihan 3 : Model Rancangan Pembelajaran
316
3.1 Penyusunan RPP
320
3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
349
Materi Pelatihan 4 : Praktik Pembelajaran Terbimbing
352
4.1 Simulasi Pembelajaran
357
366
4.2 Peer Teaching
| vi
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
GAMBARAN STRUKTUR MATERI PELATIHAN GURU IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BAGIAN 1:
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Tujuan Umum Pelatihan
Indikator Umum KetercapaianTujuan
Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
Tahapan, Narasumber, dan Peserta Pelatihan
Struktur Pelatihan
Penilaian
Panduan Narasumber dan Fasilitator
Kode Etik Narasumber
Panduan Penggunaan Materi Pelatihan
Sistematika Materi Pelatihan
BAGIAN 2:
SILABUS
A.
B.
C.
D.
E.
Silabus Perubahan Mindset
Silabus Konsep Kurikulum 2013
Silabus Analisis Materi Ajar
Silabus Model Rancangan Pembelajaran
Silabus Praktik Pembelajaran Terbimbing
A. Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset
B. Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013
1.1 Rasional
1.2 Elemen Perubahan
1.3 SKL, KI, KD
1.4 Strategi Implementasi
BAGIAN 3:
MATERI PELATIHAN
C. Materi Pelatihan 2: Analisis Materi Ajar
2.1 Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
2.2 Konsep Pendekatan Scientific
2.3 Model Pembelajaran
2.4 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
2.5 Analisis Buku Guru dan Buku SIswa
D. Materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran
1.1 Penyusunan RPP
1.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
E. Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing
4.1 Simulasi Pembelajaran
4.2 Peer Teaching
F. Program Pendampingan
| vii
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Pendahuluan | 1
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Modul Pelatihan ini disiapkan untuk digunakan para Narasumber Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 sesuai dengan kelas, mata pelajaran dan jenjang pendidikan. Narasumber yang
dimaksudkan adalah Narasumber Nasional, Instruktur Nasional, Guru Inti, Kepala Sekolah Inti, dan
Pengawas Sekolah Inti.
Modul ini memberi panduan bagi para pengguna mengenai (1) Tahapan Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013; (2) Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013; (3) Panduan Narasumber;
(4) Panduan Penilaian; (5) Bahan/Materi Pelatihan untuk masing-masing Mata Pelatihan.
Bahan/Materi Pelatihan yang dimaksud meliputi hand-out, lembar kerja/worksheet, bahan tayang
baik dalam bentuk slide power point maupun rekaman video.
Sesuai dengan Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) telah menetapkan jenjang atau tahapan pelatihan, sasaran
pelatihan, dan struktur pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk tahun kalender 2013.
A. Tujuan Umum Pelatihan
Tujuan Umum Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
1.
Guru mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi,
proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum 2013.
2.
Kepala sekolah mampu mengerahkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka menjamin
keterlaksanaan implementasi Kurikulum 2013.
3.
Pengawas sekolah mampu memberikan bantuan teknis secara benar kepada sekolah
dalam mengatasi hambatan selama implementasi Kurikulum 2013.
B. Indikator Umum Ketercapaian Tujuan
Hasil monitoring dan evaluasi implementasi Kurikulum 2013 pada akhir Tahun Ajaran
2013/2014, menunjukkan di bawah ini.
1.
Tujuh puluh persen (70%) guru kelas I, IV, VII, X mampu melaksanakan tugas sesuai
dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum
2013.
2.
Tujuh puluh persen (70%) sekolah pelaksana Kurikulum 2013 tidak mengalami hambatan
biaya, sarana, sumber daya manusia, dan kebijakan sekolah.
3.
Tujuh puluh persen (70%) sekolah pelaksana Kurikulum 2013 mendapatkan bantuan
secara benar dari pengawas sekolah selama implementasi Kurikulum 2013.
Pendahuluan | 2
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
Berdasarkan Indikator Ketercapaian Tujuan, maka berikut ini kompetensi inti yang harus
dicapai peserta setelah mengikuti pelatihan.
1.
Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.
2.
Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
3.
Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013 (rasional, elemen
perubahan, SKL, KI dan KD, serta strategi implementasi).
4.
Memiliki keterampilan menganalisis keterkaitan antara Standar Kompetensi Kelulusan
(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Buku Guru, dan Buku Siswa.
5.
Memiliki keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan
mengacu pada Kurikulum 2013.
6.
Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan pendekatan Scientific secara
benar.
7.
Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.
8.
Memiliki keterampilan melaksanakan penilaian autentik dengan benar.
9.
Memiliki keterampilan berkomunikasi lisan dan tulis dengan runtut, benar, dan santun.
D. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah mampu
mewujudkan hasil kerja secara kolektif berikut ini.
1.
Analisis SKL, KI, KD untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1
semester.
2.
Analisis buku siswa dan buku guru untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban
tugasnya, selama 1 semester.
3.
Contoh RPP untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1
semester.
4.
Contoh instrumen penilaian untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya,
selama 1 semester.
E. Tahapan, Narasumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Sasaran akhir dari pelatihan ini adalah guru, kepala sekolah dan pengawas. Mengingat
jumlah sasaran akhir pelatihan sangat besar dan sebaran sasaran akhir pelatihan sangat luas,
maka pelatihan ini menerapkan strategi pelatihan bertahap atau berjenjang. Tahapan atau
Pendahuluan | 3
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
jenjang pelatihan, narasumber yang akan bertugas, serta sasaran peserta dapat dijelaskan
pada diagram berikut ini.
Narasumber: Narasumber Nasional
PELATIHAN INSTRUKTUR
NASIONAL
Peserta: Instruktur Nasional
Narasumber: Instruktur Nasional
Narasumber: Instruktur Nasional
Narasumber: Instruktur Nasional
PELATIHAN GURU INTI
PELATIHAN KEPALA SEKOLAH INTI
PELATIHAN PENGAWAS INTI
Peserta: Guru Inti
Peserta: Kepala Sekolah Inti
Peserta: Pengawas Inti
Narasumber: Guru Inti
Narasumber: Kepala Sekolah Inti
Narasumber: Pengawas Inti
PELATIHAN GURU KELAS/MAPEL
PELATIHAN KEPALA SEKOLAH
PELATIHAN PENGAWAS
Peserta: Guru Kelas/Mapel/BK
Peserta: Kepala Sekolah
Peserta: Pengawas
Diagram 1. Tahapan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tahapan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat pada diagram 1 di atas.
Diagram tersebut menunjukan terdapat 3 tahap pelatihan yaitu:Pelatihan Tingkat Nasional,
Tingkat Provinsi, dan Tingkat Kabupaten/Kota. Secara keseluruhan terdapat 7 jenis
pelatihan, yakni: Pelatihan Instruktur Nasional, Pelatihan Guru Inti, Pelatihan Kepala Sekolah
Inti, Pelatihan Pengawas Inti, Pelatihan Guru Kelas/ Mapel, Pelatihan Kepala sekolah, dan
Pelatihan Pengawas.
Pendahuluan | 4
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
F. Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah, dan
PengawasSekolah
Tabel 1: Struktur Pelatihan Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah
No
MateriPelatihan
SD/MI
SMP/MTs
Kelas I
Kelas IV
IPA
IPS
Lainnya
SMA/SMK
/MA
0.
PERUBAHAN MINDSET
2
2
2
2
2
2
1.
KONSEP KURIKULUM 2013
4
4
4
4
4
4
1.1
Rasional
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
1.2
Elemen Perubahan
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
1.3
SKL, KI dan KD
2
2
2
2
2
2
1.4
Strategi Implementasi
1
1
1
1
1
1
2.
ANALISIS MATERI AJAR
12
12
12
12
12
12
2.1
Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu
2
2
Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
2
Konsep Pembelajaran IPS Terpadu
2
2.2
Konsep Pendekatan Scientific
2.3
Model Pembelajaran
2.4
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
2
2.5
Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,
Kecukupan, dan Kedalaman Materi)
3.
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
6
6
4
4
6
6
MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
8
8
8
8
8
8
3.1
Penyusunan RPP
5
5
5
5
5
5
3.2
Perancangan Penilaian Autentik
3
3
3
3
3
3
4.
PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
22
22
22
22
22
22
4.1
Simulasi Pembelajaran
8
8
8
8
8
8
4.2
Peer Teaching
14
14
14
14
14
14
PROGRAM PENDAMPINGAN
2
2
2
2
2
2
TES AWAL DAN TES AKHIR
2
2
2
2
2
2
TOTAL
52
52
52
52
52
52
Pendahuluan | 5
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
G. Penilaian
Seusai pelatihan, panitia pelatihan akan mengumumkan hasil penilaian peserta. Penilaian
meliputi tiga ranah yaitu:
1. sikap
2. pengetahuan, dan
3. keterampilan
Penilaian autentik diterapkan di dalam pelatihan ini. Metode penilaian yang diterapkan di
dalam penilaian ini meliputi:
1.
2.
3.
4.
tes awal;
tes akhir;
portofolio; dan
pengamatan.
Setiap calon instruktur nasional, guru inti, kepala sekolah inti, dan pengawas inti dinyatakan
lulus apabila mencapai nilai 75 dan memiliki kewenangan untuk melatih.
H. Panduan Narasumber dan Fasilitator
Narasumber memainkan peran yang sangat penting untuk menjadikan suatu pelatihan yang
menarik dan menyenangkan. Jumlah narasumber yang akan bertugas sebanyak 3 (tiga) orang
selama proses pelatihan. Narasumber membagi tugas secara bersama-sama dengan prinsip
keadilan. Ketika seorang narasumber bertugas memberikan materi pelatihan, maka
narasumber lainnya berperan sebagai fasilitator yang membantu dalam menyiapkan
perangkat pelatihan, memberikan penjelasan tambahan, dan melakukan penilaian kepada
peserta.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang narasumber adalah berikut ini.
1.
Memahami isi modul sesuai bidang yang ditugaskan.
2.
Melaksanakan pelatihan sesuai dengan modul dan mematuhi urutan dalam skenario
pelatihan yang telah disusun.
3.
Memberikan contoh panutan bagi peserta, baik dalam hal disiplin, berperilaku, cara
memberikan pertanyaan, cara memberikan umpan balik, memberikan motivasi, maupun
penguasaan materi pelatihan.
4.
Memanggil nama peserta untuk mengurangi ketegangan.
5.
Mengurangi penjelasan definisi, menjawab pertanyaan, dan memberikan konfirmasi,
tetapi wajib melibatkan peserta secara aktif dalam mencari, menggali data, menganalisis
alternatif temuan, memecahkan masalah, mengambil keputusan atau simpulan.
6.
Memotivasi peserta untuk mengambil kesimpulan sendiri, menanyakan argumentasinya
mengapa peserta mengambil simpulan itu, menguatkan dan menekankan simpulan itu.
Pendahuluan | 6
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
7.
Memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta baik laki-laki maupun
perempuanyang memiliki keterbatasan berbicara, yang minoritas, yang pendiam, yang
tua, dan sebagainya.
8.
Mengaktifkan peserta untuk menjawab pertanyaan peserta lain.
9.
Menghindari hal-hal berikut ini.
a.
b.
c.
d.
e.
Menjawab pertanyaan yang tidak dipahami maksudnya.
Menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabnya.
Menjawab pertanyaan yang tidak perlu dijawab.
Terpancing dalam perdebatan dengan peserta yang dapat mengakibatkan habisnya
waktu.
Berperan sebagai orang yang serba tahu.
10. Mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab peserta sesering mungkin (jangan
pertanyaan yang sulit dijawab atau terlalu mudah dijawab peserta).
Tugas Narasumber yang Berperan sebagai Fasilitator
1.
Menyiapkan alat, sumber, dan media belajar yang diperlukan.
2.
Membagi bahan pelatihan kepada peserta sesuai haknya.
3.
Melaksanakan penilaian terdiri atas: tes awal, tes akhir,, dan penilaian proses, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4.
Mencatat kehadiran peserta sebagai bagian dari bahan penilaian.
5.
Menyerahkan laporan tertulis setiap selesai melakukan pelatihan.
I. Kode Etik Narasumber
Setiap fasilitator pelatihan wajib menyetujui dan menerapkan kode etik berikut ini.
1.
Menghormati kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.
2.
Mengacu pada prinsip-prinsip andragogi dalam bersikap dan berperilaku.
3.
Menjaga kerahasiaan semua alat penilaian yang akan digunakan.
4.
Memberlakukan peserta secara adil dan tidak diskriminatif.
5.
Melakukan penilaian secara objektif.
Pendahuluan | 7
SMP
J.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013
Jenis bahan dan lembar kerja untuk masing-masing materi pelatihan dapat dilihat berikut ini.
Beberapa dokumen pelatihan digunakan sebagai acuan untuk beberapa materi pelatihan
sebagaimana tercermin dalam pengkodean bahan pelatihan.
Tabel 2. Daftar dan Pengkodean Materi Pelatihan
NO.
0.
1.
MATERI PELATIHAN
PERUBAHAN MINDSET
Bahan Tayang
Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21
KONSEP KURIKULUM 2013
Video
Tayangan Paparan Kurikulum 2013 oleh
Mendikbud
Bahan Tayang
Perubahan Mindset
Hand-Out
PPT-0.1
V-1.1
PPT-1.1
Rasional dan Elemen Perubahan
PPT-1.2
SKL, KI, KD
PPT-1.3
Strategi Implementasi
PPT-1.4
Naskah Kurikulum 2013
SKL, KI, dan KD Mata Pelajaran IPA
Silabus Mata Pelajaran IPA SMP
Contoh Analisis Keterkaitan antara SKL, KI,
dan KD
2.
KODE
HO-1.1/1.2/1.4
HO-1.3.1/2.1/
2.5/3.1/3.2
HO-1.3.2/2.1/2.5/
3.1/3.2
HO-1.3.3
Lembar
Kerja/Rubrik
Analisis Keterkaitan SKL, KI, KD
Video
Pembelajaran IPA Terpadu
V-2.1/4.1
Model-model Pembelajaran
V-2.3
Rubrik Penilaian Analisis Keterkaitan SKL, KI,
KD
ANALISIS MATERI AJAR
Bahan Tayang
R-1.3
Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
PPT-2.1-1
Konsep Pendekatan Scientific
PPT-2.2-1
Model Pembelajaran Project Based Learning
PPT-2.3-1
Model Pembelajaran Problem Based Learning
PPT-2.3-2
Model Pembelajaran Discovery Learning
PPT-2.3-3
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar
Analisis Buku Guru dan Siswa
Hand-Out
LK-1.3
SKL, KI, dan KD
Silabus Mata Pelajaran IPA SMP
Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
PPT-2.4
PPT-2.5
HO-1.3.1/2.1/
2.5/3.1/3.2
HO-1.3.2/2.1/2.5/
3.1/3.2
HO-2.1
Pendahuluan | 8
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO.
MATERI PELATIHAN
Konsep Pendekatan Scientific
Contoh Penerapan Pendekatan Scientific
dalam Pembelajaran IPA Terpadu
HO-2.2-1
Model Pembelajaran Project Based Learning
HO-2.3-1
Model Pembelajaran Problem Based Learning
HO-2.3-2
Model Pembelajaran Discovery Learning
HO-2.3-3
Konsep Penilaian Autentik
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada
Pembelajaran IPA Terpadu
Lembar
Kerja/Rubrik
3.
Hand-Out
4.
HO-2.4
HO-2.4/3.2
LK-2.5-1
Analisis Buku Siswa
LK-2.5-2
Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu
pada Standar Proses dan Pendekatan
Scientific
Panduan Tugas Menelaah Rancangan
Penilaian pada RPP yang Telah Dibuat
SKL, KI, dan KD
Contoh RPP IPA Terpadu
Lembar
Kerja/Rubrik
HO-2.2-2
Buku IPA SMP Kels VII
Perancangan Model Keterpaduan pada
Pembelajaran IPA
Analisis Buku Guru
Rubrik Perancangan Model Keterpaduan pada
Pembelajaran IPA
Rubrik Penilaian Hasil Analisis Buku Guru dan
Siswa
MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
Bahan Tayang
KODE
HO.-2.5
LK-2.1
R-2.1
R-2.5
PPT-3.1-1
PPT-3.2
HO-1.3/2.1/
2.5/3.1/3.2
HO-3.1-2
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada
Pembelajaran IPA Terpadu
HO-2.3/3.2
Telaah RPP
LK-3.1/3.2
Rubrik Penilaian Telaah RPP
R-3.1/3.2
PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
Video
Video Pembelajaran IPA Terpadu
Bahan Tayang
Strategi Pengamatan Tayangan Video
Lembar
Kerja/Rubrik
Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan
Pembelajaran Melalui Peer-Teaching
Instrumen Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
Analisis Pembelajaran pada Tayangan Video
Rubrik Penilaian Analisis Pembelajaran pada
V-2.1/4.1
PPT-4.1
PPT-4.2-1
PPT-4.2-2
LK-4.1
R-4.1
Pendahuluan | 9
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
NO.
MATERI PELATIHAN
KODE
Tayangan Video
Instrumen Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
LK-4.2
R-4.2
Keterangan:
V
PPT
HO
LK
R
:
:
:
:
:
Video
Powerpoint Presentation
Hand-Out
Lembar Kerja
Rubrik
Catatan Pengkodean:
1.
PPT-1.3 artinya bahan presentasi ini digunakan saat menyampaikan Materi Pelatihan 1
(Konsep Kurikulum), Submateri 3 (SKL,KI,KD)
2.
HO-1.3/2.1/2.4/3.1/3.2 artinya dokumen ini digunakan sebagai acuan untuk beberapa
materi pelatihan yaitu sebagai berikut:
- Materi Pelatihan 1, submateri 3;
- Materi Pelatihan 2, submateri 1 dan 4;
- Materi Pelatihan 3, submateri 1 dan 2.
K. Sistematika Modul
Modul pelatihan implementasi kurikulum ini dibagi dalam empatbagian berikut ini.
Bagian I
:
Pendahuluan
Bagian II
:
Silabus Pelatihan
Bagian III :
Materi Pelatihan
Pendahuluan | 10
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN II
SILABUS PELATIHAN
Silabus Pelatihan | 11
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS
PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
JENJANG: SMP/MTs
MATA PELAJARAN: ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2013
Silabus Pelatihan | 12
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
NO
0.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Tantangan
Indonesia
dalam Abad ke21
0. PERUBAHAN MINDSET
2 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
1. Memiliki sikap
yang terbuka
untuk
menerima
Kurikulum
2013
2. Memiliki
keinginan yang
kuat untuk
mengimpleme
ntasikan
Kurikulum
2013.
INDIKATOR
1. Menunjukkan
sikap menerima
secara terbuka
terhadap
perubahan
Kurikulum dalam
rangka
menghadapi
tantangan
Indonesia dalam
Abad ke-21.
2. Menunjukkan
sikap
menghargai
perubahan
kurikulum.
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Tanya jawab
tentang
tantangan
Indonesia dalam
Abad ke-21.
2. Curah pendapat
membandingkan
antara berpikir
berbasis kendala
(constraintbased thinking)
dengan berpikir
berbasis
kesempatan
(opportunitybased thinking)
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Menerima,
menghargai
dan merespon
positif
perubahan
Kurikulum da
serta
berpartisipasi
aktif dalam
kegiatan
materi
pelatihan.
Pengamatan
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
Pengamatan
Sikap
JENIS
Bahan
Tayang
DESKRIPSI
Tantangan
Indonesia dalam
Abad ke-21
(PPT-0.1)
3. Mendiskusikan
cara baru dalam
Silabus Pelatihan | 13
WAKTU
(JP)
2
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
3. Merespon
secara positif
terhadap cara
baru dalam
belajar.
4. Berpartisipasi
aktif dalam
kegiatan materi
pelatihan
perubahan
mindset.
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
belajar.
4. Mendiskusikan 6
pendorong
utama teknologi
pendidikan yang
harus
diperhatikan
5. Tanya jawab
tentang
keterampilan
berpikir tingkat
tinggi (higher
order thinking
skill).
Silabus Pelatihan | 14
WAKTU
(JP)
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
NO
1.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Rasional
1. KONSEP KURIKULUM
4 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Memahami
secara utuh
rasional
Kurikulum 2013.
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Menerima
rasional
pengembangan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
masa depan.
1. Mengamati dan
menyimak
tayangan
paparan tentang
Kurikulum 2013
oleh Mendikbud.
2. Menjelaskan
rasional
pengembangan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
masa depan.
2. Menyimak dan
melakukan tanya
jawab tentang
paparan rasional
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
kurikulum di
Indonesia.
3. Menjelaskan
permasalahan
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Menerima
latar belakang
alasan
perubahan
Kurikulum
2013.
Pengamatan
Pengetahuan
Memahami
secara utuh
rasional
kurikulum
2013 .
Tes Tertulis
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
JENIS
DESKRIPSI
1. Video
Tayangan
Paparan
Kurikulum 2013
oleh Mendikbud
(V-1.1)
Rasional
Kurikulum 2013
(PPT-1.1)
2. Bahan
Tayang
3. Hand-out
Naskah
Kurikulum 2013
(HO-1.1/1.2/1.4)
Silabus Pelatihan | 15
WAKTU
(JP)
0,5
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
Kurikulum 2006
(KTSP).
4. Mengidentifikasi
kesenjangan
kurikulum antara
kondisi saat ini
dengan kondisi
ideal.
5. Menjelaskan
alasan
pengembangan
kurikulum.
1.2
Elemen
Perubahan
Kurikulum 2013
Memahami
secara utuh
elemen
perubahan
Kurikulum 2013.
1. Menerima empat
elemen
perubahan
Kurikulum 2013
yang mencakup:
SKL, SI, Standar
Proses, dan
Standar
Penilaian.
2. Menjelaskan
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Menerima
empat elemen
perubahan
Kurikulum
2013
Pengamatan
Pengetahuan
Memahami
elemen
perubahan
Kurikulum
2013 dan
hubungannya
Tes Tertulis
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
3. Menyimpulkan
rasional
Kurikulum 2013
yang mencakup
permasalahan
kurikulum 2006
(KTSP),
kesenjangan
kurikulum antara
kondisi saat ini
dengan kondisi
ideal, serta
alasan
pengembangan
kurikulum.
1. Menyimak dan
melakukan tanya
jawab tentang
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
kurikulum.
2. Menyimpulkan
empat elemen
perubahan
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Bahan
Tayang
Elemen
Perubahan
Kurikulum 2013
(PPT-1.2)
2. Hand-out
Naskah
Kurikulum 2013
(HO-1.1/1.2/1.4)
Silabus Pelatihan | 16
0,5
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
yang mencakup:
SKL, SI, Standar
Proses, dan
Standar
Penilaian.
KEGIATAN
PELATIHAN
Kurikulum 2013.
3. Menjelaskan
empat elemen
perubahan
kurikulum dalam
hubungannya
dengan
kompetensi yang
dibutuhkan pada
masa depan.
1.3
SKL, KI dan KD
Memahami
keterkaitan
antara SKL, KI,
dan KD pada
Kurikulum 2013.
1. Bekerja sama
dalam
menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD.
2. Menganalisis
keterkaitan
antara SKL, KI,
dan KD.
1. Menyimak
paparan SKL, KI,
dan KD.
2. Memberi contoh
analisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD.
3. Menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD serta
silabus IPA Kelas
VII melalui
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
dengan
kompetensi
yang
dibutuhkan
pada masa
depan.
Sikap
Bekerja sama
dalam
kelompok
dengan baik
dan benar
Pengamatan
Keterampilan
Terampil
menganalisis
keterkaitan
SKL, KI, dan KD
Penugasan
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
penilaian
hasil analisis
keterkaitan
SKL, KI dan
KD (R-1.3)
1. Bahan
Tayang
SKL, KI, dan KD
(PPT-1.3)
2. Hand-Out
a. SKL, KI, dan
KD (HO-1.3.1/
2.1/2.5/
3.1/3.2)
b. Silabus ( HO1.3.2/2.1/
3.1/3.2)
c. Contoh
Analisis
Keterkaitan
antara SKl, KI,
Silabus Pelatihan | 17
2
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
diskusi kelompok
pada format
yang sudah
disediakan
(Setiap kelompok
menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD serta
silabus IPA kelas
VII yang akan
dijadikan dasar
dalam membuat
RPP)
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
Pengetahuan
Kemampuan
memahami
konsep SKL, KI,
dan KD serta
keterkaitan
antara ketiga
kompetensi
tersebut.
Tes Tertulis
Sikap
Berkomunikasi
dengan
bahasa yang
santun,
sistematis,
dan
komunikatif
dalam
Pengamatan
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
JENIS
DESKRIPSI
3. Lembar
Kerja
WAKTU
(JP)
dan KD
(HO-1.3)
Analisis
Keterkaitan SKL,
KI, dan KD
(LK-1.3 )
4. Mempresentasi
kan hasil diskusi
kelompok.
5. Menilai hasil
kerja kelompok
lain.
1.4
Strategi
Implementasi
Kurikulum 2013
Memahami
secara utuh
strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
1. Berkomunikasi
dengan bahasa
yang runtut dan
komunikatif
untuk
mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
1. Diskusi kelas
untuk membahas
kurikulum
Nasional daerah
dan sekolah
2. Mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Lembar
Pengamatan
Sikap
1. Bahan
Tayang
Strategi
Implementasi
Kurikulum
(PPT-1.4)
2. Hand-out
Naskah
Kurikulum 2013
(HO-1.1/1.2/1.4)
Silabus Pelatihan | 18
1
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013.
2. Mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
3. Merangkum dan
menyimpulkan
hasil diskusi
kelas.
4. Mengkomunikasi
kan hasil diskusi
kelas.
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
meyampaikan
ide-ide.
Pengetahuan
Memahami
elemenelemen
penting
strategi
implementasi
Kurikulum
2013.
Tes Tertulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
Silabus Pelatihan | 19
WAKTU
(JP)
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERIPELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
NO
2.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Konsep
Pembelajaran
IPA Terpadu
2. ANALISIS MATERI AJAR
12 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Mendeskripsikan
konsep
pembelajaran IPA
Terpadu
INDIKATOR
1. Menerima
penerapan
konsep
pembelajaran
IPA Terpadu dan
menghargai
pendapat orang
lain.
2. Menjelaskan
konsep
pembelajaran
IPA Terpadu.
3. Merancang
model
keterpaduan
pada
pembelajaran
IPA
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Mendiskusikan
konsep
pembelajaran
IPA Terpadu.
2. Merancang
model
keterpaduan
pada
pembelajaran
IPA
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Menerima
penerapan
konsep
pembelajaran
IPA Terpadu
dan
menghargai
pendapat
orang lain.
Pengamatan
Keterampilan
Terampil
merancang
model
keterpaduan
pada
pembelajaran
IPA
Penugasan
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
perancangan model
keterpaduan pada
pembelajaran IPA
(R-2.1)
JENIS
DESKRIPSI
1. Bahan
Tayang
Konsep
pembelajaran
IPA Terpadu
(PPT-2.1)
2. Hand out
a. SKL, KI, dan
KD (HO-1.3/
2.1/2.5/
3.1/3.2)
b. Konsep
pembelajaran
IPA Terpadu
(HO-2.1.1)
c. Buku IPA SMP
Kelas VII ( HO2.1.2)
d. Silabus IPA
SMP Kelas VII
WAKTU
(JP)
Silabus Pelatihan | 20
2
SMP
NO
2.2
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
Konsep
Pendekatan
Scientific
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Mendeskripsikan
konsep
pendekatan
scientific dalam
pembelajaran
IPA.
INDIKATOR
1. Menerima
konsep
pendekatan
scientific dan
menghargai
pendapat orang
lain.
2. Menjelaskan
konsep
pendekatan
scientific.
3. Menjelaskan
penerapan
pendekatan
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
Pengetahuan
Konsep
pembelajaran
IPA Terpadu.
Tes Tertulis
1. Mengamati
tayangan video
pembelajaran
IPA atau
demontrasi
pendekatan
scientific
Sikap
Menerima
konsep
pendekatan
scientific dan
menghargai
pendapat
orang lain.
Pengamatan
2. Mengkaji
pendekatan
scientific
berdasarkan
tayangan video
melalui diskusi
kelompok.
Pengetahuan
Konsep
pendekatan
scientific dan
penerapannya dalam
pembelajaran
IPA.
Tes tertulis
3. Mendiskusikan
contoh-contoh
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
( HO-1.3.2/2.1/
3.1/3.2)
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
3. Lembar
Kerja
Lembar
pengamatan
sikap
1. Video
Pembelajaran IPA
(V-2.2/4.1)
2. Bahan
Tayang
a. Konsep
pendekatan
scientific
(PPT-2.2-1)
b. Contoh
penerapan
pendekatan
scientific
dalam
pembelajaran
IPA
(PPT-2.2-2)
3. Hand out
a. Konsep
pendekatan
scientific
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
WAKTU
(JP)
e.
Perancangan
model
keterpaduan
pada
pembelajara
n IPA
(LK-2.1)
Silabus Pelatihan | 21
2
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
scientific dalam
pembelajaran
IPA.
2.3
Model
Pembelajaran
Membedakan
Model
Pembelajaran
Project Based
Learning,
Problem Based
Learning, dan
Discovery
Learning.
1. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Project Based
Learning.
2. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Problem Based
Learning.
3. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Discovery
Learning.
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
penerapan
pendekatan
scientific dalam
pembelajaran
IPA.
1. Mengamati
tayangan 3 jenis
model
pembelajaran
(Project Based
Learning,
Problem Based
Learning, dan
Discovery
Learning).
2. Mengidentifikasi
karakteristik 3
model
pembelajaran.
3. Mengidentifikasi
penerapan
Pendekatan
Scientific pada 3
model
Sikap
Menyadari
manfaat
penerapan
tiga model
pembelajaran
Focus Group
Discussion
Panduan
FGD
Pengetahuan
Karakteristik
Project Based
Learning,
Problem
Based
Learning, dan
Discovery
Learning.
Tes Tulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
Keterampilan
Menganalisis,
membedakan,
mengaitkan.
Unjuk kerja
Rubrik
penilaian
hasil kerja
1. Video
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
(HO-2.2-1)
b. Contoh
penerapan
pendekatan
scientific
dalam
pembelajaran
IPA
(HO-2.2-2)
Contoh
Pembelajaran
dengan 3 model
pembelajaran
(V-2.3)
2. Bahan
Tayang
a. Project Based
Learning
(PPT-2.3.1)
b. Problem
Based
Learning
(PPT-2.3-2)
c. Discovery
Learning
(PPT-2.3-3)
3. Hand out
a. Project Based
Learning
(HO-2.3.1)
b. Problem
Silabus Pelatihan | 22
2
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
Based
Learning
(HO-2.3-2)
c. Discovery
Learning
(HO-2.3-3)
pembelajaran
2.4
Konsep
Penilaian
Autentik pada
Proses dan
Hasil Belajar
Mendeskripsikan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar
1. Menerima
penerapan
konsep penilaian
autentik di
sekolah/
madrasah dan
menghargai
pendapat orang
lain.
1. Menyajikan
kegiatan
interaktif untuk
menyamakan
persepsi tentang
jenis dan bentuk
penilaian
autentik.
2. Menjelaskan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
2. Mendiskusikan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar melalui
contoh kegiatan.
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
Sikap
Menerima
penerapan
konsep
penilaian
autentik di
sekolah/
madrasah
dan
menghargai
pendapat
orang lain.
Pengetahuan
Konsep
penilaian
autentik pada
pembelajaran
IPA.
Pengamatan
Lembar
pengamatan
sikap
1. Bahan
Tayang
Tes tertulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
2. Hand out
a. Konsep
penilaian
autentik pada
proses dan
hasil belajar
(PPT-2.4)
b. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
IPA (PPT2.4/3.2)
a. Konsep
penilaian
autentik pada
proses dan
hasil belajar
(HO-2.4)
b. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
Silabus Pelatihan | 23
2
SMP
NO
2.5
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
Analisis Buku
Guru dan Buku
Siswa
(Kesesuaian,
Kecukupan, dan
Kedalaman
Materi)
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
1. Menganalisis
kesesuaian isi
buku guru dan
buku siswa
dengan
tuntutan KD.
INDIKATOR
1. Ketelitian dan
keseriusan
menganalisis
kesesuaian buku
guru dan siswa
dengan KD.
2. Mengidentifikasi
kesesuaian isi
buku guru dan
buku siswa
dengan tuntutan
KD.
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Peserta
pelatihan
menilai buku
guru dan buku
siswa.
2. Diskusi
kelompok
membahas hasil
penilaian buku
guru dan buku
siswa.
3. Mencermati
format analisis
buku guru dan
buku siswa..
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Teliti dan
serius dalam
bekerja baik
secara
mandiri
maupun
berkelompok.
Pengamatan
Keterampilan
Terampil
menganalisis
buku guru
dan siswa.
Penugasan
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
pengamatan
sikap
Rubrik
Penilaian
Hasil
Analisis
Buku Guru
dan Buku
Siswa
(R-2.5)
JENIS
1. Bahan
Tayang
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
pembelajaran
IPA
(HO-2.4/3.2)
Analisis buku
guru dan buku
siswa
(PPT-2.5)
2. Hand-out
SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.1/2.5/
3.1/3.2)
3. Lembar
Kerja
a. Analisis Buku
Guru
(LK-2.5-1)
b. Analisis Buku
Siswa
(LK-2.5-2)
4. Menganalisis
kesesuaian buku
guru dan buku
siswa dengan
tuntutan KD
dalam diskusi
kelompok.
Silabus Pelatihan | 24
4
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
2. Menganalisis
buku guru dan
buku siswa
dilihat dari
aspek
kecukupan dan
kedalaman
materi.
3. Menguasai
secara utuh
materi,
struktur, dan
pola pikir
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
3. Menganalisis
kecukupan dan
kedalaman
materi buku
guru dan buku
siswa.
5. Mendeskripsikan
kecukupan dan
kedalaman
materi buku
guru dan buku
siswa secara
kelompok.
4. Menganalisis
kesesuaian
proses,
pendekatan
scientific, serta
strategi evaluasi
yang
diintegrasikan
dalam buku.
6. Menganalisis
kesesuaian
proses,
pendekatan
scientific, serta
strategi evaluasi
yang
diintegrasikan
dalam buku
melalui diskusi
kelompok.
5.Menganalisis
buku guru dalam
memandu guru
menggunakan
dan
mengimplemtasi
kan buku siswa
6. Menjelaskan
secara utuh
materi, struktur,
dan pola pikir
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
7. Membaca isi
materi, struktur,
dan pola pikir
keilmuan materi
pelajaran yang
terdapat dalam
buku siswa
melalui belajar
mandiri.
Silabus Pelatihan | 25
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
keilmuan
materi
pelajaran.
INDIKATOR
keilmuan materi
pelajaran yang
terdapat dalam
buku siswa.
4. Menguasai
penerapan
materi
pelajaran pada
bidang/ ilmu
lain serta
kehidupan
sehari-hari.
7. Menerapkan
materi pelajaran
yang terdapat
dalam buku guru
dan buku siswa
pada bidang/
ilmu lain serta
kehidupan
sehari-hari.
5. Memahami
strategi
menggunakan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
8. Menjelaskan
strategi
penggunaan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
8. Membuat
contoh-contoh
penerapan
materi pelajaran
yang terdapat
dalam buku guru
dan buku siswa
pada bidang/
ilmu lain serta
kehidupan
sehari-hari
secara
berkelompok.
9. Mempresentasi
kan hasil analisis
buku guru dan
buku siswa
(perwakilan
kelompok).
10. Menyimpulkan
strategi
penggunaan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
Silabus Pelatihan | 26
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
SUBMATERI
PELATIHAN
3.1
Penyusunan
RPP
3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
8 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Menyusun RPP
berbasis
pendekatan
scientific sesuai
model
pembelajaran
integrative
science (IPA
terpadu) dengan
mempertimbang
kan karakteristik
peserta didik baik
dari aspek fisik,
moral, sosial,
kultural,
emosional,
maupun
intelektual
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
1. Menunjukkan
sikap tanggung
jawab dan
kreatif dalam
menyusun RPP.
1. Peserta
pelatihan
menilai RPP yang
dibawa oleh
peserta lain.
Sikap
Tanggung
jawab dan
kreatif dalam
menyusun
RPP
Pengamatan
Lembar
Pengamatan
Sikap
2. Mengidentifikasi
rambu-rambu
penyusunan
RPP.
2. Mendiskusikan
rambu-rambu
penyusunan RPP
yang mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific.
Keterampilan
Menyusun
RPP yang
mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific
Penugasan
Rubrik
Penilaian
Telaah RPP
(R-3.1/3.2)
3. Menyusun RPP
yang sesuai
dengan SKL, KI,
Pengetahuan
RPPyang
menerapkan
Tes Tertulis
3. Menyusun RPP
yang sesuai
dengan SKL, KI,
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
JENIS
DESKRIPSI
1. Bahan
Tayang
a. Rambu-rambu
penyusunan
RPP mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific
(PPT-3.1-1)
b. Panduan
tugas telaah
RPP
(PPT-3.1-2)
2. Hand out
a. SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.1/
2.5/ 3.1/3.2)
b. Silabus ( HO1.3.2/2.1/
3.1/3.2)
Silabus Pelatihan | 27
WAKTU
(JP)
5
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
dan KD; Standar
Proses; dan
pendekatan
scientific.
4. Menelaah RPP
yang disusun
kelompok lain
KEGIATAN
PELATIHAN
dan KD serta
silabus; Standar
Proses; dan
pendekatan
scientific secara
berkelompok
(terutama KD
awal semester I)
4. Mendiskusikan
format
telaahRPP .
5. MenelaahRPP
yang disusun
kelompok lain
sesuai format
telaah RPP.
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
pendekatan
scientific
3. Lembar
Kerja
DESKRIPSI
c. Rambu-rambu
penyusunan
RPP mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
scientific
(HO-3.1-1)
d. Contoh RPP
IPA
(HO-3.1-2)
Telaah RPP
(LK-3.1/3.2)
6. Merevisi RPP
berdasarkan
hasil telaah.
7. Mempresentasikan hasil RPP
yang sudah
direvisi (sampel)
Silabus Pelatihan | 28
WAKTU
(JP)
SMP
3.2
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Perancangan
Penilaian
Autentik pada
Proses dan
Hasil Belajar
Merancang
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
TEKNIK
Pengamatan
Lembar
Pengamatan
Sikap
Penugasan
Rubrik
Penilaian
Telaah RPP
(R-3.1/3.2)
Tes Tertulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Mendiskusikan
dan melakukan
tanya jawab
tentang
penilaian
autentik dalam
bentuk tes dan
nontes.
Sikap
Tanggung
jawab dan
kreatif dalam
menyusun
rancangan
penilaian
autentik.
2. Mengidentifikasi
kaidah
perancangan
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
2. Mendiskusikan
tentang kaidah
merancang
penilaian
autentik
berbentuk tes
dan nontes,
termasuk
portofolio.
Keterampilan
Merancang
penilaian
autentik
3. Mengkaji
penerapan
penilaian
autentik dalam
pembelajaran
IPA melalui
contoh.
4. Menelaah
rancangan
4. Menelaah
rancangan
BENTUK
INSTRUMEN
ASPEK
1. Menunjukkan
sikap tanggung
dan kreatif
dalam menyusun
rancangan
penilaian
autentik.
3. Mengidentifikasi
jenis dan bentuk
penilaian pada
proses dan hasil
belajar sesuai
karakteristik
mata pelajaran
IPA.
BAHAN PELATIHAN
Pengetahuan
Penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
IPA.
JENIS
DESKRIPSI
1. Bahan
Tayang
a. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
IPA
(PPT-2.4/3.2)
b. Panduan
tugas
menelaah
rancangan
penilaian
pada RPP
yang telah
dibuat
(PPT-3.2)
2. Hand out
a. SKL, KI, dan KD
(HO1.3/2.1/2.5/
3.1/3.
b. Silabus ( HO1.3.2/2.1/
3.1/3.2)
c. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Silabus Pelatihan | 29
WAKTU
(JP)
3
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar yang ada
dalam RPP.
KEGIATAN
PELATIHAN
penilaian
autentik pada
RPP yang telah
disusun.
5. Merevisi
rancangan
penilaian pada
RPP yang telah
disusun
berdasarkan
hasil telaah.
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
3. Lembar
Kerja
DESKRIPSI
IPA (HO2.4/3.2)
Telaah RPP
(LK-3.1/3.2)
6. Mempresentasi
kan rancangan
penilaian proses
dan hasil belajar
yang sudah
direvisi (sampel)
Silabus Pelatihan | 30
WAKTU
(JP)
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERIPELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
NO
4.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Simulasi
Pembelajaran
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
22 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Mengkaji
pelaksanaan
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
scientific
(mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
menyaji,
menalar,
mencipta)
dengan tetap
memperhatikan
karakteristik
peserta didik
baik dari aspek
fisik, moral,
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Ketelitian dan
keseriusan
dalam
menganalisis
simulasi
pembelajaran.
1. Mengamati
tayangan video
pembelajaran
IPA
2. Menganalisis
simulasi
pembelajaran
melalui
tayangan video
pembelajaran.
2. Melalui diskusi,
menganalisis
tayangan video
pelaksanaan
pembelajaran
dengan fokus
pada penerapan
pendekatan
scientificdan
penilaian
autentik.
3. Mengkonfirmasi
PENILAIAN
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Ketelitian dan
keseriusan
dalam
menganalisis
simulasi
pembelajaran
Pengamatan
Keterampilan
Menganalisis
pembelajaran
pada
tayangan
video.
Penugasan
Rubrik
Penilaian
Analisis
pembelajaran
pada
tayangan
video
(R-4.1)
Pengetahuan
Prinsipprinsip
Tes Tertulis
Tes Objektif
Pilihan Ganda
Lembar
Pengamatan
Sikap
JENIS
DESKRIPSI
1. Video
Pembelajaran IPA
(V-2.2/4.1)
2. Bahan
Tayang
Strategi
pengamatan
video
pembelajaran
(PPT-4.1)
3. Lembar
Kerja
Analisis
pembelajaran
pada tayangan
video
(LK-4.1)
Silabus Pelatihan | 31
WAKTU
(JP)
8
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
sosial, kultural,
emosional,
maupun,
intelektual.
4.2
Peer Teaching
Melaksanakan
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
scientific
(mengamati,
menanya,
mencoba,
KEGIATAN
PELATIHAN
penerapan
pendekatan
scientific dan
penilaian
autentik
mengacu pada
tayangan video
pembelajaran.
3. Merevisi RPP
sehingga
menerapkan
pendekatan
scientific dan
penilaian
autentik untuk
kegiatan peer
teaching.
4. Merevisi RPP
sesuai dengan
hasil analisis
tayangan video
pembelajaran.
1. Kreatif dan
komunikatif
dalam
melakukan peer
teaching.
1. Menginformasik
an panduan
tugas praktik
pelaksanaan
pembelajaran
melalui peer
teaching.
2. Melaksanakan
2. Menjelaskan
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
pendekatan
scientific dan
penerapan
penilaian
autentik
dalam
pembelajaran
IPA.
5. Mempresentasi
kan contoh RPP
untuk kegiatan
peer teaching.
Sikap
Kreatif dan
komunikatif
dalam
melakukan
peer teaching
Pengamatan
Lembar
Pengamatan
Sikap
Keterampilan
Melaksana-
Penugasan
Rubrik
penilaian
1. Bahan
Tayang
a. Panduan tugas
praktik
pelaksanaan
pembelajaran
melalui peer
teaching
(PPT-4.2-1)
b. Instrumen
penilaian
Silabus Pelatihan | 32
14
SMP
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
mengolah,
menyaji,
menalar,
mencipta)
dengan tetap
memperhatikan
karakteristik
peserta didik
baik dari aspek
fisik, moral,
sosial, kultural,
emosional,
maupun,
intelektual.
INDIKATOR
peer teaching
yang
menerapkan
pendekatan
scientific dan
penilaian
autentik
menggunakan
RPP yang telah
disusun.
3. Menilai
pelaksanaan
peer teaching
peserta lain.
KEGIATAN
PELATIHAN
garis besar
instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
3. Mempersiapkan
pelaksanaan
peer teaching
berdasarkan RPP
yang telah
disusun.
4. Mempraktikkan
pembelajaran
melalui peer
teaching secara
individual.
5. Menilai kegiatan
peer teaching
menggunakan
instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
6. Melakukan
refleksi terhadap
pelaksanaan
peer teaching.
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
kan
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
scientific.
Pengetahuan
Prinsipprinsip
pendekatan
scientific dan
penerapan
penilaian
autentik
dalam
pembelajaran
IPA.
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
pelaksanaan
pembelajaran
(R-4.2)
pelaksanaan
pembelajaran
(PPT-4.2-2)
2. Lembar
Kerja
Tes Tertulis
Tes Objektif
Ganda
DESKRIPSI
Instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
(LK-4.2)
Silabus Pelatihan | 33
WAKTU
(JP)
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN III
MATERI PELATIHAN
0.
1.
2.
3.
4.
PERUBAHAN MINDSET
KONSEP KURIKULUM 2013
ANALISIS MATERI AJAR
MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
IPA – SMP | 34
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 0 : PERUBAHAN MINDSET
IPA – SMP | 35
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 0: PERUBAHAN MINDSET
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.
2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
B.
C.
D.
LINGKUP MATERI
1.
Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 (Mengapa Kita Harus Berubah).
2.
Berpikir Berbasis Kendala (Constraint-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Kesempatan
(Opportunity Based)
3.
Cara Baru dalam Belajar
4.
Enam Pendorong Utama Teknologi Pendidikan yang Harus Diperhatikan.
5.
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill).
INDIKATOR
1.
Menunjukkan sikap menerima secara terbuka terhadap perubahan Kurikulum dalam
rangka menghadapi tantangan Indonesia dalam Abad ke-21.
2.
Menunjukkan sikap menghargai perubahan kurikulum.
3.
Merespon secara positif terhadap cara baru dalam belajar.
4.
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan materi pelatihan perubahan mindset.
PERANGKAT PELATIHAN
1.
Bahan Tayang: Tantangan Indonesia dalam Abad 21 (Mengapa Kita Harus Berubah)
2.
ATK
IPA – SMP | 36
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
PERUBAHAN MINDSET
2 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
IPA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta
WAKTU
15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi
waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan
Perubahan Mindset.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling
mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
Perubahan Mindset
60 Menit
Tanya jawab tentang tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 15 Menit
(mengapa kita harus berubah).
Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala 15 menit
(Constraint-Based Thinking) dan Berpikir berbasis kesempatan
(Opportunity Based).
Mendiskusikan cara baru dalam belajar.
10 Menit
Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yang 20 Menit
harus diperhatikan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang lima
tantangan pendidikan tinggi.
KEGIATAN
PENUTUP
Membuat rangkuman materi pelatihan Perubahan Mindset
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkankan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
IPA – SMP | 37
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN : 0.1 PERUBAHAN MINDSET
Langkah Kegiatan Inti
Pengkondisian
Peserta
dilanjutkan
Tanya Jawab
Curah
Pendapat
Diskusi
Diskusi
Dilanjutkan
Tanya Jawab
30 Menit
15 Menit
10 Menit
35 Menit
Pengkondisian Peserta dilanjutkan Tanya Jawab
Perkenalan, fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan
skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Perubahan Mindset. Fasilitator memotivasi
peserta, mengajak berdinamika agar saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat
proses pembelajaran berlangsung. Tanya jawab tentang Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21
(mengapa kita harus berubah).
Curah Pendapat
Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala (Constraint-Based Thinking) dan
Berpikir berbasis kesempatan (Opportunity Based).
Diskusi
Diskusi cara baru dalam belajar
Diskusi, Tanya Jawab, dan Penutup
Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yang harus diperhatikan dilanjutkan
dengan tanya jawab tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi, diakhiri membuat rangkuman,
refleksi, dan umpan balik.
IPA – SMP | 38
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 39
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 40
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 41
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 42
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 43
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 44
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 45
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 46
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 47
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 48
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 49
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 50
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 51
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 52
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 53
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 54
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 55
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 56
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 57
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 58
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 59
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM 2013
1.1 Rasional
1.2 Elemen Perubahan
1.3 SKL, KI, dan KD
1.4 Strategi Implementasi
IPA – SMP | 60
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1.
2.
3.
4.
memahami secara utuh rasional Kurikulum 2013;
memahami secara utuh elemen perubahan Kurikulum 2013;
memahami keterkaitan antara SKL, KI, dan KD pada Kurikulum 2013; dan
memahami secara utuh strategi implementasi Kurikulum 2013.
B. LINGKUP MATERI
1. Rasional Kurikulum 2013
2. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
3. Standar Nasional Pendidikan
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
b. Standar Isi yang berisi lingkup kompetensi dan materi
c. Standar Proses
d. Standar Penilaian
4. Strategi Implementasi Kurikulum
C. INDIKATOR
1. Menerima rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan.
2. Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan.
3. Menjelaskan permasalahan Kurikulum 2006 (KTSP).
4. Mengidentifikasi kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal.
5. Menjelaskan alasan pengembangan kurikulum.
6. Menerima empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
7. Menjelaskan empat elemen perubahan
Standar Proses, dan Standar Penilaian.
Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI,
8. Menjelaskan empat elemen perubahan kurikulum dalam hubungannya dengan
kompetensi yang dibutuhkan pada masa depan.
9. Menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan KD dalam bentuk kerja sama dengan yang lain.
10. Menganalisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD.
11. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013 dengan
bahasa yang runtut dan komunikatif.
12. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013.
IPA – SMP | 61
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
D. PERANGKAT PELATIHAN
1. Video tentang Rasional Kurikulum 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
2. Bahan Tayang
a. Rasional Kurikulum 2013
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi , Kompetensi Inti (KI), dan
Kompetensi Dasar (KD)
d. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
3.
Lembar Kerja Analisis SKL, KI, dan KD
4.
Hand-Out
a.
b.
c.
d.
5.
Rasional Kurikulum 2013
Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD)
Strategi Implementasi Kurikulum 2013
e. Silabus mata pelajaran IPA
ATK
IPA – SMP | 62
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI DIKLAT:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
TAHAPAN KEGIATAN
1. KONSEP KURIKULUM
4 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
IPA
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta
Perkenalan
15 Menit
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Konsep Kurikulum.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar
saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat
proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
1.1 Rasional
25 Menit
Penayangan Video Mendikbud tentang Paparan Kurikulum 10 Menit
2013 dengan menggunakan V-1.1.
Pemaparan oleh fasilitator tentang Rasional Kurikulum 2013 10 Menit
dengan menggunakan PPT-1.1.
Tanya jawab tentang Rasional Kurikulum 2013 yang 5 Menit
mencakup: permasalahan kurikulum 2006 (KTSP),
kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dan kondisi
ideal, serta alasan pengembangan kurikulum.
1.2 Elemen Perubahan Kurikulum
20 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang Elemen Perubahan 10 Menit
Kurikulum yang mencakup SKL, SI, Standar Proses, dan
Standar Penilaian dan hubungannya dengan kompetensi
yang dibutuhkan pada masa depan dengan menggunakan
PPT-1.2.
Tanya jawab tentang Elemen Perubahan Kurikulum, 10 Menit
kemudian fasilitator menyimpulkannya.
ICE BREAKER
5 Menit
IPA – SMP | 63
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
1.3 SKL, KI, dan KD
WAKTU
60 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang SKL, KI, dan KD dengan 10 Menit
menggunakan PPT-1.3
Memberi contoh analisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD 5 Menit
dengan menggunakan HO-1.3.
Diskusi kelompok untuk menganalisis keterkaitan SKL, KI, 30 Menit
dan KD serta silabus yang akan dijadikan dasar untuk
membuat RPP dengan menggunakan LK-1.3.
Presentasi hasil diskusi kelompok, sementara kelompok 15 Menit
lainnnya memberi komentar/ tanggapan dan menilai hasil
kerja kelompok.
1.4 Strategi Implementasi Kurikulum 2013
45 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang Strategi Implementasi 10 Menit
Kurikulum 2013 dengan menggunakan PPT-1.4.
Diskusi kelas tentang elemen-elemen penting Strategi 25 Menit
Implementasi Kurikulum 2013, kemudian merangkum dan
menyimpulkan hasil diskusi.
Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.
10 Menit
KEGIATAN PENUTUP
Membuat rangkuman materi pelatihan Konsep Kurikulum.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
15 Menit
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi
yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
IPA – SMP | 64
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 1.1 RASIONAL KURIKULUM 2013
Langkah Kegiatan Inti
Penayangan
Video
Mendiknas
PemaparanRasional
Kurikulum 2013
dengan
menggunakan PPT1.1
Tanya Jawab
10 Menit
10 Menit
5 Menit
Penayangan Video
Video tentang Rasionalisasi Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan
kebudayaan selama 10 menit.
AktiVitas selama penayangan video: peserta diminta mencatat butir-butir penting yang
disampaikan Mendikbud dalam video tersebut.
Pemaparan
Instruktur menyampaikan materi tentang Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum yang
mencakup 4 standar, dan Perbedaan Esensial Perubahan Kurikulum misalnya pendekatan
pembelajaran menggunakanpendekatan scientific, Pembelajaran IPA diajarkan secara terpadu,
bahasa sebagai carrier of knowledge, dan TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan
sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain dengan menggunakan PPT-1.1
Tanya Jawab
Pertanyaantentang Rasional Kurikulum 2013 yang mencakup:
a. permasalahan kurikulum 2006 (KTSP),
b. kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dan kondisi ideal,
c. alasan pengembangan kurikulum dilanjutkan dengan menyimpulkan.
IPA – SMP | 65
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 66
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 67
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 68
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 69
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 70
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 71
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-1.1/1.2/1.4
NASKAH KURIKULUM 2013
A. LATAR BELAKANG PERLUNYA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan,
yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara
Indonesia sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang
memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas
potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah
lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
B. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik
tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat
dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
IPA – SMP | 72
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk
mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang
telah ditetapkan. (Gambar 1).
Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar
Kurikulum 2013
Sedang Dikerjakan
Telah dan terus
Dikerjakan
-Peningkatan Kualifikasi &
Sertifikasi
-Pembayaran Tunjangan
Sertifikasi
-Uji Kompetensi dan
Pengukuran Kinerja
-Rehab Gedung Sekolah
-Penyediaan Lab dan
Perpustakaan
-Penyediaan Buku
-BOS
-Bantuan Siswa Miskin
-BOPTN/Bidik Misi (di PT)
Manajemen Berbasis Sekolah
Gambar 1
Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki
kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban
pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban (Gambar 2).
Gambar 2
IPA – SMP | 73
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan
masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
Tekanan Untuk Pengembangan Kurikulum
Tantangan Masa Depan
Kompetensi Masa Depan
Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA
Masalah lingkungan hidup
Kemajuan teknologi informasi
Konvergensi ilmu dan teknologi
Ekonomi berbasis pengetahuan
Kebangkitan industri kreatif dan budaya
Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
Pengaruh dan imbas teknosains
Mutu, investasi dan transformasi pada sektor
pendidikan
• Materi TIMSS dan PISA
• Kemampuan berkomunikasi
• Kemampuan berpikir jernih dan kritis
• Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan
• Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab
• Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda
• Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal
• Memiliki minat luas dalam kehidupan
• Memiliki kesiapan untuk bekerja
• Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
• Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Persepsi Masyarakat
Fenomena Negatif yang Mengemuka
• Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
• Beban siswa terlalu berat
• Kurang bermuatan karakter
Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi
• Neurologi
• Psikologi
• Observation based [discovery] learning dan
Collaborative learning
§ Perkelahian pelajar
§ Narkoba
§ Korupsi
§ Plagiarisme
§ Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek..)
§ Gejolak masyarakat (social unrest)
Gambar 3
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila
terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran
sebagai berikut:
a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
b. Dari satu arah menuju interaktif.
c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
IPA – SMP | 74
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan
baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan
KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari
kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di
Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi
lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan.
Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan
kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan
kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas
penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis
penyusunan yang sangat memberatkan guru. Perbandingan kerangka kerja penyusunan
kurikulum dapat dilihat pada Gambar 5.
IPA – SMP | 75
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kerangka Kerja Penyusunan KBK 2004
Kerangka Kerja Penyusunan KTSP 2006
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
KERANGKA DASAR KURIKULUM
(Filosofis, Yuridis, Konseptual)
KERANGKA DASAR KURIKULUM
(Filosofis, Yuridis, Konseptual)
STRUKTUR KURIKULUM
STRUKTUR KURIKULUM
STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD MAPEL)
STANDAR
PROSES
STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD MAPEL)
STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
STANDAR
PENILAIAN
STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
STANDAR
PROSES
PEDOMAN
PEDOMAN
SILABUS
SILABUS
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Oleh Satuan Pendidikan
STANDAR
PENILAIAN
BUKU TEKS
SISWA
PEMBELAJARAN &
PENILAIAN
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
BUKU TEKS
SISWA
PEMBELAJARAN &
PENILAIAN
Oleh Satuan Pendidikan
Kerangka Kerja Penyusunan Kurikulum 2013
KESIAPAN PESERTA DIDIK
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
KEBUTUHAN
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) SATUAN PENDIDIKAN
KERANGKA DASAR KURIKULUM
(Filosofis, Yuridis, Konseptual)
STRUKTUR KURIKULUM
STANDAR
PROSES
KI KELAS & KD MAPEL
(STANDAR ISI)
STANDAR
PENILAIAN
SILABUS
PANDUAN
GURU
Oleh Satuan
Pendidikan
BUKU TEKS
SISWA
PEMBELAJARAN &
PENILAIAN (KTSP)
1
Gambar 5
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu
pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP,
dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi. Di
samping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada
kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya.
Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensi yang
perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai oleh siswa.
Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit dijabarkan ke
pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit
diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.
Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk
memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah
penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan
pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Karena guru
merupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting
untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan
dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan
implementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peran
pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.
5. Pendalaman dan Perluasan Materi
Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang
dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu
menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di dalam
IPA – SMP | 76
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan
bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi
ini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman (Gambar 6).
Gambar 6
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik
kelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebih
dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara
misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional (Gambar 7).
Gambar 7
IPA – SMP | 77
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda dengan
pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan
2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai
level menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu mencapai level tinggi
dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan
yang dapat diambil dari studi ini adalah bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik di
Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau distandarkan di tingkat internasional.
(Gambar 8).
Gambar 8
Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD
juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP seperti
yang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD
kelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan
mampu mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga menunjukkan bahwa apa yang
diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan dan distandarkan pada tingkat
internasional (Gambar 9).
IPA – SMP | 78
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Gambar 9
Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
- low mengukur kemampuan sampai level knowing
- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying
- high mengukur kemampuan sampai level reasoning
- advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.
Tabel 2
Analisis lebih jauh untuk membandingkan kurikulum IPA SMP kelas VIII yang ada di Indonesia
dengan materi yang terdapat di TIMSS menunjukkan bahwa terdapat beberapa topik yang
sebenarnya belum diajarkan di kelas VIII SMP (Tabel 2). Hal yang sama juga terdapat di
kurikulum matematika kelas VIII SMP di mana juga terdapat beberapa topik yang belum
diajarkan di kelas XIII. Lebih parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekali
IPA – SMP | 79
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga menyulitkan bagi peserta didik kelas VIII
SMP menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam TIMSS (Tabel 3).
Tabel 3
Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas IV SD pada studi internasional di
mana juga terdapat topik yang belum diajarkan pada kelas IV dan topik yang sama sekali tidak
terdapat di dalam kurikulum saat ini, seperti bisa dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang
lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak
esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan
IPA – SMP | 80
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional. Di samping itu juga perlu dievaluasi ulang tingkat kedalaman
materi sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun kompetensi dasar
yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.
IPA – SMP | 81
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
II. TUJUAN KURIKULUM
Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara
singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didk menjadi
kompeten dalam bidangnya. Di mana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undangundang tersebut.
Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025
yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini
adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah
sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah
keterampilan.
Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan
Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat
membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga
dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
IPA – SMP | 82
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
III. KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013
Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan dokumen kurikulum,
implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Kerangka Dasar juga digunakan sebagai
pedoman untuk mengembangkan kurikulum tingkat nasional, daerah, dan KTSP.
A. LANDASAN KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya
pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis
merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang
mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang
mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik
memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.
Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku
di lapangan.
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum
2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN).
Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik
Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan
Kewirausahaan.
2. Landasan Filosofis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan
datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta
kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi
kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan
filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau
memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal
yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu
yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan
warganegara di amsa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalu
menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan
individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas
untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih
baik lagi.
IPA – SMP | 83
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%,
6,3%, 2008: 6,4% (www.presidenri.go.id/index.php/indikator). Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara –
negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR,
31/05/2012). Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.
Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan mandiri, sangat
diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi
seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblengan
pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan
beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman
disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentuk manusia
Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi
sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan
kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,
misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa
kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh
masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum
yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang
belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum
perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang
dapat menjawab kebutuhan ini.
Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan
dengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan secara
kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah. Beban belajar
ini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar.
Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga)
kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan pembentukan karakter.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi, termasuk
masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional menunjukkan mendesaknya upaya
menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuan
pendidikan. Maka, kurikulum harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran
pada peserta didik.
Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secara
negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya
IPA – SMP | 84
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
potensi rawan pangan pada berbagai beahan dunia, dan pemanasan global merupakan
tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang.
Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi
muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan
pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus
ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment), studi yang
memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesia
baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada
rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori,
analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan
(4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek
kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam
membangun negaranya pada abad 21.
4. Landasan Teoritik
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standardbased education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan
kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di
atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL
SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana
yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap,
ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang
dirumuskan dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta
didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
B. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah
outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada
pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil
IPA – SMP | 85
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas
dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD
yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada
ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual
(kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu
semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan
satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD
untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran
dan kelas tersebut.
C. PROSES PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran
ekstra-kurikuler.
1. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan
mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
IPA – SMP | 86
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan
SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai
Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu
pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung
(direct teaching), ketrampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat
developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct
teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmentaldilaksanakan
berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya, dan saling
memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang
terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan
kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan
mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis
(menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasikan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi
yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta
didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan
hasil analisis jawaban peserta didik.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya
segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi
pada tingkat memuaskan.
2. Pembelajaran ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang
sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan
ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan
ekstrakurikuler wajib.
Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung
kegiatan intrakurikuler.
IPA – SMP | 87
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
D. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran
hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar
pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis
kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan
berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap
peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada
pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan
seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10.Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11.Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.
Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap
peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan
proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.
IPA – SMP | 88
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IV. STRUKTUR KURIKULUM
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata
pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam
semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk
setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten
dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang
adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
A. STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu
semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk
kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit.
Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut:
ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
MATA PELAJARAN
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
I
II
III IV
V
VI
4
5
8
5
-
4
6
8
6
-
4
6
10
6
-
4
4
7
6
3
4
4
7
6
3
4
4
7
6
3
-
-
-
3
3
3
4
4
30
4 4 5 5 5
4 4 4 4 4
32 34 36 36 36
= Pembelajaran Tematik Integratif
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat Bahasa Daerah.
Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten
Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI,
Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema
yang ada untuk kelas IV, V dan VI.
IPA – SMP | 89
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
B. STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTS
Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32,
dan 32 menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan lama belajar
untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP/MTS adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Bahasa Inggris
Kelompok B
1. Seni Budaya
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3. Prakarya
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah.
ALOKASI WAKTU BELAJAR PER
MINGGU
VII
VIII
IX
3
3
6
5
5
4
4
3
3
6
5
5
4
4
3
3
6
5
5
4
4
3
3
2
38
3
3
2
38
3
3
2
38
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social
studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi
aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.
Disamping itu, tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya,
semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang
atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam
sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara.
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater.
Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilih aspek
yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan itu.
Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan. Masingmasing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan menyelenggarakan
pembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan kemampuan dan potensi
daerah pada satuan pendidikan itu.
IPA – SMP | 90
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN MENENGAH (SMA/MA/SMK/MAK)
Struktur kurikulum SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas:
- Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik
- Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya.
Adanya kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan dimaksudkan untuk
menerapkan prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK. Mata pelajaran wajib sebanyak 9
(sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Kelompok mata pelajaran
peminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per minggu untuk kelas X, dan 20 jam per minggu untuk
kelas XI dan XII. Kelompok mata pelajaran peminatan SMK/MAK masing-masing 24 jam per kelas.
Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAK
bersifat vokasional. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam
belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.
1. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah adalah sebagaimana yang tertera di dalam tabel
berikut ini:
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib:
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya
8.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
9.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
X
XI
XII
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
24
24
24
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)
18
20
20
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu
42
44
44
IPA – SMP | 91
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Beban belajar di SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.
Satu jam belajar adalah 45 menit.
2. Struktur Kurikulum SMA/MA
MATA PELAJARAN
Kelompok A dan B (Wajib)
C. Kelompok Peminatan
Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam
I
1 Matematika
2 Biologi
3 Fisika
4 Kimia
Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial
II
1 Geografi
2 Sejarah
3 Sosiologi
4 Ekonomi
Peminatan Ilmu-Ilmu Bahasa dan Budaya
III
1 Bahasa dan Sastra Indonesia
2 Bahasa dan Sastra Inggris
3 Bahasa dan Sastra Asing Lainnya
4 Antropologi
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat
Jumlah jam pelajaran yang tersedia per minggu
Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh per
minggu
X
24
Kelas
XI
24
XII
24
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
6
4
4
66
76
76
42
44
44
Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, Peminatan Ilmuilmu Sosial, dan Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya. Sejak kelas X peserta didik sudah
harus memilih kelompok peminatan yang akan dimasuki. Pemilihan peminatan berdasarkan
nilai rapor di SMP/MTsdan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau rekomendasi guru BK di SMP/MTs
dan/atau hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA dan/atau tes
bakat minat oleh psikolog dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA. Pada akhir minggu
ketiga semester pertama peserta didik masih mungkin mengubah pilihan peminatannya
berdasarkan rekomendasi para guru dan ketersediaan tempat duduk. Untuk sekolah yang
mampu menyediakan layanan khusus maka setelah akhir semester pertama peserta didik
masih mungkin mengubah pilihan peminatannya. Untuk MA, selain ketiga peminatan tersebut
ditambah dengan Kelompok Peminatan Keagamaan.
Semua mata pelajaran yang terdapat dalam suatu Kelompok Peminatan yang dipilih peserta
didik harus diikuti. Setiap Kelompok Peminatan terdiri atas 4 (empat) mata pelajaran dan
IPA – SMP | 92
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
masing-masing mata pelajaran berdurasi 3 jampelajaran untuk kelas X, dan 4 jam pelajaran
untuk kelas XI dan XII.
Setiap peserta didik memiliki beban belajar per semester selama 42 jam pelajaran untuk kelas
X dan 44 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Beban belajar ini terdiri atas Kelompok Mata
Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi 24 jam pelajaran dan Kelompok Mata Pelajaran
Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk kelas XI
dan XII.
Untuk Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat kelas X, jumlah jam
pelajaran pilihan per minggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihan
sebagai berikut:
1) Dua mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam satu
Kelompok Peminatan lainnya, dan/atau
2) Satu mata pelajaran dari masing-masing Kelompok Peminatan yang lainnya.
Sedangkan pada kelas XI dan XII, peserta didik mengambil Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat dengan jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran
yang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:
a. Satu mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam
Kelompok Peminatan lainnya, dan/atau
b. Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.
IPA – SMP | 93
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM
A. IMPLEMENTASI
1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip:
a. bahwa sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum
satuan pendidikan, bukan daftar mata pelajaran
b. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik (community of educators),
mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.
c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan dipimpin langsung oleh kepala
sekolah
d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.
2. Manajemen Implementasi
a. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Pemerintah bertangungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk
melaksanakan kurikulum.
c. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum
secara nasional.
d. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
e. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di
kabupaten/kota terkait.
3. Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
- Juli 2013: Kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%), dan seluruh VII (SMP/MTs),
dan X (SMA/MA, SMK/MAK). Ini adalah tahun pertama implementasi dan dilakukan di
seluruh wilayah NKRI. Untuk SD akan dipilih 30% SD dari setiap kabupaten/kota di setiap
propinsi.
- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI: tahun 2014 adalah tahun kedua
implementasi. Seperti tahun pertama maka SD akan dipilih sebanyak 30% sehingga
secara keseluruhan implementasi kurikulum pada tahun kedua sudah mencakup 60% SD
di seluruh wilayah NKRI. Pada tahun kedua ini, hanya kelas terakhir SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK yang belum melaksanakan kurikulum.
- Juli 2015: seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah
melaksanakan sepenuhnya Kurikulum 2013.
b. Pelatihan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, dari tahun 2013 – 2016. Pelatihan guru,
kepala sekolah dan pengawas adalah untuk guru, kepala sekolah yang akan melaksanakan
IPA – SMP | 94
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dan dilakukan sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan. Prinsip ini
menjadi prinsip utama implementasi dimana guru, kepala sekolah dan pengawas di wilayah
sekolah terkait yang akan mengimplemntasikan kurikulum adalah mereka yang sudah
terlatih. Dengan demikian, ketika Kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada tahun
pembelajaran 2015-2016, seluruh guru, kepala sekolah dan pengawas di seluruh Indonesia
sudah mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan kurikulum.
c. Pengembangan buku babon, dari tahun 2013 – 2016. Sejalan dengan strategi implementasi,
penulisan dan percetakan serta distribusi buku babon akan seluruhnya selesai pada awal
tahun terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Pada prinsipnya ketika
implementasi Kurikulum 2013 memasuki tahun 2015-2016 seluruh buku babon sudah
teredia di setiap sekolah.
Buku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan buku untuk guru. Isi buku babon guru
adalah sama dengan buku babon peserta didik dengan tambahan strategi pembelajaran
dan penilaian hasil belajar. Sedangkan pedoman pembelajaran dan penilaian hasil belajara
secara rinci tercantum dalam buku pedoman pembelajaran dan penilaian.
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA/MA dan SMK/MAK, dimulai dari
bulan Januari – Desember 2013. Implementasi Kurikulum 2013 mensyaratkan penataan
administrasi, manajemen, kepemimpinan dan budaya kerja guru yang baru. Oleh karena itu
dalam persiapan implementasi Kurikulum 2013, pelatihan juga berkenaan dengan tata kerja
baru para guru dan kepemimpinan kepala sekolah.Dengan penerapan pelatihan ini maka
implementasi Kurikulum tidak hanya berkenaan dengan upaya realisasi ide dan rancangan
kurikulum tetapi juga pembenahan pada pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan.
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan
masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016. Strategi implementasi
Kurikulum 2013 menghindari pelatihan yang dinamakan one-shot training sebagai strategi
implementasi mengingat kelemahan strategi tersebut. Pleatihan yang dilakukan untuk para
guru, kepala sekolah, dan pengawas akan diikuti dengan monitoring dan evaluasi sepanjang
pelaksanaan paling tidak dari tahun pertama sampai tahun ketiga implementasi. Pada akhir
tahun ketiga implementasi diharapkan permasalahan yang dihadapi para pelaksana sudah
tidak lagi merupakan masalah mendasar dan kurikulum sudah dapat dilaksanakan
sebagaimana seharusnya. Permasalahan lapangan yang muncul adalah yang dapat
diselesaikan oleh kolaborasi guru, kepala sekolah dan pengawas di bawah supervisi dinas
pendidikan kabupaten/kota.
B. EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi Kurikulum dilaksanakan selama masa pengembangan ide (deliberation process),
pengembangan desain dan dokumen kurikulum, dan selama masa implementasi kurikulum.
Evaluasi dalam deliberation process menghasilkan penyempurnaan dalam Kompetensi Inti yang
dijadikan organising element dalam mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran.
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
IPA – SMP | 95
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1. Sampai tahun pelajaran 2015-2016: untuk memperbaiki berbagai kesulitan pelaksanaan
kurikulum.
2. Sampai tahun pelajaran 2016 secara menyeluruh untuk menentukan efektivitas, kelayakan,
kekuatan, dan kelemahan implementasi kurikulum.
Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum (implementasi kurikulum) diselenggarakan dengan
tujuan untuk mengidentifikai masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan
guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan
dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
Hasil evaluasi dilakukan sebagai bahan untuk memperbaiki kelemahan kurikulum agar lebih
efektif lagi di masa yang akan datang.
IPA – SMP | 96
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 1.2 ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
dengan
menggunakan
PPT-1.2
Tanya Jawab
10 Menit
10 Menit
Pemaparan
Instruktur menyampaikan materi tentang Elemen Perubahan Kurikulum yang mencakup 4
standar, dan Perbedaan Esensial Perubahan Kurikulum misalnya pendekatan pembelajaran
menggunakan pendekatan scientific, Pembelajaran IPA diajarkan secara terpadu, bahasa sebagai
carrier of knowledge, dan TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media
pembelajaran mata pelajaran lain dengan menggunakan PPT-1.2
Tanya Jawab
Diskusi dan tanya jawab terkait dengan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup:
a. Identifikasi perubahan yang penting dalam kurikulum 2013 dibandingkan kurikulum
sebelumnya (struktur kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar)
b. Manfaat adanya perubahan kurikulum
IPA – SMP | 97
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 98
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 99
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 100
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 101
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 102
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN: 1.3 SKL, KI, DAN KD
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
tentang SKL,KI
dan KD serta
cara
menganalisis
keterkaitan
SKL, KI, KD
15 Menit
Kerja
Kelompok
Presentasi
Hasil
Kelompok
30 Menit
15 Menit
Pemaparan
Instuktur memberikan materi tentang SKL, KI, dan KD dengan menggunakan PPT-1.3
Kerja Kelompok
Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok diberi tugas menganalisis keterkaitan SKL, KI,
KD dan silabus mata pelajaran IPA untuk masing-masing KD yang akan dijadikan dasar untuk
membuat RPP dengan menggunakan LK 1.3. Masing-masing kelompok mengerjakan Tema atau
Topik yang berbeda seperti yang tertera pada buku siswa agar peserta mendapat bahan hasil
analisis semua KI dan KD selama satu semester
Topik-topik IPA yang terdapat pada buku Siswa adalah sebagai berikut.
Kelompok
1
2
3
4
5
Tema Besar
Materi
Materi
Materi
Sistem
Perubahan
Topik
Obyek IPA dan Pengamatannya
Klasifikasi Benda
Klasifikasi Makhluk Hidup
Sistem Organisasi Kehidupan
Perubahan Benda di Sekitar Kita
Presentasi Hasil Kerja Kelompok
Pemaparan hasil kerja kelompok diwakili oleh 2 kelompok. Peserta yang akan memaparkan akan
ditunjuk oleh Intruktur.Sementara kelompok lainnnya memberi komentar/ tanggapan dan menilai
hasil kerja kelompok lainnya.
IPA – SMP | 103
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 104
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 105
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 106
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 107
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-1.3.1/2.1/2.5/3.1/3.2
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
BAB I
PENDAHULUAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3
mengamanatkan bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Atas dasar
amanah tersebut telah diberlakukan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 2,
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3).
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut dan sesuai dengan penjelasan
Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, standar kompetensi lulusan dirumuskan sebagai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan tertentu.
Kompetensi Lulusan pada setiap jenjang dikembangkan untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan kompetensi abad 21, persaingan yang semakin mengglobal, dan kebutuhan lokal serta
nasional Indonesia. Kompetensi Lulusan ini juga dikembangkan bersesuaian dengan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagaimana dimanatkan Perpres No 8 Tahun 2012, tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Selain itu, Kompetensi Lulusan diturunkan berdasarkan
amanat PP 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
IPA – SMP | 108
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Untuk memudahkan memahami komponen Kompetensi Lulusan dimaksud, berikut
diuraikan deskripsi tentang :
A.
Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, keterampilan dan pengetahuan
B.
Tujuan
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi,
standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
C.
Ruang lingkup
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang
diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan.
D.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dan ketercapaian Standar
Kompetensi Lulusan. Kesesuaian Standar Kompetensi Lulusan dimonitor dan dievaluasi
secara berkala dan berkelanjutan terhadap kebutuhan lulusan pendidikan dan kebutuhan
peserta didik, baik lokal, nasional, maupun global.
Ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan dimonitor dan dievaluasi secara berkiala
terhadap lulusan dari masing-masing satuan pendidikan. Evaluasi dilkukan terhadap
kesesuaian sumber daya dan proses pembelajaran yang digunakan pada satuan pendidikan
tertentu.
Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
IPA – SMP | 109
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
BAB II
KOMPETENSI LULUSAN
A.
Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB*/Paket A
Lulusan SD/MI/SDLB*/Paket A memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilansebagai berikut.
SD/MI/SDLB*/Paket A
Dimensi
Kualifikasi Kemampuan
Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah,
sekolah, dan tempat bermain
Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan
kepadanya.
B.
Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
Lulusan SMP/MTs/SMPLB*/Paket B memiliki sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai
berikut.
SMP/MTs/SMPLB*/Paket B
Dimensi
Kualifikasi Kemampuan
Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi,seni, budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian yang tampak mata
Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari
disekolah dan sumber lain sejenis
IPA – SMP | 110
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
C.
Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB*/Paket C
Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB*/Paket C memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagai berikut.
SMA/MA/SMK/MAK/SMALB*/Paket C
Dimensi
Kualifikasi Kemampuan
Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian
Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri.
IPA – SMP | 111
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-1.3.2/2.1/2.5/3.1/3.2
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS: VII
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas
ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan
kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan
peranan manusia dalam lingkungan serta
mewujudkannya dalam pengamalan
ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
gotong royong), santun, percaya diri, dalam
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung
berinteraksi secara efektif dengan
jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
peduli lingkungan) dalam aktivitas seharipergaulan dan keberadaannya
hari
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan
dan melaporkan hasil percobaan
2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan
bertanggungjawab dalam aktivitas seharihari
2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang
lain dalam aktivitas sehari-hari
3. Memahami pengetahuan (faktual,
3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai
konseptual, dan prosedural) berdasarkan
besaran yang ada pada diri, makhluk
rasa ingin tahunya tentang ilmu
hidup, dan lingkungan fisik sekitar sebagai
pengetahuan, teknologi, seni, budaya
bagian dari observasi, serta pentingnya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata
perumusan satuan terstandar (baku)
dalam pengukuran
3.2 Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup
dari benda-benda dan makhluk hidup
yang ada di lingkungan sekitar
3.3 Memahami prosedur pengklasifikasian
makhluk hidup dan benda-benda takhidup sebagai bagian kerja ilmiah,serta
mengklasifikasikan berbagai makhluk
hidup dan benda-benda tak-hidup
berdasarkan ciri yang diamati
3.4 Mendeskripsikan keragaman pada sistem
organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya
IPA – SMP | 112
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
sampai organisme, serta komposisi utama
penyusun sel
Memahami karakteristik zat, serta
perubahan fisika dan kimia pada zat yang
dapat dimanfaatkan untuk kehidupan
sehari-hari
Mengenal konsep energi, berbagai
sumber energi, energi dari makanan,
transformasi energi, respirasi, sistem
pencernaan makanan, dan fotosintesis
Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor,
perpindahan kalor,dan penerapannya
dalam mekanisme menjaga kestabilan
suhu tubuh pada manusia dan hewan
serta dalam kehidupan sehari-hari
Mendeskripsikan interaksi antar makhluk
hidup dan lingkungannya
Mendeskripsikan pencemaran dan
dampaknya bagi makhluk hidup
Mendeskripsikan tentang penyebab
terjadinya pemanasan global dan
dampaknya bagi ekosistem
Menyajikan hasil pengukuran terhadap
besaran-besaran pada diri, makhluk hidup,
dan lingkungan fisik dengan menggunakan
satuan tak baku dan satuan baku
Menyajikan hasil analisis data observasi
terhadap benda (makhluk) hidup dan tak
hidup
Mengumpulkan data dan melakukan
klasifikasi terhadap benda-benda,
tumbuhan, dan hewan yang ada di
lingkungan sekitar
Melakukan pengamatan dengan bantuan
alat untuk menyelidiki struktur tumbuhan
dan hewan
Membuat dan menyajikan poster tentang
sel dan bagian-bagiannya
Melakukan pemisahan campuran
berdasarkan sifat fisika dan kimia
Melakukan penyelidikan untuk
menentukan sifat larutan yang ada di
lingkungan sekitar menggunakan indikator
buatan maupun alami.
Melakukan pengamatan atau percobaan
sederhana untuk menyelidiki proses
IPA – SMP | 113
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
fotosintesis pada tumbuhan hijau
4.9 Melakukan pengamatan atau percobaan
untuk menyelidiki respirasi pada hewan.
4.10 Melakukan percobaan untuk menyelidiki
suhu dan perubahannya serta pengaruh
kalor terhadap perubahan suhu dan
perubahan wujud benda
4.11 Melakukan penyelidikan terhadap
karakteristik perambatan kalor secara
konduksi, konveksi, dan radiasi
4.12 Menyajikan hasil observasi terhadap
interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan sekitarnya
4.13 Menyajikan data dan informasi tentang
pemanasan global dan memberikan
usulan penanggulangan masalah
KELAS: VIII
KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
KOMPETENSI DASAR
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas
ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan
kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan
peranan manusia dalam lingkungan serta
mewujudkannya dalam pengamalan
ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki
rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung
jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas seharihari
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan
dan melaporkan hasil percobaan.
2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan
bertanggung jawab dalam aktivitas seharihari
2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang
lain dalam aktivitas sehari-hari
3.1 Memahami gerak lurus, dan pengaruh
gaya terhadap gerak berdasarkan Hukum
Newton, serta penerapannya pada gerak
makhluk hidup dan gerak benda dalam
kehidupan sehari-hari.
IPA – SMP | 114
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
terkait fenomena dan kejadian tampak mata 3.2 Menjelaskan keterkaitan struktur
jaringan tumbuhan dan fungsinya, serta
berbagai pemanfaatannya dalam
teknologi yang terilhami oleh struktur
tersebut
3.3 Mendeskripsikan keterkaitan sifat bahan
dan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengaruh pemanfaatan
bahan tertentu terhadap kesehatan
manusia
3.4 Mendeskripsikan struktur rangka dan otot
manusia, serta fungsinya pada berbagai
kondisi
3.5 Mendeskripsikan kegunaan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari
dan hubungannya dengan kerja otot pada
struktur rangka manusia.
3.6 Mendeskripsikan sistem pencernaan serta
keterkaitannya dengan sistem
pernapasan, sistem peredaran darah, dan
penggunaan energi makanan
3.7 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan
buatan) dalam makanan dan minuman
(segar dan dalam kemasan), dan zat
adiktif-psikotropika serta pengaruhnya
terhadap kesehatan
3.8 Memahami tekanan pada zat cair dan
penerapannya dalam kehidupan seharihari untuk menjelaskan tekanan darah,
difusi pada peristiwa respirasi, dan
tekanan osmosis
3.9 Menjelaskan struktur dan fungsi sistem
eksresi pada manusia dan penerapannya
dalam menjaga kesehatan diri.
3.10 Memahami konsep getaran, gelombang,
bunyi, dan pendengaran, serta
penerapannya dalam sistem sonar pada
hewan dan dalam kehidupan sehari-hari
3.11 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya,
pembentukan bayangan, serta aplikasinya
untuk menjelaskan penglihatan manusia,
proses pembentukan bayangan pada mata
serangga, dan prinsip kerja alat optik
3.12 Mendeskripsikan struktur bumi untuk
menjelaskan fenomena gempa bumi dan
gunung api, serta tindakan yang
diperlukan untuk mengurangi resiko
IPA – SMP | 115
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
KOMPETENSI DASAR
bencana.
3.13 Mendeskripsikan karakteristik matahari,
bumi, bulan, planet, benda angkasa
lainnya dalam ukuran, struktur, gaya
gravitasi, orbit, dan gerakannya, serta
pengaruh radiasi matahari terhadap
kehidupan di bumi
3.14 Mendeskripsikan gerakan bumi dan bulan
terhadap matahari serta menjelaskan
perubahan siang dan malam, peristiwa
gerhana matahari dan gerhana bulan,
perubahan musim serta dampaknya bagi
kehidupan di bumi
4.1 Melakukan penyelidikan tentang gerak,
gerak pada makhluk hidup, dan percobaan
tentang pengaruh gaya terhadap gerak.
4.2 Melakukan pengamatan terhadap struktur
jaringan tumbuhan, serta menghasilkan
ide teknologi sederhana yang terilhami
oleh struktur tersebut (misalnya desain
bangunan)
4.3 Melakukan penyelidikan tentang sifatsifat bahan dan mengusulkan ide-ide
pemanfaatan bahan berdasarkan sifatnya
dalam kehidupan sehari-hari.
4.4 Menyajikan tulisan tentang upaya
menjaga kesehatan rangka manusia
dikaitkan dengan zat gizi makanan dan
perilaku sehari-hari
4.5 Melakukan penyelidikan tentang
keuntungan mekanik pada pesawat
sederhana
4.6 Melakukan penyelidikan tentang
pencernaan mekanis dan enzimatis pada
makanan
4.7 Menyajikan data, informasi, dan
mengusulkan ide pemecahan masalah
untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan zat aditif dalam makanan
dan minuman serta zat adiktifpsikotropika
4.8 Melakukan percobaan untuk menyelidiki
tekanan cairan pada kedalaman tertentu,
gaya apung, kapilaritas (menyelidiki
transport cairan dalam batang tumbuhan)
dan tekanan cairan pada ruang tertutup
4.9 Membuat peta pikiran (mapping mind)
IPA – SMP | 116
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
tentang struktur dan fungsi sistem eksresi
pada manusia dan penerapanya dalam
menjaga kesehatan diri.
4.10 Melakukan pengamatan atau percobaan
tentang getaran, gelombang, dan bunyi
4.11 Membuat laporan hasil penyelidikan
tentang pembentukan bayangan pada
cermin, lensa, dan alat optik
4.12 Menyajikan laporan hasil pengamatan
atau penelusuran informasi tentang
karakteristik komponen tata surya
KELAS: IX
KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
KOMPETENSI DASAR
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas
ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan
kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan
peranan manusia dalam lingkungan serta
mewujudkannya dalam pengamalan ajaran
agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab;
terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli
lingkungan) dan bekerja sama dalam
aktivitas sehari-hari
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi dalam melaksanakan
percobaan dan melaporkan hasil percobaan
2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan
bertanggung jawab dalam aktivitas seharihari
2.4 Menunjukkan penghargaan kepada orang
dalam aktivitas sehari-hari
3.1 Mendeskripsikan struktur dan fungsi sistem
reproduksi pada manusia, kelainan dan
penyakit pada sistem reproduksi dan
penerapan pola hidup yang menunjang
kesehatan reproduksi
3.2 Memahami reproduksi pada tumbuhan dan
hewan, sifat keturunan, serta kelangsungan
makhluk hidup
3.3 Mendeskripsikan penyebab perkembangan
penduduk dan dampaknya bagi lingkungan
IPA – SMP | 117
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
KOMPETENSI DASAR
3.4 Mendeskripsikan atom dan partikel
penyusunnya, ion dan molekul, serta
hubungannya dengan karakteristik
bahan/material yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari
3.5 Memahami konsep listrik statis, muatan
listrik, potensial listrik, hantaran listrik,
kelistrikan pada sistem syaraf dan
contohnya pada hewan-hewan yang
mengandung listrik
3.6 Mendeskripsikan karakteristik rangkaian
listrik, transmisi energi listrik, sumbersumber energi listrik alternatif (termasuk
bioenergi), berbagai upaya dalam
menghemat energi listrik, serta penggunaan
teknologi listrik di lingkungan sekitar
3.7 Mendeskripsikan konsep medan magnet,
induksi elektro magnetik, dan
penggunaannya dalam produk teknologi,
serta pemanfaatan medan magnet dalam
pergerakan/navigasi hewan untuk mencari
makanan dan migrasi
3.8 Mengidentifikasi proses dan hasil pewarisan
sifat serta penerapannya dalam pemuliaan
mahluk hidup
3.9 Mendeskripsikan penerapan bioteknologi
dalam mendukung kelangsungan hidup
manusia melalui produksi pangan
3.10 Membedakan proses dan produk teknologi
yang merusak lingkungan dan ramah
lingkungan
3.11 Memahami pentingnya tanah dan
organisme yang hidup dalam tanah untuk
keberlanjutan kehidupan
4.1 Menyajikan hasil penelusuran informasi
dari berbagai sumber tentang penyakit
menular seksual dan upaya
pencegahannya
4.2 Menyajikan karya hasil
perkembangbiakan pada tumbuhan
4.3 Menyajikan hasil penelusuran informasi
tentang perkembangan penduduk dan
dampaknya bagi lingkungan
4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki
muatan listrik statis dan interaksinya,
serta sifat hantaran listrik bahan
4.5 Melakukan penyelidikan untuk
IPA – SMP | 118
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
menemukan karakteristik rangkaian
listrik, serta hubungan energi listrik
dengan tegangan, kuat arus dan waktu
pemakaian
4.6 Membuat karya sederhana yang
memanfaatkan prinsip elektromagnetik
dan/atau induksi elektromagnetik
4.7 Melakukan percobaan sederhana untuk
menemukan hukum pewarisan sifat
mahluk hidup
4.8 Menyajikan hasil penyelidikan, ide-ide,
atau peneluran informasi tentang
penerapan bio-teknologi dalam
mendukung kelangsungan hidup manusia
melalui produksi pangan
4.9 Menyajikan data dan informasi tentang
proses dan produk teknologi yang tidak
merusak lingkungan
4.10 Melakukan penyelidikan tentang fungsi
tanah bagi keberlangsungan kehidupan
IPA – SMP | 119
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO- 1.3.2/2.1/3.1/3.2
SILABUS MATA PELAJARAN: IPA
Satuan Pendidikan
Kelas
: SMP/MTs
: VII
Kompetensi Inti :
KI 1
:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2
:
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3
:
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
Teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
KI 4
:
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
1.1 Mengagumi
keteraturan dan
kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang aspek
fisik dan kimiawi,
kehidupan dalam
ekosistem, dan
peranan manusia
dalam lingkungan
IPA – SMP | 120
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
serta
mewujudkannya
dalam pengamalan
ajaran agama yang
dianutnya
2.1
Menunjukkan
perilaku ilmiah
(memiliki rasa ingin
tahu; objektif; jujur;
teliti; cermat; tekun;
hati-hati;
bertanggung jawab;
terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan
peduli lingkungan)
dalam aktivitas
sehari-hari
2.2
Menghargai kerja
individu dan
kelompok dalam
aktivitas sehari-hari
sebagai wujud
implementasi
melaksanakan
percobaan dan
melaporkan hasil
percobaan
2.3
Menunjukkan
perilaku bijaksana
dan bertanggungjawab dalam aktivitas
sehari-hari
IPA – SMP | 121
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
2.4
Menunjukkan
penghargaan kepada
orang lain dalam
aktivitas sehari-hari
3.1
Memahami konsep
pengukuran berbagai
besaran yang ada
pada diri, makhluk
hidup, dan
lingkungan fisik
sekitar sebagai
bagian dari observasi,
serta pentingnya
perumusan satuan
terstandar (baku)
dalam pengukuran
4.1
Menyajikan hasil
pengukuran terhadap
besaran-besaran
pada diri, makhluk
hidup, dan
lingkungan fisik
dengan
menggunakan satuan
tak baku dan satuan
baku
Materi Pokok
Pembelajaran
Mengamati :
• Mengamati teman, untuk melihat
ciri-ciri yang ada pada teman,
misalnya tinggi badan, warna
rambut, warna kulit dst.
• Demonstrasi mengukur panjang
benda
• Mengamati berbagai alat ukur,
misalnya penggaris, neraca,
Objek IPA dan
Pengamatannya
• Pengukuran
• Besaran pokok
dan turunan
Menanya:
• Menanyakan proses bagaimana para
ahli IPA melakukan pengamatan
terhadap benda-benda di sekitar dan
menguji prediksi
• Menanyakan cara dan alat yang
digunakan dalam mengukur serta
sikap yang tepat dalam melakukan
pengukuran
• Menanyakan pentingnya perumusan
satuan terstandar (baku) dalam
pengukuran
Eksperimen/eksplorasi:
• Melakukan eksperimen untuk
menguji prediksi yang menunjukkan
proses penyelidikan IPA dilakukan
• Mengukur panjang benda hidup dan
Penilaian
Tugas
1. Lakukan pengamatan terhadap bendabenda, kelompokkan berdasarkan ciricirinya,
2. Mengerjakan tugas reviw dan berpikir
kritis pada buku paket.
3. Tugas proyek: membaca sebuah peta
suatu kota yang tertulis perbandingan
kalanya, peserta didik dapat
menentukan jalan mana yang paling
singkat menuju daerah tertentu
dengan meniadakan faktor kemacetan
Alokasi
Waktu
1 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Unjuk Kerja
Memberikan penilaian pada saat peserta
didik melakukan pengukuran dan
eksperimen
Portofolio
1. Laporan hasil eksperimen
2. Laporan tugas proyek
Tes
1. Tes tertulis tentang berbagai besaran
dalam IPA dan satuannya
2. Tes tertulis tentang pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari-hari
terkait dengan pengukuran
IPA – SMP | 122
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
benda tak hidup dengan satuan
baku dan tak baku
• Mengukur volume dengan satuan
baku dan tak baku
• Mengukur massa benda benda
hidup dan benda tak hidup dengan
neraca
• Mengukur besaran turunan,
misalnya: massa jenis benda,
kelajuan, laju pertumbuhan dst
Mengasosiasi:
• Menganalisis data dalam bentuk
tabel
• Menyimpulkan hasil analisis data
yang diperoleh dari percobaan.
Mengomunikasikan
• Membuat tulisan sederhana yang
menggambarkan cara atau prosedur
ahli IPA melakukan penyelisikan
• Membuat laporan dan
mempresentasikan hasil eksperimen
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Contoh soal PG
Beberapa perilaku yang sering dijumpai di
Lab IPA berkaitan dengan pengukuran :
1. Menuangkan air ke dalam gelas ukur
2. Memasukkan batu ke dalam gelas ukur
yang sudah berisi air
3. Menentukan volume VA dengan
mengamati posisi permukaan air
4. Menghitung volume batu dengan rumus
(VB –VA )
5. Menentukan volume VB dengan
mengamati posisi permukaan air
6. Menghitung volume batu dengan rumus
(VA–VB )
Empat orang siswa melakukan pengukuran
volume batu dengan urutan sebagai
berikut:
Siswa
Langkah kerja
P
1–3–2–5–4
Q
1–3–2–5–6
R
1–5–2–3–6
S
1–5–2–3–4
Langkah kerja yang benar dilakukan oleh
siswa ....
a. P dan R
C. P dan Q
b. Q dan S
D. R dan S
IPA – SMP | 123
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.2
4.2
Materi Pokok
Pembelajaran
Mengamati :
• Mengamati ciri mahluk hidup dan
benda tak hidup di lingkungan
sekitar.
Mengidentifikasi ciri
hidup dan tak hidup
dari benda-benda
dan makhluk hidup
yang ada di
lingkungan sekitar
Menanya:
• Menanyakan perbedaan antara
makhluk hidup dan benda tak
hidup?
Menyajikan hasil
analisis data
observasi terhadap
benda (makhluk)
hidup dan tak hidup
•
•
Klasifikasi Benda
Makhluk hidup
Benda Tak hidup
Eksperimen/eksplorasi:
• Mendata berbagai makhluk hidup
dan benda tak hidup yang ada di
lingkungan sekitar.
• Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk
hidup dan benda tak hidup yang
ditemukan di lingkungan sekitar.
Penilaian
Tugas
• Persamaan dan perbedaan ciri antara
makhluk hidup dan tak hidup
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Portofolio
Laporan tertulis kelompok
Alokasi
Waktu
1 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Tes
• Tes tertulis tentang Persamaan dan
perbedaan ciri antara makhluk hidup
dan tak hidup
Mengasosiasi :
• Mengolah data pengamatan ke
dalam bentuk tabel.
• Menyimpulkan ciri-ciri mahkluk
hidup dan benda tak hidup
berdasarkan hasil analisis data.
Mengomunikasikan:
• Melaporkan hasil pengamatan dan
analisis perbedaan ciri makhluk
hidup dan tak hidup
• Menyampaikan hasil pengamatan
dalam bentuk presentasi di depan
kelas.
IPA – SMP | 124
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.3
4.3
Memahami prosedur
pengklasifikasi-an
makhluk hidup dan
benda-benda takhidup sebagai bagian
kerja ilmiah, serta
mengklasifikasi-kan
berbagai makhluk
hidup dan bendabenda tak-hidup
berdasarkan ciri yang
diamati
Mengumpulkan data
dan melakukan
klasifikasi terhadap
benda-benda,
tumbuhan, dan
hewan yang ada di
lingkungan sekitar
Materi Pokok
Pembelajaran
Klasifikasi Makhluk
Hidup
• Klasifikasi
dikotom dan
kunci
determinasi
• Kelompok
makhluk hidup
yang berukuran
kecil
(mikroskopis)
• Kelompok jamur
(fungi)
• Kelompok hewan
Mengamati :
• Mengamati gambar barang
dagangan penjual sayur dan bumbu
dapur di pasar
• Mengamati makhluk hidup yang
berukuran mikroskopis dengan
menggunakan mikroskop
• Mengamati bentuk jamur
• Mencari informasi dari berbagai
sumber tentang ciri-ciri hewan
invertebrata dan vertebrata
Menanya:
• Menanyakan mengapa barang
dagangan dikelompokkelompokkan?
• Menanyakan keuntungan bila
makhluk hidup yang ada di dunia
dikelompok-kelompokkan?
Eksperimen/eksplorasi:
• Mengidentifikasi berbagai jenis
tumbuhan ke dalam kelompok
sayuran, buah, atau bunga
• Mengidentifikasi bagian tubuh
hewan, antara lain: belalang,
capung, kupu-kupu, udang, semut,
laba-laba, lalat, kaki seribu (bagian
tubuh (memiliki kepala, dada dan
perut atau kepala bersatu) serta
jumlah kaki (6 buah, 8 buah atau
lebih dari 8 buah)
• Melakukan pengklasifikasian
Penilaian
Tugas
Inventarisasi mahluk hidup yang ada di
lingkungan sekitar rumahmu. Kemudian
eksplorasilah bagian-bagian tubuh yang
dimiliki. Kelompokkanlah mahluk hidup
yang ditemui berdasarkan persamaan
cirinya.
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Alokasi
Waktu
2 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Portofolio
Laporan tertulis kelompok serta tugas
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Perhatikan gambar berikut !
IPA – SMP | 125
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
tumbuhan dan hewan dengan
menggunakan kunci dikotom
• Mengamati makhluk hidup yang
berukuran mikroskopis dengan
menggunakan mikroskop
• Mencari persamaan dan perbedaan
tumbuhan dikotil dan monokotil
• Mencari perbedaan tumbuhan
lumut, paku, dan mangga
Mengasosiasi:
• Mengolah data percobaan ke dalam
bentuk tabel
• Menyimpulkan
hasil
pengelompokkan
Mengomunikasikan:
• Menginformasikan tentang prosedur
klasifikasi/
pengelompokkan
makhluk hidup
• Menggambarkan hasil pengamatan
makhluk hidup yang berukuran
mikroskopis
• Menyampaikan
hasil
pengelompokkan makhluk hidup
dalam bentuk laporan tertulis dan
presentasi di depan kelas
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Berdasarkan ciri-ciri yang sama, ketiga
hewan tersebut dikelompokkan ke dalam
....
a. herbifor
c. karnifor
b. mammalia
d. reptilia
IPA – SMP | 126
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.4
Materi Pokok
Mendeskripsikan
keragaman pada
sistem organisasi
kehidupan mulai dari
tingkat sel sampai
organisme, serta
komposisi utama
penyusun sel
4.4.1 Melakukan
pengamatan
dengan bantuan
alat untuk
menyelidiki struktur
tumbuhan dan
hewan
4.4.2 Membuat dan
menyajikan poster
tentang sel dan
bagian-bagiannya
Sistem Organisasi
Kehidupan
• Sel sebagai unit
struktural dan
fungsional
kehidupan
• Jaringan
• Organ
• Sistem organ
• Sistem organ dan
organisme
Pembelajaran
Mengamati:
• Mengamati katak untuk mempelajari
unit-unit penyusun tubuh mulai dari
unit terkecil
Menanya:
• Menanyakan bagian-bagian tubuh
katak dan mengidentifikasi organorgan apa sajakah yang terdapat di
dalam tubuh katak
Eksperimen/eksplorasi:
• Membedah katak untuk mengamati
struktur/organ dalam hewan katak
• Mengeksplorasi bagian dalam tubuh
katak untuk menemukan organ
pernapasan, pencernaan, dan
reproduksi
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil percobaan.
Penilaian
Tugas
Amatilah bagian-bagian tubuh katak.
Identifikasilah organ-organ dalamnya.
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Portofolio
Laporan tertulis kelompok
Alokasi
Waktu
2 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal:
Perhatikan gambar anatomi katak berikut !
Mengasosiasi:
• Menggambar hasil pengamatan
struktur dalam tubuh katak
• Melengkapi gambar dengan
menuliskan nama organ-organ yang
ditemukan beserta fungsinya.
Fungsi organ dapat diketahui melalui
studi literatur dari berbagai sumber
Mengomunikasikan:
• Menyampaikan hasil percobaan
dalam bentuk laporan tertulis
• Mempresentasikan tentang sistem
organisasi kehidupan.
IPA – SMP | 127
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Mengamati:
• Mengamati berbagai jenis hewan
dan tumbuhan yang ada di sekitar
sekolah.
Menanya:
• Menanyakan tentang bagian-bagian
hewan dan tumbuhan
Eksperimen/eksplorasi:
• Mendiskusikan tentang struktur
tubuh hewan dan tumbuhan
• Melakukan praktikum mengamati
sel tumbuhan, misalnya tumbuhan
Adam Hawa (Rhoeo discolor) serta
sel epitel pipi manusia menggunakan
mikroskop.
•
Mengeksplorasi bagian-bagian sel
tumbuhan dan manusia, seperti
keberadaan dinding sel, kloroplas,
inti sel.
• Membandingkan sel tumbuhan dan
hewan
Mengasosiasi:
• Menggambar hasil pengamatan
struktur sel tumbuhan dan sel epitel
pipi manusia.
• Melengkapi gambar dengan
menuliskan nama bagian-bagian sel
yang ditemukan beserta fungsinya.
Fungsi organ dapat diketahui melalui
studi literatur dari berbagai sumber.
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Organ yang ditunjuk berfungsi untuk ...
a. bernafas
b. reproduksi
c. menyaring darah
d. memompa darah
Proyek
Buatlah model sel hewan atau tumbuhan
secara berkelompok.
Observasi
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan model sel
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
IPA – SMP | 128
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Mengomunikasikan:
• Membuat laporan hasil percobaan
• Mempresentasikan tentang sistem
organisasi kehidupan
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Contoh soal PG :
Perhatikan gambar sel tumbuhan berikut !
Bagian yang bertanda X berfungsi untuk ….
a. mengatur seluruh kegiatan sel
b. tempat terjadinya kegiatan sel
c. mengatur keluar masuknya zat
d. tempat respirasi sel
IPA – SMP | 129
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.5
Memahami
karakteristik zat,
serta perubahan
fisika dan kimia pada
zat yang dapat
dimanfaatkan untuk
kehidupan seharihari
4.5.1.Melakukan
pemisahan
campuran
berdasarkan sifat
fisika dan kimia
4.5.2.Melakukan
penyelidikan untuk
menentukan sifat
larutan yang ada di
lingkungan sekitar
menggunakan
indikator buatan
maupun alami
Materi Pokok
Karakteristik Zat
• Perubahan fisika
dan kimia
• Unsur, Senyawa,
dan Larutan
Pembelajaran
Penilaian
Mengamati:
• Mengamati berbagai perubahan
fisika dalam kehidpan sehari-hari,
misalnya es menjadi air, air
dipanaskan, lilin dibakar, kertas yang
dibakar dsb.
• Mengamati berbagai perubahan
kimia yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari
Tugas:
1. Membuat tulisan tentang perubahanperubahan yang terjadi dalam seharihari, kemudian kelompokkan ke dalam
perubahan fisika maupun perubahan
kimia.
2. Membuat rancangan percobaan
sederhana bersama temanmu di rumah,
bagaimana menyaring air yang keruh
sampai mendapat air yang bersih.
Buatkan laporannya secara tertulis!
Menanya:
• Menanyakan mengapa terjadi
perubahan fisika dan kimia dalam
kehidupan sehari-hari
• Menanyakan tentang karakteristik
zat
• Menanyakan tentang perbedaan
antara
unsur, senyawa, dan campuran
Eksperimen/eksplorasi:
• Melakukan percobaan untuk
menunjukkan peristiwa perubahan
fisika dan kimia
• Melakukan percobaan pemisahan
campuran dengan berbagai cara
• Mendiskusikan tentang perbedaan
unsur, senyawa, dan campuran
Mengasosiasi:
• Menunjukkan contoh unsur,
Alokasi
Waktu
2 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Unjuk kerja
Menilai saat berlangsungnya kegiatan
eksperimen, menggunakan rubrik penilaian.
Portofolio
1.
Kumpulan semua laporan eksperimen
secara tertulis
2.
Kumpulan laporan-laporan tugas
proyek
Tes
Mengerjakan tes uraiana sebubungan
dengan karakteristik zat
Contoh:
Jelaskan mengapa kertas yang dibakar
menjadi abu digolongkan menjaidi ke dalam
perubahan kimia?
IPA – SMP | 130
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
•
Pembelajaran
Penilaian
senyawa, dan campuran dalam
kehidupan sehari-hari
Menyimpulkan hasil percobaan
Proyek
Mencari sebuah danau atau perairan di
wilayah sekitarmu. Amati ganggang hijau
yang tumbuh subur. Ujilah perairan
tersebut, apakah termasuk asam, basa, atau
netral ? Berdasarkan hasil uji, menurut
pendapatmu, apa yang terjadi dengan
perairan tersebut ?
Mengomunikasikan:
• Membuat laporan hasil percobaan
• Mempresentasikan hasil percobaan
Mengamati :
• Mencicipi buah atau makanan yang
asam seperti jeruk serta minuman
soda yang rasanya pahit (basa)
Menanya:
• Menanyakan jenis makanan atau
minuman apa saja yang rasanya
asam?
• Menanyakan bagaimana cara
menentukan sifat asam atau basa
suatu larutan
Eksperimen/eksplorasi:
• Melakukan percobaan identifikasi
sifat asam basa suatu larutan
dengan menggunakan indikator
alami, seperti kunyit, kol ungu.
Mengasosiasi:
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil pengamatan.
• Mengolah data percobaan ke dalam
bentuk tabel.
• Membandingkan data warna yang
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Portofolio
Laporan tertulis kelompok
Tes
Tes tertulis tentang pH larutan
Contoh soal Pilihan Ganda
1.Seseorang mengukur pH suatu larutan
dengan menggunakan pH meter.Dari hasil
pengukurannya,diperoleh data sebagai
berikut.
Larutan yang diuji Harga pH
Susu
6,2
Air tomat
5,5
Cuka
3,4
Air jeruk
2,2
IPA – SMP | 131
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
•
diperoleh dari percobaan dengan
data
warna
indikator
yang
digunakan.
Menyimpulkan sifat larutan yang
diuji, apakah termasuk asam, basa,
atau netral.
Mengomunikasikan:
• Menyampaikan hasil pengamatan
dalam bentuk laporan tertulis dan
presentasi di depan kelas.
• Menginformasikan
lebih
lanjut
tentang identifikasi asam basa
menggunakan indikator buatan.
3.6
Mengenal konsep
energi, berbagai
sumber energi,
energi dari makanan,
transformasi energi,
respirasi, sistem
pencernaan
makanan, dan
fotosintesis
Energi dalam Sistem
Kehidupan
• Sumber energi
• Perubahan
bentuk energi
• Transformasi
energi
• Metabolisme sel
• Bernapas
• Fotosintesis
• Respirasi
• Sistem
pencernaan
Mengamati :
• Mengamati berbagai kegiatan yang
dilakukan manusia membutuhkan
energi
• Mengamati berbagai bentuk energi
dalam kehidupan sehari-hari
• Mengamati jumlah energi yang
tertera pada sejumlah produk
makanan misalnya susu, roti
• Mengamati tanaman yang ada di
sekitar sekolah
Menanya:
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Berdasarkan data yang diperoleh,larutan uji
yang memiliki sifat asam paling lemah
adalah….
a.air tomat
b.air jeruk
c.susu
d.cuka
Contoh soal bentuk uraian
1. Tuliskan 3 perbedaan sifat-sifat asam
dan basa
2. Sebutkan 2 contoh yang termasuk basa
dalam bahan yang digunakan sehari-hari
3. Sebutkan 3 contoh senyawa yang
termasuk asam
4. Sebutkan 3 tujuan pemberian kapur
pada lahan pertanian
Tugas
Buatlah tulisan tentang perubahanperubahan energi yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari,
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
3 x 5 JP
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Portofolio
Mengumpulkan laporan tertulis hasil tugas
IPA – SMP | 132
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.6.1 Melakukan
pengamatan atau
percobaan
sederhana untuk
menyelidiki proses
fotosintesis pada
tumbuhan hijau
3.6.2 Melakukan
pengamatan atau
percobaan untuk
menyelidiki
respirasi pada
hewan
Materi Pokok
makanan
Pembelajaran
• Menanyakan mengapa kalau kita
tidak makan sehari badan terasa
lemas?
• Menanyakan apakah semua makhluk
hidup membutuhkan energi?
• Menanyakan berasal dari manakah
mahluk hidup memperoleh energi?
• Menanyakan dapatkah energi itu
diciptakan oleh makhluk hidup?
Eksperimen/eksplorasi :
• Melakukan percobaan untuk
membuktikan terjadinya respirasi
pada hewan
• Melakukan percobaan menyelidiki
proses fotosintesis pada tumbuhan
hijau
• Mendiskusikan sumber-sumber
energi yang digunakan dalam
kehidpan sehari-hari
• Mendiskusikan bentuk –bentuk
energi dan perubahannya dalam
kehidupan sehari-hari
Mengasosiasi:
• Membuat
kesimpulan
tentang
energi dan perubahannya
• Membandingkan jumlah energi yang
dihasilkan oleh berbagai produk
makanan
Mengomunikasikan:
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal uraian
Sebuah kelereng yang massanya 10 g mulamula diam, kemudian bergerak dengan
kecepatan 5 𝑚/s. Berapakah energi kinetik
yang dimiliki kelereng yang sedang
bergerak?
Tugas
Selidiki mana yang memiliki frekuensi
nafas terbanyak, apakah anak-anak atau
remaja, apakah remaja atau orang tua ?
Buatlah hasil penyelidikanmu dalam
bentuk laporan tertulis .
IPA – SMP | 133
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
• Membuat laporan hasil percobaan
• Menyampaikan informasi tentang
energi dan perubahannya
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Mengamati:
• Meminta peserta didik menarik
nafas dan menghembuskannya.
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan hasil tugas.
Menanya:
• Menanyakan apakah aktivitas
tertentu mempengaruhi frekuensi
bernapas ?
Eksperimen/eksplorasi :
• Melakukan praktikum menyelidiki
frekuensi napas pada saat
melakukan aktivitas seperti
berbaring, setelah berlari selama 2
menit, setelah meminum 2 gelas air
putih, dll.
Mengasosiasi :
• Mengolah data percobaan ke dalam
bentuk tabel.
• Membandingkan
data
jumlah
frekuensi bernapas antara aktivitas
yang satu dengan aktivitas yang lain.
• Membuat kesimpulan hubungan
antara aktivitas tertentu dengan
frekuensi bernapas.
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal PG :
Pernyataan manakah yang tepat dari tabel
di bawah!
Tugas
Tumbuhan mana yang lebih banyak
menghasilkan oksigen, apakah yang
ditaruh ditempat banyak cahaya matahari
atau di tempat teduh ?
Lakukan percobaan sederhana untuk
mengungkapkannya.
IPA – SMP | 134
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Mengomunikasikan:
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil percobaan.
• Menyampaikan hasil percobaan
dalam bentuk laporan praktek.
• Menyampaikan informasi lebih jauh
tentang proses bernafas serta
fungsinya.
Mengamati :
• Mengamati tumbuhan yang ada di
lingkungan sekitar.
Menanya:
• Menanyakan bagaimana cara
tumbuhan mendapatkan
makanannya ?
• Menanyakan apa nama peristiwa
pembuatan makanan sendiri oleh
tumbuhan ?
• Menanyakan bahan apa saja yang
diperlukan tumbuhan untuk
membuat makanannya sendiri?
• Menanyakan bagaimana cara
membuktikan bahwa proses
pembuatan makanan sendiri oleh
tumbuhan menghasilkan oksigen ?
Eksperimen/eksplorasi:
• Melakukan praktikum menyelidiki
gas yang dihasilkan tumbuhan saat
proses pembuatan makanan sendiri.
• Pembuktian zat dilakukan seperti
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Observasi
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan hasil tugas.
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal PG :
Perhatikan Perhatikan perangkat
fotosintesis berikut !
IPA – SMP | 135
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
percobaan Jan Ingenhousz yang
menggunakan daunHydrilla, corong
kaca, gelas ukur serta tabung reaksi.
Mengasosiasi:
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil percobaan.
• Hasil percobaan dalam bentuk gas
yang tertampung di dalam tabung
reaksi.
• Gas diuji dengan memasukkan bara
api ke dalamnya.
Kemudian
membuat kesimpulan dari hasil uji
tersebut.
Mengomunikasikan:
• Menyampaikan hasil percobaan
dalam bentuk laporan praktek.
• Menyampaikan informasi lebih jauh
tentang proses fotosintesis.
Mengamati :
• Mengamati serangga yang
ditemukan di lingkungan sekolah,
seperti belalang, jangkrik.
Menanya:
• Menanyakan tentang pernapasan
pada serangga.
• Menanyakan apakah berat tubuh
mempengaruhi kebutuhan oksigen ?
Eksperimen/eksplorasi :
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Berdasarkan percobaan di atas, gelembunggelembung udara dalam tabung reaksi
mengandung ……………
a. udara panas
c. oksigen
b. karbon dioksida
d. nitrogen
Tugas
Jelaskan dalam bentuk tulisan tentang
bagaimana oksigen dapat disediakan oleh
alam untuk memenuhi kebutuhan mahluk
hidup.
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan hasil tugas.
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal PG :
Perhatikan reaksi kimia berikut !
IPA – SMP | 136
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
•
Melakukan praktikum menyelidiki
jumlah oksigen yang dibutuhkan
serangga menggunakan
respirometer. Serangga yang diuji
memiliki berat tubuh yang beragam.
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Berdasarkan hasil reaksi kimia maka dapat
dipastikan reaksi tersebut merupakan...
a. fotosintesis
c. penguapan
b. respirasi
d. ekskresi
Mengasosiasi :
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil percobaan.
• Mengolah data percobaan ke dalam
bentuk tabel.
• Membandingkan data kebutuhan
oksigen antara serangga yang satu
dengan serangga lain yang memiliki
berat tubuh berbeda.
• Membuat kesimpulan hubungan
antara
berat
tubuh
dengan
kebutuhan oksigen.
Mengomunikasikan:
• Menyampaikan hasil percobaan
dalam bentuk laporan praktek.
• Menyampaikan informasi lebih jauh
tentang fungsi repirasi dalam proses
pembebasan energi.
IPA – SMP | 137
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.7
Memahami konsep
suhu, pemuaian,
kalor, perpindahan
kalor, dan
penerapannya dalam
mekanisme menjaga
kestabilan suhu
tubuh pada manusia
dan hewan serta
dalam kehidupan
sehari-hari
3.7.1 Melakukan
percobaan untuk
menyelidiki suhu
dan perubahannya,
serta pengaruh
kalor terhadap
perubahan suhu
dan perubahan
wujud benda
3.7.2 Melakukan
penyelidikan
terhadap
Materi Pokok
Suhu dan
Perubahannya:
• Suhu dan
termometer
• Kalor
• Pemuaian
• Konduksi,
Konveksi, dan
Radiasi
Pembelajaran
Penilaian
Mengamati:
1. Demonstrasi tangan yang
diicelupkan ke dalam air dingin,
sedang dan hangat
2. Thermometer laboratorium,
thermometer suhu badan
3. Rel kereta api yang diberi celah pada
sambumgannya.
4. Perambatan sinar matahari yang
melalui celah-celah, air yang
mendidih ketika dipanaskan.
Tugas Proyek
1. Membuat tulisan mengapa
thermometer zat cair menggunakan
raksa atau alcohol, tidak menggunakan
air.
2. Membualan laporan secara tertulis:
Membuat rancang penyelidikan yang
dapat menunjukkan gejala pemuaian
zat gas, dengan bantuan zat cair gas
bisa diamati. Atau pemuaian gas
yangmampu mendesak sesuatu.
Laporkan hasil kegiatanmu secara
tertulis.
Menanya:
1. Alasan mengapa tangan tidk bisa
digunakan untuk mengukur derajat
panas suatu benda secara tepat?
2. Mengapa suhu badan manusia
antara 36°C sd 37°C?
3. Alasan mengapa sambungan rel
kereta api diberi celah
4. Alasan mengapa labu elemeyer yang
dipanaskan, akan keluar gelembunggelembung gas di dalam air
5. Alasan mengapa bagian atas panci
menjadi panas, padahal yang
terkena api pada bagian bawahnya
saja
Eksperimen/eksplorasi:
1. Melakukan eksperimen untuk
menguji badan / tangan tidak dapat
mengukur suhu dengan tepat
Alokasi
Waktu
2 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Unjuk Kerja
Menilai proses eksperimen menggunakan
rubric penilaian
Portofolio
Mengumpulkan:
1. Laporan percobaan
2. Laporan tugas proyek
Tes
Contoh Soal Uraian
Apabila suatu benda diukur dengan
thermometer Celcius menunjukkan 45º C,
maka berapa derajat jika benda tersebut
diukur dengan thermometer Fahrenheit?
IPA – SMP | 138
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
karakteristik
perambatan kalor
secara konduksi,
konveksi, dan radiasi
Materi Pokok
Pembelajaran
2. Membuat skala pada thermometer
3. Membandingkan empat skala
thermometer untuk memperoleh
persamaan perbandingan antara
termometer Celcius, Reamur,
Fahrenhaid, dan Kelvin.
4. Membandingkan besar pemuaian
berbagai jenis logam
5. Mengeksplorasi perbedaan pemuaian
pada air dan gas
Mengasosiasi :
1. Menganalisis data dalam bentuk
tabel berbagai hasil pengamatan
tentang suhu, kalor, dan pemuaian
2. Membandingkan besar pemuaian zat
padat, cair dan gas
Mengomunikasikan:
1. Membuat laporan hasil eksperimen
dalam bentuk tulisan.
2. Mempresentasikan hasil eksperimen
Mengamati :
a.
\yang buruk
Menanya:
• Alasan mengapa pada siang hari
pakaian berwarna gelap merasa
lebih cepat gerah dibanding
pakaianberwarna putih
• Perbedaan antara konduksi,
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Tugas
• Mencari benda-benda yang termasuk
konduktor dan isolator di lingkungan
sekitar
• Mengerjakan PR yang berhubungan
dengan perpindahan kalor
Unjuk Kerja
Menilai saat berlangsungnya kegiatan
eksperimen, menggunakan rubrik penilaian.
Portofolio
Mengumpulkan:
1. Laporan percobaan
2. Laporan tugas
Tes
Contoh soal Pilihan Ganda
1. Perpindahan kalor tanpa disertai
perpindahan zat disebut….
a. reduksi
b. konveksi
c. konduksi
d. radiasi
IPA – SMP | 139
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
konveksi, dan radiasi kalor
Eksperimen/eksplorasi :
• Melakukan eksperimen tentang
peristiwa konduksi, konveksi dan
radiasi
• Melakukan eksperimen tentang
peristiwa konveksi di udara dan
dalam zat cair
• Melakukan percobaan
membandingkan daya serap radiasi
pada berbagai warma misalnya antar
warna terang dan gelap
Mengasosiasi :
• Mencari contoh dalam kehidupan
sehari-hari yang
menunjukkanperistiwa konduksi,
konveksi, dan radiasi
Mengomunikasikan:
• Membuat kesimpulan hasil analisis
data hasil eksperimen
• Menyampaikan hasil percobaan
dalam bentuk laporan praktek.
IPA – SMP | 140
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.8
Mendeskripsikan
interaksi antar
makhluk hidup dan
lingkungannya
4.8
Menyajikan hasil
observasi terhadap
interaksi makhluk
hidup dengan
lingkungan sekitarnya
Materi Pokok
Interaksi Makhluk
Hidup dan
Lingkungannya
• Pengertian
lingkungan
• Interaksi
• Ekosistem
Pembelajaran
Penilaian
Mengamati :
• Mengamati mahluk hidup dan benda
tak hidup yang ada di lingkungan
sekitar.
Menanya :
• Meenanyakan ada berapa mahluk
hidup dan benda tak hidup yang
kamu jumpai di lingkungan sekitar ?
• Menayankan apa peran masingmasing makhluk hidup dan benda
tak hidup tersebut di dalam
lingkungan ?
Eksperimen/eksplorasi:
• Melakukan pendataan makhluk
hidup dan benda tak hidup yang ada
di lingkungan sekitar serta
jumlahnya. Kemudian jelaskan
peran masing-masing makhluk hidup
dan benda tak hidup tersebut di
lingkungan.
Mengasosiasi:
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil percobaan.
• Mengolah data percobaan ke dalam
bentuk tabel.
• Membuat kesimpulan hubungan
antara mahluk hidup dan benda tak
hidup serta perannya di lingkungan.
Mengomunikasikan :
• Menyampaikan hasil percobaan
dalam bentuk laporan praktek.
• Menyampaikan informasi lebih jauh
Tugas
Jelaskan dalam bentuk tulisan tentang apa
yang akan terjadi pada mahluk hidup dan
beda tak hidup jika tumbuhan musnah
dari muka bumi.
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Alokasi
Waktu
2 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan.
• Media
elektronik
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan hasil
penugasan.
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Tugas
Jelaskan dalam bentuk tulisan, apakah
produsen di berbagai ekosistem adalah
sama? Apakah produsen selalu ada di
semua ekosistem?
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan hasil
penugasan.
IPA – SMP | 141
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
tentang peran komponenkomponen ekosistem.
Mengamati :
• Mengamati gambar atau tayangan
tentang peristiwa makan dan
dimakan dalam suatu ekosistem.
Menanya :
• Menanyakan apakah jumlah
produsen dan konsumen dalam
suatu ekosistem selalu sama ?
• Menanyakan bagaimanakah
rangkaian peristiwa makan dan
dimakan di suatu ekosistem ?
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal PG :
Diagram di bawah ini menunjukkan jaringjaring makanan di laut.
•
Menanyakan apakah yang dimaksud
dengan jaring-jaring makanan ?
• Menanyakan apakah yang lebih
banyak jumlahnya, produsen atau
konsumen ? Mengapa ?
Eksperimen/eksplorasi:
• Mendata berbagai jenis tumbuhan
dan hewan yang ditemukan dalam
suatu ekosistem.
• Mendata jumlah masing-masing
komponen ekosistem yang
ditemukan.
Mengasosiasi:
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil percobaan.
• Mengolah data percobaan ke dalam
bentuk tabel.
Berdasarkan diagram, yang merupakan
produsen adalah ................
a. pengurai
c. udang
b. fitoplankton d. zooplankton
Tugas
Buatlah tulisan tentang pengaruh interaksi
manusia terhadap ekosistem.
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksperimen
IPA – SMP | 142
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
•
Membuat rangkaian peristiwa
makanan dan dimakan dalam urutan
tertentu dari makhluk hidup yang
ditemukan untuk menemukan
konsep rantai makanan.
• Merangkai beberapa rantai makanan
menjadi satu kesatuan untuk
menemukan konsep jaring-jaring
makanan.
• Membuat urutan makhluk hidup
mulai dari produsen hingga
konsumen tertinggi dari ekosistem
yang diselidiki dengan
mencantumkan jumlahnya untuk
mendapatkan konsep piramida
makanan.
Mengomunikasikan :
• Menyampaikan hasil percobaan di
depan kelas.
• Menyampaikan informasi lebih jauh
tentang rantai makanan, jaringjaring makanan, serta piramida
makanan.
Mengamati :
• Mengamati gambar atau tayangan
tentang peristiwa interaksi antara
kerbau dengan burung jalak atau
interkasi mahluk hidup lainnya.
Menanya:
• Menanyakan apakah yang dimaksud
dengan interaksi ?
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan hasil
penugasan.
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal PG :
Perhatikan gambar berikut !
Berdasarkan gambar, simbiosis yang terjadi
adalah ....
a. mutualisme
c. komensalisme
b. parasitisme
d. netralisme
IPA – SMP | 143
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
•
Menanyakan apakah kambing
dengan kerbau memiliki pola
interaksi yang sama dengan kerbau
dan burung jalak ? Bila berbeda,
interkasi apakah yang terjadi antara
kambing dengan burung jalak ?
• Menanyakan ada berapa jenis
interaksi di dunia ? Apakah contohcontohnya?
Eksperimen/eksplorasi :
• Mendata berbagai jenis tumbuhan
atau hewan yang memiliki hubungan
yang sangat erat di lingkungan
sekitar maupun yang pernah
teramati di lingkungan lain.
Mengasosiasi:
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil percobaan.
• Mengolah data yang diperoleh ke
dalam bentuk tabel.
• Menentukan pola interkasi yang
terjadi di antara makhluk hidup
dengan mengacu pada buku atau
media belajar lain yang relevan.
Mengomunikasikan:
• Menyampaikan hasil percobaan di
depan kelas.
• Menyampaikan informasi lebih jauh
tentang interkasi makhluk hidup.
IPA – SMP | 144
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Mengamati :
• Mengamati gambar atau tayangan
tentang peristiwa pencemaran
lingkungan (udara, air, tanah) dan
dampaknya bagi kehidupan
3.9 Mendeskripsikan
pencemaran dan
dampaknya bagi
makhluk hidup
Dampak
Pencemaran bagi
Kehidupan
Menanya:
• Menanyakan apakah yang dimaksud
dengan pencemaran?
• Menanyakan bahan/zat apa saja
yang dapat menyebabkan
pencemaran udara, air, dan tanah ?
• Menanyakan bagaimanakah
bahan/zat tersebut dihasilkan ?
• Menanyakan pakah efek bahan/zat
tersebut bagi lingkungan?
Eksperimen/eksplorasi :
• Mendata berbagai jenis zat/bahan
yang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Mengsosiasi :
• Mengolah data yang diperoleh ke
dalam bentuk tabel.
• Mengelompokkan bahan/zat
pencemar berdasarkan lingkungan
yang dicemarinya beserta efek yang
ditimbulkan bagi lingkungan
tersebut.
.
Komunikasi :
• Diskusi kelompok untuk membahas
hasil eksplorasi dan
pengelompokkan bahan pencemar
berdasarkan lingkungan yang
dicemari.
• Menyampaikan hasil eksplorasi di
depan kelas.
• Menyampaikan informasi lebih jauh
tentang pencemaran lingkungan.
Penilaian
Tugas
Buatlah tulisan tentang upaya yang dapat
dilakukan sehari-hari untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan .
Unjuk Kerja
Ceklist lembar pengamatan kegiatan
eksplor
Portofolio
Laporan tertulis kelompok dan hasil
penugasan.
Alokasi
Waktu
1 x 5 JP
Sumber Belajar
• Buku paket,
• Lembar kerja
Praktikum
• Buku atau
sumber
belajar yang
relevan
• Media
elektronik
Tes
Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan
ganda
Contoh soal PG :
Kegiatan industri dapat menimbulkan panas
yang umumnya berasal dari gerakan mesin.
Jika air hasil industri tersebut dibuang ke
perairan maka suhu perairan menjadi
panas. Panasnya suhu perairan dapat
berakibat …………
a. kandungan oksigen di perairan menjadi
rendah
b. kandungan zat organik diperairan
berkurang
c. kandungan zat anorganik diperairan
bertambah
d. kadar pH air menjadi bertambah
IPA – SMP | 145
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
3.10 Mendeskripsi-kan
tentang penyebab
terjadinya
pemanasan global
dan dampaknya
bagi ekosistem
4.10 Menyajikan data dan
informasi tentang
pemanasan global
dan memberikan
usulan
penanggulangan
masalah
Materi Pokok
Pemanasan Global
dan Ekosistem
Pembelajaran
Mengamati:
1. Mengamati lapisan atmosfer bumi
melalui gambar, video
2. Mengamati film, gambar-gambar
dampak pemanasan global.bagi
ekosistem.
3. Mengamati gambar, film tentang
lubang pada lapisan ozon.
Menanya:
1. Mengapa dalam mobil menjadi
hangat, setelah mobil diparkir di
tempat panas beberapa saat?
2. Mengapa perubahan cuaca pada
akhir-akhir ini sangat ekstrim
3. Mengapa terjadi pemanasan global?
Apa penyebanya?
4. Bagaimana dampak pemenasan
global terhadap ekosistem di
bumi?apakah penyebab menipisnya
lapisan ozon di bumi?
Eksperimen/eksplorasi:
1. Eksperimen mengamati efek rumah
kaca (kotak kardus, thermometer,
lampu)
2. Menentukan sumber data dari buku,
literature, gambar-gambar, film dst.
3. Mengumpulkan data dan informasi
tentang pemanasan global yang
terjadi di bumi dari tahun ke tahun.
Mengasosiasi:
Penilaian
Tugas
1.
Membuat tulisan tentang bagaimana
mengurangi terjadinya pemanasan
global.
2.
Membuat tulisan tentang bagaimana
mengatasi atau mengurangi dampak
pemanasan global.
Alokasi
Waktu
1 x 5 JP
Sumber Belajar
Unjuk Kerja
Menilai saat kegiatan eksperimen
berlangsung dengan rubrik penilaian
Portofolio
Mengumpulkan:
1. Laporan analisis data
2. Mengumpulkan tugas-tugas proyek
Tes
Contoh Soal PG:
Lapisan ozon melindungi kehidupan di bumi
dari bahaya ….
a. radiasi sinar X
b. radiasi sinar kosmis
c. radiasi sinar ultraviolet
d. radiasi sinar infra merah
Contoh Soal Uraian:
Tuliskan 3 penyeba terjadinya pemanasan
global!
IPA – SMP | 146
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
1.
Menganalisis data dan informasi
tentang pemanasan global dan
dampaknya.
2. Membuat kesimpulan tentang
berbagai data dan informasi ttentang
pemanasan global dan dampaknya.
Mengomunikasikan:
1. Membuat laporan hasil analisis
dalam bentuk tulisan.
2. Menyajikan atau mempresentasikan
hasil analisis data dan informasi
tentang pemanasan global
IPA – SMP | 147
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
HO- 1.3.3
CONTOH ANALISIS KETERKAITAN ANTARA SKL, KI DAN KD
Mata Pelajaran : IPA
Kelas
: VII
Topik
: Perubahan Benda di Sekitar Kita
Aspek
Sikap
Standar
Kompetensi
Lulusan
Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap orang
beriman, berakhlak
mulia, berilmu,
percaya diri, dan
bertanggung jawab
dalam berinteraksi
secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam
dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
Kompetensi Inti
Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
Menghargai dan
menghayati perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab,
peduli (toleransi,
gotong royong),
santun, percaya diri,
dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam
jangkauan pergaulan
dan keberadaannya
Kompetensi Dasar
1.1
Mengagumi keteraturan
dan kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang aspek fisik
dan kimiawi, kehidupan
dalam ekosistem, dan
peranan manusia dalam
lingkungan serta
mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama
yang dianutnya
Lingkup Materi
Proses siklus air
sebagai keteraturan
ciptaan Tuhan yang
merubahan perubahan
fisika
Aktivitas Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Mempelajari siklus air
dan diskusi tentang
siklus air yang
merupakan keteraturan
alam ciptaan Tuhan
Teknik dan Bentuk
Instrumen Penilaian
IPA – SMP | 148
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek
Standar
Kompetensi
Lulusan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
2.5 Menunjukkan perilaku
ilmiah (memiliki rasa ingin
tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab;
terbuka; kritis; kreatif;
inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam
melakukan percobaan dan
berdiskusi
2.6 Menghargai kerja individu
dan kelompok dalam
aktivitas sehari-hari
sebagai wujud
implementasi
melaksanakan percobaan
dan melaporkan hasil
percobaan
2.7 Menunjukkan penghargaan
kepada orang lain dalam
aktivitas sehari-hari
sebagai wujud
implementasi perilaku
menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan
Pengetahuan
Memiliki
Memahami
3.5 Memahami karakteristik zat,
serta perubahan fisika dan
Lingkup Materi
Kepedulian terhadap
berbagai perubahan
materi di dalam
kehidupan se hari-hari
Aktivitas Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Menerapkan kepedulian
terhadap berbagai
perubahan materi di
dalam kehidupan se
hari-hari
Menunjukkan sikap teliti,
cermat, tekun, kritis dan
bertanggungjawab ketika
melakukan percobaan
Melakukan percobaan
perubahan fisika,
perubahan kimia dan
Pemisahan campuran
.
Saling menghargai
pendapat anggota dalam
kelompok diskusi
Diskusi hasil percobaan
Menjaga kebersihan
ruangan kelas dan
laboratorium ketika
melakukan percobaan
Membiasakan berbagi
pekerjaan dalam
melakukan percobaan
sampai membereskan
bekas praktikum
Perubahan Wujud
Perubahan fisika :
Mengikuti pembelajaran
melalui metode diskusi
Teknik dan Bentuk
Instrumen Penilaian
Teknik : observasi
perilaku
Bentuk Instrumen :
Kuesioner
Lembar observasi
Teknik : tes tulis
IPA – SMP | 149
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek
Keteram
-pilan
Standar
Kompetensi
Lulusan
pengetahuan
Faktual, konseptual
dan prosedural
dalam
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
fenomena dan
kejadian yang
tampak mata
Memiliki
kemampuan pikir
dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah
abstrak dan
konkret sebagai
pengembangan dari
yang dipelajari di
sekolah secara
mandiri.
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
pengetahuan
(faktual, konseptual,
dan prosedural)
berdasarkan rasa
ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya terkait
fenomena dan
kejadian tampak
mata
kimia pada zat yang dapat
dimanfaatkan untuk
kehidupan sehari-hari
Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca,
menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang
dipelajari di sekolah
Lingkup Materi
•
•
•
•
•
•
mencair,
menguap,
mengembun,
menyublim,
membeku,
deposisi
Aktivitas Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
dan percobaan dengan
pendekatan scientific
Teknik dan Bentuk
Instrumen Penilaian
Bentuk :
Pilihan Ganda
Uraian
Perubahan kimia /reaksi
kimia :
Gejala-gejala pada reaksi
kimia
4.5 Melakukan pemisahan
campuran berdasarkan sifat
fisika dan kimia
Pemisahan campuran :
evaporasi, filtrasi,
kristalisasi, dekantasi,
destilasi, kromatografi
dan sublimasi
Melakukan percobaan
• Perubahan fisika
• Perubahan kimia
• Pemisahan campuran
• Merancang alat untuk
memisahkan
campuran
Mengobservasi,
meninterpretasikan hasil
percobaan, melaporkan
hasil percobaan
Melakukan percobaan
pemisahan campuran :
penyaringan air kotor,
kristalisasi garam,
penyubliman, dan
destilasi
Melakukan tugas proyek
membuat alat
penjernihan air
sederhana
Teknik :
Observasi
Penugasan ( Proyek)
Unjuk Kerja
Bentuk instrumen :
Lembar observasi
Lembar penilaian
produk
IPA – SMP | 150
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek
Standar
Kompetensi
Lulusan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Lingkup Materi
Aktivitas Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Teknik dan Bentuk
Instrumen Penilaian
dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
IPA – SMP | 151
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LK – 1.3
LEMBAR KERJA
ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD
PETUNJUK PENGISIAN FORMAT ANALISIS SKL, KI DAN KD ( SMP/MTs )
Kompetensi: Memahami keterkaitan antara SKL, KI dan KD Kurikulum 2013
Tujuan :
1. Menganalisis keterkaitan SKL, KI, KD
2. Mengidentifikasi materi pada KD aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
bersesuaian
3. Mengidentifikasi aktivitas atau kegiatan belajar siswa agar dapat mencapai KD tersebut secara
utuh
4. Mengidentifikasi alternatif teknik dan bentuk instrumen penilaian untuk menilai dan
memantau kemajuan belajar siswa dalam mencapai KD.
Langkah Kerja:
1. Bandingkan KD mata pelajaran SMP/MTs kelas VII lama dengan KD pada kurikulum 2013,
tentukan perbadaannya
2. Cermati dan analisis SKL, KI dan KD serta silabus mata pelajaran
3. Pelajari format Analisis SKL, KI dan KD
4. Pilih masing-masing satu KD aspek sikap, pengetahuan, keterampilan yang bersesuaian
5. Tentukan lingkup materi dari setiap KD yang dipilih mengacu pada silabus mata pelajaran
6. Tentukan aktivitas/kegiatan belajar siswa untuk mencapai kompetensi tersebut mengacu
pada silabus
7. Tentukan teknik dan bentuk instrumen penilaiannya mengacu silabus mata pelajaran
IPA – SMP | 152
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LK – 1.3
LEMBAR KERJA
ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD
MATA PELAJARAN : IPA
KELAS
: VII
TOPIK
:
Domain
Sikap
Standar Kompetensi
Lulusan
Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
orang beriman, berakhlak
mulia, berilmu, percaya
diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Lngkup Materi
Aktivitas Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Teknik dan
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Menghargai dan
menghayati ajaran agama
yang dianutnya
Menghargai dan
menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
IPA – SMP | 153
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Domain
Pengetahuan
Keterampilan
Standar Kompetensi
Lulusan
Memiliki pengetahuan
Faktual, konseptual dan
prosedural dalam
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
fenomena dan kejadian
yang tampak mata
Memiliki kemampuan pikir
dan tindak yang efektif
dan kreatif dalam ranah
abstrak dan konkret
sebagai pengembangan
dari yang dipelajari di
sekolah secara mandiri.
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Lngkup Materi
Teknik dan
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Aktivitas Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
-
IPA – SMP | 154
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
RUBRIK PENILAIAN ANALISIS SKL, KI DAN KD
R- 1.3
Rubrik penialaian Analisis SKL, KI dan KD digunakan Fasilitator untuk menilai hasil kerja peserta
dalam menganalisis SKL, KI dan KD
Langkah-langkah penilaian Analisis SKL,KI dan KD
1. Cermati format penilaian Analisis SKL,KI dan KD serta hasil analisis peserta yang akan
dinilai
2. Berikan nilai pada setiap komponen Analisis SKL,KI dan KD dengan cara membubuhkan
tanda cek (√) pada kolom pilihan nilai (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda
terhadap hasil analisis
3. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen Analisis SKL,KI dan KD jika
diperlukan
4. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen
5. Tentukan Nilai menggunakan rumus sbb:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
Skor yang diperoleh
x 100%
36
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik (A)
90 ≤ A ≤ 100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Kurang (K)
K < 60
IPA – SMP | 155
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
FORMAT PENILAIAN HASIL ANALISIS SKL,KI DAN KD
Berilah tanda cek (√) pada kolom skor (1, 2, 3) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom
tersebut. Berikan catatan atau saran untuk perbaikan sesuai penilaian Anda
No
Nilai
A
1.
Hasil Penelaahan dan Skor
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Identitas Hasil Analisis
Catatan
1
2
3
Tidak
Kurang
Lengkap
ada
Lengkap
Tidak
Kurang
Sesuai
Sesuai
Tidak
Kurang
Sesuai
Sesuai
Tidak
Kurang
Sesuai
Sesuai
Tidak
Kurang
Sesuai
Sesuai
Terdapat : Nama mata pelajaran, kelas, judul mata
ajar
B.
Nama Materi Ajar
1.
Kesesuaian dengan KD
2.
Kesesuaian dengan Silabus
C.
Pemilihan Materi/Konsep Esensial
1.
Kesesuaian dengan KD
2.
Kesesuaian dengan Silabus
D.
Aktivitas yang dilakukan
1.
Kesesuaian dengan KD
2.
Kesesuaian dengan materi ajar
3.
Kesesuaian dengan pendekatan scientific
4.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik
E.
Penilaian
1.
Kesesuaian teknik dengan KD
2.
Kesesuaian bentuk dengan KD
3
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Jumlah
IPA – SMP | 156
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 1.4 STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
Diskusi Kelas
Mengkomunikasikan
hasil kelompok
10 Menit
25 Menit
10 Menit
Pemaparan
Paparan oleh fasilitatortentang Strategi Implementasi Kurikulum 2013 dengan menggunakan PPT1.4
Diskusi Kelas
Mendiskusikan tentang elemen penting dalam implementasi kurikulum 2013, meliputi:
1.
2.
3.
Peran guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan guru BK
Dukungan manajemen sekolah atau kultur sekolah dalam mensukseskan pembelajaran
dengan menggunakan kurikulum 2013
Dukungan dinas pendidikan kabupaten dan organisasi profesi dalam implementasi kurikulum
2013
Mengkomunikasikan Hasil Diskusi
Instruktur dan peserta mendiskusikan strategi implementasikan Kurikulum 2013 hasil diskusi
kelompok
Kegiatan pada materi pelatihan Konsep Kurikulum yang telah disampaikan selama 4 JP diakhiri
dengan melakukan refleksi dan umpan balik sebagai kegiatan penutup.
IPA – SMP | 157
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 158
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 159
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 160
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR
2.1
Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
2.2
Konsep Pendekatan Scientific
2.3
Model Pembelajaran
2.4
BAGIAN
III
Konsep Penilaian
Autentik
2.5
Analisis Buku Guru dan Siswa
IPA – SMP | 161
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
B.
Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman
materi.
Menguasai secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran.
Menguasai penerapan materi pelajaran pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan seharihari.
Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan
pembelajaran.
LINGKUP MATERI
1.
2.
3.
4.
5.
C.
Mendeskripsikan konsep pembelajaran IPA Terpadu.
Mendeskripsikan konsep pendekatan scientific dalam pembelajaran IPA Terpadu
Membedakan model pembelajaran Project Based Learning , Problem Based Learning dan
Discovery Learning
Mendeskripsikan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar
Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Konsep Pendekatan Scientific
Model Pembelajaran Project Based Learning, Problem Based Learning dan Discovery
Learning
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran
Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian, kecukupan, dan kedalaman materi).
INDIKATOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6.
7.
8.
9.
Menerima konsep pembelajaran IPA Terpadu dan menghargai pendapat orang lain.
Menjelaskan konsep pembelajaran IPA Terpadu.
Menjelaskan pemetaan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran IPA Terpadu.
Menerima konsep pendekatan scientific dan menghargai pendapat orang lain.
Menjelaskan konsep pendekatan scientific
Menjelaskan penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran IPA Terpadu.
Mengidentifikasi karakteristik model Project Based Learning
Mengidentifikasi karakteristik model Problem Based Learning
Mengidentifikasi karakteristik model Discovery Learning
Menerima penerapan konsep penilaian autentik di sekolah/ madrasah dan menghargai
pendapat orang lain.
10. Menjelaskan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
11. Ketelitian dan keseriusan menganalisis kesesuaian buku guru dan siswa dengan dan KD.
IPA – SMP | 162
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
12. Mengidentifikasi kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan KD.
13. Menganalisis kecukupan dan kedalaman materi buku guru dan buku siswa.
14. Menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar IPA Terpadu, serta strategi evaluasi
yang diintegrasikan dalam buku.
15. Menganalisis buku guru dalam memandu guru dalam menggunakan buku siswa
16. Menjelaskan secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran yang
terdapat dalam buku siswa.
17. Menerapkan materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada
bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
18. Menjelaskan strategi penggunaan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan
pembelajaran.
D.
PERANGKAT PELATIHAN
1.
Video Pembelajaran tentang IPA Terpadu
2.
Bahan Tayang
a.
b.
c.
d.
e.
Konsep IPA Terpadu
Konsep Pendekatan Scientific
Model pembelajaran Project Based Learning , Problem Based Learning dan
Discovery Learning
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
3.
Lembar Kerja
4.
Hand-out
5.
a.
b.
c.
Pembelajaran IPA Terpadu
Konsep Pendekatan Scientific
Model pembelajaran Project Based Learning , Problem Based Learning dan
Discovery Learning
d.
Konsep Penilaian Autentik
e.
Buku IPA SMP kelas VII
f.
SKL, KI dan KD IPA SMP
g.
Silabus IPA SMP kelas VII
ATK
IPA – SMP | 163
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
TAHAPAN
KEGIATAN
2. ANALISIS MATERI AJAR
12 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
IPA
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta
15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Analisis Materi Ajar.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan
bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
2.1 Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
90 Menit
Mendiskusikan keterpaduan konsep IPA didalam Kompetensi
Dasar mata pelajaran IPA SMP dan hasil analisis SIKL, KI dan KD
Diskusi tentang konsep pembelajaran IPA terpadu, dilanjutkan
dengan Paparan materi oleh fasilitator tentang Konsep
Pembelajaran IPA Terpadu dan Contoh Model Keterpaduan pada
Pembelajaran IPA dengan menggunakan bahan tayang PPT-2.1
Kerja kelompok merancang model keterpaduan pada
pembelajaran IPA dengan menggunakan LK-2.1.
Presentasi hasil kerja kelompok
ICE BREAKER
10 Menit
2.2 Konsep Pendekatan Scientific
90 Menit
20 Menit
45 Menit
15 Menit
5 Menit
Mengamati dan diskusi tayangan video pembelajaran IPA 15 Menit
menggunakan V-2.2/4.1.
Diskusi kelompok untuk mengkaji konsep pendekatam mengacu 25 Menit
IPA – SMP | 164
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pada HO-2.2-1 dan contoh penerapan pendekatan scientific
dalam pembelajaran IPA dengan mengacu pada HO -2.2-2.
Paparan materi oleh fasilitator tentang konsep pendekatan 40 Menit
scientific dengan menggunakan PPT-2.2-1 dan contoh penerapan
pendekatan scientific dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan PPT-2.2-2 .
Diskusi identifikasi keterampilan pada pendekatan scientific
10 menit
2.3 Model-model Pembelajaran
90 Menit
Mengamati tayangan tiga jenis model pembelajaran (Project
Based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery
Learning).
20 menit
Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi
karakteristik tiga model pembelajaran.
30 menit
Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan
Scientific pada tiga model pembelajaran.
40 menit
2.4 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil 90 Menit
Pembelajaran
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis 25 Menit
dan bentuk penilaian autentik.
Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil 60 Menit
belajar dilanjutkan dengan Paparan materi konsep penilaian
autentik pada proses dan hasil belajar dengan menggunakan
bahan tayang PPT-2.4 dan contoh penerapan penilaian autentik
pada pembelajaran IPA dengan menggunakan bahan tayang PPT2.4
ICE BREAKER
5 Menit
2.5 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian, Kecukupan, 150
dan Kedalaman Materi).
Menit
Menilai buku dilakukan oleh peserta dengan bimbingan 10 Menit
fasilitator dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan
kedalaman materi.
Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan 20 Menit
pemaparan materi tentang Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
dengan menggunakan PPT-2.5 yang disisipkan dalam kegiatan
IPA – SMP | 165
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
diskusi tersebut.
Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembar 10 Menit
kerja yang telah disiapkan.
Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan 40 Menit
buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan
menggunakan LK-2.3-1 dan LK -2.3-2.
ICE BREAKER
5 Menit
Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, 20 Menit
pendekatan scientific, serta strategi evaluasi yang diintegrasikan
dalam buku.
Kerja kelompok untuk membuat contoh-contoh penerapan 20 Menit
materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa
pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
KEGIATAN
PENUTUP
Presentasi hasil kerja kelompok
10 Menit
Menyimpulkan materi analisis buku oleh fasilitaor
15 Menit
Membuat rangkuman materi pelatihan Analisis materi Ajar.
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pelatihan.
Fasilitator mengingatkankan peserta agar membaca referensi
yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
IPA – SMP | 166
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 2.1 KONSEP PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Langkah Kegiatan Inti
Diskusi dan
identifikasi
keterpaduan
konsep IPA
10 Menit
Paparan
tentang
Model
Pembelajaran
IPA Terpadu
Kerja Kelompok
Pemetaan
konsep IPA
dalam satu KD
20 Menit
45 Menit
Presentasi
hasil kerja
15 Menit
Diskusi
Mengidentifikasi konsep-konsep yang dapat dipadukan sesuai hasil analisis SKL, KI dan KD
Paparan
1. Paparan tentang model-model pembelajaran terpadu
2. Tanya jawab tentang model ketepaduan pada pembelajaran IPA
Kerja Kelompok
1. Peserta merancang model keterpaduan pada pembelajaran IPA dengan cara memetakan
konsep-konsep yang dapat dipadukan dalam suatu tema atau satu topik.
2. Menentukan model pembelajaran terpadu sesuai dengan karakteristik konsep-konsep yang
dipadukan dengan petunjuk sesuai LK 2.1
Presentasi Hasil Kerja
Wakil dari beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja berupa pemetaan konsep IPA dan
rancangan model pembelajaran IPA Terpadu
IPA – SMP | 167
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 168
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 169
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 170
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO- 2.1 -1
KONSEP PEMBELAJARAN IPA TERPADU
A. Konsep Pembelajaran Terpadu
Pendekatan pembelajaran terpadu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut
dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan
suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik
dan autentik (Depdikbud, 1996:3).Salah satu diantaranya adalah
memadukan Kompetensi Dasar.Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.Dengan demikian, peserta didik
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Makna terpadu dalam pembelajaran IPA adalah adanya keterkaitan antara berbagai aspek dan
materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA sehingga melahirkan sat atau beberapa tema
pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran yang memadukan
materi beberapa mata pelajaran atau kajian ilmu dalam satu tema. Keterpaduan dalam
pembelajaran IPA dimaksudkan agar pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan efisien.
Pada pendekatan pembelajaran terpadu mata pelajaran IPA, perangkat pembelajaran disusun dari
berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu dapat
mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas,
dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Tema dapat dikembangkan dari isu,
peristiwa, dan permasalahan yang berkembang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi
pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu
sosial.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama ( SMP) pada
kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan diantara adalah konsep pembelajarannya
dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science atau “IPATerpadu” bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan ini ditunjukkan dalam Kompetensi Inti ( KI) dan
Kompetensi Dasar ( KD) pembelajaran IPA yakni di dalam satu KD sudah memadukan konsepkonsep IPA dari bidang ilmu biologi, fisika, dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA).
Pembelajaran IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan sosial dan alam. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan
alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah Nusantara.
IPA – SMP | 171
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang
telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, autentik dan aktif.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap
kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan
kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual
yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan
membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan
fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
B. Model-model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya/terpadunya,
menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model
dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1)
fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8)
integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut.
Model-model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Fogarty adalah sebagai
berikut.
Tabel 1 Ragam Model Pembelajaran Terpadu
Nama Model
Deskripsi
Kelebihan
Kelemahan
Terpisah
(Fragmented)
Model ini berisikan mata pelajaran/disiplin
ilmu yang berbeda dan saling terpisah
Adanya
kejelasan
dan
pandangan yang terpisah
dalam suatu mata pelajaran
Keterhubungan
menjadi
tidak jelas; lebih sedikit
transfer pembelajaran
Keterkaitan/
Keterhubungan
Topik-topik dalam satu mata pelajaran/disiplin
ilmu berhubungan satu sama lain.
(Connected)
Dalam model ini hubungan satu topik atau
antar konsep, keterampilan, atau tugas
diekspilisitkan
Konsep–konsep utama saling
terhubung, mengarah pada
pengulangan
(review),
rekonseptualisasi,
dan
asimilasi
gagasan-gagasan
dalam suatu disiplin
Disiplin-disiplin ilmu tidak
berkaitan; materi pelajaran
tetap terfokus pada satu
disiplin ilmu
IPA – SMP | 172
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Nama Model
Deskripsi
Kelebihan
Kelemahan
Berbentuk Sarang/
kumpulan (Nested)
Dalam model ini dipadukan berbagai
keterampilan dari berbagai disiplin ilmu,
misalnya keterampilan-keterampilan sosial,
berpikir, dan kontent (contents skill) dicapai di
dalam satu mata pelajaran (subject area)
Memberi perhatian pada
berbagai mata pelajaran yang
berbeda dalam waktu yang
bersamaan, memperkaya dan
memperluas pembelajaran
Pelajar
dapat
menjadi
bingung dan kehilangan arah
mengenai
konsep-konsep
utama dari suatu kegiatan
atau pelajaran
Dalam satu rangkaian
(Sequence)
Dalam model ini topik-topik diurutkan dan
persamaan-persamaan yang ada dalam mata
pelajaran yang dipadukan diajarkan secara
bersamaan,
Memfasilitasi transfer
pembelajaran melintasi
beberapa mata pelajaran
Membutuhkan
kolaborasi
yang terus menerus dan
fleksibilitas
yang tinggi
karena guru-guru memilki
lebih sedikit otonomi untuk
mengurutkan (merancang)
kurikulum
Terbagi (Shared)
Dalam model ini dipadukan dua mata
pelajaran/disiplin ilmu dan dari mata
pelajaran yang dipadukan itu memiliki bagian
yang sama.
Terdapat
pengalamanpengalaman
pembelajaran
bersama; dengan dua orang
guru di dalam satu tim, akan
lebih
mudah
untuk
berkolaborasi
Membutuhkan
waktu,
fleksibilitas, komitmen, dan
kompromi
Perencanaan tim dan atau pengajaran yang
melibatkan dua disiplin difokuskan pada
konsep, keterampilan, dan sikap-sikap
(attitudes) yang sama
Jaring
laba-laba
(Webbed)
Model ini memadukan beberapa mata
pelajaran. Pembelajaran dikat dengan tema
sehingga dikenal dengan Pembelajaran
tematis, karena menggunakan suatu tema
sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai
disiplin mata pelajaran
Dapat memotivasi muridmurid: membantu muridmurid
untuk
melihat
keterhubungan antar gagasan
Tema yang digunakan harus
dipilih baik-baik secara
selektif agar menjadi berarti,
juga relevan dengan kontent
Dalam satu
(Threaded)
Model pembelajaran terpadu yang
memfokuskan
pada
penguasaan
keterampilan.
Murid-murid mempelajari cara
mereka belajar; memfasilitas
transfer
pembelajaran
selanjutnya
Disiplin-disiplin ilmu yang
bersangkutan tetap terpisah
satu sama lain
alur
Keterampilan-keterampilan sosial, berpikir,
berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan
belajar ‘direntangkan’ melalui berbagai
disiplin ilmu/mata pelajaran
IPA – SMP | 173
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Nama Model
Deskripsi
Kelebihan
Kelemahan
Terpadu (Integrated)
Model pembelajaran terpadu yang
memadukan berbagai mapel/disiplin ilmu,
tetapi
ada penetapan prioritas untuk
menemukan konsep, keterampilan, sikap yang
sama dari berbagai disiplin ilmu yang
Membutuhkan
tim
antardepartemen
yang
memiliki perencanaan dan
waktu pengajaran yang sama
saling tumpang tindih dalam berbagai disiplin
ilmu
Mendorong
murid-murid
untuk melihat keterkaitan dan
kesalingterhubungan di antara
disiplin-disiplin ilmu; muridmurid termotivasi dengan
melihat berbagai keterkaitan
tersebut
Dalam model ini guru membantu peserta
didik untuk
Keterpaduan berlangsung di
dalam pelajar itu sendiri
Dapat mempersempit fokus
pelajar tersebut
Bersifat proaktif; peserta didik
terstimulasi oleh informasi,
keterampilan, atau konsepkonsep baru
Dapat memecah perhatian
peserta didik., upaya-upaya
menjadi tidak efektif. Jika
peserta didik tidak memiliki
kemampuan mengadakan
penafsiran ulang terhadap
pemahaman yang dimilikinya
dan menerap-kannya secara
tepat
Immersed
memadukan apa yang dipelajari dengan cara
memandang seluruh pengajaran melalui
perspektif bidang yang disukai (area of
interest)
jejaring
(Networked)
Model ini membelaarkan peserta didik untuk
melakukan proses pemaduan topik yang
dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan
sumber daya.
( Indrawati, 2010)
Pada Kurikulum 2013, KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek fisika, biologi
kimia dan IPBA, tetapi tidak semua aspek dipadukan karena pada suatu topik IPA tidak semua
aspek dapat dipadukan.
Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty (1991), terdapat beberapa model
yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed,
shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar
memberikan hasil keterpaduan yang optimal.
Bagaimana cara menentukan model keterpaduan untuk penyajian suatu topic IPA?
Ada sejumlah konsep yang saling bertautan dalam suatu KD. Agar pembelajarannya menghasilkan
kompetensi yang utuh, maka konsep-konsep tersebut harus dipertautkan (connected) dalam
pembelajarannya. Pada model connected ini konsep pokok menjadi materi pembelajaran inti,
sedangkan contoh atau terapan konsep yang dikaitkan berfungsi untuk memperkaya.
Ada KD yang mengandung konsep saling berkaitan tetapi tidak beririsan. Untuk menghasilkan
kompetensi yang utuh, konsep-konsep harus dikaitkan dengan suatu tema tertentu hingga
IPA – SMP | 174
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
menyerupai jaring laba-laba. Model semacam ini disebut webbed. Karena selalu memerlukan
tema pengait, maka model webbed lazim disebut model tematik.
Ada sejumlah KD yang mengandung konsep saling beririsan/tumpang tindih, sehingga bila
dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien. Konsep-konsep semacam ini memerlukan
pembelajaran model integrated atau shared. Pada model integrated, materi pembelajaran
dikemas dari konsep-konsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model shared,
konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi dimulai dari bagian
yang beririsan.
Empat model keterpaduan di atas dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil
yang optimal. Contoh perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, dan Buku Siswa) untuk keempat
model keterpaduan di atas dapat dilihat pada Lampiran.
C. Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan
perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya
yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena
alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis,
universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah
alam dan segala isinya.
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan Tema/Topik/Materi Ajar tentang suatu
wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami
dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA secara terpadu, suatu konsep dibahas dari
berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya konsep energi di kelas VII
dibahas dari sudut sumber-sumber energi, energi dalam makanan, transformasi energi dalam sel,
metabolisme sel, respirasi, sistem pencernaan makanan dan fotosintesis. Dengan demikian
melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan topik/materi ajar
tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu
untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan
lebih efektif.
IPA – SMP | 175
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Didalam perancangan pembelajaran terpadu ada beberapa prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Substansi materi yang akan diramu ke dalam pembelajaran terpadu diangkat dari konsepkonsep kunci yang terkandung dalam aspek-aspek perkembangan terkait.
2. Antar konsep kunci yang dimaksud memiliki keterkaitan makna dan fungsi, yang apabila
diramu ke dalam satu konteks tertentu (peristiwa, isu, masalah, atau tema) masih memiliki
makna asal, selain memiliki makna yang berkembang dalam konteks yang dimaksud.
3. Aktivitas belajar yang hendak dirancang dalam pembelajaran terpadu mencakup aspek
perkembangan anak.
Adapun ciri-ciri pembelajaran terpadu menurut Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) dalam
mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut.
1.
2.
3.
Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep
yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inkuiri. Peserta
didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat
memotivasi anak untuk belajar.
D. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran IPA terpadu melibatkan tiga kegiatan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian. Di samping itu, pembelajaran IPA terpadu memberikan beberapa implikasi terhadap
guru, siswa maupun bahan ajar yang digunakan.
1. Perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu akan lebih optimal jika guru dalam
merencanakan pembelajaran tersebut mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik
serta kemampuan sumberdaya pendukung lainnya. Kondisi dan potensi peserta didik tersebut
meliputi: minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik. Sedangkan, yang dimaksud
dengan kemampuan sumberdaya pendukung meliputi: kemampuan guru, ketersediaan sarana
dan prasarana pembelajaran, serta kepedulian stakeholders sekolah.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ada empat model keterpaduan yang potensial
diterapkan dalam pembelajaran IPA di SMP/MTs, yaitu: model keterpaduan secara connected,
shared, webbed, dan integrated. Model keterpaduan manapun yang diterapkan oleh guru,
semuanya berdasarkan pada keterkaitan antar bidang kajian IPA. Untuk pelaksanaan
pembelajaran IPA terpadu perlu dilakukan pemetaan konsep dalam satu KD terlebih dulu. Dengan
model-model keterpaduan di atas, harus diupayakan tidak satupun konsep yang pencapaiannya
parsial tanpa mengaitkan atau memadukannya dengan konsep IPA lain yang relevan.
Contoh alur pemetaan konsep IPA dan penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) ditunjukkan pada bagan di bawah ini.
IPA – SMP | 176
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Memetakankonsep bidang
kajian IPA yang akan
Menentukan jenis keterpaduan konsepkonsepdalam bidang kajian IPA
connected
webbed
Menentukan
materi pokok
dan materi
yang dikaitkan
tema/topik
pemersatu
Menentukan
Membuat bagan atau peta
hubungan konsep dalam KD
dengan tema atau topik
Merumuskan indikator
pembelajaran IPA
integrated
Menentukan
topik/konsep
yang beririsan
atau tema
yang mewakili
Menyusun silabus
pembelajaran IPA
Menyusun RPP IPA
Pada kurikulum tahun 2013 khususnya pada KD IPA SMP, konsep-konsep IPA sudah dipadukan
dalam satu KD.
Contoh:
3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan
lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari observasi, serta pentingnyaperumusan satuan
terstandar (baku) dalam pengukuran
3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari
3.6 Mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi,
respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis
Sebelum merancang model keterpaduan guru harus mengidentifikasi dahulu seluruh konsepkonsep IPA yang ada dalam satu KD melalui kegiatan analisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL), KI
dan KD. Konsep-konsep yang teridentifikasi selanjutnya dipetakan atau dikaitkan dalam satu
Tema atau Topik. Kegiatan berikutnya guru memilih konsep-konsep yang dapat dipadukan
untuk penyajian pembelajaran satu kali tatap muka.
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh,
sehingga dapat menentukan model keterpaduan yang sesuai bagaimana konsep-konsep tersebut
terintegrasi dalam pembelajaran.
Sehingga memudahkan dalam pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Contoh hasil identifikasi konsep yang dapat dipadukan berdasarkan analisis SKL, KI dan KD nomor
3.5 pada aspek pengetahuan dan keterampilan tertera pada tabel berikut.
IPA – SMP | 177
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 2. Konsep atau materi yang dapat dipadukan pada KD nomor 3.5 dengan topik
Perubahan benda-benda disekitar kita
Aspek
Pengetahuan
Keterampilan
Standar Kompetensi
Lulusan
Memiliki
pengetahuan
Faktual, konseptual
dan prosedural
dalam
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan
budaya dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
fenomena dan
kejadian yang
tampak mata
Memiliki
kemampuan pikir
dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak
dan konkret sebagai
pengembangan dari
yang dipelajari di
sekolah secara
mandiri.
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Memahami
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
3.5 Memahami
karakteristik
zat, serta
perubahan
fisika dan kimia
pada zat yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
kehidupan
sehari-hari
Lingkup Materi
Perubahan Wujud
Perubahan fisika :
• mencair,
• menguap,
• mengembun,
• menyublim,
• membeku,
• deposisi
Perubahan kimia/reaksi
kimia :
Gejala-gejala pada
reaksi kimia
Pemisahan campuran :
evaporasi, filtrasi,
dekantasi, destilasi,
kromatografi dan
sublimasi
Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca,
menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
4.5 Melakukan
pemisahan
campuran
berdasarkan
sifat fisika dan
kimia
Melakukan percobaan
• Perubahan fisika
• Perubahan kimia
• Pemisahan
campuran
• Merancang alat
untuk memisahkan
campuran
Mengobservasi,
meninterpretasikan
hasil percobaan,
melaporkan hasil
percobaan
Contoh keterpaduan konsep dalam satu KD pada KD nomor 3.5 dengan tema/topik pemersatu
Perubahan benda-benda di sekitar kita dan contoh pemetaan konsep dalam satu topik untuk satu
kali tatap muka. ( terlampir)
Konsep-konsep IPA didalam satu KD dapat dipadukan dalam berbagai bentuk model keterpaduan
sesuai dengan karakteristik konsep dan topik pemersatunya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan kaitan atau memilih topik pada
pembelajaran IPA terpadu adalah relevan dengan KD-KD yang dipadukan, memperhatikan isu-isu
yang aktual dan menarik dan kontekstual, yaitu dekat dengan pengalaman pribadi peserta didik
dan sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
IPA – SMP | 178
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Untuk perancangan RPP, selanjutnya guru membuat indikator dan merancang skenario
pembelajaran yang memperlihatkan keterpaduan konsep.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan konsep integrative science dapat diterapkan mulai dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup. Pembelajaran IPA terpadu dapat
dilaksanakan melalui model-model pembelajaran inovatif, misalnya model pembelajaran inkuari,
siklus belajar atau pemecahan masalah. Strateginya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif
atau pengajaran langsung. Pendekatan dapat menggunakan keterampilan proses, lingkungan atau
STM, metode dapat menggunakan eksperimen, demonstrasi, ceramah dan lain-lain. Langkahlangkah atau sintaksnya dimodifikasi sesuai model keterpaduan yang dipilih dan pendekatan
scientific
Contoh model keterpaduan untuk topik Pemisahan Campuran :
Wujud Zat :
Padat, Cair dan Gas
Bagaimana
memisahkan
campuran?
Perubahan Benda :
Perubahan Fisika dan
Perubahan Kimia
Prinsip dan
Metode Pemisahan
Campuran
Jenis-jenis campuran:
Campuran Homogen
Campuran Heterogen
Gambar 3. Model Conected pada Topik Bagaimana Memisahkan Campuran
3.
Penilaian
Dalam pembelajaran terpadu, guru harus melakukan penilaian baik dalam proses
pembelajaran maupun sebagai hasil proses pembelajaran. Penilaian proses dapat dilakukan
guru secara langsung dengan menggunakan teknik observasi baik ketika peserta didik bekerja
kelompok, misalnya menyampaikan gagasan. Penilaian proses juga dapat dilakukan terhadap
kinerja, baik berupa produk fisik yang dihasilkan anak dalam proses/setelah proses
pembelajaran maupun kinerja melakukan sesuatu berupa keterampilan motorik. Sedangkan
aspek sikap dapat dinilai pada waktu proses pembelajaran. Penilaian sikap dapat dilakukan
berkaitan dengan berbagai objek sikap, misalnya sikap terhadap apa yang telah dipelajari,
sikap terhadap guru, dan sikap terhadap proses pembelajaran. Pada kurikulum 2013
dianjurkan menerapkan penilaian autentik. Penilaian ini berlaku untuk semua pembelajaran,
sehingga pada pembelajaran IPA secara terpadupun penilaian tetap menerapkan
pembelajaran autentik
IPA – SMP | 179
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
E. Kekuatan dan Keterbatasan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional,
yaitu sebagai berikut.
a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak
b. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama.
c. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berfikir dan sosial peserta didik.
d. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan
yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik
e. Jika pembelajaran terpadu diracang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru
bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi
nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna
Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki keterbatasan, terutama dalam
pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evalusi yang lebih banyak menuntut
guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung
saja. Puskur, Balitbang Diknas (tt:9) mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran
terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
a. Aspek Guru:
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi.
Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan
bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka
pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
b. Aspek peserta didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan
asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan
menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini
sangat sulit dilaksanakan.
c. Aspek saranadan sumber pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak
dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan
mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan
pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
IPA – SMP | 180
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
d. Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik
(bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu
menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang
dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur
pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi
dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
f.
Suasana pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA,
maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut
sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
Dengan diberlakukannya Kurikulum untuk IPA SMP tahun 2013 dimana pada setiap KDnya
sudah memadukan materi aspek fisika, biologi, kimia dan IPBA maka diharapkan akan
mempermudah pada guru IPA SMP dalam menyajikan pembelajaran IPA dengan secara
terpadu atau menerapkan integrative science. Contoh yang ada pada hand out ini dapat
dimodivikasi dan dikembangkan lagi sesuai dengan kreatifitas Anda dalam merencanakan
pembelajaran IPA, tetapi tetap sesuai dengan konsep keterpaduan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, R. 1991. The Mindful School : How to Integrate the Curricula. Palatine, Illinois: IR/KIylight
Publising, Inc.
Fogarty, R. Ten Ways to Integrate Curriculum, Educational Leadership volume 49 No. 2 Oktober
1991.
Indrawati, .2010. Model Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP. Bandung: PPPPTK IPA.
Kementerian Pendidikan Nasional.2010. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Secara
Terpadu., Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
Kementerian Pendidikan Nasional. 2013. Kompetensi Dasar SMP/MTs, Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Tho Lai Hoong & Hasnah. 2003. Science Form 2 Volume 1. Integrated Curriculum For Secondary
Schools: Malaysia: Kum Vivar Printing Sdn Bhd.
IPA – SMP | 181
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
PEMETAAN KONSEP/Mind map
Mata Pelajaran : IPA
TOPIK: Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita
KD : 3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari
4.6 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia
Jenis Campuran:
- Campuran Homogen
- Campuran Heterogen
-Terjadi perubahan warna
-Terjadi endapan
Perubahan Kimia
-Terjadi gas
-Terjadi perubahan suhu
Perubahan
Wujud Zat
-
Meleleh
Membeku
Menguap
Mengembun
Menyublim
Deposisi
Perubahan Fisika
Perubahan
Benda-Benda di
Sekitar Kita
Campuran
Teknik Pemisahan Campuran:
- Filtrasi
- Evaporasi
- Dekantasi
- Sublimasi
- Destilasi
- Kristalisasi
Penerapan Dalam Kehidupan
-
Penjernihan Air
Pemilahan Sampah/Limbah
Pembuatan Es Goyang
Pembuatan Garam Dapur
Pembuatan Tape
IPA – SMP | 182
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TOPIK: Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita --
PEMETAAN KONSEP / Mind Map
Tema : Bagaimana Cara Memisahkan Campuran?
Pembuatan garam dapur
Kristalisasi Penguapan
Membuat
santan
kelapa
Pemisahan zat padat
( terlarut) dari larutan
Pemisahan
berdasarkan
ukuran partikel
Filtrasi
Pemisahan berdasarkan
perbedaan titik didih
Destilasi
Evaporasi
Prinsip dan
Metode
Pemisahan
Campuran
Pemisahan zat padat yang
terurai jika dipanaskan
dari larutannya
Kristalisasi
Pendinginan/
Growing
kristal
Kristalisasi
Dekantasi
Sublimasi
Pemisahan
berdasarkan
perbedaan
berat jenis
Mengendap
tuangkan
campuran
homogen
Pembuatan minyak Atsiri
Penyulingan minyak bumi
Pemisahan campuran yang mengandung
bahan yang dapat menyublim
Memisahkan Kristal iodium
dari campuran garam lain
IPA – SMP | 183
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LK - 2.1
PETUNJUK KEGIATAN PERANCANGAN MODEL KETERPADUAN
PADA PEMBELAJARAN IPA
Kompetensi : Mendeskripsikan konsep pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan :
1. Memetakan konsep esensial pada KD mata pelajaran IPA yang dapat dipadukan (KD domain
sikap, pengetahuan dan keterampilan)
2. Memetakan konsep esensial dari satu topik IPA untuk satu kali tatap muka pembelajaran
3. Merancang alternatif model keterpaduan pada penyajian satu topik IPA
Langkah Kerja:
1. Silahkan Anda berkumpul dengan kelompok kegiatan analisis SKL,KI dan KD pada materi
pelatihan 1
2. Cermati kembali hasil analisis SKL, KI dan KD yang telah kelompok Anda buat.
3. Buatah pemetaan konsep esensial yang teridentifikasi pada hasil analisis SKL, KI dan KD
dalam bentuk mind maps( lihat contoh pada HO - 2.1 )
4. Berdasarkan hasil pemetaan konsep tersebut, tentukan topik IPA yang dapat disajikan pada
setiap tatap muka pembelajaran
5. Buatlah pemetaan konsep yang dapat dipadukan pada masing-masing topik IPA untuk setiap
tatap muka pembelajaran tersebut (lihat contoh pada HO – 2.1)
6. Berdasarkan pemetaan konsep pada setiap topik atau materi IPA yang Anda buat, rancanglah
alternatif model keterpaduan yang cocok dengan pemetaan tersebut untuk penyajian
pembelajarannya. Rancangan cukup dibuat dalam bentuk gambar model keterpaduan.
IPA – SMP | 184
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R - 2.1
RUBRIK PENILAIAN HASIL PERANCANGAN MODEL KETERPADUAN
PADA PEMBELAJARAN IPA
Rubrik penilaian ini digunakan untuk menilai hasil kerja peserta pada kegiatan merancang model
keterpaduan pada pembelajaran IPA
Langkah-langkah penilaian
1. Cermati lembar kerja perancangan model keterpaduan pada pembelajaran IPA, ada
tiga macam produk yang dinilai meliputi :
a. Pemetaan konsep esensial untuk seluruh konsep IPA pada Kompetensi Dasar
yang telah dipadukan sesuai hasil analisis SKL,KI dan KD
b. Pemetaan konsep untuk satu topik tatap muka pembelajaran
c. Alternatif rancangan model ketepaduan pada satu topik IPA
2. Berikan nilai pada setiap produk dengan cara memberikan skor berdasarkan rubrik
berikut
Produk a: Pemetaan seluruh kosep IPA pada KD yang telah dipadukan
Indikator
SkorI
91 - 100
-
Terdapat identitas pemetaan konsep
Konsep esensial yang dipetakan sesuai dengan KD
Cakupan konsep yang dipetakan sesuai dengan KD
Tampilan peta konsep/ mind maps sistematis dan menarik
81 - 90
-
Jika terdapat satu indikator yang kurang sesuai
71 - 80
-
Jika terdapat dua indikator yang kurang sesuai
≤ 70
-
Jika terdapat tiga indikator yang kurang sesuai
Produk b: Pemetaan konsep untuk satu topik tatap muka pembelajaran
Indikator
SkorI
91 - 100
-
Terdapat identitas pemetaan konsep
Konsep esensial yang dipetakan sesuai dengan KD
Cakupan konsep yang dipetakan sesuai untuk disajikan satu kali tatap muka
Tampilan peta konsep/ mind maps sistematis dan menarik
81 - 90
-
Jika terdapat satu indikator yang kurang sesuai
71 - 80
-
Jika terdapat dua indikator yang kurang sesuai
≤ 70
-
Jika terdapat tiga indikator yang kurang sesuai
IPA – SMP | 185
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Produk c : Alternatif rancangan model ketepaduan pada satu topik IPA
Indikator
SkorI
91 - 100
-
Terdapat identitas model keterpaduan
Model keterpaduan sesuai dengan pemetaan konsep utuk
satu kali tatap muka
Model keterpaduan yang dipilih tepat/cocok untuk penyajian
topik yang akan diajarkan
Tampilan gambar model sistematis dan menarik
81 - 90
-
Jika terdapat satu indikator yang kurang sesuai
71- 80
-
Jika terdapat dua indikator yang kurang sesuai
≤ 70
-
Jika terdapat tiga indikator yang kurang sesuai
3. Jumlahkan skor ketiga produk tersebut. Tentukan nilai dengan menggunakan rumus
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
Jumlah Skor yang diperoleh
3
IPA – SMP | 186
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN 2.2: KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
Langkah Kegiatan Inti
Penayangan
Video
10 Menit
Mengkaji
konsep
pendekatan
dari HO
Paparan
Materi
Pendekatan
Scientific pada
Pembelajaran
IPA
Diskusi
Kelompok
identifikasi
pendekatan
scientific
25 Menit
40 Menit
15 Menit
Penayangan Video
1. Penayangan video kegiatan pembelajaran dengan pendekatan scientific
2. Identifikasi keterampilan yang sesuai dengan pendekatan scientific pada tayangan video
Mengkaji Materi
1. Peserta mengkaji tentang konsep pendekatan scientific dan contoh penerapannya pada
pembelajaran IPA dari handout yang tersedia
3. Instruktur memfasilitasi diskusi di kelompok pada saat peserta mengkaji materi
Paparan materi
Fasilitator menyampaikan tentang Konsep Pendekatan Scientific dengan menggunakan PPT-2.2.1
dan Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran IPA Terpadu dengan
menggunakan PPT-2.2-2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi.
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok tentang contoh-contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran
IPA
Tugas Kelompok : Mengidentifikasi contoh pendekatan scientificpada salah satu KD
Pemaparan hasil diskusi kelompok
1. masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikan
pembahas dan penanya,
2. instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok
3. pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok
IPA – SMP | 187
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 188
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 189
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 190
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO -2.2.1
PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN
A. Esensi Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan
lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif
(deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat
fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan
yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif
memandang fenomena atau situasi spesifik untuk
kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.
Sejatinya, penalaran induktif menempatkan buktibukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas.
Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena
unik dengan kajian spesifik dan detail untuk
kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah
umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
B. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,
retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen.
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
IPA – SMP | 191
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
•
Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
•
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
•
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
•
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
•
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau
materi pembelajaran.
•
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung -jawabkan.
•
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi
intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
•
Intuisi.
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat
irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga
dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat
secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian,
intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
•
Akal sehat.
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran,
karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya sematamata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan mereka dalam proses dan
pencapaian tujuan pembelajaran.
•
Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas
dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang
(guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu
kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal
IPA – SMP | 192
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat
berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka
itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi
prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif
guru dan peserta didik.
•
Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud
atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang
ditemukan dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki
kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada
manfaatnya bahkanmampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang
tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap
tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta
didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia
kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang
menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga
dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang
bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.
•
Berpikir kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya
mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis
itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya
pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu
tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan
reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.
C. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia
yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
IPA – SMP | 193
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan
pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran,
yaitu
menggunakan
pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific
appoach)
dalam
pembelajaran semua mata
pelajaran meliputi menggali
informasi
melaui
pengamatan,
bertanya,
percobaan,
kemudian
mengolah
data
atau
informasi, menyajikan data
atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah
ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai
atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam
rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan
IPA – SMP | 194
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
berikut ini.
•
•
•
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder
• Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
• Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan
data agar berjalan mudah dan lancar
• Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis
lainnya.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara
langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam
observasi tersebut.
•
Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan
pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan
observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
•
Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa, pada
observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak
melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Merepa juga tidak
memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun
demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendali pelaku atau
objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena
itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan
atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
•
Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta
didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.
Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi
khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan
diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,
misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan
“bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu
IPA – SMP | 195
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan
diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan
diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur,
seperti dijelaskan berikut ini.
•
Observasi berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran,
fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah
direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
• Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses
pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus
diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan,
rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi
yang diobservasi.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi
diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape recorder, untuk
merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film
atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai
dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa
daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang
berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal
berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa
yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanikal berupa alat mekanik
yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan
oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran
disajikan berikut ini.
•
•
•
Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi
yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi yang
diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu
dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara
dan prosedur pengamatan.
Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
IPA – SMP | 196
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,
melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan,
misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!
a. Fungsi bertanya
• Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
• Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
• Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk
mencari solusinya.
• Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran
yang diberikan.
• Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,
dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik
dan benar.
• Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
• Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
• Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
• Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu
sama lain.
b. Kriteria pertanyaan yang baik
• Singkat dan jelas.
Contoh:
(1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2)
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan
obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan
dengan pertanyaan pertama.
• Menginspirasi jawaban.
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada
bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan
beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan
IPA – SMP | 197
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan
umat beragama? Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh
yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
• Memiliki fokus.
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk
pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan
satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan,
kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan
keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang
keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas
dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?
Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara
perorangan.
• Bersifat probing atau divergen.
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin
belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus
sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak.
Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan
penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
• Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda
untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan
untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya.
Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya
guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang
lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.
Contoh:
o
o
o
o
o
o
Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas
tidak produktif”
Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu
terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
• Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup
untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu,
IPA – SMP | 198
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum
meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan
baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu
utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah
Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang
memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
• Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat
kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban
dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke
pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini,
seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
• Merangsang proses interaksi.
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana
menyenangkan pada diri peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan
pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan
jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa
orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola
bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c. Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban
yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan
tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih
tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang
lebih tinggi disajikan berikut ini.
Tingkatan
Kognitif
yang
lebih
rendah
Subtingkatan
Pengetahuan
(knowledge)
Kata-kata kunci pertanyaan
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
IPA – SMP | 199
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pemahaman
(comprehension)
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
Terangkahlah...
Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
Gunakanlah...
Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Analisis (analysis)
§
§
§
§
§
§
Analisislah...
Kemukakan bukti-bukti…
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Sintesis
(synthesis)
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
§
Ramalkanlah…
Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimana kita dapat memecahkan…
Apa yang terjadi seaindainya…
Bagaimana kita dapat memperbaiki…
Kembangkan…
Berilah pendapat…
Alternatif mana yang lebih baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
Penerapan
(application
Kognitif
yang
lebih
tinggi
Evaluasi
(evaluation)
3. Menalar
a. Esensi Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut
dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif
daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran
IPA – SMP | 200
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan
dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan
dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk
pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara
pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika
terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan
melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen
Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses
pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori
Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses
belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tibatiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.
•
Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan
respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari
hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, maka
perilaku peserta didik akan mengalami penguatan. Sebaliknya, jika akibat hubungan SR dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan melemah. Menurut
Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam
memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak
menyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan
meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan
mengurangi atau menghilangkan perilakunya.
•
Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari dua jenis, yang
setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia menyadari bahwa
latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, Law of Use
yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulangulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika
tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang. Menurut Thorndike, perilaku dapat
dibentuk dengan menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan
berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari
konsekuensi perilakunya.
IPA – SMP | 201
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah
sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari
tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini
bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka
mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan
belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami
frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner
dalam Operant Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan
adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin
giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam
menghubungkan S dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah:
•
•
Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan motivasi
peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus
benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap menerima pelajaran
dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya pembelajaran pun perlu
disiapkan secara baik dan saksama.
• Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan antara S
dengan R makin intensif dan ekstensif.
• Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan R akan
meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik
sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik
dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.
Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan kemamouan guru
menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Teori S – S
ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan
minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.
•
•
•
Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan dengan
pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi biasanya
menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura.
Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Kemampuan
peserta didik dalam meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya.
Ada empat konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.
Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara meniru
perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan pengalaman
vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu.
Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model (attentional),
mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar (retention),
menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction), dan motivasi
(motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang
mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.
IPA – SMP | 202
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah orang
lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.
• Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati,
mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri.
Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada
peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini
peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru
dan temannya di kelas.
•
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas
pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara
berikut ini.
•
•
•
•
•
•
•
•
Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama
guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik
dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan atau pelaziman.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau autentik.
Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pembelajaran perbaikan.
b. Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara
induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual
atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih
banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Contoh:
• Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan
• Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan
• Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan
• Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataanpernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola
penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah
IPA – SMP | 203
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagianbagiannya yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada
penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung
ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh :
•
•
•
Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperas.
Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
4. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan fenomena yang
bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalamua
menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara
membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya
nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif
dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala. Atas
dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif
merupakan suatu ‘metode menalar’ yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan
yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena
atau gejala khusus yang diperbandingkan.
Contoh:
Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi Olimpiade Sains Tingkat
Nasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini juga, Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi
pada Olimpiade Sains Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekun lagi.
Analogi deklaratif merupakan suatu ‘metode menalar’ untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala
menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui
secara nyata dan dipercayai.
Contoh:
Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara kepala sekolah,
guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra sekolah, dan peserta didik. Seperti
halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
IPA – SMP | 204
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
5. Hubungan Antarfenonena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta
didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu
dengan datu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau
beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran
induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga jenis.
•
•
•
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang menjadi
sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit yang
bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang menjadi
akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang merupakan
penyebabnya.
Contoh :
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan
Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antarpeserta didik, yang disebabkan oleh
pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga mengalami
dekandensi moral secara massal.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –akibat 2,
suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi
penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga
menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu
menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga
muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan
anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang baik. Dampak
lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus berlangsung secara
siklikal.
6. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran
IPA, misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah
dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
IPA – SMP | 205
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan
harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan
eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah
yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid
dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba
dimaksud dijelaskan berikut ini.
a. Persiapan
•
•
•
•
•
Menentapkan tujuan eksperimen
Mempersiapkan alat atau bahan
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat
atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan
melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindari risiko yang mungkin timbul
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan
yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau
membahayakan.
b. Pelaksanaan
•
•
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati
proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan
baik.
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi
secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalahmasalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
IPA – SMP | 206
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
c. Tindak lanjut
a.
b.
c.
d.
e.
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama
eksperimen.
Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat
yang digunakan
D. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu
filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi
esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan
memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa
untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru
lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta
didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif
diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh
tentang identitas peserta didik terutama jika mereka
berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan
empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau
kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga
memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersamasama.
Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika peserta didik diberi tugas untuk dirinya
sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau berkolaborasi dengan
temannya. Vigotsky merupakan salah satu pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat
terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” atau ZPD. Istilah ”Proximal” yang
digunakan di sini bisa bermakna “next“. Menurut Vygotsky, setiap manusia (dalam konteks ini
disebut peserta didik) mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan
cara menerapkan ketuntasan belajar (mastery learning). Akan tetapi di antara potensi dan
aktualisasi peserta didik itu terdapat terdapat wilayah abu-abu. Guru memiliki berkewajiban
menjadikan wilayah “abu-abu” yang ada pada peserta didik itu dapat teraktualisasi dengan cara
belajar kelompok.
Seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga wilayah yang tergamit dalam ZPD
yang disebut dengan “cannot yet do”, “can do with help“, dan “can do alone“. ZPD merupakan
wilayah “can do with help” yang sifatnya tidak permanen, jika proses pembelajaran mampu
menarik pebelajar dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.
IPA – SMP | 207
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan
hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari
penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau
pembelajaran kolaboratif.
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi.
Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan
membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep
pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi
pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar
ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
Contoh:
Jika guru mengajarkan topik “hidup bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi
pembelajaran, berbagi idea, dan memberi garis-garis besar arus komunikasi antar peserta didik.
Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama yang damai itu,
pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam jaringan pembelajaran
mereka. Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. Di sini peserta didik juga
dapat merumuskan kaitan antara proses pembelajaran yang sedang dilakukan dengan dunia
sebenarnya.
2. Berbagi tugas dan kewenangan.
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta
didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba
pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa,
mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta
memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.
•
Guru sebagai mediator.
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau
perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan
pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan
dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.
•
Kelompok peserta didik yang heterogen.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat
penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta didik
dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi, serta
mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara
seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik.
Contoh Pembelajaran Kolaboratif
IPA – SMP | 208
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi
informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir
kartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini.
•
Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang
cocok dengan satu atau lebih katagori.
•
Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki
kartu dengan katagori yang sama.
•
Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada
rekanhya.
•
Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan
dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.
3. Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif
Banyak merode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Beberapa di antaranya
dijelaskan berikut ini.
•
JP = Jigsaw Proscedure.
Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu kelompok diberi
tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing peserta didik
anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang
menyeluruh. Penilaian didasari pada rata-rata skor tes kelompok.
•
STAD = Student Team Achievement Divisions.
Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota
dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan
seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan
kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian
didasari pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok peserta didik.
•
CI = Complex Instruction.
Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan,
khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Fokusnya adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didik sebagai anggota kelompok
terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat
bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para peserta didik yang sangat heterogen.
Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
•
TAI = Team Accelerated Instruction.
Metode ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan
pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota kelompok
diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan
penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan
IPA – SMP | 209
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya. Namun jika seorang peserta
didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan
soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran
soal. Penilaian didasari pada hasil belajar individual maupun kelompok.
•
CLS = Cooperative Learning Stuctures.
Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua
peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban
tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang
waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan
itu berganti peran.
•
LT = Learning Together
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang beragam
kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian
didasarkan pada hasil kerja kelompok.
•
TGT = Teams-Games-Tournament.
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu
kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.
•
GI = Group Investigation.
Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian
beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja
yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana
perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil
kerja kelompok.
•
AC = Academic-Constructive Controversy.
Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam
situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik
bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan
pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan
masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan
keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok
mempertahankan posisi yang dipilihnya.
•
CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.
Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini menekankan
pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta
didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis
maupun lisan di dalam kelompoknya.
IPA – SMP | 210
SMP
a.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pemanfaatan Internet
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena
memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan
ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah menyediakan diri
sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak
mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan
terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke
seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima
secepat mungkin.
Daftar Pustaka
Allen, L. (1973). An examination of the ability of third grade children from the Science
Curriculum Improvement Study to identify experimental variables and to recognize
change. Science Education, 57, 123-151.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985). The development and validation of the test of
basic process skills. Paper presented at the annual meeting of the National
Association for Research in Science Teaching, French Lick, IN.
Quinn, M., & George, K. D. (1975). Teaching hypothesis formation. Science Education, 59,
289-296.Science Education, 62, 215-221.
Thiel, R., & George, D. K. (1976). Some factors affecting the use of the science process skill
of prediction by elementary school children. Journal of Research in Science
Teaching, 13, 155-166.
Tomera, A. (1974). Transfer and retention of transfer of the science processes of
observation and comparison in junior high school students. Science Education, 58,
195-203.
IPA – SMP | 211
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
CONTOH PENDEKATAN SCIENTIFIC
HO-2.2.2
PADA PEMBELAJARAN IPA
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada proses
pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran (Sudarwan, 2013). Proses pembelajaran menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Menurut McCollum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar
menggunakan pendekatan scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran
yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan
keterampilan mengamati (Encourage observation), melakukan analisis ( Push for analysis) dan
berkomunikasi (Require communication)
Untuk mempelajari bagaimana pembelajaran IPA berbasis pendekatan scientific, berikut ini
diuraikan dengan singkat konsep pembelajaran IPA dan pendekatan scientific pada pembelajaran
IPA dan implementasi pendekatan scientific pada pembelajaran IPA
A. Konsep Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan
data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang
sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk
mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan
pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”,
“mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui caracara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal
dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
IPA – SMP | 212
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Carin dan Sund (1993) dalam Indrawati ( 2007) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data
hasil observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat
unsur utama yaitu:
1.
sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab
akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar; IPA bersifat open ended;
2.
proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan;
3.
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4.
aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta
didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui
kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam
menemukan fakta baru. .
Pada kurikulum IPA tahun 2006 yang lalu dinyatakan bahwa “Pembelajaran IPA sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah”. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan scientific pada pembelajaran IPA bukanlah hal
yang baru, penerapannya diintegrasikan pada berbagai model, strategi, metode dan pendekatan
lainnya yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA.
B. Pendekatan Scientific pada Pembelajaran IPA
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Uraian mengenai aktivitas siswa
dalam mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta
telah diuraikan dengan lengkap pada handout Pendekatan–pendekatan Ilmiah
Menurut McCollum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar
menggunakan pendekatan scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran
yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan
IPA – SMP | 213
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
keterampilan mengamati (Encourage observation), melakukan analisis ( Push for analysis) dan
berkomunikasi (Require communication)
1.
Meningkatkan rasa keingintahuan
Semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik tentang
’siapa, apa, dan dimana‘atau “’who, what dan where” dari apa yang ada di sekitar peserta
didik.
Pada kurikulum 2013, peserta didik dilatih bertanya untuk meningkatkan rasa
keingintahuannya sampai pada pertanyaan ’mengapa dan bagaimana “why”and “how”
Pada pembelajaran rasa keingintahuan ini dapat difasilitasi dalam kegiatan tanya jawab baik
mulai dari kegiatan pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain tanya jawab, dapat juga
dengan melalui memberikan suatu masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di
sekitar peserta didik.
2.
Mengamati
Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Sudarwan, 2013). Menurut
Nuryani, 1995 mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu
dengan alat inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil
pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam
rangka pengumpulan data atau informasi. Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan
indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Untuk meningkatkan keterampilan
mengamati, maka didalam pembelajaran sebaiknya dimunculkan kegiatan yang
memungkinkan siswa mengunakan berbagai panca indranya untuk mencatat hasil
pengamatan.
3.
Menganalisis.
Wonder grows with understanding and understanding come of analysis. (Mc Colum, 2009)
Analisis dapat berupa analisis kuantitatif dan kualitatif. Peserta didik perlu dilatih dan
dibiasakan melakukan analisas data yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Misalnya
data pengamatan yang diperoleh sendiri. Berikan kesempatan kepada peserta untuk
meninjau kembali hasil pengamatan dan mereka dilatih membuat pola-pola atau grafik dari
data yang diperolehnya. Latih peserta untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan
menghitung.
4.
Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepasa peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik khusus dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses.
IPA – SMP | 214
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan
metode ilmiah.
Langkah-langkah metode ilmiah : melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang
eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan
merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan (Helmenstine, 2013)
Keterampilan yang dilatihkan sering ini dikenal dengan keterampilan proses IPA. American
Association for the Advancement of Science (1970) mengklasifikasikan menjadi keterampilan
proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi keterampilan proses tersebut tertera
pada tabel 1.
Tabel 1. Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu
Keterampilan Proses Dasar
•
Pengamatan
•
Pengukuran
•
Menyimpulkan
•
Meramalkan
•
Menggolongkan
•
Mengkomunikasikan
Keterampilan Proses Terpadu
•
Pengontrolan variabel
•
Interpretasi data
•
Perumusan hipotesa
•
Pendefinisian variabel
secara operasional
•
Merancang
eksperimen
C. Implementasi Pendekatan Scientific pada Pembelajaran IPA
Pada pembelajaran IPA pendekatan scientific dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan
dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses perlu
dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran.
Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang
sedang dilakukan. Pada tabel berikut ini disajikan jenis-jenis indikator keterampilan proses
beserta sub indikatornya.
Tabel 2. Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses beserta Sub indikatornya.
No
1
2
Indikator
Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
Mengelompokkan/ Klasifikasi
Mengamati
-
Menggunakan sebanyak mungkin alat indera
Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan
Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
Mencari perbedaan, persamaan; Mengontraskan ciriciri;Membandingkan
Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan
IPA – SMP | 215
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
No
Indikator
3
Menafsirkan
4
Meramalkan
5
Mengajukan
pertanyaan
6
Merumuskan
hipotesis
7
Merencanakan
percobaan
8
Menggunakan
alat/bahan
9
Menerapkan
konsep
10
Berkomunikasi
Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
-
Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan; Menyimpulkan
Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada keadaan sebelum
diamati
- Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana.
- Bertanya untuk meminta penjelasan; Mengajukan pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis.
- Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari
suatu kejadian.
- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan
masalah.
- Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
- Mentukan variabel/ faktor penentu; - Menetukan apa yang akan
diukur, diamati, dicatat; - Menentukan apa yang akan dilaksanakan
berupa langkah kerja
- Memakai alat/bahan
- Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan ; Mengetahui
bagaimana menggunakan alat/ bahan.
- Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
- Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa
yang sedang terjadi
- Mengubah bentuk penyajian
- Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan
dengan grafik atau tabel atau diagram; Menyusun dan menyampaikan
laporan secara sistematis; Menjelaskan hasil percobaan atau
penelitian; Membaca grafik atau tabel atau diagram; Mendiskusikan
hasil kegiatan mengenai suatu masalah atau suatu peristiwa.
Untuk lebih memahami bagaimana menerapkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA,
berikut ini uraian beberapa jenis keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu
yang dapat dilatihkan pada peserta didik tingkat SMP.
1.
Pengamatan
Mengamati merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat
inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil
pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam
rangka pengumpulan data atau informasi ( Nuryani, 1995). Mengamati dapat pula diartikan
sebagai proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan
inderanya. Keterampilan pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan lima indera yaitu
penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar. Pengamatan yang dilakukan hanya
menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan
IPA – SMP | 216
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif.
Pengamatan dapat
dilakukan pada obyek yang sudah tersedia dan pengamatan pada suatu gejala atau
perubahan.Contoh : Sekelompok peserta didik diminta mengamati beberapa tepung yang
berbeda jenisnya baik rasa, warna, ukuran serbuk dan baunya.
Gunakan panca inderamu untuk mengetahui jenis-jenis tepung yang tersedia pada piring ini .
Bagaimana warnanya, rasanya, ukurannya, bentuknya dan baunya?
Tepung
Warna
Rasa
Ukuran
Bentuk
Bau
1
2
3
4
2.
Pengukuran
Keterampilan mengukur dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat,
dan sebagainya. Menurut Carin dalam Poppy, 2010 mengukur adalah membuat observasi
kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non
konvensional.
Contoh : Peserta didik melakukan pengukuran suhu menggunakan termometer, menimbang
berat benda dengan berbagai neraca, mengukur volume cairan menggunakan gelas ukur,
mengukur panjang dengan menggunakan penggaris atau mengukur benda dengan jangka
sorong.
IPA – SMP | 217
SMP
3.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Klasifikasi
Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau
pengelompokan atas objek-objek atau kejadian-kejadian.
Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai bila peserta didik telah dapat melakukan dua
keterampilan berikut ini.
1)
Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari sekelompok
objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.
2)
Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek
Klasifikasi berguna untuk melatih peserta didik menunjukkan persamaan, perbedaan dan
hubungan timbal baliknya. Sebagai contoh peserta didik mengklasifikasikan jenis-jenis
hewan, tumbuhan, sifat logam berdasarkan kemagnetannya
Contoh melatihkan klasifikasi menggunakan bagan:
•
Fe, Cu, Na, O, Ne, N, K, Ca, C, Cl, F, Ag, He, H,Mg
•
•
Logam
Non-logam
•
•
Utama
•
Transisi
Monoatom
Dwiatom
•
4.
Menyimpulkan
Menyimpulkan didalam keterampilan proses dikenal dengan istilah inferensi. Inferensi adalah
sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi
dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola
pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan
pembelajaran konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.
IPA – SMP | 218
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh : Siswa diminta membuat inferensi pada percobaan pengujian beberapa
larutan asam dan larutan basa dengan lakmus biru dan merah
Nama larutan
Perubahan warnapada
Lakmus merah
Lakmus biru
Asam Klorida
Natrium Hidroksida
Asam Acetat
Kalium Hidroksida
Magnesium Hidroksida
Asam Sulfat
Berdasakan data percobaan apa yang dimaksud dengan asam dan basa?
Asam adalah …………………………………………………………………
Basa adalah …………………………………………………………………
5.
Komunikasi
Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan
proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk rangkuman,
grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan mengkomunikasikan ini
diantaranya adalah sebagai berikut.
a)
b)
c)
6.
Mengutarakan suatu gagasan.
Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan/memeriksa secara akurat suatu
objek atau kejadian.
Mengubah data dalam bentuk tabel ke bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara
akurat.
Prediksi
Prediksi dalam sains adalah perkiraan yang didasarkan pada hasil pengamatan yang nyata.
Memprediksi berarti pula mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang
belum diamati berdasarkan penggunaan pola yang ditemukan sebagai hasil penemuan.
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan
sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderunganatau pola yang sudah ada.
Contoh :
1.
2.
Peserta didik diminta membuat suatu prediksi
Apa yang akan terjadi jika air dibiarkan didalam piring lebar dibiarkan berhari-hari?
Apa yang akan terjadi pada lampu senter jika ada pemasangan batu batereynya
terbalik?
IPA – SMP | 219
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
7.
Mengidentifikasikan Variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah
pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam
satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran yang dinyatakan
dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur dalam liter dan suhu diukur
dalam 0C.
Keterampilan identifikasi variabel dapat diukur berdasarkan tiga tujuan pembelajaran
berikut.
a.
b.
c.
Mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu
eksperimen.
Mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dari deskripsi suatu
eksperimen.
Mengidentifikasi variabel kontrol dari suatu pernyataan tertulis atau deskripsi suatu
eksperimen.
Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang sama pentingnya, yaitu variabel
manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol.
8.
-
Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja diubah atau dimanipulasi
dalam suatu situasi.
-
Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil akibat dari kegiatan
manipulasi.
-
Variabel control adalah variabel yang sengaja dipertahankan konstan agar tidak
berpengaruh terhadap variabel respon.
Interpretasi Data
Fakta atau data yang diperoleh dari hasil observasi sering kali memberikan suatu pola. Pola
dari fakta/data ini dapat ditafsirkan lebih lanjut menjadi suatu penjelasan yang logis.
Karakteristik keterampilan interpretasi diantaranya : mencatat setiap hasil pengamatan,
menghubungkan-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola atau keteraturan dari
suatu seri pengamatan dan menarik kesimpulan.
Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan
mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang
mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirataratakan. Data yang sudah dianalisis baru diinterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau
dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membentuk pola
atau beberapa kecenderungan.
IPA – SMP | 220
SMP
9.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan
tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terhadap variabel respon.
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya
digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti (Nur, 1996). Hipotesis dapat
dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan secara induktif berdasarkan
data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai
jawaban sementara dari rumusan masalah.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.
Misalkan seorang siswa memiliki data percobaan laju reaksi logam magnesium dengan larutan
asam klorida sebagai berikut:
Logam Mg
(bentuk pita)
5 cm
5 cm
5 cm
(volume)
50 m3
50 m3
50 m3
HCI
(konsentrasi)
Waktureaksi
(detik)
1M
2M
3M
60
30
20
Rumuskanlah hipotesis tentang pengaruh konsentrasi HCI terhadap laju reaksi !
Perumusan hipotesis secara induktif.
10. Definisi Variabel Secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu
variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan bagaimana
mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan
dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen. Keterampilan ini merupakan
komponen keterampilan proses yang paling sulit dilatihkan karena itu harus sering di ulangulang (Nuh dalam Poppy, 2010).
Contoh : Peserta didik melakukan percobaan pengaruh suhu terhadap kelarutan gula dalam air.
Rumusanhipotesis :Makin tinggisuhu air, makincepatkelarutangula.
Data hasilobservasi
3
O
Volume air (Cm )
Suhu air ( C)
Waktu (detik)
100
100
100
25
50
80
30
20
10
IPA – SMP | 221
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Identifikasi variabel:
Variabel Manipulasi
: Suhu
Variabel Respon
: Waktu
Variable Kontrol
: Volume air, termometer, jenis air, gelasukur, stopwatch, tempat
air
Definisi operasional variabel
Definisi operasional variabelmanipulasi : Suhu air diukur menggunakan thermometer
Definisi operasional variabelrespon
: Waktu diukur dengan menggunakan stopwatch
Definisi operasional variabel control
: Alat-alat ukur seperti stopwach, tempat air,
termometer, gelasukur harus sama untuk semua
percobaan.
11. Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan
dikontrol sudah tepat. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam
bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis
yang berhubungan dengan konsep-konsep didalam kurikulum.
Pada saat guru menyajikan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan keterampilan proses
peserta didik akan belajar mengamati, mengolah data atau menganalisis data,
dan
memkomunikasikan hasil pengamatan dan analisisnya. Keterampilan bertanya dapat ditingkatkan
jika guru memberikan suatu fenomena yang menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu mereka.
Melalui penerapan keterampilan proses pada pembelajaran IPA yang disajikan dengan strategi
dan metode yang tepat, mudah-mudahan siswa dapat terlatih dalam keterampilan scientific. Dan
memenuhi apa yang diharapkan Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Daftar Pustaka.
American Association for the Advancement of Science (1970) "Science A Process Approach" USA :
AAAS / Xerox Corporation.
Helmenstine,
A.M.,
Ph.D
Scientific
Method Steps.
http://chemistry.about.com/od/
sciencefairprojects/a/Scientific-Method-Steps.htm. last update Februari 2013
Nuryani_Rustaman, http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Asesmen_pendidikan_IPA.pdflast update Januari 2013
IPA – SMP | 222
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Indrawati. (2007). Model-model pembelajaranInformasi. Modul PPPPPTK IPA. Bandung PPPPTK
IPA
Mc Colum (2009) A scientific approach to teaching.http://kamccollum.wordpress.com/2009/
08/01/a-scientific-approach-to-teaching/last update Januari 2013
Poppy. K.D. (2010). Keterampilan Proses pada Pembelajaran IPA. Modul Program BERMUTU.
Bandung:P4TK IPA
Sudarwan. (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodik
IPA – SMP | 223
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN 2.3:
MODEL PEMBELAJARAN
Langkah Kegiatan Inti
Mengamati
tayangan
video
pembelajaran
20 Menit
Diskusi
Kelompok
(Focus Group
Discussion)
Kerja
Kelompok
30 Menit
40 Menit
Mengamati tayangan video tiga jenis model pembelajaran (Project Based Learning, Problem
Based Learning, danDiscovery Learning).
Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi karakteristik tiga model
pembelajaran.
Kerjakelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan Scientific pada tiga model
pembelajaran.
IPA – SMP | 224
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PPT-2.3-1
IPA – SMP | 225
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 226
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 227
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-2.3.1
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK/
PROJECT BASED LEARNING
A. KONSEP/DEFINISI
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry
dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara
langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip
dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta
didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda,
maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik
untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi
dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep
“Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di
dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi
terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan
pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana
dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model
pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek, model PBL
juga dapat diadaptasi untuk mata pelajaran lain.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
2.
adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
3.
peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
IPA – SMP | 228
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
tantangan yang diajukan,
4.
peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan,
5.
proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
6.
peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan,
7.
produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
8.
situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai
dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
B. FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek:
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan
mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
f.
Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
IPA – SMP | 229
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
f.
Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik
harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang
mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa
nyaman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan
seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan
absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya
diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa. Pelajaran berbasis proyek
juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias
tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam
subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias
peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan
melupakannya secepat mereka telah lulus tes.
C. LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan
diagram sebagai berikut.
1
2
PENENTUAN
PERTANYAAN MENDASAR
MENYUSUN PERECANAAN
PROYEK
3
MENYUSUN JADWAL
6
5
4
EVALUASI PENGALAMAN
MENGUJI HASIL
MONITORING
Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
IPA – SMP | 230
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penjelasan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan
emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta
didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of
the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta
didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi
aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik
yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
IPA – SMP | 231
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai
berikut.
1. Peran Guru
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Merencanakan dan mendesain pembelajaran
Membuat strategi pembelajaran
Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa
Mencari keunikan siswa
Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian
Membuat portofolio pekerjaan siswa
2. Peran Peserta Didik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
Melakukan riset sederhana
Mempelajari ide dan konsep baru
Belajar mengatur waktu dengan baik
Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok
Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan
Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll)
D. CONTOH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
TOPIK
SUB TOPIK
TUGAS
: IPA
: VII
: Perubahan Benda di Sekitar Kita
: Bagaimana Cara Memisahkan Campuran?
: Pembuatan Alat Penjernihan Air
KOMPETENSI DASAR
2.4 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi
3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan
untuk kehidupan sehari-hari (misalnya pemisahan campuran)
4.5 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia
INDIKATOR
1. Membuat rancangan alat penjernihan air dari alat sederhana menggunakan metode pemisahan
campuran
2. Membuat alat penjernihan air dari alat sederhana menggunakan metode pemisahan campuran
IPA – SMP | 232
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PENTUNJUK UMUM
1. Pelajari metode pemisahan campuran yang tepat digunakan untuk proses penjerhian air!
2. Buat rancangan alat penjernihan air meliputi alat dan bahannya, disain atau gambanya dan cara
menggunakannya!
3. Setelah dirancang, buat alat penjernihan air sesuai rancangan!
4. Uji alat dengan melakukan percobaan penjernihan air!
5. Catat hasil percobaan dan hal-hal yang harus diperbaiki untuk mendapatkan air yang jernih!
6. Lakukan perbaikan alat kalau diperlukan!
7. Selamat mencoba, mudah-mudahan alat hasil kreativitasmu dapat dimanfaatkan di lingkungan yang
membutuhkan air jernih Semangat!
LAPORAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
MATA PELAJARAN
TOPIK
SUB TOPIK
TUGAS
NAMA
KELAS
: IPA
: Perubahan Benda di Sekitar Kita
: Bagaimana memisahkan Campuran
: Pembuatan Alat Penjernihan Air
: ……………………………………………………
: VII …….
A. MERANCANG ALAT
1.
2.
3.
PETUNJUK KHUSUS
Setelah mempelajari metode pemisahan campuran yang tepat digunakan untuk membuat alat
penjernihan air, buatlah rancangan alat penjenihan air dari alat dan bahan yang ada disekitar rumah!
Tulislah rancangan berikut gambar dan keterangannya dibagian bawah gambar!
Uraikan cara penggunaan alatnya!
Tanggal Merancang
Alat dan Bahan
:
:
Gambar Rancangan dan Keterangan Gambar:
Cara Menggunakan Alat
B. LAPORAN PENGUJIAN ALAT PENJERNIHAN AIR
PETUNJUK KHUSUS
Setelah Anda membuat alat penjernihan air berdasarkan rancangan, ujilah alat tersebut dengan cara
melakukan percobaan penjernihan air, laporkan hasil pengujian mengunakan format berikut.
IPA – SMP | 233
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tanggal Pengujian
Kegitatan:
: …………………….
Hasil Pengamatan dan catatan perbaikan
:
1.
Menjernihkan air yang dicampur tanah
…………………………………………………………………….
2.
Menjernihkan air sungai atau selokan
……………………………………………………………………
Tanggal Perbaikan dan Pengujian :
Hasil Pengamatan
C. LAPORAN PENELITIAN SEDERHANA
PETUNJUK KHUSUS
Berdasarkan hasil kegiatanmu ini, tulislah sebuah laporan penelitian sederhana tentang penjernihan air di
lingkungan rumah atau sekolah dengan menerapkan prinsip pemisahan campuran.
Buat Judul yang menarik , tulis laporan secara sistematis.
JUDUL
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
E. SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara
menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
IPA – SMP | 234
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek
peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir
proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan
penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian. Contoh format penilaian proyek diantaranya adalah sebagai berikut.
Format Penilaian Proyek
Mata Pelajaran
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Guru Pembimbing
Nama
Kelas
No.
1
2
3
:
:
:
:
:
:
ASPEK
PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data / Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
SKOR (1 - 5)
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan akhir
proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan
penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist. Aspek yang dinilai disesuaikan
dengan tugas proyek.
IPA – SMP | 235
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produkproduk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat
teknologi tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan
setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1)
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap appraisal.
2)
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Contoh Penilaian Produk
Materi Pelajaran
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Nama Peserta didik
Kelas
No.
1
2
3
:
:
:
:
:
Tahapan
Tahap Perencanaan Bahan
Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan
kebersihan)
Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Skor ( 1 – 5 )*
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan
semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin
tinggi nilainya.
IPA – SMP | 236
SMP
F.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
1. Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool
programs.
National
Institute
on
Out-of-School
Time.
Retrieved
from
http://www.niost.org/
Publications/papers.
2. Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf
(17 Oktober 2011).
3. Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of
research on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.
org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf.
4. Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf
(18 Oktober 2011).
5. Daniel
K.
Schneider.
2005.
Project-based
learning.
[Online].
dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober 2011).
Diakses
6. Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011)
7. Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’s
perspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational Research
Association, San Diego, CA.
8. Lucas,
George
.(2005).
Instructional
Module
Project
Based
Learning.
http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010.
9. Markham, T. (2003). Project-based learning handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck
Institute for Education.
10. Research summary: Project-based learning in middle grades mathematics. Retrieved from
http://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries.
11. ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx.
12. Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. The
Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-Based
Learning, 3(1), 12–43.
IPA – SMP | 237
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PPT-2-3.2
IPA – SMP | 238
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 239
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 240
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 241
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 242
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 243
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
HO-2.3-2
(PROBLEM BASED LEARNING)
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting,
yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.
A. Konsep
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world)
2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang
peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan
untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau
materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan..
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan
berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik
yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi
pembelajaran.
Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
Permasalahan sebagai kajian.
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
Permasalahan sebagai contoh
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut.
IPA – SMP | 244
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Guru sebagai pelatih
o Asking about thinking (bertanya
tentang pemikiran)
o memonitor pembelajaran
o probbing ( menantang peserta didik
untuk berfikir )
o menjaga agar peserta didik terlibat
o mengatur dinamika kelompok
o menjaga berlangsungnya proses
Peserta didik sebagai
problem solver
o peserta yang aktif
o terlibat langsung
dalam pembelajaran
o membangun
pembelajaran
Masalah sebagai awal
tantangan dan motivasi
o menarik untuk
dipecahkan
o menyediakan
kebutuhan yang ada
hubungannya
dengan pelajaran
yang dipelajari
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
2) Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
•
•
PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog
dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang
diamati tersebut.
• PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan
membangun femannya tentang fenomena itu.
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,
di bawah bimbingan guru.
Model PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu
strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri
dan panutannya.
c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi
yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap
profesional.
IPA – SMP | 245
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan
peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah
terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan
umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan
pengalaman.
f.
Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan
pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang
mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving Questions : PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu
peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan
ilmu pengetahuan yang sesuai.
h. Constructive Investigations : sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan
pengetahuan para peserta didik.
i.
Autonomy : proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
B. Fakta Empirik Keberhasilan Model PBL
1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di
mana konsep diterapkan;
2. Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; dan
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Model ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan,
terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk
memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya,
2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan
relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered,
3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.
1. Wagiran, dkk, 2010, Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Learning
Dengan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi
Peserta didik SMK (Hibah Bersaing Perguruan Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
IPA – SMP | 246
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada tahun pertama
penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan mengembangkan media
pembelajaran berbantuan komputer berikut perangkatnya dalam mendukung model
pembelajaran PBL-PBK. Pada tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
dan menguji model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat
efektivitasnya. Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap sosialisasi
model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas. Penelitian dirancang
menggunakan pendekatan Research and Development Sumber data dalam penelitian ini
meliputi kalangan industri permesinan, perumus kebijakan, kepala sekolah, guru, peserta
didik, dan ahli pendidikan. Penerapan model direncanakan di 5 SMK dengan metode
eksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yaitu deskriptif, dan komparatif.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi Measuring dan
diperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer dalam mendukung
pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat dari
sisi materi menunjukkan skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan
menunjukkan skor 3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi
penunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13
(baik), pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar 2,63 (cukup
baik). Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa kualitas
media dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam kategori baik), dari kualitas
tampilan dan daya tarik menunjukkan skor 3,30 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi
pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan
demikian media berbantuan komputer dalam matadiklat measuring layak untuk
diterapkan. Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan
baik dari segi teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola implementasi
pembelajaran menggunakan media berbantuan komputer yaitu: (a) sebagai media
tayamg, (b) sebagai media pendukung praktek, dan (c) sebagai media pembelajaran
individual dan interaktif.
2. Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar
Peserta didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di
SDN 20 Kurao Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB pada
pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi dan hasil belajar
peserta didik kelas IVB dalam pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao
Pagang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara
partisipan. Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang. Instrumen
penelitian yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta didik, lembar observasi
aktivitas guru, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa
partisipasi dalam menjawab pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di
siklus II. Partisipasi peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus I
IPA – SMP | 247
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
menjadi 65% di siklus II, dan partisipasi peserta didik dalam presentasi meningkat dari
27,5% di siklus I menjadi 67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I meningkat
dari 57,25% menjadi 72,75% di siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang
ditentukan 70%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar
peserta didik kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS di
SDN 20 Kurao Pagang.
C. Prinsip Proses Pembelajaran PBL
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model
dilaksanakan dengan mengikuti prinsip-prinsip berikut.
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,
atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’
yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk
memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak
ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta
didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan
dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara
mandiri secara mendalam.
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang
dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam
memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara
tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang
mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang
belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan
kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok
tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh
fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan
memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran
yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan
IPA – SMP | 248
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap
peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan
mengikuti petunjuk.
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber
yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1)
agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan
dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan
dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling
bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka
bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga
anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi
dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil
pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk
mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno
(kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir,
dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini
maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian
untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
IPA – SMP | 249
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
D. Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik
diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.
Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Orientasi peserta didik kepada masalah
• Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yg dibutuhkan
• Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih
Fase 1
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan
kelompok
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model
dan berbagi tugas dengan teman
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja
Fase 1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting
dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik
IPA – SMP | 250
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu
dilakukan dalam proses ini, yaitu:
1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,
tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,
2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak
“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak
penyelesaian dan seringkali bertentangan,
3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang
akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide
mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL
juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah
sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru
dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok
peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan
masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor
sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja
masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik
yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam
sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan
teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter
IPA – SMP | 251
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan
aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun
ide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi
yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan
tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan
penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran
pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya
dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan
yang membuat peserta didik berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang
mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.
Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berfikir peserta didik.
Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta
didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi
“penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya
IPA – SMP | 252
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
E. CONTOH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PBM IPA
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Topik
Sub Topik
:
:
:
:
IPA
VII/ 1
Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Perubahan Lingkungan dan Pencemaran
Kompetensi Dasar
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan, dan berdiskusi
3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup
Indikator
1) Menjelaskan akibat kegiatan manusia terhadap pencemaran air.
2) Menjelaskan dengan kalimatnya sendiri dampak pencemaran air tanah terhadap ekosistem.
3) Menjelaskan upaya yang dapat dilakukan manusia untuk mengurangi pencemaran air.
Langkah-langkah pembelajaran
Tahapan Pokok
Orientasi
siswa
pada
masalah
Mengorganisasi siswa
dalam belajar
Membimbing
penyelidikan siswa
secara mandiri
maupun kelompok
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Kegiatan Pembelajaran
• Siswa menyimak masalah yang disampaikan guru tentang kondisi di beberapa
daerah yang mengalami kesulitan air bersih, padahal keberadaan air bersih
sangat dibutuhkan oleh semua orang. Terdapat banyak kegiatan manusia yang
memberikan sumbangan terhadap berkurangnya air bersih.
• Siswa diminta memberikan tanggapan dan pendapat terhadap masalah
tersebut.
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan cara
pembelajaran yang akan dilaksanakan
• Siswa membentuk kelompok belajar sesuai arahan guru dengan
mempertimbangkan kemampuan akademik, gender, dan ras
• Siswa menerima LKS (tentang 80% Pencemaran Sungai Berasal dari Sampah
Rumah Tangga)
• Siswa melakukan penyelidikan sesuai LKS dan berdiskusi dalam kelompok
mencari solusi terkait dengan masalah yang telah diidentifikasi.
• Guru memfasilitasi dan membimbing kelompok belajar berdiskusi untuk
menjawab permasalahan aktual yang ada di lingkungan.
• Siswa menjawab pertanyaan pada LKS dan menyajikan dalam laporan tertulis.
• Siswa menyajikan laporan pembahasan hasil temuan, penarikan kesimpulan
di depan kelas (diskusi kelas).
• Siswa dibimbing guru melakukan analisis terhadap pemecahan-pemecahan
masalah yang telah ditemukan siswa.
• Kelompok siswa yang berhasil memecahkan permasalahan diberi
pengahargaan
• Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah dipelajari
siswa (dapat menggunakan paper and pencil test atau authentic assessment)
Penilaian
§ Jenis penilaian
§
: Paper and pencil test
Asesmen autentik
Bentuk instrumen : Soal obyektif
IPA – SMP | 253
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Perhatikan bacaan dan gambar di bawah ini yang diambil dari Koran Jakarta Jum'at, 21 Juni 2013.
“80% Pencemaran Sungai Berasal dari Sampah Rumah Tangga”
Sekitar 80 persen pencemaran di Sungai Ciliwung disebabkan oleh sampah rumah tangga atau
limbah domestik. Berdasarkan hasil investigasi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), terdapat
108 titik tumpukan sampah yang merupakan lokasi pembuangan sampah di bantaran Sungai
Ciliwung. Pencemaran itu merupakan akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat menjaga
lingkungan. Sungai Ciliwung, yang seharusnya optimal menampung air hujan, kini telah
kotor. "Kondisi kualitas air Sungai Ciliwung saat ini sudah tercemar. Hal itu juga disebabkan oleh
rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Sungai Ciliwung," kata
Gubernur DKI Jakarta akhir pekan lalu.
Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya menambahkan selain pencemaran dari sampah
keluarga, terdapat sekitar 400 kegiatan usaha yang secara langsung maupun tidak membuang air
limbahnya ke Ciliwung. Bahkan, kata dia, berdasarkan hasil investigasi, terdapat 108 titik
tumpukan sampah yang merupakan lokasi pembuangan sampah di bantaran Sungai Ciliwung. Dari
jumlah itu, 10 titik tumpukan sampah telah ditutup. Namun, dari pengamatan di lapangan, masih
banyak ditemukan masyarakat yang menghuni bantaran sungai. tercatat 26.818 keluarga yang
menghuni bantaran Sungai Ciliwung. Hal itu menyebabkan terjadinya sedimentasi, penyempitan
sungai, dan tingginya angka pencemaran.
Setelah memperhatikan bacaan dan gambar di atas lakukan kegiatan berikut.
1. Mengapa dapat terjadi peristiwa seperti pada gambar tersebut? Jelaskan dengan kalimat
kalian sendiri!
2. Tahukan kalian, apakah dampak dari peristiwa dalam gambar tersebut, jika tidak ditangani
dengan baik?
3. Apakah peristiwa dalam gambar tersebut dapat berpengaruh terhadap ekosistem? Jelaskan!
4. Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi pencemaran air seperti dalam gambar
tersebut?
5. Coba buatlah 3 pertanyaan lain terkait dengan pencemaran air berdasarkan bacaan dan
gambar di atas!
6. Jawablah pertanyaan yang kalian buat pada soal nomor 5!
7. Coba buatlah kesimpulan dari permasalahan yang telah kalian pelajari!
8. Bacakan jawaban pertanyaan-pertanyaan nomor 1 – 7 di depan kelas secara berkelompok!
IPA – SMP | 254
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
F. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat
diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan
pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan
bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga
aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu
dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan
dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usahausahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai
(standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
2. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian
terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri
maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain sebagai berikut:
1. Penilaian kinerja peserta didik.
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis
karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu
masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2. Penilaian portofolio peserta didik.
Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik
peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau
bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran. Dari
informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan belajar yang
dicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki diri. Penilain dengan portofolio
dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif. Penilaian
kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self assesment) dan peer
assesment. Self assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri
terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin
dicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment adalah penilian
IPA – SMP | 255
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dimana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian upaya dan hasil
penyelesaian tugas-tugas yang diselesaikan sendiri maupun teman dalam kelompoknya.
3. Penilaian potensi belajar.
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur
kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang
lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4. Penilaian usaha kelompok.
Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang
sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya. Penilaian dan
evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan
mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut,
penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio.
Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik
merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan
pengetahuan dan keterampilannya. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik
menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian
masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman
dan konteks atau lingkungannya, maka di samping pengembangan kurikulum juga perlu
dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan
peserta didik dapat secara aktif mengembangkan kerangka berfikir dalam memecahkan
masalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah
beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai
dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk
menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan
bermakna. Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana peserta didik dan
evaluator menilai produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan tahapan
PBM untuk bekerja melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan menyampaikan
pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban
mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam
berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau
sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada
pemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses belajar
kolaborasi (bekerja bersama pihak lain).
IPA – SMP | 256
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
F.Daftar Pustaka
Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem Based Learning: a Review of The Literature on
Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem Based Learning: an Approach to Medical
Education. New York: Springer Publishing
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008).
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah
Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia :
http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010].
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging perspectives on
learning,
teaching,
and
technology
[Online].
Tersedia:
http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005].
Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press
Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Penguasaan konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung:
Tidak diterbitkan
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning
in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia :
http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]
Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn &
Bacon
Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)
UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo
Proyek DUeLike Universitas Indonesia. (2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning &
Problem Based Learning. Depok: UI
Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi
Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian
IKIP Bandung
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press
IPA – SMP | 257
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PPT-2. 3.3
IPA – SMP | 258
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 259
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 260
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 261
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 262
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 263
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
HO-2.3.3
A. Definisi/ Konsep
1. Definisi
Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang atter in the final form, but rather is
required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Yang menjadikan
dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana murid mengorganisasi
bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Pada Discovery
Learning siswa belajar memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Penemuan konsep terjadi
bila konsep tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan dengan model discovery
learning siswa mampu mengorganisasi sendiri konsep yang diterimanya. Sebagaimana
pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place
when the student is not presented with subject matter. Hal tersebut terjadi bila siswa terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan
dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah
the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam
Malik, 2001:219).
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning
lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan
kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses
penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan
menyelesaikan masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery
Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi
apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami
dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan
kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan Discovery Learning,
ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran
yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan
informasi sendiri.
IPA – SMP | 264
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Konsep
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya Discovery Learning merupakan pembentukan kategorikategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi.
Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa
Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem
coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian
dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan
kejadian-kejadian (events). Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi
memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui
semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun
yang negative; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5)
Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh
(obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria
tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu
lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini
dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip
dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses
belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi
bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan
pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berfikir
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut
Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya
melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami
objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa
dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa,
logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang
dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori
perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu
melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk
menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada
fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia
menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih,
85:2001). Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
IPA – SMP | 265
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan
belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Hal yang menarik dalam
pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus memberikan kesempatan
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli
matematika. Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.
Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan
memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti
mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi Discovery Learning harus dapat
menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri.
Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah
hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem
solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa
akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai model mengajar ialah bahwa
sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih
berkurang dari pada model mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan
untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi
bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi
responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.
B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan Discovery Learning dalam pembelajaran
memiliki kelebhihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan.
1. Kelebihan Penerapan Discovery Learning
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,
ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
d. Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
f. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasanIPA – SMP | 266
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam
situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar
yang baru;
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik;
Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya;
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
2. Kelemahan Penerapan Discovery Learning
a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang
pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
b. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
c. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
d. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa
e. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
C. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
IPA – SMP | 267
SMP
2.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pelaksanaan
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
sebagai berikut.
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian
seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar
tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Sedangkan
menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan
yang
diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasasalahan
yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c. Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara
tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data processing (pengolahan data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah,
2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa
IPA – SMP | 268
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis
e. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa
harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman
seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalamanpengalaman itu.
D. Contoh Penerapan Pembelajaran dengan Model Discovery Learning
Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dapat menggunakan
Rencana Program Pembelajaran (RPP) , Contoh dapat dilihat pada RPP Materi Pelatihan
Perancangan Pembelajaran
E. Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun non tes. Sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya
berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contohcontoh format penilaian seperti tersebut di bawah ini.
1. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam
bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban
a.
pilihan ganda
b.
dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
c.
menjodohkan
IPA – SMP | 269
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Soal dengan mensuplai-jawaban.
a. isian atau melengkapi
b. jawaban singkat
c. soal uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan
menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu
kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai
kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta
didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban
yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik
akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk
memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan
peserta didik yang sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah
dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai
berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
b. konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
2. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subyek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas,
berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata
pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan
kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang
memuat curahan perasaannya terhadap suatu obyek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta
didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas antara lain sebagai
berikut:
IPA – SMP | 270
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri;
b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena
mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian.
3.
Penilaian Sikap
Contoh Format Penilaian Sikap
Mata Pelajaran: _________
Kelompok : _________
No
Nama Siswa
Semester: _________
Kelas
: _________
Skor
Komitmen
Tugas
Kerja
Sama
Ketelitian
Nilai
Jumlah
Skor
Minat
1
2
3
..
..
4. Format Penilaian Kinerja
Nama Siswa: ………………
No
Contoh Format Penilaian Kinerja
Tanggal: ………………
Kelas: ………………
Aspek Yang Dinilai
Tingkat Kemampuan
1
2
3
4
1.
2.
3.
Jumlah
IPA – SMP | 271
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kriteria Penskoran
1.
2.
3.
4.
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kriteria Penilaian
4
3
2
1
10 – 12 A
7– 9 B
4–6 C
≤ 3 D
A : Pengelompokan yang dilakukan siswa sangat baik, uraian yang dijabarkan rinci diperoleh
dengan menggunakan seluruh indra disertai dengan gambar-gambar atau diagram
B : Pengelompokan yang dilakukan siswa baik, uraian yang dijabarkan kurang rinci dan
diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambar atau diagram
C : Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik, uraian yang dijabarkan
tidak rinci dan diperoleh dengan menggunakan sebagian kecil indra dengan gambargambar atau diagram
D : Pengelompokan yang dilakukan siswa kurang baik, uraian yang dijabarkan kurang sesuai
dan diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambar-gambar
atau diagram
5.Penilaian Hasil Kerja Siswa
Nama Siswa: ………………
Input
Tanggal: ………………
Proses
Out
Put/Hasil
Kelas: ………………
Nilai
Daftar Pustaka
Dahar, RW., 1991. Teori-Teori Belajar. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Holiwarni, B., dkk., 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada Mata Pelajaran Sains
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 016 Pekanbaru Kota (Laporan
Penelitian). Lemlit UNRI, Pekanbaru.
http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-discovery-learning.html
(23 Mei 2013).
http://ebookbrowse.com/pengertian-model-pembelajaran-discovery-learning-menurut-paraahli-pdf-d368189396 (23 Mei 2013).
http://prismabekasi.blogspot.com/2012/10/definisi-belajar-menurut-para-ahli.html (23 Mei
2013)
Jurnal Geliga Sains 3 (2), 8-13, 2009 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN
1978-502X.
IPA – SMP | 272
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Rizqi, 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pembelajaran Penemuan
Terbimbing (Guide-Discovery Learning) yang Mengintegrasikan Kegiatan Laboratorium
untuk Fisika SLTP Bahan Kajian Pengukuran. Tesis, UNESA (tidak dipublikasikan).
Syamsudini , 2012. Aplikasi Metode Discovery Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah, Motivasi Belajar Dan Daya Ingat Siswa.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
IPA – SMP | 273
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 2.4 KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL
PEMBELAJARAN
Langkah Kegiatan Inti
Kegiatan
interaktif
Diskusi Kelompok
dan Paparan Materi
dan Tanya jawab
25 Menit
60 Menit
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan bentuk penilaian proses dan
hasil belajar.
Diskusi kelompok tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar dengan cara
mengkaji HO Penilaian Autentik dan HO Penilaian Autentik pada pembelajaran IPA.
Paparan materi dan Tanya jawab tentangKonsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
dengan menggunakan bahan tayang PPT-2.3 untuk menyamakan persepsi tentang Penilaian
Autentik dan Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran IPA dengan menggunakan bahan
tayang PPT-2.4/4.2.
IPA – SMP | 274
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 275
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 276
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 277
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 278
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 279
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 280
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-2.4
ASESMEN AUTENTIK
A. Definsi dan Makna Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta
didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli,
nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan
penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik,
tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil
dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut
ini
dikemukakan
beberapa
definisi.Dalam
American
Librabry
Association
asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Dalam
Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang
berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan
asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan
prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti,
menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa,
berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
B. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan
tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran
yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.
Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka
yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen
IPA – SMP | 281
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan
pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang
lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh
guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen
autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan
aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka
meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari
luar sekolah.
Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu
merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang
kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena
berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang
sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,
dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
C.
Asesmen Autentik dan Belajar Autentik
Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik
dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya.Asesmen semacam ini
cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang
memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang
dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan
mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain
peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di
IPA – SMP | 282
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
luar sekolah.Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran
langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan
seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan
keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk
menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang
ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara
terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana
peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam
melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan scientific, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain
secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di
sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu
apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab
untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi
informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.”
Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa
melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan
berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya
memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an.
Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti
tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta
didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh
mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata
mereka di luar sekolah atau masyarakat.
IPA – SMP | 283
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena
tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen
tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi
dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan
berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula
asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang
dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah
saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi
peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan
akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik
dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari
asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya,
mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya.
Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist)
untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari
empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak
mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor
keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
D.
Jenis-jenis Asesmen Autentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas
tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan
dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan
dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat
pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa jenis
asesmen autentik disajikan berikut ini.
1.
Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta
para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan
untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru
dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan
naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian
berbasis kinerja:
IPA – SMP | 284
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
a.
Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa
atau tindakan.
b.
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa
baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
c.
Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 =
kurang sekali.
d.
Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.
Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik
sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkahlangkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk
suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.Keempat, fokus utama dari kinerja
yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari
kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan
berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat
mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan
wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud.
Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti
penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
•
Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
IPA – SMP | 285
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
•
Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan
atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
•
Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran
tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan
dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian
tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian
data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu,
pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus
dari guru.
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam
kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan
dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.
Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.
Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir
secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya
IPA – SMP | 286
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas,
kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.Penilaian secara analitik merujuk pada
semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara
holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang
dihasilkan.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalahkumpulan karya peserta didik secara
individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
IPA – SMP | 287
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang
lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri
dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai
yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi
pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya
alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap
terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk
esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extendedresponse) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada
bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru
untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks.
Daftar Pustaka
1. Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan
Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
2. Coutinho, M., & Malouf, D. (1993). Performance assessment and children with disabilities:
Issues and possibilities. Teaching Exceptional Children, 25(4), 63–67.
3. Cumming, J. J., & Maxwell, G. S. (1999). Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in
Education, 6(2), 177–194.
4. Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Autentik Sebagai Penilaian Proses Dan
Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi (Makalah disampaikan pada
In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara). Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha
IPA – SMP | 288
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
5. Gatlin, L., & Jacob, S. (2002). Standards-based digital portfolios: A component of authentic
assessment for preservice teachers. Action in Teacher Education, 23(4), 28–34.
6. Grisham-Brown, J., Hallam, R., & Brookshire, R. (2006). Using authentic assessment to
evidence children's progress toward early learning standards. Early Childhood Education
Journal, 34(1), 45–51.
7. Salvia, J., & Ysseldyke, J. E. (2004). Assessment in special and inclusive education (9th ed.).
New York: Houghton Mifflin.
8. Wiggins, G. (1993). Assessment: Authenticity, context and validity. Phi Delta Kappan, 75(3),
200–214.
IPA – SMP | 289
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO – 2.4/3.2
CONTOH PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA
Dalam American Librabry Association asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi
untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang
relevan dalam pembelajaran ( Sudarwan, 2013). Beberapa jenis asesmen autentik diantaranya
adalah penilaian kinerja, proyek, portofolio dan tertulis.
A. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task) siswa
dinilai melalui pengamatan menggunakan lembar pengamatan. Beberapa cara untuk merekam
hasil penilaian berbasis kinerja adalah melalui daftar cek (checklist), catatan anekdot/narasi
(anecdotal/narative records), skala penilaian (rating scale) dan memori atau ingatan (memory
approach) ( Sudarwan, 2013)
Contoh beberapa model lembar pengamatan dan rubrik penilaian kinerja siswa pada
pembelajaran IPA diantaranya:
1. Lembar Pengamatan Kegiatan Praktikum
Nama:……………
Kelas:………………..
Judul Praktikum: …………………..
NO
A
B
III
ASPEK KINERJA YANG DIHARAPKAN
PERSIAPAN
1. Menggunakan jas laboratorium
2. Membawa alat dan bahan praktikum
3. Membersihkan alat-alat yang akan digunakan
4. Mengecek kesiapan alat dan bahan
5. Membaca prosedur kerja
SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM
A. Menggunakan Alat dan Bahan
1. Mengambil bahan tidak berceceran
2. Mengambil bahan sesuai kebutuhan
3. Mengoperasikan alat dengan benar
4. Menggunakan alat dan bahan sesuai prosedur
B. Sikap
1. Fokus pada kegiatan praktikum
2. Aktif dalam melakukan praktikum
3. Bekerja sama dalam kelompok
KEGIATAN AKHIR PRAKTIKUM
1. Membersihan alat dengan baik
2. Membersihkan meja praktikum
3. Mengembalikan alat ke tempat semula
PENILAIAN
YA
TIDAK
KETERANGAN
IPA – SMP | 290
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Lembar pengamatan kegiatan penggunaan Mikroskop
Berilah tanda centang di bawah kolom skor:
5, jika siswa melakukan aspek keterampilan sangat tepat
4, jika siswa melakukan aspek keterampilan tepat
3, jika siswa melakukan aspek keterampilan agak tepat
2, jika siswa melakukan aspek keterampilan kurang tepat
1, jika siswa melakukan aspek keterampilan tidak tepat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aspek keterampilan
5
Jawaban
4 3 2
1
Persiapan
Membawa mikroskop
Meletakkan mikroskop di meja
Pelaksanaan
Mengatur cahaya
Mengatur posisi/kemiringan meja kerja
Menggunakan lensa/memutar revolver
Mengatur tubus/jarak kerja
Mengamati preparat
Menggambar
Penyelesaian
Membersihkan mikroskop setelah digunakan
Menyimpan mikroskop
B. Penilaian Sikap
Penilaian Sikap dulu dikenal sebagai penilaian afektif. Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung
jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan
kemampuan mengendalikan diri. Untuk menilai sikap, ada berbagai instrumen, contoh yang
sederhana untuk menilaia sikap siswa pada pembelajaran adalah sebagai berikut.
IPA – SMP | 291
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Contoh
1. Lembar pengamatan ranah afektif atau aspek merespon siswa pada kegiatan diskusi
kelompok
No Nama
Siswa
Mengajukan
pertanyaan
YA
TIDAK
Apek Yang Diniai
Menjawab
Mengemukakan
pertanyaan
gagasan sesuai
topik yang
dibahas
YA
TIDAK
YA
TIDAK
Menanggapi
gagasan
dengan sikap
yang santun
YA
TIDAK
Memberikan
solusi
YA
TIDAK
1
2
3
….
Dari data penilaian hasil pengamatan, guru dapat membuat deskripsi sikap siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran
2. Contoh lembar Pengamatan Perilaku Ilmiah
No
Aspek yang dinilai
3
1
Rasa ingin tahu (curiosity)
2
Ketelitian dan kehati-hatiandalam melakukan
percobaan
3
Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar dan
bekerja
baik
secara
individu
maupun
berkelompok
4
Keterampilan berkomunikasi pada saat belajar
2
1
Keterangan
Rubrik Penilaian Perilaku
No
1.
Aspek yang
dinilai
Menunjukkan
rasa ingin tahu
Rubrik
3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias, aktif dalam
dalam kegiatan kelompok
2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias, dan
baru terlibat aktif dalam kegiatan kelompok ketika disuruh
1: tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan, sulit terlibat aktif
IPA – SMP | 292
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
No
Aspek yang
dinilai
Rubrik
dalam kegiatan kelompok walaupun telah didorong untuk terlibat
3
4
Ketelitian dan
hati-hati
4. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, hati-hati dalam
melakukan percobaan
2. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hati-hati dalam
melakukan percobaan
1. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hati-hati dalam
melakukan percobaan
Ketekunan dan
tanggungjawab
dalam belajar
dan bekerja baik
secara individu
maupun
berkelompok
Berkomunikasi
3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bisa
dilakukan, berupaya tepat waktu.
2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, namun belum
menunjukkan upaya terbaiknya
1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas, dan
tugasnya tidak selesai
3. aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukaan gagasan atau ide,
menghargai pendapat siswa lain
2. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan atau
ide, menghargai pendapat siswa lain
1. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide,
kurang menghargai pendapat siswa lain
C. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus
diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud
berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data
Pada kurikulum 2013 ada bebrapa kompetensi dasar yang pencapaiannya
penilaian proyek, contoh KD Kelas VII
4.1
4.7
menggunakan
Membuat proyek miniatur jembatan atau bangunan dengan memanfaatkan konsep gaya
Menyajikan karya hasil perkembangbiakan pada tumbuhan
Ada beberapa aspek yang dapat dinilai mulai dari rancangan sampai produk. Sebagai contoh
misalnya guru akan menilai proyek siswa tentang pembuatan miniatur jembatan, maka aspek yg
dinilai meliputi:
Penilaian Rancangan :
Bahan jembatan yang akan digunakan, Alat/perkakas yang akan
digunakan dan Model atau gambar miniatur jembatan (dimensi-dimensi ukuran)
IPA – SMP | 293
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian Produk: Kekuatan miniatur jembatan,Efisisensi bahan,Ketepatan ukuran, dan Estetika
Contoh
Rubrik Penilaian Proyek Pembuatan Model Jembatan
No
1
2
3.
Aspek yang dinilai
Tahap persiapan (tepat = 2; tidak tepat = 1).
• Menuliskan tujuan penggunaan model jembatan
• Menggambar model jembatan
• Menuliskan bagian-bagian jembatan
• Memilih bahan-bahan untuk bagian-bagian model jembatan
• Menetapkan lebar dan panjang bentang model jembatan
• Menetapkan kekuatan gaya beban jembatan
• Memilih bahan untuk tiang penyangga
• Menghitung gaya kekuatan tiang penyangga
• Memilih bahan untuk rangka jembatan
• Menghitung gaya kekuatan rangka jembatan
• Memilih bahan untuk lantai jembatan
• Menghitung gaya kekuatan lantai jembatan
Skor
(8)
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
1–2
Bobot
20 %
Tahap pelaksanaan( tepat dan benar = 3; tepat = 2; tidak tepat = 1).
• Menguji bahan untuk tiang penyangga
• Menguji bahan untuk rangka jembatan
• Menguji bahan untuk lantai jembatan
• Menyusun tiang jembatan
• Menyusun rangka jembatan
• Menyusun lantai jembatan
• Merakit seluruh bagian-bagian jembatan
(12)
55%
Tahap Penutup(tepat dan benar = 3; tepat = 2; tidak tepat = 1).
• Menguji coba kekuatan jembatan
• Mendemonstrasikan penggunaan jembatan
• Mencatat saran/hal-hal yang diperlukandalamperbaikan
Total skor
1-2- 3
1-2- 3
1-2- 3
1-2- 3
1-2- 3
1-2- 3
1-2- 3
(10)
1–2
1–3
1–2
1–3
25%
30
IPA – SMP | 294
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh gambar rancangan jembatan yang dapat digunakan guru sebagai acuan penilaian
D.
Portofolio
Stiggin (1994) mendefinisikan portofolio sebagai sekumpulan hasil kerja peserta didik yang
menunjukkan peningkatan atau pencapaian peserta didik. Portofolio merupakan kumpulan hasil
kerja yang sengaja dibuat dan mencerminkan runtutan upaya peserta didik. Rustaman, N (2003)
mendefinisikan portofolio sebagai sekumpulan upaya, kemajuan atau prestasi peserta didik yang
terencana (memiliki tujuan) pada bidang tertentu.
Terdapat aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam mengembangkan instrumen penilaian
portofolio, yaitu: a) usaha yang sengaja dilakukan, terencana dan memiliki tujuan; b) dokumen
(produk) sebagai bukti; c) tingkat perkembangan; d) kemampuan menilai diri/refleksi; e) dilakukan
pada rentang waktu tertentu. Kelima dimensi portofolio tersebut merupakan landasan dasar
dalam mengembangkan item dan rubrik penilaian portofolio.
Contoh:
Guru ingin menilai kemampuan siswa menyanyikan data/informasi dari berbagai sumber
Contoh KD yang terkait:
4.8 Menyajikan data, informasi, dan mengusulkan ide pemecahan masalah untuk menghindari
terjadinya penyalahgunaan zat aditif dalam makanan dan minuman serta zat adiktifpsikotropika
KD 4.8 tersebut merupakan pengembangan dari KD:
3.10 Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (segar dan
dalam kemasan), dan zat adiktif-psikotropika serta pengaruhnya terhadap kesehatan
IPA – SMP | 295
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kemampuan siswa yang akan dinilai meliputi: mencari informasi dari berbagai sumber,
menyanyikan informasi/data, dan mengajukan gagasan-gagasan terkait masalah penyalahgunaan
zat aditif makanan dan zat adiktif-psikotoprika.
Protofolio untuk KD ini dapat dipisahkan yaitu tentang Zat Aditif pada makanan saja atau Zat
Adiktif – psikotropika saja.
Contoh Isi Portofolio yang dibuat siswa pada materi Zat Aditif pada Makanan:
•
•
•
•
Deskripsi singkat pengetahuan faktual (konsep) tentang zat aditif makanan
Data penyalahgunaan zat aditif makanan
Contoh kasus akibat penyalahgunaan zat aditif makanan
Gagasan-gagasan siswa untuk menghindari penyalahgunaan zat aditif makanan
Tugas siswa
1. 1. Carilah informasi atau data mengenai penggunaan zat aditif makanan kasus-kasus akibat
penyalahgunaan zat aditif makanan dan solusi atau gagasan kalian untuk menghindari
penyalahgunaan zat aditif makanan
2. Lakukan tugas ini dalam waktu dua minggu
3. Buatlah dokumen portopolio, dokumen berisikan:
a. Rangkuman mengenai zat aditif makanan
b. Informasi atau data penyalahgunaan zat aditif makanan
b. Informasi atau data kasus penyalahgunaan zat aditif makanan
c. Saran/solusi/gagasan untuk menghindari penyalahgunaan zat aditif makanan dan zat
adiktif-psikotoprika
1. Buatlah laporan rencana, proses , dan kemajuan dengan format berikut
IPA – SMP | 296
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Format 1. Lembar Catatan Tujuan Belajar
Peserta didik
Lembar Catatan Tujuan Belajar Peserta didik
Format 2. Lembar catatan proses kegiatan
siswa
A.
Catatan Nilai Aktivitas Peserta didik
selama proses kegiatan
Nama
: ..................
Tanggal
: ..................
Minggu ke-
Nama
: ………………
Minggu ke-
: ............
: 1 2
Selama dua minggu ini, Saya ingin menguasai hal-hal
sebagai berikut:
1.
Nama
Aktivitas
Skor
Dari
Total
%
Nilai
2.
3.
Format 3. Lembar Penilaian Diri
Format 4. Lembar Penilaian Ringkasan Bab
Penilaian Diri
Ringkasan
Nama Peserta didik : …………………
Nama : ………………
Apakah saya telah membuat:
Judul
Rangkuman materi zat aditif makanan
Berikut ini adalah ringkasan mengenai isi bab
: ………………
tentang zat aditif makanan –
Data/informasi tentang penyalahgunaan zat aditif
makanan
Contoh kasus zat aditif makanan
Gagasan untuk menghidari penyalahgunaan zat aditif
makanan
..............................................................................
..............................................................................
....................................
Hal-hal apa saja dari bab yang telah saya
pelajari dapat membantu saya baik sebagai
seorang peserta didik kelas IPA maupun
sebagai peserta didik dari sekolah saya?
Apakah saya puas dengan tugas saya?
IPA – SMP | 297
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Rubrik Penilaian
Format5. Lembar Komunikasi dan Penilaian
Portofolio
B.
Panduan Komunikasi dan Penilaian Portofolio
Peserta didik
: …………………..
Periode Penilaian : …………………..
Tanggal
Format.6. Rubrik Analisis Penilaian Portofolio Dimensi
Tujuan
Dimensi: Penetapan Tujuan
Definisi: Peserta didik menetapkan tujuan yang realistik dan positif
berdasarkan tingkatan usia, kelas dan kemampuannya.
Melaksanakan prosedur-prosedur untuk pencapaian tujuan
: …………………..
Tingkat
pencapaian
Istimewa (4)
Pertanyaan 1: ‘Gunakanlah portofolio sebagai bukti,
tunjukkanlah seberapa banyak kamu telah mencapai
Cakap (3)
Magang (2)
tujuan yang kamu tetapkan selama periode penilaian
(misalkan 1 minggun, 2 minggu) .
Pemula (1)
Komentar Guru:
Tidak dapat
diterima (0)
Format7.Rubrik Analisis Penilaian
Portofolio Dimensi Perkembangan dan
Pencapaian
Definisi: peserta didik menunjukkan peningkatan dan
perkembangan berbagai konsep dan keterampilan.
Kemajuan bersesuaian dengan tujuan program
instruksional
Tingkat
pencapaian
Istimewa
(4)
Cakap (3)
Magang (2)
Pemula (1)
Tidak
dapat
diterima
(0)
Deskripsi
Peserta didik menampilkan unjuk kerja
yang sangat baik secara konsisten atau
bahkan terus meningkatkan unjuk
kerjanya.
Peserta didik menampilkan unjuk kerja
yang baik serta menunjukkan peningkatan
secara umum atau setidaknya konsisten
dengan unjuk kerjanya.
Peserta didik menampilkan sedikit unjuk
kerja yang baik serta terdapat beberapa
ketidak-konsistenan.
Unjuk kerja peserta didik kurang baik dari
waktu ke waktu atau unjuk kerjanya
benar-benar tidak konsisten
Tidak ada upaya untuk menampilkan
pertumbuhan dan pencapaian.
Tujuan mudah dicapai dan
perkembangannya terarah. Melaksanakan
beberapa prosedur untuk mencapai tujuan.
Tujuan dan proses-proses pencapaiannya
realistik
Beberapa tujuan dan proses pencapaian
cukup positif dan realistik namun
tingkat pertumbuhannya sedikit disebutkan
Tujuan belum terfokus pada aspek tertentu
dan sifatnya tidak realistis dengan
Format8. Rubrik Analisis Penilaian Portofolio
Dimensi Penilaian Diri
Rubrik Analisis Penilaian Portofolio
Rubrik Analisis Penilaian Portofolio
Dimensi: Perkembangan dan Pencapaian
Deskripsi
Dimensi: Refleksi/Penilaian Diri
Definisi: Peserta didik mencantumkan informasi yang menunjukkan
berbagai jenis refeleksi. Pertimbangan didasarkan pada unjuk kerja
yang baik/buruk. Keyakinan dan unjuk kerja bersesuaian.
Tingkat
pencapaian
Istimewa
(4)
Cakap (3)
Magang (2)
Pemula (1)
Tidak
dapat
diterima
(0)
Deskripsi
Menyediakan contoh refleksi/penilaian diri
termasuk di dalamnya berbagai dokumen dan
pertimbangan (judgement) terutama mengenai
aspek kekuatan dan kelemahan dalam
menyelesaikan tugas.
Memuat sejumlah contoh refleksi/penilaian diri
dan beberapa penjelasan mengenai kekuatan dan
kelemahan
Memuat beberapa contoh refleksi/penilaian diri.
Sedikit sekali penjelasan mengenai kekuatan dan
kelemahan yang ditampilkan.
Sedikit sekali bukti-bukti yang tersedia mengenai
refleksi/penilaian diri, pertimbangan dan
dokumentasi sangat terbatas. Tidak terlalu
memunculkan kekuatan dan kelemahan
Tidak terdapat bukti refleksi/penilaian diri.
IPA – SMP | 298
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Format.9. Rubrik Analisis Penilaian Portofolio
Rubrik analisis Penilaian Portofolio
Dimensi
: Item-item kerja (Dokumen Pilihan Peserta didik)
Definisi
: Peserta didik menjelaskan bagaimana item kerja tertentu
mendukung tiga dimensi utama portofolio. Pertumbuhan dan
Pencapaian, Penetapan Tujuan dan Refleksi/Penilaian Diri.
Tingkat
pencapaian
Istimewa (4)
Cakap (3)
Magang (2)
Pemula (1)
Tidak dapat
diterima (0)
Deskripsi
Semua aspek tercantum. Hubungan antar item dan antara
satu dimensi dengan dimensi lainnyajelas. Item berfungsi
sebagai pendukung kuat bukti yang ada.
Semua aspek tercantum. Menunjukkna hubungan antar item
dan dimensi yang ada. Item berfungsi sebagai pendukung
bukti yang ada.
Semua aspek tercantum. Hubungan antara item dengan
dimensi tdak begitu jelas. Item berfungsi mungkin sebagai
pendukung bukti.
Ada satu item yang hilang. Item yang tercantum terlihat tidak
berhubungan dengan dimensi dan hanya tersedia atau
bahkan tidak ada pendukung bukti.
Tidak tercantum satu aspek apapun atau banyak item yang
E. Tes Tertulis
Di dalam pembelajaran IPA soal tes sebaiknya menerapkan Literasi sains. Literasi sains
merupakan unsur kecakapan hidup yang harus menjadi hasil kunci ( key outcome) pendidikan
anak hingga berusia 15 tahun ( Nuryani. 2004). Oleh karena itu Literasi sains merupakan salah
satu domain dalam PISA (Programme for International Student Assessment). Disertakan literasi
sains dalam PISA mengingat pentingnya kemampuan ini untuk hidup di masa depan baik sebagai
individu maupun sbagai anggota masyarakat. Tes tertulis pada penilaian autentik dapat berupa
tes berbentuk uraian atau pilihan ganda seperti contoh pada PISA yang umumnya meminta siswa
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS.
Contoh Soal HOTS pada pembelajaran IPA SMP adalah sebagai berikut
Soal Uraian
Topik
Indikator
:
:
Kata kerja operasional
Soal
:
Pengukuran
Disajikan diagram skala pada alat ukur, peserta didik
dapat menjelaskan cara membaca skala pada alat ukur
Menganalisis dan menyimpulkan
Perhatikan kedua alat ukur berikut!
a. Diagram menunjukkan skala pada alatukur.
IPA – SMP | 299
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
a.Jelaskansatuan beratyang ditampilkanpadaskala!
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………….
b. Diagram menunjukkan sebagian dari penggaris.
Bagaimana cara membaca ukuran yang ditunjukkan tanda panah?
……………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………
Topik
Indikator
Ranah Kognitif
Kata kerja operasional
: Peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
: Disajikan diagram pemanfaatan perubahan energidalam
kehidupan sehari-hari, peserta didik dapat menjelaskan proses
perubahan energinya
: Analisis
: Menganalisis dan mengaitkan
IPA – SMP | 300
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Soal
Perhatikan diagram perubahan energi yang dimulai dari pemanasan air sampai menjadi listrik
untuk rumah-rumah berikut ini.
Sumber: BBC-KS3
1.
2.
3.
4.
Jelaskan masing-masing proses pada diagram tersebut!
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….……..
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
IPA – SMP | 301
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Soal Pilihan Ganda
Topik
Indikator
:
:
Kata kerja operasional
:
Fotosintesis
Disajikan gambar percobaan fotosintesis, peserta didik
dapat menentukan percobaan yang tepat
Membandingkan, menafsirkan dan menyimpulkan
Soal:
Empat orang peserta didikyang bernama Juli, Poppy, Parmin dan Anang menyelidiki
apakahtanamanmembutuhkancahayauntukbertahan hidup. Masing-masingmenanam tanaman
yang sama dalam kondisi yang berbeda seperti yang tertera pada gambar berikut.
Juli
Poppy
Semua tanaman disimpan dalam
keadaan gelap sepanjang waktu
Parmin
Sebagian tanaman disimpan dalam keadaan
gelap sepanjang waktu
Sebagian tanaman disimpan dalam
cahaya normal di siang hari
Semua tanaman disimpan dalam cahaya
normal di siang hari
Anang
Sebagian tanaman disimpan dalam cahaya
normal di siang hari
Sebagian tanaman disimpan dalam cahaya
buatan
Diantara ke empat peserta didik, siapa yang melakukan percobaan dengan variabel kontrol
yang tepat?
A. Juli
B. Poppy
C. Parmin
D. Anang
IPA – SMP | 302
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Topik
Indikator
Reaksi Kimia
Disajikan data resep pembuatan dua macam produk
campuran,peserta didik dapat menentukan cara-cara yang
tepat sesuai dengan produk yang diinginkan
Menganalisis dan menyimpulkan
:
:
Kata kerja operasional
:
Soal
Untuk soal No. 1 dan 2 bacalah teks berikut!
ADONAN ROTI
Untuk membuat adonan roti, juru masak
mencampur tepung, air, garam dan ragi. Sesudah
dicampur adonan disimpan didalam wadah
selama beberapa jam untuk proses fermentasi.
Selama fermentasi terjadi perubahan kimia pada
adonan.Ragi merupakan jamur bersel satu yang
membantu mengubah amilum dan gula dalam
tepung menjadi karbón dioksida dan alkohol.
1. Fermentasi menyebabkan adonan roti mengembang. Mengapa adonan mengembang?
A. Sebab alkohol yang dihasilkan berubah menjadi gas
B. Sebab selama fermentasi dihasilkan gas karbon dioksida
C. Sebab fermentasi mengubah air menjadi uap air
D. Sebab gula dalam adonan berubah menjadi gas
2. Beberapa jam setelah mencampur adonan. Juru masak menimbang dan mengamatinya.
Ternyata berat adonan roti berkurang.
Perhatikan gambar empat percobaan berikut.
Mula-mula disimpan adonan roti dengan berat yang sama.
Pilihlah dua eksperimen yang harus dibandingkan juru masak untuk menentukanbahwa ragi
menyebabkan berat adonan berkurang?
(1)
(2)
(3)
(4)
Sumbat
Stoples
Tepung,
air, garam,
tepung,
air.
ragi
garam.
tanpa
ragi
tepung, air.
garam. ragi
Neraca
Neraca
tepung, air.
garam
tepung, air.
garam. ragi
Neraca
Neraca
A. 1 dan 2.
B. 2 dan 4.
C. 3 dan 4.
D. 2 dan 3
IPA – SMP | 303
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Topik
Indikator
:
:
Pengukuran dasar
Disajikan grafik hubungan waktu dengan jarak, peserta
didik dapat menentukan jarak atau waktu yang
digunakan berdasarkan data grafik
Menganalisis dan menyimpulkan
Kata kerja operasional
:
Soal :
Grafik berikut menunjukkan perjalanan Tristan menggunakan sepeda dari rumahnya ke rumah
temannya.
Jarak (km)
Waktu (menit)
1. Berapa km jarak dari rumah Tristan
ke rumah temannya?
A.
B.
C.
D.
2
5
9
18
2. Diperjalanan Tristan berhenti untuk istirahat, berapa lama dia beristirahat?
B.
C.
D.
E.
1.0 menit
1.5 menit
2.0 menit
9,0 menit
3. Diantara waktu yang mana kecepatan perjalanan Tristan?
A.
B.
C.
D.
0.0
9.0
10.5
15 .0
–
–
–
–
9.0 menit
10.5 menit
15.0 menit
18.0 menit
Setelah Anda mempelajari contoh-contoh penilaian Autentik, silahkan melengkapi RPP
yang telah Anda susun dengan pelilaian autentik yang sesuai dengan materi ajar/topic ,
KD dan indicator pencapaian kompetensi
IPA – SMP | 304
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
Arifin. Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran, Prinsip Teknik Prosedur. Edisi ke 4. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Eli & Yayu. ( 2012) Penilaian Sikap. Modul Program BERMUTU. PPPPTK IPA
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Asesmen_pendidikan_IPA.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404171999032ANA_RATNAWULAN/handout_-penilaian_kinerja_dan_portofolio.pdf
Indrawati & Poppy. ( 2012) Penyusunan Kisi-kisi Alat Evaluasi untuk Aspek Afektif. PPPPTK IPA
Indrawati & Arief (2012) Penilaian Psikomotor Pada Pembelajaran IPA. Modul Program BERMUTU.
PPPPTK IPA
Kementerian Pendidikan Nasional. 2013. Kompetensi Dasar SMP/MTs, Jakarta
Poppy & Erli ( 2012). Penilaian Kognitif HOTS pada Pembelajaran IPA. Modul Program BERMUTU.
PPPPTK IPA
Stiggins, Richard J., (1994). Student-Centered Classroom Assesment. New York : Merrue an Imprint
of Macmillan College Publishing Co.
IPA – SMP | 305
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 2.5 ANALISIS BUKU GURU DAN BUKU SISWA
Langkah Kegiatan Inti
Kerja
Kelompok
menilai
buku siswa
dan buku
guru
Menilai Buku
Diskusi
Kelompok
Pemaparan
Cara Menilai
Buku
20 Menit
40 Menit
20 Menit
80 Menit
Menyimpulkan
Presentasi
Kerja
Kelompok
Diskusi
Kelompok
15 Menit
30 Menit
30 Menit
30 Menit
Menilai Buku
Peserta menilai buku sesuai dengan pengetahuannya dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan,
dan kedalaman materi
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan pemaparan cara menganalisis buku
guru dan buku siswa dengan menggunakan PPT-2.5
Kesimpulan
Menyimpulkan hasil diskusi tentang dan menyampaikan format lembar kerja yang telah disiapkan.
Kerja kelompok
Kerja kelompok menganalisis kesesuaian buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan
KD dengan menggunakan LK-2.5-1 dan LK -2.5-2.
IPA – SMP | 306
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar IPA Terpadu, serta
strategi evaluasi yang diintegrasikan dalam buku.
Kerja kelompok
Kerja kelompokmembuat contoh-contoh penerapan materi pelajaran yang terdapat dalam buku
guru dan buku siswa pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
Presentasi
Presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
Kesimpulan
Fasilitatordan peserta menyimpulkan materi analisis buku.
IPA – SMP | 307
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 308
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 309
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 310
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
LK–2.5-1
ANALISIS BUKU GURU
PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU
Kompetensi:
1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.
2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.
Tujuan:
1. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.
2. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.
3. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientificdan penialain autentik.
4. Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .
Panduan kegiatan:
1. Kerjakanlah secara berkelompok!
2. Pelajari format Analisis Buku Guru
3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan silabus mata pelajaran!
4. Cermatilah buku guru yang berisi strategi penyajian pembelajaran sesuai dengan buku siswa
serta informasi lainnya
5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia
6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis yakni :
a.Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran.
b. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut
yang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.
IPA – SMP | 311
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
FORMAT ANALISIS BUKU GURU
Judul buku
: .....................................................................................................
Kelas
: ....................................................................................................
Jenjang
: .....................................................................................................
Tema
: .....................................................................................................
HASIL ANALISIS
NO.
ASPEK YANG DIANALISIS
1.
2.
3.
4.
Kesesuaian dengan SKL
Kesesuaian dengan KI
Kesesuaian dengan KD
Kecukupan materi
- Cakupan
konsep/materi esensial
- Ditinjau dari alokasi
waktu
Kedalaman materi
pengayaan
- Ditinjau dari pola pikir
keilmuan
- Ditinjau dari
karakteristik siswa
Informasi pembelajaran
sesuai Standar Proses
Informasi penyajian
pembelajaran IPA sesuai
dengan konsep
pembelajaran Terpadu
Informasi penyajian
pembelajaran sesuai
dengan penerapan
pendekatan scientific
Instrumen penilaian
autentik dan bahan
remedial teaching
Kolom interaksi antara guru
dengan orang tua
5.
6.
7.
8.
9.
10
TIDAK SESUAI
SESUAI
SEBAGIAN
SESUAI
TINDAK
LANJUT HASIL
ANALISIS
IPA – SMP | 312
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
LK–2.5-2
ANALISIS BUKU SISWA
PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA
Kompetensi
1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.
2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.
Tujuan
1. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.
2. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.
3. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientificdan penialain autentik.
4.
Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .
Panduan Kegiatan
1. Kerjakanlah secara berkelompok!
2. Pelajari format Analisis Buku Sswa!
3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!
4. Cermatilah buku siswa yang sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!
5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!
6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut!
a. Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran.
b. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut
yang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.
IPA – SMP | 313
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
FORMAT ANALISIS BUKU SISWA
Judul buku
: .....................................................................................................
Kelas
: ....................................................................................................
Jenjang
: .....................................................................................................
Tema/Topik
: .....................................................................................................
HASIL ANALISIS
NO.
ASPEK YANG DIANALISIS
1.
Kesesuaian dengan SKL
2.
Kesesuaian dengan KI
3.
Kesesuaian dengan KD
4.
Kesesuaian materi dengan
tema
5.
Keterpaduan antar konsep
atau topik
6.
Kecukupan materi
Tidak
sesuai
Sesuai
sebagian
Sesuai
TINDAK LANJUT
HASIL ANALISIS
- Ditinjau dari cakupan
konsep/materi esensial
- Ditinjau dari alokasi waktu
7.
Kedalaman materi
- Ditinjau dari pola pikir
keilmuan
- Ditinjau dari karakteristik
siswa
8.
Penerapan pendekatan
Scientific
9.
Penilaian autentik yang
tersedia dalam buku siswa
IPA – SMP | 314
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R–2.5
RUBRIK
PENILAIAN HASIL ANALISIS BUKU
GURU DAN SISWA
Rubrik penilaian analisis buku guru dan buku siswa digunakan fasilitator untuk menilai hasil
analisis peserta terhadap buku guru dan buku siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Langkah-langkah penilaian hasil analisis.
6. Cermati format penilaian analisis buku guru atau buku siswa serta hasil analisis peserta
yang akan dinilai!
7. Berikan nilai pada setiap aspek yang dianalisis sesuai dengan penilaian Anda terhadap hasil
analisis peserta menggunakan rentang nilai sebagai berikut!
KRITERIA
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik (A)
90 ≤ A ≤ 100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis
Kurang (K)
K < 60
Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa
dilaksanakan
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis
8. Setelah selesai penilaian masing-masing komponen, jumlahkan nilai seluruh komponen
sehingga menghasilkan nilai hasil analisis buku guru/siswa.
IPA – SMP | 315
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN
PEMBELAJARAN
3.1. Penyusunan RPP
3.2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar
IPA – SMP | 316
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 3: MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1.
2.
B.
LINGKUP MATERI
1.
2.
C.
Penyusunan RPP.
Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.
INDIKATOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
D.
menyusun RPP yang menerapkan pendekatan scientific sesuai model belajar yang
relevan dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, maupun intelektual; dan
merancang penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
Menunjukkan sikap tanggung jawab dan kreatif dalam menyusun RPP.
Mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP.
Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI dan KD; Standar Proses; dan pendekatan
scientific.
Menelaah RPP.
Menunjukkan sikap tanggung dan kreatif dalam menyusun rancangan penilaian autentik.
Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
Menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran.
Menelaah rancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang ada dalam
RPP.
Merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.
PERANGKAT PELATIHAN
1.
Bahan Tayang
a. Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan
scientific dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
b. Panduan tugas telaah RPP.
c. Panduan tugas menelaah rancangan penilaian pada RPP.
2.
Lembar KerjaTelaah RPP
3.
ATK
IPA – SMP | 317
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATA DIKLAT:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
8 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
IPA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta
15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan
bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
3.1 Penyusunan RPP
205 Menit
Saling menilai RPP yang dibawa setiap peserta.
15 menit
Menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh
fasilitator.
10 Menit
Diskusi rambu-rambu penyusunan RPP yang mengacu pada
Standar Proses dan pendekatan scientific, dilanjutkan dengan
paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP
Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan Scientific dengan
mengggunakan PPT-3.1.1 dan Panduan Tugas Telaah RPP
dengan menggunakan PPT-3.1.2 oleh fasilitator yang disisipkan
dalam kegiatan diskusi tersebut.
40 Menit
Kerja kelompok untuk menyusun RPP IPA yang sesuai dengan
SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan pendekatan scientific
(terutama KD di awal semester 1).
80 Menit
IPA – SMP | 318
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diskusi format telaah RPP dengan mengacu pada bahan tayang
PPT-3.1.2.
20 Menit
Kerja Kelompok untuk menelaah RPP yang disusun kelompok
lain dengan menggunakan LK-3.1/3.2.
35 menit
ICE BREAKER
5 Menit
3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
120 Menit
40 Menit
Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam
bentuk tes dan nontes termasuk portofolio, dilanjutkan dengan
pemaparan oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan Penilaian
Autentik pada Pembelajaran IPA menggunakan PPT 2.2/3.2, dan
Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan
menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi
tersebut.
KEGIATAN
PENUTUP
Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian
autentik pada pembelajaran IPA menggunakan HO-2.2/3.2.
30 Menit
Kerja kelompok untuk menelaah dan merevisi rancangan
penilaian autentik pada RPP yang telah disusun berdasarkan
panduan tugas menelaah rancangan penilaian
25 Menit
Presentasi hasil kerja kelompok (sampel)
20 Menit
ICE BREAKER
5 Menit
Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan
Pembelajaran.
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
IPA – SMP | 319
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 3.1 PENYUSUNAN RPP
Langkah Kegiatan Inti
Tugas Individu:
Saling menilai
RPP
15 Menit
Menyimpulkan
hasil penilaian
RPP
Diskusi
Kerja Kelompok
Menyusun RPP
10 Menit
40 Menit
60 menit
Presentasi
Revisi RPP
Kerja Kelompok
Menelaah RPP
20 Menit
20 Menit
30 Menit
Diskusi Format
telaah RPP
15 menit
Menilai RPP
Menilai RPP Peserta Lain
a.
Setiap peserta diwajibkan membawa 2 (dua) set RPP yang telah digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu.
b.
RPP tersebut dikumpulkan kepada instruktur untuk kemudian dibagikan kembali ke peserta
untuk dinilai oleh peserta lainnya dengan menggunakan acuan pengetahuan masing-masing
peserta
c.
Hasil penilaian dituliskan langsung pada halaman depan RPP
Hasil penilaian dipresentasikan oleh peserta yang ditunjuk instruktur. Peserta lainnya
menyampaikan hasil penilaian yang tidak sama dengan peserta lainnya. Instruktur mencatat hasil
penilaian yang dilaporkan peserta.
IPA – SMP | 320
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Menyimpulkan hasil penilaian
Peserta menyimpulkan hasil penilaian RPP secara umum dan mencatat hal-hal yang harus
diperbaiki dipandu oleh Instruktur.
Diskusi rambu-rambu penyusunan RPP
Diskusi rambu-rambu penyusunan RPP IPA Terpadu yang mengacu pada Standar Proses dan
pendekatan scientific.
Paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses dan
Pendekatan scientific dengan mengggunakan PPT-3.1.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Kerja Kelompok
Kerja kelompokuntuk menyusun RPP IPA Terpadu yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar
Proses; dan pendekatan scientific (terutama KD di awal semester 1).
Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahan tayangPPT-3.1.
Kerja Kelompok
Kerja Kelompokuntuk menelaah RPP yang disusun kelompok lain dengan menggunakan LK3.1/3.2.
Revisi RPP
Merevisi RPP yang telah ditelaah kelompok lain menggunakan format telaah RPP
Presentasi
Mempresentasikan RPP yang diwakili oleh satu kelompok
IPA – SMP | 321
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 322
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 323
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 324
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 325
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 326
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 327
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
CONTOH RPP IPA
HO- 3.1.2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Topik
Sub Topik
Alokasi Waktu
:
:
:
:
:
:
Sekolah Menegah Pertama
IPA
Semester I
Perubahan Benda-benda di Sekitar Kita
Bagaimana Cara Memisahkan Campuran
6 X 40 menit ( 3 kali tatap muka)
A. KOMPETENSI DASAR
1.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
1.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab dalam aktivitas sehari-hari
3.5 Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari
4.6 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia zat
B. INDIKATOR
1. Mengidentifikasi perangkat alat percobaan pemisahan campuran dengan metode filtrasi,
evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dan kromatografi
2. Menjelaskan prinsip pemisahan campuran pada setiap metode berdasarkan data
percobaan
3. Terampil melakukan pemisahan campuran dengan metode metode filtrasi, evaporasi,
kristalisasi, sublimasi, destilasi, dan kromatografi
4. Mengidentifikasi contoh pemanfaatan pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari
5. Menjelaskan proses penjernihan air dengan metode pemisahan campuran
6. Memisahkan bahan-bahan yang masih dapat digunakan menggunakan metode pemisahan
campuran
7. Memiliki rasa ingin tahu, teliti, dan peduli lingkungan melalui diskusi, kerja kelompok, dan
melakukan praktikum pemisahan campuran
8. Menunjukkan ketekunan, tanggung jawab, saling menghargai dalam kegiatan belajar dan
bekerja baik secara individu maupun berkelompok
9. Menjaga kehidupan dalam ekosistem dari bahan kimia berbahaya dengan melakukan
pemisahan limbah sebelum membuang ke lingkungan.
10. Membuat alat penjernihan air dari alat sederhana menggunakan metode pemisahan
campuran
IPA – SMP | 328
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kajian LKS, siswa dapat mengidentifikasi alat-alat untuk percobaan pemisahan
campuran dengan metode filtrasi, evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dekantasi
dan kromatografi
2. Mengembangkan keterampilan memisahkan campuran melalui praktikum pemisahan
campuran dengan metode filtrasi, evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dekantasi
dan kromatografi
3. Siswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip dan metode pemisahan campuran metode
filtrasi, evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dekantasi dan kromatografi melalui
diskusi data hasil percobaan
4. Siswa dapat menjelaskan pemanfaatan metode pemisahan campuran dalam kehidupan
sehari-hari melalui diskusi kelompok
5. Siswa dapat merancang dan membuat alat penjernihan air mengunakan metode
pemisahan campuran
6. Mengembangkan perilaku rasa ingin tahu, teliti, jujur, tekun, tanggungjawab, saling
menghargai pendapat melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok
7. Siswa dapat menerapkan prinsip-prinsip pemisahan campuran untuk menjaga lingkungan
dalam kehidupan sehari-hari setelah mengikuti pembelajaran
D. MATERI
1. Metode Pemisahan Campuran
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia
yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni
dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui
keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
2. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain adalah ukuran partikel, titik didih,
kelarutan, dan pengendapan
3. Jenis-jenis metode pemisahan campuran
a. Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat
dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring)
b. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran yang terdiri dari suatu zat yang
memiliki sifat dapat menyublim dengan zat yang tidak dapat menyublim
c. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut
dalam suatu larutan
d. Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan yang prinsipnya didasarkan pada perbedaan
IPA – SMP | 329
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
titik didih zat cair yang ada dalam campuran sehingga dapat dipisahkan pada saat
salah satu zat cair menguap lebih dahulu.
e. Evaporasi
Evaporasi merupakan metode pemisahan campuran dengan cara menguapkan
pelarut pada campuran
f. Kromatografi
Kromatografi merupakan metode pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel yang bercampur dalam suatu
mediumdiam ketika dialiri suatu medium yang bergerak
g. Dekantasi
Dekantasi merupakan metode pemisahan campuran zat cair dan zat padat dengan
cara mengendapkan endapan kemudian menuangkan cairan
E. PENDEKATAN/STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan
: Scientific
2.
: Diskusi dan Eksperimen
Metode
3. Model
: Discovery Learning
F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1.
Media
Charta , Komputer, LCD
2.
Alat dan Bahan
No.
1.
Jenis
Alat dan bahan praktikum Filtrasi
Jumlah
2 set
2.
3.
Alat dan bahan praktikum sublimasi
Alat dan bahan praktikum dekantasi
1 set
2 set
5
4.
Alat dan bahan praktikum evaporasi
Alat dan bahan praktikum kromatografi
1 set
1 set
5.
6
Alat dan bahan praktikum destilasi
Alat dan bahan praktikum kristalisasi
1 set
1 set
Nama dan alat praktikum sesuai dengan yang tertulis dalam LKS
3.
Sumber Belajar
a) Buku IPA SMP kelas VII, Puskurbuk 2013
b) LKS metode pemisahan campuran
c) Artikel metode pemisahan campuran
IPA – SMP | 330
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 JP)
Kegiatan
Pendahuluan
Langkah-langkah
Model Discovery
Menciptakan
Situasi (Stimulasi)
Alokasi
Waktu
Deskripsi Kegiatan
Pemusatan perhatian :
10 menit
- Guru memperlihatkan berbagai campuran misalnya air
campur pasir dan air campur tepung dan larutan garam
kemudian guru mengajukan pertanyaan seperti :
•
Diantara campuran ini mana dari campuran tersebut
yang merupakan campuran homogen dan
heterogen?
•
Bagaimana cara memisahkan komponen-komponen
di dalam campuran tersebut?
- Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari
metode pemisahan campuran
Kegiatan Inti
Pembahasan
Tugas
dan
Identifikasi
Masalah
-
Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan yaitu
eksperimen pemisahan campuran
dengan metode
filtrasi, dekantasi, evavorasi,
kristalisasi
-
Membagi siswa menjadi 10 kelompok
-
Melakukan percobaan pemisahan campuran metode
filtrasi, dekantasi , evaporasi, dan kristalisasi
-
Siswa mengamati percobaan dan mencatat data
pengamatan pada kolom yang tersedia pada LKS
Mengolah dan menganalisis data dari setiap percobaan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS
Diskusi kelompok untuk
mengkaji LKS pemisahan
campuran dengan metode
filtrasi, dekantasi,
evaporasi, kristalisasi dan mengidentifikasi konsep yang
harus diperoleh melalui percobaan
Observasi
Pengumpulan
data
Pengolahan data
dan analisis
Verifikasi
Generalisasi
-
Presentasi hasil percobaan
-
Membuat kesimpulan
tentang prinsip-prinsip dan
metode pemisahan campuran
Penutup
-
50 menit
Diskusi prinsip-prinsip pemisahan campuran berdasarkan
hasil data hasil percobaan
-
Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran
-
Siswa menjawab kuis tentang prinsip pemisahan
campuran
20
Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau
bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada
kelompok yang berkinerja baik
Pemberian tugas untuk mempelajari pemanfaatan
IPA – SMP | 331
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari dan
tugas baca pemisahan campuran dengan cara destilasi,
sublimasi dan kromatografi
Pertemuan Kedua ( 2 JP)
Kegiatan
Pendahuluan
Langkah-langkah
Model Discovery
Menciptakan
Situasi (Stimulasi)
Alokasi
Waktu
Deskripsi Kegiatan
Pemusatan perhatian :
10 menit
- Guru memperlihatkan larutan cuka 25% , alkohol 70 % dan
air teh.
- Guru mengajukan pertanyaan:
•
Bagaimana cara memisahkan komponen-komponen
di dalam campuran tersebut?
- Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari
metode pemisahan campuran yang akan dicoba.
Kegiatan Inti
Pembahasan
Tugas
dan
Identifikasi
Masalah
Observasi
Pengumpulan
data
Pengolahan data
dan analisis
Verifikasi
-
Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan yaitu
eksperimen pemisahan campuran
dengan metode destilasi, sublimasi, dan kromatografi
-
Membagi siswa menjadi 10 kelompok
-
Siswa mengidentifikasi konsep yang harus diperoleh
melalui percobaan
-
Melakukan percobaan pemisahan campuran metode
destilasi, sublimasi, dan kromatografi
Siswa mengamati percobaan dan mencatat data
pengamatan pada kolom yang tersedia pada LKS
Mengolah dan menganalisis data dari setiap percobaan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS
Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS pemisahan
campuran dengan metode destilasi, sublimasi, dan
kromatografi
-
Presentasi hasil percobaan
-
Membuat kesimpulan
tentang prinsip-prinsip dan
metode pemisahan campuran
Diskusi prinsip-prinsip pemisahan campuran berdasarkan
hasil data hasil percobaan
Generalisasi
Penutup
50 menit
-
Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran
-
Siswa menjawab kuis tentang prinsip pemisahan
campuran
20 menit
Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau
bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada
kelompok yang berkinerja baik
IPA – SMP | 332
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
-
Pemberian tugas untuk mempelajari pemanfaatan
pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari
Pertemuan Ketiga (2 JP)
Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
Alokasi
Waktu
Deskripsi Kegiatan
-
Pemusatan perhatian : Memperlihatkan gambar berbagai campuran 10 menit
yang dapat dipisahkan dengan metode pemisahan yang telah
dipelajari ( misalnya sampah dan air kotor)
-
Apersepsi: Memberikan pertanyaan tentang prinsip-prinsip pemisahan
campuran?
-
Motivasi : kalau dirumahmu air pompanya kotor, menurutmu metode
pemisahan campuran apa yang dapat dilakukan
-
Guru memberikan informasi tujuan dan manfaat
penerapan metode pemisahan campuran
-
Mencari informasi dan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi 60 menit
pemanfaatan metode pemisahan campuran dalam kehidupan seharihari
-
Penyamaan persepsi tentang pemanfaatan metode
campuran dalam kehidupan sehari-hari
-
Diskusi penerapan prinsip-prinsip pemisahan campuran dalam
kehidupan sehari-hari
-
Mencari informasi cara membuat alat pemurnian air sederhana dari
buku atau internet untuk membuat tugas proyek merancang dan
membuat alat penjernihan air.
-
Mereview hasil kegiatan pembelajaran
mempelajari
pemisahan
30 menit
Pemberian penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik
Siswa menjawab kuis tentang prinsip pemisahan campuran
Pemberian tugas kelompok untuk membuat alat penjernihan air
secara sederhana
H. PENILAIAN
1. Metode dan Bentuk Instrumen
Metode
Bentuk Instrumen
•
Sikap
•
Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik
•
Tes Unjuk Kerja
•
Tes penilaian kinerja metode filtrasi
•
Tes Tertulis
•
Tes Uraian dan Pilihan Ganda HOT
IPA – SMP | 333
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Contoh Instrumen
a.
Lembar Pengamatan Sikap
1.
Pengamatan Perilaku Ilmiah
No
Aspek yang dinilai
3
1
Rasa ingin tahu (curiosity)
2
Ketelitian
dan
kehati-hatian
melakukan percobaan
3
Ketekunan dan tanggungjawab dalam
belajar dan bekerja baik secara individu
maupun berkelompok
4
Keterampilan berkomunikasi pada saat
belajar
2
1
Keterangan
dalam
Rubrik Penilaian Perilaku
No
1.
2.
3
4
Aspek yang
dinilai
Rubrik
Menunjukkan
rasa ingin tahu
3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias, aktif
dalam dalam kegiatan kelompok
2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias,
dan baru terlibat aktif dalam kegiatan kelompok ketika
disuruh
1: tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan, sulit
terlibat aktif dalam kegiatan kelompok walaupun telah
didorong untuk terlibat
Ketelitian dan
3. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, hati-hati dalam
hati-hati
melakukan percobaan
3. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hatihati dalam melakukan percobaan
1. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hatihati dalam melakukan percobaan
Ketekunan dan 3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang
tanggungjawab
bisa dilakukan, berupaya tepat waktu.
dalam belajar
2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, namun
dan bekerja baik
belum menunjukkan upaya terbaiknya
secara individu
1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
maupun
tugas, dan tugasnya tidak selesai
berkelompok
Berkomunikasi
4. aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukaan gagasan
atau ide, menghargai pendapat siswa lain
3. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan
atau ide, menghargai pendapat siswa lain
1. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan
atau ide, kurang menghargai pendapat siswa lain
IPA – SMP | 334
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b.
Lembar Pengamatan Keterampilan Praktikum
Peniaian keterampilan metode pemisahan dengan filtrasi
No
1
2
2
I.
Keterampilan
yang dinilai
Cara melipat
kertas saring
Cara
menyimpan
kertas saring
pada corong
Cara
menuangkan
campuran pada
corong
Skor
3
Rubrik
-
2
Lipatan awal simetris,
Ukuran disesuaikan dengan corong,
Lipatan kedua ada ada perbedaan ukuran
Ujung lipatan disobek sedikit
Ada tiga aspek yang benar
Ada dua aspek yang benar
- Tinggi kertas saring pas dengan corong
- Rapat dengan corong
- Dibasahi air dahulu
Ada dua aspek yang benar
Ada satu aspek yang benar
- Campuran yang akan disaring dalam keadaan
homogen
- Campuran dialirkan perlahan melewati batang
pengaduk
- Posisi batang pengaduk tegak diatas batang
corong
- Campuran tidak melimpah dari corong
Ada 3 aspek yang benar
1
Ada 2 aspek yang benar
2
1
3
2
1
3
Instrumen soal Pengetahuan
Soal Uraian
1. Perhatikan gambar alat pemiahan campuran berikut.
a.
b.
c.
d.
Metode pemisahan campuran apa yang menggunakan perangkat pada gambar?
Jelaskan prinsip pemisahan campuran dengan metode tersebut!
Sebutkan nama masing-masing alat pada perangkat tersebut!
Jelaskan metode pemisahan campuan dengan perangkat alat tersebut!
IPA – SMP | 335
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Sekelompok siswa akan menyaring campuran air dengan bubuk merica . Cara apa yang paling
efektif untuk memisahkan air dengan bubuk merica? Sebutkan nama alat-alat yang digunakan
dan uraikan secara sistematis cara menyaringnya
3. Berikan 3 contoh metode pemisahan campuran yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari dan nama campurannya
4. Gambarlah rancangan alat penjernihan air dan jelaskan proses penjernihan air dengan
5. Pemisahan campuaran banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Carilah
contohnya dengan mengisi tabel berikut
Metode Pemisahan
Filtrasi
Destilasi
Kromatografi
Sublimasi
Evavorasi
Pemisahan Campuran
Dalam kehidupan sehari-hari
Dalam industri
Rubrik Penilaian Uraian
No
1
2
3
4
5
Uraian
Skor
Jika semua jawaban terjawab dengan benar
Jawaban a
Jawaban b
Jawaban c
Jika jawaban benar dan lengkap
Jika gambar benar dan baik, penjelasan proses benar
Jika terjawab semua dan benar
Total
15
5
10
15
15
20
20
100
Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang benar
1. Pemisahan campuran dengan alat seperti gambar berikut cocok untuk memisahkan ....
A.
B.
C.
D.
garam dapur dari air laut
gula pasir dari air teh
pasir dari air kotor
gula pasir dari garam
2. Air yang masuk ke dalam kondenser letaknya salah.Suatu campuran mengandung 3 macam
senyawa yaitu X, Y, Z yang masing-masing mendidih pada suhu 1000C, 560C, dan 250C. Jika
campuran itu dipisahkan dengan destilasi maka urutan senyawa yang keluar dari pendingin
adalah ....
A. X, Y dan Z
B. X, Z, dan Y
C. Y, X, dan Z
D. Z, Y, dan X
IPA – SMP | 336
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
3. Seorang siswa mencoba memisahkan etanol dan air menggunakan destilasi fraksional seperti
pada gambar berikut ini.
Kesalahan apa yang telah dilakukan oleh siswa tersebut?
termometer
air keluar
pendingin
air masuk
penampung
larutan
pemanas
A.
B.
C.
D.
Posisi termometer salah.
Penampung harusnya tidak tertutup.
Campuran alkohol dan air terlalu penuh
Mengalirkan air pada pendingin liebig terbalik
4. Suatu zat X meleleh pada temperatur 53°C dan mendidih pada 100°C. Zat X tidak larut dalam
air . Gambar manakah yang sesuai untuk memisahkan zat X dari campurannya ?
A.
B.
C.
D.
5. .
Perhatikan kromatogram dari tinta di samping.
Diantara empat warna tersebut yang muncul terahir
adalah warna ....
A. Biru
B. Jingga
C. Merah
D. Hijau
Kunci Jawaban Pilihan Ganda
1
C
2
D
3
B
4
C
5
A
IPA – SMP | 337
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Rubrik Penilaian Uraian
No
1
Uraian
Skor
Jika semua jawaban terjawab dengan benar
2
15
Jawaban a
5
Jawaban b
10
Jawaban c
15
3
Jika jawaban benar dan lengkap
15
4
Jika gambar benar dan baik, penjelasan proses benar
20
5
Jika terjawab semua dan benar
20
Total
100
Contoh Kriteria dan Rubrik Penilaian Proyek Membuat Penjernihan Air
a. Kriteria Penilaian Proyek Membuat Penjernihan Air
Topik
:
Nama Proyek
:
Waktu Pelaksanaan :
Nama Peserta didik :
Kelas
:
No.
1
2
3
Format Penilaian Proyek
Aspek
Perencanaan:
b. Persiapan alat dan bahan
c. Rancangan :
- Gambar Rancangan
- Alur kerja dan deskripsi
- Cara penggunaan alat
Produk :
- Bentuk Fisik
- Inovasi
Laporan
- Kebermanfaatan Laporan
- Sistematika Laporan
- Penulisan Kesimpulan
TOTAL SKOR
Skor
30
50
20
100
IPA – SMP | 338
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b. Rubrik Penilaian Proyek Membuat Penjernihan Air
No.
1
Aspek
Perencanaan:
Persiapan alat dan bahan
10.
6.
Rancangan :
§ Gambar Rancangan
§ Alur kerja dan deskripsi
§ Cara penggunaan alat
2.
20.
10.
5.
2
Bentuk Fisik Produk
30.
20.
10.
Inovasi Produk:
20 .
10.
3
Laporan
§ Kebermanfaatan
Laporan
§ Sistematika Laporan
§ Kesimpulan
20.
10.
5.
Rubrik
Jika alat dan bahan lengkap dan sesuai
dengan gambar rancangan yang dipersiapkan
Jika alat dan bahan lengkap tetapi kurang
sesuai dengan gambar rancangan yang
dipersiapkan
Jika alat dan bahan kurang lengkap
Jika rancangan terdapat gambar rancangan,
alur kerja dan cara penggunaan alat yang
sesuai
Jika rancangan terdapat gambar rancangan,
alur kerja dan cara penggunaan alat tetapi
kurang sesuai
Jika rancangan terdapat gambar rancangan,
alur kerja dan cara penggunaan alat tetapi
tidak lengkap
Jika alat sesuai rancangan, bisa digunakan dan
bentuk fisik kuat dan kokoh
Jika alatsesuai rancangan ,dan bisa digunakan
Jika alat kurang sesuai rancangan tetapi bisa
digunakan
Alat dibuat dari bahan yang ada lingkungan
rumah, dan menarik
Alat dibuat dari bahan yang ada lingkungan
rumah, dan disain kurang menarik
Sistematika laporan sesuai dengan kriteria,
isi laporan bermanfaat dan kesimpulan
sesuai
Sistematika laporan sesuai dengan kriteria,
isi laporan kurang bermanfaat, kesimpulan
kurang sesuai
Hanya satu aspek yang terpenuhi
IPA – SMP | 339
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh Lembar Kerja Siswa
PEMISAHAN CAMPURAN
Materi yang terdapat di alam semesta ini tidaklah murni, melainkan masih berupa campuran.
Seperti halnya udara yang kita hirup setiap hari sampai air laut yang berada di samudera. Udara
sendiri terdiri dari beberapa macam zat seperti oksigen, nitrogen, air dan yang lainnya. Sedangkan
air laut terdiri dari air, garam, dan zat yang lainnya.
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan
suatu senyawa atau skelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari
suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu
campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat
dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
Pemisahan komponen-komponen penyusun campuran dapat dipisahkan dengan beberapa cara,
diantaranya: 1) Penyaringan, 2) Pengkristalan dengan penguapan, 3) Sublimasi, 4) Destilasi 5),
Kromatografi , 6) Dekantasi
Untuk mempelajari metode pemisahan campuran ini cobalah lakukan kegiatan di bawah ini.
Kegiatan 1
Memisahkan Garam Dapur dari Pengotor
I.
Tujuan:
Memisahkan garam dapur dari zat pengotor dengan cara penyaringan/filtrasi dan
penguapan/evaporasi.
II.
Alat dan Bahan :
Alat:
- Kertas saring
- Corong gelas
- Gelas kimia
- Labu Erlenmeyer
- Cawan penguap
- Batang pengaduk
- Kaki tiga
- Kawat kasa
- Pembakar spirtus
III. Cara Kerja :
Bahan :
-
Garam dapur kotor.
Aquades
1. Larutkan garam dapur kotor sebanyak 3 sendok spatula dengan aquades secukupnya
dalam gelas kimia.
2. Siapkan kertas saring dan lipat dengan cara sebagai berikut:
IPA – SMP | 340
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Letakkan kertas saring di dalam corong dan semprotkan sedikit air sampai kertas saring
menempel pada corong.
4. Letakkan corong di atas labu Erlenmeyer atau letakkan corong pada alat penyangganya.
5. Masukkan filtrat (hasil saringan) ke dalam cawan penguap.
6. Panaskan filtrat tersebut sampai mendidih dan airnya menguap.
7. Zat apakah yang tersisa pada cawan penguap?
IV. Pengamatan :
No
Bahan
1
Campuran (garam kotor)
Hasil Pengamatan
Wujud : ………………………
Warna : ……………………..
2
Larutan garam setelah disaring Wujud : ……………………
(filtrat)
Warna : ……………………..
3.
Filtrat setelah dipanaskan
Wujud : ……………………
Warna : ……………………..
V.
Pertanyaan :
1.
Mengapa garam kotor harus dilarutkan terlebih dahulu?
2.
Apa fungsi dari penguapan?
3.
Apa kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaaan di atas?
Kegiatan 2
Dekantasi
I.
Tujuan: Memisahkan campuran dengan metode dekantasi
II.
Alat dan Bahan :
Alat
• Sendok
• Batang Pengaduk
• Gelas kimia
III.
Cara Kerja :
Bahan
• Pasir
• Aquades
• Minyak
• Kapur Barus
• Susu
1. Ambillah satu sendok pasir dan masukkan ke dalam segelas air.
IPA – SMP | 341
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Aduk dan biarkan beberapa saat. Lakukan proses dekantasi dengan bantuan batang
pengaduk
3. Lakukan langkah yang sama untuk campuran air dengan minyak, air dengan kapur barus
dan air dengan susu. Catat hasil pengamatan!
IV.
Pengamatan :
No
1
2
3
4
V.
Bahan
Campuran pasir dengan air
campuran air dengan minyak,
air dengan kapur barus
air dengan susu.
air dengan kapur barus
Hasil Pengamatan
Pertanyaan :
1.
2.
3.
Apakah proses dekantasi dapat memisahkan zat-zat penyusun masing-masing
campuran dengan baik ?
Jenis campuran apa yang dapat dipisahkan dengan cara dekantasi
Apa prinsip dari pemisahan campuran dengan metode dekantasi?
Kegiatan 3
Kristalisasi
I.
Tujuan: Membuat kristal tembaga (II) sulfat atau terusi dari larutannya
II.
Alat dan Bahan :
Alat
• Spatula
• Batang Pengaduk
• Gelas kimia
• Gelas ukur
• Kaca arloji
III.
Cara Kerja :
1. Siapkan 20 cm3 aquades di dalam gelas kimia, masukkan serbuk tembaga(II) sulfat
sedikit-sedikit, aduk terus sampai serbuk tidak dapat larut lagi.
2. Tuangkan sedikit larutan kedalam kaca arloji, simpan ditempat terbuka dan biarkan
beberapa saat sampai terjadi kristal tembaga(II) sulfat
3. Amati bentuk dan warna kristal yang terjadi! Catat hasil pengamatan!
IV.
Pertanyaan :
1. Adakah perbedaan antara serbuk tembaga(II) sulfat sebelum kristalisasi dengan kristal
yang dihasilkan
2. Jelaskan prinsip pemisahan campuran dengan metode kristalisasi?
Bahan
• Tembaga(II) sulfat (Terusi)
• Aquades
IPA – SMP | 342
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kegiatan 4 ( Demonstrasi)
I.
II.
Pemurnian Alkohol
Tujuan: membuat alcohol murni dari alkohol yang dijual di apotik yang memiliki label 75%
dengan prinsip destilasi
Alat dan Bahan :
Alat
Bahan
• Termometer
• Alkohol 75%
• Sumbat karet
• Aquades
• Labu destilasi
• Kaki tiga
• Kawat kasa
• Pembakar spirtus
• Kondensor/pendingin
• Gelas kimia
• Labu Erlenmeyer
• Selang
III. Cara Kerja :
1. Rangkaikan alat seperti gambar berikut.
2. Masukkan alkohol dan air dengan perbandingan yang sama ke dalam labu destilasi.
3. Alirkan air ke dalam pendingin dari lubang yang posisinya lebih rendah.
4. Panaskan campuran air-alkohol dalam labu destilasi sampai mendidih dan airnya
menguap.
5. Tampung uap air yang sudah mengembun dan mengalir melalui pendingin dengan gelas
kimia.
6. Amati zat apa yang terdapat dalam labu dan zat apa yang terdapat dalam gelas kimia.
IV. Pengamatan :
No
V.
1
Bahan
Campuran alkohol dan air
2
Campuran setelah dipanaskan
Hasil Pengamatan
Wujud : ………………………
Warna : ……………………..
Wujud : ……………………
Warna : ……………………..
Pertanyaan :
1. Pada suhu berapa alkohol mulai mendidih?
2. Pada pemisahan ini apa masing-masing wujud zat yang dipisahkan
3. Apa kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaaan di atas?
IPA – SMP | 343
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kegiatan 5
Memisahkan Kapur Barus dari Pengotor
I.
II.
Tujuan: Memisahkan kapur barus dari bahan pengotor dengan prinsip sublimasi
Alat dan Bahan :
Alat:
Bahan :
- Cawan penguap
- Kapur barus
- Kaca arloji
- Pasir/tanah
- Kaki tiga
- Kawat kasa
- Pembakar spirtus
- Lumpang dan alu
III.
Cara Kerja :
1. Tumbuk 1 buah kapur barus dengan
menggunakan lumpang dan alu,
kemudian tambahkan pasir/tanah.
2. Masukkan campuran kapur barus
dengan pengotornya ke dalam cawan
penguap.
3. Panaskan cawan tersebut dan tutup
bagian atasnya dengan kaca arloji
yang diatasnya disimpan es.
4. Setelah beberapa saat buka tutup
tersebut dan amati yang menempel
pada gelas arloji?
IV.
Pengamatan :
No
1
2
V.
Bahan
Campuran (kapur barus dan
pengotor)
Campuran setelah dipanaskan
Hasil Pengamatan
Wujud : ………………………
Warna : ……………………..
Wujud : ……………………
Warna : ……………………..
Pertanyaan :
1. Mengapa campuran tersebut harus dipanaskan?
2. Apa kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaaan di atas?
3. Carilah bahan-bahan lain yang dapat menyublim!
IPA – SMP | 344
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kegiatan 6
Kromatografi Kertas
I.
Tujuan: Memisahkan zat warna dalam campuran
II.
Alat dan Bahan :
Alat
• Spidol berbagai macam warna
•
Kertas saring
• Gelas kimia
III.
Cara Kerja :
1. Siapkan kertas saring berukuran 3 x 10 cm, buat garis pada bagian bawah dengan jarak
2 cm dari tepi kertas.
2. Masukkan kertas kromatografi ke dalam gelas kimia yang berisi sedikit air, zat warna
jangan tenggelam seperti gambar berikut.
Bahan
• Tinta hitam dan warna lain
• Aquades
3. Biarkan beberapa saat sampai muncul noda warna lalu keluarkan kertas kromatografi
dari dalam gelas kimia dan amati noda yang ada pada kertas tersebut. Catat hasil
pengamatan!
IV.
Pengamatan :
No
1
2
V.
Bahan
Spidol hitam
Setelah dilakukan kromatografi
kertas
Hasil Pengamatan
Warna : ……………………..
Warna : ……………………..
Pertanyaan :
1. Mengapa zat warna pada tinta dapat teruai didalam kertas kromatografi?
2. Apa kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaaan di atas?
IPA – SMP | 345
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
LK - 3.1/3.2
LEMBAR KERJA
PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Identitas RPP yang ditelaah: …………………………………
Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom
tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!
No.
A
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Identitas Mata Pelajaran
1.
B.
1.
2.
3.
C.
1.
2.
D.
1.
2.
3.
E.
1.
2.
3.
F.
Hasil Penelaahan dan Skor
Catatan
1
Tidak
Ada
2
Kurang
Lengkap
3
Sudah
Lengkap
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Satuan pendidikan,kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran
atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
Perumusan Indikator
Kesesuaian dengan SKL,KI dan KD.
Kesesuaian penggunaan kata kerja
operasional dengan kompetensi yang
diukur.
Kesesuaian dengan aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Perumusan Tujuan Pembelajaran
Kesesuaian dengan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai.
Kesesuaian dengan kompetensi dasar.
Pemilihan Materi Ajar
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
Kesesuaian dengan alokasi waktu.
Pemilihan Sumber Belajar
Kesesuaian dengan KI dan KD.
Kesesuaian dengan materi
pembelajaran dan pendekatan scientific.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
Pemilihan Media Belajar
IPA – SMP | 346
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
No.
1.
2.
G.
1.
2.
1.
2
3
Model Pembelajaran
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Skenario Pembelajaran
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Menampilkan kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup dengan jelas.
Kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan scientific.
Kesesuaian penyajian dengan
sistematika materi.
Kesesuaian alokasi waktu dengan
cakupan materi.
2.
3.
4.
I.
3.
4.
Catatan
1
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
Kesesuaian dengan pendekatan
Scientific.
H.
2.
Hasil Penelaahan dan Skor
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
Kesesuaian dengan materi
pembelajaran dan pendekatan scientific.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
3.
1.
Komponen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Penilaian
Kesesuaian dengan teknik dan bentuk
penilaian autentik.
Kesesuaian dengan dengan indikator
pencapaian kompetensi.
Kesesuaian kunci jawaban dengan soal.
Kesesuaian pedoman penskoran dengan
soal.
Jumlah
Komentar terhadap RPP secara umum.
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
IPA – SMP | 347
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R-3.1/3.2
RUBRIK
PENILAIAN TELAAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Rubrik penilaian RPP digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang digunakan
peerteaching. Selanjutnya nilai RPP dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.
Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut.
1. Cermati format penilaian RPP dan RPP yang akan dinilai!
2. Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada kolom
pilihan skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut!
3. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen RPP jika diperlukan!
4. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen!
5. Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
Skor yang diperoleh
x 100%
75
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( A )
90 ≤ A ≤ 100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Kurang (K)
K < 60
IPA – SMP | 348
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 3.2 PERANCANGAN PENILAIAN AUTENTIK
PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
Langkah Kegiatan Inti
Diskusi dan
Tanya jawab
Kerja
Kelompok
Kerja
Kelompok
Presentasi
Merangkum
dan Refleksi
40 Menit
30 Menit
25 Menit
20 Menit
20 Menit
Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes termasuk
portofolio, dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan
Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas
Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaranyang
terdapat dalam HO-2.3/3.2.
Kerja kelompok untuk merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.
Presentasi hasil kerja kelompok.
Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
Bahan Tayang
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.4/3.2 dan
Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2-2.
IPA – SMP | 349
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 350
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 351
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 4 : PRAKTIK PEMBELAJARAN
TERBIMBING
4.1 Simulasi Pembelajaran
4.2 Peer Teaching
IPA – SMP | 352
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 4: PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
B.
C.
D.
1.
mengkaji pelaksanaan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific
(mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap
memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, maupun, intelektual; dan
2.
melaksanakan pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific (mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap
memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, maupun, intelektual.
LINGKUP MATERI
1.
Simulasi Pembelajaran
2.
Peer Teaching
KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN
1.
Ketelitian dan keseriusan dalam menganalisis simulasi pembelajaran.
2.
Menganalisis simulasi pembelajaran melalui tayangan video pembelajaran.
3.
Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan scientific dan
penilaian autentik.
4.
Merevisi RPP sehingga menerapkan pendekatan scientific dan penilaian autentik untuk
kegiatan peer teaching.
5.
Kreatif dan komunikatif dalam melakukan peer teaching.
6.
Melaksanakan peer teaching pembelajaranyang menerapkan pendekatan scientific dan
penilaian autentik.
7.
Menilai pelaksanaan peer teaching peserta lain.
PERANGKAT PELATIHAN
1.
Bahan Tayang
a. Strategi Pengamatan tayangan video.
b. Panduan tugas praktik pelaksanaan pembelajaran.
c.
Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran.
IPA – SMP | 353
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2.
Lembar Kerja
a. Analisis pembelajaran pada tayangan video.
b. Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran (Alat Penilaian Kinerja Guru).
3.
ATK
IPA – SMP | 354
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
TAHAPAN
KEGIATAN
PERSIAPAN
KEGIATAN
PENDAHULUAN
KEGIATAN INTI
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
24 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
IPA
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
Pengkondisian Peserta
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Praktik Pembelajaran Terbimbing.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling
mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
4.1 Simulasi Pembelajaran
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayang PPT-4.1 oleh fasilitator.
Penayangan video pembelajaran IPA dengan menggunakan V2.1/4.1.
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran
dengan fokus pada penerapan pendekatan scientific dan penilaian
autentik dengan menggunakan LK 4.1.
Mengkonfirmasi penerapan pendekatan scientific dan penilaian
autentik mengacu pada tayangan video pembelajaran.
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil tayangan
video pembelajaran.
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer
teaching.
ICE BREAKER
4.2 Peer Teaching
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik
Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer teaching dengan
menggunakan PPT- 4.2-1.
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian
Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2-2.
Persiapan peer teaching.
15 Menit
380 Menit
20 Menit
20 Menit
60 Menit
30 Menit
135 Menit
90 Menit
10 Menit
655 Menit
15 Menit
15 Menit
10 Menit
IPA – SMP | 355
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN
KEGIATAN
KEGIATAN
PENUTUP
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Praktik peer teachingpembelajaran IPA secara individual, untuk
setiap peserta 30 menit dipandu fasilitator.
Menilai kegiatan peer teachingmenggunakan instrumen penilaian
pelaksanaan pembelajaran LK -4.2.
Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching.
Membuat rangkuman materi pelatihanPraktik Pembelajaran
Terbimbing.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
560 Menit
40 Menit
15 Menit
IPA – SMP | 356
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 4.1 SIMULASI PEMBELAJARAN
Langkah Kegiatan Inti
Paparan
Tayangan Video
Kerja Kelompok
20 Menit
20 Menit
60 Menit
Presentasi
Kerja Kelompok
Diskusi tentang
tayangan video
90 Menit
135 Menit
30 Menit
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan menggunakan bahan tayang PPT4.1 oleh fasilitator.
Penayangan video pembelajaran IPA di kelas VII dengan menggunakan V-2.1/4.1.
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran dengan fokus pada penerapan
pendekatan scientific dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1.
Diskusi tentang pembelajaran IPA yang berorientasi pada pendekatan scientific dan penilaian
autentik.
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil analisis tayangan video pembelajaran.
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching.
IPA – SMP | 357
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 358
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 359
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 360
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LK - 4.1
LEMBAR KERJA
ANALISIS PEMBELAJARAN
DALAM TAYANGAN VIDEO PEMBELAJARAN
1. Nama Peserta
: ..............................................
2. Asal Sekolah
: ..............................................
3. Mata Pelajaran
: ..............................................
3. Tema
: ..............................................
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
Catatan
Kegiatan Pendahuluan
Melakukan apersepsi dan motivasi.
a Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
b Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman
peserta didik dalam perjalanan menuju sekolah atau dengan
tema sebelumnya.
c Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan tema
yang akan dibelajarkan.
d Mengajak peserta didik berdinamika/melakukan sesuatu
kegiatan yang terkait dengan materi.
Kegiatan Inti
Guru menguasai materi yang diajarkan.
a.
Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan
pembelajaran.
b. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang diintegrasikan secara relevandengan perkembangan Iptek
dankehidupan nyata .
c. Menyajikan materi dalam tema secara sistematis dan gradual
(dari yang mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)
Guru menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik.
a.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
b. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
c. Menguasai kelas dengan baik.
d. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
IPA – SMP | 361
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati
e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (nurturant effect).
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan.
Ya
Tidak
Catatan
Guru menerapkan pendekatan scientific.
a
Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
b
Memancing peserta didik untuk peserta didik bertanya.
c
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
mengamati.
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
menganalisis.
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
mengkomunikasikan.
Guru melaksanakan penilaian autentik.
Mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam mengikuti
pelajaran.
Melakukan penilaian keterampilan peserta didik dalam
melakukan aktifitas individu/kelompok.
Mendokumentasikan hasil pengamatan skap, perilaku dan
keterampilan peserta didik.
Guru memanfaatan sumber belajar/media dalam
pembelajaran.
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar
pembelajaran.
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
Menghasilkan pesan yang menarik.
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar
pembelajaran.
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi
guru, peserta didik, sumber belajar.
Merespon positif partisipasi peserta didik,
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik,
d
f
a
b
c
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
e. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme peserta didik dalam
belajar.
IPA – SMP | 362
SMP
a.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati
Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam
pembelajaran
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
Ya
Tidak
Catatan
b. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
c.
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
Penutup Pembelajaran
Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik.
b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
IPA – SMP | 363
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R - 4.1
RUBRIK
PENILAIAN HASIL ANALISIS PEMBELAJARAN
PADA TAYANGAN VIDEO
NAMA PESERTA DIKLAT
KELAS/
TANGGAL PENILAIAN
Aspek
:…………………………………………………………..
:…………………………………………………………..
:…………………………………………………………..
Kriteria
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti,
dankegiatanpenutupdenganlengkapdanterinci yang
disertaicontohkongkrithasilpengamatan.
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti,
dankegiatanpenutupdenganlengkapnamunkurangteri
nci..
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti, dankegiatanpenutupnamuntidaklengkap.
Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis
Lembarkerjaanali proses belajarmengajar sesuai dengan kompetensi
sispembelajaran dasar yang disajikan dalam tayangan video dengan
dalam Video
jelas, lengkap dan benar.
(15-30)
Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis
proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar
yang disajikandalamtayangan video denganjelas.
Hanyamenandaisetiap item padalembarkerjaanalisis
proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar
yang disajikandalamtayangan video.
Sikapselamamen Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhgamati
sungguhdenganpenuh rasa ingintahu yang
disertaidenganpolaberpikiranalitikdalammengamatida
(5-15)
nberdiskusi.
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu
danaktifdalamberdiskusi.
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu saja.
Pengamatan
Video
(15-30)
Komentardan
Simpulan
(10-25)
Memberikankomentar yang
faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM
video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang
dapatdiambildaritayangan video dankesimpulan.
Rentangan
Nilai
Nilai
Peserta
25 - 30
21 - 24
15 - 20
25 - 30
21 - 24
15 - 20
12 - 15
8 - 11
5-7
21 - 25
IPA – SMP | 364
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek
JUMLAH
Kriteria
Memberikankomentar yang
faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM
video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang
dapatdiambildaritayangan video.
Memberikankomentarsesuaidengan keterlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM
video pembelajaran.
Rentangan
Nilai
Nilai
Peserta
16 -20
10 -15
100
………………, ……….……………. 2013
Fasilitator,
(.................................................)
IPA – SMP | 365
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 4.2 PEER TEACHING
Langkah Kegiatan Inti
Paparan
Panduan
Paparan
Instrumen
Penilaian
Persiapan
Peer Teaching
15 Menit
15 Menit
10 Menit
Refleksi
Praktik
Peer Teaching
40 Menit
560 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer
teaching dengan menggunakan PPT- 4.2-1.
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
dengan menggunakan PPT-4.2-2.
Persiapan peer teaching.
Praktik peer teaching penyajian pembelajaran secara individual, untuk setiap peserta 30menit
dipandu fasilitator.
Menilai kegiatan peer teaching oleh fasilitator dengan menggunakan instrumen penilaian
pelaksanaan pembelajaran LK-4.2.
Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching.
IPA – SMP | 366
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 367
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 368
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 369
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
IPA – SMP | 370
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
LK - 4.2
LEMBAR KERJA
INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Nama Peserta
: .................................................
2. Asal Sekolah
: .................................................
3. Topik
: .................................................
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
Catatan
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi
1
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.
2
Mengajukan pertanyaan menantang.
3
Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.
4
Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi
pembelajaran.
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
1
Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta
didik.
2
Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan observasi.
Kegiatan Inti
Penguasaan Materi Pelajaran
1
2
3
4
Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan
pembelajaran.
Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.
Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan
tepat.
Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari
konkrit ke abstrak)
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
1
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
2
Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
3
4
Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
Menguasai kelas.
IPA – SMP | 371
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Aspek yang Diamati
5
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
6
7
Ya
Tidak
Catatan
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan.
Penerapan Pendekatan scientific
1
Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
2
Memancing peserta didik untuk bertanya.
3
Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.
4
Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati.
5
Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.
6
Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar
(proses berfikir yang logis dan sistematis).
7
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
belajar pembelajaran.
2
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
3
Menghasilkan pesan yang menarik.
4
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber
belajar pembelajaran.
5
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran
1
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui
interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.
2
Merespon positif partisipasi peserta didik.
3
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.
4
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
5
Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik dalam
belajar.
Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran
1
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
2
Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kegiatan Penutup
Penutup pembelajaran
IPA – SMP | 372
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMP
Aspek yang Diamati
Ya
1
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik.
2
Memberihan tes lisan atau tulisan .
3
Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.
4
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.
Tidak
Catatan
Jumlah
IPA – SMP | 373
SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R - 4.2
RUBRIK
PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan fasilitator untuk menilai kompetensi
guru dalam melaksanakan pembelajaran pada saat Peer Teaching. Selanjutnya nilai PeerTeaching
dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.
Langkah Kegiatan
1.
Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA atau TIDAK sesuai dengan penilaian Anda
terhadap penyajian guru pada saat pelaksanaan pembelajaran!
2.
Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan pembelajaran!
3.
Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK !
4.
Tentukan Nilai menggunakan rumus berikut ini!
RUMUS
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐘𝐀
𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝟒𝟒
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik (A)
90 ≤ A ≤ 100
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Cukup (C)
60 ≤ C < 75
Kurang (K)
K < 60
IPA – SMP | 374