LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
TABLET KEMPA LANGSUNG
Dosen Pengampu :
Apt. Ana L Yusuf., M.Farm
Apt. Marlina Indriastuti., M.Sc
Disusun Oleh :
Tia Astriani
2004277039
Tia Listyani
2004277040
Utar Meilani Kuswandi
2004277041
Vega Novayanti E
2004277042
Vina Ipanka
2004277043
Widhy Rahmadilla G
2004277044
Widiana Permanasari
2004277045
Yunia Purwati
2004277046
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan Pratikum
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan tablet melalui metode kempa langsung dan melakukan evaluasi tablet.
Dasar Teori
Tablet
Tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan pengisi.Berdasarkan metode pembuatan tablet dapat digolongkan menjadi 2 yaitu tablet cetak dan kempa menurut fi edisi V.(Depkes RI 2014).
Pemberiaan obat melalui mulut merupakan cara pemberian paling utama untuk memperoleh efek yang sistemik.Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.(Ditjem POM 1995).
Metode kempa lansung merupakan metode pembuatan tablet tanpa proses granulasi yang sesuai sehingga dapat dikempa secara langsung (Lanie and Achmad 2013).
Kondisi penerapan metode kempa laangsung dapat digunakan pada pembuatan tablet dengan zat aktif dengan dosis tinggi yang memiliki sifat aliran dan kompresatibilitas yang baik.
Keuntungan
Efisiensi ruangan ,proses,tenaga ,tahap manufaktur,mesin proses validasi dan konsumsi energi.
Memberikan stabilitas yang baik untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab karena tidak melibatkan pelarut dan pemanasan .
Pemberian tekanan saat pengkompaan tidak berlebihan sehingga sifat kristal tetap dan dapat memenuhi ketersediaan hayati.
Tablet dapat langsung hancur menjadi partikel karena tidak adanya proses granulasi jika dimasukkan kedalam media disolusi sehingga dapat diharapkan memberikan hasil kecepatan disolusi yang lebih tinggi.
Kekurangan
Bahan harus memiliki sifat aliran yamg baik seiring dengan isu disolusi dan ketersediaan hayati maka banyak zat aktif dibentuk dalam ukuran mikron sehingga alirannyha cenderung kurang baik.
Teknologi harus bagus.
Eksipien harus memiliki kapasitas pegang yang memadai memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik.
Kandungan lembab rendah sehingga dapat timbul muatan statis dan memicu terjadi pemisahan.
Pembedaan ukuran partikel-partikel dapat mengakibatkan terjadinya pemisahan.
Homogenitas warna sulit dicapai.
Kempa langsung juga dapat diterapkan pada zat aktip dengan sifat aliran dan kompresibilitas kurang baik asalkan dosis relatif kecil.Keterbatasan zat aktip untuk dikempa diatas dengan pemilihan bahan pembantu yang baik dan dapat memberikan masa yang homogen.
Bahan-bahan tambahan dalam pembuatan tablet
Tablet biasanya berisi beberapa atau paling banyak terdiri atas zat aktif, pengisi, pengikat, pewarna, penghancur, pemberi rasa dan pelicin (Anonim, 1995).
Bahan pengisi (diluent atau filler)
Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar volume dan berat tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah laktosa, pati, dekstrosa, dikalsium fosfat dan mikrokristal selulosa (Avicel). Bahan pengisi dipilih yang dapat meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik (Sheth dkk, 1980).
Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat membantu perlekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya (Ansel, 1989). Bahan pembantu ini bertanggung jawab terhadap kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula kekompakan tablet dapat dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat. Bahan pengikat dalam jumlah yang memadai ditambahkan ke dalam bahan yang akan ditabletasi melalui bahan pelarut atau larutan bahan perekat yang digunakan pada saat granulasi (Voigt, 1984).
Bahan pengikat yang umum digunakan adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, PVP (povidon), metil selulosa, karboksimetil selulosa dan pasta pati terhidrolisa.
Bahan penghancur (disintegrant)
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur akan menarik air dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tabletnya pecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga memungkinkan larutnya obat dari obat dan tercapainya bioavabilitas yang diharapkan (Banker dan Anderson, 1986).
Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti karboksimetil selulosa, resin, resin penukar ion dan bahanbahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk dalam saluran pencernaan (Ansel, 1989).
Bahan pelicin (lubricant)
Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara dinding die dan tepi tablet selama proses penabletan berlangsung. Banyak bahan dapat dikempa dan mempunyai hasil baik tanpa penambahan bahan pelicin tetapi untuk bahan higroskopik perlu dilakukan penambahan bahan pelicin karena kadang terjadi masalah. Hal ini tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi yang terlalu basah akan diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping karena banyak bahan yang lengket dalam mesin. Bahan pelicin biasanya digunakan dalam jumlah kecil antara 0,5- 1% tetapi mungkin kurang dari 0,1% dan lebih dari 5%. Contoh umum bahan pelicin antara lain petrolatum cair, talk, magnesium stearat dan stearan dan asam stearat, kalsium stearat, likopodium (untuk tablet yang berwarna). Bahan pelicin ditambahkan setelah terbentuk granul. Bahan pelicin bekerja paling efektif jika terletak di luar granul (Ansel,1989).
Metode pembuatan tablet
Metode granulasi basah (wet granulation)
Granulasi basah merupakan suatu proses perubahan dari bentuk serbuk halus menjadi granul dengan bantuan larutan bahan pengikat yang sesuai. Pada metode granulasi basah ini bahan pengikat yang ditambahkan harus mempunyai jumlah yang relatif cukup, karena kekurangan atau kelebihan sedikit saja bahan pengikat akan menyebabkan granul yang tidak sesuai dengan yang diinginkan dan akan mempengaruhi hasil akhir tablet (Robert dkk, 1990). Keuntungan metode granulasi basah:
Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu akan menjadi massa yang kompak, mempunyai penampilan, cukup keras dan tidak rapuh.
Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas rendah, dalam takaran tinggi dibuat dengan metode ini tidak perlu bahan penolong yang menyebabkan bobot tablet lebih besar.
Sistem granulasi basah mencegah terjadinya segregasi komponen penyusun tablet yang homogen selama proses pencampuran.
Untuk yang hidrofob maka granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan pelarutan kecepatan obat dengan memilih bahan pengikat yang cocok (Bandelin, 1989).
Kelemahan granulasi basah yaitu tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas serta disolusi obat lebih lambat. Pada metode ini memerlukan peralatan dan penanganan khusus serta tenaga yang cukup besar (Bandelin, 1989).
Metode granulasi kering (dry granulation) Metode pembuatan tablet yang digunakan jika dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya yang mana merintangi dalam granulasi basah. 8 Pada metode granulasi kering, granul terbentuk oleh penambahan bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya lebih besar (slugging) dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya menjadi pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil (Ansel, 1989).
Metode cetak langsung (direct granulation) Keuntungan penggunaan metode ini adalah waktu produksi yang lebih singkat, dapat dipakai untuk bahan yang tidak tahan air, tetapi kerugiannya adalah sering terjadi pemisahan antar partikel (segregation) pada waktu partikel turun di hopper ke die sehingga terjadi ketidakseragaman bahan aktif (Ansel, 1989).
Pemeriksaan sifat fisik campuran granul
Susut Pengeringan / Lost On Drying
Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap. termasuk air, ditetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 105° hingga bobot tetap (Depkes, 1979).
berat air dalam sampel
% LOD =
Kerapatan Mampat (T%) dan Kompresibilitas (C%)
Kerapatan serbuk mampat adalah tingkatan dari kerapatan serbuk mampat yang diperoleh dengan cara mengetuk dengan secara mekanis gelas ukur atau bejana pengukur yang berisi serbuk. Kerapatan serbuk mampat.
dapat dihitung dengan rumus :
% mampat x 100 %
r
kompresibilitas yaitu kemampuan granul untuk menurunkan volumenya memampatkan diri pada tekanan tertentu. Indeks kompresibilitas dipengaruhi oleh kerapatan, ukuran ,dan bentuk partikel. Semakin kecil persen indeks pengetapan serbuk atau granul, semakin baik sifat alirnya. Sebaliknya, semakin besar indeks pengetapan serbuk atau granul, semakin buruk sifat alirnya Sirishaet al., 2012.
Uji ini dapat dinyatakan dengan rumus :
r o
C % x 100 %
Waktu alir Merupakan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul pada alat yang dipakai. Apabila granul mempunyai sifat alir yang baik maka pengisian pada ruang kempa menjadi konstan sehingga dihasilkan tablet yang mempunyai bobot seragam (Parrott, 1971).
Kecepatan alir dapat dirumuskan dengan :
Kecepatan Alir
Sudut diam Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan granul dengan bidang horizontal. Corong berada pada suatu ketinggian yang dikehendaki diatas bidang horizontal. Bubuk atau granul dituang perlahan-lahan sampai didapat tumpukan bubuk yang berbentuk kerucut. Bila sudut diam < 30o biasanya menunjukkan bahwa granul dapat 9 mengalir bebas, dan bila sudutnya > 40o biasanya sifat alirnya kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
Indeks pengetapan Didefinisikan sebagai penurunan volume sejumlah granul karena kemampuannya mengisi ruang antara granul dan memampat secara lebih rapat. Alat yang digunakan volumeter, terdiri dari gelas ukur yang diletakkan pada suatu alat yang dapat bergerak naik turun secara mekanik dengan bantuan alat penggerak.
Indeks pengetapan dapat dihitung dengan rumus :
Pemeriksaan kualitas tablet
Keseragaman bobot Variasi bobot tablet dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi granul yang berbeda, sifat alir granul yang tidak baik akan menyebabkan jumlah serbuk yang masuk dalam ruang kompresi tidak seragam, sehingga menghasilkan bobot tablet yang berbeda (Fonner dkk, 1990). Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia.
Kekerasan Dinyatakan sebagai daya tahan terhadap tekanan, tegangan, patahan, guliran, gosokan dan jatuhan (Voigt, 1984). Kekerasan tablet umumnya 4-8 kg (Parrott, 1971).
Waktu hancur Didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet dalam medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit (Anonim, 1979).
Kerapuhan Dinyatakan sebagai ketahanan suatu tablet terhadap goncangan selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Tablet yang mudah rapuh dan pecah akan kehilangan keindahan dalam penampilannya serta menimbulkan variasi pada bobot tablet tablet dan keseragaman dosis obat. Nilai kerapuhan yang dapat diterima sebagai batas tertinggi adalah 1% (Banker dan Anderson, 1986).
Kandungan zat aktif Tablet parasetamol mengandung zat aktif tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995)
Disolusi Didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu zat kimia atau senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Uji disolusi berguna untuk mengetahui seberapa banyak obat yang melarut dalam medium asam atau basa (lambung dan usus halus) (Ansel, 1989). Uji disolusi merupakan parameter yang menunjukkan kecepatan pelarutan obat dari tablet. Pada dasarnya laju disolusi diukur dari jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu tertentu ke dalam medium cair yang diketahui volumenya pada suatu waktu tertentu pada suhu yang relatif konstan. Khan (1975), memberikan evaluasi disolusi dengan DE (Dissolution Efficiency) yang didefinisikan sebagai luas di bawah kurva dalam waktu tertentu yang mengekspresikan presentasi dari area dengan 100% disolusi dalam waktu yang sama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari sediaan tablet, antara lain (Wagner, 1971):
Tablet atau kapsul Granul atau agregat Partikel halus Obat dalam larutan (in vitro atau in vivo) Obat dalam darah, cairan dan jaringan lain
Sifat fisika kimia obat misalnya yang berhubungan dengan kelarutan, seperti polimorfi, asam, basa, garam dan ukuran partikel.
Faktor yang berhubungan dengan formulasi dan pembuatan tablet, misalnya :
Bahan tambahan seperti bahan pengisi, penghancur, pengikat, dan pelicin.
Metode pembuatan tablet.
Faktor alat dan kondisi percobaan, misalnya :
Kecepatan pengadukan, semakin cepat pengadukan maka semakin tinggi kecepatan kelarutan obat.
Temperatur, semakin tinggi temperatur, semakin tinggi kecepatan pelarutan obat.
Komposisi medium yang digunakan.
Faktor lain, misalnya bentuk sediaan dan cara penyimpanan.
Evaluasi Tablet
organoleptis
Tujuan : mengetahui bentuk, warna, baud an rasa pada tablet yang sudah terbentuk
Cara : mengamati warna, bentuk, rasa dan bau pada tablet
waktu hancur
Tujuan : mengetahui waktu hancur tablet sehingga bisa dinyatakan layak untuk di konsumsi
Cara : masukkan masing-masing 1 tablet kedalam tabung dari alat uji waktu hancur lalu masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, lalu gunakan air sebagai media dengan suhu 37oc
Standar : semua tablet harus hancur sempurna, bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna maka ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnga. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet yang harus diuji sempurna. Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut selaput.
keseragaman bobot
Tujuan : mengetahu keseragaman bobot tisp tablet yang sudah jadi
Cara : timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet, jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata harga yang di tetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata harga dalam kolom B
Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg – 150 mg
10%
20%
151 mg – 300 mg
7,5%
15%
Lebih dari 300 mg
5%
10%
Standar : tidak boleh terdapat lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata pada harga kolom A dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata harga pada kolom B.
keseragaman ukuran
Tujuan : mengetahui keseragaman ukuran per tablet
Cara : menggunakan 20 tablet lalu ukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka sorong, lalu hitung rata-rata dan SD nya
Standar : menurut FI edisi III, kecuali dinyatakan lain, tidak lebih dari 3x diameter tablet dan tidak kurang 4/3 tebal tablet
kekerasan
Tujuan : mengetahu tingkat kerasnya tablet yg sudah jadi
Cara : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat “hardness tester” dan hitung rata-rata dan Standard Deviation (SD)
Standar : ukuran standar kekerasan tablet yang baik per tablet adalah minimal 4kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2
kerapuhan (friabilitas)
Tujuan : mengetahui kerapuhan tablet apakah tablet sudah memenuhi standar kekerasannya atau belum
Cara : ambil 20 tablet dan bersihkan dari serbuk halus, timbang, kemudian masukkan kedalam alat uji “friabilator” dan putar sebanyak 100 .putaran. Lalu keluarkan tablet, bersihkan dari serbuk yang terlepas lalu timbang kembali dan hitung % friabilitas :
F =
*ket : F = pesen friabilitas
W0 = bobot awal
W1 = bobot setelah pengujian
Standar : nilai F dinyatakan baik jika <1%, jika F>1% maka tablet dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan atau menambah kekerasan tablet.
Monografi
Formulasi Zat Aktif
CTM
Pemerian
Berupa serbuk kristal putih dan tidaka berbau.
Larutan
Larut dalam air etanol dan klorofom, sukar larut dalam eter dan benjena.
stabilitas
Tidak boleh terpapar cahaya secara lanngsung.
inkompatibilitas
Inkompatibel dengan kandamisin dan asam asetat.
Preformulasi Zat Eksipien
Amylum Manihot ( Rowe, 2009 Edisi VI Hal 685 )
Pemerian
Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil; putih; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%) P.
Aplikasi dalam formula
Sebagai zat penghancur
Stabilitas
Stabil tetapi hidroskopis
Inkompatibilitas
Inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat. Terbentuk senyawa inklusi berwana bila direaksikan dengan iodium
Bobot jenis
1,478 g/ cm3
Kegunaan
Penghancur
Mg Stearat (FI IV hal 515-516, Handbook of pharmaceutical Excipient, 4 th edhal 354)
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri daru stearat dan magnesium palmitat dengan berbagai perbandingan. Mengandung setara tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,3% MgO .
Pemerian
Serbuk halus,putih dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat dikulit; bebas dari butiran.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air; sedikit larut dalam benzen hangat dan ethanol (95%) hangat
Aplikasi dalam formula
Sebagai lubrikan 0,25%-5,0%b/b
Rumus molekul
C36H70MgO4(BM:591,34)
Sifat Fisika
Kerapatan (mampat), 1,092g/cm3 (nyata)
Titik leleh : 117-150 oC
Stabilitas
Stabil dan harus disimpan dalam kemasan tertutup rapat pada tempat yang sejuk dan kering
Imkompatibilitas
Dengan asam kuat, alkali dan garam besi, hindari pencampuran dengan senyawa yang bersifat oksidator kuat.
Talk (FI IV hal 771-772 pharmaceutical excipient 4 th ed 641-642)
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, yang kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat.
Pemerian
Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut organik dan air
Aplikasi dalam formula
Sebagai glidan dan lubrikan 1-10%
Kekerasan
1,0-1,5
Kandungan lembab
Talk tidak mengabsorpsi sejumlah air pada suhu 25oC dan kelembapan relatif naik hingga 90%
Stabilitas
Stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160oC selama tidak kuarang dari 1 jam
Imkompatibilitas
Dengan senyawa amonium kuaetener
Avicel pH 102
Pemerian
Berupa serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih cream . tidak berbau dan rasa sedikit manis, higroskopik
Larutan
Mudah larut dalam air dan lebih muidah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klorofrom dan dlam eter
Kegunaan
Zat penghancur
BAB II
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Timbangan
CTM
Ayakan no 40
Amilum manihot
Lumpang
Mg.Stearat
Alu
Talk
Avicel PH 102
Formulasi
1) Formulasi Bahan
R/ CTM 4 mg
Amilum manihot 15%
Mg.Stearat 1%
Talk 2%
Avicel PH 102 add 200 gr
No
Bahan
Fungsi
1.
CTM
Antihistamin
2.
Amylum Manihot
Penghancur
3.
Mg.Stearat
Pelicin
4.
Talk
Zat aktif
5.
Avicel PH 102
Pengikat atau pengisi
2) Perhitungan dan Penimbangan Bahan :
Dibuat 311 tablet dengan berat dilebihkan 10% yaitu 220mg = 0,22gr.
Bobot total 0,22 x 311 mg = 68,42 gr
CTM = 311 x 4 mg = 1,24 gr
Amilum manihot = 15/100 x 300 gr = 45 gr
Mg. Stearat = 1/100 x 300 gr = 3 gr
Talk = 2/100 x 300 gr = 6 gr
Avicel PH = 300 gr – ( 45gr + 3 gr + 6 gr + 1,24 gr )
= 300 gr – 55,24 gr
= 244,8 gr
Penimbangan bahan
No
Bahan
Jumlah
Fungsi
1.
CTM
1,24 gr
Zat aktif
2.
Amilum manihot
45 gr
Penghancur
3.
Talk
6 gr
Zat pelicin
4.
Avicel PH
244,8 gr
Pengikat atau pengisi
5.
Mg stearate
3 gr
Bahan pelican
BAB III
CARA KERJA
Prosedur Pembuatan
Siapkan CTM dan bahan pembantu ditimbang sesuai dengan formula yang dibuat
Ayak dengan pengayak no. 40
Dimasukan ctm ke dalam lumpang,kemudian ditambahkan dengan amylum manihot,selanjutnya tambahkan Mg stearat dan masukkan sedikit demi sedikit avicel sambil gerus ad homogen
Tambahkan talk gerus ad homogen
Lakukan evaluasi granul
Cetak granul menjadi tablet dengan diameter 7 cm
Prosedur Uji Evaluasi
Kerapatan Mampat (T%) dan Kompresibilitas (C%)
Sebanyak 50 ml granul (Vo) ditimbang beratnya kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
Gelas ukur diketuk secara konsisten masing-masing 60, 120, 240, 300 dan 360 ketukan hingga diperoleh volumne konstan (Vk)
Catat volume setiap ketukan, lalu dilakukan perhitungan
Daya Alir (Kecepatan Alir, Sudut Diam, dan Pengetapan)
Timbang serbuk uji 25 gram, lalu masukkan ke dalam corong getar dengan kondisi lubang corong tertutup
Buka tutup corong dan hitung berapa waktu yang dibutuhkan oleh serbuk untuk keluar seluruhnya dari corong.
Ukur tinggi timbunan serbuk
Ukur diameter curahan serbuk dengan mengukur diameter dari 3 garis potong (gunakan diameter martin's), catat dan hitung rata-rata diameter tersebut
Hitung kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk tersebut Bobot Serbuk (g) Waktu Alir (s) Kecepatan Alir
Uji Indeks Pengetapan
Masukan granul ke dalam gelas ukur sampai volumenya 100ml (V)
Letakan gelas ukur dibagian atas volumenometer
Nyalakan alat uji hingga granul akan mendapatkan getaran mekanik dari alat
Catat volume granul dalam gelas ukur (Vto)
Getaran mekaniknya sampai volume granulnya konstan, lalu hitung indeks pengetapan granulnya.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Data Hasil Percobaan
No
Jenis Evaluasi
Standar
Hasil Uji
Sediaan Pembanding
Kesimpulan (Sesuai/Tidak)
Evaluasi Granul
1.
Kecepatan alir
100gr granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (>10 g/s) (Aulton, 1998)
4,17 g/s
Sesuai
2.
Sudut diam
Nilai sudut diam berkisar 250 sampai 450. Nilai yang rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik (Siregar, 2010)
27,3 0
Sesuai
3.
Pengetapan
Sifat fisik massa granul yang baik memiliki harga penetapan lebih kecil dari 20% ( Lachman, et al 1994)
20%
Sesuai
4.
Kompresibilitas
Tidak lebih dari 20% (FI IV 1995)
19 %
Sesuai
Evaluasi Tablet
1.
Organoleptik
Bentuk : Bulat
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Bentuk : Bulat
Warna : kuning
Bau : tidak berbau
Sesuai
2.
Keseragaman bobot
Penyimpangan bobot tablet tidak kurang dari 7,5% dan tidak lebih dari 15% (Depkes RI, 1995)
Seragam
Seragam
Sesuai
3.
Keseragaman ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (Depkes RI, 1979)
Seragam
Seragam
Sesuai
4.
Kekerasan
Ukuran yang didapat per tablet minimal
4 kg/cm2 dan maksimal 8 kg/cm2 (Parrott, 1970)
10,25 kg
> 20 kg
Tidak sesuai
5.
Kerapuhan
Tablet dianggap baik apabila kerapuhannya tidak lebih dari 0,8% (Lachman dkk, 1994)
12,1%
7,5 %
Tidak sesuai
6.
Waktu hancur
Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007)
15,98 detik
10 menit 20 detik
Sesuai
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan evaluasi pada granul meliputi uji kecepatan alir, sudut diam, pengetapan dan kompresibilitas. Uji yang pertama yaitu kecepatan alir. Aliran massa tablet yang baik dapat menjamin keseragaman bobot tablet yang dihasilkan (Lieberman,et al.,1990). Hasil yang diperoleh dari uji kecepatan alir granul 4,17 gram/ detik artinya masuk pada kategori sangat baik.
Selanjutnya yaitu sudut diam, Granul dialirkan ke dalam corong kemudian akan membentuk kerucut stabil dan sudut diamnya diukur. Nilai sudut diam berkisar 250 sampai 450. Nilai yang rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik (Siregar, 2010) granul yang dibuat memiliki sudut diam 27,30 ini membuktikan sesuai dengan standar atau masuk pada kategori baik.
Evaluasi selanjutnya yaitu uji pengetapan, pengetapan merupakan penerapan sejumlah volume granul atau serbuk akibatnya adanya hentakan. Bentuk, ukuran dan kerapatan dari suatu granul akan berpengaruh terhadap uji pengetapan. Serbuk memiliki sifat alir yang baik jika memiliki nilai indeks <20% (Chandira et al., 2012) granul yang uji memiliki nilai pengetapan pada 20 % menunjukan nilai pengetapan yang cukup baik.
Pada uji nilai kompresibilitas yang baik yaitu tidak lebih dari 20% (FI IV 1995). Hasil uji yang didapatkan yaitu 19% sehingga dapat disimpulkan bahwa uji kompresibilitas yang dilakukan memenuhi standar yang ditetapkan.
Pada praktikum uji evaluasi tablet ctm meliputi uji organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Uji evaluasi tablet ctm yang pertama uji organoleptik tablet ctm yang dibuat memiliki bentuk bulat, warna putih dan tidak berbau. Hasil tersebut dikatakan memenuhi standar karena adanya kesamaan bentuk dan bau dengan tablet pembanding, sedangkan adanya perbedaan pada warna karena pada tablet uji ctm adanya penambahan warna dan tablet pembanding tidak ada warna (putih).
Uji evaluasi keseragaman bobot Berdasarkan standar dari farmakope edisi III . Persyaratan keseragaman bobot tablet yang ditetapkan Farmakope Indonesia III yaitu untuk tablet dengan bobot rata-rata 150-300 mg tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 7,5% dari bobot rata-rata dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 15% dari bobot rata-rata (Rori et al., 2016). Keseragaman bobot diambil sampel 20 tablet dihitung rata-ratanya dan didapatkan hasil semua tablet uji seragam tidak ada yang menyimpang.
Pada uji keseragaman ukuran tablet diambil 20 tablet, dilakukan pengukuran terhadap diameter dan tebal tablet satu persatu, kemudian dihitung rata-rata dari ke-20 tablet tersebut dan dapatkan hasil diameter tablet 8 mm dan tebal tablet 4 mm tablet tersebut memenuhi persyaratan karena ada kesamaan dengan tablet pembanding namun terdapat perbedaan pada ketebalannya. ketebalan tablet ctm yang dipasaran yaitu 2 mm hal ini dikarenakan alat yang digunakan untuk mencetak tablet tidak di setting terlebih dahulu.
Selanjutnya uji Kekerasan hasil yang didapatkan dari 20 tablet uji adalah 10,25 kg dan pembanding 20 kg. ini menunjukan kekerasan tablet uji sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai, sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pentabletan akan meningkatkan kekerasan tablet (Ariswati et al., 2010).
Pada uji kerapuhan tablet dimasukkan kedalam alat friabilator yang dijalankan selama 4 menit 25 rpm. Hasil yang didapat adalah 12,1% seharusnya kerapuhan tablet tidak boleh lebih dari 1% atau dikatakan tablet tersebut tidak memenuhi syarat keregasan tablet.
Evaluasi selanjutnya yaitu waktu hancur tablet, dilakukan dengan menggunakan alat disintegrator tester dengan 6 sampel tablet hasilnya untuk tablet yang sesuai adalah Dimasukkan kedalam alat dan isi bejana dengan aquadest setelah itu obat dimasukkan kedalam keranjang dan dinaik-turunkan secara teratur, waktu hancur tablet dicatatat sejak pertama tablet mulai hancur hingga tidak ada yang tertinggal, hasil yang didapat adalah 15,98 detik yang berarti tablet tersebut memenuhi syarat, sedangkan untuk tablet pembanding yang memiliki waktu hancur 10 menit 20 detik.
No
Jenis Evaluasi
Granulasi
Tujuan
1
Uji kelembaban
(MC%)
Uji ini untuk mengetahui perubahan berat pada granul yang di uji dalam wadah atau sampel
2
Uji kecepatan alir
Uji ini dilakukan untuk mengukur kecepatan aliran sejumlah granul corong .
3
Uji sudut diam
Uji ini dilakukan untuk mengetahui sifat alir yang baik dan sifat alir yang kurang baik.
4
Uji pengetapan
Untuk mengetahui kemampuan bahan sesrbuk yang dikempa untuk membentuk masa yang kompak setelah diberikan tekanan tertentu
5
Uji kompresibilitas
Untuk kemampuan granul untuk menurunkan volumenya memampatkan diri pada tekanan tertentu.
No
Jenis Evaluasi
Tablet Granulasi
Tujuan
1
Organoleptik
Uji ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, rasa dan bau pada sediaan.
2
Uji Keseragaman bobot
Uji ini bertujuan untuk mengontrol mutu tablet yang merupakan indikator awal keseragaman kadar zat aktif.
3
Uji Keseragaman ukuran
Uji ini untuk mengetahui keseragaman ukuran per tablet
4
Uji Kekerasan
Uji ini untuk mengetahui tingkat kerasnya tablet yang sudah jadi
5
Uji kerapuhan
Uji ini bertujuan untuk mengetahui bobot yang hilang akibat perlakuan yang diberikanterhadap tablet
6
Waktu hancur
Uji ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur didalam cairan saluran pencernaan
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukannya praktikum, dapat disimpulkan bahwa:
Pengujian granul yang telah dibuat telah memenuhi persyaratan pada uji kecepatan alir, uji kompresibilitas, sudut diam dan uji pengetapan.
Sediaan tablet yang telah dibuat telah memenuhi persyaratan pada uji organoleptik, uji keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, dan uji waktu hancur, sedangkan sediaan tablet yang telah dibuat tidak memenuhi persyaratan pada uji kekerasan dan kerapuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI 2014. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor5.Jakarta :Depkes RI , 441-448.
Ditjen POM (1995).Farmakope indonesia ,edisi IV,Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta.
Voight R.,1984 ,buku pengantar teknologi farmasi.,572-574,diterjemahkan oleh soedani ,N,.Edisi V ,Yogyakarta ,Universitas Gadjah Mada press.
Anonim 2007 ,pengelolaan laboratoriumfisika sekolah menengah atas.Jakarta :dorektorat pembinaan sekolah menengah atas.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. UI-Press. Jakarta
Ariswati, W. C., Siswanto, A., & Hartanti, D. (2010). Pengaruh Gelatin, Amilum Dan Pvp Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza,Rxob).
Bandelin, F.J, 1989, Compressed Tablet by Wet Granulation, in Lachman., L.,
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI. Jakarta.
Rori, W. M., Yamlean, P. V. ., & Sudewi, S. (2016). Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Tablet Ekstrak Daun Gedi Hijau ( Abelmoschus Manihot ) Dengan Metode Granulasi Basah. 5(2), 243–250.
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI (1979). Farmakope Indonesia (Edisi Iii). Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, L., Liberman, H. ., & Kanight, J. . (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Iii Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi. Journal Of Chemical Information And Modeling, 150, 161, 658, 685, 701–703, 799.
Lieberman, H.A., Pharmaceuticals Dosage Forms, Tablet, 2nd Ed, Vol I, 131-132, 149-150, 153, Marcel Dekker, New York.