ANALISA CUACA EKSTRIM DI PARIGI MOUTONG
( STUDI KASUS HUJAN LEBAT TANGGAL 8 FEBRUARI 2006 DAN TANGGAL
25 AGUSTUS 2012 )
ADITYO WICAKSONO
Akademi Meteorologi Dan Geofisika
Email : mugiwaratyo@gmail.com
ABSTRAK
Fenomena cuaca ekstrim seperti hujan lebat dan angin kencang merupakan
fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Hujan lebat yang terkadang berdampak pada
terjadinya banjir adalah fenomena cuaca yang sering dibahas karena akibat yang
ditimbulkan dari fenomena ini dapat menyebabkan kerugian dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisa dan mengidentifikasi
pengaruh gangguan cuaca yang terjadinya banjir bandang di wilayah Kabupaten ParigiMoutong. Dalam analisa cuaca tersebut, dilakukan kajian untuk melihat fenomena
gangguan cuaca seperti pusat tekanan rendah, Konvergensi dan lain-lain dengan
menggunakan data medan angin 3000 feet. Dalam kajian tersebut juga akan dilihat keadaan
labilitas atmosfer dengan menggunakan data radio sonde yang akan ditinjau dari
perhitungan lapse rate, suhu konvektif, CCL dan EL, harga S-Indeks, K-Indeks, L-Indeks
dan mengetahui nilai RH tiap lapisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kasus
tersebut di wilayah kejadian disebabkan karena kondisi Lokal yaitu karena Labilitas
Udaranya yang Labil serta di pengaruhi oleh faktor Konveksi dan Orografi di daerah
tersebut yang menyebabkan banyaknya pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan
tinggi di wilayah tersebut.
Kata Kunci : Gangguan Cuaca, Awan, Hujan
ABSTRACT
Extreme weather phenomena such as heavy rain and strong winds are a common
phenomenon in Indonesia. Heavy rains which sometimes have an impact on the occurrence
of floods is a weather phenomenon that is often discussed because of the impact of this
phenomenon can lead to losses in various aspects of human life. The purpose of this paper is
to analyze and identify the effect of weather disturbances that the flash floods in the district
of Parigi-Moutong. In such weather analysis, conducted a study to look at the phenomenon
of weather disturbance such as a low pressure center, Convergence and others using wind
field data is 3000 feet. In these studies will also be seen lability atmospheric conditions using
data radio sonde to be evaluated from the calculation of lapse rate, convective temperature,
CCL and EL, the price of the S-Index, K-Index, L-index and know the value of RH each layer.
It can be concluded that in the case in the event due to local conditions is due to lability air
is unstable and is influenced by factors Convection and Orografi in the area for the recent
growth of convective clouds cause high rainfall in the region.
Keywords : Weather Disturbances, Clouds, Rain
1
I. PENDAHULUAN
Fenomena cuaca ekstrim seperti angin kencang dan hujan lebat merupakan fenomena
cuaca yang sering terjadi di Indonesia. Fenomena cuaca tersebut sebenarnya bukan fenomena
cuaca yang baru terjadi atau fenomena cuaca yang tidak wajar. Hujan lebat yang terkadang
dapat menyebabkan banjir adalah fenomena cuaca yang sering dibahas karena memang
akibat yang dapat ditimbulkan dari fenomena ini dapat menyebabkan kerugian dalam
berbagai jenis aspek kehidupan.
Ciri wilayah Indonesia yang antara lain dikelilingi oleh lautan ± 2/3 bagian, serta
tingginya pemanasan yang bersumber dari pemanasan sinar matahari, kaya akan butiran uap
air dan tingginya kelembapan udara, secara fisis menjadi lahan subur bagi pembentukan
awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat. [Kurniawan et.al, 2004]
Munculnya hujan lebat biasanya disertai dengan badai guntur atau thunderstorm, kilat
atau lightning, dan angin kencang. Awal dari terjadinya hujan lebat disebabkan karena
adanya kumpulan massa udara yang hebat dan ditandai dengan banyaknya pertumbuhan
awan-awan Cumulunimbus (Cb) yang menjulang tinggi yang kemudian dapat menimbulkan
hujan deras, kilat, badai guntur dan angin kencang. Namun, tidak semua awan
Cumulunimbus (Cb) dapat menimbulkan badai guntur atau thunderstorm.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisa dan mengidentifikasi pengaruh
gangguan cuaca yang menyebabkan tingginya intensitas curah hujan, pada saat terjadinya
hujan lebat di wilayah Kabupaten Parigi-Moutong pada tanggal 8 Februari 2006 dan 25
Agustus 2012.
II. DATA DAN METODE
A. Data
Dalam penulisan ini data yang digunakan diambil dari 1 stasiun meteorologi di kota
palu dan 1 pos hujan di Kabupaten Parigi Moutong, yaitu:
1. Stasiun Meteorologi Penerbangan Mutiara (97072) dengan posisi 0°41’S - 119°64’E,
elevasi stasiun 6 meter di atas permukaan laut dan jam operasional 24 jam.
2. Stasiun Pos Hujan Dolago dengan posisi 0°903’S - 120°23’E.
Data yang dipakai mulai dari 2 hari sebelum kejadian, saat kejadian dan 2 hari sesudah
kejadian yaitu tanggal 6-10 Februari 2006 dan tanggal 23-27 Agustus 2012. Adapun data
yang digunakan antara lain data sinoptik, data radio sonde, data medan angin, data citra
satelit dan data curah hujan.
B. Metode
Analisa ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ITCZ di wilayah
daerah Tropis khususnya wilayah Indonesia serta dampak yang ditimbulkan di wilayah
sekitar kejadian.
Analisa SST (Sea Surface Temperatures)
Analisa SST digunakan untuk mengetahui apakah suhu permukaan laut cukup hangat
untuk memungkinkan terjadinya penguapan dan banyaknya uap air di atmosfer.
Analisa Medan Angin
Analisa ini menggunakan peta angin 3000 feet yaitu dengan melihat gerakan dan aliran
angin dan fenomena-fenomena cuaca yang memungkinkan terjadinya terangkatnya
massa udara yang memperkuat sistem konveksi.
2
Analisa Data Citra Satelit
Analisa citra satelit pada tulisan ini digunakan untuk mengetahui daerah-daerah liputan
awan serta jenis awan khususnya di sekitar tempat kejadian. Selain itu juga untuk melihat
ada tidaknya siklon, palung, ataupun daerah liputan awan yang menunjang.
Analisa Data Cuaca Permukaan
Analisa data cuaca permukaan digunakan untuk mengetahui keadaan sinoptik yakni
suhu, keadaan awan dan cuaca bermakna berdasarkan observasi.
Analisa Labilitas Udara
Perhitungan Lapse Rate
Pada dasarnya stabilitas udara dapat dideteksi dari perubahan suhu (∂T) terhadap
ketinggian (∂Z) yang disebut lapse rate (γ) yang dirumuskan :
................................ ( Rumus Lapse Rate )
Ada tiga macam penurunan suhu terhadap ketinggian yaitu:
1.
2.
= 0,0098 oC/m ( sebelum mengalami kondensasi )
3.
= 0,0049 oC/m ( setelah mengalami kondensasi )
Suhu Konvektif (Tc)
Suhu konvektif yaitu besarnya suhu udara permukaan yang harus dicapai, untuk
memulai proses pengangkatan parsel udara secara konvektif yang diperoleh dari pemanasan
matahari pada lapisan udara permukaan (lihat gambar di bawah).
Cara Menentukan Tc
(AWS MANUAL NO. 105 – 124 VOLUME 1)
Convection Condensation Level (CCL) dan Equilibrium Level (EL)
CCL adalah ketinggian yang akan dicapai oleh parsel udara apabila mendapatkan
pemanasan yang cukup mulai dari lapisan permukaan dan naik secara adiabatik hingga
menjadi jenuh pada lapisan kondensasi. EL adalah lapisan dimana suhu parsel yang naik
sama dengan suhu sekitarnya, sehingga gaya naik parsel (gaya bouyoncy) dianggap nol atau
sudah tidak ada sehingga EL dapat diestimasi sebagai tinggi puncak awan. Cara menentukan
CCL dan EL dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
3
Cara menentukan CCL & EL
(AWS MANUAL NO. 105 – 124 VOLUME 1)
Kelembapan Udara / Relative Humidity (RH)
Salah satu metoda yang lazim digunakan untuk mengetahui nilai RH yaitu dengan
menggunakan TETEN Formula, yang akan membantu memprediksikan seberapa besar
tingkat ketersediaan uap air di atmosfer, seberapa besar pembentukan awan-awan konvektif
[Harapan, 2007].
Dengan:
Q= Kelembapan spesifik (perbandingan antara kerapatan uap air terhadap kerapatan
udara basah).
E = Tekanan uap parsial uap air
Em = Tekanan uap air jenuh
Dengan menggunakan TETEN Formula, nilai Qi pada tekanan ke Pi dapat diasumsikan
sebagai berikut:
Q1 = 0.622
E
P 0.378E
Dengan : E 6.11 exp
P 0.378Em
Q2 = 0.622Em
Dengan : Em 6.11 exp
Untuk T < 263 K maka nilai a = 21.87 dan b = 7.66
Untuk T ≥ 263 K maka nilai a = 17.26 dan b = 35.86
K – Indeks (KI)
Metode tersebut menurut rumus sebagai berikut :
K-indeks = (T850 - T500) + TD850 - (T700 - TD700)
4
Showalter Indeks (SI)
Nilai Showalter Indeks (SI) dapat diformulasikan:
SI = T- T’ (500 mb)
Dimana :
T = Suhu (T) ketinggian 500 mb.
T’ = Td pada 850 mb dinaikkan secara mixing ratio dan suhu lingkungannya (T)
dinaikkan secara adiabatis kering kemudian ketemu perpotongannya yang
kemudian dinaikkan mengikuti garis (lapse rate) adiabatis basah sampai
ketinggian 500 mb.
Lifted Indeks (LI)
Secara rumus, LI dapat ditentukan sebagai berikut :
LI = T500 - TP500
Dimana :
T500
= suhu lingkungan pada lapisan 500 milibar (ºC)
TP500
= suhu pada lapisan 500 milibar (ºC) yang akan dicapai suatu parsel udara jika
dinaikkan secara adiabat kering dari permukaan hingga Lifted Condensation
Level (LCL) dan kemudian secara adiabat basah hingga lapisan 500 milibar.
III. HASIL DAN BAHASAN
Analisa ITCZ
Berdasarkan analisis kejadian hujan lebat yang terjadi di wilayah Parigi pada tanggal 8
Februari 2006, maka letak posisi ITCZ pada tanggal kejadian tersebut berada di BBS atau
berada di bagian selatan daerah Tropis. Sedangkan pada tanggal 25 Agustus 2012, maka letak
posisi ITCZ pada tanggal kejadian tersebut berada di BBU atau berada di bagian utara daerah
Tropis, belum memasuki wilayah Indonesia. Sehingga di wilayah Indonesia belum
mendapatkan pengaruh langsung dari kejadian ITCZ tersebut.
Analisa Sea Surface Temperature
Gambar peta Sea Surface Temperature pada tanggal 8 Februari 2006 (kiri)
dan tanggal 25 Agustus 2012 (kanan)
Berdasarkan data dari peta analisis Sea Surface Temperature (SST) tanggal 8 Februari
2006 dan 25 Agustus 2012 pada di atas, dapat diketahui bahwa suhu permukaan laut di
wilayah Indonesia berkisar antara 24 oC – 30 oC. Untuk di wilayah sekitar Sulawesi Tengah
berkisar antara 26 oC – 29 oC yang merupakan kondisi laut yang cukup hangat untuk
terjadinya penguapan di laut tersebut.
5
Analisa Medan Angin
Gambar peta Angin 300 Feet pada tanggal 8 Februari 2006 (kiri)
dan tanggal 25 Agustus 2012 (kanan)
Pada tanggal 8 Februari 2006 jam 00.00 UTC diketahui terdapat daerah tekanan rendah
di sekitar wilayah Selat Karimata yang menyebabkan gerakan massa udara dari daerah BBU
menuju ke daerah tekanan rendah tersebut, sehingga di wilayah sekitar daerah tekanan
rendah tadi terjadi Konvergensi dan penumpukan massa udara. Sedangkan Pada tanggal 25
Agustus 2012 jam 00.00 UTC diketahui 2 Siklon Tropis tersebut masih bertahan disekitar
wilayah Taiwan, menyebabkan terbentuknya daerah belokan angin (Shearline) di sebagian
wilayah Indonesia, termasuk daerah sulawesi.
Analisa Cuaca Permukaan
Tabel Deskripsi Keadaan Cuaca Pada Tanggal 8 Februari 2006
Parameter Cuaca
Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Suhu Udara
Max : 31,4 oC ; Min : 23,0 oC
Perawanan
Cu ; luas tutupan awan 6 - 8 oktas
Curah Hujan
0,2 mm
Keadaan Cuaca
Berawan serta terjadi Hujan dari jam 03.00 UTC
Jumlah curah hujan di pos hujan Dolago Parigi adalah sebesar 125 mm per hari.
Tabel Deskripsi Keadaan Cuaca Pada Tanggal 25 Agustus 2012
Parameter Cuaca
Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Suhu Udara
Max : 28,3 oC ; Min : 22,0 oC
Perawanan
Cu ; luas tutupan awan rata-rata overcast
Curah Hujan
130 mm
Keadaan Cuaca
Hujan ringan - sedang di siang hari ; terjadi guntur
di sore hari
Jumlah curah hujan di pos hujan Dolago Parigi adalah sebesar 80 mm per hari.
6
Analisa Data Citra Satelite
Gambar Tutupan Awan pada tanggal 8 Februari 2006 (kiri)
dan tanggal 25 Agustus 2012 (kanan)
Berdasarkan data satelit di atas, dapat dilihat bahwa pada tanggal 8 Februari 2006
awan yang terbentuk lebih banyak awan tunggal hal ini dipengaruhi oleh faktor konveksi.
Sedangkan pada tanggal 25 Agustus 2012 awan yang terbentuk lebih banyak karena
dipengaruhi oleh Gangguan cuaca synoptik (adanya siklon tropis di BBU).
Analisa Sounding
Tabel Deskripsi Kondisi Atmosfer Pada Tanggal 8 Februari 2006
Parameter
Suhu Konvektif (TC)
CCL
EL
RH (permukaan-850 mb)
RH (850-500 mb)
K-Indeks
S-Indeks
L-Indeks
Nilai
Keterangan
0
30,0 C
3.250 feet
39.800 feet
84%
83%
33,6
23,7
-1,22
Suhu konvektifnya cukup tinggi
Tebal Awan = 36.550 feet
kandungan uap airnya cukup
kandungan uap airnya cukup
konvektif sedang
kemungkinan terjadi shower
Labil
Tabel Deskripsi Kondisi Atmosfer Pada Tanggal 25 Agustus 2012
Parameter
Nilai
Keterangan
0
Suhu Konvektif (TC)
24,8 C
CCL
490 feet
EL
47.200 feet
RH (permukaan-850 mb)
82%
RH (850-500 mb)
82%
K-Indeks
34,3
S-Indeks
0,7
L-Indeks
0,26
Konvektif terjadi mulai jam 01.00 UTC
Tebal Awan = 42.300 feet
kandungan uap airnya cukup
kandungan uap airnya cukup
konvektif sedang
kemungkinan terjadi shower
Labil
7
IV. KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisa, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab gangguan cuaca
yang dominan pada kejadian kasus tanggal 8 Februari 2006 dan tanggal 25 Agustus 2012
adalah karena kondisi Lokal yaitu karena Labilitas Udaranya. Selain kondisi Labilitas Udara
tersebut juga di pengaruhi oleh adanya faktor Konveksi dan Orografi di daerah tersebut yang
menyebabkan banyaknya pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan tinggi di
wilayah tersebut.
V. DAFTAR PUSTAKA
Adil, Nasrol, 2012 “ Analisis Cuaca Ekstrim Pada Saat Kejadian Hujan Lebat Di Kabupaten
Pesisir Selatan Sumatera Barat (Studi Kasus Tanggal 2 November 2011) “, Akademi
Meteorologi Dan Geofisika, Jakarta.
Janwar, Muhammad, 2012 “ Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Hujan Ekstrim
Di Labuha (Studi Kasus Tanggal 27 Juni 2006) “,Akademi Meteorologi Dan Geofisika,
Jakarta.
Pasaribu, Okto Mario, 2012 “ Analisa Cuaca Ekstrim Di Medan (Studi Kasus Hujan Lebat
Tanggal 4 Januari 2011 & 23 Mei 2011) ”, Akademi Meteorologi Dan Geofisika,
Jakarta.
Widiatmoko, Hadi dan Siswadi, 2005 “ Metode Analisis dan Peramalan Cuaca Jangka
Pendek dengan Mempergunakan Diagram Aerologi Skew T, Log P “, Badan Meteorologi
dan Geofisika, Jakarta.
Winarso, Paulus Agus, 2009 “ Analisa Cuaca II “, Akademi Meteorologi Dan Geofisika,
Jakarta.
http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/07/id (diakses pada tanggal 24-11-2012)
http://pustakacuaca.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 10-12-2012)
http://blendedlearning.itb.ac.id/web5/index.php/forum/detail/1439
(diakses pada tanggal 20-10-2012)
http://met043.wordpress.com/2012/05/29/kondisi-dinamika-atmosfer/
(diakses pada tanggal 22-10-2012)
8