Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
TUGAS KELOMPOK SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA KEBUDAYAAN BATAK SUMATERA DISUSUN OLEH: KELOMPOK II : MUH. FAUZI MUKHTAR (Moderator) NURFADILAH FAJRI HURRIYAH (Notulen) BEBBY SILVIA F. T (Pemateri) HASNIA BASIR (Pemateri) FEBI SILVIA (Pemateri) ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR KATA PENGANTAR   Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang kebudayaan suku batak. Dalam penyusunan Makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan Makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.   Makassar,17 Maret 2015 Penulis       DAFTAR ISI   HALAMAN………………………………………………………………. KATA PENGANTAR ……………………………………………………. DAFTAR ISI ……………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. A.  Latar Belakang …………………………………………. B.  Rumusan Masalah ……………………………………… C.  Tujuan …………………………………………………… BAB II PEMBAHASAN A.  Sejarah Suku Batak ………………………………………. B.  Letak Geografi Suku Batak ………………………………. C.  Bahasa Suku Batak ……………………………………….. D.  Baju Adat Suku Batak …………………………………… E.   Sistem Kepercayaan Suku Batak ………………………... F.   Sistem Kekerabatan Suku Batak ………………………… G.  Bentuk Kesenian Suku Batak ……………………………. H.  Makanan Khas Suku Batak ……………………………… I.     Sistem Ekonomi Suku Batak …………………………… BAB III PENUTUP ……………………………………………………… A.  Kesimpulan ………………………………………………. B.  Saran …………………………………………………….... DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN  Latar Belakang Dalam jiwa manusia terdapat keindahan yang melekat secara utuh, naluri yang tertanam akan budaya ataupun kebudayaan, segala bentuk yang membuat manusia itu hidup tertata dalam masyarakat adalah budaya itu sendiri yang dimana setiap manusia wajib melestarikan budaya demi kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat. Dengan melestarikan budaya nasional, warga Indonesia mampu mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang bersumber terhadap keselarasan jiwa setiap masyarakatnya, untuk itulah manusia yang ideal harus menganggap budaya sebuah hal yang intens. Dari berbagai definisi budaya yang terbilang banyak, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata (konkrit), misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyaraka. Dalam makalah ini akan dibahas yakni sistem sosial budaya suku batak dalam konteks hidup dan perkembangan atau ciri khas mereka.  B.     Rumusan Masalah 1.      Apa yang dimaksud dengan sistem kepercayaan suku batak ? 2.      Bagaimana bentuk sistem kekerabatan suku batak ? C.     Tujuan 1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem sosial budaya batak. 2.      Memenuhi tugas Sistem Kebudayaan Indonesia BAB II PEMBAHASAN  A. Sejarah Batak merupakan satu istilah yang digunakan untuk kumpulan suku yang terdapat di daratan tertinggi di Sumatera Utara, Suku Batak berasal dari keturunan Raja Batak Suku batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal dari indocina atau hindia belakang, nenek moyang orang batak berasal dari utara berpindah ke Filipina dan berpindah lagi ke Sulewesi Selatan, berlayar hingga akhirnya menetap di pelabuhan barus, kemudian bergeser ke pedalaman dan menetap dikaki gunung pusuk buhit, di tepi pulau samosir, tempat asal usul peradaban suku batak. Keturunan suku batak berasal dari hindia muka (india), pindah ke burma, kemudian ke tanah genting Kera di Utara Malaysia. Berlayar sampai ke tanjung balai batubara dan di pangkalan brandan atau kuala simpang di aceh dari sana naik ke pedalaman danau toba Suku batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang berasal dari Asia selatan yakni dari burmayang berlayar sampai malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau toba. B. Jenis Suku Batak Suku bangsa batak bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Jenis-jenis suku batak : 1) Batak toba 2) Batak karo 3) Batak pakpak 4) Batak simalungun 5) Batak angkola 6) Batak mandailing   B.     Letak Geografi Suku Batak Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Daerah asal kediaman orang batak dikenal dengan daratan tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, toba, Mandailing dan tapanuli tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah sumatera utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang sangat terpenting untuk sumber mata pencaharian buat masyarakat sekitarnya. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa kabupaten atau bagian dari sumatera utara.Yaitu Kabupaten Karo, simalungun, dairi, tapanuli utara dan dairi. Danau Toba dianggap sebagai simpul pemersatu areal tanah yang didiami individu-individu maupun kelompok etnis Batak Toba ini,yang keadaannya berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan air laut.   C.     Bahasa Suku Batak Suku Batak berbicara bahasa Batak. Bahasa Batak termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu - Polinesia. Hampir setiap jenis suku Batak memiliki logat tersendiri dalam berbicara. Oleh karena itu bahasa Batak memiliki 6 logat, yakni logat Karo oleh orang Batak Karo, logat Pakpak oleh orang Batak Pakpak, logat Simalungun oleh orang Batak Simalungun, logat Toba oleh orang Batak Toba, Mandailing, dan Angkola. Pada dasarnya huruf /ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa Batak Toba, misalnya orang Batak Toba pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang Batak tidak lagi menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan dalam bahasa Batak Toba.   D.    Baju Adat Suku Batak Baju adat batak adalah ulos. Ulos dipergunakan di semua acara adat, meskipun untuk pemakaiannya tiap ulos memiliki aturannya sendiri. Ulos itu dapat dipadukan dengan pakaian modern, misalnya jas atau dipadukan dengan kebaya. Sebagai baju adat batak toba, ulos juga dapat dikombinasikan dengan sortali. Sortali itu sendiri adalah ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota. Biasanya dibuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus dengan kani merah. Sortali ini digunakan pada pesta-pesta besar. Sortali digunakan laki-laki dan perempuan. Akan tetapi sama seperti ulos, penggunaan sortali tidak sembarangan dan memiliki aturan sendiri. Ulos itu sendiri sebenarnya tidak hanya berupa kain tenun, tapi dapat juga berupa tanah (ulos na so ra buruk), uang (ulos tonunan sadari atau berupa makanan dan doa restu. Sebagai baju adat batak toba, maka ulos yang berupa kain tenun (ulos herbang) E.     Sistem Kepercayaan / religi Suku Batak Di daerah Batak terdapat beberapa agama, antara lain: agama Islam, agama Katolik, dan agama Kristen Protestan. Meskipun demikian, konsep-konsep kepercayaan atau religi purba masih hidup terutama di pedesaan. Sumber utama untuk mengetahui sistem kepercayaan dan religi purba ini adalah buku pustaka yang terbuat dari kayu dan ditulis dengan huruf Batak. Buku tersebut memuat konsep-konsep tentang pencipta, jiwa, roh, dan dunia akhirat. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional Batak adalah kepercayaan terhadap Mulajadi Na Bolon yang dipercayai oleh orang Batak sebagai dewa tertinggi mereka pencipta 3(tiga) dunia: dunia atas (banua ginjang) dunia tengah (banua tonga) dunia bawah (banua toru) Manusia dipercaya hidup di tengah, tidak terpisah dari alam, manusia satu dengan kosmos. Adat memimpin hidup manusia perseorangan, sedangkan masyarakat adalah simbol ketertiban kosmos. Tiga golongan fungsional dalam masyarakat adat Batak yang disebut Dalihan Na Tolu dipercaya sebagai refleksi kerjasama ketiga dunia itu. Dalam sistem adat istiadat orang Batak dikenal adanya Dalihan na Tolu yang berarti Tiga nan Satu. Dalihan Na Tolu berasal dari kata ”dalihan” yang berarti tungku dan ”na tolu” artinya nan tiga. Tungku nan tiga melambangkan terdapat tiga buah batu sebagai tungku yang menopang kuali (lambang kehidupan sehari-hari). Sistem Dalihan Na Tolu menentukan kedudukan, hak dan kewajiban orang Batak dalam lingkungannya. Dalam sistem masyarakat orang Batak Toba ketiga unsur ini digambarkan sebagai Hula-hula, Dongan Sabutuha dan Boru. Prinsip Dalihan Na Tolu memiliki kaitan erat dengan sistem marga dan silsilah. Salah satu contoh penerapan prinsip Dalihan Na Tolu ini dapat dilihat dalam penggunaan ulos yang erat kaitannya dengan kehidupan adat orang Batak Toba maupun sub suku Batak Toba dan juga lainnya. F.      Sistem Kekerabatan Suku Batak Kekerabatan pada masyarakat Batak memiliki dua jenis, yaitu kekerabatan yang berdasarkan pada garis keturunan ( marga ) atau geneologis dan berdasarkan pada sosiologis (perkawinan). Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki (paranak dalam bahasa Toba, si pempokan dalam bahasa Karo) dengan kaum kerabat si perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam bahasa Karo). Menurut adat lama pada masyarakat Batak, seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban dalam bahasa Toba) yakni perkawinan dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya (cross cousin) dianggap perkawinan ideal. Sistem kekerabatan masyarakat Batak adalah patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu kakek atau satu nenek moyang. Dalam masyarakat Batak hubungan berdasarkan satu ayah disebut sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Adapun kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih (keluarga inti, terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak) yang disebut jabu, dan ripe dipakai untuk keluarga luas yang virilokal (tinggal di rumah keluarga pihak laki-laki). Dalam masyarakat Batak, banyak pasangan yang sudah kawin tetap tinggal bersama orang tuanya. Adapun perhitungan hubungan berdasarkan satu kakek atau satu nenek moyang disebut sada nini (pada masyarakat Karo) dan saompu (pada masyarakat Toba). Keluarga sada nini atau saompu merupakan klen kecil. Adapun klen besar dalam masyarakat Batak adalah merga (dalam bahasa Karo) atau marga (dalam bahasa Toba). G.    Bentuk Kesenian Suku Batak Seni Sastra Pada masyarakat Batak Toba terkenal cerita Si Boru Tumbaga dan terjadinya Danau Toba. Bahwa ceritra Si Boru Tumbaga ini menggambarkan perbedaan antara anak laki-laki dan wanita yang masih tumpang, terutama dalam hal hak waris. Cerita terjadinya Danau Toba menggambarkan bahwa seseorang yang melanggar janji akan dikutuk. Kutukan itu datangnya dari Tuhan berupa keajaiban atau dalam bentuk yang lain.Sastra Batak, khususnya cerita rakyat dalam bahasa Toba disebut turi-turi. Seni sastra ini dapat diungkapkan berupa umpama (pantun). Ada pantun yang biasa dipergunakan pada pidato-pidato, dalam upacara-upacara hukum adat dan ada pula yang mengenai percintaan antara muda-mudi.Tonggo-tonggo adalah ucapan yang disusun secara puitis dan biasanya diungkapkan pada waktu mengadakan upacara-upacara rituil. Adakalanya kalimatnya panjang-panjang, isinya penuh mengandung gaya bahasa yang indah dengan aliterasi dan praktisme. Pada umumnya jarang orang yang bisa mengucapkan hal tersebut dan hanya orang-orang tertentulah yang mengetahuinya. Teka-teki yang singkat dalam bahasa bahasa Batak Toba disebut huling- hulingan. Kalau teka-teki itu memerlukan jawaban, berupa ceritra dinamakan torkan- torkan. Hal ini umpama oleh para orang tua terhadap anak-anak. Seni Musik Kesenian khususnya dalam bidang seni musik telah mengalami perkembangan yang pesat di dalam masyarakat Batak. Biasanya pada waktu habis panen berbagai desa di daerah Batak selalu dikunjungi oleh opera-opera Batak. Dalam upacara-upacara adat yang besar selalu dibunyikan gondang sebangunan yaitu seperangkat musik tradisional Batak. Musik tradisional Batak boleh dikatakan kaya dalam bunyi-bunyian, di samping gong (ogung) trum (taganing dan gordang) dan klarinet (serunai), juga dikenal garantung (sejenis taganing dari kayu), hasapi (kecapi), sordam (sejenis seruling tapi diembus dari ujung), sulim (seruling), tuila (dari bambu kecil pendek dan diembus pada bagian tengah), dll. Seni Tari Tari yang terkenal dari Batak, yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas beberapa jenis. Beberapa jenis tari tor-tor sebagai berikut. a) Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu. b) Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung, dan bahu. c) Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan & jari tengah. d) Siangkupna, anggota badan yang bergerak hanya leher. e) Hapunana, anggota badan yang bergerak hanya wajah. Seni Bangunan Rumah adat tradisional Batak terbuat dari kayu dengan tiang-tiang yang besardan kokoh. Atapnya terbuat dari bahan ijuk dan bentuk atapnya adalah melengkung. Di ujung atap bagian depan terdapat tanduk kerbau. Pada umumnya rumah-rumah adat Batak selalu dihiasi dinding depan dan samping. Dengan berbagai macam atau ornamen, yang terdiri dari warna merah, hitam dan putih. Merah melambangkan benua tengah, hitam melambangkan benua atas dan putih melambangkan benua bawah. Sekarang ini, rumah adat tradisional sudah mulai menuju kepunahan dari daerah Batak. Rumah adat Batak disebut ruma/jabu (bahasa Toba) merupakan kombinasi seni pahat ular serta kerajinan. Ruma akronim Ririt di Uhum Adat yang artinya sumber hukum adat dan sumber pendidikan masyarakat Batak. Rumah berbentuk panggung yang terdiri atas tiang rumah yang berupa kayu bulat, tiang yang paling besar disebut tiang persuhi. Tiang-tiang tersebut berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai pondasi yang disebut batu persuhi. Bagian badan terbuat dari papan tebal, sebagai dinding muka belang, kanan dan kiri, dinding muka belakang penuh ukiran cicak. Atap sebelah barat dan timur menjulang ke atas dan dipasang tanduk kerbau sebagai lambang pengharapan. Seni Kerajinan Tangan (Ulos) Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah kain ulos. Peranan ulos bagi masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal sangat tinggi. Macam-macam ulos dan fungsinya dalam suatu acara, meliputi: a) ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu saat pernikahan; b) ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan; c) ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya saat hamil tua; d) ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda. e) ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika yang meninggal laki-laki; H.    Makanan Khas Suku Batak Lapet atau juga akrab disebut ombus-ombus yang artinya masih tetap hangat, adalah makanan khas Suku Batak yang berasal dari daerah Siborong-Borong. Bahan dasar lapet adalah itak yang merupakan beras yang dihaluskan secara manual dengan peralatan seadanya yang masih sangat tradisional. Setelah itak sudah benar-benar halus, itak tersebut diadon dengan kelapa muda, gula pasir, dan terkadang gula aren. Adonan tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang sebelum akhirnya dikukus. Sistem Ekonomi Suku BataK Sistem ekonomi atau sistem mata pencaharian yang dilakukan masyarakat Batak adalah bercocok tanam di sawah, ada juga yang di ladang seperti suku bangsa Karo, Simalungun, dan Pakpak. Masyarakat Batak mengenal sistem gotong-royong dalam bertani, dalam bahasa Karo disebut raren, sedangkan dalam bahasa Toba disebut marsiurupan. Gotong royong dilakukan dengan mengerjakan tanah secara bersama-sama oleh tetangga atau kerabat dekat. Alat yang digunakan untuk bercocok tanam, antara lain cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo, luku dalam bahasa Toba), dan tongkat tugal (engkol dalam bahasa Karo). Bajak biasanya ditarik dengan sapi/kerbau, sabit (sabi-sabi dalam bahasa Toba) dipakai untuk memotong padi, ada juga yang memakai ani-ani. Peternakan yang diusahakan oleh masyarakat Batak, seperti kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Babi biasanya untuk dimakan dan juga digunakan dalam upacara adat. Di Pulau Samosir tepi Danau Toba, menangkap ikan dilakukan intensif dengan perahu lesung (Solu) dan hasilnya dijual ke kota.   BAB III PENUTUP   A.     Kesimpulan Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu antara lain: Sebagian masyarakat suku batak pada dasarnya masih sangat menghargai kebudayaan tersebut dan juga sangat menghormati leluhur mereka, karena dalam kehidupan mereka sangat percaya pada leluhur mereka, apapun yang ditinggalkan oleh leluhur mereka itulah yang wajib dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka . b.   Sistem kekerabatan suku dayak yaitu menggunakan sistem kemasyarakatan.   B.     Saran Sebagai warga Negara Indonesia kita perlu mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Negara kita sendiri. Kadang kita lebih mengenal budaya yang ada di Negara barat melainkan budaya kita sendiri. Salah satu budaya dari Negara kita adalah budaya suku batak. Tentu bukan hanya budaya suku batak yang ada di negara Indonesia, melainkan masih banyak budaya-budaya yang belum kita ketahui . Maka dari itu kita harus mengenal budaya kita sendiri mulai memberikan wawasan kepada anak-anak sejak dini agar memahami beragam budaya yang ada di Negeri tercinta ini.   DAFTAR PUSTAKA http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-batak-kebudayaan-sistem-kepercayaan-bangsa.html http://h3rcul3z.blogspot.com/2014/04/makalah-kebudayaan-suku-batak.html http://habatakon01.blogspot.com/2013/05/suku-bangsa-batak-dan-konsep-kebudayaan.html