Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Tema : Yesus dalam budaya Jawa terlebih sebagai petani Pengantar Sejalan dengan arus globalisasi, paham Gereja sebagai Gereja dunia sebagaimana dipaparkan oleh Karl Rahner menjadi sangat relevan. Rahner memahami Gereja Dunia sebagai Gereja yang bercirikan pelbagai kebudayaan di seluruh dunia, di mana pluralisme budaya dan kepercayaan mendapat tempatnya. Gereja tidak lagi berpusat di Eropa (baca:Vatikan), tetapi berakar pada budaya masing-masing daerah (Rahner, 1981:80-81). Kristianitas tidak lagi harus diungkapkan melalui pola pikir Barat, melainkan dapat dipahami dna diungkapkan melalui budaya-budaya setempat (EN 62, 65). Gereja mengakui nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam budaya-budaya daerah. Dengan demikian inkulturasi merupakan suatu keharusan untuk dikembangkan supaya iman Kristiani dapat diungkapkan melalui budaya-budaya daerah, dan dengan demikian semakin dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat setempat (Rukiyanto, 2009: 45-46). Sangat disayangkan bahwa pelaksanaan inkulturasi liturgi kadang kala berbenturan dengan sejumlah imam atau awam yang terlalu mementingkan rubrik di dalam pelaksaan liturgi. Rubrik dan aturan liturgi memang perlu, namun jangan samapai kita jatuh pada rubrisisme, terlalu memperhatikan aturan-aturan dan rincian-rinciannya sehingga liturgi menjadi kaku (Rukiyanto, 2009: 45-46). Katekese inkulturatif membantu umat supaya tidak jatuh pada rubrisisme, sebaliknya justru semakin menyadari pentingnya penghayatan liturgi melalui unsur-unsur budaya setempat. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat yang sering kita sebut sebagai kebudayaan. Keanekaragaman yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya. Seperti di daerah Jawa, lebih tepatnya di Jawa Tengah. Kebudayaan yang ada di Jawa Tengah sangat beragam. Sehingga Jawa Tengah dikenal sebagai jantung budaya Jawa. Walaupun perkembangan teknologi pada jaman sekarang ini sangat cepat. Namun masyarakat Jawa Tengah tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan yang diberikan oleh leluhurnya.
Skenoo : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Humans are social beings who live in the community, in society there are cultural values that bind to unite them. In it there are traditions that must be carried out. Javanese traditions influence on Christians and views from a biblical point of view. The method used is descriptive qualitative which aims to introduce Javanese tradition and see it from a biblical point of view. As a result, the Javanese still use tradition, and tradition is attached to the life of the Javanese, re-examining traditions with Bible truth. Because the tradition is man-made to honor his ancestors, while the Bible says: "God who made the earth and all that is in it, He who is Lord of heaven and earth, does not live in temples made by human hands" (Acts 17:24). ).
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia
The challenge of inculturating the gospel with cultural traditions is not new. The presence of Catholicism in Java is quite influenced by Javanese culture, both literature, art, tradition and others. One of the inculturation efforts is the translation of the Holy Scriptures into Javanese, as has been done by Father Soenarja, SJ. Efforts to translate the Bible into the local language pave the way for wide inculturation for the development of the faith of the people of the Bible. So, the translation of the text of the Bible also takes into account the benefits of building the faith of the people. One of the efforts made is that the translation of the Holy Scriptures is not only in language but also adapted to the form of literature that is familiar to the Javanese in conveying a teaching, one of which is macapat. By using C.S Pierce's semiotic analysis approach, the author finds that the Papat Bible has an interpreter and ground that can be used as a mission bridge in Javanese cul...
ABSTRAK Kemunculan dan perkembangan Islam di Dunia Indo-Melayu (termasuk di dalamnya adalah Jawa) menimbulkan transformasi kebudayaan-peradaban lokal. Transformasi suatu kebudayaan-peradaban melalui pergantian agama dimungkinkan, karena Islam bukan hanya menekankan keimanan yang benar, tetapi juga tingkah yang baik, yang pada giliranya harus diejawantahkan setiap Muslim dalam berbagai aspek kehidupan, dan tentu saja termasuk aspek budaya di dalamnya. Masuknya Islam ke Jawa, dalam konteks kebudayaan membawa dampak pada akulturasi Islam dan budaya Jawa, yaitu budaya yang telah hidup dan berkembang selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu Jawa. Akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat pada batu nisan, arsitektur (seni bangunan), seni sastra, seni ukir, dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar Islam. akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat dalam setiap era kesultanan (kerajaan Islam) yang ada di Jawa, baik era Demak, era Pajang, maupun era Mataram Islam. Pada era Demak, akulturasi antara Islam dan budaya Jawa terjadi dalam banyak hal, misalnya, arsitektur, seni ukir,
Kristologi Dasar, 2019
Paper ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana Kehidupan di tempat tinggal Saya Wonosobo dalam hubungannya dengan Yesus dan Budaya Saya, yaitu sebagai seorang Petani. COPASLAH DENGAN BIJAK, SAYA TAU ANDA PUNYA OTAK! :)
Institut Teknologi Bandung, 2022
The arrival of Europeans to Nusantara in the 15th century gave various influences on people's lives, especially on cultural and religious aspects. Catholicism began to emerge among the people of Nusantara as a new belief; brought by the Europeans at that time. After going through various dynamics such as the power acquisition from the Portuguese to the Dutch, the spread of Catholicism had experienced turmoil in Nusantara and had to adapt to the socio-political conditions among the people at that time. Inculturation is one of the ways for Catholicism to gain sympathy and get closer to the community, by merging Catholic culture with local culture. The real form of inculturation can be seen through the construction of churches, where church architecture will try to follow and combine elements of Catholicism with local culture, one of which is the Church of the Sacred Heart of the Lord Jesus (Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus) in Ganjuran, Yogyakarta. This research is one of the efforts to review objects or artifacts that are a form of inculturation at the Church of the Sacred Heart of the Lord Jesus, Ganjuran. Reviews of these objects and artifacts will be studied further to find out whether there is an impact on the worship procedures in the church. The method used in this research is a descriptive analysis by collecting data, such as: literature review, documentation and observation. The Yogyakarta earthquake in 2006 changed the presentation of HKTY Church, Ganjuran; which leaned towards Java. This is proved by the existence of artifacts such as the statue of the Virgin Mary, the statue of Jesus Christ, and the Temple of The Sacred Heart of Jesus, which adapt Javanese culture but there are still conventional aspects of Catholicism from the Vatican which are reflected in its visuals or philosophy. The form of inculturation that emerged in the church finally encouraged the adaptation efforts of the HKTY Church, Ganjuran to carry out worship procedures using the traditions of Central Java, especially Yogyakarta.
Javanese Islam is not a religious sect in Islam, but only a product from adaptation process of Islam in the Java community culture. This is possible because the values of Islam it's self is universal, so inclusive to be adapted in various people cultures. The characteristic of Islam in Java are Sufism. It's mutual fusion between Islam and Javanese culture. The emergence Javanese Islam has enriched interpretation of Islam, specially in Islamic cultural development. A. Pendahuluan Agama Islam diturunkan guna menjadi petunjuk bagi manusia dan sebagai rahmat bagi seru sekalian alam. Fungsi tersebut mengandaikan pentingnya misi penyebarluasan Islam sehingga umat Islam memiliki kewajiban menyebarluaskan misi di masyaraikat untuk mencapai kebaikan universal , dan terciptanya tatanan hidup masyarakat yang berbudaya dan berperadaban. Artinya bagaimana nilai-nilai luhur agama itu termanifestasi dalam realitas kehidupan. Apa yang menjadi persoalan adalah bagaimana ajaran agama dapat bergumul dengan budaya lokal dan ditafsirkannya sesuai bahasa dan tradisi local. Dalam perspektif anthropologi budaya, setiap manusia dan masyarakat tidak dapat menghindarkan diri dari upaya menafsirkan obyek yang disandarkan pada kondisi histories yang mempengaruhinya. 1 Hal ini berarti bahwa manusia dan masyarakat memiliki kemampuan memahami dan menginterpretasikan suatu obyek (termasuk agama) dengan berbekal pada kondisi histories dan tradisi yang melingkupinya. Apalagi penafsiran obyek itu terkait dengan ajaran Islam yang diakui sebagai ajaran universal yaitu ajaran yang kontekstual baik dari sisi waktu maupun tempat. Dalam kesejarahan Islam, agama ini menyebar dengan mendapat banyak tantangan-tantangan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan yang lainnya disebabkan perpedaan kulturr-kultur masyaraakat yang berbeda. Tantangan-tantangan tidak harus ditanggapi secara konfrontatif tetapi dapat mengambil jalan adaptif-kompromis. Di Jawa, tantangan-tantangan muncul dari tradisi mistik Jawa dan budaya Jawa-Hindu. Namun demikian, atas kepekaan intelektual dan kultural para wali, Islam dihadirkan di Jawa dengan wajah yang santun , adaptif dan tidak
Revista de Arqueologia Publica, 2023
Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, 2012
Social Sciences, 2023
大東文化大学 教職課程センター紀要 第8号, 2023
Hortus Artium Medievalium, 2018
IEEE Internet of Things Journal, 2020
Folia Praehistorica Posnaniensia, 2013
Advances in Animal Biosciences, 2010
Juvenil, 2023
RCT - Revista de Ciência e Tecnologia
Journal of Multiperspectives on Accounting Literature, 2024
Jurnal Penelitian Agrosamudra, 2019
Blucher Chemical Engineering Proceedings, 2018