ANCHOR
ASSESSMENT
Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam
i
1.
2.
3.
4.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal
1 ayat [1]).
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a.
Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala
bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian,
pengaransemenan,
atau
pentransformasian
ciptaan;
e.
pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i.
Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]).
Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]).
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]).
ii
ANCHOR
ASSESSMENT
Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam
Tim Penulis
iii
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
© Tim Penulis
Anchor Assessment: Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling
Islam/ Tim Penulis.; -- Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.
viii + 140 hlm. ; 16 x 24 cm.
ISBN : 978-602-5610-22-6
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun
juga tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan I, Januari 2018
Pengantar
Editor
Reviewer
:A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si
: Moh Khoerul Anwar, S.Pd.,M.Pd
: A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si,
Nailul Falah, S.Ag., M.Si,
Slamet, S.Ag., M.Si,
Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I.,
Larinda Septiyani, S.Pd,
Agus Syahputra, S.Kom.I,
Saidah Ramadhan, S.Pd. I,
Lestari, S.Sos.I.
Desain & Layout
: Muhammad Agung Pratama dan Asmul Fauzi
Tata Aksara
: Salma Husniyati dan Afaaf Mauilaa
Tim Penulis
: Sifatul Aliyah, Muhammad Agung Pratama, Salma
Husniyati, Suandara Pratiwi, Afaaf Mauilaa, Asmul Fauzi, Siti Rohmah
Azzahroh, Dita Exnes Septiyana, Zeffa Yurihana, Anom Sarianingsih,
Zayinhida Rahman, Gina Amaliah Shalehah, Nur Ati Qotullutfyah, Farikhah
Yuniarti, Amin Aulawi Zuhri, Nisma Luthfi Laila, Aghisti Hidayati, Luthfia
Faridatun Nisa, Tika Wahyu Saputri,Sundari, Mar’ul Khoiriyah, Yulia Putri
Intan Sari, Mekha Eka Sari, Nadya Rizqi Mufidah, Eva Rahmanitami, Rio
Anggi Fernando, Barokat Mamah.
Diterbitkan oleh:
Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI)
Jln. Jomblangan Gg. Ontoseno B.15 RT 12/30
Banguntapan Bantul DI Yogyakarta
Email/FB : psambiru@gmail.com
website: www.cetakbuku.biz/www.samudrabiru.co.id
Phone: 0813-2752-4748/0811-264-4745
iv
KATA PENGANTAR
Buku ini memberikan gambaran awal bagi siapapun yang bekerja
untuk membantu masalah orang lain, khususnya untuk bantuan masalah
psikologis, baik level individual, kelompok maupun masyarakat. Karena
melalui asesmen inilah kita akan memperoleh informasi yang relatif akurat
terkait kondisi orang yang kita bantu. Asesmen secara umum merujuk
kepada proses memperoleh informasi yang relevan untuk membantu
individu dalam menghadapi kesulitan maupun dalam pengambilan
keputusan hingga masalah-masalah psikologis. Karena pada awalnya
asesmen ini memang berkembang dalam ranah ilmu psikologis. Yang
kemudian berkembang ke ilmu-ilmu atau bidang-bidang lainnya. Jadi,
penggunaannya luas dalam berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan.
Yang di dalamnya ada bimbingan dan konseling, bahkan dalam pendidikan
menjadi bagian dari evaluasi dari pendidikan itu sendiri.
Apalagi kalau kita kembalikan pada tujuannya. Asesmen ini benarbenar aplikatif bagi kita walaupun hanya digunakan untuk membantu diri
sendiri dalam merespon stimulus yang datang ke kita. Untuk tujuan yang
lebih prinsip, tentunya semakin banyak. Dimana tujuan utamanya
penggunaan asesmen ini tergantung pada karakteristik sasaran dan obyek
yang dikaji. Karena bermacam-macam, ada assessment personality,
authentic assessment, performance assessment, portofolio assessment,
classroom assessment dan lain sebagainya.
Pertanyaannya sekarang adalah kenapa kita harus menggunakan
asesmen. Karena dengan asesmen kita dengan mudah dapat menilai hasil
belajar yang kompleks dari individu (wujud dari perilaku yang menjadi
karakter dan kompetensi serta kapasitas-kapasitas yang manusia miliki itu
semuanya adalah hasil belajar). Dan kita bisa menilai dan mengukurnya
salah satunya bisa melalui asesmen. Contohnya: jika anda ingin mengukur
kinerja siswa dalam membuat karangan maka banyak aspek yang dapat
diukur dari tugas karangan tersebut.
Salah satu jenis assesmen pendidikan dalam implementasi layanan
Bimbingan dan Konseling Islam adalah teknik non tes untuk memahami
konseli. Dalam buku ini dijelaskan beberapa variabel-variabel psikologis
manusia yang kemudian dibuat instrumennya untuk mengukur variabelvariabel psikologis tersebut. Instrumennya ini berupa skala sikap, yang
ditujukan untuk mengukur sikap individu. Misalkan religiusitas, kepatuhan,
dan lain sebagainya.
Buku ini akan memberikan gambaran kepada kita bagaimana caracara menyusun, memvalidasi dan menyajikan skala sikap tersebut sebagai
instrument yang bisa digunakan dalam asesmen. Walaupun jumlah sampel
yang digunakan belum ideal baik dari jumlah, variasi maupun heterogenitas.
Tetapi paling tidak dapat memberikan alternatif bagi kita untuk mempelajari
proses pembuatannya. Karena pada fase penyusunan kata menjadi kalimat
v
pernyataan yang memiliki nilai desirable yang tinggi tidaklah mudah, perlu
kemampuan bahasa dan penilaian dari ahli sebagai masukan. Nah ini
memiliki standar-standar yang juga dipaparkan pada tiap instrumen tersebut.
Buku ini merupakan karya mahasiswa yang sangat menarik untuk
ditindaklanjuti. Karena proses standisasi instrumen itu tidaklah mudah.
Membutuhkan cost yang besar agar bisa diaplikasikan pada berbagai sampel
yang berbeda. Jadi, buku ini merupakan langkah awal menuju hal tersebut.
Yang jelas, apresiatif bagi mahasiswa yang telah bekerja keras melakukan
konstruksi instrument non tes ini menjadi alternatif rujukan bagi yang
membutuhkan.
Yogyakarta, Januari 2018
A. Said Hasan Basri
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
ASESMEN PSIKOLOGIS DALAM BKI ............................................... 1
ASESMEN PRAKTIS DALAM BKI
A. ASESMEN TENTANG KEAGAMAAN ............................................ 9
1. Instrumen Skala Bimbingan Keagamaan
(Sifatul Aliyah).................................................................................. 9
2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan
(Zayinhida Rahman) ...................................................................... 16
3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa
(Farikhah Yuniarti) ........................................................................ 20
B.
ASESMEN TENTANG BELAJAR................................................... 27
1. Instrumen Skala Tingkat Stres Mahasiswa Akhir
(Asmul Fauzi) ................................................................................. 27
2. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar
(Siti Rohmah Azzahroh) ................................................................. 31
3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap
Kecerdasan Emosi
(Nisma Luthfi Laila) ....................................................................... 36
4. Instrumen Skala Kemampuan Mengukur Kecerdasan Emosional
Santri Putri Pp Al-Luqmaniyyah Yogyakarta
(Luthfia Faridatun Nisa) ................................................................ 41
5. Instrumen Skala Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa
(Tika Wahyu Saputri) ................................................................... 455
6. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Mahasiswa
(Mar’ul Khoiriyah) ......................................................................... 49
7. Instrumen Skala Bimbingan Konseling Islam Guna
Meningkatkan Religiusitas Lansia
(Yulia Putri Intan Sari) .................................................................. 53
8. Instrumen Skala Pencapaian Prestasi Belajar Mahasiswa
Organisasi
(Rio Anggi Fernando) .................................................................... 59
vii
C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL ..................................... 67
1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada
Ayah-Ibu Karir
(Salma Husniyati) ........................................................................... 67
2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas
(Suandara Pratiwi) ......................................................................... 72
3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru
(Afaaf Mauilaa) .............................................................................. 77
4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial
(Dita Exnes Septiyana) ................................................................... 81
5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial
Mahasiswa(Zeffa Yurihana) .......................................................... 86
6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal
(Anom Sarianingsih) ...................................................................... 89
7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak
(Gina Amaliah Shalehah) .............................................................. 94
8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa
Baru(Amin Aulawi Zuhri) ............................................................. 99
9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal
(Aghisti Hidayati).......................................................................... 107
10.Instrumen Skala Pengendalian Diri
(Sundari) ....................................................................................... 110
11.Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial
(Nadya Rizqi Mufidah) ................................................................. 115
12.Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa
( Eva Rahmanitami) ..................................................................... 119
13. InstrumenSkala Hubungan Sosial Remaja
(Barokat Mamah) ......................................................................... 123
D. ASESMEN TENTANG KELUARGA ............................................ 127
1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia
0 – 12 Tahun
(Muhammad Agung Pratama) ..................................................... 127
2. Instrumen Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan
(Nur Atiqotul Lutfiyah) ................................................................ 132
3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan
Menikah Usia 5-25 Tahun
(Mekha Eka Sari) ......................................................................... 135
viii
ASSESMEN PSIKOLOGIS
DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
(Moh Khoerul Anwar)
Telaah sejumlah besar literatur yang diterbitkan selama 25 tahun
terakhir pada Assesment umum (Burden, 1994; Moore, 2005; Norwich,
2000; Woods dan Farrell, 2006) dan fokus pada khususnya masalah
[misalnya penilaian dinamis; Stringer dkk. (1997) dan Konsultasi; Watkins
dan Wagner, (2000)]. Dengan demikian, pembahasan assesemen telah di
diskusikan selama 25 tahun lalu dan dalam assesmen membahas tentang
penilaian. Lebih lanjut mengenai assesmen akan di jelaskan.
A. KONSEP DASAR ASSESMEN
1. Pengertian Assesmen
Kumano (2001) menyatakan bahwa asesmen merupakan
proses pengumpulan data yang menunjukkan perkembangan
pembelajaran. Sependapat dari hal tersebut, Federation for Children
with Special Need menjelaskan bahwa assesmen adalah proses
pengumpulan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan, perencanaan karier, dan pengembangan rencana layanan
untuk orang muda. Lebih lanjut Gabel (1993) mengkategorikan
asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional
dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah
tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban
terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif
(non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek,
kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman
sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio,
observasi, diskusi dan interviu (wawancara). Dari ketiga pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa assesmen lebih menekankan pada
proses. Hal ini didukung oleh Rustaman (2003) bahwa asesmen
lebih ditekankan pada penilaian proses.
2. Ruang lingkup Assesmen
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam
asesmen (assesment need areas) dalam bimbingan dan konseling ada
lima, yaitu:
a. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai status dari suatu sistem, yang
membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa yang
diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil
konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau
outcome yang diharapkan dalam konseling.
b. Program planning, yaitu perencanaan program untuk
memperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk
membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian
1
program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara
konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhankebutuhan khusus pada tahap pertama.
c. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan
untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan
informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program
tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
d. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam
dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a)
evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan
yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang
berhasil, dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses
pelaksanaan program-program yang lain.
e. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut
Center for the Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi
adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa
pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar
untuk memberikan sertifikasi kepada klien.
Selanjutnya Federation for Children with Special Need
menjelaskan bahwa terdapat empat domain tumpang tindih dalam
penilaian yakni
a. Penilaian pendidikan meliputi tes akademik yang mengukur
prestasi akademik atau kinerja, seperti matematika atau bahasa
tes literasi bahasa Inggris, dan tes kemampuan kognitif yang
mengukur keterampilan intelektual atau mendiagnosis masalah
neuropsikologi seperti ketidakmampuan belajar.
b. Penilaian kejuruan mengukur minat karir, bakat pekerjaan dan
keterampilan, dan kapasitas kerja; sertifikasi keterampilanpekerjaan tertentu juga termasuk.
c. Penilaian psikologis mengukur neuropsikologi, keterampilan dan
kemampuan perilaku, sosial, dan emosional; pemeriksaan
kesehatan mental dan tes ketergantungan kimia juga termasuk
dalam kategori ini.
d. Penilaian medis mengukur kemampuan fisik dan fungsional
seperti melihat atau berbicara, dan juga mungkin termasuk
pengujian obat.
Dari kedua hal di atas dapat di simpulkan bahwa ruang
lingkup assesmen di kategorikan menjadi dua yakni cara assesmen
dan wilayah assesmen. Cara assesmen seperti sistem assesmen,
program perencanaan, program implementasi, program peningkatan
dan program sertifikasi. Sedangkan wilayah assesmen seperti
penilaian pendidikan, penilaian kejuruan, penilaian psikologis, dan
penilaian medis.
2
3. Tujuan dan Peran Assesmen
Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam
bimbingan dan konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli mengenali dan
menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari
bahwa ia bermasalah.
b. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli maupun
konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli secara
mendetil.
c. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian
masalah yang dapat dilakukan oleh konseli.
d. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling
menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil
dari beberapa alternatif tersebut.
e. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif
dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum
Rudner dan Scaper (2002) menjelaskan bahwa peran
assesmen adalah penilaian secara inheren proses penghakiman
profesional, penilaian berdasarkan prinsip terpisah tapi terkait
pengukuran bukti dan evaluasi, penilaian pengambilan keputusan
dipengaruhi ketegangan, penilaian mempengaruhi siswa dan
motivasi belajar, penilaian meningkatkan instruksi dan penilaian
tepat jika di gabungkan dengan teknologi. Lebih lanjut Departmen of
Labor (1999) menegaskan bahwa salah fungsi menggunakan alat dan
prosedur penilaian adalah untuk mengeksplorasi karir dan
bimbingan; untuk membantu orang membuat pilihan pendidikan
dan kejuruan;dan untuk memberikan informasi yang membantu
individu memilih pekerjaan di mana mereka mungkin berhasil dan
puas. Dengan demikian, assesmen memiliki peranan masing-masing
tergantung dari sudut mana kami memandang assesmen tersebut.
Lebih lanjut Lemke, Hoerandner dan Mcmahon (2006) menegaskan
bahwa assesmen dilakukan oleh ahli pendidikan, guru, administrator,
dan orang tua untuk memutuskan pada tingkat apa siswa akan diuji
dan apakah siswa akan mengambil penilaian standar (SAT atau
PSAT) atau penilaian dimodifikasi. Artinya, penggunaan assesment
di lihat dari situasi dan kondisi yang akan di asses sehingga tool atau
alat yang digunakan dalam assesmenpun dapat sesuai dengan
kebutuhan yang di harapkan.
4. Proses Assesmen
Selama proses penilaian, alternatif penilaian siswa
mengandalkan sampel pekerjaan siswa atau penilaian kinerja aktual
yang dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir
(Resnik dan Resnik, 1999; Supovity dan Brennan, 1997). Dari hal
tersebut, dapat di artikan bahwa assesment melihat proses yang
3
dilakukan. Proses yang di jadikan penilaian seperti pekerjaan,
perilaku, kinerja, kompetensi dan kemampuan diri. Beberapa hal
tersebut yang akan dilihat selama proses assesmen di lapangan.
Lebih lanjut Huysamen (2002) menjelaskan bahwa beberapa
perkembangan utama, tercermin dalam revisi terbaru dari Standar
pengujian pendidikan dan psikologis dari American Psychological
Association. Fokusnya adalah pada pertimbangan psikometri yang
memiliki bantalan pada pengujian lapangan kerja. Topik yang
dibahas meliputi konseptualisasi dari konstruk validitas sebagai
tujuan utama dalam validasi pengujian; pengenalan beberapa sumber
(konstruk) bukti validitas; perumusan persyaratan seperti kebebasan
dari bias prediktif, keadilan dan pertimbangan konsekuensi dari
pengujian; pendekatan untuk mencegah subkelompok yang tidak
perlu berarti perbedaan; dan penggunaan informasi yang tepat nontes ketika norma-norma yang relevan kurang. Dari penjelasan
tersebut, implikasi dari perkembangan psikometri adalah untuk
pelatihan praktisi yang di tunjukan pada penilaian lokal.
Departemen Pendidikan U.S menjelaskan bahwa dalam
assesmen terdapat beberapa pertimbangan. Hal ini digunakan untuk
mengukur pembelajaran siswa. Beberapa pertimbangan assesmen
diantaranya adalah kapasitas (apa yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan assesmen saat ini dan
sepanjang waktu), perkembangan antar waktu (bagaimana
pendekatan yang digunakan untuk mengukur perkembangan siswa
antar waktu) dan ketelitian (bagaimana bisa pendekatan tersbut dapat
meningkatkan perkembangan siswa). Dari penjelasan tersebut
bahwa assesment memiliki peranan penting dalam mengukus proses.
Dalam hal ini, proses assesmen terdapat tiga pertimbangan yakni
kapasitas, perkembangan antar waktu dan ketelitian. Lebih lanjut
McAlpine (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa istilah dalam
assesmen yakni diantaranya adalah
Formative
<---------------------------------> Summative
Informal
<---------------------------------> Formal
Continuous
<----------------------------------> Final
Process
<---------------------------------> Product
Divergent
<---------------------------------> Convergent
Beberapa istilah dalam assesmen tersebut memiliki kegunaan
dan peran dari masing-masing sendiri. Oleh karenanya, istilah
tersebut dapat di gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi di
lapangan.
Setelah memehaman beberapa penjelasan assesmen,
selanjutnya Federation for Children with Special Need macammacam assesmen seperti penilaian formal dan penilaian informal.
4
B.
ASSESMENT FORMAL
Penilaian formal terutama terdiri dari tes standar atau ulasan
kinerja yang telah divalidasi dan diuji menggunakan sampel dari
kelompok tes dimaksudkan. Mereka memiliki administrasi tes dan
penilaian prosedur tertentu, serta kredensial atau pelatihan persyaratan
untuk administrator tes. Skor tes mungkin-kriteria berdasarkan
(berdasarkan pengetahuan atau kemampuan dalam bidang akademis
atau kejuruan tertentu) atau norma-direferensikan (berdasarkan
perbandingan dengan sampel dari rekan-rekan tes-taker itu). Mereka
biasanya dibeli dari penerbit atau perusahaan pengembangan tes. Hay
Danica, G (2007) menjelaskan bahwa beberapa tipe assesmen meliputi
assesmen intellegensi, tes bakat, assesmen perencanaan hidup dan
karier, pengukuran minat dan nilai, assesmen kepribadian dan assesmen
hubungan interpersonal. Lebih lanjut Saifuddin Azwar (2014)
menjelaskan bahwa assesmen tes yang di gunakan dapat dikategorikan
baik dan layak digunakan jika memiliki validitas dan reliabilitas yang
baik dan tepat. Drummond dan Jones (2006) menjelaskan bahwa
assesmen
dapat
dikembangkan.
Adapun
langkah-langkah
mengembangkan adalah sebagai berikut menentukan kebutuhan,
mendefinisikan objek dan parameter tes, melibatkan masukan penasihat
komite, menulis pentanyaan, melakukan uji lapangan, mengulas item,
merakit salinan akhir dan mengamankan data teknis yang diperlukan.
Dengan mengembangkan instrumen atau alat assesmen, maka guru BK
dapat berkarya secara produktif dalam menggunakan assesmen yang
tepat untuk digunakan pada tempatnya bekerja.
Beberapa contoh tes yang dapat digunakan sebagai assesmen
(Anastasi dan Urbina, 2007) adalah skala intellegensi Stanford Binet,
Weshcler, Kaufman, Tes Bakat, Tes Minat, CAT, ACT Assesmen,
BVRT dan lain sebagainya. Beberapa tes tersebut dapat anda pelajari
secara lengkap pada pembahasan lain (tertentu) tentang masing-masing
tes.
C. ASSESMEN NON FORMAL
Penilaian informal termasuk observasi, wawancara, ulasan
catatan, dan ulasan kinerja yang kurang terstruktur dari penilaian formal
dan tidak dapat divalidasi atau diuji untuk keandalan. Beberapa
dikembangkan oleh guru atau praktisi pelayanan pemuda, dan beberapa
yang tersedia secara gratis di Internet. Penilaian informal dapat
mencakup portofolio, persediaan bunga, contoh kerja, dan kuesioner
preferensi pribadi. Gantina K, Eka W, dan Karsih (2011) menjelaskan
bahwa assesmen teknik non tes dalam perspektif BK komprehensif
meliputi wawancara, observasi, angket, sosiometri, daftar cek masalah
(DCM), alat ungkap masalah (AUM), dan inventori tugas
5
perkembangan. Dari hal tersebut, dapat di jelaskan bahwa assesmen
informal bersifat non tes. Untuk penjelasan lebih detail dari masingmasing non tes tersebut pada pembahasan di lain waktu.
6
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi dan Urbina. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: Indexs.
Burden, R. L. (1994) „Trends and Developments in Educational
Psychology‟, School Psychology International 15: 295–347.
Departermen Labor of US. Assesment.
Departemen Pendidikan U. S. Measuring Student Growth for Teachers in
Non-Tested Grades and Subjects.
Drummond dan Jones. (2006). Assesment Prosedure for Counselors and
Helping Profesionals. US: Pearson.
Federation for children with special need. Assesment. Boston: Massachusetts
University.
Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and
Learning. New York: Maccmillan Company.
Gantina K, Eka W, dan Karsih. (2011). Assesmen teknik nontes dala
perspektif BK komprehensif. Jakarta: Indexs.
Hays. Danica, G. (2013). Assesment in Counseling. Alexandria: ACA Wiley.
Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to
the Use Psychological Assessment Procedures. American Counseling
Assocition.
Huysamen. (2002). The relevance of the new APA standards for educational
and psychological testing for employment testing in South Africa. S.
Afr. J. Psycho!. 2002,32 (2) Downloaded from sap.sagepub.com at
Midlands State University on January 19, 2016.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its
Theory and Practice. Japan: Shizuoka University.
Lemke, Hoerandner dan Mcmahon. (2006). Student Assessments, Non-testtakers, and School Accountability. Education EconomicsVol. 14, No.
2, 235–250, June 2006.
Moore, J. (2005) „Recognising and Questioning the Epistemological Basis of
Educational Psychology Practice‟, Educational Psychology in
Practice 21(2): 103–16.
McAlpine, M. (2002). Principles of assessment. Glasgow: University of
Glasgow, Robert Clark Center for Technological Education. Available
at: http://www.caacentre.ac.uk/dldocs/Bluepaper1.pdf.
Norwich, B. (2000). Education and Psychology in Interaction: Working
withn Uncertainty in Interconnecting Systems. London: Routledge.
Resnik dan Resnik. (1999). Assesing the Thinking : New Tool for
educational reform. New York: Sage .
Rustaman,N. 2003. Asesmen Pendidikan IPA. Makalah. Makalah Penataran
guru-guru NTT di Jurusan pendidikan Biologi.
Rudner, Lawrence M dan. Schafer, William D. (2002). What Teachers Need
to Know about Assessment. Washinton: National Education
Association.
7
Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Stringer, P., Elliot, J. and Lauchlan, F. (1997) „Dynamic Assessment and its
Potential for Educational Psychologists; Part 2 – The Zone of Next
Development?‟, Educational Psychology in Practice 12(4): 234–24.
Supovity dan Brennan. (1997). Mirror, mirror on the wall, which is the
fairest test of all? An ...Harvard Educational Review; Fall 1997; 67, 3;
Arts & Humanities Full Text pg. 472.
Watkins, C. and Wagner, P. (2000) Improving School Behaviour. London:
Sagen Publications.
Woods, K. and Farrell, P. (2006) „Approaches to Psychological Assessment
by Educational Psychologists in England and Wales‟, School
Psychology International 27(4): 387–404.
8
A. ASESMEN TENTANG KEAGAMAAN
1. Instrumen Skala Bimbingan Keagamaan
Oleh: Sifatul Aliyah (syifaaliyah4@gmail.com)
Profesional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si.
a. Pengantar
Instrumen adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk
mrnjawab permasalahan penelitian. Alasan instrumen bimbingan
keagamaan dibuat karena Pada dasarnya agama sangatlah
berguna bagi setiap orang, instansi, serta berbagai lapangan
kehidupan dan pekerjaan yang banyak mendayagunakan tenaga
kemanusiaan dalam kegiatannya. Hal ini sangat penting karena
semua aktivitas manusia meletakkan nilai agama sebagai nilai
tertinggi dalam mengapresiasi dan melaksanakan aktivitas hidup.
Selain itu agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong
manusia untuk melakukan suatu aktifitas, seperti bekerja, karena
perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan
agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan.
Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur
efektivitas bimbingan keagamaan dengan kisi-kisi sesuai dengan
teori yang ada lalu dikembangkan oleh peneliti. Teori yang
digunakan adalah teori Jamaludin dan Ramayulis. Jamaludin dan
Ramayulis menyebutkan tiga komponen psikologis dalam
keagamaan yaitu pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Ketiga hal
tersebut yang dijadikan peneliti sebagai aspek instrumen lalu
dikembangkan menjadi beberapa indikator selanjutnya dari
indikator dikembangkan lagi untuk mendapatkan deskriptor dan
terakhir dari deskriptor peneliti membuat beberapa item
pernyataan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh
profesional judgment. Oleh karena itu instrumen telah dicobakan
kepada 17 responden. Manfaat instrumen dibuat untuk
mengetahui efektivitas bimbingan keagamaan. Dengan subjek
bimbingan mencakup semua khalayak yang melakukan
bimbingan keagamaan.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan
dan arahan yang membentuk, memelihara serta meningkatkan
kondisi keagamaan yang diberikan oleh pembimbing agar dapat
memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Diukur
dengan skala bimbingan agama yang disusun berdasarkan teori
Jamaludin dan Ramayulis dengan aspeknya yaitu aspek pikiran
(kognitif), perasaan (afektif), tingkah laku (konatif).
9
Variab
el
Bimbing
an
Keagam
aan
Aspek
Aspek
Pikiran
(Kogni
tif)
Aspek
Perasa
an
(Afektif
)
No Item
Favora Unfavo
ble
rable
Jumla
h
Indikator
Deskriptor
Mengetahui
ajaran
agama
secara benar
seperti cara
ibadah yang
benar dan
melakukan
aktivitas
sesuai
syariat
agama.
Mampu
mengetahui
pengetahuank
eagamaananta
ra yang
dilarang dan
diperbolehkan
1,2
3,4
4
Mampu
mengetahui
tatacara
ibadah
5, 6
7,8
4
9
10
3
11
12
2
13, 14
15,16
4
17
18
2
Yakin
terhadap
Tuhannya
dan ajaran
setiap agama
dengan cara
menggali
informasi,
percaya diri
untuk
melakukan
ajaran
diperoleh.
Merasakan
transmisi
perubahan
baik emosi,
sikap,
maupun
nilai.
Mampu
mempercayaia
jaran agama
atas dasar
pertimbangan
pemikiran
yang matang,
bukan sekedar
ikut-ikutan.
Mampu
menggali
informasi
keagamaan
seputar
kehidupan
sehari-hari
yang
dilakukan
dalam agama
yang
dianutnya.
Mampu
merasakan
perubahan
setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan.
Mampu
merasakan
ketenangan
ketika
melaksanakan
10
Melakukan
tindakan
nyata setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan
Tingkah
yang
Laku
meliputi
(Konatif kebiasaan,
)
kegiatan,
dan
berperilaku.
perintah
agama.
Ingin selalu
memperbaiki
diri setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan.
Suka
melakukan
apa yang
diajarkan
dalam agama
yang
dianutnya.
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan
selalu ingin
mendekatkan
diri
kepadaTuhan
Bimbingan
keagamaan
mampu
membuat
penganut
agamanya
rajin
beribadah.
Bimbingan
keagamaan
dapat
menjadikan
diri kita
Sabar ketika
menghadapi
masalah.
Mampu
menjadikan
hidup yang
lebih baik
dan selalu
bersikap baik
kepada
semua
makhluk
11
19,20
21,22
4
23,24
25,26
4
27
28
2
29,30
31,32
4
33
34
2
35
36
2
Tuhan.
Mampu
melakukan
tatacara
ibadah
dengan benar
Jumlah
37
38
2
19
19
38
Alpha Cronbach’s = 0,919 ; Sampel = 17 Orang
Item
Gugur
Item Shohih
Item Pernyataan
4,5,7,8,10,12,13,15,16,18,19,20,
21,22,23,25,26,27,28,29,31,32,3
3,34,35,36,38
1,2,3,6,9,11,14,17,24,3
0,37
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
Pernyataan
Jawaban
4
Saya merasa pengetahuan saya tidak
bertambah dengan mengikuti
bimbingan keagamaan.
SL
SR
KD
P
TP
5
Setelah mengikuti bimbingan
keagamaan, saya belum dapat
memahami cara membaca kitab suci
yang benar.
SL
SR
KD
P
TP
7
Setelah mengikuti bimbingan
keagamaan saya mengetahui cara
ibadah yang benar sesuai apa yang
diajarkan dalam agama saya.
SL
SR
KD
P
TP
8
Saya tidak mengetahui apa yang harus
dilakukan sebelum beribadah.
SL
SR
KD
P
TP
10
Dengan mengikuti bimbingan agama,
saya justru hanya ikut-ikutan pemateri
karena saya tidak mengetahui dasar
hukum untuk melakukannya.
SL
SR
KD
P
TP
12
Setelah saya mengikuti bimbingan
keagamaan,saya tidak mengetahui
apapun mengenai fungsi agama dalam
SL
SR
KD
P
TP
12
kehidupan saya.
13
Saya merasakan rasa solidaritas saya
semakin tinggi kepada sesama
manusia.
SL
SR
KD
P
TP
15
Saya merasa kebingungan terhadap
apa yang diajarkan di dalam agama
saya.
SL
SR
KD
P
TP
16
Saya merasa tidak suka terhadap
ajaran yang ada di dalam agama saya.
SL
SR
KD
P
TP
18
Saya merasa bimbang dengan apa
yang diajarkan dalam bimbingan
keagamaan.
SL
SR
KD
P
TP
19
Saya
merasa
ingin
selalu
memperbaiki diri setiap mengikuti
bimbingan keagamaan.
SL
SR
KD
P
TP
20
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan,
saya
lebih
bisa
mengendalikan emosi.
SL
SR
KD
P
TP
21
Saya merasa tidak ingin melakukan
apa2 ketika saya menapatkan materi
yang tidak sesuai dengan apa yang
saya ketahui.
SL
SR
KD
P
TP
22
Saya merasakan tidak mendapatkan
manfaat ketika harus memperbaiki
diri saya setelah mengikuti bimbingan
keagamaan.
SL
SR
KD
P
TP
23
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan, saya lebih menyukai
kegiatan sosial keagamaan.
SL
SR
KD
P
TP
25
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan,saya lebih suka tertutup
dengan orang lain.
SL
SR
KD
P
TP
26
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan
jiwa
saya
merasa
tergoncang karena materi yang
disampaikan kurang sesuai dengan
hati nurani saya.
SL
SR
KD
P
TP
13
27
Dengan
mengikuti
bimbigan
keagamaan, saya lebih khusyu dalam
beribadah.
SL
SR
KD
P
TP
28
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan, saya justru lebih jauh
dengan Tuhan.
SL
SR
KD
P
TP
29
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan, saya bertambah rajin
menjalankan ibadah.
SL
SR
KD
P
TP
31
Setelah
mengikuti
bimbingan
keagamaan,
saya
tidak
selalu
mengamalkan apa yang diperintahkan
dalam agama saya.
SL
SR
KD
P
TP
32
Saya tidak menjalankan syariat agama
karena saya tidak percaya apa yang
akan diperoleh setelah beribadah.
SL
SR
KD
P
TP
33
Setelah saya mengikuti bimbingan
keagamaan, saya lebih bersabar dalam
menghadapi masalah.
SL
SR
KD
P
TP
34
Setelah saya mengikuti bimbingan
keagamaan saya selalu emosi dalam
menjalankan hidup.
SL
SR
KD
P
TP
35
Setelah saya mengikuti bimbingan
keagamaan, saya bersikap lebih baik
lagi kepada orang di sekitar saya.
SL
SR
KD
P
TP
36
Setelah saya mengikuti bimbingan
keagamaan,
saya
cuek
dalam
menjalankan kehidupan saya.
SL
SR
KD
P
TP
38
Setelah saya mengikuti bimbingan
keagamaan,
saya
tidak
bisa
melakukan ibadah dengan benar.
SL
SR
KD
P
TP
SL
SR
KD
P
TP
Keterangan:
= Jika pernyataan tersebut Selalu dilakukan.
= Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan.
= Jika pernyataan tersebut Kadang dilakukan.
= Jika pernyataan tersebut Pernah dilakukan.
= Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.
14
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤88,7
Sedang
88,7 ≤ Skor ≤ 139,3
Tinggi
Skor ≥ 139,3
d. Penutup
Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Instrumen skala bimbingan keagamaan dapat digunakan untuk
khalayak umum untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan
bimbingan keagamaan.
2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka
pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu
0,919.
15
2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan
Oleh:Zayinhida Rahman (Zayinhidar@gmail.Com)
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si
a. Pengantar
Dalam menunjang terpenuhinya penelitian, seseorang perlu
mengetahui lebih jauh tentang subjek yang diteliti. Untuk
mengasses berbagai informasi subjek, peneliti mampu
menggunakan berbagai metode dalam penelitian guna mendapat
informasi yang diperlukan.Salah satunya adalah dengan
instrumen, instrumen ini digunakan untuk mengukur seberapa
tinggi kepatuhan seorang santri terhadap aturan.
Seperti yang kita ketahui. Santri tentunya berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda, hal ini membuat cara
beradaptasi santri dalam mentaati aturan pun berbeda. Ada yang
mentaati aturan karena terpaksa, ada yang mentaati aturan karena
lingkungan mengharuskan, ada yang mentaati aturaan karena
takut hukuman, namun ada juga yang mentaati aturan karena
ikhlas.
Maka dari itu, pentingnya instrumen ini disusun untuk
mengetahui seberapa jauh atau seberapa ikhlas seorang santri
dalam mentaati aturan. Dengan adanya instrumen ini diharapkan
mampu membantu para pengurus, dewan asatid, ataupun
pengasuh dalam memperlakukan dan mengetahui kepribadian
santrinya.
b. Perkembangan Instrumen Skala Psikologis
Perilaku kepatuhan santri terhadap aturan menurut tokoh
psikologi sosial (Freedman:1985) adalah bilamana orang
menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meskipun
mereka lebih tidak suka menampilkannya. Sedangkan menurut
(Kiesler&Kiesler 1969 dalam Atkinson) yaitu adanya perubahan
perilaku atau keyakinan karena ada tekanan dari kelompok untuk
melakukan suatu perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok
tersebut. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek
kepatuhan. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek sikap dan
aspek tindakan.
Variabel
Aspek
Kepatuhan
Santri
Terhadap
Aturan
Aspek
Sikap
(attitude)
Deskriptor
Penerimaan
Ta‟dzhim
16
No Item
Unfavora
Favorable
ble
1,2,3
4,5,6
7,8,9
10,11,12
13,14,15,
17,18,19,
16
20
Juml
ah
6
6
8
Konformitas
Aspek
Tindakan
21,22,23,
24
25,26,27,
28
8
29,30,31
32,33
5
34
35
2
18
17
35
Menurut
(Compliance)
Ketaatan
Dalam
Otoritas
Yang Sah
Jumlah
Alpha Cronbach’s = 0,442 ; Sampel = 20 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,18,19,
21,27,29,30,31,32,33
Item Gugur
1,2,3,9,16,17,20,22,23,24,
25,26,28,34,35
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No.
Pernyataan
Jawaban
4
Saya merasa bahwa di Pesantren tidak harus
ditetapkan aturan
SS
S
TS
STS
5
Saya menerima semua aturan di pesantren
dengan terpaksa
SS
S
TS
STS
6
Saya merasa peraturan yang ditetapkan di
pesantren kurang sesuai
SS
S
TS
STS
7
Mentaati semua peraturan pesantren sama
saja dengan mentaati perintah Kyai
SS
S
TS
STS
8
Saya merasa dengan mentaati aturan
pesantren merupakan bentuk ta‟dzhim kepada SS
Kyai
S
TS
STS
10
Mentaati perintah Kyai bukan berarti harus
mentaati aturan Pesantren
SS
S
TS
STS
11
Saya merasa berdosa kepada Kyai apabila
tidak mentaati aturan di pesantren
SS
S
TS
STS
12
Saya merasa kesal dan tertekan ketika harus
mentaati aturan di pesantren
SS
S
TS
STS
13
Saya mampu mentaati peraturan yang ada di
pesantren dengan baik
SS
S
TS
STS
17
14
Selaku santri saya wajib mentaati aturan di
Pesantren
SS
S
TS
STS
15
Peraturan di pesantren dapat membentuk saya
SS
menjadi pribadi yang baik
S
TS
STS
18
Saya berperilaku baik ketika di pesantren saja
SS
S
TS
STS
19
Ketika di luar pesantren saya merasa bebas
dan menjadi diri saya sendiri
SS
S
TS
STS
21
Saya menyadari peraturan itu untuk ditaati
dan dilaksanakan, bukan untuk dilanggar
SS
S
TS
STS
27
Melanggar peraturan pesantren bukan sebuah
dosa besar
SS
S
TS
STS
29
Saya patuh terhadap aturan atas keinginan
saya sendiri bukan paksaan dari orang lain
SS
S
TS
STS
30
Baik buruknya perilaku santri ditentukan
patuh atau tidaknya mereka terhadap aturan
SS
S
TS
STS
31
Para santri harus berlomba dalam mentaati
aturan
SS
S
TS
STS
32
Saya enggan mentaati peraturan setiap saat
dan setiap hari
SS
S
TS
STS
33
Saya sering mengabaikan peraturan pesantren SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri
18
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 40
40 ≤ Skor ≤ 60
Skor ≥ 60
d. Penutup
Santri adalah seseorang yang tinggal di pesantren untuk
mengaji ilmu agama. tentunya mereka berasal dari latar belakang
yang berbeda. Hal ini yang mempengaruhi keseharian seorang
santri dalam mentaati aturan di pesantren. Instrumen ini
digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan santri terhadap
aturan, yang menjadi sasarannya adalah seluruh santri di suatu
pondok pesantren baik santri umum ataupun santri salaf.
Diharapkan instrumen ini dapat bermanfaat pada ruang
lingkup psikologi, khususnya psikologi sosial, tentang kepatuhan
santri terhadap aturan. Yang dengan memeatuhi aturan berarti
seorang santri telah ikhlas menjalani kehidupannya. Selain itu
juga sebagai sumbangan pemikiran dalam penyelenggaraan
pendidikan di pesantren.
19
3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa
Oleh: Farikhah Yuniarti (farikhahyuniarti@gmail.com)
Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si
a. Pengantar
Religiusitas adalah penghayatan dan pengamalan individu
terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya.
Beberapa ahli menganggap bahwa diri manusia terdapat suatu
instink atau naluri yang disebut sebagai naluri beragama
(religious instink), yaitu suatu naluri untuk meyakini dan
mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar diri
manusia. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk
mengadakan kegiatan-kegiatan religius (Spinks, 1963). Kuypers
(dalam Walgito, 1986) menggunakan istilah motif teologis untuk
menjelaskan dorongan pada manusia untuk mengadakan
hubungan dengan Tuhan.
Dradjat (1991) mengemukakan istilah kesadaran agama
(religiousconsciousness) dan pengalaman agama (religious
experience). Kesadaran agama merupakan segi agama yang
terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi, atau
dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama.
Pengalaman agama adalah unsur perasaaan dalam kesadaran
agama, yaitu perasaaan yang membawa kepada keyakinan yang
dihasilkan oleh tindakan. Apapun istilah yang digunakan oleh
para ahli untuk menyebut aspek religius di dalam diri manusia,
kesemuanya menunjuk kepada suatu fakta bahwa kegiatankegiatan religius itu memang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia.
Penyusan skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat
religiusitas mahasiswa. Tingkat religiusitas mahasiswa
ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala
tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Skala tingkat kereligiusitasan
mahasiswa
disusun
berdasarkan
aspek-aspek
tingkat
kereligiusitasan mahasiwa yang disajikan dalam bentuk
indikator-indikator tentang tingkat kereligiusitasan mahasiswa.
Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi
kereligiusitasan mahasiswa di kampus.
Skala tingkat kereligiusitasan mahasiwa merupakan upaya
untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran mahasiswa dalam
beragama dan kepekaan terhadap agamanya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Religiusitas adalah kedalaman penghayatan keagamaan
seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang
diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan
20
dengan keikhlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. Kisikisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kereligiusitasan.
Aspek-aspek tersebut antara lain aspek islam, aspek iman, aspek
ilmu, aspek ikhsan, dan aspek amal.
Nomer item
Variabel Aspek
Aspek
Islam
Indikator
Deskriptor
Seberapa intens
seseorang
melakukan
praktek ibadah.
Nyaman
Penyelesaian
masalah
Menjadikan Aldengan Alqur‟an dan
Qur‟an dan
Hadits sebagai
Hadits.
orientasi
Mempelajari
kehidupan.
Al-Qur‟an
dan Hadits
Aspek
Meyakini
Iman
bahwa Allah
selalu
mengiringi
Memfokuskan
langkah
fikiran pada
Tingkat
manusia.
Sang Pencipta.
Religius
Meyakini
Mahasisw
tentang
a
adanya alam
semesta.
Tabayyun
Saat
seseorang
memberikan
ajaran
berkaitan
Penerimaan
dengan
Aspek tentang ajaran
agama, ia
Ilmu
baru dalam
agamanya. merasa itu hal
yang baik.
Mengambil
sikap ketika
sudah
diketahui
bahwa itu
21
Favorable
Unfavo
rable
Jumlah
1,2,3,4,5
6,7,8,9
9
10,11
12
3
13,14
15,16
4
17,18
19
3
20
21
2
22
23
2
24
25
2
26
27
2
baik untuk
dirinya.
Mengemukak
Memiliki
an pendapat
pengetahuan
mengenai
mengenai pengetahuann
agama.
ya seputar
agama.
Mencari dan Mengemukak
mengumpulkan an fakta-fakta
fakta-fakta
mengenai
keagamaan.
agama.
Menyeleksi
fakta-fakta
yang berhasil
dikumpulkan.
Memfokuskan Fakta-fakta
fikiran pada yang berhasil
fakta-fakta dikumpulkan
yang penting
dijadikan
sebagai
sarana untuk
memperkuat
iman.
Respon saat
melihat
kemunkaran.
Aspek
Ikhsan
Sikap saat
doanya belum
terkabul.
28
29
2
30
31
2
32
33
2
34
35
2
Suka
36,37
38,39
4
Tidak suka
40
41
2
Menerima.
42
43
2
Tidak
Menerima
44
45
2
46
47
2
48
49,50
3
26
24
50
Mengikuti
Mengaktualisas
pengajian
i ajaran agama.
agama
Aspek
Amal
Memakai
pakaian
sesuai syariat.
Jumlah
Alpha Cronbach’s = 0,824 Sampel 20 orang
22
Item Pernyataan
Item Shohih
1,2,3,9,12,,13,16,17,18,
19,20,21,28,31,32,36,
39,40,42,43,44,46,47,
48,49
Item Gugur
4,5,6,7,8,10,11,,14,15,22,2
3,24,25,26,27,29,30,33,34,
35,37, 38,41,45,50
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
Pernyataan
Jawaban
1
Saya solat diawal waktu.
SS
S
TS
STS
2
Saya selalu berpuasa di bulan
Ramadhan.
SS
S
TS
STS
3
Saya hafal kalimat syahadat dengan
benar.
SS
S
TS
STS
9
Saya menganggap zakat hanya
akan membuat harta semakin
berkurang.
SS
S
TS
STS
12
Saya sedikit mengetahui isi
kandungan Al-Qur‟an.
SS
S
TS
STS
13
Saya hafal beberapa Hadits.
SS
S
TS
STS
16
Saya belum lancar membaca AlQur‟an.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
17
18
Saya meyakini bahwa setiap
perbuatan manusia diawasi oleh
Allah.
Saya meyakini bahwa udara yang
saya hirup adalah kasih sayang
Allah.
19
Saya menggangap bahwa Allah bisa
lengah.
SS
S
TS
STS
20
Saya meyakini bahwa alam
semesta diciptakan oleh Allah
semata.
SS
S
TS
STS
21
Saya menganggap bahwa alam
semesta ini ada dengan sendirinya.
SS
S
TS
STS
28
Saya senang ketika pendapat saya
diterima.
SS
S
TS
STS
23
31
Saya suka menyimpan sendiri
fakta tentang agama yang saya
dapatkan.
SS
S
TS
STS
32
Saya suka mencari fakta-fakta
baru keagamaan.
SS
S
TS
STS
36
Semakin sering mempelajari ilmu
agama semakin banyak ilmunya.
SS
S
TS
STS
39
Saya kesal ketika melihat
seseorang tidak berpuasa di bulan
Ramadhan.
SS
S
TS
STS
40
Saya menganggap perbuatan
mencotek saat ujian diperbolehkan
jika mendesak.
SS
S
TS
STS
42
Saya tidak menyukai seseorang
yang berbohong demi keselamatan
diri.
SS
S
TS
STS
43
Saya menganggap setiap dosa
akan diampuni jika seseorang mau
bertaubat.
SS
S
TS
STS
44
Saya beranggapan bahwa Allah
pilih kasih terhadap hamba-Nya
SS
S
TS
STS
46
Saya menginstropeksi diri jika doa
saya belum terkabul.
SS
S
TS
STS
47
Saya sering mengikuti kajian
keagamaan.
SS
S
TS
STS
48
Saya malas mengikuti kajian
keagamaan.
SS
S
TS
STS
49
Saya suka berpakaian sesuai
syariat.
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S
= Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
24
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 50
Sedang
50 ≤ Skor ≤ 75
Tinggi
Skor ≥ 75
d. Penutup
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur skala religiusitas
mahasiswa , fungsinya agar seseorang mengetahui seberapa besar
tingkat
kereligiusitasannya.
Semakin
tinggi
tingkat
religiusitasnya semakin dekat mereka dengan Tuhan-Nya.
Semoga dengan adanya skala ini bisa membantu meningkatkan,
mengembangkan, bahkan memperbaiki tingkat kereligiusitasan
seseorang.
25
26
B. ASESMEN TENTANG BELAJAR
1. Instrumen Skala Tingkat Stres Mahasiswa Akhir
Oleh:Asmul Fauzi (asmulfauzi3@gmail.com)
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si
a. Pengantar
Untuk mengetahui tingkat stress pada mahasiswa akhir
atau yang sedang mengerjakan tugas akhir, dalam instrument ini
kita peneliti bisa mengetahui hal yang menyebabkan mahasiswa
tersebut menglami stress, dalam tahun ke tahun pastinya ada hal
yang berbeda sebagai efek dari stress mahasiswa akhir tersebut
baik dari segi ekonomi, sosial atau apapun, dasar teori
berdasarkan teori Helmi dengan dua aspek yaitu fisiologis/fisik
dan aspek pskis.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Tingkat stress pada mahasiswa akhir merupakan upaya
mengungkapkan informasi atau keadaan diri saat mengahadapi
tugas akhir yang bertujuan untuk mencapai hal yang diinginkan.
Kisi-kisi skala disusun berdasdarkan aspek-aspek tingkat stress.
Aspek-aspek tersebut antara lain fisiologis/fisik dan aspek pskis.
No item
Variabel
Tingkat
Stres
Mahasis
wa Akhir
Aspek
Fisiologis
/Fisik
Indikator
Jumlah
Favoura
ble
Unfavou
rable
pandangan individu
terhadap keadaan,
peranan, dan
kemampuan dirinya
dalam memelihara
kesehatan
1,3,40,42
2,26,35,4
1
8
peranan sosial yang
diperankan “tingkat
stres pada mahasiswa
tingkat akhir”
individu mencakup
hubungan antara
individu dengan
keluarga dan individu
dengan lingkungan.
4,8,27,37
5,6,7,36
8
nilai dan prinsip yang
memberi arti dan arah
agar tetap fokus
terhadap target akhir
9,11,
28,38
10,12,13,
39
8
27
Aspek
Psikis
Dengan keadaan jiwa
yang sangat
berpengaruh dalam
tingkat kesetresan yag
dialami.
14,31, 33
15,32, 34
6
Tingkat kesetabilan
psikis saat menjelang
pada mahasiwa akhir
dan tugas ahir
16,19, 29
20,17, 18
6
Kemampuan
bertindak dan
bersikap dalam
memahami diri
maupun orang lain
secara emosi
21,25, 30
22,23, 24
6
21
21
42
Jumlah
Alpha Cronbach's = 0, 518; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
No
Item Shohih
4,6,12,13,14,15,16,
17,18,19,21,23,26,2
9,31,34,35,37,38
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
Pernyataan
Item Gugur
1,2,3,5,7,8,9,10,11,20,2
2,24,25,27,28,30,32,33,
36,39,40,41,42
Jawaban
4
Kelemahan saya terhadap
pemahaman teori-teori
SS
S
TS
STS
6
Cemas terhadap suatu yang akan
saya dihadapi pada situasi yang
penting
SS
S
TS
STS
12
Saat saya mendapat prinsip yang
bagus namun saya merasa itu sulit
untuk terwujud
SS
S
TS
STS
13
Sulit fokus dalam suatu hal yang
saya targetkan
SS
S
TS
STS
14
Memiliki perasaan yang optimis
terhadap apa yang saya hasilkan
SS
S
TS
STS
28
15
Saya terbawa suasana masa lalu
yang membuat down (lemas)
SS
S
TS
STS
16
Saya percaya terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh
diri sendiri
SS
S
TS
STS
17
Merasa kurang siap dengan diri
saya sendiri
SS
S
TS
STS
18
Tergesa terhadap suatu hal yang
saya akan di hadapi
SS
S
TS
STS
19
Merasa sudah matang terhadap
apa yang akan saya dihadapi
SS
S
TS
STS
21
Sabar terhadap apa yang
dilakukan teman saya
SS
S
TS
STS
23
Terlalu cepat dalam
menyimpulkan suatu keadaan baru
yang baru saya temui
SS
S
TS
STS
26
Sedih dengan keadaan saya
sendiri
SS
S
TS
STS
29
Menikmati keadaan apa yang
sedang saya alami
SS
S
TS
STS
31
Dengan kemampuan dan minat
yang saya raih, sesuai dengan
prediksi
SS
S
TS
STS
34
Terasa lelah ketika saya
melakukan kegiatan yang besar
SS
S
TS
STS
35
Konsultasi tehadap apa yang saya
alami kepada keluarga
SS
S
TS
STS
37
Yakin dengan prinsip yang saya
miliki
SS
S
TS
STS
38
Melihat suatu yang baru
bedasarkan dari cerita yang saya
dengar dari orang disekitar saya
SS
S
TS
STS
SS
diri.
S
TS
diri.
STS
Keterangan:
= Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
= Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
= Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
= Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
29
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 40,4
Sedang
40,4 ≤ Skor ≤ 54,6
Tinggi
Skor ≥ 54,6
d. Penutup
Jadi dalam instrument Tingkat Stress Pada Mahasiswa
Akhir ini, banyak diantara responden yang mereka merasa biasa
saja dalam tugas akhirnya namun juga ada yang takut, panik dan
berbagai macam. Karena disetiap orang itu berbeda-beda karakter
dalam kehidupan mereka masing-masing. Instrument ini
membeikan pandangan baru terhadap si peneliti dan bagi mereka
responden yang merasakan bahwa saya normal atau tidak, sehat
atau tidak. Memebrikan ilmu baru yang kita belum ketahui agar
disaat seseorang bertanya kita sudah pernah mengerti tentang hal
tersebut.
30
2. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar
Oleh:Siti Rohmah Azzahroh (akurohmahazzahroh@gmail.com)
Profesional Judgement: A. Said Hasan Basri, S.Psi.,M.Si.
a. Pengantar
Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
gaya belajar terhadap tingkat berprestasi mahasiswa. Setiap
orang umumnya memiliki gaya dalam belajarnya sendiri. Ada
beberapa orang harus menyendiri ada pula sebagian yang
lainnya menyukai keramaian atau memilih musik sebagai
penyemangat belajarnya.
Instrument ini akan membantu seseorang untuk
mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga
memudahkannya dalam mencapai penguasaan materi yang
sebenarnya dengan cara dan gaya yang tepat. Dengan demikian
belajar bukan lagi merupakan hal yang membisankan dan sulit
untuk dilakukan.
Gaya belajar adalah suatu cara yang dilakukan secara
berulang-ulang oleh sesroang sesuai dengan yang disukainya
untuk menangkap informasi, berfikir, meningat sesuatu, dan
memecahkan soal.
b. Pengembangan Instrumen
Harun Nasution mengemukakan gaya belajar adalah cara
yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir,
dan memecahkan soal. Jadi, gaya belajar adalah cara yang
disukai oleh individu dalam melakukan kegiatan berfikir,
memproses, dan mengingat suatu informasi.
Kisi-kisi skala disusun berdasarkan konsep Taksonomi
Bloom yang dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956.
Aspek-aspek tersebut antara lain aspek Kogitif (proses berfikir)
yaitu kemampuan intelektual individu dalam berfikir,
mengetahui, dan memecahkan masalah. Menurut Bloom tujuan
domain kognitif terdiri atas enam (6) bagian, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi.Dan
aspek Psikomotorik yaitu kemampuan yang menyangkut
kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) tujuan domain
psikomotorik terbagi lima yaitu peniruan, manipulasi, ketetapan,
artikulasi, pengalamiahan.
31
No Item
Variabel
Aspek
Indikator
Merasa
nyaman
lingkungan
yang
digunakan
saat belajar
Aspek
Kogniti
f
Pengaruh
gaya
belajar
terhadap
tingkat
berpresta
si
mahasis
wa
Mengalisis
setiap
pembelajar
an yang
telah
diperoleh
Mengguna
kan
pembelajar
an dalam
kehidupan
sehari-hari
Aspek
Psiko
Motori
k
Mengguna
kan tulisan
sebagai
pogram
pembelajar
an
Mengguna
kan Audio
sebagai
program
pembelajar
Deskriptor
Jumlah
Favo
rable
Unfavo
rable
Memahami
materi
1,2
3,4
4
Menangkap
materi
dengan baik
5,6
7,8
4
Mengulang
Pembelajara
n
9,10
11,12
4
Mencatat
Materi yang
telah
dipahami
13,14
15, 16
3
Penerapan
materi
17,18
12,20
4
Materi untuk
menyelesaik
an masalah
21,
22,
23
24, 25,
26
5
Belajar
dengan
menulis
27,28
29,30
4
Belajar
dengan
mendengark
an orang lain
berbicara
31,
32
33, 34
3
32
an
Mengguna
kan
gambar
sebagai
program
pembelajar
an
Belajar
sambil
mendengark
an musik
35,36
37, 38
3
Belajar
dengan
menggunaka
n gambar
39
40
2
20
20
40
Jumlah
Alpha Cronbach's = 0,729; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih
1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 15, 16, 17, 22,
23, 27, 28, 30, 33
Item Gugur
3, 7, 14, 18, 19, 20,
21, 24, 25, 26, 29,
31, 32, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
Pernyataan
Jawaban
1
Saya selalu memperhatikan ketika pemberi
materi sedang menjelaskan
SS
S
TS
STS
2
Mendengarkan materi yang disampaikan
dengan metode apapun yang digunakan
pemateri
SS
S
TS
STS
4
Saya merasa cepat bosan ketika pemberi
materi menjelaskan dengan monoton
SS
S
TS
STS
5
Bisa memahami materi yang disampaikan
dengan baik
SS
S
TS
STS
33
6
Saya menanyakan materi yang tidak saya
pahami kepada pemateri agar mendapatkan
penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai
materi tersebut
SS
S
TS
STS
8
Saya merasa sungkan dan malu untuk
bertanya atau meminta penjelasan yang lebih
dalam lagi mengenai materi yang kurang
saya pahami
SS
S
TS
STS
9
Saya selalu mengulang kembali materi yang
telah saya dapatkan
SS
S
TS
STS
10
Saya mengingat materi yang telah
disampaikan minggu lalu pada pertemuan
berikutnya
SS
S
TS
STS
11
Mengulang materi hanya saat materi tersebut
akan diujikan
SS
S
TS
STS
12
Mengulang materi akan membuat saya
bingung
SS
S
TS
STS
13
Saya mencatat kembali materi yang saya
dapatkan
SS
S
TS
STS
15
Mengandalkan Hang out dari pada catatan
saya sendiri
SS
S
TS
STS
16
Saya lebih suka menggunakan media yang
lebih praktis dari pada mencatatnya
SS
S
TS
STS
17
Saya menggunakan materi yang telah saya
dapatkan dalam aktivitas sehari-hari saya
SS
S
TS
STS
34
22
Materi yang saya dapatkan membuat saya
berfikir rasional dalam penyelesaian masalah
SS
S
TS
STS
23
Penyelesaian masalah lebih tertata jika
diselesaikan dengan materi
SS
S
TS
STS
27
Menurut saya mencatat materi adalah bagian
terpenting dalam belajar
SS
S
TS
STS
28
Saya selalu mencatat materi yang saya
dapatkan agar dapat memahami lebih dalam
lagi materi tersebut
SS
S
TS
STS
33
Penjelasan dari orang lain terkadang
membingungkan
SS
S
TS
STS
Keterangan:
= Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S
= Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS
= Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
SS
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 38
Sedang
38 ≤ Skor ≤ 57
Tinggi
Skor ≥ 57
d. Penutup
Intrumen ini ditujukan agar para Mahasiswa mampu
mengetahui dan menemukan gaya belajar yang sesuai dengan
kesukaannya sehingga dapat memahami informasi yang telah
didapatkannya dengan lebih mudah.
Instrument ini akan membuat pikiran negative bahwa
belajar merupakan hal yang sulit dan membosankan untuk
dijalani menjadi hilang dan tergantikan menjadi belajar adalah
hal yang sangat asyik untuk dilakukan. Dengan dua faktor diatas
akan memudahkan seorang Mahasiswa untuk mencapai nilai dan
meningkatkan prestasi seperti yang selama ini diidam-idamkan.
35
3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap
Kecerdasan Emosi
Oleh: Nisma Luthfi Laila (nisma.luthfi09@gmail.com)
Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S. Psi, M. Si
a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh
menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa
yang menyukai drama korea. Instrumen ini sangat diperlukan
mengingat banyaknya mahasiswa di masa kini yang menggemari
drama yang berasal dari negeri ginseng tersebut. Dengan
menonton drama korea, tidak hanya mendapat cerita yang bagus
dan juga aktor & aktris yang tampan namun juga berpengaruh
pada kecerdasan emosi penonton. Makin tinggi skor yang
diperoleh subyek, maka makin tinggi pula pengaruh menonton
drama korea terhadap kecerdasan emosi subjek yang
bersangkutan. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari
teori kecerdasan emosi oleh Goleman yang mengungkapkan
bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang
untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami dirinya,
mengelola emosi, bisa berempati, membina hubungan dengan
orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai
penunjang performa seseorang.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang
untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami (kesadaran
emosi), mengelola emosi, bisa melakukan empati (membaca
emosi), membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan
emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang.
Kisi-kisi skala disusun berdasarkan teori Goleman (1995) dengan
aspek-aspek kecerdasan emosi. Aspek-aspek tersebut antara lain
aspek kecerdasan diri, pengaturan emosi, motivasi, empati dan
ketrampilan sosial.
36
Variabel
Aspek
Kecerd
asan
diri
Pengat
uran
emosi
Indikator
Mengenali
emosi diri
Mengelola
emosi
Kecerdas
an emosi
Motiva
si
Motivasi
diri sendiri
Deskriptor
Merasakan
sesuatu
dengan
adegan
tertentu
Merasa
drama korea
mampu
meningkatka
n kepekaan
emosi
Memahami
emosi yang
dirasakan
Merasa
dapat
mengungkap
kan
emosi/perasa
an dengan
tepat
Merasa
tenang
setelah
menonton
drama korea
Merasa
bahwa emosi
menjadi
stabil setelah
menonton
drama korea
Kecemasan
hilang
setelah
menonton
drama korea
Motivasi
meningkat
setelah
melihat hal
yang disukai
dalam drama
Kreatifitas
meningkat
37
No Item
Favora Unfavor
ble
able
Jml
3
7
2
8
11
2
9
40
2
4, 13
5, 10
4
1
2
2
35
39
2
6
12
2
15
25
2
14
37
2
Mengenali
emosi
orang lain
Empati
Ketram
pilan
sosial
Membina
hubungan
setelah
menonton
drama korea
Terbuka
pada orang
lain
Mampu
mengenali
perasaan
orang lain
Mampu
menghormat
i perasaan
orang lain
Merasakan
apa yang
dirasakan
oleh
aktor/aktris
saat
menonton
drama korea
Mampu
mengungkap
kan perasaan
kepada
orang lain
Mampu
menerima
apa yang
diungkapkan
orang lain
Mampu
meningkatka
n minat
hubungan
sosial
setelah
menonton
drama korea
Jumlah
36
38
2
16
19
2
17
20
2
18, 21
24, 22
4
23
27
2
28
26
2
29, 30,
31
32, 33,
34
6
20
20
40
Alpha Cronbach's = 0, 529; Sampel = 25 orang
Item Pernyataan
Item Shohih
8, 9, 10, 11, 12, 14, 17,
18, 24, 25, 28, 30, 39
38
Item Gugur
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 15,
16, 19, 20, 21, 22, 23, 26,
27, 29, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
Jawaban
No
8
9
10
11
12
14
17
18
24
25
28
30
39
Pernyataan
Mudah merasa iba jika aktor dalam
drama diperlakukan semena-mena,
misalnya: dirisak (dibully)
Dengan melihat aktor yang saya sukai
muncul dalam drama, semangat menjadi
meningkat
Terkadang saya merasa bingung saat
melihat jalan cerita drama yang berputarputar
Saya merasa biasa saja saat melihat
adegan pembunuhan didalam drama
Saya menonton drama korea jika saya
mau saja
Seringkali mendapat ide baru saat
menonton drama korea
Saya mampu menghargai orang lain yang
tidak suka menonton drama korea
Seringkali ikut terhanyut dalam peran
yang diperankan oleh aktor
Terkadang merasa bahwa akting sang
aktor dalam drama kurang menghayati
perannya
Saya tidak mendapat hal atau pelajaran
apapun saat menonton drama korea
Mampu menerima saran dan kritikan dari
orang lain dengan hati yang lapang
Melihat kegigihan pelajar Korea dalam
drama
membuat
saya
menjadi
termotivasi dalam belajar
Menonton drama korea saat bad mood
justru
membuat
mood
semakin
memburuk
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri
subyek
S
= Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri subyek
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri subyek
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri
subyek
39
Kategorisasi
Kategori
Skor ≤ 26
26 ≤ Skor ≤ 39
Skor ≥ 39
Rendah
Sedang
Tinggi
d. Penutup
Dengan menonton drama korea tentunya tidak hanya
mendapatkan hal yang negatif seperti yang kebanyakan orang
bicarakan, namun juga dapat mendatangkan hal positif salah
satunya dapat mempengaruhi kecerdasan emosi. Kecerdasan
emosi sangatlah penting dalam berhubungan sosial dengan orang
lain dan lingkungan disekitar kita. Demikian instrumen Skala
Pengaruh Menonton Drama Korea terhadap Kecerdasan Emosi
dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh menonton
drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa. Apabila skor
yang didapat diatas 39 maka termasuk kategori tinggi. Jika skor
yang didapatkan antara 26 sampai 39 maka termasuk golongan
sedang dan bila skor yang didapat dibawah 26 maka termasuk
kategori rendah. Semoga instrumen ini dapat dijadikan acuan
oleh para pembaca untuk dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi
mahasiswa.
40
4. Instrumen Skala Kemampuan Mengukur Kecerdasan
Emosional Santri Putri Pp Al-Luqmaniyyah Yogyakarta
Oleh:Luthfia Faridatun Nisa (luthfiafani90@gmail.com)
Profesional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si
a. Pengantar
Instrumen merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial dengan cara
mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian. Alasan instrumen skala
kemampuan kecerdasan emosional dibuat karena untuk
mengetahui seberapa tinggi rendahnya tingkat kecerdasan
emosional santri PP Al-Luqmaniyyah yang notabenenya
mayoritas merupakan mahasiswa. Hal ini sangat penting karena
untuk mengenali diri sendiri dan memahami perasaan orang lain.
Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur
tingkat kecerdasan emosional dengan kisi-kisi sesuai dengan teori
yang ada kemudian dikembangkan oleh peneliti. Teori yang
digunkan adalah teori Daniel Goleman. Daniel Goleman
menyebutkan lima komponen psikologis dalam kecerdasan
emosional yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan
membina hubungan. Kelima komponen tersebut dijadikan
sebagai aspek instrumen kemudian dikembangkan lagi menjadi
indicator, selanjutnya indicator tersebut dikembangkan lagi
menjadi descriptor, dari descriptor tersebut dibuat beberapa item
pernyataan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh
professional judgement. Oleh karena itu, instrumen telah diuji
cobakan kepada responden yang bermanfaat untuk mengetahui
tingkat kecerdasan emosional. Dengan subyek santri PP AlLuqmaniyyah Yogyakarta.
b. Pengembangan Instrument Skala Psikologis
Daniel Goleman (Hariwijaya, 2005:7) mengungkapkan
bahwa kecerdasan emosi adalah :
1) Kemampuan seseorang untuk mengenali emosi pribadinya
sehingga tahu kelebihan dan kekurangnnya;
2) Kemampuan sesorang untuk mengelola emosi tersebut;
3) Kemampuan seseorang untuk memotivasi dan memberikan
dorongan untuk maju kepada diri sendiri;
4) Kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dan
kepribadian orang lain;
5) Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan
pihak lain secara baik. Jika kita memang mampu memahami
dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan emosi
41
tersebut, maka semua perjalanan bisnis atau karier apapun
yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.
Kemampuan mengukur kecerdasan emosional merupakan
upaya untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan,
pengukuran kecerdasan emosional melalui berbagai proses serta
dapat diterapkan secara efektif agar individu dapat tertangani/
diatasi oleh diri sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan
aspek-aspek kemampuan mengukur kecerdasan emosional.
Aspek-aspek tersebut antara lain aspek mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain, dan membina hubungan.
Varia
bel
Kema
mpua
n
meng
ukur
kecer
dasan
emosi
onal
No item
Favorab Unfavora
le
ble
Jumla
h
Aspek
Indikato
r
Deskripto
r
Perasaan
menerima
1,2,3
4,5
5
Aspek
mengena
li emosi
diri
Kemamp
uan
individu
untuk
mengena
l dan
merasaka
n emosi
sendiri
Percaya
diri
7
6,8,9
4
11, 14
6
Aspek
mengelol
a emosi
Kemamp
uan
individu
dalam
menanga
ni
perasaan
Aspek
memotiv
asi diri
sendiri
Aspek
mengena
li emosi
orang
Kemamp
uan
untuk
mengatur
emosi
Kemamp
uan
individu
untuk
Menghibur
diri sendiri
Melepas
kecemasan
Kemurung
an atau
ketersingg
ungan
Pengendali
an
dorongan
hati
Kekuatan
berpikir
positif
Kekuatan
berpikir
optimis
Mampu
mendengar
kan orang
lain
42
10, 12,
13, 15
16, 17,
18
3
19
20,21,22
4
23, 24,
25, 26
27, 28, 29
7
30
31
2
32,34,
35, 37
33, 36
6
38, 39,
41
40, 42, 43
6
lain
berempat
i
terhadap
orang
lain
Kemamp
uan
Aspek
individu
membina
dalam
hubunga
bergaul
n
dengan
orang
lain
Jumlah
Empati
44, 45,
46
Cakap
komunikas
i
48
47
2
Membuka
diri
49
50
2
30
20
50
3
Alpha Cronbach's = 0,180 ; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih
2, 7, 11, 14, 20, 24, 28, 34,
36, 49, 50
Item Gugur
1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13,
15, 16, 17, 18, 19, 21, 22,
23, 25, 26, 27, 29, 30, 31,
32, 33, 35, 37, 38, 39, 40,
41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
Pernyataan
2
Saya menghargai perasaan orang lain
Saya selalu percaya diri tampil di depan
umum
Ketika saya sedih, saya selalu pergi jalanjalan
Saya marah kalau teman saya tidak mau
diajak pergi berlibur
Saya sering merasa bosan jika tidak ada
kegiatan ketika liburan
Saya bisa menyelesaikan masalah saya
sendiri
Saya tidak bisa menghibur teman saat sedih
Saya mampu mengatasi permasalahan
dengan kepala dingin
Saya tidak bisa menenangkan teman ketika
cemas
Saya mudah beradaptasi dengan lingkungan
yang baru
Saya
mengalami
kesulitan
dalam
bersosialisasi
7
11
14
20
24
28
34
36
49
50
Jawaban
43
SS
SS
S
S
TS
TS
STS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
SS
S
S
TS
TS
STS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan :
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri
teman-teman.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri temanteman.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri
teman-teman.
Kategorisasi :
Kategori
Rendah
Skor ≤ 23,83
Sedang
23,83 ≤ skor ≤ 31,17
Tinggi
Skor ≥ 31,17
d. Penutup
Instrumen skala kemampuan mengukur kecerdasan
emosional dapat digunakan untuk khalayak umum untuk
mengetahui tingkat kecerdasan emosional seseorang. Pada
instrumen tersebut merupakan instrumen yang keseluruhanya
terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk pilihan
ganda untuk empat alternative jawaban yang dimiliki skor
tersendiri. Semakin tinggi alternative jawaban yang dipilih
responden, maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional
siswa. Semakin rendah alternatif jawaban yang dipilih responden,
maka semakin rendah pula kecerdasan emosional responden
tersebut. Adapun manfaat mengukur kecerdasan emosional yaitu
membangun kekuatan dan kesadaran diri, membangun watak dan
kewibawaan, meningkatkan potensi dan mengintegrasikan tujuan
belajar ke dalam hidupnya. Upaya mengukur kecerdasan
emosional tersebut untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
kecerdasan emosional santri PP Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.
44
5. Instrumen Skala Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa
Oleh: Tika Wahyu Saputri (tikawsaputri@gmail.com)
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si.
a. Pengantar
Setiap orang mempunyai tingkat kebutuhan masingmasing, dan hal ini akan mempengaruhi tingkat motivasi
seseorang untuk mencapai kepuasannya. Motivasi adalah daya
penggerak di dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Salah
satu motivasi yang terdapat dalam diri individu ialah motivasi
berprestasi. Motivasi prestasi tidak dibawa sejak lahir, tetapi
suatu proses yang dipelajari, dilatih, ditingkatkan dan
dikembangkan.
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap motivasi
berprestasi dikalangan mahasiswa perguruan tinggi negeri.
Dengan melihat banyaknya tuntutan kampus mulai dari nilai
minimum IPK mahasiswa dan tugas akhir. Karena terkadang
motivasi berprestasi mahasiswa dipengaruhi juga oleh
lingkungannya contohnya bila ada teman yang malas dalam
kuliah atau mengerjakan tugas akan memberikan dampak pada
individu utnuk ikut-ikutan. Dalam instrumen ini mengembangkan
teori Mc Clelland yang dijelaskan dalam definisi operasional
instrumen.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Motivasi berprestasi adalah dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan
tingkah laku yang diukur dengan skala motivasi berprestasi
menurut teori Mc Clelland, dengan indikator sebagai berikut : (1)
adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2)
adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) adanya
harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas
diri, (5) adanya lingkungan yang baik, (6) adanya kegiatan yang
menarik.
Variabel
Motivasi
Berprestasi
Aspek
Indikator
Aspek
Internal
Adanya
hasrat dan
keinginan
untuk
melakukan
kegiatan
Adanya
dorongan
dan
kebutuhan
Deskripto
r
Memiliki
keinginan
melakukan
kegiatan
Melaksana
kan
kegiatan
dengan
45
No Item
Favora Unfavo
ble
rable
Juml
ah
4
28, 29,
3
16, 25
17, 32
4
melakukan
kegiatan
Adanya
harapan
dan citacita
Pengharga
an dan
penghorma
tan atas
diri
Adanya
lingkungan
yang baik
Aspek
Eksternal
Adanya
kegiatan
yang
menarik
baik
Memiliki
kebutuhan
melakukan
kegiatan
Memiliki
cita-cita
Mengutam
akan
pencapaian
hasil
ketimbang
memperole
h imbalan
Lingkunga
n yang
kondusif
Memilih
pergaulan
yang baik
Memiliki
tempat
mengaktua
lisasikan
diri
Mengikuti
kegiatan
Jumlah
18,19,
26,31
8, 9, 33
7
1, 2, 24
35, 36
5
6, 7,
22, 23,
27, 34
6
11
37
2
12, 13,
14
38, 39
5
5, 15,
21
30, 40
5
3, 10
20
4
23
17
40
Alpha Cronbach's = 0,846; Sampel = 21 orang.
Item Item
Pernyataan
Item Shohih
Item Gugur
4, 5, 7, 8, 9, 15, 16, 18, 19, 21, 25,
26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38,
39
1, 2, 3, 6, 10, 11, 12,
13, 14, 17, 20, 22, 23,
24, 27, 29, 37, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No.
4
5
7
Pernyataan
Banyak kegiatanseminar di kampus yang
ingin saya ikuti
Saya mengikuti kegiatan tersebut karena
sesuai dengan bakat
Saya tidak malu bertanya dengan dosen atau
teman yang sekiranya menurut saya sukar
diselesaikan sendiri
46
Jawaban
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
8
9
15
16
18
19
21
25
26
28
30
31
32
33
34
35
36
38
39
Saya mengikuti organisasi karena ikut-ikutan
teman
Saya melakukan sesuatu terkadang harus
dibujuk teman
Organisasi adalah ruang bagi saya untuk
mengaktualisasikan diri
Menulis adalah kegiatan favorit saya
Saat di kos saya mengulang materi yang
disampaikan dosen di kelas
Sebelum kuliah saya resume materi supaya
saat ditanya dosen saya sudah paham
Diskusi membuat saya berani dalam
berbicara di depan orang banyak
Saya selalu aktif saat diskusi berlangsung
Saya suka melakukan praktek konseling di
luar jam kuliah
Banyak kegiatan yang ingin saya ikuti tapi
saya sulit membagi waktu antara kuliah dan
kegiatan lain
Saat waktu luang saya manfaatkan untuk
pergi bermain dengan teman
Saya mengikuti les private bahasa inggris
sebagai penunjang keterampilan berbahasa
inggris saya
Belajar kelompok terkadang tidak
menyelesaikan tugas dengan baik karena
terlalu banyak cerita dengan teman
Saya hanya akan praktek konseling kalau
disuruh dosen
Saya terkadang kurang percaya diri terhadap
kemampuan yang saya miliki
Saya terkadang pesimis terhadap impian saya
Impian saya tidak sesuai dengan kemampuan
yang saya miliki
Teman yang sering membolos kuliah
membuat saya ikut-ikutan bolos
Ketika teman malas dalam mengerjakan
tugas membuat saya ikut-ikutan malas
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
47
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 44
Sedang
44 ≤ Skor ≤ 66
Tinggi
Skor ≥ 66
d. Penutup
Motivasi berprestasi ialah dorongan internal dan eksternal
yang ada dalam diri individu untuk mengadakan perubahan
dalam diri mahasiswa dalam hal perkuliahan. Instrumen ini
membantu melihat motivasi berprestasi yang ada dalam diri
mahasiswa dalam hal keinginan untuk segera menyelesaikan
perkuliahan dan motivasi untuk mendapatkan nilai IPK diatas
minimum.
48
6. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Mahasiswa
Oleh: Mar‟ul Khoiriyah (marulkhoiriyah77@gmail.com)
Profesional Judgment: A. Said Hasan Basri, S. Psi., M. Si.
a. Pengantar
De Porter dan Hernacki (1999), mengungkapkan bahwa
gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan
mengolah informasi. Secara umum, gaya belajar dapat
dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap
informasi, cara memproses informasi, dan karakteristik dasar
kepribadian.
Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk
menjawab permasalahan penelitian. Dalam instrumen skala gaya
belajar ini, mencoba dilakukan penelitian pada gaya belajar
mahasiswa. Setiap mahasiswa pasti memiliki pola dan teknik
gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan gaya
belajar visual atau melalui penglihatan, gaya belajar auditori atau
pendengaran, dan gaya belajar kinestetik yang dominan pada
gerakan. Namun, tidak semua orang mengerti dan memahami
pola gaya belajar apa yang lebih dominan dalam diri mereka.
Oleh karena itu, instrumen ini dibuat untuk mengetahui gaya
belajar yang sesuai pada mahasiswa.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Gaya belajar seseorang biasanya berasal dari variabel
kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis
berdasarkan latar belakang sosio kultural dan pengalaman
pendidikan. Selanjutnya, skala belajar dapat dikelompokkan
berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi, cara
memproses informasi dan karakteristik dasar kepribadian.
Kisi-kisiskaladisusun berdasarkanaspek-aspek Gaya belajar
mahasiswa. Aspek-aspektersebut antaralainaspek visual, aspek
auditori, dan aspek kinestetik.
Variab
el
Gaya
Belajar
Mahasi
swa
No Item
Aspek
Indikator
Deskriptor
Aspek
Visual
Mengilustras
ikan materi
di dalam
pikirannya
menggunaka
n gambar
Mengasosias
ikan
informasi
yang
diperoleh
melalui
gambar
49
Favora
ble
Unfavo
rable
1, 2, 3
4, 5, 6
Juml
ah
6
Menulis dan
membaca
dengan
detail serta
rapi dan
teratur
Aspek
Auditori
Mudah
mencerna
informasi
dari suara
Membaca
keras-keras
Tidak tahan
duduk dalam
waktu lama
Aspek
kinesteti
k
Berorientasi
pada fisik
dan gerak
Menulis dan
membaca
secara detail
7, 8, 9,
10, 11
12, 13,
14, 15
9
Rapi dan
teratur
16, 17,
18, 19
20, 21,
22
7
23, 24,
25, 26
27, 28,
29, 30
8
31, 32,
33, 34,
35
36
6
37, 38
39
3
40, 41
42
3
43, 44
45
3
47, 48
49
3
50, 51
52, 53
4
31
21
52
Menangkap
informasi
dari apa
yang
didengar
Belajar
dengan
diskusi
verbal
Menghafal
dengan
membaca
dengan keras
Lebih
mudah
menangkap
informasi
dari
peragaan
Belajar
dengan
terjun
langsung ke
lapangan
Menyentuh
orang untuk
memperoleh
tanggapan
dari orang
lain
Menggunaka
n jari
sebagai
penunjuk
ketika
membaca
Jumlah
Alpha Cronbach’s = 0,498 ; Sampel = 17 orang
50
Item
Pernyataan
Item Shohih
5, 13, 20, 21,
22, 29, 30, 33,
34, 35, 40
Item Gugur
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 36, 37,
38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,
51, 52
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
5
13
20
21
22
29
30
33
34
35
40
Pernyataan
Saya tidak terlalu aktif berdiskusi di
dalam kelas
Penyampaian materi oleh dosen yang
terlalu cepat membuat saya gagal paham
Saya merasa minder ketika harus
mengemukakan pendapat di depan
umum
Sering kali saya mengetahui apa yang
harus dikatakan, akan tetapi tidak tahu
bagaimana cara menyampaikannya
Ketika disuruh untuk memperhatikan
dosen, sering kali saya merasa
mengantuk
ataupun
kehilangan
konsentrasi
Saya aktif dalam kegiatan tanya jawab
saat diskusi di kelas
Saya
selalu
menggerak-gerakkan
bibir/berkomat-kamit ketika membaca
Apabila ada materi yang tidak dipahami,
maka saya akan bertanya kepada dosen
Seringnya saya merasa malas mencatat
materi dari dosen dan lebih memilih
untuk memfoto materi apabila
ditayangkan dalam bentuk slide
Biasanya saya malas membaca informasi
di papan informasi
Saya belajar dengan memperhatikan
mimik muka dan gerak tubuh dosen saat
mengajar
SS
Jawaban
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
SS
S
TS
STS
STS
STS
STS
STS
STS
STS
STS
STS
STS
STS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
51
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 17
17 ≤ Skor ≥ 28
Skor ≥ 28
d. Penutup
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan
dalam penelitian untuk mengukur validitas dan reliabilitas
variabel penelitian. Dalam penelitian “Skala Gaya Belajar
Mahasiswa” ini, dikelompokkan menjadi tiga aspek gaya belajar,
yaitu gaya belajar visual, auditor, dan kinestetik. Dan
menggunakan skala Likert dengan empat (4) pilihan jawaban,
yakni SS, S, TS, dan STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu
Rendah, Sedang, dan Tinggi. Dengan adanya skala ini,
diharapkan mampu menjadi acuan dalam menentukan gaya
belajar pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu menyusun
strategi belajar yang tepat sesuai dengan kecenderungan aspek
gaya
belajar
yang
dimilikinya.
Semogapembuatan
instrumeninidapat memberikan manfaatbagipenulis, pembaca,
maupun responden.
52
7. Instrumen Skala Bimbingan Konseling Islam Guna
Meningkatkan Religiusitas Lansia
Oleh:Yulia Putri Intan Sari (yuliaputriintan@gmail.com)
Profesional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si
a. Pengantar
Untuk melakukan suatu penelitian, berarti seseorang
tersebut akan mengumpulkan informasi suatu data. Pengumpulan
suatu data tersebut ada berbagai macam bentuknya, untuk
mendapatkan informasi atau data dari sebuah penelitian maka
kita perlu alat untuk mengumpulkan informasi yang kita
inginkan. Instrumen adalah salah satu bentuk untuk mendapatkan
informasi atau data. Alasanya, instrumen skala bimbingan
konseling islam ini digunakan untuk mengetahui tingkat religious
seorang lansia dalam kehidupan sehari-harinya. Masa Lanjut usia
merupakan masa dimana seseorang identik dengan menerima
kesiapan dalam hal apapun, seperti perkembangan dalam
hidupnya salah satunya adalah nilai-nilai tentang ketuhanan atau
tentang religiusitas seseorang dalam menghadapi masa lanjut
usia, dimana waktu yang digunakan untuk mendekatkan diri
kepada sang pencipta dan memanfaatkan hari tuanya dengan hal
yang bermanfaat.
Adapun aspek-aspek yang terdapat pada instrumen skala
bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia
yaitu aspek menurut Glock dan Stark (dalam Ancok & Nashori,
2001) mendefinisikan religiusitas sebagai system symbol, system
keyakinan, system nilai dan system perilaku yang terlambangkan
dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi. Dari beberapa aspekaspek tersebut kemudian dikembangkan dalam berbagai
indicator, kemudian menjadi indicator, dan kemudian menjadi
item-item pernyataan. Sebelum instrumen di uji cobakan kepada
responden maka perlu diteliti terlebih dahulu oleh professional
judgement. jika dirasa sudah layak maka instrumen siap untuk
diujikan kepada para lanjut usia.
b. Pengembangan Instrument Skala Psikologis
Skala tingkat kereligiusitasan lansia merupakan upaya
untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran lansia dalam
beragama dan kepekaan terhadap agamanya. Religiusitas menurut
Glock dan Stark (dalam Ancok & Nashori, 2001) mendefinisikan
religiusitas sebagai system symbol, system keyakinan, system
nilai dan system perilaku yang terlambangkan dimana semuanya
itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang
paling maknawi. Orang yang religious akan mencoba selalu patuh
terhadap ajaran agama, berusaha mempelajarinya pengetahuan
53
tentang agamanya, berusaha mempelajari pengetahuan tentang
agamanya, menjalankan ritual agamanaya, meyakini doktrindoktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama (Nashori
dalam Risnawita & Gufron, 2011).
No Item
Variabe
l
Aspek
Deskriptor
Favor
able
Unfav
orable
Jumlah
Yakin adanya
Tuhan
1,2,3
4
4
Yakin terhadap
agama yang di
anutnya
5,6,7
8,9
5
Menunjukk
an sikap
tenang
10,11
12
3
16,17,18
6
19,20,21
,22,23,2
4
25,26
8
Perasaan dan
Ketika
Aspek
pengalaman
doanya
Penghayata
keagamaan
dikabulkan
n
yang dialami Tuhan
27,28
29
3
Sejauh mana
Selalu
dalam
Aspek
tertib
Peribadatan mengerjakan menunaika
kewajiban
n ibadah
ritual
diagamanya
30,31,32
,33
34,35
6
Aspek
Keya
kinan
Tingka
t
Kereli
giusan
Lansia.
Indikator
Yakin
terhadap
kebenaran
ajaranajaran
agama, dan
yakin
adanya
Tuhan
Selalu
berfikir
positif
13,14,15
Melaksana
kan ibadah
Melaksanaka sehari-hari
Aspek
n kewajiban
Perilaku agama secara
Membaca
konsisten
dan
Mendengar
ayat-ayat
suci
54
Pengetahua
n tentang
Mengerti dan
agama
Aspek
memahami
pengetahua
pokok ajaran
n
Berbuat
islam
baik
kepada
sesama
Jumlah
36,37
38
3
39,40
41,42
4
27
15
42
Alpha Cronbach's : 0,889 ; Sampel 17orang
Item Pernyataan
Item Shohih
1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 26, 27,
28, 30, 31, 33, 35, 36, 39,
41, 42.
Item Gugur
4, 8, 12, 25, 29, 32, 34,
37, 38, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No.
Pernyataan
Jawaban
1
Saya yakin adanya Tuhan
SS
2
Saya yakin Tuhan itu hanya satu
SS
3
Saya percaya, Tuhan Maha melihat
dimanapun saya berada
5
S
TS
STS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Saya percaya adanya Surga dan
Neraka
SS
S
TS
STS
6
Saya yakin malaikat mencatat semua amal
perbuatan manusia yang baik dan buruk
SS
S
TS
STS
7
Saya percaya terhadap Al-Quran dan Sunah
SS
S
TS
STS
9
Saya tidak yakin adanya hari pembalasan
diakhirat nanti
SS
S
TS
STS
Saya merasa Allah selalu mengabulkan doadoa saya
SS
S
TS
STS
10
55
11
Saya selalu mensyukuri nikmat yang Allah
berikan
SS
S
TS
STS
13
Saya selalu melaksanakan shalat sunah
terlebih dahulu sebelum shalat wajib
SS
S
TS
STS
14
Sesibuk apa pekerjaan saya, saya akan
berusaha untuk tetap beribadah
SS
S
TS
STS
15
Saya merasa gelisah saat
meninggalkan shalat
SS
S
TS
STS
16
Saya merasa tidak harus memenuhi panggilan
adzan walaupun tidak sedang sibuk
SS
S
TS
STS
17
Saya masih malas untuk melakukan ibadah
SS
S
TS
STS
18
Ibadah saya masih tidak teratur
SS
S
TS
STS
19
Hati saya tergetar bila mendengar suara adzan
SS
S
TS
STS
20
Saya merasa tenang jika membaca Al-Quran
SS
S
TS
STS
21
Saya selalu meluangkan waktu untuk membaca
Al-Quran
SS
S
TS
STS
22
Saya merasa tenang jika mendengar orang lain
membaca Al-Quran
SS
S
TS
STS
23
Saya selalu berdzikir setelah melaksanakan
sholat
SS
S
TS
STS
24
Setiap mendapat nikmat, saya tidak lupa
mengucapkan Alhamdulillah
SS
S
TS
STS
26
Saya membaca Al-Quran dengan terbata-bata
SS
S
TS
STS
27
Jika keinginan belum terpenuhi, saya yakin
Tuhan akan mengabulkan
SS
S
TS
STS
28
Saya selalu mensyukuri nikmat yang Tuhan
berikan
SS
S
TS
STS
30
Saya melaksanakan shalat dengan tepat waktu
SS
S
TS
STS
56
31
Saya selalu melaksanakan ibadah puasa dibulan
Ramadhan
SS
S
TS
STS
33
Saya tidak pernah meninggalkan shalat satu
waktu pun
SS
S
TS
STS
35
Saya jarang beribadah karna fisik saya yang
sudah menurun
SS
S
TS
STS
36
Malaikat diciptakan Allah dari cahaya
SS
S
TS
STS
39
Saya selalu menolong orang lain tanpa imbalan
SS
S
TS
STS
41
Menolong sesama tidak perlu dilakukan jika
tidak mendapat imbalan
SS
S
TS
STS
42
Saya tidak akan menolong orang lain jika
berbeda agama
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 64
64 ≤ Skor ≤ 240
Skor ≥ 240
d. Penutup
Lansia adalah proses menua yaitu proses alami yang
dihadapi manusia, dalam tahap lanjut usia ini pada diri manusia
mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial.
Kesimpulan dari instrumen skala bimbingan konseling islam
guna meningkatkan religiusitas lansia yaitu, bahwa instrumen ini
diuji cobakan hanya kepada seorang lansia saja dan instrumen ini
digunakan untuk mengetahui tingkat religious seorang lansia
dalam menjalani hidupnya dan upaya peningkatan dalam hal
melakukan kegiatan ibadah dan amalan yang baik bagi kehidupan
57
masa lanjutnya. Seorang lansia dalam meningkatkan religiusitas
dalam mengisi kegiatan hari-hari tuanya dengan memperbanyak
melakukan ibadah. Oleh karena itu dengan instrumen skala
bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia
ini untuk mengetahui seberapa besar upaya seorang lansia
tersebut.
58
8. Instrumen Skala Pencapaian Prestasi Belajar Mahasiswa
Organisasi
Oleh:Rio Anggi Fernando (rioanper@gmail.com)
Professional Judgment: Agus Syahputra S.Kom.I
a. Pengantar
Melihat gejala tidak sinergisnya prestasi atau pencapaian
yang terjadi pada mahasiswa organsasi ekstra kampus,
memungkinkan perlu diadakannya sebuah penelitian kenapa
gejala tersebut bisa muncul. Sudah menjadi pembicaraan di
masyarakat kampus ketika mahasiswa yang mengikuti organ
ekstra dikategorikan sebagai mahasiswa yang malas dan aneh
dari mahasiswa umumnya. Tentu penelitian ini sedikit membantu
atau menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita yang terjadi
disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya
justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori belajar
dan teori managemen organisasi. Mudah-mudahan penelitian ini
bisa menjadi bahan acuan untuk menganalisa bahkan mengatasi
persoalan yang seperti budaya dan warisan tersebut.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai atau
ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar baik angka atau
huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang
dicapai masing-masing dalam periode tertentu. Angka atau hasil
belajar itulah yang menunjukkan hasil belajar. Jadi, pengertian
prestasi belajar adalah tingkat kemampuan intelektual yang dapat
diukur, berupa penugasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan
sebagai hasil belajar. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspekaspek psikis belajar. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Variabel
Skala
Pencapaian
prestasi
mahasiswa
organisasi
Aspek
Aspek
Kognitif
Indikator
Deskript
or
Pengamatan:
dapat
menunjukkan,
membandingka
n dan
menghubungka
n
Mengeta
hui apa
saja
kewajiba
n dan
hak
sebagai
mahasis
wa.
59
No item
Unf
Favo avo
rable rab
le
1
2
Juml
ah
2
Ingatan: dapat
menyebutkan
dan
menunjukkan
kembali
Pemahaman:
dapat
menjelaskan
dan
mendefinisikan
dengan lisan
sendiri
Penerapan:
dapat
memberikan
contoh dan
menggunakan
secara tepat
Analisis
(pemeriksaan
dan pemilahan
secara teliti):
dapatmenguraik
60
Belajar
sebelum
maju
presentas
i di kelas
dan
presentas
i dengan
lancar.
Pahamka
n apa
yang
disampai
kan
dosen
dan bias
menjelas
kan
ulang.
Memaha
mi suatu
materi
tidak
hanya
dari
penjelasa
n dosen
tetapi
dari
lingkup
organisas
i.
Aktif
berbicara
dalam
hal
penyamp
aian
materi
dengan
memberi
contoh
yang
jelas.
Bertema
n dengan
siapa
saja, dari
golongan
3
4
2
5
6
2
7
8
2
9
10
2
11
12
2
andanmengklasi
fikasi/memilahmilah
Sintesis
(membuat
paduan baru dan
utuh): dapat
menghubungka
n,
menyimpulkan
dan
menggeneralisa
sikan (membuat
prinsip umum)
Receiving atau
attending, yakni
kepekaan dalam
menerima
rangsangan
Aspek
Afektif
Responding
atau jawaban,
yakni reaksi
yang diberikan
seseorang
terhadap
stimulus yang
datang dari luar
61
mana
saja yang
berbuah
kebaikan
pada diri
sendiri.
Tidak
terikat
pada isu
bahwa
mahasis
wa
organisas
i
memaka
n waktu
lama
dalam
mencapai
prestasi
akademi
k.
Dalam
kepekaan
tidak
harus
disampai
kan
dengan
lisan,
mengerti
lewat
tindakan
atau
gerak
gerik.
Mengerti
cara
berbicara
dengan
berbagai
tipe
manusia.
Menggun
akaninto
nasisuara
berbedad
alampem
bicaraan
13
14
2
15
16
2
17
18
2
19
20
2
yang
berbeda.
Valuing
(penilaian),
yakni berkenaan
dengan
penilaian dan
kepercayaan
terhadap gejala
atau stimulus
Organisasi,yak
ni
pengembangan
nilai ke dalam
suatu system
organisasi,
termasuk
menentukan
hubungan suatu
nilai yang telah
dimilikinya.
Karakteristik
atau interalisasi
nilai, yakni
keterpaduan
dari semua
sistem nilai
yang telah
dimiliki
seseorang
62
Memperc
ayai
bahwa
setiap
mahasis
wa
mempun
yai cara
sendiri
dalam
menentu
kan masa
depannya
.
Mempela
jari suatu
hal tidak
terpaku
hanya
pada
perkuliah
an saja,
tetapi di
dalam
segala
forum
terdapat
kandung
an ilmu.
Merasa
bahwa
mahasis
wa yang
aktif di
kampus
maupun
organisas
i adalah
perpadua
n yang
bagus.
21
22
2
23
24
2
25
26
2
Gerakan refleks
(keterampilan
pada gerakan
yang sering
tidak disadari
karena sudah
merupakan
kebiasaan)
Keterampilan
pada gerakangerakan dasar
Aspek
Psikomotor
ik
Kemampuan
perspektual
termasuk di
dalamnya
membedakan
visual,
membedakan
auditif motorik
dan lain-lain
Kemampuan di
bidang fisik
seperti
kekuatan,
keharmonisan
dan ketepatan
Kemampuan
yang berkenaan
dengan non
decursive
komunikasi
Jumlah
Menemu
kan
pemecah
an
masalah
dengan
tepat dan
terkadan
g tidak
terduga.
Bergerak
cepat
dalam
menyeles
aikan
suatu
urusan.
Menging
at dengan
jelas
suara
orang
lain
tanpa
perlu
melihat
wajah
orang
tersebut.
Mampu
bekerja
diselasela
kesibuka
n kuliah
dan
organisas
i.
Penyamp
aian
pendapat
secara
lisan
maupun
tulisan.
27
28
2
29
30
2
31
32
33
2
34
35
2
18
17
35
Alpa Cronbach’s = 0,802 ; Sampel = 17 orang
63
1
Item Pernyataan
Item shohih
2,4,9,10,11,12,13,14,20,21,2
2, 23,26,27,28,30,31,33,34
Item gugur
1,3,5,6,7,8,15,16,17,18,1
9,24,25, 29,32,35
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
Pernyataan
Jawaban
2
Saya acuh terhadap peraturanperaturan kampus yang dibuat untuk
mahasiswa.
4
Saya mampu menjelaskan di depan umum
tentang suatu materi tanpa mempelajarinya
terlebih dahulu.
9
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Saya mampu mengutarakan pendapat saya
dengan memberikan beberpa contoh.
SS
S
TS
STS
10
Saya hanya dapat menjelaskan tentang
suatu teori dari buku yang saya baca.
SS
S
TS
STS
11
Saya mempunyai banyak teman
dari kelas maupun organisasi.
SS
S
TS
STS
12
Saya hanya mempunyai beberapa teman
satu jurusan.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Saya percaya bahwa organisasi dapat
13 membantu mahasiswa berprestasi di
bidang manapun.
14
Saya menganggap bahwa organisasi hanya
mengganggu perkuliahan.
SS
S
TS
STS
17
Saya selalu memperdulikan cara berbicara
saya dengan orang yang berbeda.
SS
S
TS
STS
20
Saya memperhatikan intonasi suara dan
tekanan dalam berbicara dalam suatu
forum atau personal.
SS
S
TS
STS
64
21
Saya berbicara keras sesuai yang saya
inginkan dimanapun saya berada.
SS
S
TS
STS
22
Saya mengerti bahwa menjadi
mahasiswa itu dituntut menjadi dewasa.
SS
S
TS
STS
23
Saya bersikap santai dengan apa yang akan
terjadi nantinya.
SS
S
TS
STS
26
Saya mempelajari berbagai hal di
perkuliahan maupun di organisasi.
SS
S
TS
STS
27
Saya merasa mahasiswa
organisasi itu bukan
perpaduan yang pas.
SS
S
TS
STS
28
Saya banyak mempelajari hal dari
perkuliahan maupun organisasi salah satunya SS
adalah berpikir cepat tentang problem solving.
S
TS
STS
31
Saya sulit menemukan titik suatu
masalah karena saya mahasiswa
organisasi.
SS
S
TS
STS
32
Saya bersikap santai dalam menangani
suatu masalah.
SS
S
TS
STS
33
Saya dapat mengingat suara orang lain
sejak pertama kali mendengar suaranya.
SS
S
TS
STS
34
Saya mampu membagi waktu saya dalam
bekerja, kuliah dan berorganisasi.
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
65
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 44
44 ≤ Skor ≤ 66
Skor ≥ 66
d. Penutup
Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang
membutikan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra
tidak selalu sesuai dengan justifikasi orang kebanyakan.
Anggapan-anggapan negatif yang berkembang setidaknya sedikit
terbelah atau terkacaukan. Penelitian diatas berfungsi untuk
membuktikan bahwa mahasiswa organisasi ekstra juga mampu
mencapai
prestasi
dalam
hal
akademik.
66
C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL
1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada
Ayah-Ibu Karir
Oleh:Salma Husniyati (salmahusniyati@gmail.com)
Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I
a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap keterbukaan
diri (self disclosure) anak pada ayah-ibu karir. Keterbukaan diri
(self disclosure) ditunjukan dengan skor total yang diperoleh
subyek pada skala keterbukaan diri (self disclosure). Skala
keterbukaan diri (self disclosure) disusun berdasarkan aspekaspek keterbukaan diri (self disclosure) yang disajikan dalam
bentuk indikator-indikator tentang keterbukaan diri (self
disclosure). Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka
makin tinggi keterbukaan diri (self disclosure) tersebut. Menurut
Person (1987) self disclosure merupakan tindakan seseorang
dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang
lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi
informasi yang akurat tentang dirinya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Keterbukaan diri (self disclosure) merupakan upaya
mengungkapkan informasi atau keadaan diri kepada orang lain
yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Kisi-kisi
skala disusun berdasarkan aspek-aspek keterbukaan diri (self
disclosure). Aspek-aspek tersebut antara lain aspek motivasi,
waktu, ketepatan, keintensifan, kedalaman dan keluasan.
Variab
el
Keterb
ukaan
Diri
(Self
Disclos
ure)
Aspek
Indikator
Aspek
Motiva
si
Keinginan
atau tujuan
seseorang
dalam
mengungkapkan
dirinya
kepada
orangtua
Kepercayaan
diri
seseorang
dalam
mengungkap
kan
informasi
dirinya
Deskript
or
No Item
Favora Unfavor
ble
able
Jumlah
Tujuan
bercerita
1,2,3
4,5,6
6
Percaya
diri
dalam
bercerita
7,8
9,10
4
67
kepada
orangtua
Pengaruh
keluarga
dalam
mengungkap
kan
informasi
dirinya
kepada
orangtua
Intensitas
kebersamaan
Aspek
Waktu
Kesempatan
waktu yang
diberikan
orantua
kepada
dirinya
Ketepatan
waktu dalam
mengungkap
kan kejadian
yang ada
pada dirinya
kepada
orangtua
Aspek
Ketepat
an
Kesesuaian
informasi
diri yang
diberikan
kepada
orangtua
Aspek
Keinten
sifan
Seberapa
sering
seseorang
mengungkap
kan
informasi
diri kepada
orangtua
Aspek
Kedala
Informasi
diri yang
Sikap
orangtua
11, 12
13, 14
4
Kondisi/
keadaan
orangtua
15, 16
17, 18
4
Tingkat
kebersam
aan
orangtua
dengan
anak
19, 20
21, 22
4
Peluang
waktu
untuk
bercerita
23, 24
25
3
Pemiliha
n waktu
yang
tepat
dalam
bercerita
26
27, 28,
29
4
Kesesuai
an antara
fakta dan
cerita
yang
disampai
kan
30
31, 32
3
Frekuens
i
bercerita
33, 34
35, 36
4
Informas
i khusus
37
38
2
68
man
dan
Keluas
an
diungkapkan
kepada
orangtua
(khusus atau
umum)
Informas
i umum
Jumlah
39
40
2
19
21
40
Alpha Cronbach's = 0, 914 ; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,
14,15,17,19,20,21,22,24,25,
26,28,29,30,31,33,34,35,37,
38,40
Item Gugur
16, 18, 23, 27, 32,
36, 39
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jawaban
Pernyataan
Saya senang curhat dengan orangtua untuk
mengurangi beban masalah
Saya menceritakan apapun yang saya alami
kepada orangtua agar mereka dapat
memahami saya
Saya ingin orangtua dapat mengarahkan saya
kearah yang lebih positif dengan bercerita
kepada mereka
Menceritakan masalah kepada orangtua hanya
akan menambah masalah
Hidup saya akan menjadi rumit jika curhat
kepada orangtua
Saya akan mengganggu orangtua jika
menceritakan apapun yang saya lakukan
Saya yakin bahwa orangtua adalah pemberi
solusi terbaik untuk masalah saya
Saya percaya untuk menceritakan apapun
kepada orangtua karena kebijaksanaan mereka
dalam memberi nasehat atau saran
Saya takut untuk curhat dengan ayah karena
sifatnya yang pemarah
Lelah yang dirasa orangtua membuat saya
memilih untuk menyimpan masalah sendiri
Saya nyaman bercerita dengan ayah karena
keterbukaannya
Saya selalu menceritakan apapun yang
sedang/akan saya lakukan kepada ibu karena
kasih sayangnya
Saya jarang bercerita dengan ayah karena
sifatnya yang cuek
69
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
14
15
17
19
20
21
22
24
25
26
28
29
30
31
33
34
35
37
38
40
Saya memilih tidak bercerita kepada ibu
karena sifatnya yang terlalu khawatir
Orangtua selalu meluangkan waktunya untuk
mendengarkan keluh kesah saya meskipun
lelah
Saya sulit terbuka dengan orangtua karena
kesibukan mereka
Saya selalu menceritakan apa yang saya alami
ketika sedang bersama orangtua
Kami menghabiskan waktu bersama untuk
saling bercerita
Saya sukar cerita kepada orangtua karena
kurangnya waktu bersama
Saya memilih untuk bersenang-senang
daripada menceritakan masalah saya ketika
waktu bersamanya terbatas
Orangtua memberi saya kesempatan untuk
menghabiskan waktu dengan mereka setiap
minggunya
Orangtua saya tidak menyediakan waktu
khusus untuk saya, karena sibuk dalam karir
Orangtua selalu siap mendengarkan saya tanpa
harus menunggu waktu yang tepat
Ketika merasa lelah, saya malas curhat kepada
orangtua
Terlalu berfikir kapan waktu yang tepat
membuat saya gagal bercerita kepada orangtua
Saya menceritakan kejadian sebenarnya
kepada orangtua meskipun saya yang bersalah
Saya berbohong tentang fakta suatu masalah
jika saya yang bersalah karena takut dimarahi
Saya lebih sering curhat kepada orangtua
dibandingkan dengan teman
Saya selalu bercerita kepada orangtua setiap
hari meskipun hanya hal yang sepele
Saya curhat kepada orangtua hanya saat hari
libur mereka
Saya memberikan informasi secara detail
tentang yang terjadi pada diri saya kepada
orangtua
Memberikan informasi secara detail kepada
orangtua tidak akan memberikan efek apapun
pada saya
Saya takut membuat orangtua risih jika saya
banyak bercerita
70
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 68
68 ≤ Skor ≤ 101
Skor ≥ 101
d. Penutup
Instrumenskala keterbukaan diri (self disclosure) anak
pada ayah-ibu karir ini disusun untuk mengetahui seberapa besar
angka keterbukaan anak jika kedua orangtuanya berkarir. Tak
semua yang orangtuanya berkarir anaknya menjadi pribadi yang
tertutup atau tidak terbuka. Meski kedua orangtua berkarir, jika
perannya dimaksimalkan keterbukaan anak juga akan tinggi.
Namun ketika anak kurang terbuka dapat dikatakan bahwa
orangtua kurang memaksimalkan perannya.
71
2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas
Oleh: Suandara Pratiwi (suandarapratiwi@gmail.com)
Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I
a. Pengantar
Menurut coopersmith (1967:4-5) Self esteem merupakan
evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya
terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya,
keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self
esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga
atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu
terhadap dirinya.
Skala ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana self
esteem pada penyandang disabilitas. Self esteem ditunjukkan
dengan skor total yang diperoleh oleh subjek pada skala self
esteem. Self esteem disususn berdasarkan aspek-aspek self
esteem yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang
self esteem. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka
makin tinggi self esteem pada diri individu. Adapun kisi-kisi
pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah
dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam
indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek self
esteem .
Sehingga instrumen ini penting untuk melihat sejauh mana
tingkat keberhargaan diri yang apa pada penyandang disabilitas.
Agar menjadi tolak ukur untuk bahan evaluasi dalam proses
sosialisasi dan belajar mengajar dengan penyadang disabilitas.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Self esteem merupakan upaya untuk menegevaluasi diri
tentang pandangan secara menyeluruh tentang diri sendiri
sehingga menimbulkan keberhargaan terhadap diri sendiri.
Coopersmith (1967) menyebutkan terdapat empat aspek dalam
self esteem individu, yaitu power, significance, virtue, dan
competence. Sehingga kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspekaspek sekf esteem antara lain kekuatan (power), keberartian
(significance), kebajikan (virtue), kemampuan (competence).
Varia
bel
Aspek
Indikator
Kekuatan
(power)
Kemampu
an untuk
mengontro
l tingkah
laku
Deskripto
r
Mengontro
l tingkah
laku
72
No Item
Favorab Unfavo
el
rabel
1,3
2
Juml
ah
3
Keberartian
(significance
)
Kebajikan
(virtue)
Kemampu
an untuk
mengontro
l emosi
mendapat
Pengakuan
terhadap
diri sendiri
mendapat
Pengakuan
dari orang
lain
Kepedulia
n
dan
perhatian
yang
diterima
dari orang
lain
dan
lingkungan
nya.
afeksi dan
ekspresi
cinta yang
diterima
dari orang
lain
dan
lingkungan
nya
Ketaatan
untuk
mengikuti
standar
moral dan
etika
Ketaatan
untuk
mengikuti
standar
agama
Kemampuan
(competence
)
Suatu
performasi
yang tinggi
Mengontro
l emosi
4, 5
6
3
Kepercaya
an diri
7, 8, 9,
10
11,12,
13,14,1
5
9
Fakta-fakta
tentang diri
16, 17
18, 19,
4
Penerimaa
n
di
lingkungan
terhadap
diri yang
sebenarnya
20,
22
23, 24,
25, 26
7
Cinta dan
kasih
sayang dari
orang lain
27,28
29, 30,
,31, 32
6
Penilaian
positif
terhadap
diri karena
sudah
menaati
moral, dan
etika
Penilaian
positif
terhadap
diri karena
sudah
menaati
nilai
agama
Mengopti
malkan
kemampua
33, 34
35
3
36, 37,
38, 39
40, 41,
42
7
43,
45
46, 47
5
73
21,
44,
untuk
memenuhi
kebutuhan
Suatu
performasi
yang tinggi
untuk
mencapai
prestasi
n dengan
baik dalam
memenuhi
kebutuhan
Mengopti
malkan
kemampua
n dengan
baik dalam
mencapai
prestasi
Jumlah
48, 49
50, 51
4
26
25
51
Alpha Cronbach’s = 0,867 ; Sampel = 20 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
2,8,12,13,15,16,17,19,20,21,22,23,2
5,27,28,29,34,36,37,38,39,41,42,43,
44,45,46,49,51.
Item Gugur
1,3,4,5,6,7,9,10,11,14,18,
24,26,30,31,32,33,35,40,
47,48,50.
c. Item Pertanyaan dan Kategorisasi
No
2
8
12
13
15
16
17
19
20
21
22
23
25
27
28
Pernyataan
Saya berbuat baik kepada orang tertentu saja
Saya percaya pada kemampuan yang saya
miliki
Saya kurang percaya diri untuk berbicara di
depan banyak orang
Saya kurang bahagia dengan kehidupan saya
saat ini
Saya takut untuk menjalani kehidupan pada
saat ini dan masa yang akan datang
orang terdekat saya selalu mendukung dan
bangga terhadap apa yang saya lakukan
Teman-teman saya bersedia membantu
ketika saya meminta tolong kepada mereka
Saya jarang diajak oleh teman-teman saya
ketika mereka mengadakan sebuah kegiatan.
Ketika saya sakit orang terdekat saya datang
untuk menjenguk
Saya selalu diajak ngobrol dengan orang
terdekat saya
Orang terdekat saya selalu mengingatkan
untuk kuliah dan mengerjakan tugas
Orang terdekat saya hanya datang kepada
saya saat mereka membutuhkan saja
saya kurang berintekasi dengan orang sekitar
Saya
merasa
orang
terdekat
saya
menyayangi saya
saya butuh kasih sayang dari orang terdekat
74
SS
SS
Jawaban
S
TS
S
TS
STS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
SS
S
S
TS
TS
STS
STS
SS
S
TS
STS
29
34
36
37
38
39
41
42
43
44
45
46
49
51
saya
Orang terdekat saya kurang peduli dengan
diri saya
Saya selalu mengikuti peraturan yang ada,
karena menurut saya peraturan merupakan
tata cara kita bertindak dan berperilaku
Dengan keterbatasan saya tetap menjalankan
kewajiban saya sebagai umat beragama
Saya percaya dengan agama dan tuhan yang
saya sembah
Saya sangat merasakan dampak positif
ketika saya dekat denga tuhan saya
Saya selalu bertindak dan berperilaku sesuai
dengan aturan agama yang saya anut
Saya merasa biasa saja ketika saya
meninggalkan sholat
Terkadang dalam hidup saya merasa tuhan
tidak adil terhadap saya
Saya termasuk orang yang aktif
saya tidak suka merepotkan orang lain ketika
saya mampu melakukannya
Saya mampu menyelesaikan masalah saya
sendiri
Saya tidak dapat melakukan banyak hal
karena kekurangan saya
Saya berusaha keras untuk mewujudkan
cita-cita saya
Motivasi belajar saya tidak stabil
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
SS
S
S
TS
TS
STS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi:
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 58
58≤ skor ≤ 87
Skor ≥ 87
75
d. Penutup
Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala ini untuk melihat
sejauh mana tingkat keberhargaan diri (self esteem) yang ada
pada penyandang disabilitas, yang mana ketika skor yang didapat
semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhargaan
diri pada penyandang disabilitas, begitu pula sebaliknya.
76
3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru
Oleh: Afaaf Mauilaa (amauilaa@gmail.com)
Professional Judgement: Larindah Septiyani, S.Pd.
a. Pengantar
Dalam kehidupan bersosial seseorang, akan ada saatnya ia
bertemu dengan seseorang lainnya maupun bertemu dengan
lingkungan atau keadaan yang lain. Karena hal tersebut,
seseorang dituntut untuk bisa menyesuaikan dirinya sesuai
dimana ia berada. Namun, dengan kepribadian setiap orang yang
berbeda-beda, maka bagaimana ia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya pun akan berbeda pula. Ada seseorang yang
dengan mudah untuk menyesuaikan diri, adapula yang
membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan yang ada. Apalagi kehidupan di pesantren
yang notabene mengumpulkan beberapa orang dengan latar
belakang yang berbeda, mulai dari ras maupun suku. Maka dari
itu, penulis ingin mengetahui bagaimana para santri baru dalam
menyesuaikan dirinya di lingkungan yang baru. Dalam
pengambilan skala instrument ini, penulis mengambil sampel
beberapa siswa baru (kelas VII) di SMP Ali-Maksum
Yogyakarta.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru
merupakan suatu usaha yang dilakukan agar dapat diterima oleh
kelompok dengan jalan mengikuti kemauan kelompoknya.
Biasanya seorang individu dalam melakukan penyesuaian diri
lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan
kelompok agar tidak dikucilkan oleh kelompoknya. Kisi-kisi
skala disusun berdasarkan aspekaspek kemampuan pemecahan
penyesuaian diri. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek self
knowledge dan self insight, aspek self objectifity dan self
acceptance, aspek self development dan self control, serta aspek
satisfaction.
Variab
el
Penyes
uaian
Diri
terhada
p
Lingku
ngan
Baru
Aspek
Aspek
self
knowled
ge dan
self
insight
No. Item
Indikator Deskriptor Favorab Unfavo
le
rable
Mengena
l
kelebiha
n diri
1, 3
Mengena
l
kelemaha
2
2
77
Jumlah
1
n diri
Dapat
menunju
kkan
emosiona
l insight
Aspek
self
objectifit
y dan
self
acceptan
ce
Aspek
self
develop
ment dan
self
control
Menyikapi
kelebihan
yang ada
pada diri
Menyikapi
kelemahan
yang ada
pada diri
Berfikir
rasional
dan
bersikap
realistic
6
4
2
5
7
2
8,9
Kemamp
uan
untuk
mengatas
i stress
dan
kecemas
an
Penerima
an diri
Mengend
alikan
diri
berupa
mengara
hkan diri,
pemikira
npemikira
n,
kebiasaa
n, emosi,
sikap dan
tingkah
laku
yang
sesuai
Mengem
bangkan
kepribadi
an kea
rah
78
2
11
10
2
12, 15
13, 14
4
16,19,
20, 22,
24
17,18,
21,23
9
25, 27,
29,30,
32,
26,28,
31
8
kematan
gan yang
positif
Kepuasa
n dalam
Aspek
hal yang
satisfacti
sudah
on
dilakuka
n
Pengala
man
yang
membuat
kepuasan
Jumlah
34, 36,38
35,37
5
39, 45
40,41,
42,43,
44
7
25
20
45
Alpha Cronbach's = 0, 746; Sampel = 31 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih
1, 7, 10, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 23, 27, 28, 31, 33, 35,
37, 41, 42, 45
Item Gugur
2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12,
19, 20, 21, 22, 24, 25,
26, 29, 30, 32, 34, 36, 38,
39, 40, 43, 44
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
1
7
10
13
14
15
16
17
18
23
27
Jawaban
Pernyataan
Saya hanya bisa melihat kelemahan orang lain
Saya mengggunakan kelebihan saya untuk
hal-hal yang positif
Saya malu dengan kelemahan yang saya
miliki
Saya merasa tidak tenang jika berada di
lingkungan baru
Saya masih belum bisa menerima keadaan diri
saya
Saya merasa minder ketika tahu kelebihan
orang lain
Saya dapat mengendalikan diri saya sendiri
karena saya mempunyai prinsip
Saya mudah terpangaruh oleh teman-teman
saya
Saya tidak bisa menerima pendapat orang lain
yang tidak sependapat dengan saya
Saya mau menerima pendapat orang lain yang
memang lebih baik
Saya belum bisa mengontrol kebiasaankebiasaan saya di lingkungan baru
79
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
28
31
33
35
37
41
42
45
Saya belum merasa kepribadian saya sudah
terbentuk
Kepribadian saya mempengaruhi saya dalam
bertindak dan bersikap
Saya akan mengikuti tren pergaulan tanpa
memikirkan kepribadian saya yang
sebenarnya
Saya merasa bahwa saya tidak diterima oleh
teman-teman saya karena kepribadian saya
Saya merasa bahwa saya belum melakukan
sesuatu yang hebat dalam hidup saya
Saya belum menemukan pengalaman yang
bisa membuat saya puas
Saya tidak ingin mendapatkan banyak
pengalaman
Saya merasa bahwa mendapatkan pengalaman
hanya membuang waktu saja
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 38
38 ≤ Skor ≤ 57
Skor ≥ 57
d. Penutup
Dari instrument yang sudah disebar kepada beberapa santri
baru kelas VII di SMP Ali-Maksum Yogyakarta dapat diketahui
apabila skor yang didapatkan semakin tinggi, maka ia mudah
menyesuaikan diri, dan begitu pula sebaliknya, apabila skor
semakin rendah maka ia sulit untuk menyesuaikan diri.
Dari sampel 15 santri, ada 1 santri yang memiliki skor
rendah sehingga dapat dikatakan bahwa ia masih sulit untuk
menyesuaikan dirinya. Ada 9 santri yang masih berusaha untuk
menyesuaikan diri dan ada 5 santri yang sudah bisa
menyesuaikan dirinya dengan baik.
80
4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial
Oleh: Dita Exnes Septiyana (ditneseptiyana@gmail.com)
Profesional Judgement : Nailul Falah, S.Ag, M.Si
a. Pengantar
Layanan dukungan psikososial adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengembalikan individu, keluarga, atau
kelompok pasca kejadian tertentu sehingga menjadi kuat secara
individu atau kolektif, berfungsi optimal (berpikir, merasa,
bertindak, berinteraksi, menjalankan perannya), memiliki
ketangguhan dalam menghadapi masalah, menjadi berdaya dan
produktif dalam menjalani hidup
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa
pentingnya Layanan Dukungan Psikososial bagi warga. Karena
tidak sedikit individu maupun masyarakat mengalami stress,
depresi, bahkan gangguan kejiwaan lainnya. Skala Layanan
Dukungan Psikososial disusun berdasarkan aspek-aspek
mengenai kekhawatiran pasca mengalami kejadian yang
disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang kemungkinan
yang akan terjadi yaitu gangguan mental dan jiwa. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subyek, maka semakin tinggi pula
pentingnya Layanan Dukungan Psikososial.
b. Pengembanagn Instrumen Skala Psikologis
Layanan dukungan psikososial ini diukur berdasarkan
skala layanan dukungan psikososial dan disusun berdasarkan
teori Sarafino dengan aspek sebagai berikut:
1) Dukungan Emosional
2) Dukungan Penghargaan
3) Dukungan Informasi
Variab
el
Aspek
Indikat
or
Perhati
an
Penting
nya
Layana
n
Dukun
gan
Psikoso
sial
Aspek
Emosio
nal
Empati
Deskriptor
Penerima
dukungan
merasa
nyaman
Tentram
kembali
Selalu
memberikan
perhatian
kepada
orang lain
Merasa
dimiliki dan
dicintai
ketika
81
No Item
Favora Unfavora
ble
ble
1,2
3,4,5
Jumlah
5
6,7
8,9
4
10,11
12,13
4
14, 15,
16
17
5
Turut
memba
ntu
ketika
melihat
orang
lain
kesusah
an
Aspek
Pengha
rgaan
Aspek
Inform
asi
Mampu
membe
rikan
nilai
kepada
diri
sendiri
Mampu
mengar
ahkan
diri
untuk
melaku
kan hal
yang
positif
Mampu
menum
buhkan
semang
at dari
dalam
diri
Nasihat
sedang
mengalami
stress
Mampu
memberikan
bantuan
dalam
bentuk
semangat
Menunjukka
n rasa
empati
Memberikan
bantuan
kepada
orang yang
sedang susah
Suka
menolong
Percaya diri
18, 19,
20, 21
4
22
23
2
24
25
2
26
27
2
28, 29
30
3
Membangun
rasa
menghargai
dirinya
31
32
2
Percaya diri
Merasa
bernilai
33, 34
36, 37
35
38, 39
3
3
Memberikan
arahan serta
pengertian
mengenai
hal yang
seharusnya
40
41
2
82
Arahan
Saran
Berita
yang
didapat
Tidak
melaku
kan
hal-hal
yang
dilaran
g
dilakukan
dan tidak
dilakukan
Mengarahka
n segala
sesuatu yang
menjadi
tanggung
jawab
Mampu
menerima
masukan
dari orang
lain
Tidak
mudah
tersinggung
dan
welcome
Mampu
menyaring
berita/inform
asi yang ada
Penuh
pertimbanga
n
Tidak
membiarkan
dirinya
terbawa
suasana dan
bersedih
42
43
2
44, 45
46, 47
4
48,49
50
3
51
52, 53
3
54
55
2
56
57, 58
3
28
58
Jumlah
30
Alpha Cronbach's : 0,745 : Sampel; 17 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
Item Gugur
2,6,10,11,18,19,20,21,24,29,31,
35,36,37,40,43,44,48,49,50,51,5
2,56,58.
1,3,4,5,7,8,9,12,13,14,15,16,
17,22,23,25,26,27,28,30,32,
33,34,38,39,41,42,45,46,47,
53,54,55,57.
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No.
2
Pernyataan
Datang ke konselor merupakan cara saya
untuk mempermudah menyelesaikan suatu
83
Jawaban
SS
S
TS
STS
6
10
11
18
19
20
21
24
29
31
35
36
37
40
43
44
48
49
50
51
52
masalah
Menceritakan
masalah
kepada
teman
membuat saya merasa lega
Saya menerima jika ada teman yang peduli
terhadap saya
Berbagi cerita kepada teman dekat menurut
saya merupakan suatu keharusan
Saya selalu memberikan semangat kepada
teman
Semangat yang diberikan orang lain sangat
membantu saya untuk menghadapi segala
sesuatu
Saya malas ketika harus akrab dengan orang
lain
Semangat
yang
saya
berikan
tidak
berpengaruh kepada mereka yang sedang
mengalami suatu permasalahan
Ketika saya mampu menolong sesama, maka
dengan senang hati akan saya lakukan
Saya mampu menetralisasi ketegangan yang
muncul dalam berbagai situasi
Saya merasa optimis dengan apa yang saya
kerjakan
Saya merasa orang lain lebih mampu daipada
saya
Teman-teman saya selalu mendukung ketika
saya menginginkan sesuatu
Saya merasa kelebihan yang saya punya
dibutuhkan orang lain
Saya selalu menerima dan menuruti nasihat
teman-teman
Saya merasa rugi jika ada orang lain meminta
untuk membantunya
Nasihat dari orang sekitar sangat membantu
menyelesaikan persoalan hidup
Siapapun orangnya berhak untuk memberikan
semangat kepada saya
Saya membutuhkan perhatian dan kasih
sayang dari orang di sekitar saya
Jika ada permasalahan, saya lebih baik
menyendiri dan tidak mendengarkan kata
orang
Dengan mudah saya mampu menyaring
informasi dan saran yang diberikan orang lain
Saya mudah terbawa emosi ketika banyak
persoalan yang harus saya hadapi
84
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
56
58
Saya sering menghibur diri agar tidak larut
dalam kesedihan
Ketika mendapat suatu persmasalahan, saya
sering terlarut dalam kesedihan itu
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri
teman-teman.
S
= Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri temanteman.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri
teman-teman.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 48
48 ≤ Skor ≤ 180
Skor ≥ 180
d. Penutup
Layanan Dukungan Psikososial merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengembalikan hubungan antara kondisi
seseorang dengan kesehatan mental/emosional pada seseorang
pasca kejadian yang melibatkan aspek psikologis dan sosial.
Layanan Dukungan Psikososial ini biasa dilakukan oleh petugas
yang memiliki keahlian pada bidang Layanan Dukungan
Psikososial.
Maka dari itu skala ini dimaksudkan untuk mengungkap
seberapa pentingnya Layanan Dukungan Psikososial bagi warga.
Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang
positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak
stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu
yang terjadi dalam hidup.
85
5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial
Mahasiswa
Oleh: Zeffa Yurihana (zeffayurihana13@gmail.com)
Profesional Judgment: Lestari S.Sos.I
a. Pengantar
Maraknya perilaku apatis di kalangan mahasiswa, ternyata
tidak lepas dari faktor globalisasi. Hal tersebut terbukti dengan
pola interaksi antar mahasiswa yang bisa dibilang tidak seperti
mahasiswa dulu. Peristiwa itu di dukung oleh pengaruh alat
komunikasi yang sudah meenjadi kebutuhan primer mahasiswa
dewasa ini.. Tentu penelitian ini sedikit membantu atau
menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita apatis yang terjadi
disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya
justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori sosial.
Mudah-mudahan penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk
menganalisa bahkan mengatasi persoalan yang marak dewasa ini.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Interaksi sosial adalah tanda kehidupan sosial manusia.
Pertemuan orang-orang secara badaniyah belaka di tengah
keramaian pasar atau mal, tak kenal tanpa bicara, bukanlah
sejatinya interaksi sosial atau pergaulan hidup. Pergaulan hidup
baru terasa dan terjadi ketika manusia, baik perorangan atau
kelompok-kelompok saling berbicara sambil minum kopi,
mengadakan kerja sama, atau bersaing, bertikai sampai marahmarah. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar
proses sosial yang dinamis.
Pada era modern seperti sekarang ini, tidak ada mahasiswa
yang tidak mempunyai gadget, atau kita kenal sebagai
smartphone atau ponsel pintar. Dalam tingkatan sebagai
mahasiswa, sudah saatnya terjun ke masyarakat dan berguna bagi
bangsa dan negara. Melihat teknologi yang sangat maju di
seluruh dunia, salah satunya gadget, alat komunikasi paling
praktis dan mudah dipenggunaannya, apalagi harganya yang
tidak begitu mahal, membuat semua manusia terobsesi memiliki
gadget paling mutakhir dan menggunakannya untuk sekedar
memuaskan rasa kekinian.
Variab
el
Aspek
Indikat
or
Deskri
ptor
Pengaru
h
Gadget
Komuni
katif
Kontak
sosial
Kontak
sosial
positif
86
No Item
Favor
able
Unfavor
able
1,2
3
Juml
ah
3
Pada
Interaks
i Sosial
Mahasi
swa
Komuni
kasi
sosial
Faktor
internal
Sikap
(attitud
e)
Faktor
ekstern
al
Kontak
sosial
negativ
e
Komuni
kasi
langsun
g
Komuni
kasi
tidak
langsun
g
Komuni
kasi
satu
arah
Komuni
kasi
timbal
balik
6
4,5
3
7,8
9
3
10,12
11
3
14,15
13
3
16,17
18
3
Bertaha
n hidup
dengan
interaks
i sosial
19,20
21
3
Imitasi
23,24
22
3
Sugesti
26,27
25
3
Identifi
kasi
28,30
29
3
Simpati
33
31,32
3
20
13
33
Jumlah
Alpha Cronbach's = 0,30 ; Sampel = 17 orang.
87
Item shohih
Item Pernyataan
Item gugur
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13
,16,17,18,19,20,21,22,24,
25,27,28,29,30,31,32, 33
12,14,15,23,26
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
12
14
15
23
26
Pernyataan
Jawaban
Saya senang ketika ada suatu kegiatan
yang
membuat
saya
tidak
memperhatikan gadget.
Saya suka menceritakan pengalaman
saya apapun itu kepada orang lain.
Saya lebih suka mendengarkan orang
berbicara.
Saya menggunakan gadget untuk
melihat dan mengikuti tren terbaru.
Saya mengikuti perkembangan zaman
sebagai manusia modern.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 6,7
6,7 ≤ Skor ≤ 13,3
Skor ≥ 13,3
d. Penutup
Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang
membutikan bahwa interaksi mahasiswa dipengaruhi oleh gadget
masing-masing. Gadget yang seharusnya menjadi alat untuk
mempermudah komunikasi dewasa ini, malah menjadi
penghambat komunikasi serta interaksi sosial antar mahasiswa.
Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa gadget
juga mempunyai banyak sisi negatif. Oleh sebab itu, kita juga
harus bijak menggunakan gadget sesuai kebutuhan.
88
6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal
Oleh: Anom Sarianingsih (anom.sarianingsih@gmail.com)
Professional Judgement: Saidah Ramadhan, S.Pd. I
a. Pengantar
Setiap manusia
memliki emosi, Daniel Goleman
mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis, psikologis dan dan
serangkaia kecenderugan bertindak. Sedangkan regulasi emosi
sendiri yakni kappasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan
emosi yang timbul pada tingkat itensitas untuk mencapai suatu
tujuan.
Dari pengertian diatas maka
Instrumen skala
inidimaksudkan untukmengetahui regulasi emosi pada
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Regulasi emosi ini kemudian
di tunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala
Regulasi emosi yang digunakannya. Skala disusun berdasarkan
aspek-aspek yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator
tentang regulasi emosi. Makin tinggi skor yang diperoleh
subyek, maka akan semakin besar regulasi emosi individu
tersebut. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari
definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi
operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang
disusun berdasarkan aspek-aspek regulasi emosi interpersonal.
b. Pengembangan Insrumen Skala Psikologis
Regulasi Emosi menurut Gross (2007) merupakan Strategi
yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk
mempertahankan, memperkuat, mengurangi satu atau lebih aspek
dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Kisi-kisi
skala disusun berdasarkan berdasarkan aspek aspek regulasi
emosi interpersonal. Aspek-aspek tersebut antara lain Strategies
to emotion regulation (strategies), Engaging in goal directed
behavior (goals), Control Emotional Responses (Impulse),
Acceptance of emotional response (acceptance).
Variab
el
Aspek
Indikator
Deskriptor
Regula
si
Emosi
Interper
sonal
Strategi
es to
emotio
n
regulati
on
(strateg
Keyakinan
Individu
untuk
mengatasi
masalah
Memandang
suatu
permasalaha
n
interpesonal
mampu
89
No Item
Favora Unfavor
ble
able
Juml
ah
1, 2,3,
4
5,6,
6
7,8
9, 10
4
ies)
Engagi
ng in
goal
directe
d
behavio
r
(goals)
Control
Emotio
nal
Respon
ses
(Impuls
e)
Accept
ance of
emotio
nal
respons
e
(accept
ance)
mengatasi
permasalaha
n
interpersonal
Memiliki
kemampuan
menentukan
suatu cara
emosi
Menenangka
n diri setelah
setelah
merasakan
emosi
Kemampuan
individu
untuk tidak
terpengaruh
oleh emosi
negatif yang
dirasakanya
sehingga
tetap berfikir
dan
melakukan
sesuatu
dengan baik
Kemampuan
individu
untuk dapat
megontrol
emosi yang
dirasakanya
dan respon
ditampilkan.
Kemampuan
individu
untuk
menerima
suatu
peristiwa
yang
menimbulka
n emosi
negatif dan
tidak
merasa malu
merasakan
Mengurangi
emosi
negatif yang
dirasakan
11, 12
13,14
4
Menenangka
n diri setelah
emosi yang
berlebihan
15, 16
17, 18
4
19, 20
21, 22
4
23,
24,25
26, 27
5
Melakukan
sesuatu
dengan baik
28, 29,
30, 31
32,
33,34,35
5
Mengtrol
emosi yang
dirasakan
36 , 37,
38, 39
40, 41,
42
7
Respon yang
ditampilkan
43,44,4
5
46, 47,
48
6
Individu
menerima
suatu
peritiwa
yang
menimbukan
emosi negati
49, 50,
51,52
53,
54,55,
56, 57
9
Tidak
terpegaruh
oleh emosi
negatif
Berfikir
positif
90
emosi
tersebut
Individu
tidak merasa
malu
merasakan
emosi
negatif
58,59,6
0,61,
62
63, 64,
65, 66,
67, 68
10
35
33
68
Jumlah
Alpha Cronbach’s = 0,7688 ; Sampel = 18 orang
Item Pernyataan
Item Shohih
Item Gugur
1, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 14, 19, 22,2, 4, 7, 8, 12, 13, 15, 16, 17,
23, 25, 28, 30, 31, 32, 33, 38,18, 20, 21, 24, 26, 27, 29, 34,
43, 50, 52, 60, 61, 62, 63, 64,35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 44,
45, 46, 47, 48, 49, 51, 53, 54,
65, 66, 67, 68.
55, 56,57, 58, 59.
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
SS
Jawaban
S
TS
STS
1
Setiap orang pasti mempunyai
masalah.
SS
S
TS
STS
3
Masalah adalah bagian dari hidup
saya.
SS
S
TS
STS
5
saya merasa sedih ketika sedang
menghadapi masalah
SS
S
TS
STS
6
Bagi saya masalah adalah sumber
penderitaan
SS
S
TS
STS
9
Saya sulit menemukan solusi dari
masalah yang saya hadapi
SS
S
TS
STS
10
Saya menjadi tidak bersemangat
ketika mengahadapi masalah
SS
S
TS
STS
11
Ketika saya sedang marah, saya
berusaha menenangkan diri
SS
S
TS
STS
14
Ketika marah saya cenderung
menyalahkan orang lain
SS
S
TS
STS
19
Saya selalu bersabar dengan situai
SS
S
TS
STS
No
Pernyataan
91
yang ada.
22
Saya mudah terbawa suasana
SS
S
TS
STS
23
Saya yakin pasti berhasil.
SS
S
TS
STS
25
Bagi saya semua hal Mungkin untuk
dilakukan, asal mau berusaha dan
berdoa.
SS
S
TS
STS
28
Bagi saya, niat baik akan selalu
berhasil
SS
S
TS
STS
30
Saya suka mengeluh
SS
S
TS
STS
31
Saya merasa puas terhadap hasil kerja
saya sendiri.
SS
S
TS
STS
32
Segala hal yang sederhana pasti akan
berhasil.
SS
S
TS
STS
33
Saya tidak puas dengan hasil yang
saya dapatkan.
SS
S
TS
STS
38
Saya selalu meminta saran dari orang
lain terhadap rencana yang akan saya
lakukan.
SS
S
TS
STS
43
Sering saya membaca untuk
menemukan ide.
SS
S
TS
STS
50
Saya menerima dengan baik setiap
peristiwa yang tidak menyenangkan.
SS
S
TS
STS
52
Kejadian yang tidak menyenangkan
hanyalah bagian dari proses
pendewasaan saya.
SS
S
TS
STS
60
Bagi saya emosi negatif bukan suatu
yang tidak perlu ditolak.
SS
S
TS
STS
61
Pegalaman buruk di masa lalu tak
perlu di sembunyikan.
SS
S
TS
STS
62
Bagi saya pengalam buruk bukan
suatu masalah besar.
SS
S
TS
STS
63
Saya tidak menyesal mempunyai
pengalaman yang kurang baik.
SS
S
TS
STS
92
64
Kejadian buruk di masa lalu adalah
suatu hal yang memalukan.
SS
S
TS
STS
65
Bagi saya pengalaman buruk, harus di
simpan rapat-rapat karena memalukan.
SS
S
TS
STS
66
Emosi negatif akan meperburuk
keadaan
SS
S
TS
STS
67
Saya menyesali kejadian buruk yang
saya alami saya.
SS
S
TS
STS
68
Bagi saya pengalaman buruk suatu hal
yang menjijikan.
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 60
18 ≤ Skor ≥ 90
Skor ≥ 90
d. Pentutup
Instrumen skala adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Dalam
penelitian “Regulasi Emosi” ini, dikelompokkan menjadi 4 aspek
yakni Strategies to emotion regulation (strategies/ strategi),
Engaging in goal directed behavior (goals/tujuan), Control
Emotional Responses (Impulse), Acceptance of emotional
response (acceptance/penerimaan). Dan menggunakan skala
Likert dengan empat (4) pilihan jawaban, yakni SS, S, TS, dan
STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu Rendah, Sedang, dan
Tinggi. Dengan adanya skala ini, diharapkan mampu menjadi
acuan dalam engolah emosi pada mahasiswa. Sehingga
mahasiswa mampu mencapai tujuan sesuai dengan jati diri
individu. Semogapembuatan instrumeninidapat memberikan
manfaatbagipenulis maupun responden. Serta berguna bagi
pembaca dan peneliti yang menjadikan instrumen ini sebagai
acuan.
93
7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak
Oleh: Gina Amaliah Shalehah (ginaamaliah14@gmail.com)
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si
a. Pengantar
Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep
kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan
mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak
berada dalam situasi saling menguntungkan.
Manusia adalah manusia sosial yang senantiasa hidup
berdampingan dengan orang lain di sekitarnya. Setiap orang tua
pasti merasa senang ketika anaknya mendapat nilai yang tinggi
atau pintar dalam pelajaran namun sebenarnya sebagai mahluk
sosial kepintaran seseorang dalam hal tersebut tak akan
dipandang berguna tanpa kecerdasannya dalam kehidupan di
masyarakat seperti membangun relasi dengan orang lain atau
mempertahankan dan semakin memperbaiki relasi itu menjadi
lebih erat. Kecerdasannya berinteraksi dengan orang lain atau
orang di luar dirinya adalah sesuatu kecerdasan yang seharusnya
di miliki dan terus di kembangkan oleh setiap orang.
Setiap orang punya kemampuan sosial dengan orang lain
namun ada orang yang memang sangat memperhatikan
kecerdasan sosial atau sangat peka dengan sosialnya ada yang
kadang sekedar acuh tak acuh. Maka dari itu, instrumen atau
skala ini dipandang perlu untuk dibuat untuk mengetahui
kecerdasan seseorang dalam sosialnya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak
Kecerdasan sosial adalah sekumpulan keterampilan yang
membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih
baik. Kecerdasan sosial tersebut diukur dengan skala kecerdasan
sosial berdasarkan teori Goleman dengan dua aspek yaitu
kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan
keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan
orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan,
ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu
bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari
sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian.
Variab
le
Aspek
Indikator
Kecerd
asan
sosial
Kesada
ran
sosial
Berempati
dasar atau
mampu
membaca
isyarat non
Deskript
or
Membac
a isyarat
non
verbal
94
Favor
able
1,2
No Item
Unfav
orable
3,37
Jumlah
4
verbal
yang
diberikan
orang lain
Mendengar
kan secara
efektif
lawan
bicara
Fasilita
s sosial
Memahami
pikiran dan
perasaan
orang lain
melalui
bahasa
nonverbal
yang
diberikan
Memahami
dan
memilih
hal yang
tepat
dalam
situasi
yang
berbedabeda
Melakukan
interaksi
dengan
individu
lain
mengguna
kan bahasa
non verbal
Menampil
kan
diri
secara
efektif di
depan
orang lain
Mempenga
ruhi orang
lain
dengan
perkataan
Meperhat
ikan
secara
penuh
Memberi
respon
Memaha
mi
pikiran
Memaha
mi
perasaan
4,5,6
7,8,9
6
10
11
2
14,15
16,17
4
12
13
2
Memilih
hal yang
tepat
27
28
2
Berintera
ksi
dengan
orang
lain
19,
20,21,
23
24,
25,26,
31
8
Percayaa
n diri
29,
44
32, 33,39
6
Mempen
garuhi
orang
lain
dengan
34
36
2
95
30,
hati-hati
dan
pengendali
an diri
perkataa
n
Peduli
terhadap
orang lain
dan
membantu
sesama
Mengend
alikan
diri
Membant
u orang
lain
38,
40
2
41,42,
18
43,22, 35
6
22
44
Jumlah
22
Alpha Cronbach's = 0,830 ; Sampel = 20 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih
1,4,6,8,10,11,15,18,19,20,
21,25,
29,32,33,37,38,39,41,42,4
3,44
Item Gugur
2,3,5,7,9,12,13,14,1
6,17,22,23,
24,26,27,28,30,31,3
4,35,36,40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
1
4
6
8
10
11
15
18
19
20
Pernyataan
Jawaban
Mengetahui mood seseorang adalah hal
yang mudah bagi saya
Saya mendengarkan lawan bicara saya
dengan seksama
Saya mengetahui inti dari apa yang
dibicarakan lawan bicara saya
Saya memilih mempehatikan barang atau
menunduk saat berbicara dengan lawan
bicara
Saya merespon pembicaraan lawan bicara
saya
Saya rasa kurang dalam memberi respon
Saya selalu berpikir positif tentang apa yang
diucapkan orang lain
Saya menyisihkan uang atau baju bekas
untuk disumbangkan pada orang yang
membutuhkan
Saya bisa mengobrol banyak dengan orang
baru
Saya memapu berbicara dengan baik dengan
96
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
21
25
29
32
33
37
38
39
41
42
43
44
lawan bicara saya
Saya mampu merespon dengan baik
pertanyaan yang lawan bicara saya tanyakan
Saya tidak begitu pintar dalam menjawab
pertanyaan lawan bicara saya
Saya bicara dengan lancar di depan orang
banyak
Saya bergetar atau berkeringat saat berbicara
di depan orang banyak
Saya merasa minder ketika teman saya
berbicara dengan lancar di depan orang
banyak
Melihat isyarat non verbal seseorang adalah
kelemahan saya
Saya mampu mengendalikan emosi dan
perasaan saya dengan baik
Sering kali saya merasa malu saat berbicara
di depan orang banyak
Ketika waktu luang atau weekend saya
gunakan untuk kegiatan sosial
Saya selalu membantu teman saya atau
orang lain yang kesusahan
Saya mengisi akhir minggu saya dengan
tidur seharian
Saya selalu berusaha untuk berbicara
walaupun belum begitu banyak persiapan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 44
44 ≤ Skor ≤ 66
Skor ≥ 66
97
d. Penutup
Demikianlah penyusunan skala kecerdasan sosial anak,
besar harapan penyusun skala ini mampu berguna dan di
manfaatkan pembaca guna mengukur tinggi rendahnya
kecerdasan sosial anak. Dalam penyusunan skala ini, penyusun
menyadari masih banyaknya kekurangan sehingga besar
penyusun agar pembaca mampu menyempurnakan kekurangan
tersebut dengan kritik dan saran.
98
8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa
Baru
Oleh: Amin Aulawi Zuhri (zuhriaulawy13@gmail.com)
Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si.
a. Pengantar
Penyusunan intrumen skala gejala kecemasan sosial
merupakan langkah awal untuk mengukur dan mengetahui
individu yang mengalami gejala kecemasan sosial. Kecemasan
Sosial adalah adalah kecemasan dalam bergaul dengan orang atau
kelompok lain, suatu bentuk rasa cemas yang diarahkan pada
lingkungan sosialnya. Individu khawatir dirinya akan mendapat
penilaian negatif dari orang lain, khawatir tidak mampu
mendapat persetujuan dari orang lain serta takut melakukan
perilaku memalukan di muka umum yang termanifestasi dalam
dua bentuk yaitu penarikan diri dan ketegangan sosial.
Instrumen skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable dan
unfavorableyang disusun berdasarkan tiga aspek kecemasan
sosial yang disusun dalam proporsi sama. Setiap aitem dalam
skala gejala kecemasan sosial memiliki rentang skor antara 1
sampai 4. Subjek diminta untuk memberikan respon terhadap
semua alternatif jawaban yang tersedia. Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek berarti semakin tinggi tingkat kecemasan
sosialnya dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh
subjek berarti semakin rendah pula tingkat kecemasan sosialnya.
Uji daya diskriminasi aitem dan reliabilitas Skala Gejala
Kecemasan Sosial dilakukan dengan menggunakan pendekatan
konsistensi internal dan Cronbach's Alpha if Item Deleted. Batas
indeks diskriminasi yang aitem yang digunakan untuk menguji
skala ini adalah 0,30. Uji daya diskriminasi pada Skala Gejala
Kecemasan Sosial dilakukan terhadap 58 aitem. Uji diskriminasi
aitem tersebut menghasilkan 39 aitem sahih dengan koefisien
reliabilitas Alpha (a) sebesar 0,902.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Gejala kecemasan sosial merupakan upaya dalam
mengenali, menemukan dan memilih perasaan ketakutan yang
ekstrim dan konsisten ketika bertindak dengan cara yang
memalukan, bertemu orang baru, adanya pengawasan dalam
berbagai kinerja dan atau situasi interaksional melalui berbagai
proses serta dapat diterapkan secara efektif agar gejala
kecemasan sosial yang muncul dalam situasi interaksi sosial yang
ada pada diri individu dapat tertangani atau diatasi oleh dirinya
sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek
kemampuan gejala kecemasan sosial. Aspek-aspek tersebut
antara lain, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek behavioral.
99
No Item
Variabel
Gejala
Kecemas
an Sosial
Aspek
Aspek
Kognitif
Favora
ble
Unfa
vora
ble
Jml
Bersikap
positif
1,2
3,4,5
5
Bersikap kritis
6,7
8,9
4
10,11
12,13
4
14, 15,
16
17
5
18, 19,
20,
21
4
22
23
2
24
25
2
Indikator
Deskriptor
Berpikir
positif dan
kritis dalam
memikirkan
faktor yang
dapat
mempengaru
hi dan
mengganggu
perasaan
atau
emosinya
Berpikir
positif
terhadap
masalah
gejala
kecemasan
sosial yang
baik dengan
percaya diri,
menyadari
sumber
masalah, dan
menciptakan
ide
penyelesaian
masalah.
Berpikir
positif
dengan sikap
hati-hati,
langsung
mengenal
dan
menyadari
permasalaha
n.
Percaya diri
dalam
menyelesaikan
gejala
kecemasan
sosial
Mampu
menyadari
sumber gejala
kecemasan
sosial
Mampu
menemukan
ide
penyelesaian
gejala
kecemasan
sosial
Berfikir secara
hati-hati
dengan
menyelesaiaka
n
permasalahan
gejala
kecemasan
social
Mengenal
permasalahan
gejala
100
Meredam
perasaan
yang
berkaitan
terhadap
situasi social
Menghindarkan
perasaan dari
permasalahan
Aspek
Afektif
(Perasaan)
Menemukan
perasaan
negatif dan
memberikan
respon positif
terhadap
permasalahan
Aspek Mengungkap
Behavioral komponen
kecemasan
sosial yang
ada pada diri
sendiri.
Menyadari
permasalahan
gejala
kecemasan
sosial yang
ada pada diri
sendiri
Mampu
meredam
respon emosi
yang
menimbulkan
kecemasan
soaial pada
diri individu
Mampu
menghindarka
n diri dari
situasi yang
mungkin
menimbulkan
kecemasan
sosial.
Menemukan
perasaan yang
negatif yang
muncul pada
diri individu
terkait dengan
kecemasan
social
Memberikan
respon yang
positif
terhadap
perilaku
kecemasan
sosial
sehingga dapat
mengurangi
perasaan
cemas
Mampu
mengungkap
101
26
27
2
28, 29
30
3
31
32
2
33, 34
35
3
36, 37
38,
39
3
40
41
2
(Perilaku
)
perilaku
individu
terhadap
penghindara
n diri
terhadap
interaksi
social
Bersikap
tenang
dalam
menghadapi
interaksi
sosial,
memfokuska
n pikiran
terhadap
Menemukan
gagasangagasan
untuk
mengurangi
masalah
komponen
individu
terhadap
gejala
kecemasan
sosial
Menemukan
permasalahan
individu
tentang
menghindari
interaksi sosial
Mampu
bersikap
tenang, tidak
gugup dalam
menghadapi
gejala
kecemasan
sosial saat
berinteraksi
terhadap
lingkungan
Memfokuskan
fikiran tentang
tindakan
mengurangi
masalah gejala
kecemasan
sosial
Menyampaika
n gagasan
tentang
mengurangi
masalah
kecemasan
gejala sosial
Mempertimba
ngkan aspek
positif dan
negatif serta
fokus terhadap
gagasan
tentang
mengurangi
masalah gejala
102
42
43
2
44, 45
46,
47
4
48,49
50
3
51
52,
53
3
54
55
2
kecemasan
sosial.
Memilih
gagasan
terbaik dan
melaksanaka
nnya
Melaksanakan
gagasan yang
paling baik
terhadap
penurunan
gejala
kecemasan
sosial
Jumlah
56
57,
58
3
30
28
58
Alpha Cronbach's = 0, 902; Sampel = 20 orang.
Item Pertanyaan
Item Shohih
2, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 19, 21, 25, 27, 29, 30,
31, 32, 33, 34, 35, 36, 39, 42,
43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51,
52, 54, 55, 56, 57, 58
Item Gugur
1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 20, 22,
23, 24, 26, 28, 37, 38,
40, 41, 50, 53
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No.
2
6
10
11
12
13
14
15
16
Pernyataan
Ketika saya menyapa seseorang dan orang
lain tidak merespon, saya berfikir orang itu
sedang sibuk
Saya memahami bahwa apa yang orang lain
katakan tentang diri saya itu hanyalah untuk
membangun diri saya sendiri
Saya selalu merasa percaya diri dengan
kemampuan apa yang saya miliki saat ini
Ketika sedang merasa cemas, saya mampu
menyelesaikannya dengan baik
Selalu merasa pesimis jika dihadapkan
dengan situasi yang mengahruskan berbicara
di depan umum
Tidak bisa menangani diri sendiri jika harus
berinteraksi dengan orang banyak dan
memilih tidak menghadapinya.
Saya mampu mengatasi kecemasan saat
sedang berinteraksi dengan orang banyak
Saya mengetahui apa yang harus saya lakukan
untuk tidak gugup dengan orang lain
Mudah menjalin komunikasi dengan orang
103
Jawaban
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
17
yang baru saja dikenal
Tidak mengetahui apa yang harus dilakukan
jika dihadapkan dengan orang banyak
Saya selalu berfikir objektif dalam kesuliatan
saya berinteraksi dengan orang lain
Saya selalu menahan dan menarik nafas
dalam-dalam
untuk
menghilangkan
kecemasan
Saya tidak bisa mengembangkan diri untuk
dapat
menyelesaikan
masalah
yang
berhubungan dengan interaksi sosial
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
25
Saya mendadak gagap dan tidak bisa
berbicara saat disuruh mengemukakan
gagasan
SS
S
TS
STS
27
Saya memilih diam jika disuruh untuk
berinteraksi dengan orang banyak dam
menyampaikan gagasan
SS
S
TS
STS
29
Saya selalu berperasangka positif terhadap
diri sendiri dan tindakan orang lain
terhadapku
SS
S
TS
STS
30
Saya tidak bisa meredam emosi yang
menggebu-gebu dalam diri saya yang
cenderung tidak bisa mengendalikannya
SS
S
TS
STS
31
Daripada menimbulkan permasalahan diri
sendiri dengan orang lain, lebih baik saya
mengindari permasalahan tersebut
SS
S
TS
STS
32
Saya cenderung orang yang ceroboh, tidak
bisa menggendalikan diri terhadap kecemasan
yang saya miliki
SS
S
TS
STS
33
Dalam beraktifitas dan berinteraksi dengan
orang lain, saya mampu menemukan
kekurangan yang ada pada diri saya
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
35
Saya tidak suka jika ada seseorang yang
mengkritik terhadap tindakan apa yang saya
lakukan
SS
S
TS
STS
36
Saya selalu memberikan respon yang positif
SS
S
TS
STS
18
19
21
34
Selanjutnya
saya
mampu
menutupi
kekurangan saya tersebut dengan kelebihan
yang saya miliki
104
terhadap perbuatan orang lain terhadap saya
39
Saya sering bersikap acuh dengan tikah laku
orang-orang disekeliling saya
SS
S
TS
STS
42
Saya dapat menemukan penyelesaian
kecemasan jika berhadapan dengan orang
banyak
SS
S
TS
STS
43
Sampai saat ini saya bingung dalam bertindak
dan kesusahan berinteraksi dengan orang lain
SS
S
TS
STS
44
Dalam bertindak disegala hal, saya selalu
tenang dalam menghadapi masalah
SS
S
TS
STS
Bertindak positif dalam menyelesaikan
kegelisahan yang sedang dialami saat
berhadapan dengan orang banyak
SS
S
TS
STS
Saya dalam menghadapi masalah tidak bisa
menyelesaikan dengan kepala dingin dan
selalu terburu-buru
SS
S
TS
STS
47
Saya selalu merasa gugup dan tidak tenang
dalam menghadapi permasalahan yang sedang
saya alami saat ini
SS
S
TS
STS
48
Dalam menghadapi kecemasan sosial yang
dirasakan saya selalu fokus untuk tetap tenang
SS
S
TS
STS
49
Saya menerima dan menyaring informasi
yang didapatkan dari orang lain terkait
mengurangi rasa gugup dan cemas
SS
S
TS
STS
51
Saya menemukan dan dapat penyampaikan
tindakan apa yang harus saya lakukan untuk
mengurangi rasa cemas yang saya alami
SS
S
TS
STS
52
Saya tidak bisa menyampaikan gagasan apa
terkait dengan tindakan saya untuk
mengurangi rasa cemas yang saya alami
SS
S
TS
STS
54
Saya mempertimbangkan sisi positif dan
negatif terhadap sikap saya dalam mengurangi
rasa cemas
SS
S
TS
STS
45
46
105
55
Saya tidak mempertimbangkan entah itu
positif atau negatif yang penting tindakan
yang saya lakukan sesuai dengan keinginan
saya
SS
S
TS
STS
56
Akan saya laksanakan tindakan apa yang
yang paling baik dalam menyelesaikan
permasalahan kecemasan
SS
S
TS
STS
57
Saya masing bingung dalam melaksanakan
tindakan yang saya pilih
SS
S
TS
58
Saya masih ragu apakah tindakan yang saya
lakukan sudah tepat dalam mengurangi rasa
cemas yang sedang dialami
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi:
Kategori
Rendah
Skor ≤ 78
Sedang
78 ≤ Skor ≤ 117
Tinggi
Skor ≥ 117
d. Penutup
Demikianlah penyusunan instrumen skala gejala
kecemasan sosial pada mahasiswa baru. Besar harapan penyusun
adalah semoga instrumen skala ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya
kecemasan sosial yang dialami oleh seorang individu. Dalam
penyusunan intrumen skala ini penulis juga menyadari banyak
sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami
harapkan guna menyempurnakan instrumen skala gejala
kecemasan sosial ini.
106
9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal
Oleh: Aghisti Hidayati (khalwa.almaliky@gmail.com)
Professional Judgement: Nanang Rekto Wulanjaya
a. Pengantar
Ainsworth (1998) menyatakan kelekatan adalah suatu
hubunganemosionalatau hubunganyang bersifat afektifantara
satuindividudengan individu lainnyayang mempunyaiarti khusus.
Seperti hubungan pasangan, yang secara langsung dan tidak
langsung menjadi lekat karena terikat hubungan emosional dan
komitmen bersama.
Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan akan
memberikan rasa aman walaupun figur lekat itu tidak tampak.
Itemdisusun berdasarkan dimensi dari kelekatanyang meliputi,
ketergantunganyaitusejauhmana orangpercayadan bergantung
pada ketersediaanorang lain, kecemasanyaitu tingkatkecemasan
dalam hubungan ini,
seperti takut
diting-galkan atau
tidakdicintai,dankedekatan,yaitu tingkatkenyamanan individu
dengan kelekatan.
Setiap hubungan dengan pasangan memiliki tingkat
kelekatan berbeda. sesuai dengan tingkat emosi, kepercyaan dan
kedekatan yang dibangun oleh masing-masing pihak dari tiap
pasangan. Pada tahap kehidupan dewasa awal yang biasanya
banyaknya perubahan pola hidup, lingkungan maupun tanggung
jawab dalam keluarga maupun sosialnya. Dengan demikian
perubahan-perubahan itu apakah berpengaruh dalam kelekatan
dengan pasangannya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Variable
Keintima
n Pada
Awal
Pernikah
an
Aspek
Indikator
Deskriptor
Sejauh mana
orang percaya
Ketergan
dan bergantung
tungan
pada
ketersediaan
orang lain
Kecem
asan
Ketakutan akan
ditinggalkan
Keterbiasaan
bersama
Kepercayaan
pada pasangan
Ketergantunga
n dengan
pasangan
Ketakutan
akan di
khianati
Akibat jika
ditinggalkan
107
No Item
Unfa
Favo
vora
rable
ble
Jml
1,2
3,4
4
6,8
5,7
4
9,11,
12
10,13
5
15,17
2
19,21
,24
3
14,
16,
18
20,
22,
23
Tingkat
kepercayaan
pada lawan
hubungannya
Kedeka
tan
Tingkat
kenyamanan
individu dengan
kedekatan dan
keintiman
Keterbukaan
terhadap
pasangan
Ketakutan
akan tidak
dicintai
Kepercayaan
pada
keberhasilan
dalam
hubungan
Tingkat
kenyamanan
dengan
pasangan
Tingkat
hubungan
emosional
26,27
25,28
5
29,32
30,
31,33
6
35,37
34,36
4
38,
39,
41
40,
42
5
43,44
45,46
4
19
27
46
Jumlah
Alpha Cronbach's = 0, 567; Sampel = 12 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
2,3,13,16,22,
26,29,42,43,44
Item Gugur
1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17
,18,19,20,21,23,24,25,27,28,30,31
,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,45
,46
c. Item Pernyataan Dan Kategorisasi
No
2
3
13
16
22
26
29
42
Pernyataan
Kami sering melakukan sesuatu
hal bersama
Saya merasa hampa jika dia tidak
ada
Saya sering tidak yakin saya
mampu menyelesaikan masalah
tanpa bantuan dari pasangan saya
Saya terkadang mencurigai
pasangan saya diam-diam tentang
hubungannya dengan seseorang
Saya akan bersabar jika dia pergi
meninggalkan saya
Saya masih berusaha untuk selalu
terbuka dengan pasangan saya
Saya mencari alasan kenapa dia
masih mencintai saya
Kami tidak merasa jenuh satu
sama lain
108
Jawaban
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
43
44
Dia inspirasi saya
Dia orang yang tepat untuk
menjadi sepenanggungan rasa
dengan saya
SS
S
ST
STS
SS
S
ST
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 20
Sedang
20≤ skor≤ 30
Tinggi
Skor ≥ 30
d. Penutup
Demikian skala kelekatan pada dewasa awal, besar
harapan penyusun skala ini mampu berguna dan dimanfaatkan
pembaca guna mengukur tinggi rendahnya kelekatan pada
dewasa awal. Dalam penyusunan skala tersebut penulis
menyadari masih banyak kekurangan sehingga penulis meminta
maaf dan sangat mengharapkan pembaca agar dapat
menyempurnakan skala tersebut dengan kritik maupun saran.
109
10. Instrumen Skala Pengendalian Diri
Oleh:Sundari (ndari.sun45@gmail.com)
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si.
a. Pengantar
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol
diri atau self control adalah kemampuan individu untuk
mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk
menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan
Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan
untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan
bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah
konsekuensi positif.
Manusia adalah makhluk sosial (zone politikon) yang
tentunya dalam kesehariannya (interaksi) membutuhkan bantuan
orang lain. Dalam hal-hal yang besar sampai hal terkecil
sekalipun, manusia tidak dapat dipisahkan dari manusia lain.
Sifat saling membutuhkan ini lantas menuntut setiap individu
untuk bersikap sesuai aturan dan/ norma yang berlaku. Hal ini
dilakukan mengingat betapa berharganya sebuah relasi yang
terjadi guna menunjang kehidupan individu. Walaupun tidak
dapat dipungkiri, masih banyak individu yang acuh terhadap hal
„membutuhkan‟ satu sama lain, sehingga individu tersebut
cenderung „mendekat‟ bila membutuhkan terhadap sesama.
Terlebih didukung dengan semakin berkembang pesatnya
teknologi yang kian membuat manusia menjadi makhluk
individual. Dari kecacatan bersikap tersebut, instrumen ini dibuat
guna mengukur seberapa tingkat pengendalian diri individu pada
jaman ini, mengingat telah banyak pengaruh yang
mengkontaminasi bersikap „baik‟-nya individu.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Pengendalian diri atau yang lebih sederhananya dikenal
dengan istilah kontrol diri, adalah suatu kemampuan untuk
menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk
perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi
yang positif, yang diukur dengan skala pengendalian diri yang
disusun berdasarkan Teori Averill, dengan aspek sebagai berikut:
kendali perilaku (Behavior Control), kendali kognitif (Kognitif
Control) dan kendali keputusan (Decision Control).
Variabel
Aspek
Indikator
Kemamp
uan
pengenda
lian diri
Behavior Menentukan
control
kegiatan
(kendali yang akan di
perilaku) lakukannya,
Deskriptor
Menentukan
jenis
kegiatan
Menentukan
110
No Item
Favo Unfavo
rable
rable
Jml
1,32,
47
15,42,5
6
6
2,37,
14,25,5
6
antar
mahasis
wa Bki
.
baik
menentukan
jenis
kegiatankegiatan
yang
menjadi
prioritasnya,
bagaimana
ia
manangani
masalah
yang timbul
dalam
rangka
melakukan
kegiatankegiatan
tersebut.
Pengambilan
Kognitif keputusan
control akan sesuatu
(kendali ditentukan
kognitif)
dari
pengetahuan
yang ia
ketahui dan
informasi
yang ia
peroleh serta
kematangan
sikap,
pengembang
an bakat
yang ia
ketahui
dalam
dirinya
kegiatan
yang
diprioritaska
n
Pengendalia
n akan
masalah
yang muncul
Kepuasan
akan hasil
yang
diperoleh
Menetukan
sesuatu
berdasarkan
baik atau
buruk,
untung atau
rugi bila
memilihnya
Daya serap
informasi
yang diambil
dalam
rangka
pembekalan
diri
Sikap bijak
dalam
mengambil
keputusan
berdasarkan
pengetahuan
yang ada
111
46
8
36,45
3,13,29
5
4,16,
34,48
43,53,6
1,63
8
8,49,
50
21,30,4
0
6
9,23,
28
51,59,6
2
6
10,22
26,39
4
Pengembang
an bakat
sesuai
pengetahuan
tentang
dirinya
sendiri
Melakukan
sesuatu
Decision
sesuai
control kemampuan
(kendali
dan
keputusan kebutuhan,
)
memanfaatk
an peluang
yang ada
Memilih
atau
melakukan
sesuatu
sesuai
kemampuan
Memilih
atau
melakukan
sesuatu
sesuai
kebutuhan
Memilih
atau
melakukan
sesuatu
sesuai
keinginan
Memilih
atau
melakukan
sesuatu
karena
terdapat
peluang
Jumlah
11,24
, 44
31
4
52,60
5,18,38
5
12,54
20,33
4
27,57
6,17
4
7,35,
41
19,55
5
32
31
63
Alpha Cronbach's = 0,177; Sampel = 18 orang.
Item
Pernyataan
Item Shohih
1,2,10,11,19,20,28,29
,32,33,36,45,46,47,50
,52,53,55
112
Item Gugur
3,4,5,6,8,9,12,13,14,15,16,17,18,21,2
2,23,24,25,26,27,30,31,34,
35,37,38,39,40,41,42,43,44,48,49,51,
54,56,57,58,59,60,61,62,63
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
1
2
7
10
11
19
20
28
29
32
33
36
45
46
47
50
52
53
55
Peryataan
Ketika mood saya jelek saya akan
melakukan
hal-hal
yang
menyenangkan.
Membaca buku adalah kegiatan
utama saya diwaktu luang.
Saya selalu bertanya jika saya tidak
memahami sesuatu.
Saya akan membiarkan teman yang
sedang butuh waktu sendiri.
Training jurnalistik selalu saya ikuti
karena saya suka dengan dunia
kepenulisan.
Ketika ada hal yang tidak saya
pahami, saya hanya akan diam dan
mendengarkan.
Dalam mengerjakan tugas kuliah,
saya selalu menunda.
Nasehat orang lain sangat membantu,
walaupun terkadang ada nasehat yang
diberikan untuk tujuan lain.
Tugas kuliah selalu menyebalkan dan
membuat frustasi.
Lebih baik mendengarkan musik
daripada
mendengarkan
teman
bergosip.
Ketika teman-teman bergurau saya
akan mendengarkan saja.
Jika saya melakukan kesalahan saya
akan merasa besalah dan harus
meminta maaf.
Ketika ada teman yang bersikap acuh
pada saya, saya akan memakluminya.
Bercerita dengan teman sangat saya
sukai dikala waktu luang.
Menyanyi beramai-ramai dengan
teman lebih menyenangkan daripada
menyanyi sendirian.
Menjadi pribadi yang periang dapat
mendatangkan teman yang banyak.
Menulis karya fiksi itu lebih mudah
dan unik.
Saya senang jika mendapat nilai yang
baik,
walaupun
dengan
cara
mencontek.
Saya
tidak
akan
mengambil
kesempatan lomba tilawah karena
113
Jawaban
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
saya demam panggung.
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 38
Sedang
38 ≤ Skor ≤ 57
Tinggi
Skor ≥ 57
d. Penutup
Demikianlah instrumen skala pengendalian diri, besar
harapan penulis skala ini dapat membantu acuan penelitian dan
perbaikan sikap individu dimasa mendatang. Mengingat masih
banyaknya kekurangan dalam instrumen skala ini, mohon kritik
dan saran yang membangun, agar dikemudian hari skala ini dapat
berguna sebagaimana mestinya.
114
11. Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial
Oleh: Nadya Rizqi Mufidah (nadyeamufidah@gmail.com)
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si
a. Pengantar
Manusia merupakan makhluk sosial yaitu tidak lepas dari
bantuan individu lain, karena itu interaksi dengan individu lain
dilakukan secara intens, maka kebutuhan manusia dengan
individu lain akan terpenuhi. Skala intensitas interaksi sosial ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa intens interaksi sosial.
Tingginya intensitas interkasi sosial ditunjukkan dengan skor
total yang diperoleh subjek pada skala intensitas interaksi sosial.
Skala intensitas interaksi sosial disusun berdasarkan aspek-aspek
interaksi sosial.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Intensitas interaksi sosial adalah interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang
terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan
menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi
pasangannya.
Variabel
Aspek
Indikator
Motif atau
tujuan
Memiliki
yang sama
satu tujuan
dalam
kelompok
Interaksi
sosial
dalam
meningk
atkan
motivasi
belajar
Suasana
Memiliki
emosional
ambisiusita
yang sama
s yang
dalam
sama
kelompok
Hubungan
timbal
balik
antara satu
Ada aksi
dengan
interaksi
yang
lainnya
dalam
suatu
kelompok
Proses
Memebent
segitiga
uk
Deskriptor
Memiliki
pendapat serta
pandangan
yang sama
dalam suatu
hal
Memiliki
tingkat
kompetisi
yang
seimbang
No. Item
Favo Unfavo
rable
rable
Jml
1,2,3
4,5,6
6
7,9,
12
8,10,
11
6
Saling bahu
membahu
dalam
menguasai
penegtauhuan
16,
17,
18,
19
15,14,1
3
7
Menunjuk
ketua
23,
24,
20,21,2
2
7
115
dalam
interaksi
sosial
piramida
posisi.
Setiap
anggota
berusaha
menyesuai
kan diri
Melakukan
Hasil
usaha
penyesuai
penyesuain
an diri dari
diri
tiap
dilingkung
anggota
an
kelompok
manapun
Dipanda
ng dari
sudut
totalitas
kelompok agar
dapat
terkandali
Saling
memahami
anatara satu
dengan yang
lainnya
Mampu
beradaptasi
dan membaur
dengan semua
kalangan
Jumlah
25,
26
27,
30,
31,
32
28,29,3
3
7
34,
35,
38,
40
36,37,3
9
7
22
18
40
Alpha Cronbach's = 0,901 ; Sampel = 20 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
1,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,
15,16,17,18,19,20,22,24,27,
28,29,30,32,33,35,36,37,38,
39,40
Item Gugur
2,8,21,23,25,26,31,34
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
1
3
4
5
6
7
9
10
11
12
Pernyataan
Saya senang berkumpul dengan
teman-teman yang rajin belajar
Saya selalu menghormati pendapat
teman saya
Saya tidak senang ketika teman saya
berbeda pendapat dengan saya
Saya selalu memprioritaskan
pendapat saya dibandingkan teman
saya
Saya tidak senang jika teman saya
menyalahkan pekerjaan saya
Ambisi saya untuk menjadi sukses
sangatlah besar
Saya selalu ingin mengetahui apa
yang belum saya mengerti
Saya merasa saya lebih rajin
dibanding teman saya
Saya menganggap cita-cita teman
saya masih dibawah saya
Saya yakin saya dapat menggapai
116
SS
Jawaban
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
13
14
15
16
17
18
19
20
22
24
27
28
29
30
32
33
35
36
37
38
39
cita-cita saya
Saya merasa puas dengan pekerjaan
saya dibanding teman saya
Saya merasa apa yang dikerjakan
teman saya selalu kurang sempurna
Saya menganggap remeh teman saya
Saya senang bergotong royong dalam
menyelesaikan suatu permasalahan
Ketika teman saya belum mengerti
saya mencoba untuk menjelaskannya
Saya senenag berteman dengan siapa
saja tanpa memandang kepandaian
Saya dapat berbicara singkat, padat
dan jelas serta dapat memahamkan
Saya tidak senang teman saya
menjadi ketua kelas
Saya tidak senang ketika teman yang
lain memuji ketua kelas
Saya merasa senang menjadi bagian
dari struktur kelas
Setiap belajar kelompok, saya
menganggap teman yang lain sebagai
teman belajar yang memiliki hak
yang sama
Jika selesai mengerjakan tugas, saya
langsung mengumpulkan tugas saya
tanpa membantu teman yang lain
Jika saya berhasil dalam mempelajari
sesuatu maka saya tidak ingin berbagi
pengetahuan dengan teman saya
Apabila saya belum bisa dalam suatu
pelajaran maka saya tidak takut untuk
bertanya
Saya senang mendiskusikan pelajaran
yang sulit bersama teman saya
Saya tidak senang teman saya
mengkritik kekurangan saya
Dengan adanya kelemahan pada diri
saya saya akan menerima apa adanya
Saya belum bisa membaur dengan
semua kalangan
Saya sulit beradaptasi dengan
lingkungan baru
Saya tidak ragu untuk mencoba
menyesuaikan diri saya dengan
lingkungan baru
Saya merasa interaksi saya dengan
orang lain belum berhasil
117
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
40
Saya senang berkenalan dengan halhal baru dalam hidup saya
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dilakukan oleh
anda.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dilakukan oleh anda.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dilakukan oleh anda.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
anda.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Skor ≤ 64
64 ≤ Skor ≤ 96
Skor ≥ 96
d. Penutup
Instrumen ini adalah instrumen intensitas interaksi sosial.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui seberapa intens
interaksi sosial individu dalam sosialisasinya. Tujuan dari
instrumen ini ialah sebagai pengetahuan intensitas interaksi sosial
individu.
118
12. Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa
Oleh: Eva Rahmanitami (evarahmanitami07@gmail.com)
Professional Judgement: Nailul Falah S.Ag., M.Si.
a. Pengantar
Instrument adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk
menjawab permasalahan penelitian.Instrumen sebagai alat pada
waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.Alasan
instrumen ini kemampuan penyesuaian diri disusun pada
dasarnya penyesuaian diri dapat berguna untuk diri sendiri,maka
akan ketinggalan dalam segala hal yang dilakukannya.Hal ini
yang saat penting karena didalam pada diri sendiri beraktivitas
pada manusia terdapat pada nilai kepribadian dapat melakukan
dirinya sendiri dalam kehidupannya.
Didalam instrument ini dapat digunakan untuk menilai
tinggi skor yang telah diperoleh subyek kemampuan penyesuaian
diri adapun kisi-kisi pernyataan yang sesuai berdasarkan pada
teori yang dikembangkan menggunakan teori Schneiders. Pada
teori Schneiders adalah aspek fisik, dan psikologi dapat
tertangani atau diatasi oleh diri sendiri. Hal tersebut dapat dibuat
dalam bentuk aspek instrumen yang telah dikembangkan oleh
peneliti menjadi ada beberapa indikator dan oleh peneliti dapat
dikembangkan lagi untuk dapat menjadi beberapa deskriptor dan
selesai membuat deskriptor peneliti tersebut membuat item
pertanyaan.
Pada instrument yang dibuat peneliti tersebut sudah
disetujui oleh profesional judgment.Oleh karena itu instrument
dicobakan kelapangan kepada 20 responden.Pada subyek
kemampuan manusia berkaiatan dengan penyesuaian diri.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Kemampuan penyesuaian diri mahasiswa adalah upaya
dalam mengenali, menemukan dan memilih penyesuaian diri
mahasiswa melalui kemampuan penyesuaian diri mahasiswa ini
diukur dengan skala kemampuan penyesuaian diri mahasiswa
berdasarkan teori Schneiders adalah aspek fisik dan psikologi
dapat tertangani atau diatasi oleh diri sendiri. Yang terdiri aspekaspek Adaptasi,conformity,mastery, dan individual variation.
No Item
Variabel
Aspek
Indikator
Deskriptor
Adapta
si
Berpakaian
sesuai dengan
aturan kampus
Mampu
menyesuaikan
berpakaian
yang ada
119
Favo
rable
Unfavo
rable
Jml
1,9,1
7
5,13,21
6
Kemamp
uanpenye
su
Aian diri
mahasis
wa
Membuka diri
untuk
berteman
dengan yang
lain
Mampu
beradaptasi
dengan teman
25,
33
29,37
4
Mematuhi
peraturan yang
ada di kampus
Mampu
mematuhi
peraturan yang
ada
dilingkungan
yang baru
2,10,
18,26
,34
6,14,22
,30,38
10
Mengembangk
an diri untuk
menjadi
pribadi yang
lebih
terkendali dan
terarah
Mampu
mengembangk
an diri untuk
dapat menjadi
pribadi baik
3,11
7,15
4
Menyesuaikan
Mastery
diri dengan
kenyataan
secara efektif
dan efisien
Mampu
menghafalkan
karakter pada
seseorang
yang ada di
lingkungan
sekitar
19,27
23,31
4
Mampu
memanipulasi
faktor-faktor
lingkungan
dengan baik
Dapat
memotivafi
dalam segala
hal
35
29
2
Keunikan
individu
dalam
menanggapi
permasalahan
Mampu
memberikan
solusi pada
teman dan
tidak akan ikut
campur dalam
permasalahan
yang telah
dihadapinya.
4,12,
20,28
,36
8,16,24
,32,40
10
20
20
40
Confor
mity
Individ
ual
variatio
n
Jumlah
Alpha Cronbach's: 0,709 ; Sampel: 20 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
1,4,6,9,10,11,12,14,17,20,26
,27,31,33,34,35,37,39,40
120
Item Gugur
2,3,5,7,8,13,15,16,18,19,21,22,2
3,24,25,28,29,30,32,36,38
c. Item pernyataan dan Kategorisasi
No
1
4
6
9
10
11
12
14
17
20
26
27
31
33
34
35
37
39
40
Pernyataan
Lingkungan kampus cocok dengan pribadi
saya
Saya selalu bertanya saat ada materi
pembelajaran yang tidak dimengerti kepada
teman saya
Saya merasa tertekan dengan peraturan yang
ada di kampus
Suasana di kelas saya selalu menyenangkan
Perasaan nyaman kepada teman selalu melekat
pada diri saya
Saya selalu memotivasi diri agar tidak malas
belajar
Saya selalu menjalankan perintah agama
Suasana kelas tidak nyaman, sehingga saya
berkeinginan untuk pindah kampus
Tidakkah saya berkeinginan untuk pindah dari
kampus ini
Menjalin hubungan baik saya terhadap seluruh
teman di kelas
Saya Ikut berpartisipasi aktif pada acara-acara
yang diadakan oleh kampus
Bersuka cita terhadap teman yang sedang
bergembira
Saya merasa sulit mengenal teman yang
berasal dari daerah yang berbeda
Teman-teman dapat menerima saya apa
adanya
Selalu jujur dan percaya diri saat ujian
berlangsung
Kesuksesan teman memotivasi saya untuk
mencapai kesuksesan dalam segala hal
Menjauhkan diri dari teman-teman kampus
adalah sifat saya
Merasa iri dengan keberhasilan teman yang
memiliki hasil yang memuaskan adalah sifat
saya.
Saya tidak mau tahu permasalahan yang
sedang dihadapi teman
Jawaban
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
SS
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
121
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 38
Sedang
38 ≤ skor ≤ 142,5
Tinggi
Skor ≥ 142,5
d. Penutup
Didalam instrumen penelitian diatas dapat mengumpulkan
data yang telah dikembangkan oleh peneliti dari teori Schneiders.
Instrument yang dikembangkan diujicobakan dilapangan yang
sesuai kemampuan penyesuaian diri.Instrument juga mempunyai
fungsi untuk menjelaskan beberapa item pernyataan dalam
membuat skala,dapat juga memudahkan menghitung item
pernyataan yang akan di ujicobakan kelapangan dan dapat
memahami data yang valid pada item pernyataannya.Pada data
yang sudah dikumpulkan dan dikembangkan dengan tujuan
memecahkan permasalahan dengan cara menganalisis data yang
sudah diperolehnya dari ujicoba lapangan dengan merancang
instrument yang akan digunakan pada peneliti untuk
mendapatkan data yang valid setelah diujicobakan
dilapangan.Didalam instrument tersebut kegunaannya sebagai
alat untuk mencatat informasi yang ada yang telah disampaikan
oleh responden dan dapat mengevaluasi hasil dalam penelitian.
122
13. Instrumen Skala Hubungan Sosial Remaja
Oleh: Barokat Mamah (Barokat.com.sci@gmail.com)
Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag.,M.Si
a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap skala hubungan
sosial remaja. Kemampuan pemecahan masalah interpersonal
ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala
hubungan sosial remaja. Skala hubungan sosial remaja disusun
berdasarkan aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah
interpersonal yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator
tentang kemampuan pemecahan masalah interpersonal. Makin
tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi hubungan
sosial remaja tersebut. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut
disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian
definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator
yang disusun berdasarkan aspek-aspek hubungan sosial remaja.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Hubungan sosial remaja adalah merupakan upaya dalam
mengenali, menemukan dan memilih penyelesaian pemecahan
masalah interpersonal melalui berbagai proses serta dapat
diterapkan secara efektif agar perbedaan diantara dua individu
dapat tertangani/ diatasi oleh diri sendiri. Hubungan sosial remaja
diukur dengan skala hubungan sosial remaja dengan aspek
Kontak sosial, Komunikasi, Penyesuaian Diri dan Kerjasama.
Variabel
Hubungan
sosial
remaja
Aspek
Kontak
Sosial
Komunik
Indikator
Memberi masukan
kepada guru.
Memberi masukan
kepada karyawan
Memberi masukan
kepada teman
Menerima masukan dari
guru.
Menerima masukan dari
karyawan.
Menerima masukan dari
teman.
Menjalin hubungan
dengan guru.
Menjalin hubungan
dengan karyawan.
Menjalin hubungan
dengan teman.
Dapat menyampaikan
123
No Item
Favora Unfavo
ble
rable
Jml
1,19
10,28
4
2,20
11,29
4
3,21
12,30
4
4,22
13,31
4
5,23
14,32
4
6,24
15,33
4
7,25
16,34
4
8,26
17,35
4
9,27
18,36
4
37,47
42,52
4
asi
pendapat secara lisan
dalam diskusi.
Berbicara di depan orang
banyak.
Berkomunikasi dengan
guru.
Berkomunikasi dengan
karyawan.
Berkomunikasi dengan
teman.
Dapat beradaptasi
dengan lingkungan
Penyesuai
sekolah.
an Diri
Dapat bergabung dengan
teman-teman.
Kesediaan membantu
teman demi mencapai
tujuan bersama.
Kerjasama
Melakukan kegiatan
kelompok bersama
teman.
Jumlah
38,48
43,53
4
39,49
44,54
4
40,50
45,55
4
41,51
46,56
4
57,61
59,63
4
58,62
60,64
4
65,69
67,71
4
66,70
68,72
4
36
36
72
Alpha Cronbach's= 0.937 ; Sampel = 21 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
1,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21
,22,27,28,29,30,31,32,33,34,35,
36,39,42,43,44,45,46,49,52,54,5
5,56,59,60,63,64,65,66,67,68,70
,71,72
Item Gugur
2,3,4,5,6,7,8,9,10,19,23,24,25,
26,37,38,40,41,47,48,50,51,53
,57,58, 61,62,69
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
1
11
12
13
14
15
16
17
18
Pernyataan
Saya mengingatkan guru bahwa jam
pelajarannya telah berakhir.
Saya tidak memberikan masukan kepada
karyawan sekolah.
Saya orang yang malas memberi masukan
kepada teman.
Masukan dari guru hanya mempermalukan
saya di depan siswa lain.
Saya acuh tak acuh dengan masukan yang
diberikan karyawan sekolah.
Saya tidak suka dikritik oleh teman.
Saya bersikap acuh tak acuh terhadap guru.
Saya tidak dapat menjalin hubungan dengan
karyawan sekolah.
Bertengkar dengan orang yang tidak saya
sukai, membuat saya senang.
124
Jawaban
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
SS
S
S
TS
TS
STS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
20
21
22
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
39
42
43
44
45
46
49
52
54
55
56
59
Memberikan masukan kepada karyawan
sekolah bukanlah hal yang percuma atau siasia.
Saya memberi masukan pada teman yang
mempunyai masalah.
Saya menerima kritik dan saran dari guru
dengan senang hati.
Saya memiliki banyak teman.
Saya takut untuk memberikan masukan
kepada guru.
Percuma saja memberikan masukan pada
karyawan sekolah.
Saya tidak mau memberi solusi kepada
teman yang mengalami masalah.
Saya enggan menerima masukan dari guru.
Saya keberatan diberi masukan oleh
karyawan sekolah.
Saya memilih menggunakan pendapat saya
sendiri daripada menerima masukan dari
teman.
Menjalin hubungan dengan guru itu tidak
penting.
Saya tidak mau mengawali hubungan
kedekatan dengan karyawan di sekolah.
Saya sulit bersosialisasi dengan temanteman saya.
Saya menyampaikan salam ketika bertemu
guru.
Saya malu menyampaikan pendapat saya
dalam diskusi.
Saya hanya berbicara dengan teman-teman
dekat saya saja.
Saya takut berbicara dengan guru.
Saya acuh tak acuh bertemu dengan
karyawan sekolah.
Mengobrol dengan teman hanya membuangbuang waktu.
Saya dapat menceritakan masalah belajar
saya pada guru.
Saya tidak dapat mengyampaikan pendapat
saya secara lisan dalam diskusi.
Saya tidak menyampaikan salam ketika
bertemu guru.
Saya takut mengawali percakapan dengan
karyawan sekolah.
Saya cenderung diam daripada berbagi atau
sharing dengan teman-teman.
Peraturan di sekolah membuat kebebasan
125
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
60
63
64
65
66
67
68
70
71
72
saya terikat.
Saya
memilih
menyendiri
daripada
bergabung dengan teman.
Saya tidak dapat menyesuaikan diri di
lingkungan sekolah.
Kehadiran saya tidak dapat diterima oleh
teman-teman saya.
Saya bergabung dengan kelompok untuk
menyelesaikan tugas kelompok.
Saya dapat mengikuti kegiatan kelompok
dengan baik.
Bekerjasama dengan orang lain, membebani
saya.
Saya diam saja dalam melakukan kegiatan
kelompok.
Saya bergabung dalam kelompok untuk
berbagi kegiatan dengan teman-teman.
Berbeda pendapat dengan teman, membuat
saya enggan berdiskusi.
Saya memilih mendapatkan tugas secara
individu daripada berkelompok.
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 88
Sedang
88 ≤ Skor ≤ 132
Tinggi
Skor ≥ 132
d. Penutup
Dari hasil skala ini hubungan sosial remaja diukur dengan
skala hubungan sosial remaja dengan aspek kontak sosial,
komunikasi, penyesuaian diri dan kerjasama. Hubungan sosial
remaja adalah merupakan upaya dalam mengenali, menemukan
dan memilih penyelesaian pemecahan masalah. Hasil peneliti,
dapat dari teman-teman merespon beberapa pernyataan yang ada
pada skala ini sesuai dengan pikiran, pendapat, perasaan dan
kondisi yang ada pada diri teman masing-masing.
126
D. ASESMEN TENTANG KELUARGA
1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia
0 – 12 Tahun
Oleh:Muhammad Agung Pratama (agung.acc55@gmail.com)
Professional Judgement: Slamet, S.Ag, M.Si
a. Pengantar
Stres pengasuhan pada anak kerap dialami oleh orang tua
yang belum siap memiliki anak. Instrumen ini penting untuk
mengetahui seberapa besar stres pengasuhan pada ibu yang
mengurus anak usia 0 sampai 12 tahun. Instrumen ini sangat
berguna dimasa kini dimana angka pernikahan dan angka
kelahiran yang tinggi sehingga ibu – ibu rentan mengalami stres.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Stres pengasuhan digambarkan sebagai kecemasan dan
ketegangan yang malampaui batas dan secara khusus
berhubungan dengan peran orang tua dan interaksi antara orang
tua dengan anak. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek
Stres pengasuhan anak. Aspek – aspeknya adalah Aspek orang
tua, Aspek anak, dan aspek hubungan disfungsional orangtua dan
anak.
Variabel
Aspek
Indikator
Deskriptor
Praktek
mengurus anak
Kemampu
Mampu
mengajarkan
an orang
anak hal – hal
tua
mengurus
baru
anak
Mampu
mengendalikan
tingkah laku anak
Aspek
Memahami
Orang
tata cara
Pengeta
Tua ( The
mengurus
huan
Parent
anak
orang
Distress)
Mencari
tua
informasi tentang
dalam
kepengurusan
hal
anak
kepengu
rusan
Menggunakan
Stres
anak
pedoman untuk
Pengasuhan
mengurus anak
Anak
Hubunga
Hubungan
n sosial
dengan keluarga
127
Favor
able
No Item
Unfav
orable
Jml
1, 2
3,4
4
5
6
2
7
8
2
9
10
2
11,12
13
3
14
15,16
3
17,18
19,20
4
orang tua
Kesehatan
orang tua
Kemampu
an
Adaptasi
Anak
Hubungan
dengan tetangga
Hubungan
dengan teman
dan rekan
21
22
2
23
24
2
Fisik
25
26
2
Mental
27
28
2
29
30
2
31
32
2
33
34
2
Anak mampu
menyesuaikan
diri dengan
perubahan
lingkungan
Anak mampu
menyesuaikan
diri dengan
perubahan fisik
Anak memiliki
permintaan
1
Aspek
Anak (
The
Difficult
Child
Tuntutan
anak
kepada
orang tua
Anak
menginginkan
perhatian
35
Kemandirian
anak
36
Anak memiliki
ciri khasnya
38
37
39
Mood
Anak
Anak memiliki
hal yang selalu
dilakukan sehari hari
Aktif di depan
orang tua
Aktif di depan
orang lain
Keaktifan
anak
Orang tua
menerima
keaktifan
anaknya
Orang tua merasa
Aspek Kedekatan
senang jika dekat
Hubungan Emosional
Disfungsi anak dan dengan anaknya
128
40
46
2
41
2
42
1
1
43
44
2
45
2
1
onal Anak orang tua Intensitas bertemu
dan Orang
dengan sang anak
tua ( The
Orang tua
Parentmemiliki
Child
ekspektasi dan
Dysfuncti
realita yang
onal Penerimaan
berbeda jauh
Interactio orang tua
kepada
n)
anak
Orang tua
menerima keadaan
anaknya
Jumlah
47
1
48
1
49
1
26
23
49
Alpha Cronbach's = 0, 671; Sampel = 17 orang.
Item
Pernyataan
Item Shohih
2,3,4,7,8,9,14,15,17,21,2
8,29,32,33,35,45,47,49
Item Gugur
1,5,6,10,11,12,13,16,18,19,20,22,
23,24,25,26,27,30,31,34,36,37,38,
39,40,41,41,42,43,44,46,48
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
Pernyataan
Jawaban
2
Saya merasa mudah untuk memenuhi
kebutuhan anak
SS
S
TS
STS
3
Saya sulit memandikan anak
SS
S
TS
STS
4
Saya merasa risih ketika anak mengompol
atau buang air besar di malam hari
SS
S
TS
STS
7
Anak saya bisa menuruti perkataan saya
dengan baik
SS
S
TS
STS
8
Saya mempunyai kekurangan dalam hal
memberi perintah kepada anak
SS
S
TS
STS
9
Saya memiliki pengetahuan yang baik dalam
mengurus anak
SS
S
TS
STS
14
Saya mempunyai buku - buku tentang
mengurus anak
SS
S
TS
STS
15
Saya jarang membaca petunjuk penggunaan
barang – barang yang digunakan anak
SS
S
TS
STS
129
17
Saya memiliki orang tua yang peduli dengan
anaknya
SS
S
TS
STS
21
Saya memiliki lingkungan tempat tinggal
yang solidaritasnya tinggi
SS
S
TS
STS
28
Saya merasa tidak sanggup lagi mengurus
anak
SS
S
TS
STS
29
Anak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru
SS
S
TS
STS
32
Anak mampu memahami tentang perubahan
fisik yang dialaminya (puber)
SS
S
TS
STS
33
Anak merasa kaget dan tidak terima tentang
perubahan fisik yang dialami olehnya (puber)
SS
S
TS
STS
35
Anak memiliki permintaan yang mampu
dituruti oleh orang tua
SS
S
TS
STS
45
Anak memiliki cara tersendiri untuk
menunjukkan bahwa ia ingin sebuah perhatian
SS
S
TS
STS
47
Saya merasa malas ketika harus memanggil
anak pulang dari bermainnya
SS
S
TS
STS
49
Setiap hari saya bertemu dengan anak
SS
S
TS
STS
19
Saya menerima sepenuhnya anak saya
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 38,33
Sedang
38,33 ≤ Skor ≤ 56,67
Tinggi
Skor ≥ 56,67
130
d. Penutup
Instrumen ini ditujukan untuk mengetahui tingkat stres
pengasuhan pada ibu yang memiliki anak usia 0-12 tahun.
Kategorisasi diatas memiliki kebalikan. Skor rendah berarti
mereka yang memiliki stres pengasuhan yang tinggi, sedangkan
skor tingga adalah mereka yang memiliki stres pengasuhan yang
rendah.
131
2. Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan
Oleh: Nur Atiqotul Lutfiyah (atiqotull@gmail.com)
Professional Judgement: Slamet S.Ag., M.Si
a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sering
konflik yang terjadi dalam hubungan pernikahan. Tingginya
intensitas konflik yang terjadi dalam suatu pernikahan
ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala
intensitas konflik pernikahan. Skala intensitas konflik pernikahan
ini disusun berdasarkan aspek-aspek konflik yang terjadi dalam
pernikahan. Aspek konflik perkawinan dalam skala penelitian ini
adalah kekerasan fisik pada pasangan, melontarkan kekerasan
secara verbal, sikap bertahan menarik diri dari interaksi dengan
pasangannya yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator
tentang konflik dalam pernikahan. Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek, maka semakin sering konflik yang terjadi pada
pasangan itu.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Skala intensitas konflik pernikahan merupakan upaya
untuk mengetahui seberapa tinggi konflik yang terjadi dalam
sebuah hubungan pernikahan dan bagaimana konflik itu terjadi.
Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek konflik
pernikahan.
Variabel
Intensitas
konflik
dalam
perkawin
an
Aspek
Indikator
kekeras
an fisik
Menyakiti
fisik
pasangan
ketika terjadi
konflik
kekerasan
verbal
bertahan
Menyakiti
perasaan
pasangan
Membela
diri saaat
konflik
Deskriptor
Memukul
pasangan secara
langsung
Memukul
menggunakan
perantara benda
lain
Mengumpat
pasangan
Berkata kasar
kepada
pasangan
Melontarkan
ancaman kepada
pasangan
Tidak mau
disalahkan atas
terjadinya suatu
konflik
berupaya
132
No Item
Favo Unfavo
rable
rable
Jml
2,4,5
1,3,
5
9,11
6,7,8,
10
6
14
12,13,
15,16
5
17,18
,23
19,22
5
20,21
2
24,25
,26,
27
29,31
4
28,30
6
menarik
diri dari
interaksi
menunjukka
n
penghindara
n dengan
pasangannya
mempertahanka
n diri atas
serangan
umpatan dari
pasangannya.
Menghindari
percakapan
dengan
pasangan
Tidak mau
memulai
percakapan
dengan
pasangan
Jumlah
,32,
33
34,37
,42
35,36,
38
6
40,
39,41,
43,44
5
21
23
44
Alpha Cronbach’s = 0,798 ; Sampel = 15 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
1,2,3,5,9,11,15,16,19,20,21,
23,24,25,26,29,30,32, 33,
38,39,42
Item Gugur
4,6,7,8,10,12,13,14,17,18,22,2
7,28,31,34,35,36,37,40,41,
43,44
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
1
2
3
5
9
11
15
16
19
20
21
23
24
Pertanyaan
Saya mudah untuk memukul pasangan
ketika saya marah
Saya enggan melibatkan anak dalam
konflik dengan pasangan
Saya melampiaskan emosi dengan
menampar pasangan
Saya malu ketika anak melihat saya
sedang bertengkar
Saya menghindari pertengkaran dihadapan
anak
Saya bisa menahan emosi untuk tidak
menyakiti pasangan saya
Saya sulit untuk mengontrol emosi
Saya mengumpat pasangan saya ketika
marah
Saya kecewa ketika pasangan membantah
omongan saya
Saya akan mengancam pasangan jika ia
tidak mau menuruti omongan saya
Saya benar-benar serius terhadap ancaman
tersebut
Saya menyesal dengan sifat pemarah
dalam diri saya
Saya jarang memulai terjadinya konflik
133
Jawaban
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
25
26
29
30
32
33
38
39
42
Konflik yang terjadi disebabkan factor
eksternal keluarga
Setiap terjadi konflik itu bukan karena
saya
Jika ada permasalahan, saya dan
pasangan selalu memikirkan jalan terbaik
untuk menyelesaikan masalah
Saya malu mengakui kesalahan yang saya
perbuat terhadap pasangan
Saya tidak pernah membesar-besarkan
masalah yang terjadi
Saya lebih suka mengalah saat terjadi
masalah
Jika pasangan tidak menuruti permintaan
saya, maka saya akan mendiamkannya
(tidak mengajak bicara)
Saya dan pasangan saling menjauhi ketika
salah satu dari kami melakukan kesalahan
Saya memilih untuk keluar rumah ketika
berselisih dengan pasangan
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
SS
S
KK
TP
Keterangan:
= Jika pernyataan tersebut Sangat Sering dilakukan.
= Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan.
= Jika pernyataan tersebut Kadang-kadang dilakukan.
= Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 22
Sedang
22≤ Skor ≤ 88
Tinggi
Skor ≥ 88
d. Penutup
Kesimpulan dari dibuatnya instrumen ini adalah untuk
mengetahui seberapa tingginya tingkat intensitas konflik yang
terjadi antara suami istri dalam sebuah keluarga. Dengan adanya
instrumen ini diharapkan akan diperoleh sebuah data yang mana
akan menjadi rujukan untuk memberi solusi atau jalan keluar
kepada pasangan suami istri untuk mengurangi konflik yang
terjadi berdasarkan tingkat intensitasnya.
SS
S
KK
TP
134
3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan
Menikah Usia 5-25 Tahun
Oleh:Mekha Eka Sari (mekhaekasari@gmail.com)
Profesional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si
a. Pengantar
Kepuasan perkawinan adalah suatu evaluasi suami dan istri
terkait hubungan mereka, dimana evaluasi tersebut cenderung
berubah sepanjang perjalanan pernikahannya. Evaluasi ini
merujuk pada bagaimana pasangan suami dan istri mengevaluasi
hubungan mereka, apakah memuaskan atau tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh keduanya. Oleh karena itu skala
kepuasan ini dibuat untuk mengetahui tingkat kepuasan suami
atau istri dalam pernikahanya. Selain itu skala kepuasan
perkawinan ini perlu untuk mengetahui tingkat kepuasan
perkawinan suami dan istri yang telah melewati masa-masa sulit
dimana dinamika di awal pernikahan hingga telah memiliki anak
evaluasi dan tingkat kepuasan pernikahanya berbeda. Inilah yang
menjadi faktor sebuah keluarga dapat bertahan sampai bertahuntahun karena adanya kepuasan pernikahan di dalamya yang tentu
sesuai yang diharapkan oleh keduanya yakni suami maupun istri.
Dalam skala kepuasan perkawinan ini dikembangkan
aspek yang sangat mempengaruhi hubungan pasangan suami dan
istri dalam pernikahanya, yaitu kesepakatan bersama, kepuasan,
dan kelekatan. Aspek kesepakatan yang meliputi tentang
keuangan, pengasuhan, peran, pengekspresian perasaan, dan
hubungan dengan orang lain bisa keluarga dan partner. Aspek
kepuasan sendiri terkait tentang kepuasan suami atau istri
meliputi penyelesaian konflik antar keduanya, menjaga
kestabilan dan seksual. Sedangkan aspek kelekatan terkait
dengan masalah aktivitas dan komunikasi baik dengan pasangan
dan anggota keluarga. Ketiga aspek ini dijabarkan menjadi
indikator-indikator dalam skala.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif dalam
kehidupan pernikahan dimana suami maupun istri bersikap sesuai
yang inginkan untuk bisa memunculkan suasana senang, aman
dan nyaman dalam pernikahannya. Kisi-kisi skala disusun
berdasarkan aspek-aspek kepuasan perkawinan, yaitu menurut
Busby, Christense, Crane dan Larson (1995) antara lain aspek
consensus, satisfaction dan cohesion.
135
Variabel
Kepuasa
n
perkawin
an
Aspek
Consen
sus /
Kesepa
katan
Satisfac
tion /
Kepuas
an
Indikator
Kemampu
an
pasangan
terkait
dengan
kesepakata
n bersama
antara
suami dan
isteri
dalam
membina
rumah
tangganya
Kemampu
an
pasangan
terkait
kesepakata
n
dalam
menjalank
an
perannya
masingmasing
Kemampu
an
pasangan
dalam
mengekspr
esikan
perasaan
Kemampuan
pasangan
terkait
kesepakatan
mengenai
hubungan
keluarga
dan teman
Kemampu
an
pasangan
terkait
dengan
Deskriptor
No Item
Favo Unfavo
rable
rable
Jumlah
Komitmen
keuangan
1,2,4
3,5
5
7,8,9
6
4
10,
11,
12,
13
14,15,
16
7
17,18
19,20,
21
5
41,
43,44
42,45,
46,47
6
22,
23,
24,40
25,26
6
Komitmen
pengasuhan
Hak
dan
kewajiban
suami dan
istri
Perilaku
sebagai
bentuk
perhatian
pada
pasangan
Refleksi
harapan dan
perasaan
berhubungan
dengan
keluarga dan
teman
Pertentangan
pendapat
136
Cohesi
on /
Kelekat
an
cara
menyelesai
kan
masalah
Kemampu
an
pasangan
terkait
dengan
menjaga
kestabilan
hubungan
Kemampuan
pasangan
terkait
orientasi
seksual
kemampuan
pasangan
dalam
melakukan
komunikasi
Pembicaraan
terkait
perceraian
Sikap yang
berhubungan
dengan
masalah
seksual
Keterbukaan
kondisi,
situasi
maupun
perasaan
Mendengark
an pendapat
Kemampuan Quality time
pasangan
dalam
mengatur
aktivitas
Jumlah
27
28
2
48,
49,
50
-
3
29,30
31
3
32
33
2
34,
35,
36,37
38,39
6
30
20
50
Alpha Cronbach's = 0, 871; Sample = 17 orang
Item
Pernyataan
Item Shohih
3, 6, 7, 8, 10, 14, 17, 19, 20, 21,
22, 23, 26, 27, 28, 30, 32, 33,
34, 35, 36, 40, 44, 48, 49, 50
Item Gugur
1, 2, 4, 5, 9, 11, 12, 13, 15,
16, 18, 24, 25, 29, 31, 37,
38, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 47
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No
3
6
7
8
Pernyataan
Ketika pengeluaran keluarga berlebihan
saya sering menyalahkan pasangan
Saya jarang membicarakan pola
pengasuhan anak dengan pasangan
Sejauh ini, komitmen pengasuhan anak
dilakukan bersama
Saya tetap ikut memantau keadaan anak
meskipun sibuk
137
Jawaban
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
10
14
17
19
20
21
22
23
26
27
28
30
32
33
34
35
36
40
44
48
49
50
Saya memaklumi ketika pasangan belum
bisa menjalankan perannya
Pasangan saya egois
Sering saya mengungkapkan perkataan
mesra dengan pasangan
Terkadang saya lupa tanggal-tanggal
spesial dengan pasangan
Saya kecewa ketika pasangan terkadang
lupa dengan janjinya
Saya menganggap perkataan mesra kepada
pasangan hal yang tidak penting
Ketika ada pertentangan, saya
membicarakan secara damai dengan
pasangan
Ketika muncul kesalahpahaman dalam
berpendapat, saya terbuka
mengungkapkan unek-unek dengan
pasangan
Saya dendam dengan pasangan ketika
kekerasan fisik muncul saat konflik
Pasangan saya adalah pilihan yang tepat
untuk saya
Ketika kejenuhan memuncak, saya
menyinggung soal perceraian
Sering saya mengungkapkan perasaan
suka atau tidak suka mengenai apapun
dengan pasangan
Saya menerima masukan pasangan ketika
sedang ada masalah
Seringa saya berdiskusi dan tukar
pendapat dengan pasangan
Pasangan saya adalah partner diskusi yang
tepat
Saya memprioritaskan waktu bersama
dengan pasangan
Saya memberikan perhatian kecil kepada
keluaraga meskipun sibuk
Saya mengalah dengan pasangan ketika
keadaan memang salah saat terjadi
kesalahpahaman
Saya berkomitmen dengan pasangan
masalah apapun jangan dibawa di keluarga
besar
Saya percaya pasangan saya setia
Saya menerima segala kekurangan dan
kelebihan pasangan
Saya merasa bahagia hidup bersama
pasangan saya
138
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri
saudara/i.
S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri saudara/i.
TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri
saudara/i.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri
saudara/i.
Kategorisasi
Kategori
Rendah
Skor ≤ 52
Sedang
52 ≤ Skor ≤ 78
Tinggi
Skor ≥ 78
d. Penutup
Instrumen skala kepuasan perkawinan ini digunakan untuk
mengevaluasi hubungan antara pasangan suami-istri dalam
pernikahanya. Skala ini diharapkan bukan hanya menjadi
evaluasi bagi pasangan namun juga penilaian kekurangan dan
kelebihan pasangan dan intropeksi diri terkait tentang apa yang
sudah disepakati di awal pernikahan sehingga diharapkan
pernikahan dapat bertahan lama dan keharmonisan dalam
pernikahanpun terus terwujud dan tidak berkurang bahkan hilang.
Kebahagiaan dalam pernikahan tentu menjadi harapan pasangan
suami-istri dalam pernikahannya. Skala ini bertujuan menjadi
tolok ukur penilaian atau tingkat kepuasan perkawinan pasangan
sehingga diketahui apa yang kurang dan perlu dibenahi dalam
pernikahannya.
139