Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
The judiciary (al-Qadha) is well-known from time immemorial up to the present time. Driven by the need and the welfare of human life, judiciary is something inevitable to exist. It is one of the prerequisites to the establishment of a government in order to resolve disputes between citizens. No political sovereignty in the world, whatever its form, will stand without justice enforcement.
Hukum dan peradilan merupakan hal yang sangat fundamental dalam peradaban masyarakat, tak terkecuali masyarakat Islam. Tegaknya hukum dan proses peradilan yang tidak tebang pilih akan sangat menjamin rasa keadilan di tengah-tengah masyarakat. Dengan terjaminnya rasa keadilan, maka ketertiban dan kedamaian pun akan tercipta. Masyarakat yang tertib dan damai tentunya akan berdampak baik bagi suatu peradaban, karena pembangunan dibidang sosial, ekonomi, pendidikan serta teknologi akan berjalan dengan lancar. Proses-proses hukum didalam Islam sejatinya sudah berjalan ketika Rasulullah menjadi pemimpin di Madinah, namun saat itu lembaga hukum dan kekuasaan belum ada pemisahan belum dipisahkan satu sama lainnya seperti halnya lembaga yang mandiri, dan bahkan dalam praktiknya cenderung dipegang oleh satu tangan, yakni penguasa atau pemerintah. Nabi Muhammad saat itu bertugas menyelesaikan perselisihan yang timbul di kalangan masyarakat Madinah dan menetapkan hukuman terhadap pelanggar perjanjian, seperti beliau pernah melakukannya ketika kaum yahudi melakukan pelanggaran sebanyak tiga kali terhadap isi Piagam Madinah, dua kali beliau bertindak sebagai hakimnya, dan sekali beliau wakilkan kepada sahabatnya. Berangkat dari proses hukum yang masih sederhana pada masa Nabi Muhammad, maka secara kelembagaan proses hukum dalam peradaban Islam mencapai puncaknya saat masa Dinasti Abbasiyah. Pada masa Dinasti Abbasiyah umat Islam mengalami perkembangan dalam berbagai bidang. Dinasti ini mengalami masa kejayaan intelektual, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam, tidak lama setelah dinasti itu berdiri. Kekhalifahan Baghdad mencapai masa kejayaannya antara khalifah ketiga, al-Mahdi (775-785 M), dan kesembilan, al-Wathiq (842-847 M), lebih khusus lagi pada masa Harun al-Rasyid (786-809 M) dan al-Makmun (813-833 M), anaknya terutama, karena dua khalifah yang hebat itulah Dinasti Abbasiyah memiliki kesan dalam ingatan publik, dan menjadi dinasti
Puncak keemasan Bani Abbasiyah diantarnya ialah pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. ia menjadi figur legendaris karena cerita-cerita tentang dirinya yang terdapat dalam kisah seribu satu malam (Alif lailah wa lailah). Sejak terlibat dalam urusan pemerintahan dalam usia muda, dan selama menjadi khalifah, ia menjalin hubungan yang akrab dengan para ulama’, ahli hukum, hakim, qari’, penulis dan seniman. Tingkat kemakmuran baik dalam kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesusastraan mengalami masa keemasannya. Selain itu, dalam bidang hukum terjadi banyak perubahan yang dibuat oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid.
2021
Abstrak: Dalam sejarah, pendidikan Islam dari zaman Rasulullah Saw hingga sekarang selalu mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya pusat-pusat pendidikan Islam yang didirikan, materi pendidikan yang semakin berkembang, serta munculnya tokoh-tokoh pendidik yang profesional dalam bidangnya. Adapun yang menjadi titik pusat dan fokus utama dalam perkembangan pendidikan Islam, serta menjadi tolak ukur untuk kemajuan pendidikan Islam selanjutnya terjadi dari zaman Rasulullah Saw, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, hingga pada zaman Bani Abbasiyah. Puncak kejayaannya terjadi pada masa Bani Abbasiyah, dengan semakin bertambahnya pusat-pusat pendidikan Islam, perkembangan kurikulum yang mengikuti zaman tidak hanya dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang yang lain, serta hadirnya tokoh-tokoh pendidik yang berkompeten dalam bidangnya. Kata kunci: Sejarah, Bani Abbasiyah, dan Pendidikan Pendahuluan Dalam sejarahnya pendidikan Islam telah mengalami pasang surut. Dari zaman Rasulullah Saw.hingga ke zaman Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, dan Bani Abbasiyah. Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri dalam perkembangannya. Masa keemasan Islam sering disebut peradaban Islam dalam bidang pendidikan ditancapkan pada masa Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah dalam sejarah Islam dinishabkan dari silsilah keluarga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, al-Abbas (paman Nabi). Kemajuan yang pesat diperoleh dinasti Abbasiyah dalam berbagai bidang kehidupan pada masa itu untuk sekedar membandingkan dengan peradaban Islam kini jujur belum belum tertandingi. Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam, yang ditandai dengan lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan madrasah-madrasah sebagai pusat pendidikan Islam. Serta pada masa Bani Abbasiyah berkembang pula kurikulum atau mata pelajaran yang harus ditempuh dan dikuasai oleh peserta didik. Berbagai ilmu pengetahuan berkembang melalui lembaga-lembaga pendidikan dan kurikulum yang ada. A. Sejarah Singkat Pendidikan Islam Masa Bani Abbasiyah Daulah Bani Abbasiyah muncul diawali dengan Abul Abbas Assafah yang menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, membuat corak baru dalam perkembangan sosial dan budaya masa itu. Kegemilangan yang dicapai umat Islam pada saat ini telah mengukir sejarah yang dikenal dengan zaman keemasan Islam, yang meliputi segala bidang terutama ilmu pengetahuan. Faktor-faktor yang mendukung kegemilangan pendidikan dan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor Intern Faktor Intern adalah faktor dari dalam ajaran Islam itu sendiri yang mendorong manusia untuk menuntut ilmu dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
dinasti abbasiyyah adalah dinasti yang merupakan puncaknya islam berkembang pesat
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Di sisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Di sini letak perbedaan pokok antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India. Pada masanya hidup pula para filsuf, pujangga, ahli baca Al-Qur'an dan para ulama di bidang agama. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Khalifah Harun Ar-Rasyid sebagai orang yang taat beragama, menunaikan ibadah haji setiap tahun yang diikuti oleh keluarga dan pejabat-pejabat serta para ulama, dan berderma kepada fakir miskin. Pada masanya berkembang ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu Al-Qur'an, qira'at, hadis, fiqh, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Empat mazhab tumbuh dan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah. Imam Abu Hanifah (meninggal di Baghdad tahun 150 H/677 M) adalah pendiri mazhab Hanafi. Imam Malik bin Anas banyak menulis hadis dan pendiri mazhab Maliki (wafat di Madinah tahun 179 H/795 M). Muhammad bin Idris Ash-Syafi'i (wafat di Mesir tahyun 204 H/819 M) adalah pendiri mazhab Syafi'i. Ahmad bin Hanbal pendiri mazhab Hanbali (w. Tahun 241 H/855 M). Di samping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, di samping bahasa India. Pada masa pemerintahan Al-Makmun, pengaruh Yunani sangat kuat. Di antara para penerjemah yang mahsyur saat itu adalah Hunain bin Ishak, seorang Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku
Forum. Revista Departamento de Ciencia Política
Zwischen Welten Grenzgänge zwischen Geschichts- und Kulturwissenschaften, Geschichtsdidaktik und Politischer Bildung Festschrift für Beatrice Ziegler, 2021
SSRN Electronic Journal, 2017
Jurnal Ilmiah PERKUSI, 2021
Geografie. Sborník České geografické společnosti, 2012
European Cells and Materials, 2016
Food and Energy Security, 2018
BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 2017