Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Vol. 8, No. 1 Februari 2024
e-ISSN : 2685-6301
p-ISSN : 2685-5968
Pelatihan Senam Kaki Bagi Penyandang Diabetes Melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Payung Sekaki
Nia Khusniyati1, Erni Forwaty2, Wiwiek Delvira2, Yunisman Roni3
1 Keperawatan, Prodi DIII Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Riau
2 Keperawatan, Prodi DIII Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Riau
3 Keperawatan, Prodi Sarjana Keperawatan, Universitas Riau
Email: nia@pkr.ac.id, erni@pkr.ac.id, wiwiek@pkr.ac.id,
yunismanroni@gmail.com
Abstrak
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang ditandai dengan resistensinya tubuh terhadap insulin
dan kurangnya tubuh dalam memproduksi insulin. Resistensi insulin merupakan respon biologis yang
tidak normal terhadap insulin, sehingga kemampuan insulin berkurang yang mengakibatkan
gangguan dalam penyerapan glukosa. Dalam membantu program Pemerintah khususnya di
Puskesmas Payung Sekaki dalam mengurangi angka mortalitas akibat komplikasi diabetes maka perlu
dilakukan pelatihan Gerakan senam kaki bagi penderita diabetes. Tujuan Pelatihan senam kaki
diabetes melitus memberikan pengalaman dan pengetahuan pada pasien DM sebagai upaya
pencegahan kaki diabetes melitus. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan senam kaki dilaksanakan di
Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki di Jl. Sukajaya RW 02 RT 11, Pekanbaru. Kegiatan
dilaksanakan bulan Maret – September 2022. Khalayak sasaran adalah penderita DM. Metode
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan terhadap penderita DM dengan
teknik pelaksanaan terdiri dari tahap I: sharing materi 1 kali pertemuan kepada penderita DM, tahap
II berupa kegiatan pelatihan kepada penderita DM yang terdiri dari pemberian pengetahuan dan
simulasi keterampilan 2 kali pertemuan dan tahap 3: evaluasi ketrampilan Gerakan senam kaki.
Dampak yang dihasilkan adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan penderita DM tentang
senam kaki dengan melihat skor monofilament tes pada kaki adanya penurunan sebesar 0.1 point
dan nilai GDS berkurang 19,05. Penderita DM sudah mampu melakukan senam kaki diabetes melitus
dan menjaga pola diet DM dengan baik dan benar. Keluarga dan Penderita DM harus ikut andil
dalam memberikan dukungan secara berkelanjutan dan terus menerus pada penderita DM dalam
melakukan senam kaki DM sebagai bentuk upaya pencegahan komplikasi kaki diabetes melitus yang
pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup penderita DM.
Kata kunci: neuropati perifer; senam kaki; kaki diabetes
Abstract
Type 2 diabetes is diabetes which is characterized by the body's resistance to insulin and the
body's lack of insulin production. Insulin resistance is an abnormal biological response to insulin,
resulting in reduced insulin ability, resulting in impaired glucose absorption. In order to assist the
Government's program, especially at the Payung Sekaki Community Health Center, in reducing the
mortality rate due to diabetes complications, it is necessary to carry out foot exercise training for
diabetes sufferers. The aim of the diabetes mellitus foot exercise training is to provide experience
and knowledge to DM patients as an effort to prevent diabetes mellitus feet. The implementation of
foot exercise training activities was carried out in the Payung Sekaki Health Center Work Area on Jl.
Sukajaya RW 02 RT 11, Pekanbaru. Activities will be carried out in March – September 2022. The
target audience is DM sufferers. The method for implementing community service activities is in the
form of training for DM sufferers with implementation techniques consisting of stage I: sharing
material in 1 meeting with DM sufferers, stage II in the form of training activities for DM sufferers
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Article History :
Submitted 07 Maret 2023, Accepted 27 Februari 2024, Published 29 Februari 2024
32
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
which consists of providing knowledge and skills simulation in 2 meetings and stage 3: evaluation of
leg gymnastics movement skills. The resulting impact was an increase in the knowledge and skills of
DM sufferers regarding foot exercises by seeing that the monofilament test score on the feet
decreased by 0.1 point and the GDS value decreased by 19.05. DM sufferers are able to do diabetes
mellitus foot exercises and maintain a DM diet properly and correctly. Families and DM sufferers
must take part in providing continuous and continuous support to DM sufferers in carrying out DM
foot exercises as a form of effort to prevent diabetes mellitus foot complications which will
ultimately improve the quality of life of DM sufferers.
Keywords: Peripheral diabetic neuropathy; foot exercise; diabetic foot
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang terjadi karena sel beta pankreas tidak
mampu mengeluarkan insulin atau tidak cukup emnghasilkan insulin atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO, 2016). Menurt International Diabetes
Federation (IDF, 2019) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara tertinggi nomor 7 didunia
dengan 10.7% dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data Dinkes Riau (2019) persentase
tertinggi terdapat di daerah Indragiri Hilir dengan 427.051 orang dan Pekanbaru berada di nomor 2
dengan jumlah penderita 17.393 orang. Untuk di Puskesmas di Pekanbaru yang paling tinggi kasus
diabetes berada di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki dengan jumlah 1.714 orang.
Diabetes melitus dapat ditegakkan dengan dilakukannya pengukuran kadar gula darah dengan
kriteria gula darah puasa > 126 mg/dl, gula darah sewaktu > 200 mg/dl, dan pemeriksaan HbA1c >
6.5%. Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dan diabetes yang
tidak umum (ADA, 2016; IDF 2015; Scobie & Samaras, 2014). Diabetes tipe 1 merupakan ketidak
mampuan tubuh menghasilkan insulin yang disebabkan kerusakan sel β pada pulau langerhan
pankreas. Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang ditandai dengan resistensinya tubuh terhadap
insulin dan kurangnya tubuh dalam memproduksi insulin. Resistensi insulin merupakan respon
biologis yang tidak normal terhadap insulin, sehingga kemampuan insulin berkurang yang
mengakibatkan gangguan dalam penyerapan glukosa (Ralph et al, 2015; Scobie & Samaras, 2014).
Sesuai dengan tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah terjadinya makroangipati salah
satunya adalah neuropati periper atau dinamakan dengan Diabetic Peripheral Neurophaty (DPN).
Diabetic peripheral neurophaty atau disebut juga dengan kaki diabetes merupakan suatu peyakit
komplikasi diabetes melitus yang disebabkan karena rusaknya sirkulasi darah menuju ke kaki. Adapun
gejala dari DPN antara lain nyeri pada kaki, kehilangan sensasi pada kaki (kebas), kelemahan otot
kaki, dan ukuran kaki menjadi lebih kecil (Pusdatin, 2020; Uraiwan, dkk (2020)).
33
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Pada pasien DM untuk mengetahui adanya resiko DPN dapat menggunakan alat
Elektromiogram (EMG) untuk mengetahui derajat keparahan neuropati. Namun, alat EMG hanya
tersedia di pelayan Kesehatan Rumah Sakit sehingga sulit diterapkan dirumah atau terjangkau untuk
mobilisasi petugas kesehatan. Alat atau metode lain yang digunakan untuk skrinning dan diagnosis dini
neuropati adalah Clinical Neurological Examination (CNE), tes vibrasi dengan garputala, dan tes
monofilament.
Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan alat monofilament 10g sebagai alat
deteksi dini neuropati. Alat monofilament 10g memiliki sensitfitas yang baik untuk digunakan sebagai
alat skrinning dan diagnosis dini neuropati diabetika (Shrikhande, 2012; Caitlin, et.al, 2021; Jamie,
et.al, 2021; Jodie, et.al, 2013). Tatalaksana untuk kaki diabetes dengan melakukan aktifitas fisik atau
dengan melakukan memberikan tekanan pada kaki menggunakan jari tangan, telapak tangan, atau
bahu. Atau dengan menggerak-gerakkan kaki (range of motion) (Uraiwan dkk, 2020). Gerakan senam
pada kaki dapat meningkatkan sirkulasi darah menuju kaki sehingga kecukupan untuk melakukan
metabolisme pada kaki terpenuhi. Gerakan senam ini dapat di sertakan dengan pijitan dengan
menggunakan tangan sehingga rasa nyeri pada kaki bisa berkurang (Uraiwan, 2020).
Senam kaki diabetes dapat diberikan pada penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2. Senam kaki
diabetes merupakan salah satu olah raga atau aktivitas ringan yang dapat dilakukan didalam ataupun
diluar ruangan. Senam kaki diabetes ini dapat dilakukan sekitar 20-30 menit sehingga penderita
diabetes tidak memerlukan waktu lama atau dapat melakukan saat penderita sedang menonton tv
atau mau tidur (Diah,Ayu, & Alal, 2019).
Menurut data Dinkes Riau (2019) persentase tertinggi terdapat di daerah Indragiri Hilir
dengan 427.051 orang dan Pekanbaru berada di nomor 2 dengan jumlah penderita 17.393 orang.
Untuk di Puskesmas di Pekanbaru yang paling tinggi kasus diabetes berada di wilayah kerja
Puskesmas Payung Sekaki dengan jumlah 1.714 orang. Sedangkan penderita yang berobat sejumlah
210 orang (12,3%) sehingga kemungkinan munculnya keluhan nyeri, kebas, dan luka pada kaki
sangatlah tinggi.
Dalam membantu program pemerintah untuk mengurangi angka mortalitas akibat komplikasi
diabetes maka dilakukan pelatihan gerakan senam kaki bagi penderita diabetes. Kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
pasien diabetes melitus dalam mencegah dan atau mengurangi komplikasi kaki diabetes atau
diabetic peripheral neurophaty.
34
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Adapun manfaat pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran individu dalam hal ini
adalah pasien diabetes dapat meningkatkan keterampilan individu dan meningkatkan motivasi
individu untuk melaksanakan tugas secara memuaskan. Dari tujuan tersebut diharapkan pasien
diabetes dapat melakukan gerakan ini sehingga resiko terhadap komplikasi DPN sangat kecil (Andrew,
2013; Sicca, 2019).
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penderita diabetes
melitusterhadap gerakan senam kaki untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetic peripheral
neurophaty.
METODE
Adapun metode pelaksanaan pada kegoiatan pengabdian amsyarakat ini dimulai dari tahap
persiapan dari organisasi tim pelaksana pengabdian masyarakat yaitu dengan melakukan
penyusunan bahan-bahan sosialisasi dan pengabdian masyarakat yang dibutuhkan, penyusunan
jadwal kegiatan pengabdian, pembagian tugas dan fungsi dari masing-masing tim pengabdian yang
terlibat. Dilanjutkan dengan kelengkapan administrasi Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan untuk
memudahkan segala urusan administrasi maupun teknis pelaksanaan dalam pengabmas ini.
Kelengkapan administrasi yang disiapkan antara lain: surat-menyurat yang dibutuhkan (surat izin
pengabmas, surat tugas), presensi/daftar hadir peserta, materi yang akan disampaikan. Kegiatan
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan meminta izin dari Kepala
Puskesmas yang melibatkan Penanggung Jawab Program Penyakit Tidak Menular (PJ PTM)
Puskesmas Payung Sekaki untuk mempermudah koordinasi selama melaksankan kegiatan ini.
Kegiatan dimulai dari bulan Februari s.d September 2022. Kegiatan dilaksankan di Wilayah Kerja
Puskesmas Payung Sekaki di Jl. Sukajaya RT 11 RW 02 Kec Payung Sekaki, yang mana khalayak
sasarannya PJ PTM Puskesmas dan Penderita DM sebanyak 20 orang. Kegiatan dimulai dengan
melakukan pemeriksaan GDS dan pemeriksaan kaki diabeets dengan menggunakan alat
monofilament 10g. Pelaksanaan pemberian pengetahun dan keterampilan dilakukan dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang DM, Komplikasi Kaki Diabetes Melitus, dan
keterampilan gerakan senam kaki. Setelah diberikan pengetahuan dan keterampilan selanjutnya
dievaluasi dengan meminta penderita DM melakukan senam kaki secara mandiri dan dilakukan
pemeriksaan monofilament 10g.
35
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Mempersiapkan
absensi serta
kelengkapan
administrasi lainnya
Tahap 1: Pretest,
pemeriksaan GDS,
dan pemberian
materi
Tahap 2: Pelatihan
senam kaki DM
Tahap 3: Evaluasi
terdiri dari Post test,
pemeriksaan GDS,
dan evaluasi gerakan
senam kaki
Tahap Mnitoring Evaluasi
Mempersiapkan
materi, penyusunan
jadwal kegiatan,
pembagian tugas
Tahap Pelaksanaan
Tahap Persiapan
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Evaluasi dan
monitoring
pelaksanaan senam
kaki DM di rumah
dan pengevekan GDS
Diagram alir 1. Tahapan Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang telah dicapai dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan jenis PKM
iniadalah sebgaai berikut:
Tabel 1. Perubahan Skor Monofilament Test Sebelum dan Sesudah Senam Kaki Diabetes Melitus
No
Sebelum Senam Kaki
Sesudah Senam Kaki
Kaki Kanan
Kaki Kiri
Kaki Kanan
Kaki Kiri
9,8
9,85
9,9
9,9
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata skor monofilament sebelum dilakukan
pelatihan senam kaki dengan skor 9,8 untuk kaki kanan dan kiri kemudian setelah dilakukan
pelatihan senam kaki dan dilakukan evalausi seminggu setelahnya didapatkan hasil 9,9 untuk kaki
kanan dan kiri. Dalam perubahan skor monofilament terdapat peningkatan sekitar 0,1 yang
menunjukkan bahwa penderita DM melakukan gerakan senam kaki dirumah. Dan evaluasi yang
disampaikan oleh penderita DM menyebutkan bahwasannya para penderita DM merasakan ada
perubahan pada kaki yakni rasa pegal dan kebas sedikitdemi sedikit mulai berkurang.
36
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Gambar 1. Pelatihan senam kaki penderita DM
Pelatihan senam kaki diabetic bermanfaat untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah
pada kaki. Gerakan senam kaki diabetic maka secara otomatis dapat menggerak-gerakkan otot-otot
pada kaki yang dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingg atingka sensitivitas sel terhadap glukosa
dalam darah. Dengan meningkatnya sensitivitas sel terhadap glukosa darah maka glukosa akan masuk
ke dalam sel yang dirubah menjadi energi sehingga penderita DM dapat melakukan aktivitas seharihari. Dengan menignkatnya sirkulasi darah menuju kaki maka kaki akan mendapatpasokan nutrisi dan
oksigen secara optimal yang dapat mempengaruhi proses metabolisme sel sechwan di jaringan saraf
yang menimbulkan meningkatnya sensitifitas kaki (Sanjaya, et.al, 2019;Candra, et al, 2021).
Gambar 2. Titik tekan monofilament 10g
Pengukuran sensitifitas kaki dalam pencegahan kaki diabetes dapat emnggunakan alat
monofilament 10g (Caitlin, et.al, 2021). Pada pengukuran skor monofilament ini dilakukan dengan
cara menekan monofilament 10g di 10 titik pada kaki penderita DM (gambar dibawah ini), alat ukur
ini dihasilkan semakin meningkat skor monofilament maka semakin baik dan menurunnya angka
kejadian kaki diabetes melitus. Pengykuran menggunakan monofilament test merupakan alat yang
37
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
murah dan mudah digunakan untuk mendeteksi terjadinya kaki diabetes. Menurut American
Diabetic Association (ADA) tes menggunakan monofilament merupakan gold standard untuk
mendiagnostik penurunan sensasi ekstrimitas bawah akibat diabetes melitus (Caitlin, et.al, 2021).
Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diahsilkan meningkatnya skor monofilament
maka semakin baik kaki penderita diabetes melitus. Hasil analisis data menemukan bahwa terdapat
kenaikan sebesar 0,1 pada skor monofilament. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan skor
monofilament pada penderita DM setelah dilakukannya senam kaki diabetes melitus. Hasil ini juga
menunjukkan bahwa penderita melakukan senam kaki diabetes melitus dirumah meskipun tanpa
pengawasan dari pihak puskesmas atau tim PKM yanga rtinya penderita DM dapat secara mandiri
melakukan gerakan senam kaki DM sehari-hari. Dengan melakukan Gerakan senam kaki DM dapat
meningkatkan kontraksi otot kaki sehingga menyebabkan peningkatan sirkulasi darah ke kaki (Kadek,
SR, et.al, 2018).
Gerakan senam kaki diabetes ini dapat dilakukan pada penderita DM tipe 1 dan DM tipe 2. Senam
kaki merupakan salah satu tergolong aktivitas atau olah raga yang sangat ringan dan mudah
dilakukan pada pasien diabetes melitus dan hanya memerlukan waktu sekitar 20-30 menit. Gerakan
senam kaki ini dapat membantu untuk melancarkan sirkulasi darah pada bagian kaki (Sumosardjono,
2012). Kegiatan pengabdian masyarakat ini melakukan Gerakan senam kaki dan pengukuran kadar
GDS pada penderita DM selama pertemuan kegiatan. Perubahan kadar GDS dihitung menggunakan
rata-rata pertemuan pertama dan terakhir kegiatan.
Gambar 3. Pengukuran Kadar Gula Darah Sewaktu
Hasil rerata pre dan post dari pengukuran GDS pada penderita DM selama dilakukan
kegiatanadalah sebagai berikut:
38
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
Tabel 2. Perubahan Kadar Glukosa Darah
Sewaktu Sebelum dan Sesudah Senam Kaki
Diabetes melitus
GDS
SEBELUM
SESUDAH
213,25
194,2
Pada tabel diatas dapat diketahui nilai GDS bahwa rerata GDS saat pertemuan pertama dalah
213,25 dan evaluasi bernilai 194,2. Nilai ini berkurang dihasilkan karena setelah diberikan Pendidikan
Kesehatan para penderita DM mau dan melaksanakan diet DM dengan mengatur pola makan dan
mengkonsumsi rutin obat DM yang sebelumnya penderita DM dapatkan dari Puskesmas Payung
Sekaki.
Senam kaki diabetes yang dilakukan akan menimbulkan perubahan metabolik. Pada senam kaki
diabetes tubuh memerlukan energi, karena terjadi peningkatan kebutuhan glukosa. Pada senam kaki
diabetes akanterjadi peningkatan aliran darah, pembuluh kapiler lebih banyak terbuka sehingga lebih
banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif, terjadi peningkatan pemakaian
glukosa oleh otot yang aktif maka terjadi penurunan kadar gula darah sehingga terjadi perubahan
kadar gula darah dan juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin (Ilyas, 2015 dalam Rehmaita,
Mudatsir, & Tahlil, 2017). Rehmaita, et.al, (2017) menyebutkan bahwa aktivitas jasmani dapat
memperbaiki sesnsitivitas insulin. Dengan gerakan senam kaki maka tubuh akan lebih sensitive
terhadap insulin. Insulin yang sensitive terhadap sel maka glukosa akan lebih mudah masuk ke dalam
sel dan dimetabolisme menjadi energi. Penderita DM yang rutin melakukan senam kaki maka akan
meningkatkan sensitifitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah dalam tubuh, sehingga
penderita DM dapat mengontrol kadar glukosa dalam darah dan mencegah terjadinya komplikasi
kaki diabetes melitus (Wibisana & Sofiani, 2017).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini khususnya penderita DM adalah
tingkat pengetahuan dan ketrampilan penderita DM meningkat dengan ditandai meningkatnya skor
monofilament dan menurunnya kadar GDS
dalam darah. Meningkatnya skor monofilament
menandakan bahwa sensori neurosifitas juga meningkat dan kadar glukosa darah menurun. Penderita
DM dapat melakukan senam kaki DM rutin di rumah sebagai upaya pencegahan terjadinya kaki
diabetes melitus. Menurunnya skor GDS membuktikan bahwa sensitiftas insulin terhadap sel
39
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
meningkat sebagai hasil dari rutinnya kegiatan aktivitas senam kaki bagi penderita DM.
Saran yang diberikan kepada penderita DM dapat melakukan gerakan senam kaki DM dengan rutin
di rumah dengan durasi waktu selama 20-30 menit. Dan bgai kader sebaiknya dapat memantau
penderita DM dalam pelaksanaan senam kaki secara mandiri di rumah. Dan bagi penanggung jawab
PTM di Puskesmas Payung Sekaki sebaiknya menindaklanjuti penderita DM dalam pengontrolan GDS
dan pengobatan DM.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
American Diabetes Association (ADA). 2016. Diabetes care: Phisycal Activity/Exercise and
Diabetes. Supplement Diabetes Care
[2]
Andrew. 2013. Training dan Pengembangan Tenaga Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Caitlin, et.al.
2021. Prevalence of peripheral neurophaty defined by monofilament insensitivity in middle- aged
and older adults in two US cohort. Sciencetific report https://doi.org/10/1038/s41598- 02198565
[3]
Candra, et.al. 2021. Efektifitas senam kaki terhadap sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabeets
Melitus Tipe 2 Wilayah Kerja Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal
inovasi Pengabdian Masyarakat
[4]
Diah, Ayu, & Alal. 2019. Pelaksanaan Senam Kaki Mengendalikan Kadar Gula Darah Pada Lansia
Diabetes Melitus di Posbindu Anyelir Lubang Buaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vo. 11
Edisi 1:Jakarta
[5]
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2019. Profil Kesehatan. Subbag Bina Program Dinas Kesehatan
Provinsi Riau
[6]
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 2019. Profil Kesehatan Kota Pekanbaru. Dinkes Kota Pekanbaru
[7]
IDF.
2019. Diabetes
Diabetes
[8]
Atlas
Ed
9th.
Belgium:
International
Federation.http://www.diabetesatlas.org/en/resource/
P2PTM Kemenkes RI. 2020. Infodatin: Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus.
Pusat DataInformasi Kementrian Kesehatan
[9]
Ralph et.al. 2015. Risk Factor for Diabetes Melitus. American Diabetes Association.
[10] Rehmaita, Mudatsir, & Tahlil, T. 2017. Pengaruh Senam Diabetes Dan Jalan Kaki Terhadap
PenurunanKadar Gula Darah Pada Pasien Dm Tipe II. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(2), 84–89.
[11] Scobie & Samaras. 2014. Atlas of Diabeets Mellitus Ed.3th. Informa healthcare. USA
[12] Sicco, dkk. 2020. Guidelines on the prevention of foot ulcers in persons with diabetes (IWGDF 2019
update).
[13] John Willey & Sons Ltd. doi.org/10.1002/dmrr.3269
[14] Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 3. Jakarta: EGC
40
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS)
[15] Uraiwan, dkk. 2020. Immediate Effect of Self-Thai Foot Massage on Skin Blood Flow, Skin
Temperature, and Senamof The Foot and Ankle I Type 2 Diabetic Patients. The Journal Of
Alternative and Complementary Medicine, Vol 26, Number 6. doi:10.1089/acm.2019.0328
[16] Wibisana & Sofiani. 2017. Pengaruh Senam Kaki terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabeets
Melitus di RSU Serang Provinsi Banten Tahun 2014. Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah
Tangerang
[17] WHO.
2016.
Global
report
on
Diabetes
Mellitus.
France:
WHO
41
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS