Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

MAKALAH PSIKOLOGI KONSELING “TEORI PSIKOANALISIS (SIGMUND FREUD)” DISUSUN OLEH : MAYANG TAMARA DOSEN PENGAMPU : WINDA ADE ARIANI, M.Pd, Kons PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI) JURUSAN DAKWAH FAKULTAS USHULUDI ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN AKADEMIK 2015/2016 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah "Psikologi Konseling". Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Psikologi Konseling di Program studi Bimbingan Konseling Islam.Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Winda Ade Ariani, M.Pd, Kons selaku dosen pembimbing mata dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif daripara pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Bengkulu, April 2015 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Sigmund Freud merupakan orang Jerman keturunan Yahudi lahir 6 Mei 1856 di Freiberg dan meninggal di London 23 September 1939. Psikoanalisis mulai diperkenalkan oleh Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi (Dream Interpretation) pada tahun 1900. Psikoanalisa juga merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Konsep Freud  yang Anti rasionalisme mendasari tindakannya dengan motivasi yang tidak sadar, konflik dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan orang lain. Libido mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, libido terbagi menjadi 2, yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk mati. Rumusan Masalah Siapakah Pelopor berdirinya Teori Psikonalisis ini ? Bagaimana pandangan mengenai manusia menurut teori ini ? Apa Tujuan Konseling menurut Psikoanalisis ? Bagaimana Proses Konseling dilakukan menurut Psikoanalisis ? Apa saja Teknik Konseling menurut Psikoanalisis ? Tujuan Penulisan Untuk mengetahui Pelopor berdirinya Teori Psikonalisis Untuk mengetahui pandangan mengenai manusia menurut teori Psikonalisis Untuk mengetahui Tujuan Konseling menurut Psikoanalisis Untuk mengetahui Proses Konseling dilakukan menurut Psikoanalisis Untuk mengetahui Teknik Konseling menurut Psikoanalisis BAB II PEMBAHASAN Biografi Sigmund Freud Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, Austria–Hongaria, sekarang Republik Ceko. Ia adalah pionir cikal bakal psikoanalisa. Saat ia berumur empat tahun keluarganya pindah ke Wina dan di situlah dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya. Freud meraih gelar sarjana kedokteran dari Universitas Wina tahun 1881. Selama sepuluh tahun berikutnya dia melakukan penyelidikan mendalam di bidang psikologi, membentuk staf klinik psikiatri, melakukan praktek pribadi di bidang neurologi. Gagasan Freud di bidang psikologi berkembang tingkat demi tingkat. Pada tahun 1895, bekerja sama dengan Breuer ia merilis buku pertamanya yakni Penyelidikan tentang Histeria. Buku berikutnya Tafsir Mimpi terbit tahun 1900. Buku ini merupakan salah satu karyanya yang paling orisinal dan sekaligus paling penting, meski pada awalnya penjualan buku ini lesu, namun mampu membuat namanya terkenal. Di tahun 1902 dia mengorganisir kelompok diskusi masalah psikologi di Wina. Salah seorang anggota pertama yang menggabungkan diri adalah Alfred Adler, dan beberapa tahun kemudian ikut pula Carl Yung. Kedua orang itu akhirnya menjadi ahli ilmu psikologi. Pada saat-saat akhir hidupnya dia terkena kanker pada tulang rahangnya dan sejak tahun 1923 dia mengalami pembedahan lebih dari tiga puluh kali dalam rangka memulihkan kondisinya. Meski begitu, dia tetap bekerja dan menghasilkan beberapa karya penting. Di tahun 1938 saat Nazi menduduki Austria, Sigmund Freud yang sudah berusia 82 tahun dipaksa pergi ke London, setahun kemudian ia meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan enam anak. Teori Psikoanalisis Psikologi freudian atau lebih dikenal dengan psikoanalisis klasik diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Freud merupakan tokoh paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologi Ilmiah. Istilah Psikoanalisis mempunyai 3 arti penting yaitu : (a) teori tentang kepribadian dan psikopatologi (b) metode terapi untuk gangguan kepribadian (c) teknik untuk menginvestasikan pemikiran dan perasaan individu yang tidak disadari. Pandangan tentang manusia Freud memandang manusia secara deterministik. Hal ini mengartikan bahwa manusia sangat ditentukan (disetir) oleh tekanan-tekanan irasional, motivasi yang tidak disadari, dorongan biologis, dorongan naluri serta kejadian psikoseksual pada usia enam tahun pertama dalam kehidupan. Dalam teori Freud Insting atau naluri merupakan hal yang sangat penting. Insting ini dibedakan menjadi dua, yaitu insting hidup (life insting) dan insting mati (death instinct). Insting hidup merupakan kemampuan manusia untuk mempertahankan hidupnya yang mengakibatkan mereka harus tumbuh, berkembang, dan lebih kreatif. Insting mati merupakan dorongan-dorongan agresif yang negatif yang dapat mencelakakan diri sendiri atau orang lain. Dalam teori Freud, jiwa manusia diibaratkan seperti gunung es (iceberg) yang mengambang di lautan luas. Hal yang tampak (yang mengambang) merupakan kesadaran manusia, sedangkan yang terbenam di dalam lautan adalah ketidak sadaran manusia. Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa manusia hanya mengerti sedikit mengenai kesadarannya, sedangkan hal yang tidak disadarinya jauh lebih banyak. Teori Freud menunjukkan suatu sistem kepribadian manusia yang terdiri dari id, ego, superego. Kinerja sistem ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Mereka selaras dalam diri manusia yang disebut dengan psikologis. Id (aspek biologis). Id merupakan sistem kepribadian yang sangat orisinil. Orisinalan ini mengandung pengertian bahwa Id ini merupakan bawaan sejak lahir (herediter) dan semua manusia memilikinya. Sejak manusia lahir, mereka dikuasai oleh Id. Id adalah sumber naluri dan kurang terorganisasi. Pada dasarnya Id selalu mencari kesenangan dan kepuasaan menolak semua rasa sakit. Karena hanya berorientasi pada kesenangan semata. Maka cenderung sering kali id ini mempunyai sifat tidak logis dan tidak bermoral. Id termotivasi oleh dua insting dasar yaitu insting seksual dan insting agresif dimana Freud seringkali menyebutnya sebagai insting distruktif. Letak Id dibawah alam sadar manusia. Ego (aspek psikologis) ego selalu berhubungan dengan dunia nyata. Dalm diri manusia ego mempunyai sifat untuk memerintah, mengatur, mengendalikan kehidupan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa peran ego adalah sebagai mediator yang melakukan sifat kontrol terhadap sikap id yang yang buta dan amoral. Karena berhubungan dengan dunia nyata maka sikap ego ini adalah logis dan bertindak realistis, dengan kata lain ego menjadi penengah antara Id dengan dunia nyata. Superego (aspek moralitas) supergo memiliki kode moral dan pertimbangan hukum. Hal ini mengarahkan superego untuk berbicara tentang nilai-nilai seperti baik dan buruk, benar atau salah, pantas atau tidak pantas. Superego meletakkan segala sesuatunya tidak berdasarkan pada kesenangan lebih pada kesempurnaan. Hal ini mengartikan bahwa super ego berbicara tentang budaya tentang budaya daripada mengenai kebutuhan biologis semata. Freud menyatakan bahwa perkembangan manusia sangat ditentukan oleh usia lima tahun pertama pertumbuhannya. Artinya kepribadian anak sangat ditentukan oleh pengalaman psikis lima tahun pertama. Ada tiga tahapan penting dalam teori freud yaitu tahapan Oral, tahapan Anal, dan tahapan phalic, sedangkan jika manusia memasuki masa remaja, maka tahapan yang penting berikutnya adalah tahap genital. Tahap Oral, tahun pertama dalam kehidupan manusia disebut dengan fase oral. Pada fase awal ini, kepuasaan bayi terletak pada daerah bibir dan rongga mulut. Dua daerah ini merupakan sumber sensitif bagi kepuasaan bayi. Kepuasan atau tidak kepuasan yang dirasakan oleh bayi pada tahap ini akan berpengaruh terhadap kepribadian anak di masa yang akan datang. Lebih lanjut , hubungan antara ibu dan bayi akan memengaruhi perkembangan kemandirian seseorang di masa yang akan datang. Tahap anal, Fase anal ini muncul kira-kira saat bayi berusia antara delapan belas bulan hingga tiga tahun. Pada tahap ini, bayi mulai dapat merasakan nikmatnya antara menahan dan mengeluarkan feses san secara bertahap akan belajar untuk megembalikannya. Pada saat ini diperlukan adanya proses pembelajaran dari orang tua dalam bentuk toilet training. Toilet training akan membantu bayi agar dapat mengontrol dirinya sendiri. Dengan kata lain ada proses pengontrolan Id. Ketidakmampuan orang tua dalam melatih anak untuk mengendalikan buang air, akan berdampak pada kehidupan anak di masa dewasa. Tahap Phalic, pada usia antara tiga hingga enam tahun, daerah erogen anak berpindah. Saat usia ini, daerah erogen anak berada pada alat kelamin. Pada usia ini anak mulai melakukan pengamatan terhadap organ-organ seks. Anak seringkali pada usia ini terkadang lebih memahami hubungan seksual daripada yang dikira oleh orangtuanya. Hal ini dapat terjadi karena (mungkin) anak melihat hubungan seks orangtua nya, mereka berfantasi dengan melihat hubungan seks binatang atau mendengar cerita dan komentar teman-temannya. Pada fase phalik anak seringkali mengalami konflik. Konflik dominan yang sering muncul disebut oedipus complex (pria) dan electra complek (wanita) Tabel tahap perkembangan : Stage Age Range Libidal Focus Developmental Task and Experiences Oral 0-18 months Mouth (sucking, bitting, chewing) Wearning (from breast ar bottle). Separation from mothering one Anal 1,5 – 3 years Anus ( retaining or expelling feces) Toilet training (self-control) Phalic 3 – 6 years Genitals (masturbating) Identifying with same sex adult role model Latency 6 – 12 years None (sexually dormant) Expanding social / peer contacts Genital Puberty Oward Genitals (becoming heterosexually intimate) Establihing intimate / caring relationship ; contributing to society through work Tabel Posisi Hakikat Manusia : S M Sl M Sl M S Freedom Determinism Rationallly Irrationality Holism Elementalism Constitutionalism Environmentalism Changeability Unchangeability Subjectivity Objectivity Proactivity Reactivity Homeostasis Heterostasis knowability Unknownability PENJELASAN Freedom – Determinism Freud adalah seorang ahli psikonanalisis yang sangat fanatik yang menyatakan bahwa kejadian dalam diri manusia seperti tindakan, pikiran, perasaan dan aspirasi sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan insting terutama seks dan agresi. Hal ini mengarahkan kita untuk memahami bahwa perilaku manusia pada dasarnya adalah mekanistik. Hukum perkembangan ini berlaku untuk semua manusia Rationality – irrationality Keyakinan freud bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh insting yang bersifat agresif ini pada akhirnya mengarahkan dia untuk menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang irrasional. Freud berkeyakinan bahwa manusia selalu dikuasai oleh kekuatan Id, dimana sifat Id adalah buta dan hanya mementingkan kesenangan sesaat. Untuk mengejar kesenangan yang bersifat sesaait ini. Maka Id selalu mengabaikan Rasionalitas. Holism – Elementalism Freud berkeyakinan bahwa untuk mengenal manusia, maka manusia ini harus dipelajari secara utuh. Pemahaman secara utuh ini mengarahkan kita untuk melihat struktur kepribadian manusia yaitu id, ego, superego dengan tidak saling memisahkannya. Constitualism- environmentalism Freud pada dasarnya adalah menyatakan bahwa kepribadian manusia di bentuk dari dalam diri manusia itu sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Freud bahwa seluruh kekuatan yang dimiliki Id berasal dari herediter atau bawaan sejak lahir dan merupakan struktur kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing manusia. Akan menjadi apa manusia itu kelak adalah hasil dari sifat-sifat genetik atau sifat bawaan yang dimiliki oleh masing-masing manusia. Changeability – unchangeability Freud berkeyakinan bahwa kepribadian manusi tidak dapat diubah. Hal ini dibuktikan dengan teorinya bahwa kepribadian yang dimiliki oleh manusia pada saat ini merupakan hasil dari pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama usia antara 0 hingga 6 tahun. Pengalaman yang didapat oleh masing-masing manusia pada usia tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian manusia pada masa-masa yang akan datang. Subjectivity – Objectivity Freud meyakini bahwa masing-masing manusia akan hidup dalam dunianya sendiri (private world). Manusia akan hidup dengan perasaannya, emosinya, persepsinya dan bagaimana mereka mengartikan hidup, akan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman masa lalunya. “Dunia” ini akan sangat membantunya freud untuk dapat mengenal masing-masing manusia dan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Walaupun dalam teorinya, dia menyatakan bahwa ada permasalahan-permasalahan yang bersifat objektif (pola asuh orang tua), tetapi keyakinan Freud terhadap Subjektivitas masing-masing individu sangat besar. Proactivity – Reactivity Teori freud menyatakan, bahwa perilaku manusia yang ditampakkan merupakan sebuah dorongan yang dimunculkan dalam diri manusia yang paling dalam (id). Dengan demikian, manusia adalah makhluk yang proaktif. Hanya saja, proaktif yang dimiliki oleh Freud berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh para ahli humanistik. Menurut Freud setiap manusia memiliki dorongan atau motivasi, di mana motivasi ini muncul karena adanya kekuatan Id dan insting. Perilaku yang muncul adalah hasil dari adanya kekuatan-kekuatan tersebut, sehingga dalam tabel, posisi manusia adalah proaktif berada pada kolom moderate. Homeostasis – heterostasis Freud percaya bahwa semua tingkah laku manusia telah diatur oleh kecendrungan untuk mengurangi eksistasi yang diciptakan oleh tegangan jasmani yang tidak mengenenakkan. Id secara terus menerus berusaha untuk mengekspresikan kebutuhannya dan manusia akan bertindak untuk mengurangi tegangan tersebut. Dalam usahanya melepaskan ketegangan tersebut, maka individu akan dikemudikan atau diatur oleh kebebasan Id, sehinggan akan memunculkan kondisi homeostasis. Knowability – Unknowability Menurut pandangan Freud, manusia dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah. Hal ini dikarenakan manusia akan vertindak sesuai dengan kodratnya. Sesuai dengan pernyataan freud bahwa psikoanalisis merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelejari kejiwaan. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka dalam menjalankan usaha untuk memahami manusia harus dilakukan dengan cara-cara yang ilmiah. Manusia Sehat atau Tidak Sehat Manusia Sehat Freud menyatakan bahwa pribadi orang sehat adalah mereka yang dapat mengadakan integrasi antara Id dan Ego. Dalam hal ini fungsi ego dapat berjalan sebagaimana mestinya dan tidak dikuasai oleh Id. Manusia tidak Sehat Orang yang tidak sehat adalah mereka yang mempunyai mekanisme pertahanan diri. Perlu diketahui bahwa mekanisme pertahanan diri yang dimiliki oleh manusia merupakan sesuatu yang tidak disadari dan merupakan rasa bersalah atau penghukuman diri. Adapun jenis pertahanan diri antara lain: Forma Reaksi, merupakan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. Jika perasaan yang ada dapat menimbulkan suatu ancaman, maka individu akan menampakkan perilaku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan yang dapat menimbulkan ancaman tersebut. Identifikasi, individu bertindak atau menanggapi suatu sirkumtasi yang diperkirakan atau dianggap seakan-akan sama dengan yang pernah dialaminya, atau seseorang menyamakan dirinya dengan orang lain, kelompok lain, atau nilai-nilai tertentu. Identifikasi ini sering muncul pada oramg-orang yang memiliki kelemahan dalam konsep diri atau mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu atau disebabkan oleh kesulitan mereka dalam menerima diri sendiri.sebagai contoh, seseorang tidak bisa menerima dirinya, bahwa dia tidak dapat bermain bola dengan baik, maka dia akan mengatakan bahwa dia anggota dari salah satu klub bola terkenal. Pernyataan tersebut adalah upaya untuk menyatakan statusnya. Introjeksi, seorang individu menempatkan keinginan-keinginannya terhadap objek atau individu, seakan-akan benda atau individu tersebut adalah miliknya tanpa memperhatikan apakah benda atau individu tersebut ada atau tidak. Kompensasi, seorang individu melakukan suatu tindakan tertentu (biasanya negatif) karena apa yang dia inginkan tidak bisa didapatkannya, sebagai contoh, seorang anak yang tidak pernah mendapatkan perhatian positif dari gurunya, maka dia akan mengembangkan suatu perilaku yang negatif. Contoh lain, jika seseorang memiliki kelemahan intelektual, maka dia akan sering berlatih olah tubuh dengan harapan dia bisa menjadi binaragawan. Penyangkalan, perlawanan terhadap kecemasan dengan cara “menutup mata” terhadap kejadian yang ada. Misalnya, seorang individu takut terhadap kematian orang tuanya, maka dia menyangkal bahwa orang tuanya telah tiada. Penyangkalan ini muncul karena individu tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Proyeksi, mengalihkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain atau lingkungan, dengan demikian seorang individu dapat menjelekkan atau mengutuk orang lain karena dia yang melakukan tindakan kejahatan tertentu, contoh, seorang laki-laki yang gagal dalam ujian pegawai, maka di akan mengatakan bahwa soal-soal ujian yang diberikan sudah bocor atau panitia penerimaan pegawai tidak Fair. Rasinoalisasi, individu membuat alasan-alasan yang menurtnya dapat “diterima” oleh akal sehat. Dia membuat suatu pemalsuan diri, sehingga kenyataan sebenarnya yang pahit tidak terlalu menyakitkan egonya. Contoh, siswa datang terlambat dan dia takut jika dihukum, maka dia akan memberikan alasan bahwa selama diperjalanan rodanya kempes dan hal yang ia katakan adalah bohong, maka sebenarnya dia melakukan rasionalisasi agar terhindar dari hukuman. Represi, suatu tindakan pencegahan terhadap pemikiran atau perasaan yang tidak menyenangkan, perasaan atau pemikiran yang tidak menyenangkan ini ditekan ke dalam alam bawah sadar. Regresi, salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri dimana seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan (Id terancam) akan memunculkan perilaku-perilaku yang lazim dilakukan anak kecil seperti menangis, merusak barang, berbicara seperti anak kecil, memberontak, melawan, ngebut diperjalanan. Fungsi Konselor Tidak sebagaimana kegiatan konseling yang lain seperti Konseling Terpusat pada Klien dari Rogers, maka konseling psikoanalisis mempunyai ciri unik dalam proses konselornya. Yaitu konselor besikap anonim, artinya konselor berusaha tidak dikenal klien, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar klien dengan mudah memantulkan perasaan kepada konselor. Pemantulan itu merupakan proyeksi klien yang menjadi bahan analisis bagi konselor. Pada tahap awal konseling, konselor membuat suatu hubungan kerja dengan klien, selanjutnya kegiatan konselor adalah mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran terhadap pernyataan klien. Hal yang penting dalam proses konseling adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi klien yaitu suatu keadaan dimana klien melindungi suatu perasaan, trauma, atau kegagalan klien terhadap konselor. Keadaan resistensi klien ditandai oleh munculnya reaksi dalam bentuk pertahanan diri terhadap interpretasi yang tidak mengenakkan dari konselor. Fungsi konselor adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidak sadaran klien yang dilindunginya dengan cara transferensi itu. Proses Konseling Membina Hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi. Teliti terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor. Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi Menutup wawancara konseling Tujuan konseling Tujuan umum terapi psikoanalisis adalah mengembalikan fungsi ego agar dapat lebih kuat atau membuat hal-hal yang tidak disadari oleh konseli menjadi hal yang disadari sepenuhnya. Proses terapeutik difokuskan pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lalu direkonstruksikan kembali, dianalisis, dan ditafsirkan. Dengan demikian, konseli diajak untuk bisa menyadari apa yang telah dilakukan dahulu dan merasakannya, dengan kata lain, perasaan dan ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri menjadi lebih penting. Hubungan antara konselor dan konseli boleh dianggap sangat sedikit. Hal ini dikarenakan seseorang terapis berusaha untuk tidak dikenal oleh konseli dan hanya berbagi sedikit perasaan dengan konseli. Terapis ingin konseli bisa memperoyeksikan dirinya pada terapisn, kemudian konseli dianalisis dan ditafsirkan oleh terapis. Terapis berusaha semaksimal mungkin agar konseli dapat mencapai kesadaran diri, bertindak jujur, mampu menangani kecemasan secara realistis dan bisa mengendalikan tingkah lakunya yang tidak rasional. Terapis berusaha untuk membuat penafsiran-penafsiran untuk mengajari konseli tentang tingkah lakunya sekarang sambil menghubungkannya dengan masa lalu. Freud menyatakan bahwa peran konselor dalam terapi psikoanalisis ini adalah memberikan lingkungan (atmosfer) yang baik untuk mempermudah konseli mengeksplorasi masa lalunya dan memperkuat fungsi ego. Dengan demikian, pada intinya terapis berusaha untuk menolong ego dengan membuatnya sadar atas konflik yang dialami dan menemukan sumber-sumber kebutuhan biologis dan nilai-nilai yang ada, sehingga ego dapat menjadi mediator keduanya yang pada akhirnya dapat membuat keputusan untuk kehidupan yang lebih adaptif. Selanjutnya, Freud menyatakan bahwa dalam proses konseling terapis ini mempunyai dua tugas penting : (1) terapis harus mampu menumbuhkan self-knowledge konseli ; (2) mampu menginterpretasi hal-hal ayang tidak disadari oleh konseli secara akurat. Jika dua tugas itu dapat berjalan secara efektif, maka freud berasumsi bahwa penyebab prilaku menyimpang akan dapat diminimalisasai atau bahkan dihilangkan sama sekali. Teknik Konseling Penafsiran Penafsiran merupakan suatu prosedur dasar yang digunakan untuk mengadakan analisis terhadap teknik asosiasi bebas, mimpi-mimpi, hambatan-hambatan dan transferensi. Dalam penafsiran ini, terapis mencoba untuk menerangkan tentang suatu kejadian atau tingkah laku yang diwujudkan ke dalam mimpi, hambatan-hambatan dan yang ditujukan kepada terapis itu sendiri (tranfrensi). Upaya penafsiran ini bertujuan untuk menyingkap hal-hal yang tidak disadari oleh konseli. Hanya saja, pelaksanaan penafsiran ini harus tepat waktu, karena dikhawatirkan konseli akan menolak apa yang telah ditafsirkan terapis tentang dirinya. Ada aturan main, bahwa penafsiran ini harus dilakukan pada saat konseli sudah mulai masuk ke alam bawah sadar. Corey menyatakan bahwa penafsiran ini sebaiknya dimulai pada hal-hal yang bersifat tidak penting (surface) dan pada saatnya konseli telah siap untuk membicarakan hal yang lebih dalam, maka konselor boleh untuk menggali/mengeksplorasi permasalahan konseli secara detail dengan demikian, hal ini berkaitan dengan waktu. Konselor sebaiknya memahami kesiapan konseli untuk dapat masuk ke dalam permasalahannya. Analisis mimpi Teknik ini dilaksanakan dengan cara membuat konseli tidur dan bermimpi. Teknik ini merupakan suatu prosedur yan penting untuk menyingkap hal-hal yang berada di alam bawah sadar konseli. Selama proses tidur, pertahanan diri konseli mulai lemah dan perasaan-perasaan yang telah lama ditekan akan dapat muncul dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan Freud meyakini bahwa mimpi merupakan refleksi konflik dari tekanan-tekanan dalam kepribadian manusia. Luapan perasaan yang lama ditekan itu akan muncul dalam bentuk mimpi. Freud memandang bahwa mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran. Sebab melalui mimpi itu hasrat-hasrat , kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari akan muncul. Asosiasi Bebas Teknik asosiasi bebas dilakukan karena ada alasan bahwa seringkali terjadi kegagalan pada saat terapis berusaha untuk menghipnotis konseli. Teknik ini merupakan teknik yang utama dalam pendekatan psikoanalisi. Dalam proses ini yang pertama kali dilakukan oleh terapis adalah meminta konseli untuk rileks atau duduk di kursi. Konseli diminta untuk mengosongkan pikirannya dari kegiatan sehari-hari. Kemudian konseli diminta untuk mengungkapkan apa saja yang lewat dibenaknya pada saat itu juga. Apapun yang direspons dalam pikirannya itu harus dikatakan, walaupun apa yang dikatakannya itu menyakitkan, tidak logis, remeh dan sebagainya. Melalui asosiasi bebas konseli dapat memanggil pengalaman-pengalaman masa lalu dan bisa melepaskan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis. Dengan demikian, dengan asosiasi bebas dapat menjadi katarsis bagi konseli. Walau katarsis ini bersifat sementara , tetapi jika konseli merasa “nyaman” maka secara tidak langsung akan memepermudah jalannya terapi. Konselor dapat melacak permasalahan konseli melalui ungkapan-ungkapan bebas yang dinyatakan oleh konseli. Pelacakan ini pada akhirnya akan menemukan sesuatu yang menekan di diri konseli, di mana tekanan itu menjadi simtom perilaku konseli yang menyimpang. Selanjutnya, data-data yang telah dikumpulkan oleh konselor pada akhirnya akan diungkapkan kembali kepada konseli. Kelebihan dan Kelemahan Teori Behavioristik Kekurangan: Pandangannya yang terlalu deterministik di nilai terlalu merendahkan martabat manusia. Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah sepenuhnya tanggung jawab individu sekarang. Terlalu menekankan pada libido, padahal tidak semua hal dapat dijelaskan dengan libido Kelebihan: 1. Konseling psikoanalisa merupakan penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. 2.   Adanya penyesuaian antara teori dan teknik. 3.   Terlalu meminimalkan rasionalitas. BAB III PENUTUP Kesimpulan Psikoanalisa berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai tidak haya dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain di luar psikologi. Teori Psikoanalisa dari freud dapat berfungsi sebagai 3 macam teori, yaitu teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi ( penyembuan). Pada dasarnya psikoanalisa yaitu pendekatan yang membahas kepribadian. Dalam tiga aspek yaitu: Struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, superego. Aspek kedua yaitu dinamika kepribadian, serta yang ketiga perkembangan kepribadian. Saran Demikianlah makalah ini kami susun, pemakalah menyadari tentunya makalah ini masih banyak keasalahan dan kekurangan.Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun.Selanjutnya diharapkan makalah ini bermanfaat bagi kita semua. \\ DAFTAR PUSTAKA Willis, Sofyan . Konseling Individual cet VII . Alfabeta Bandung : Bandung. 2013 Hartono & Boy. Psikologi Konseling. Kencana : Jakarta. 2012 Suryabrata, S. Psikologi Kepribadian. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta . 2000