Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Zionisme Runtuhkan Kekhalifahan Turki Utsmani (53) Sultan Abdul Hamid II Sejak itu, dengan bantuan dana dari para pemodal Yahudi utamanya Dinasti Rothschild, mengalirlah imigrasi orang-orang Yahudi ke Timur Tengah, utamanya Palestina dan daerah-daerah sekitarnya. Gerakan orang-orang Yahudi ini bukannya tidak diketahui oleh orang-orang Arab, pada tahun 1891 beberapa pengusaha Palestina dengan nada prihatin mengirim telegram ke Istambul. Dalam telegram itu, dengan penuh kecemasan, para pengusaha Palestina menyatakan imigrasi orang-orang Yahudi ke wilayahnya akan benar-benar menjadi ancaman jika tidak dihentikan. Lima tahun kemudian, Theodore Hertzl menulis sebuah buku yang secara detil mengajukan konsep tentang upaya pendirian ‘negara Israel’ di Palestina. Buku itu berjudul ‘Der Judenstaat’ atau Negara Yahudi (1896). Bukunya ini segera mendapat sambutan yang hangat dan sebab itu, Hertzl dinobatkan sebagai ‘Bapak Zionisme Modern’. Strategi perjuangan Yahudi, oleh Hertzl, secara singkat bisa diungkapkan dalam sebuah kalimat yang singkat namun penuh arti: “Bila kita tenggelam, kita akan menjadi suatu kelas proletariat revolusioner, pemanggul ide dari suatu partai revolusioner; bila kita bangkit, dipastikan akan bangkit juga kekuasaan keuangan kita yang dahsyat.” Untuk bisa mendirikan negara Yahudi di atas tanah milik bangsa Palestina, maka kaum Yahudi—demikian Hetrzl—harus melaluinya dengan jalan di luar jalan demokratis. Beberapa hal yang harus dilakukan antara lain: memenuhi tanah Palestina dengan orang Yahudi sehingga Yahudi menjadi mayoritas, seiring dengan itu menjadikan warga Palestina sebagai warga minoritas dengan berbagai cara yang bisa dilakukan seperti pembersihan etnis, perang, penyebaran penyakit, pembukaan lahan kerja di negara tetangga, dan sebagainya. Rekayasa demografis ini terus berlangsung hingga hari ini. Selain itu, garda terdepan bangsa Yahudi juga harus memaksakan dunia internasional untuk membuatkan undang-undang yang melegitimasi keberadaan Yahudi di Palestina. Inilah pokok-pokok strategi pendudukan Palestina. Hertzl mengatakan, “Kami akan mengeluarkan kaum tidak berduit (maksudnya bangsa Palestina) dari perbatasan dengan cara membuka lahan-lahan pekerjaan di negara-negara tetangga, dan bersamaan dengan itu mencegah mereka memperoleh pekerjaan di negeri kami. Kedua proses itu harus dilakukan secara senyap.” Sembari mempropagandakan hak sejarah orang-orang Yahudi atas tanah Palestina dan mendelegitimasi keberadaan orang Palestian di tanahnya sendiri, Hertzl kemudian berangkat menemui Sultan Abdul Hamid II yang tengah berada di tampuk kekuasaan Turki Utsmaniyah. Saat itu, Palestina merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan kekhalifahan Turki. Hertzl datang menghadap Sultan dengan satu maksud, untuk mempengaruhinya agar bersedia bekerjasama dengan kaum Yahudi dalam hal penyerahan tanah Palestina. Ini dilakukan Hertzl di tahun 1896, setahun sebelum dirinya menggelar Kongres Zionis Internasional I di Bassel, Swiss. Kala itu kongres tersebut belumlah terpikirkan. Sebenarnya, Hertzl sudah mengerti apa sikap Sultan menghadapi permintaannya ini. Namun Hertzl tidak mau mengira-ngira dan ingin mendengar langsung dari bibir Sultan tentang sikapnya itu. Apalagi Hertzl membawa satu janji menggiurkan dari para pemilik modal Yahudi internasional yang berkenan memulihkan kas keuangan Turki Utsmani yang sedang kosong jika permintaannya dituruti. Namun di luar perkiraan Hertzl, Sultan Mahmud II ternyata memang seorang pemimpin yang sangat tegas, seorang pemimpin yang begitu kuat memegang prinsip, bahkan dengan berani menolak tawaran yang sangat menggiurkan sekali pun. Mendengar permintaan Hertzl yang menginginkan Sultan menghibahkan Palestina kepada kaum Yahudi dengan imbalan bantuan keuangan dalam jumlah sangat besar, Sultan Abdul Hamid II dengan tegas berkata, “Jangan lagi engkau membicarakan soal ini. Saya tidak akan menyisihkan sejengkal pun tanah Palestina karena tanah itu bukan milik saya, tetapi milik rakyat. Rakyat saya berjuang untuk mendapatkan tanah itu dan menyuburkannya dengan darah mereka… Biarkanlah orang Yahudi menyimpan uang mereka yang berjuta-juta banyaknya di peti mereka.[1] Theodore Hertzl Hertzl sangat tersinggung. ‘Bapak Zionisme Modern’ ini pun meninggalkan Turki dengan tangan hampa. Kegagalan ini kelak membuatnya berpikir untuk sesegera mungkin mengumpulkan para tokoh Yahudi dari seluruh dunia, untuk membahas rencana dan strategi yang lebih khusus, action plan, dalam mencapai tujuan akhir yaitu menjadikan bangsa Israel memiliki sebuah tanah airnya sendiri. Hertzl kemudian teringat rencana yang telah dilontarkan oleh Albert Pike, seorang tokoh Illuminati, sebelum kematiannya di tahun 1893. Albert Pike merupakan seorang jenderal Amerika Serikat yang direkrut oleh pemimpin revolusi Italia yang juga seorang Freemason bernama Giuseppe Mazzini, yang kemudian menjadi salah satu tokoh sentral dalam Illuminati. Di kemudian hari, Albert Pike ini juga membentuk Order of Knights of the Ku Klux Klan (KKK) yang melandasi gerakannya pada semangat rasialis untuk menghancurkan semua manusia berkulit hitam (negro) atau selain kulit putih. KKK didirikan di Nashvilee pada tahun 1867 dengan mengunakan lambang Salib Ksatria Malta. Beberapa tahun lalu, Albert Pike menyarankan agar Hertzl menggelar sebuah pertemuan besar, yang dihadiri semua tokoh berpengaruh Yahudi dari berbagai negara, untuk menyusun rencana aksi guna mendirikan sebuah negara bagi kaum Yahudi. Hertzl merasa yakin, inilah momentum yang tepat untuk menabuh genderang persatuan kaum Zionis Internasional bagi sebuah rencana aksi yang besar. Inilah latar belakang diselenggarakannya Kongres Zionis Internasional I. Sesungguhnya, ketika Hertzl tengah menggodok rencana penyelenggaraan Kongres Zionisme Internasional I, Konspirasi Yahudi Internasional mengirim kembali delegasinya yang kini berjumlah tiga orang untuk menghadap Sultan Abdul Hamid II. Mereka adalah Mezrahi Krazu, Jack, dan Lion. Namun Sultan yang mengetahui hal ini menolak menemui mereka dan hanya mengutus salah seorang pejabat istana bernama Takhsin Pasha. Ketiga utusan Yahudi itu dihadapan Takhsin Pasha tidak lagi meminta hibah tanah Palestian seperti halnya yang dilakukan Theodore Hertzl, namun hanya meminta izin agar orang Yahudi diperkenankan memasuki Palestina untuk keperluan ziarah ke tempat-tempat suci mereka dan mendirikan sebuah perkampungan kecil mereka di dekat Yerusalem. Jika permintaan ini disetujui Sultan, maka delegasi itu akan menyerahkan imbalan sebagai tanda terima kasih kepada Sultan berupa janji akan melunasi seluruh hutang pemerintah, akan membiayai berdirinya armada laut yang lengkap dengan kapal-kapal perangnya demi menjaga kedaulatan Turki Utsmani, dan akan memberikan kredit sebesar 35 juta lire uang emas tanpa bunga guna memperkuat keuangan negara dan menghidupkan perekonomiannya. Segera saja Takshin menyampaikan hal ini kepada Sultan. Sikap Sultan tak bergeser sedikit pun. Kepada Takhsin, Sultan Abdul Hamid II berkata, “Takhsin, katakan kepada orang-orang Yahudi itu sebagai berikut: Pertama, hutang pemerintah bukanlah suatu kejahatan. Negara lain seperti Perancis juga tersangkut hutang, dan semua itu tidak mempengaruhinya. Kedua, Baitul Maqdis telah ditaklukkan oleh kaum Muslimin atas pimpinan Umar bin Khattab r.a. Aku tidak bersedia menanggung nama buruk dalam sejarah, bahwa aku telah menjual tanah suci itu kepada Yahudi. Aku tidak mau mengkhianati amanah kaum Muslimin yang telah dipikulkan di atas pundakku. Ketiga, katakan kepada orang-orang Yahudi itu untuk menyimpan saja hartanya sendiri. Pemerintah negara tidak dibenarkan membina aparatur negaranya dengan uang musuh Islam. Dan keempat, ini yang paling penting, suruh mereka segera angkat kaki dari sini, dan jangan boleh lagi mencoba menemui aku atau memasuki tempat ini!”[2] Demikianlah, Yahudi tidak pernah bosan untuk terus mendesakkan kemauan mereka kepada Sultan Abdul Hamid II. Namun lagi-lagi jawaban yang diterima tetap sama. Sebab itu, Konspirasi kemudian memandang harus dicari strategi yang jitu agar kaum Yahudi bisa berkumpul di Palestina dan mendirikan sebuah negara di atasnya. Sejarah Rahasia Iluminati: Upaya Zionis Menciptakan “Negara” (55) Kata-kata Deklarasi ini kemudian digabungkan ke dalam perjanjian damai Sèvres dengan Turki Utsmani dan Mandat untuk Palestina. Deklarasi asli (surat ketikan yang ditandatangani dengan tinta oleh Balfour) ialah sebagai berikut, Foreign Office November 2nd, 1917 Dear Lord Rothschild, I have much pleasure in conveying to you, on behalf of His Majesty’s Government, the following declaration of sympathy with Jewish Zionist aspirations which has been submitted to, and approved by, the Cabinet. “His Majesty’s Government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavours to facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other country.” I should be grateful if you would bring this declaration to the knowledge of the Zionist Federation. Yours sincerely, Arthur James Balfour Dalam bahasa Indonesia, terjemahannya adalah sebagai berikut: Departemen Luar Negeri 2 November 1917 Lord Rothschild yang terhormat, Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet. “Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitaskomunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara-negara lainnya .” Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis. Salam, Arthur James Balfour Dr. Chaim Weizmann, jurubicara terkemuka organisasi Zionisme di Inggris dan pendukung utama gagasan ini merupakan seorang pakar kimia yang berhasil mensintesiskan aseton melalui fermentasi. Aseton diperlukan dalam menghasilkan cordite, bahan pembakar yang diperlukan untuk mendorong peluru-peluru. Jerman memonopoli ramuan aseton kunci, kalsium asetat. Tanpa kalsium asetat, Inggris tak bisa menciptakan aseton dan tanpa aseton takkan ada cordite. Jadi, tanpa cordite, Inggris saat itu mungkin akan kalah dalam Perang Besar. Saat ditanya bayaran apa yang diinginkan, Weizmann menjawab dengan lugas, “Hanya ada satu hal yang saya inginkan: Tanah air buat orang-orang saya.” Ia menerima pembayaran untuk penemuan ini dari pemerintah Inggris: sebuah ‘negara’ Israel di Tanah Palestina. PROTOCOLAT PETINGGI ZIONIS Salah satu ‘hasil’ Kongres Zionis Internasional I adalah apa yang sekarang kita kenal sebagai DokumenProtocol of Zions. Sebuah dokumen rahasia yang berisi 24 butir program penghancuran agama-agama, penghancuran musuh-musuh Zionis, dan taktikstrategi kaum Zionis untuk menguasai dunia. Kongres tersebut menurut beberapa literatur, salah satu keputusannya adalah menobatkan seorang perempuan Perancis menjadi pemimpin Zionis-Masonik di tempat organisasi rahasia itu. Dari sosok perempuan inilah kemudian Protocol of Zions ini bocor keluar. Ada beberapa versi yang mengisahkan kebocoran ini. Ada yang bilang perempuan itu mengatakan kepada temannya dan temannya lalu menceritakan apa yang dia dengar ke luar, ada pula yang mengatakan bahwa dokumen tersebut telah dicuri oleh seseorang dari perempuan tersebut, dan kemudian disebarluaskan. Yang jelas, setelah terjadinya kebocoran itu, para pendeta tertinggi Yahudi mengeluarkan sebuah larangan seorang perempuan menjadi Ketua Freemasonry. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Protocol of Zions, seperti yang ‘diresmikan’ dalam Kongres Zionis Internasional I (1897) ini sebenarnya berasal dari sebuah pertemuan rahasia yang digagas Mayer Amshell Rothschild bersama duabelas tokoh Yahudi berpengaruh di kediamannya di Frankfurt, Jerman, tahun 1773. Dalam pertemuan ini Rothschild juga menyebut nama Adam Weishaupt sebagai orang yang ditunjuk mengepalai Illuminati. Oleh Rothschild, dokumen Protocol of Zions awal ini diberikan kepada Weishaupt yang diberi tugas untuk menjaganya dan menyempurnakannya sesuai dengan perkembangan dunia. Weishaupt pun menyempurnakan dokumen ini. Pada tahun 1782, Weishaupt menggelar sebuah pertemuan rahasia antara Illuminati dan Freemasonry di Wilhelmsbad, Jerman. Dua tahun setelah pertemuan tersebut, mereka sepakat untuk menjalankan strategi bersama. Pada tahun 1784 Adam Weishaupt memerintahkan seorang Jerman kenalannya, Baron Xavier von Zwack, untuk menyusun rancangan penciptaan Revolusi Perancis. Setahun kemudian dokumen itu dikirimkan kepada salah seorang tokoh Illuminati Perancis bernama Robespierre, lewat seorang kurir khusus. Weishaupt menyembunyikan dokumen rahasia tersebut di dalam jahitan baju sang kurir. Di tengah perjalanan, masih di dalam wilayah Bavaria, kurir yang tengah berkuda itu tewas tersambar petir. Ketika polisi Bavaria memeriksa mayat kurir yang sudah hangus tersebut, polisi menemukan sebuah dokumen berjudul Einige Originalschriften des Illuminaten Ordens tersembunyi di baju sang mayat. Dokumen itu segera diamankan dan diberikan kepada seorang pemecah sandi yang kemudian kaget bukan kepalang karena sama sekali tidak pernah memperkirakan ada dokumen yang segila dan sejahat ini. Raja Bavaria sangat murka mengetahui isi dokumen tersebut dan segera saja ia memerintahkan untuk menumpas seluruh pengikut Weishaupt pada bulan Agustus 1785. Markas Illuminati pun digeledah. Adam Weishaupt sendiri dipecat dari jabatannya di Universitas Ingolstadt. Weishaupt kabur ke Gotha. Kawan Weishaupt, Dr. Schwartz, mengamankan seluruh buku koleksi Weishaupt ke Moskow. Di Gotha inilah Weishaupt meninggal dunia pada tanggal 18 November 1830 dalam usia ke 82 tahun. Pada 1897, Profesor Sergey A. Nylus mendapatkan dokumen ini dari seseorang, konon orang itu bernama Alex Nicola Nivieh, Kepala Dinas Rahasia Kekaisaran Rusia. Nylus yang merupakan seorang Pendeta Gereja Ortodoks di Rusia, kemudian menerjemahkan dokumen itu ke dalam bahasa Rusia dan menerbitkannya dalam bentuk selebaran yang segera saja mengundang reaksi dan perhatian yang amat dahsyat di Rusia. Sejarah Rahasia Iluminati: Protocolat Zionis dan Jenderal Albert Pike (56) Tak sampai empat tahun kemudian, 1901, Nylus menerbitkannya menjadi sebuah buku. Dalam waktu sangat singkat, buku ini telah hilang dipasaran. Walau demikian, beberapa cendekiawan Rusia telah membacanya. Orang-orang asli Rusia yang memang tidak menyukai orang-orang Yahudi menuding kaum ini akan mengadakan kudeta terhadap pemerintahannya. Merasa terpojok, para petinggi Yahudi yang berada di Rusia pun menyatakan bahwa dokumen tersebut adalah dokumen palsu yang sengaja dibuat untuk menjelek-jelekkan kaum Yahudi. Namun masyarakat Rusia tidak begitu saja mudah percaya. Apalagi isi dokumen tersebut banyak sekali yang benar-benar terjadi dengan peristiwa-peristiwa dunia. Akibatnya, kemarahan orang-orang Rusia ini menimbulkan pengejaran dan pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi di Rusia dan Eropa Timur. Mengetahui bukunya lenyap dengan cepat, diborong habis dari toko-toko buku, Nylus segera mencetaknya kembali di tahun 1905 dengan tambahan berupa prakata dan aneka komentar darinya. Tetapi buku tersebut lagi-lagi dengan cepat hilang di pasaran. Tahun 1911 kembali dicetak dan mengalami nasib yang sama. Saat naskah tersebut kembali dicetak pada tahun 1917, Rusia yang tengah dilanda bayang-bayang kejatuhan Tsar akibat keberhasilan Revolusi Bolsyewik, para tokoh komunis memerintahkan agar buku tersebut disita dan dilarang beredar di seluruh Rusia. Krensky yang menjatuhkan Kekaisaran Rusia menyatakan, “Barangsiapa yang memiliki buku tersebut, partai komunis akan menjatuhkan hukuman yang berat kepadanya, membuangnya ke kamp kerja paksa di Siberia atau dieksekusi mati.” Jelas, kaum Komunis dalam hal ini membuktikan bahwa dirinya merupakan bagian dari Konspirasi Yahudi Internasional. Sergey A. Nylus sendiri ditangkap oleh polisi rahasia partai Komunis dan setelah mendapat siksaan yang berat kemudian di buang ke sebuah kamp. Nylus kemudian meninggal dunia di Vladimir, pada 13 Januari 1929. Namun, sebelum komunis berkuasa, sebuah buku Nylus telah dibawa oleh seorang rekannya bernama G. Butmi yang kemudian membawa buku tersebut ke Inggris dan menyimpannya di British Museum pada tanggal 10 Agustus 1906. Seorang jurnalis, koresponden surat kabar Inggris The Morning Post, bernama Profesor Victor E. Marsden, pada tahun 1917 menemukan buku tersebut di sebuah perpustakaan di London. Marsden meyakini buku kecil berbahasa Rusia itu sangat penting. Sebab itu dia kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dengan judul “Protocol of the Learned Elder of Zion”. Seperti halnya buku sejenis yang diterbitkan oleh Sergey A. Nylus, buku terjemahan dari Marsden pun selalu habis dipasaran dalam waktu yang singkat. Hingga tahun 1921, buku edisi Inggris ini telah mengalami cetak ulang hingga sedikitnya lima kali. Ada yang mengatakan bahwa buku-buku tersebut sebenarnya diborong oleh kaum Yahudi dan kemudian dibakarnya. Dari buku Marsden inilah, Protocolat Zionis tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.[1] CETAK BIRU PERANG DUNIA Cetak biru Perang Dunia I, II, dan III, juga Revolusi Inggris dan Perancis, telah dirancang oleh Konspirasi Yahudi Internasional lewat tangan Jenderal Amerika Serikat, Albert Pike. Bisa jadi, Albert Pike hanyalah ‘pemain layar’ alias yang disorongkan kepada masyarakat, sedang ‘pemain di belakang layar’ merupakan satu tim yang terdiri dari sejumlah pakar Yahudi yang memang disembunyikan jauh dari keramaian. Jenderal Albert Pike Saat ini, Perang Dunia I dan II telah terjadi. Demikian pula Revolusi Inggris, Revolusi Perancis, dan perang-perang lokal lainnya. Semua dilakukan sebagai ‘tahapan dekonstruksi dunia’ yang setelah hancur akan dibangun kembali berdasarkan ‘konstruksi Ordo Kabbalah’. Dunia akan dibentuk menjadi satu arsitektur, arsitektur Kabbalah. Mengenai Perang Dunia III, memang belum terjadi, namun masyarakat dunia, oleh Konspirasi ini, tengah digiring menuju ke sana agar nantinya dunia benar-benar menjadi tunggangan mereka yang teramat jinak. Semuanya itu, Albert Pike-lah, orang yang dianggap bertanggungjawab. Siapakah jenderal berjenggot lebat tersebut? Albert Pike dilahirkan di Boston, AS, pada tanggal 29 Desember 1809 dari pasangan suami isteri Yahudi, Benjamin dan Sarah Andrews. Pike merupakan anak tertua dari enam bersaudara. Setelah menjalani pendidikan di Harvard, Pike masuk dinas militer. Saat Perang Sipil (1861-1865), Brigadir Jenderal Albert Pike menjadi salah satu pimpinan dari Tentara Konfederasi yang berhadapan dengan Tentara Union. Usai perang, Pike diketahui telah melakukan pengkhianatan dan dipenjara. Namun belum sempat berlanjut, pada 22 April 1866 Presiden Andrew Johnson menyelamatkan dirinya dari penjara. Johnson adalah seorang anggota Freemasonry Amerika saat itu, sama seperti Pike. Keesokan harinya, keduanya bertemu di Gedung Putih. Pada tanggal 20 Juni 1867, Petugas Lodge Freemasonry Scottish Rite menelpon Johnson dan mengundangnya untuk menghadiri penganugerahan ‘kenaikan tingkat yang istimewa’ bagi presiden itu dari derajat keanggotaan yang hanya 4th melompat ke tingkat keanggotaan ke 32nd, dan Johnson kemudian pergi ke Boston untuk meresmikan Kuil Masonik di sana. Sosok Albert Pike sendiri penuh kontroversial. Ada yang menyatakan bahwa dia seorang yang jenius dan mempu berbicara atau menulis dalam 16 bahasa berbeda. Namun ada pula yang menuding bahwa Pike biasa saja, tidak terlalu pintar, dan sering menjiplak karya orang lain dengan mengakui sebagai karyanya sendiri. Walau demikian, Pike memang dikenal sebagai penyair, filsuf, tentara, sukarelawan, humanis, dan lainlain. Pike juga dianugerahi derajat keanggotaan Freemason AS hingga ke derajat 33rd. Dia adalah salah seorang pendiri dari Ancient Accepted Scottish Rite of Freemasonry, dan menjabat sebagai Grand Commander of North American Freemasonry dari tahun 1859 hingga meninggal dunia pada tahun 1891. Di tahun 1869, Albert Pike diketahui juga membentuk organisasi rasialis kulit putih yang bernama Order of the Knights of the Ku Klux Klan (KKK) yang bertahan hingga sekarang. Kehidupan pribadi Albert Pike sangatlah menjijikan. Dia mengakui jika dirinya seorang pemuja setan yang juga melakukan upacara-upacara okultisme dengan segala ritual iblisnya. Selain aktif di Freemasonry dan juga KKK, Pike juga menjabat sebagai Grand Master sebuah kelompok pemuja Lucifer yang dikenal dengan nama The Order of the Palladium yang didirikan di Paris pada tahun 1737. Palladisme awalnya dibawa ke Yunani dari tanah Mesir oleh Pythagoras di abad ke-5 Masehi dan kemudian menjadi bagian inti dari ritual satanisme yang biasa dilakukan di lodge-lodge Masonik dan juga Templar. Tahun 1801, seorang Yahudi bernama Issac Long membawa patung Baphomet ke sebuah Lodge Masonik di Charleston, Carolina Selatan. Lokasi ini dipilih karena Charleston berada tepat di 33rd garis lintang selatan seperti halnya kota Bagdad. Lodge ini kemudian menjadi induk dari semua lodge Masonik di seluruh dunia. Issac Long sendiri terpilih menjadi Grand Masternya. Albert Pike kemudian menggantikan Issac Long dan mengubah nama organisasinya dengan nama Order to the New and Reformed Palladian Rite (Reformed Palladium) yang hanya mengenal dua tingkatan: Adelph (or Brother),dan Companion of Ulysses (or Companion of Penelope).(Bersambung/Rizki Ridyasmara) [1] Buku ‘Protocol of Zions’ edisi Indonesia setahu penulis terbit pertama kalinya pada bulan Juni 1990 dengan judul “Ayat-Ayat Setan Yahudi, Dokumen Rahasia Yahudi Menaklukkan Dunia dan menghancurkan Agama” (PT. Grafikatana Jaya) yang diterjemahkan oleh Drs. Suleiman. Buku ini berasal dari sebuah buku sejenis berbahasa Inggris berjudul “The Protocol of the Learned Elders of Zion, Social Reform Society Edition, Kuwait) yang ditemukan Drs. Suleiman di Perpustakaan Umum Sydney, Australia, pada tahun 1979. Bersambung InsyaaAllah