Prof. Dr. H. Mansyur Ramly, SE., M. Si
Promotor
MKPD
TUGAS
REVIEW JURNAL DAN MAKALAH
STRATEGI SUMBER DAYA MANUSIA
OLEH :
MUH. ASDAR
0008DIM282021
PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU MANAJEMEN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat
dan Karunia-Nya lah sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas MKPD ini
sekalipun dalam bentuk yang sangat sederhana.
Dengan selesainya penulisan makalah dan review jurnal ini, penulis
menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat banyak kekurangan-kekurangan yang disebabkan karena Penulis memiliki
keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan wawasan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya positif guna
penyempurnaan tugas ini.
Dalam proses penyelesaian tugas makalah dan review jurnal ini, penulis
banyak memperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk
materil maupun yang lainnya. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak
terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang
telah membantu.
Akhir kata Penulis mengharapkan, semoga pihak-pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung mendapat berkah dari
ALLAH SWT dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkannya.
Makassar, 05 Juni 2023
Muh. Asdar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................
5
BAB II STRATEGI SUMBER DAYA MANUSIA ..................................
6
A. Strategi Sumber Daya Manusia ......................................................
6
1. Konsep Strategi ........................................................................
6
2. Konsep Strategi Sumber Daya Manusia ..................................
12
B. Praktik Sumber Daya Manusia Strategis ........................................
19
1. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis..............................
20
2. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis Dan Organisasi ....
23
3. Sumber Daya Manusia Sebagai Keunggulan Kompetitif ..........
27
4. Peran Strategis Manajemen Sumberdaya Manusia ....................
29
5. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis Dan Rencana Bisnis
(Strategi) .....................................................................................
32
6. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis Dan Modal Manusia
Pengelolaan ................................................................................
33
BAB III STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA .....
37
A. Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia...................................
37
1. Definisi Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia ................
37
2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia ...............................
48
B. Dampak Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis Pada Organisasi 49
BAB IV PENUTUP .....................................................................................
52
A. Kesimpulan .......................................................................................
52
B. Saran..................................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu aset penting organisasi karena
sumber daya manusia ini menjamin kelangsungan hidup organisasi dan
memungkinkan untuk memperoleh sumber daya lain yang diperlukan dan
memperoleh keuntungan, seperti yang dikemukakan oleh (Mathis and Jackson
2000) bahwa sumber daya manusia pada era sekarang adalah semakin berperan
penting dalam mencapai keberhasilan organisasi. Agar sumber daya manusia
menjadi yang paling berguna bagi suatu organisasi, mereka harus dikelola dengan
baik sesuai dengan tujuan organisasi oleh seorang manajer sumber daya manusia.
Untuk membantu manajer sumber daya manusia mencapai tujuan tersebut, maka
perlu mengembangkan konsep manajemen sumber daya manusia strategis
(Hermansyah et al. 2022).
SHRM telah berkembang pesat sejak tahun 1970 dengan dua perubahan
mendasar dalam literatur, yaitu: pertama, pergeseran dari pendekatan administrasi
kepegawaian lama ke konsep sumber daya manusia yang lebih modern dan, kedua,
model strategis reorientasi generik untuk aspek internal organisasi. . Namun seiring
berjalannya waktu, sejumlah artikel mengusulkan model untuk menjelaskan SHRM
terus tumbuh dan berkembang, terutama setelah revisi teori penting yang disajikan
oleh beberapa penelitian sebelumnya seperti: Wright dan McMahan (1992),
Jackson dan Schuler (1995), Kamoche (1996) dan edisi khusus yang dikhususkan
1
2
untuk topik ini oleh International Journal of Human Resource Management (1997)
dan Human Resource Management Review (1998).
Sementara SDM strategis mengidentifikasi peran SDM dalam proses
penyusunan strategi, istilah strategi SDM mengacu pada tindakan SDM tertentu
yang ada dalam pikiran organisasi untuk berusaha mencapai tujuannya. Organisasi
terpaksa mengembangkan banyak persaingan di antara mereka untuk mendapatkan
lebih banyak pasar, basis pelanggan, peningkatan penjualan, dll. Perubahan yang
cepat akibat globalisasi, kemajuan teknologi/sistem informasi dan faktor lainnya
telah menyebabkan meningkatnya persaingan.
Dalam literatur SHRM, "bundel praktik terbaik HR dan kotak hitam SHRM"
adalah dua masalah teoretis yang mendominasi. Pertama, sekumpulan praktik
dianggap sebagai praktik terbaik untuk meningkatkan kinerja organisasi (Delery
and Doty 1996). Kekhawatiran lainnya menyatakan, mekanisme sebab-akibat yang
tidak diketahui melalui kumpulan praktik SHRM mengarah pada kinerja organisasi,
yang dikenal sebagai "kotak hitam SHRM" (Bowen & Ostroff, 2004). Demikian
juga, sarjana dan praktisi umumnya sepakat bahwa praktik ini tidak mengarah
langsung ke kinerja organisasi dan menanggapi panggilan untuk mengungkap
"kotak hitam" dari SHRM tersebut. Secara historis belum mendapat banyak
perhatian dalam pemahaman tentang mekanisme mediasi atau tautan/proses yang
tampaknya
menjadi
perhatian
penting
dan
melalui
praktik-praktik
ini
mempengaruhi hasil organisasi tetap membingungkan (Batt, 2002; Becker &
Gerhart, 1996; Bowen & Ostroff, 2004; Chadwick & Dabu, 2009; Huselid &
Becker, 2011; Lepak, 2007). Sebagai dukungan, banyak penelitian telah mendorong
3
untuk memeriksa mekanisme yang mendasari antara sistem SDM dengan hasil
kinerja organisasi (Ali, Lei, and Wei 2018).
Mengelola sumber daya manusia dalam organisasi adalah tugas bersama dari
manajer personalia, pelopor manajemen sumber daya manusia (SDM). Beberapa
sarjana, bagaimanapun, membuat HRM sama dengan manajemen personalia,
terlibat dengan penyediaan dukungan staf dalam organisasi (misalnya Guest, 1989).
Sarjana lain menganggap HRM sebagai perbaikan alami metode manajemen
personalia dalam menghadapi lingkungan ekonomi dan bisnis yang berkembang
(Armstrong, 1989 & 2004, dan Fajana 2002). Sistem manajemen orang mengalami
modifikasi tanpa henti, dengan perkembangan terbaru dari manajemen sumber daya
manusia strategis dalam organisasi.
Manajemen sumber daya manusia lebih penting daripada sumber kompetitif
lainnya karena orang- orang ini menggunakan aset yang berbeda dalam organisasi,
membangun daya saing, dan mencapai tujuan. Oleh karena itu, organisasi harus
mengenali teori dan konsep yang muncul dari manajemen sumber daya manusia
yang mengacu pada program dan praktik HRM yang bervariasi antar individu
dalam suatu organisasi. Sebagai bagian dari praktik kerja berkinerja tinggi (HPWP),
HRM yang dipersonalisasi diimplementasikan pada tingkat individu dan mewakili
generasi HRM berikutnya, yang ditandai dengan adopsi analitik SDM canggih dan
kecerdasan buatan (AI) untuk menyediakan solusi SDM yang disesuaikan (Huang
et al. 2023)
4
Tujuan keseluruhan dari manajemen kinerja perusahaan adalah untuk
membangun budaya kinerja tinggi dimana individu dan tim menerapkan
keterampilan mereka dan bertanggung jawab atas peningkatan proses bisnis secara
terus menerus dan berkontribusi untuk mencapai target yang ditetapkan oleh
manajer. Secara khusus, kinerja manajemen dapat dinyatakan sebagai kesamaan
tujuan pribadi karyawan dengan tujuan organisasi mengingat karyawan menjaga
budaya organisasi. Itu membuat harapan untuk didefinisikan dengan jelas dan
disepakati dalam hal peran, tanggung jawab dan akuntabilitas (apa yang diharapkan
untuk dilakukan), keterampilan (apa yang diharapkan untuk dimiliki) dan perilaku
(apa yang diharapkan) (Armstrong 2006).
Manajemen sumber daya manusia strategis menunjukkan konversi yang
relatif baru di bidang manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya
manusia strategis terlibat dengan peran yang dimainkan oleh sistem manajemen
sumber daya manusia dalam kinerja organisasi, terutama berfokus pada aliansi
sumber daya manusia sebagai cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Strategi Sumber Daya Manusia?
2. Bagaiman Konsep Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia?
3. Bagaiman praktik manajemen sumber daya manusia strategis penting bagi
organisasi ?
4. Bagaiman hubungan manajemen sumber daya manusia strategis pada
organisasi ?
5
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Manajemen Sumber
Daya Manusia Strategis menambah keberhasilan organisasi. Secara khusus,
tujuan utama meliputi;
1. Untuk mengetahui Konsep Strategi Sumber Daya Manusia.
2. Untuk mengetahui Konsep Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Untuk mengetahui praktik manajemen sumber daya manusia strategis
penting bagi organisasi.
4. Untuk mengetahui hubungan manajemen sumber daya manusia strategis
pada organisasi.
6
BAB II
STRATEGI SUMBER DAYA MANUSIA
A. Strategi Sumber Daya Manusia
1. Konsep Strategi
Strategi menentukan tujuan jangka panjang dari suatu organisasi, tetapi
juga mencakup bagaimana tujuan tersebut akan dicapai. Makna strategi yang
kedua disampaikan oleh konsep strategic fit yang akan dibahas kemudian.
Fokusnya adalah pada organisasi itu sendiri dan dunia di sekitarnya yang kita
sebut
sebagai
lingkungan
bisnis.
Kecocokan strategis berarti
untuk
memaksimalkan keunggulan kompetitif, organisasi harus mencocokkan
kemampuan dan sumber daya internalnya dengan peluang eksternal yang
tersedia di lingkungan. Jadi, aspek penting dari pekerjaan manajemen puncak
saat ini melibatkan pencocokan kompetensi organisasi (sumber daya,
kapabilitas, dan keterampilan) dengan peluang dan risiko yang diciptakan oleh
perubahan lingkungan dengan cara yang efektif dan efisien bagi organisasi dari
waktu ke waktu. Selanjutnya,
Konsep strategi itu sendiri tidak dapat dipahami secara komprehensif,
sehingga untuk mencapai esensi sebenarnya, konsep ini harus didasarkan pada
sejumlah konsep terkait berikut:
a. Keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif adalah keuntungan yang digunakan untuk
mengamankan keberadaan perusahaan. Keunggulan kompetitif muncul dari
perusahaan yang menciptakan nilai bagi pelanggannya. Untuk mencapainya,
6
7
perusahaan memilih pasar di mana mereka dapat unggul dan menghadirkan
target bergerak kepada pesaing mereka dengan terus meningkatkan posisi
mereka. Berikut adalah dua strategi yang membantu mereka melakukan itu
(Porter 1985):
1) Diferensiasi – yang terdiri dari penawaran produk atau layanan yang
dianggap unik oleh industri;
2) Fokus – melihat kelompok pembeli tertentu atau seluruh pasar produk
secara lebih efektif atau efisien dibandingkan pesaing yang bersaing
lebih luas.
b. Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan merupakan keuntungan
yang digunakan untuk mengamankan tidak hanya keberadaan tetapi juga
pengembangan perusahaan. Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
adalah keunggulan kompetitif yang tidak dapat ditiru atau ditiru oleh pesaing
(Barney 1991). Berikut adalah contoh yang menunjukkan perbedaan sifat
antara keunggulan kompetitif dan keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Keunggulan kompetitif berdasarkan rendahnya harga produk China, situasi
itu tidak akan bertahan selamanya; keunggulan kompetitif berkelanjutan yang
dijamin oleh sektor teknologi tinggi, intensif pengetahuan dan ekonomi
berbasis inovasi.
Keunggulan kompetitif dapat diperoleh dengan menggunakan tiga
strategi generik (Porter 1985): strategi berbasis inovasi (1), strategi berbasis
kualitas (2), dan strategi kepemimpinan biaya (biaya rendah) (3). Saat ini,
8
organisasi sering menggunakan kombinasi dari tiga strategi tersebut untuk
memaksimalkan keuntungan mereka dan meminimalkan kerugian mereka.
c. Kemampuan yang khas.
Kemampuan yang khas adalah kemampuan yang membantu perusahaan
mempertahankan keunggulan kompetitifnya. Distinctive ability adalah
karakteristik yang tidak dapat ditiru oleh pesaing atau hanya dapat ditiru
dengan susah payah. Kemampuan yang dapat direproduksi adalah
kemampuan yang dapat dibeli atau dibuat oleh perusahaan mana pun dengan
keterampilan manajemen, ketekunan, dan sumber daya keuangan yang wajar.
Sebagian besar kemampuan teknis dapat direproduksi. Kemampuan khusus
(ada di bidang-bidang seperti teknologi, inovasi, pemasaran, kualitas, dan
memanfaatkan sumber daya manusia dan keuangan dengan baik) digunakan
untuk menjaga dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Contohnya
adalah: belajar lebih cepat dan menerapkan pengetahuan, keterampilan,
keahlian lebih efektif daripada pesaing; inti, kompetensi unik di semua bidang
yang lebih unggul dari pesaing.
d. Kemampuan strategis
Kemampuan strategis adalah kemampuan yang membantu perusahaan
untuk
menjaga
dan mempertahankan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Kemampuan strategis adalah kemampuan kepemimpinan
dalam perusahaan untuk mengembangkan strategi mereka untuk mencapai
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang meliputi:
9
1) Pilih visi yang paling tepat;
2) Tentukan niat yang realistis;
3) Mencocokkan sumber daya dengan peluang;
4) Mempersiapkan dan melaksanakan rencana strategis.
e. Tampilan berbasis sumber daya
Tampilan berbasis sumber daya adalah pandangan bisnis yang
menyatakan
bahwa
perusahaan
dapat
mengembangkan
keunggulan
berdasarkan sumber daya yang khas dan strategis. Kemampuan strategis
tergantung pada kemampuan sumber daya. Perusahaan adalah organisasi
administratif dan kumpulan orang. Strategi adalah keseimbangan antara
eksploitasi sumber daya yang ada dan pengembangan yang baru (Wernerfelt
1984). Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan berasal dari akuisisi dan
penggunaan efektif kumpulan sumber daya khusus yang tidak dapat ditiru
oleh pesaing (Ferreira et al. 2016).
Strategic intent, strategic management, strategic goals dan strategic
plan adalah konsep yang tidak terpisahkan atau bahkan merupakan bagian
dari konsep strategi.
1) Niat strategis. Secara umum, strategi dapat digambarkan sebagai ekspresi
dari niat organisasi, apa artinya lakukan dan bagaimana hal itu didapat dari
sini, kehadiran ke sana, masa depan. Niat strategis mengacu pada ekspresi
posisi kepemimpinan yang ingin dicapai organisasi dan menetapkan
kriteria yang jelas tentang bagaimana kemajuan menuju pencapaiannya
akan diukur. Maksud strategis bisa menjadi pernyataan visi atau misi yang
10
sangat luas dan/atau bisa lebih spesifik menjabarkan tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai dalam jangka panjang. Maksud strategis telah
didefinisikan sebagai kombinasi dari unsur-unsur berikut (Miller 1996):
(1) visi yang luas, (2) misi yang jelas, (3) tujuan strategis dan (4) tujuan
konkret.
2) Manajemen strategis. Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan
dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan strategi yang
dirancang untuk mencapai tujuan organisasi. Ada dua pandangan tentang
manajemen strategis:
a) Dalam asumsi – fokus diletakkan pada identifikasi misi dan strategi,
alokasi sumber daya, pelaksanaan tujuan.
b) Dalam praktiknya – proses campur aduk, tidak murni, interaktif, penuh
dengan kesulitan, baik secara intelektual maupun politis.
c) Tujuan strategis. Tujuan strategis terkait dengan tempat masa depan di
mana organisasi ingin menjadi apa yang ingin dicapai. Mereka dapat
ditentukan dalam tindakan, diukur dalam hal pertumbuhan, atau
dinyatakan secara umum sebagai aspirasi.
d) Rencana strategis. Rencana strategis adalah ekspresi formal tentang
bagaimana suatu organisasi bermaksud untuk mencapai tujuan
strategisnya. Strategi perusahaan adalah serangkaian pilihan strategis,
beberapa di antaranya mungkin berasal dari latihan perencanaan dan
perdebatan di manajemen senior, dan lakukan dan bagaimana hal itu
didapat dari sini, kehadiran ke sana, masa depan. Niat strategis
11
mengacu pada ekspresi posisi kepemimpinan yang ingin dicapai
organisasi dan menetapkan kriteria yang jelas tentang bagaimana
kemajuan menuju pencapaiannya akan diukur. Maksud strategis bisa
menjadi pernyataan visi atau misi yang sangat luas dan/atau bisa lebih
spesifik menjabarkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam
jangka panjang.
e) Manajemen strategis. Manajemen strategis adalah serangkaian
keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan
strategi yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi (Pearce,
Robinson 1988). Ada dua pandangan tentang manajemen strategis:
-
Dalam asumsi – fokus diletakkan pada identifikasi misi dan
strategi, alokasi sumber daya, pelaksanaan tujuan.
-
Dalam praktiknya – proses campur aduk, tidak murni, interaktif,
penuh dengan kesulitan, baik secara intelektual maupun politis.
-
Tujuan strategis. Tujuan strategis terkait dengan tempat masa
depan di mana organisasi ingin menjadi apa yang ingin dicapai.
Mereka dapat ditentukan dalam tindakan, diukur dalam hal
pertumbuhan, atau dinyatakan secara umum sebagai aspirasi.
-
Rencana strategis. Rencana strategis adalah ekspresi formal
tentang bagaimana suatu organisasi bermaksud untuk mencapai
tujuan strategisnya. Strategi perusahaan adalah serangkaian pilihan
strategis, beberapa di antaranya mungkin berasal dari latihan
perencanaan dan perdebatan di manajemen senior, dan beberapa di
12
antaranya muncul dalam arus tindakan. Istilah yang dekat
maknanya dengan rencana strategis adalah perumusan strategi. Ini
adalah proses untuk mengembangkan rasa arah dan memastikan
kecocokan strategis. Ini sering digambarkan sebagai urusan yang
logis, selangkah demi selangkah, yang hasilnya adalah pernyataan
tertulis formal yang memberikan panduan definitif untuk tujuan
organisasi. Perumusan strategi tidak pernah bisa menjadi proses
yang rasional dan linier seperti yang digambarkan oleh beberapa
penulis atau seperti yang coba dilakukan oleh beberapa manajer.
2. Konsep Strategi Sumber Daya Manusia
a. Definisi Strategis SDM
Strategi Sumber Daya Manusia adalah tentang semua niat dalam
kebijakan Sumber Daya Manusia, praktik untuk mengintegrasikannya dengan
strategi bisnis. Tujuan strategi Sumber Daya Manusia adalah tentang niat
dalam kebijakan dan praktik Manajemen Sumber Daya Manusia sekarang dan
dalam jangka panjang (berkinerja baik di masa sekarang untuk berhasil di
masa depan) (Fombrun et all, 1984). Konten strategi Sumber Daya Manusia
terdiri dari dua elemen berikut (Garcia et al. 1999):
1) Tujuan strategis yaitu hal-hal yang seharusnya dicapai;
2) Rencana aksi yaitu sarana yang diusulkan untuk mencapai tujuan strategis;
Secara umum, jika menyangkut klasifikasi (tipologi) strategi Sumber
Daya Manusia, strategi Sumber Daya Manusia dibagi menjadi kelompok
13
strategi secara keseluruhan dan kelompok strategi tertentu yang disajikan
dalam ilustrasi.
b. Strategi SDM secara keseluruhan dan spesifik
1) Strategi Sumber Daya Manusia secara keseluruhan.
Keseluruhan strategi Sumber Daya Manusia adalah deklarasi niat
yang sangat umum tentang tingkat keterlibatan, kinerja, dan komitmen
yang dinyatakan dan diilustrasikan di bawah ini. Masing-masing dari
keseluruhan strategi Sumber Daya Manusia hampir tidak pernah menjadi
salah satu dari dimensi yang disebutkan di bawah ini. Mereka biasanya
adalah hasil kombinasi dari semuanya.
-
Keterlibatan. Ini terkait dengan fungsi kepegawaian Manajemen
Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi dan semua
kemungkinan jawaban atas pertanyaan krusial: Apa yang harus
dilakukan manajer Sumber Daya Manusia untuk menarik dan memilih
orang yang tepat? (Lawler III 1986).
-
Pertunjukan. Hal ini terkait dengan pengembangan fungsi Manajemen
Sumber Daya Manusia dan semua kemungkinan jawaban atas
pertanyaan: Bagaimana orang harus dikelola dan dikembangkan?
(lihat juga: Strategi Kinerja Tinggi dalam strategi Sumber Daya
Manusia tertentu).
-
Komitmen. Ini terkait dengan mempertahankan fungsi Manajemen
Sumber Daya Manusia dan berusaha untuk menemukan semua
kemungkinan jawaban atas pertanyaan: Apa yang harus dilakukan dan
14
bagaimana memastikan karyawan berkomitmen, termotivasi, terlibat?
(Walton 1985).
Gagasan inti Manajemen Keterlibatan Tinggi adalah:
-
Karyawan sebagai mitra - yang kepentingannya dihormati dan
suaranya didengar;
-
Komunikasi – menggunakan dialog untuk mendefinisikan harapan
dan berbagi informasi tentang misi, nilai dan tujuan;
Gagasan inti Manajemen Kinerja Tinggi, dalam kaitannya dengan
hubungan tujuan-sarana, adalah:
-
Tujuan – berdampak pada kinerja dalam produktivitas, kualitas,
layanan pelanggan, pertumbuhan, laba, dan nilai pemegang saham;
-
Sarana – prosedur rekrutmen dan seleksi, kegiatan pelatihan dan
pengembangan yang ekstensif dan relevan, sistem manajemen gaji
dan kinerja; Gagasan inti Manajemen Komitmen Tinggi, dalam
kaitannya dengan perilaku individu dan interaksi sosial, adalah:
-
Perilaku dan sikap individu – perilaku dan sikap terutama diatur
sendiri daripada dikendalikan oleh sanksi dan tekanan;
-
Hubungan sosial – berdasarkan tingkat kepercayaan yang tinggi;
2) Strategi Sumber Daya Manusia Khusus.
Strategi Sumber Daya Manusia yang spesifik akan lebih detail. Ada
sebelas (11) strategi Sumber Daya Manusia yang teridentifikasi secara
spesifik dalam literatur dan dalam praktik yang menjadi subyek diskusi
terperinci dalam bab terakhir di akhir bagian ini.
15
1) Manajemen Sumber Daya Manusia – memperoleh, menganalisis, dan
melaporkan data tentang arahan Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategis yang bernilai tambah, keputusan investasi.
2) Manajemen Kinerja Tinggi – mengembangkan dan menerapkan sistem
kerja kinerja tinggi.
3) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan – komitmen untuk mengelola
bisnis secara etis untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat
dan lingkungan.
4) Pengembangan Organisasi – program-program yang dirancang untuk
meningkatkan efektivitas organisasi agar berfungsi dan menanggapi
perubahan.
5) Keterlibatan – meningkatkan tingkat keterlibatan karyawan dengan
pekerjaan mereka dan organisasi.
6) Manajemen Pengetahuan – menciptakan, memperoleh, menangkap,
berbagi, dan menggunakan pengetahuan untuk meningkatkan
pembelajaran dan kinerja.
7) Resourcing – menarik dan mempertahankan Sumber Daya Manusia
berkualitas tinggi.
8) Manajemen Bakat – memastikan orang-orang berbakat dibutuhkan
untuk mencapai kesuksesan.
9) Pembelajaran dan Pengembangan – menciptakan lingkungan yang
mendorong karyawan untuk belajar dan berkembang.
16
10) Penghargaan – kebijakan dan praktik penghargaan jangka panjang
yang memajukan pencapaian tujuan bisnis dan memenuhi kebutuhan
pemangku kepentingan.
11) Hubungan Karyawan – mengenai hubungan dengan karyawan dan
serikat pekerja.
c. Mengembangkan strategi SDM yang efektif
Kriteria efektivitas pengembangan strategi Sumber Daya Manusia
secara sederhana berarti mencapai apa yang ingin dicapai, khususnya:
1. Memuaskan kebutuhan bisnis dan pemangku kepentingan;
2. Berdasarkan analisis rinci, bukan angan-angan;
3. Berubah menjadi program aksi yang mengantisipasi persyaratan dan
masalah;
4. Koheren dan terintegrasi, tersusun dari komponen-komponen yang cocok
dan mendukung satu sama lain.
Menurut
Kepala
eksekutif
Peabody,
mantan:
Peabody Trust
mengemukakan bahwa: “Strategi yang efektif adalah yang benar-benar
membuat orang merasa dihargai, memiliki pengetahuan tentang organisasi,
jelas tentang posisi mereka sebagai kelompok, atau tim, atau individu. Itu
harus menunjukkan bagaimana dan apa yang harus mereka lakukan baik
bersama-sama atau secara individu agar sesuai dengan strategi. Yang penting,
itu harus menunjukkan bagaimana orang akan dihargai atas kontribusi mereka
dan bagaimana mereka dapat dikembangkan dan tumbuh dalam organisasi”.
17
Proses pengembangan strategi Sumber Daya Manusia terdiri dari
langkah-langkah berikut. Masing-masing langkah tersebut harus dilakukan
secara efektif untuk menjamin efektivitas proses pengembangan strategi
Sumber Daya Manusia.
1. Persiapan (Gratton 2000)
a) Membangun koalisi pemandu – melibatkan orang;
b) Gambar masa depan - visi bersama;
c) Pahami kemampuan saat ini dan identifikasi kesenjangannya
d) antara aspirasi dan kenyataan;
e) Buat peta sistem - pastikan bahwa bagian-bagian dapat dibangun
menjadi keseluruhan yang bermakna;
f) Buat model dinamika sistem - pastikan bahwa sifat dinamis masa
depan diperhitungkan;
g) Menjembatani ke dalam tindakan - kembangkan prinsip panduan;
melibatkan manajer lini dan membuat tim lintas fungsi untuk
mengidentifikasi tujuan dan indikator kinerja;
2. Integrasi vertikal - untuk mencocokkan strategi bisnis dengan strategi
Sumber Daya Manusia (Gratton 2000).
a) Fit mungkin ada pada suatu saat, tetapi keadaan akan berubah dan fit
tidak ada lagi;
b) Strategi bisnis mungkin tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada
yang cocok dengan strategi Sumber Daya Manusia;
18
3. Integrasi horisontal - untuk membuat semua strategi Sumber Daya
Manusia bekerja dengan baik satu sama lain.
a) Ketika berbagai strategi Sumber Daya Manusia berpadu dan saling
mendukung;
b) Proses integratif - penggunaan sistem kinerja tinggi, keterlibatan tinggi
atau komitmen tinggi; masing-masing terdiri dari seperangkat praktik
kerja pelengkap yang dikembangkan dan dipertahankan secara
keseluruhan;
4. Menetapkan strategi - tergantung pada keadaan, dan dapat mencakup area
tipikal berikut:
a) Basis - elemen kunci dari strategi bisnis; analisis faktor lingkungan dan
budaya;
b) Konten - rincian strategi Sumber Daya Manusia yang diusulkan;
c) Implementasi-strategi diuraikan menjadi program aksi; pusat tanggung
jawab; alokasi sumber daya; komunikasi dan konsultasi; keterlibatan
dan pelatihan;
d) Analisis biaya dan manfaat-untuk seluruh organisasi, unit bisnis,
manajer lini, individu;
5. Identifikasi hambatan:
a) Gagal memahami kebutuhan strategis bisnis;
b) Penilaian faktor lingkungan dan budaya yang tidak memadai;
c) Pengembangan inisiatif yang tidak dipahami dan tidak relevan;
19
6. Mengatasi hambatan:
a) Melakukan analisis kebutuhan awal yang ketat;
b) Merumuskan dan meminta dukungan untuk strategi;
c) Mengevaluasi kemajuan sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan;
B. Praktik Sumber Daya Manusia Strategis
Sumber daya manusia dari organisasi mana pun dapat menjadi awal
keunggulan kompetitif, selama kebijakan dan praktik untuk mengelola orang
dipadukan dengan tujuan dan sasaran strategis organisasi. Manajemen sumber daya
manusia strategis menyoroti pentingnya membangun kesesuaian antara kebijakan
sumber daya manusia dan tujuan strategis organisasi. Di masa lalu, ada beberapa
kontribusi penting untuk literatur yang berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen manusia. Pertimbangan penting telah diarahkan pada
manajemen sumber daya manusia yang banyak dilihat sebagai strategi yang pasti
untuk mengelola orang (Guest, 1997). Menariknya, meskipun para peneliti telah
menyoroti sifat holistik dari manajemen sumber daya manusia, banyak dari
penelitian awal ke dalam konsep yang terkonsentrasi pada rentang isu yang terbatas
dan telah diteliti sebagai sedikit rasional (Delery and Doty 1996).
Namun demikian, dalam dekade terakhir, para peneliti telah berusaha untuk
menunjukkan pentingnya manajemen sumber daya manusia dalam mempengaruhi
kinerja organisasi dan atas dasar inilah minat saat ini dalam manajemen sumber
daya manusia strategis telah berkembang (Cappelli dan Crocker-Hefter, 1996).
Perbedaan lingkungan yang dipercepat, globalisasi, modifikasi untuk menghasilkan
produk dan layanan yang kompetitif, perubahan kebutuhan pelanggan/klien dan
20
investor telah menjadi latar belakang standar bagi organisasi. Untuk bersaing secara
memadai, organisasi harus terus meningkatkan kinerjanya dengan menurunkan
biaya, meningkatkan kualitas, dan membedakan produk dan layanan mereka. Untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan menciptakan keunggulan kompetitif
perusahaan, sumber daya manusia harus berkonsentrasi pada serangkaian preferensi
baru. Preferensi baru ini lebih berorientasi pada perusahaan dan strategis dan
terbatas pada fungsi sumber daya manusia tradisional seperti staf, pelatihan,
penilaian, dan kompensasi. Preferensi strategis termasuk rencana kerja berbasis tim,
tenaga kerja yang fleksibel, praktik peningkatan kualitas, pemberdayaan karyawan
dan kompensasi insentif (Jing dan Huang 2005).
Manajemen sumber daya manusia strategis dirancang untuk mendiagnosis
persyaratan strategis perusahaan dan pengembangan keterampilan terencana yang
diperlukan untuk menerapkan strategi kompetitif dan mencapai tujuan operasional
(Huselid et al., 1997).
1. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis
Menurut (Wright and McMahan 1992) manajemen sumber daya manusia
strategis adalah " pola penyebaran sumber daya manusia yang direncanakan dan
kegiatan yang dimaksudkan untuk memungkinkan perusahaan mencapai
tujuannya" (1992, hal. 298). Ada dua postulat yang tersirat dalam definisi ini
Pertama, organisasi dapat mempengaruhi tingkat hasil perusahaan melalui
manajemen sumber daya manusia mereka dan kedua, perusahaan adalah
kombinasi atau sistem aktivitas manajemen sumber daya manusia yang bekerja
dalam kesepakatan daripada praktik tunggal yang menentukan kemampuan
21
manajemen sumber daya manusia untuk mempengaruhi perusahaan secara
strategis. Meskipun telah ada beberapa kritik, baik penelitian masa lalu maupun
yang baru muncul dalam manajemen sumber daya manusia strategis
menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia memiliki pengaruh
terhadap perusahaan serta tingkat hasil lainnya. Peningkatan volume studi telah
menemukan hubungan yang signifikan antara berbagai ukuran manajemen
sumber daya manusia dan kinerja.
Konflik global, kemajuan teknologi, pemendekan periode bisnis serta
perubahan dari manufaktur ke ekonomi berbasis pengetahuan semuanya telah
mempengaruhi komunitas bisnis dalam pencarian sumber keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan (Dyer and Reeves 1995). Reformasi ini memberi
tekanan pada perusahaan untuk menemukan mata air baru keunggulan
kompetitif. Karyawan dan sistem praktik yang disiapkan untuk menanganinya
sering dilihat sebagai sumber keunggulan kompetitif ini (Wright, Dunford, and
Snell 2001).
Secara historis, manajemen sumber daya manusia telah terlibat dengan
studi bidang fungsional sumber daya manusia tertentu sering diklasifikasikan
sebagai seleksi, pelatihan, penilaian dan kompensasi oleh bidang psikologi
industri dan organisasi (Boxall & Purcell 2001). Penelitian sebelumnya termasuk
studi tentang area fungsional sumber daya manusia khusus ini sebagai sarana
dan tujuan itu sendiri. Misalnya, pelatihan dianggap terpisah dari fungsi lain
dengan penekanan pada metode masukan dan keluaran atau hasil khusus untuk
fungsi pelatihan. Tidak banyak pertimbangan penelitian diberikan kepada
22
bagaimana pelatihan dapat bekerja dalam kesatuan dengan fungsi manajemen
sumber daya manusia lainnya seperti kompensasi atau seleksi atau bagaimana
setiap fungsi sumber daya manusia tingkat individu dapat berdampak pada
kinerja tingkat perusahaan.
Fokus pada bidang fungsional sumber daya manusia yang spesifik ini
menunjuk pada pengetahuan tentang fungsi sumber daya manusia yang spesifik
yang muncul dalam pengasingan satu sama lain tanpa banyak koordinasi di
antara bidang fungsional yang berbeda (Wright & McManan, 1992).
Kebangkitan dari teori strategi dan manajemen strategis (Miles & Snow, 1984,
Porter, 1985) meningkatkan perhatian tentang bagaimana perusahaan dapat
menempatkan diri secara strategis untuk bersaing. Hal ini diamati secara dekat
dengan perhatian yang meningkat tentang bagaimana manajemen sumber daya
manusia dapat menambah proses tersebut (Wright, Dunford, and Snell 2001).
Dengan datangnya teori strategis yang lebih terpusat secara internal seperti
pandangan berbasis sumber daya (RBV), praktik menghubungkan fungsi sumber
daya manusia yang terpisah dengan strategi perusahaan tumbuh menjadi
pandangan yang lebih terpadu tentang bagaimana manajemen sumber daya
manusia sebagai sistem mempengaruhi strategi tingkat perusahaan. yang pada
gilirannya mempengaruhi kinerja.
Manajemen sumber daya manusia strategis menjadi lebih merupakan
pertanyaan tentang bagaimana kumpulan praktik atau teori manajemen sumber
daya manusia dan fungsi sumber daya manusia secara keseluruhan ditambahkan
ke realisasi strategi perusahaan pada tingkat sistem. Ini membuka jalan bagi
23
penelitian yang mencoba memahami kualitas strategis sumber daya manusia dan
sistem sumber daya manusia (Wright, Dunford & Snell, 2001).
2. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis Dan Organisasi
Banyak organisasi mengalami kondisi pasar yang tidak dapat diprediksi.
Untuk membangun dan mempertahankan keunggulan kompetitif dalam situasi
seperti ini, organisasi harus terus meningkatkan kinerja bisnisnya. Semakin,
organisasi menyadari potensi sumber daya manusia mereka sebagai asal
keunggulan kompetitif terus. Terkait dengan ini, lebih banyak organisasi
bergantung pada strategi pengukuran, seperti kartu skor tenaga kerja, untuk
mendapatkan penetrasi ke dalam bagaimana sumber daya manusia dalam
organisasi mereka meningkatkan nilai.
Minat yang berkembang dalam pengukuran semakin meningkat dengan
meningkatnya jumlah studi yang menunjukkan hubungan positif antara
manajemen sumber daya manusia dan kinerja organisasi. Hubungan antara
manajemen sumber daya manusia dan kinerja organisasi telah menjadi topik
yang diperdebatkan selama dua dekade terakhir, dengan sebagian besar
penelitian ilmiah awal berasal dari Amerika Serikat dan, pada tingkat yang lebih
rendah, Inggris. Baik organisasi maupun pendidikan berusaha untuk
membuktikan bahwa manajemen sumber daya manusia memiliki dampak positif
pada produktivitas inti. Berbagai penelitian yang disajikan umumnya
melaporkan hubungan analitik positif antara persetujuan yang lebih besar dari
praktik sumber daya manusia dan kinerja organisasi. Dalam lingkungan di mana
hasil moneter diukur, kegagalan untuk menyelaraskan kebijakan sumber daya
24
manusia dan penerapan praktik menyebabkan pengabaian, dan kemungkinan
kegagalan. Umpan balik dari analisis sangat penting untuk menyempurnakan
dan mengembangkan ide implementasi lebih lanjut, termasuk untuk mempelajari
seberapa baik praktik tersebut benar-benar memberikan hasil yang telah
ditentukan sebelumnya.
Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis adalah model proyeksi
penyebaran dan tindakan sumber daya manusia yang dimaksudkan untuk
memungkinkan organisasi mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Noe et al.
2007). Dengan kata lain, definisi manajemen sumber daya manusia strategis
diwakili oleh tingkat partisipasi dalam eksekutif inti dan kemitraan yang
dilakukan oleh departemen manajemen sumber daya manusia, dan kekhususan
dan konvensionalitas yang dibutuhkan departemen manajemen sumber daya
manusia dalam perencanaan dan pelaksanaan, semua itu, untuk mengamankan
bahwa modal manusia perusahaan menawarkan untuk mencapai tujuan bisnis
Menariknya, minat yang meledak dalam manajemen sumber daya manusia
strategis belum diimbangi dengan pengembangan bentuk teoretis yang cocok
untuk konsep tersebut (Guest, 1997).
Diakui, para peneliti telah memeriksa landasan teoritis dasar manajemen
sumber daya manusia strategis dan banyak yang meminta perumusan teori
manajemen sumber daya manusia strategis (Dyer, 1985). Dua alasan utama
diperhitungkan untuk ulasan ini. Yang pertama adalah bahwa konsep manajemen
sumber daya manusia, yang darinya manajemen sumber daya manusia strategis
dimulai, telah dibatasi oleh kritik tanpa batas karena kerangka teoretisnya yang
25
tidak memadai (Legge, 1994). Alasan kedua, dan mungkin lebih signifikan
adalah bahwa peneliti telah memajukan bidang manajemen sumber daya
manusia strategis dari campuran sudut pandang dengan sedikit pengakuan
perbedaan di antara mereka dan tidak ada upaya yang dilakukan untuk mengenali
benang merah dalam sudut pandang (Delery dan Doty, 1996).
Pengetahuan tersebut penting untuk memungkinkan evaluasi kelayakan
dan persetujuan konsep. Diskusi singkat diusulkan sebagai berikut. Dalam
analisis literatur yang menyeluruh, Delery dan Doty (1996) mengidentifikasi tiga
kategori peneliti dan pandangan yang telah mereka tegaskan dalam membuat
teori manajemen sumber daya manusia strategis.
Kelompok peneliti pertama yang mereka tandai sebagai 'universalis'
terutama sebagai hasil dari minat mereka dalam mengenali kebijakan sumber
daya manusia strategis 'praktik terbaik'. Oleh karena itu, dalilnya adalah bahwa
pilihan kebijakan sumber daya manusia strategis tertentu diantisipasi untuk
menghasilkan peningkatan kinerja organisasi (Kochan dan Dyer, 1993).
Kelompok kedua berteori diidentifikasi oleh Delery dan Doty (1996)
melibatkan para peneliti dengan asumsi pendekatan kemungkinan. Sesuai
dengan kerangka awal perspektif kontinjensi dalam teori organisasi, para peneliti
ini berpendapat bahwa keberhasilan kebijakan manajemen sumber daya manusia
kemungkinan pada keberhasilan pertandingan antara kebijakan sumber daya
manusia dan fase lain dari organisasi. Misalnya, peneliti yang menggunakan
perspektif ini telah menunjukkan bahwa berbagai kebijakan sumber daya
26
manusia mungkin diperlukan pada langkah yang berbeda dalam siklus hidup
organisasi (Bird dan Beecher, 1995).
Kelompok ketiga ahli teori sumber daya manusia strategis diakui oleh
Delery dan Doty (1996) sebagai menggunakan pendekatan `konfigurasi'. Delery
dan Doty (1996, p. 808) mencatat bahwa pendekatan ini lebih rumit dan terdiri
dari peneliti yang berusaha untuk `` mengidentifikasi konfigurasi atau pola
faktor yang tidak biasa, yang dianggap efektif secara maksimal.''
Kelompok peneliti ini dikatakan menangani subjek mereka dari sudut
pandang yang lebih teoretis dan banyak aspek yang mereka kenali mungkin tidak
jelas secara empiris (Doty dan Glick, 1994). Titik mantap dalam tiga sudut
pandang teoretis manajemen sumber daya manusia strategis ini adalah dalil
bahwa manajemen sumber daya manusia strategis terhubung dengan kinerja
organisasi. Meskipun demikian, sementara penelitian intensif dengan kasuskasus bahwa manajemen sumber daya manusia dan manajemen sumber daya
manusia strategis terhubung dengan kinerja, ada sedikit evaluasi pengalaman
tentang hal ini dan pembenaran teoretis yang menjadi dasar hubungan ini telah
dilaporkan sebagai tidak memadai (Tamu, 1997).
Konsekuensinya, persepsi yang lebih baik tentang bagian implementasi
manajemen sumber daya manusia strategis dalam membangun dan mendukung
kinerja organisasi dan keunggulan kompetitif harus dicapai melalui peningkatan
ekstra teoretis dan bukti empiris (Jing dan Huang 2005). Kesimpulannya,
penelitian untuk studi ini termasuk mengkaji pendekatan manajemen sumber
daya manusia strategis. Ini mempelajari hipotesis bahwa organisasi yang
27
menerapkan pendekatan sumber daya manusia strategis mencapai kinerja yang
lebih tinggi daripada organisasi yang tidak. Penelitian ini akan berkonsentrasi
pada masalah ini dan akan menambah pengumpulan informasi tentang dampak
implementasi sumber daya manusia strategis terhadap kinerja organisasi.
3. Sumber Daya Manusia Sebagai Keunggulan Kompetitif
Teori keunggulan kompetitif dikemukakan oleh Michael Porter. Porter
menegaskan bahwa keunggulan kompetitif berasal dari perusahaan yang
menciptakan makna bagi pelanggannya. Porter menekankan pentingnya
diferensiasi, yang terdiri dari mengelola produk atau layanan 'yang dianggap
berbeda dari segi industri', dan berkonsentrasi melihat kelompok pembeli atau
pasar produk yang berbeda 'lebih memadai atau efisien daripada pesaing yang
bersaing lebih luas'. Porter kemudian mengembangkan kerangka tiga
universalnya yang terkenal. Strategi yaitu efektivitas biaya, diferensiasi, fokus
yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Pendapat Porter yang diterima secara universal menyiratkan bahwa penentu
lingkungan bisnis memengaruhi kinerja organisasi.
Pandangan berbasis sumber daya menegaskan bahwa keunggulan
kompetitif muncul dari sumber daya internal yang dikelola oleh organisasi
(Wernerfelt, 1984; Barney, 1991). Gagasan bahwa sumber daya internal suatu
organisasi dapat menunjukkan keunggulan kompetitif adalah keberangkatan
penting dari sebelumnya pandangan strategi yang terkonsentrasi pada
lingkungan eksternal dan faktor-faktor seperti industri, pelanggan, dan pesaing
(Miles dan Snow 1984; Porter 1985). Pandangan berbasis sumber daya
28
menawarkan representasi teoretis tentang bagaimana sumber daya manusia suatu
organisasi dapat, pada kenyataannya, menambah kinerja dan keunggulan
kompetitif. Pandangan berbasis sumber daya menunjukkan bahwa sistem
sumber daya manusia dapat menambah keunggulan kompetitif berkelanjutan
dengan membantu pengembangan kompetensi yang berbeda dengan organisasi.
Kinerja lebih baik yang berkelanjutan dari banyak organisasi telah dikaitkan
dengan kemampuan yang tidak biasa dalam menangani sumber daya manusia
untuk mencapai keunggulan kompetitif. Pandangan berbasis sumber daya juga
menegaskan bahwa dasar keunggulan kompetitif suatu organisasi pada dasarnya
terletak pada pemanfaatan sejumlah besar sumber daya yang berharga di kendali
perusahaan. Menurut pandangan ini, keunggulan kompetitif bervariasi dari
model
manajemen
strategis
yang
berfokus
pada
lingkungan
dalam
penekanannya pada hubungan antara sumber daya dalam organisasi, strateginya,
dan kinerjanya.
Sebaliknya, sejauh sistem sumber daya manusia menghambat penyatuan
kompetensi baru dan/atau menghentikan kompetensi yang ada, mereka dapat
menambah kerentanan organisasi dan kerugian kompetitif. Pada tahun-tahun
terakhir abad ke-20, manajemen telah berevolusi untuk mengakui bahwa orang,
bukan produk, pasar, uang tunai, bangunan, atau peralatan, adalah pembeda
penting dari usaha bisnis. Semua sumber daya organisasi, selain orang, tidak
aktif. Mereka adalah sumber daya pasif yang membutuhkan aplikasi manusia
untuk menghasilkan nilai. Solusi untuk mempertahankan organisasi yang sukses
atau ekonomi yang kuat adalah potensi tenaga kerja.
29
4. Peran Strategis Manajemen Sumberdaya Manusia
Peran manajemen sumber daya manusia secara teratur menemui kesulitan
dalam mempertahankan tempatnya dalam organisasi. Pada periode yang cukup
panjang ketika ada anggaran yang cukup, organisasi dengan mudah
membenarkan
pengeluaran
untuk
pengembangan
kapasitas
karyawan
(pelatihan), penempatan staf, bonus/penghargaan dan sistem hubungan
karyawan, tetapi ketika dihadapkan pada kesulitan keuangan, sistem sumber
daya manusia seperti itu mendapatkan pengurangan tercepat. Munculnya
manajemen sumber daya manusia strategis, didedikasikan untuk memeriksa
peran sumber daya manusia dan strategi bisnis, menghadirkan satu peluang
untuk membuktikan nilainya bagi organisasi. Awal manajemen sumber daya
manusia strategis dapat ditelusuri kembali ke tahun 1984 ketika Devanna,
Fombrun, dan Tichy meneliti secara luas hubungan antara strategi bisnis dan
sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia sebagai suatu disiplin
telah melihat banyak perubahan selama 32 tahun terakhir. Modifikasi ini
mewakili dua transformasi utama. Yang pertama adalah transformasi dari bidang
manajemen personalia menjadi manajemen sumber daya manusia. Yang kedua
adalah transformasi dari bidang manajemen sumber daya manusia menjadi
bidang manajemen sumber daya manusia strategis. Konsolidasi transformasi
pertama membantu realisasi bahwa orang merupakan aset penting dalam
organisasi dan dengan demikian dapat dikelola secara sistematis. Transformasi
kedua dibangun di atas basis pengetahuan disiplin sebelumnya. Transformasi ini
30
didasarkan pada identifikasi bahwa selain saling mengatur kebijakan dan praktik
sumber daya manusia, juga perlu dikaitkan dengan kebutuhan organisasi.
Memang kebutuhan ini ditampilkan dalam strategi perusahaan,
transformasi "manajemen sumber daya manusia" ini berkembang menjadi
dikenal sebagai "manajemen sumber daya manusia strategis".
Manajemen sumber daya manusia strategis didasarkan pada kesadaran
bahwa organisasi dapat menjadi lebih efisien jika sumber daya manusianya
dilakukan dengan kebijakan dan praktik sumber daya manusia yang
menghasilkan jumlah orang yang tepat dengan perilaku yang relevan,
kompetensi yang diperlukan, dan tingkat motivasi dasar untuk organisasi.
Temuan penelitian tentang pengembangan fungsi sumber daya manusia,
Jamrog & Overholt (2004:1) menyatakan bahwa “selama 100 tahun terakhir,
profesional manajemen sumber daya manusia terus berkembang dan berubah,
menambah tanggung jawab yang semakin banyak dan berbeda”. Pernyataan ini
menunjukkan bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia telah berkembang
beberapa langkah, dari zaman kuno melalui zaman industri, kontrol ilmiah,
gerakan hubungan manusia, dll, hingga model mitra bisnis strategis yang ada.
Untuk sebagian besar sejarahnya, sumber daya manusia terutama berkonsentrasi
pada fase administrasi manajemen sumber daya manusia, kecuali akhir-akhir ini,
dengan panggilan keras untuk manajemen sumber daya manusia untuk menjadi
mitra bisnis yang vital (Ulrich, 1997; Brockbank 1999; Lawler III & Mohrman,
2000; dan Lawler III & Mohrman, 2003). Oleh karena itu, beberapa otoritas tidak
dapat membedakan antara manajemen sumber daya manusia tradisional dan
31
manajemen sumber daya manusia strategis. Manajemen sumber daya manusia
tradisional bersifat transaksional, terutama berkaitan dengan memberikan
dukungan administratif dalam hal perekrutan, kompensasi, dll. (Rowden, 1999;
dan Wei, 2006). Ulrich (1997) menjelaskan bahwa fungsi sumber daya manusia
telah menjadi fungsi administratif yang diawasi oleh personel yang perannya
biasanya terfokus pada pengendalian biaya dan administrasi proyek. Oleh karena
itu, mengelola orang adalah tanggung jawab manajer sumber daya manusia.
Manajemen sumber daya manusia adalah "sistem formal untuk pengelolaan
orang dalam organisasi" (Bateman & Zeitham (2001:8), manajemen sumber
daya manusia hanyalah “kegiatan organisasi, yang diarahkan untuk menarik,
mengembangkan dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif”. Banyak
kegiatan administrasi yang terkait dengan penanganan sumber daya manusia
organisasi - pelatihan dan pengembangan, kinerja berkualitas, dll. dilakukan
secara memadai untuk mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan (Inyang,
2001:8a). Transformasi model dari aspek administrasi manajemen sumber daya
manusia menyebabkan munculnya manajemen sumber daya manusia strategis
sebagai generasi baru dari tanggung jawab inti nilai tambah atau fungsi
manajemen sumber daya manusia. Penekanan manajemen sumber daya manusia
strategis adalah mitra bisnis strategis. Sekarang meningkatkan keunggulan
kompetitif organisasi dengan menghasilkan orang- orang berkualitas tinggi dan
dengan membantu manajer bisnis secara strategis menguraikan fungsi modal
manusia dalam organisasi (Rowden, 1999). Manajemen sumber daya manusia
strategis sangat percaya bahwa kecenderungan organisasi yang penting atau
32
perilaku kinerja penting, untuk pencapaian tujuan bisnis tertentu. Berbeda
dengan manajemen sumber daya manusia lama yang mencakup berbagai praktik
ketenagakerjaan, meliputi rekrutmen/seleksi, manajemen kinerja/penilaian,
pelatihan/pengembangan dan administrasi kompensasi/tunjangan, manajemen
sumber daya manusia strategis mencerminkan desain dan pemanfaatan sumber
daya manusia yang lebih jinak. untuk mencapai tujuan organisasi, dan akibatnya
membantu organisasi mencapai keunggulan kompetitif (Wei, 2006).
5. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis Dan Rencana Bisnis (Strategi)
Strategi bisnis yang baik, yang memungkinkan untuk berhasil, dinilai dari
faktor manusia. Salah satu penentu pendorong di balik evaluasi dan pencatatan
faktor manusia ini (data sumber daya manusia) adalah kebutuhan akan informasi
yang cukup untuk dimasukkan ke dalam metode perumusan strategi bisnis. Di
sebagian besar organisasi, orang yaitu modal manusia adalah aset yang
menonjol.
Pengetahuan, talenta, dan kapabilitas orang-orang harus digunakan dan
diterapkan secara maksimal jika organisasi ingin menghasilkan nilai. Nilai yang
tidak pasti dari sebuah organisasi yang terletak pada orang-orang yang terlibat
mendapatkan pengakuan dari para analis dan investor, dan umumnya sekarang
ditegaskan bahwa ini memiliki indikasi untuk kinerja berkelanjutan jangka
panjang. Akibatnya terlalu sederhana untuk mengasumsikan bahwa manajemen
sumber daya manusia strategis berasal dari strategi bisnis. Keduanya harus samasama informatif. Cara orang ditangani, digerakkan, yaitu dimotivasi dan
33
dikerahkan serta ketersediaan kemampuan dan keahlian, semuanya akan
membentuk strategi bisnis.
Secara umum untuk melihat strategi bisnis yang terkait erat dan
dikonsolidasikan ke dalam manajemen sumber daya manusia strategis,
menggambarkan pengelolaan berbagai sumber daya dalam organisasi. Strategi
sumber daya manusia individu dapat dibentuk oleh strategi bisnis. Oleh karena
itu, jika strategi bisnis adalah tentang meningkatkan layanan pelanggan, hal ini
dapat diubah menjadi rencana peningkatan kinerja.
6. Pengelolaan Sumberdaya Manusia Strategis Dan Modal Manusia
Pengelolaan.
Penelitian yang berbeda telah membahas bahwa manajemen sumber daya
manusia strategis dan manajemen modal manusia adalah sama, dan tentunya
konsep manajemen sumber daya manusia strategis menyamakan definisi yang
lebih luas dari manajemen modal manusia dengan cukup baik sebagai definisi
sifat-sifat utama dari sumber daya manusia strategis berikut ini. manajemen oleh
Dyer dan Holder (1998) menunjukkan:
a. Tingkat organisasi - karena strategi melibatkan resolusi tentang tujuan
utama, strategi / kebijakan utama dan distribusi sumber daya, mereka
cenderung dibentuk di atas.
b. Fokus - kebijakan/strategi didorong oleh bisnis dan berkonsentrasi pada
efektivitas organisasi; karenanya dalam pandangan ini, orang (modal
manusia) dipandang secara fundamental sebagai sumber daya yang harus
diarahkan menuju pencapaian tujuan/sasaran bisnis strategis.
34
c. Kerangka - kebijakan berdasarkan sifatnya menyajikan struktur pemersatu
yang sekaligus komprehensif, berbasis kemungkinan dan konsolidasi.
Mereka menggabungkan keseimbangan lengkap dari tujuan dan aktivitas
sumber daya manusia yang dibuat khusus agar sesuai dengan lingkungan
yang ada dan untuk bersama-sama memperkuat atau kolaboratif.
Pembahasan ini dipusatkan atas dasar bahwa manajemen sumber daya
manusia dan manajemen modal manusia bertumpu pada premis bahwa manusia
ditangani sebagai aset dan bukan biaya dan keduanya berpusat pada pentingnya
memilih rencana terpadu dan strategis untuk mengelola modal manusia
(manusia) yang merupakan kepentingan para pemangku kepentingan dalam
suatu organisasi, bukan hanya fungsi manajemen manusia.
Namun
demikian,
teori
manajemen
sumber
daya
manusia
menyeimbangkan dan memperkuat konsep manajemen sumber daya manusia
strategis daripada menggantikannya (Armstrong, M et al 2002), yaitu:
a. Membawa kesadaran akan pentingnya 'manajemen melalui pengukuran',
tujuannya adalah untuk menetapkan garis yang jelas antara kesepakatan
sumber daya manusia dan kesuksesan organisasi.
b. Memberikan arahan tentang apa yang diukur, dengan apa mengukur dan
bagaimana berkomunikasi pada hasil pengukuran.
c. Menekankan pentingnya menggunakan pengukuran untuk menunjukkan hal
itu dengan lebih baik
d. Manajemen manusia adalah mencapai hasil yang lebih baik dan
menunjukkan jalan yang dilalui manusia strategi sumber daya harus pergi.
35
e. Memperkuat pengakuan akan kebutuhan untuk mendasarkan strategi dan
metode pengelolaan sumber daya manusia atas dasar penciptaan nilai melalui
orang-orangnya dan dengan demikian memajukan pencapaian tujuan
organisasi.
f. Menjelaskan hubungan antara manajemen sumber daya manusia dan bisnis
strategi.
g. Mendorong keyakinan manajemen sumber daya manusia bahwa modal
manusia (orang) adalah aset bukan biaya.
h. Menyoroti peran spesialis sumber daya manusia sebagai sekutu bisnis
Oleh karena itu, manajemen sumber daya manusia dan manajemen sumber
daya manusia dapat dianggap sebagai elemen penting dalam metode pengelolaan
orang dan keduanya menetapkan dasar untuk menghasilkan keunggulan modal
manusia melalui strategi berbasis sumber daya.
Cara lain untuk melihat korelasi antara manajemen sumber daya manusia
strategis dan modal manusia adalah transformasi modal manusia menjadi nilai
organisasi. Evaluasi modal manusia bermanfaat karena memberikan informasi
mengenai yang berlaku dan kemungkinan kemampuan modal manusia untuk
memperkenalkan pengembangan strategi. Kemenangan bisnis akan tercapai jika
organisasi berhasil menangani sumber daya manusia untuk mewujudkan potensi
tersebut dan membenahinya dalam produk dan layanan yang memiliki nilai
pasar.
Oleh karena itu, manajemen sumber daya manusia strategis dapat dilihat
sebagai struktur atau kerangka kerja yang menentukan di mana analisis,
36
pelaporan, dan manajemen proses ini berlangsung dan menjamin bahwa mereka
saling memperkuat. Modal manusia karenanya menginformasikan dan pada
gilirannya dibentuk oleh manajemen sumber daya manusia yang strategis tetapi
tidak menggantikannya.
37
BAB III
STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Definisi Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
Tinjauan teori Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis dalam
Organisasi yaitu:
1) Teori: Pandangan Berbasis Sumber Daya (RBV)
RBV adalah teori yang berpendapat bahwa organisasi dapat
memperoleh
keunggulan
kompetitif
dengan
mengembangkan
dan
mengeksploitasi sumber daya mereka. Sumber daya manusia dianggap
sebagai sumber daya yang berharga, dan SHRM dapat membantu organisasi
untuk mengembangkan dan mengeksploitasi sumber daya manusia mereka
dengan kegiatan seperti: (1) Recruiting and selecting the right people, (2)
Training and development, (3) Compensation and rewards, and (4) Work-life
balance.
2) Teori Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis oleh Gary Dessler.
Teori Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis (Gary Dessler)
adalah pendekatan yang menyeluruh dalam mengelola sumber daya manusia
(SDM) dalam organisasi dengan fokus pada pencapaian tujuan strategis
organisasi. Dalam teori ini, Gary Dessler mengemukakan bahwa SDM bukan
hanya sebagai aset penting organisasi, tetapi juga sebagai sumber daya yang
strategis yang dapat memberikan keunggulan kompetitif.
37
38
Beberapa poin kunci dari Teori Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategis oleh Gary Dessler antara lain:
a) Pengintegrasian SDM dengan Strategi Organisasi: Teori ini menekankan
pentingnya menghubungkan kebijakan dan praktik manajemen SDM
dengan tujuan strategis organisasi. SDM harus dianggap sebagai mitra
strategis yang membantu organisasi mencapai keunggulan kompetitif.
b) Pemenuhan Kebutuhan SDM: Organisasi harus memastikan keberadaan
dan pengembangan SDM yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan
strategisnya. Proses rekrutmen, seleksi, dan pengembangan karyawan
harus disesuaikan dengan kompetensi yang diperlukan untuk mendukung
strategi organisasi.
c) Manajemen Kinerja: Teori ini mendorong adanya sistem manajemen
kinerja yang efektif untuk mengukur, mengelola, dan meningkatkan
kinerja karyawan. Evaluasi kinerja yang teratur dan umpan balik yang
konstruktif menjadi bagian penting dalam mengarahkan perilaku
karyawan menuju pencapaian tujuan organisasi.
d) Pengembangan Karir dan Pemenuhan Karyawan: Organisasi harus
memiliki program pengembangan karir yang jelas dan kesempatan untuk
pertumbuhan karyawan. Dengan memberikan peluang dan insentif yang
tepat, organisasi dapat memotivasi karyawan untuk berkontribusi secara
maksimal.
e) Komunikasi dan Hubungan Kerja yang Efektif: Teori ini menekankan
pentingnya komunikasi yang terbuka, transparan, dan efektif antara
39
manajemen dan karyawan. Hubungan kerja yang baik dan saling percaya
akan meningkatkan kinerja dan komitmen karyawan terhadap organisasi.
f) Manajemen Perubahan: Teori ini mengakui pentingnya manajemen
perubahan yang efektif dalam menghadapi dinamika lingkungan bisnis
yang terus berubah. Organisasi harus siap untuk beradaptasi dan
mengubah kebijakan SDM sesuai dengan tuntutan strategis.
3) Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis: Tinjauan oleh Paul E. Sparrow
dan Cary L. Cooper.
Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis adalah buku yang ditulis
oleh Paul E. Sparrow dan Cary L. Cooper. Sayangnya, sebagai model bahasa
AI, saya tidak memiliki akses langsung ke konten buku atau bahan tertulis
apa pun. Namun, saya dapat memberikan informasi umum tentang
manajemen sumber daya manusia strategis.
Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis adalah pendekatan yang
mengintegrasikan fungsi-fungsi sumber daya manusia dengan tujuan strategis
organisasi. Buku ini mungkin membahas konsep dan praktik-praktik yang
berhubungan dengan topik ini. Beberapa topik yang mungkin dibahas dalam
buku ini termasuk:
a) Perencanaan Sumber Daya Manusia: Pendekatan strategis untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini dan di masa depan, termasuk
rekrutmen, seleksi, dan pengembangan karyawan.
40
b) Pengembangan Karyawan: Strategi dan praktik pengembangan
karyawan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan individu
agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
c) Manajemen Kinerja: Proses mengukur, memantau, dan meningkatkan
kinerja karyawan agar sejalan dengan tujuan organisasi.
d) Kompensasi dan Penghargaan: Strategi kompensasi yang sesuai dengan
strategi bisnis organisasi dan penggunaan penghargaan untuk
memotivasi karyawan.
e) Manajemen Perubahan: Mengelola perubahan organisasi dan mengatasi
resistensi terhadap perubahan dalam konteks sumber daya manusia.
4) Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis: Pendekatan Kontemporer oleh
Michael A. Huselid, Brian E. Becker, dan Randall S. Beatty
Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis adalah buku yang ditulis
oleh Michael A. Huselid, Brian E. Becker, dan Randall S. Beatty. Teori ini
membahas tentang pentingnya manajemen sumber daya manusia (SDM)
dalam mencapai keunggulan kompetitif bagi sebuah organisasi.
Teori ini menyoroti konsep dan praktik manajemen SDM strategis yang
berfokus pada penggunaan sumber daya manusia sebagai sumber daya yang
berharga dan penting dalam mencapai tujuan organisasi. Para penulis
membahas pentingnya melihat SDM sebagai aset strategis yang dapat
memberikan keunggulan kompetitif melalui pengelolaan yang efektif.
Beberapa topik yang dibahas dalam buku ini meliputi:
a) Peran manajemen SDM dalam mencapai strategi organisasi.
41
b) Pengukuran kinerja SDM dan hubungannya dengan kinerja organisasi.
c) Pengembangan strategi kompensasi dan manfaat untuk mendorong
kinerja yang tinggi.
d) Manajemen talenta dan pengembangan karyawan.
e) Hubungan antara manajemen SDM dan inovasi organisasi.
f) Peran teknologi informasi dalam manajemen SDM strategis.
5) Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia: Efikasi Diri (Self-Efficacy) oleh
Albert Bandura.
Salah satu teori strategi manajemen sumber daya manusia yang
berhubungan dengan efikasi diri adalah teori Efikasi Diri (Self-Efficacy
Theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori ini berfokus pada
keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mencapai tujuan dan
tugas tertentu.
Menurut teori Efikasi Diri, efikasi diri merupakan faktor penting yang
memengaruhi motivasi, kinerja, dan pencapaian individu. Keyakinan individu
terhadap kemampuan dirinya sendiri akan mempengaruhi sikap, motivasi,
dan usaha yang mereka lakukan dalam mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan.
Dalam konteks manajemen sumber daya manusia, efikasi diri memiliki
implikasi penting dalam pengembangan karyawan dan peningkatan kinerja
organisasi. Berikut ini adalah beberapa strategi manajemen sumber daya
manusia yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri individu:
42
a) Penugasan yang Tantang dan Memotivasi.
Memberikan tugas dan proyek yang menantang, tetapi masih sesuai
dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang menantang dapat
membantu
individu
mengembangkan
kepercayaan
diri
dan
meningkatkan efikasi dirinya.
b) Dukungan dan Umpan Balik Positif.
Mendorong dan memberikan dukungan kepada karyawan untuk
menghadapi tantangan dan mencapai tujuan mereka. Memberikan
umpan balik yang positif dan konstruktif tentang kemajuan mereka
dapat memperkuat keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya.
c) Model Peran yang Positif.
Menunjukkan contoh dan model peran yang memiliki efikasi diri yang
tinggi dalam mengatasi tantangan dan mencapai tujuan. Hal ini dapat
mempengaruhi individu untuk mengembangkan keyakinan diri mereka
sendiri.
d) Pelatihan dan Pengembangan.
Menyediakan pelatihan dan pengembangan yang sesuai untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan. Dengan
meningkatkan kompetensi, individu akan merasa lebih percaya diri
dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
e) Penciptaan Lingkungan yang Mendukung.
Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan
pengembangan individu. Hal ini dapat meliputi budaya organisasi yang
43
mendorong eksperimen, inovasi, dan pembelajaran, serta dukungan tim
dan manajemen yang positif.
f) Pemberian Tanggung Jawab dan Otonomi.
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tanggung
jawab dan otonomi dalam pekerjaan mereka. Hal ini dapat
meningkatkan rasa memiliki dan kontrol diri, yang pada gilirannya akan
meningkatkan efikasi diri.
g) Perencanaan Karir dan Tujuan yang Jelas.
Membantu karyawan merencanakan karir mereka dengan memberikan
tujuan dan sasaran yang jelas. Dengan memiliki visi dan arah yang jelas,
individu akan lebih termotivasi dan memiliki keyakinan yang lebih
tinggi terhadap kemampuan mereka untuk mencapai tujuan tersebut.
Implementasi strategi-strategi ini dapat membantu meningkatkan
efikasi diri individu dalam konteks manajemen sumber daya manusia.
Efikasi diri yang tinggi akan mempengaruhi motivasi, kinerja, dan
pencapaian individu, sehingga berdampak positif pada kinerja keseluruhan
organisasi.
Dalam teori Efikasi Diri (Self-Efficacy Theory), terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efikasi diri
individu. Berikut ini adalah beberapa indikator yang umum digunakan:
44
a) Percaya Diri dalam Kemampuan Pribadi (Confidence in Personal
Abilities).
Individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka
memiliki
keterampilan,
pengetahuan,
dan
kemampuan
yang
diperlukan untuk berhasil dalam tugas atau situasi tertentu.
b) Keyakinan dalam Mengatasi Tantangan (Belief in Overcoming
Challenges).
Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka
dapat mengatasi hambatan, tantangan, dan rintangan yang muncul
dalam mencapai tujuan mereka.
c) Ketahanan Terhadap Kegagalan (Resilience to Failure).
Individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi memiliki ketahanan
dan kemampuan untuk bangkit setelah mengalami kegagalan. Mereka
melihat kegagalan sebagai pembelajaran dan terus berusaha untuk
mencapai tujuan mereka.
d) Motivasi yang Tinggi (High Motivation).
Individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung memiliki motivasi
yang kuat untuk mencapai tujuan mereka. Mereka merasa yakin
bahwa usaha yang mereka lakukan akan menghasilkan hasil yang
diinginkan.
e) Mengambil Inisiatif (Taking Initiative).
Individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung proaktif dan
mengambil inisiatif dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Mereka
45
merasa yakin bahwa mereka dapat mempengaruhi hasil dan membuat
perubahan yang positif.
f) Ketekunan (Persistence).
Individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi memiliki ketekunan
yang tinggi dalam menghadapi tantangan. Mereka tidak mudah
menyerah dan terus berusaha meskipun menghadapi hambatan dan
kegagalan.
g) Berani Menghadapi Perubahan (Readiness to Embrace Change).
Individu dengan efikasi diri yang tinggi memiliki keberanian dan
kesiapan untuk menghadapi perubahan. Mereka merasa yakin bahwa
mereka dapat beradaptasi dan berhasil dalam menghadapi situasi yang
baru dan berbeda.
6) Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia: Berbagi Pengetahuan
Terdapat beberapa teori strategi manajemen sumber daya manusia yang
berhubungan dengan berbagi pengetahuan. Berikut ini adalah dua teori yang
relevan:
a) Teori Pendorong (Motivational Theory).
Teori ini menekankan pentingnya motivasi individu dalam berbagi
pengetahuan. Ada beberapa pendekatan dalam teori ini, termasuk:
-
Teori Motivasi Ekstrinsik: Berfokus pada penggunaan insentif
dan penghargaan eksternal untuk mendorong karyawan berbagi
pengetahuan. Ini dapat meliputi pengakuan, penghargaan
finansial, atau promosi.
46
-
Teori Motivasi Intrinsik: Berfokus pada kepuasan intrinsik yang
diperoleh individu dari berbagi pengetahuan itu sendiri. Hal ini
dapat
diperkuat
dengan
memberikan
kesempatan
untuk
pengembangan pribadi, tantangan yang menarik, dan otonomi
dalam berbagi pengetahuan.
b) Teori Pembelajaran Organisasi (Organizational Learning Theory).
Teori ini menekankan pentingnya pembelajaran organisasi dan
pertumbuhan pengetahuan kolektif dalam mencapai keunggulan
kompetitif. Beberapa pendekatan dalam teori ini adalah:
-
Pembelajaran Kolaboratif: Mendorong kolaborasi dan interaksi
antara karyawan untuk berbagi pengetahuan. Ini dapat dilakukan
melalui proyek tim, pertemuan rutin, atau platform berbagi
pengetahuan yang didukung teknologi.
-
Pembelajaran Berbasis Praktek (Practice-based Learning): Fokus
pada pembelajaran melalui pengalaman nyata dan refleksi. Dalam
konteks berbagi pengetahuan, ini dapat melibatkan dokumentasi
pengalaman sukses dan kegagalan serta memfasilitasi proses
refleksi dan transfer pengetahuan.
Manajemen sumber daya manusia strategis (HRM) adalah proses
menyelaraskan kebijakan dan praktik HRM dengan tujuan strategis organisasi.
HRM strategis dapat berkontribusi pada ketahanan organisasi. Misalnya, sebuah
studi oleh [1] menemukan bahwa organisasi dengan praktik HRM berkinerja
tinggi lebih mungkin bertahan dari krisis. Studi lain oleh [2] menemukan bahwa
47
organisasi dengan fokus yang kuat pada pengembangan karyawan lebih tahan
terhadap perubahan (Yu et al. 2022).
Bangbon et al. (2023) mengemukakan bahwa terdapat beberapa teori yang
dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara strategic human resource
management (SHRM) dan kinerja organisasi. Salah satu teori yang paling
populer adalah pandangan berbasis sumber daya (RBV). RBV berpendapat
bahwa
organisasi
dapat
memperoleh
keunggulan
kompetitif
dengan
mengembangkan dan mengeksploitasi sumber dayanya, termasuk sumber daya
manusianya. SHRM dapat membantu organisasi untuk mengembangkan dan
mengeksploitasi sumber daya manusia mereka dengan kegiatan seperti:
a. Merekrut dan memilih orang yang tepat: SHRM dapat membantu
organisasi untuk merekrut dan memilih orang yang tepat untuk pekerjaan
yang tepat. Ini dapat membantu organisasi untuk menciptakan tenaga kerja
yang terampil, berpengetahuan luas, dan termotivasi.
b. Pelatihan dan pengembangan: SHRM dapat membantu organisasi untuk
memberikan kesempatan pelatihan dan pengembangan bagi karyawan
mereka. Hal ini dapat membantu karyawan untuk meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan mereka, yang dapat mengarah pada peningkatan kinerja.
c. Kompensasi dan penghargaan: SHRM dapat membantu organisasi
merancang sistem kompensasi dan penghargaan yang adil dan kompetitif. Ini
dapat membantu untuk menarik dan mempertahankan karyawan berkinerja
tinggi.
48
d. Keseimbangan kehidupan kerja: SHRM dapat membantu organisasi
menciptakan keseimbangan kehidupan kerja yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan karyawan. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kinerja dan
kepuasan karyawan.
2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Yu et al. (2022) bahwa HRM strategis dapat berkontribusi
pada ketahanan organisasi yaitu:
1) HRM strategis dapat membantu membangun tenaga kerja yang kuat.
Tenaga kerja yang kuat adalah tenaga kerja yang berpengetahuan,
terampil, dan termotivasi. Karyawan ini lebih mampu beradaptasi dengan
perubahan dan menanggapi tantangan.
2) HRM strategis dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung. Lingkungan kerja yang mendukung adalah lingkungan yang
ditandai dengan kepercayaan, kerja sama, dan rasa hormat. Faktor-faktor
ini dapat membantu melindungi karyawan dari efek negatif stres dan
kesulitan.
3) HRM strategis dapat membantu mengembangkan budaya ketahanan.
Budaya ketahanan adalah budaya yang menghargai kemampuan
beradaptasi, fleksibilitas, dan inovasi. Nilai-nilai ini dapat membantu
organisasi untuk menanggapi perubahan secara lebih efektif.
Menurut (Tran Huy and Dinh 2022) kemudian meninjau bukti empiris
tentang efektivitas HRM yang dipersonalisasi. Mereka menemukan bahwa HRM
yang dipersonalisasi secara positif terkait dengan sejumlah hasil organisasi,
49
termasuk kepuasan, keterlibatan, dan kinerja karyawan. Mereka juga
menemukan bahwa HRM yang dipersonalisasi dapat membantu organisasi untuk
menarik dan mempertahankan talenta terbaik, dan untuk mengurangi biaya
pergantian.
B. Dampak Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis Pada Organisasi
Teori yang digunakan dalam beberapa studi tentang dampak HRM strategis
pada organisasi adalah pandangan berbasis sumber daya perusahaan. Pandangan
berbasis sumber daya berpendapat bahwa perusahaan heterogen dalam sumber daya
dan kemampuan mereka, dan bahwa perbedaan ini dapat menjadi sumber
keunggulan kompetitif. HRM strategis dapat membantu perusahaan untuk
mengembangkan dan memperoleh sumber daya dan kemampuan yang dapat
berkontribusi pada ketahanan organisasi (Yu et al. 2022). Berikut adalah beberapa
dampak mengenai hubungan antara HRM strategis dan organisasi:
1. HRM Strategis dapat membantu membangun tenaga kerja yang kuat. Tenaga
kerja yang kuat adalah tenaga kerja yang berpengetahuan, terampil, dan
termotivasi. Karyawan ini lebih mampu beradaptasi dengan perubahan dan
menanggapi tantangan.
2. HRM strategis dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung. Lingkungan kerja yang mendukung adalah lingkungan yang
ditandai dengan kepercayaan, kerja sama, dan rasa hormat. Faktor-faktor ini
dapat membantu melindungi karyawan dari efek negatif stres dan kesulitan.
3. HRM strategis dapat membantu mengembangkan budaya ketahanan. Budaya
ketahanan adalah budaya yang menghargai kemampuan beradaptasi,
50
fleksibilitas, dan inovasi. Nilai-nilai ini dapat membantu organisasi untuk
menanggapi perubahan secara lebih efektif.
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa SHRM berhubungan positif
dengan kinerja organisasi. Misalnya, sebuah studi oleh (Hermansyah et al. 2022)
menemukan bahwa organisasi dengan sistem kerja berkinerja tinggi, yang
merupakan jenis SHRM, memiliki tingkat produktivitas dan profitabilitas yang jauh
lebih tinggi daripada organisasi dengan sistem kerja berkinerja rendah. Dalam
konteks organisasi, SHRM dapat membantu meningkatkan kinerja organisasi
dengan:
Menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas tinggi: SHRM dapat
membantu organisasi untuk menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas
tinggi dengan memberikan gaji dan tunjangan yang kompetitif, dan dengan
menciptakan lingkungan kerja yang positif.
1. Meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan: SHRM dapat
membantu organisasi untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan
dengan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan mereka, dan dengan menyediakan lingkungan
kerja yang mendukung kesejahteraan karyawan.
2. Meningkatkan inovasi dan kreativitas: SHRM dapat membantu organisasi
untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas dengan memberikan kesempatan
bagi karyawan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, dan dengan
menciptakan budaya yang menghargai inovasi dan kreativitas.
51
3. Meningkatkan layanan pelanggan: SHRM dapat membantu organisasi untuk
meningkatkan layanan pelanggan dengan memberikan pelatihan dan sumber
daya kepada karyawan yang mereka butuhkan untuk memberikan layanan
pelanggan yang sangat baik.
52
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Strategi SDM dan MSDM memiliki peran yang sangat penting dalam
kesuksesan sebuah organisasi. Kedua strategi ini saling terkait dan saling
mendukung dalam mengelola dan mengoptimalkan potensi manusia di dalam
organisasi.
2. Strategi SDM mencakup perencanaan, perekrutan, seleksi, pengembangan,
penilaian, dan penggajian karyawan. Tujuan strategi SDM adalah untuk
menciptakan dan mempertahankan tim yang berkualitas tinggi, memiliki
keterampilan yang relevan, dan berkontribusi secara efektif dalam mencapai
tujuan organisasi.
3. Strategi MSDM melibatkan pengaturan kebijakan, prosedur, dan praktik terkait
manajemen sumber daya manusia. Ini mencakup pengembangan budaya
organisasi yang mendukung pertumbuhan dan kinerja karyawan, pengelolaan
kinerja, manajemen talenta, kompensasi dan manfaat, serta pengelolaan
hubungan industri.
4. Integrasi antara strategi SDM dan MSDM menjadi penting untuk menciptakan
sinergi yang kuat dan keberlanjutan organisasi. Strategi SDM yang efektif akan
membantu organisasi dalam menarik dan mempertahankan karyawan berbakat,
sedangkan strategi MSDM yang baik akan memastikan karyawan tersebut
dikelola dengan baik dan diberdayakan untuk mencapai kinerja optimal.
52
53
5. Implementasi strategi SDM dan MSDM harus didasarkan pada analisis yang
mendalam tentang kebutuhan organisasi, tantangan yang dihadapi, serta tren
dan perubahan lingkungan bisnis. Perencanaan yang matang dan adaptabilitas
terhadap perubahan menjadi kunci sukses dalam menghadapi tantangan dan
memanfaatkan peluang yang ada.
6. Keterlibatan aktif dari pimpinan organisasi dalam strategi SDM dan MSDM
sangat penting. Mereka harus menjadi penggerak utama dalam mengadvokasi
pentingnya SDM yang efektif, mendukung kebijakan dan program SDM, serta
memberikan contoh kepemimpinan yang baik kepada seluruh anggota
organisasi.
B. Saran
1. Perhatikan Integrasi Strategi SDM dan MSDM. Pastikan ada koordinasi yang
baik antara strategi SDM dan MSDM. Integrasi yang solid antara kedua strategi
ini akan membantu memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan
menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi organisasi.
2. Investasikan dalam Pengembangan Karyawan. Berikan perhatian yang cukup
pada pengembangan karyawan. Dengan memberikan pelatihan, pendidikan,
dan kesempatan pengembangan karir, organisasi dapat meningkatkan keahlian
dan keterampilan karyawan mereka. Ini tidak hanya akan membantu organisasi
mencapai kinerja yang lebih baik, tetapi juga dapat meningkatkan keterlibatan
dan retensi karyawan.
3. Gunakan Pendekatan Strategis dalam Pengelolaan Kinerja. Terapkan
pendekatan yang strategis dalam pengelolaan kinerja. Buatlah tujuan yang
54
jelas, berikan umpan balik dan pengakuan yang konstruktif kepada karyawan,
dan berikan dukungan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang tinggi.
Dengan memperkuat pengelolaan kinerja, organisasi dapat merangsang
motivasi karyawan dan mencapai hasil yang lebih baik.
4. Pertimbangkan Keseimbangan Antara Fleksibilitas dan Stabilitas. Dalam
merancang strategi SDM dan MSDM, pertimbangkan keseimbangan antara
fleksibilitas dan stabilitas. Organisasi harus mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan bisnis yang cepat, namun tetap mempertahankan
kestabilan dan kontinuitas operasional. Ini melibatkan penggunaan kontrak
kerja fleksibel, pengelolaan talenta, dan pengembangan sistem yang responsif
terhadap perubahan.
5. Bangun Budaya Organisasi yang Mendorong Keterlibatan dan Kolaborasi.
Fokuslah pada pembangunan budaya organisasi yang mendorong keterlibatan,
kolaborasi, dan inovasi. Dukung komunikasi terbuka, berikan ruang untuk
partisipasi karyawan, dan promosikan kerja tim yang efektif. Dengan
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi, organisasi dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas.
6. Terus Mengikuti Perkembangan dan Tren Terkini. Perhatikan perubahan dan
tren terkini dalam bidang SDM dan MSDM. Perkembangan teknologi,
perubahan demografi, dan tantangan bisnis baru akan terus mempengaruhi
strategi SDM dan MSDM. Oleh karena itu, penting untuk terus memperbarui
pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini, dan beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, Shen Lei, and Xiao-Yong Wei. 2018. “The Mediating Role of the
Employee Relations Climate in the Relationship between Strategic HRM and
Organizational Performance in Chinese Banks.” Journal of Innovation &
Knowledge 3(3): 115–22.
Armstrong, Michael. 2006. Strategic Human Resource Management A Guide To
Action 4th Ed. Kogan Page Limited.
Bangbon, Pensri et al. 2023. “Strategic Human Resource Management for
Organizational Performance of Thai Higher Education Institutions.” Journal
of Positive Psychology and Wellbeing: 897–911.
Delery, John E, and D Harold Doty. 1996. “Modes of Theorizing in Strategic
Human Resource Management: Tests of Universalistic, Contingency, and
Configurational Performance Predictions.” Academy of management Journal
39(4): 802–35.
Dyer, Lee, and Todd Reeves. 1995. “Human Resource Strategies and Firm
Performance: What Do We Know and Where Do We Need to Go?”
International Journal of human resource management 6(3): 656–70.
Ferreira, Manuel Portugal, Fernando Ribeiro Serra, Benny Kramer Costa, and
Martinho Almeida. 2016. “A Bibliometric Study of the Resource-Based View
(RBV) in International Business Research Using Barney (1991) as a Key
Marker.” Innovar 26(61): 131–44.
Garcia, René, Rose-Marie Vouimba, Michel Baudry, and Richard F Thompson.
1999. “The Amygdala Modulates Prefrontal Cortex Activity Relative to
Conditioned Fear.” Nature 402(6759): 294–96.
Gratton, Lynda. 2000. Living Strategy: Putting People at the Heart of Corporate
Purpose. FT Press.
Hermansyah, Hermansyah, Martinus Tukiran, Erna Herlina, and Muhammad Tito
Andrianto. 2022. “A Review of Strategic Human Resources Management in
Organization.” Budapest International Research and Critics Institute-Journal
(BIRCI-Journal) 5(2).
55
56
Huang, Xiaoyu et al. 2023. “Personalized Human Resource Management via HR
Analytics and Artificial Intelligence: Theory and Implications.” Asia Pacific
Management Review.
Lawler III, Edward E. 1986. High-Involvement Management. Participative
Strategies for Improving Organizational Performance. ERIC.
Mathis, Robert L, and John Harold Jackson. 2000. Human Resource Management.
South-Western College Pub.
Miller, Danny. 1996. “Configurations Revisited.” Strategic management journal
17(7): 505–12.
Tran Huy, Phuong, and Thi Ngoc Quynh Dinh. 2022. “Training Perception and
Work Engagement: The Mediating Role of Organisational-Based Self-Esteem
and Self-Efficacy.” Central European Business Review 11(2): 19–40.
Wright, Patrick M, Benjamin B Dunford, and Scott A Snell. 2001. “Human
Resources and the Resource Based View of the Firm.” Journal of management
27(6): 701–21.
Wright, Patrick M, and Gary C McMahan. 1992. “Theoretical Perspectives for
Strategic Human Resource Management.” Journal of management 18(2): 295–
320.
Yu, Jingjing et al. 2022. “A Study of the Impact of Strategic Human Resource
Management on Organizational Resilience.” Behavioral Sciences 12(12): 508.
LINK GOOGLE DRIVE JURNAL:
https://drive.google.com/drive/folders/19fY9bHIMc81Mf7_9EFw9HjNf2oAQhD
pB?usp=sharing
57
LAMPIRAN
HASIL REVIEW JURNAL
JURNAL 1
Judul
Penulis
Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
A Study of the Impact of Strategic Human Resource Management
on Organizational Resilience
Jingjing Yu, Lingling Yuan, Guosheng Han Hui Li, and Pengfei
Li.
Behav. Sci. 2022, 12, 508 https://doi.org/10.3390/bs12120508
2022
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak
manajemen sumber daya manusia strategis (SHRM) pada
ketahanan organisasi. Secara khusus, penulis ingin menguji peran
mediasi dan moderasi dari self-efficacy dan self-management
dalam hubungan antara SHRM dan ketahanan organisasi.
Sampel penelitian terdiri dari 379 karyawan perusahaan Cina.
Variabel penelitian adalah SHRM, self-efficacy, self-management,
dan ketahanan organisasi. SHRM diukur menggunakan skala yang
menilai sejauh mana organisasi menggunakan praktik seperti
manajemen bakat, manajemen kinerja, dan kompensasi dan
manfaat untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan
karyawan. Self-efficacy diukur dengan menggunakan skala yang
menilai keyakinan karyawan dalam kemampuan mereka untuk
berhasil melakukan pekerjaan mereka. Manajemen diri diukur
dengan menggunakan skala yang menilai kemampuan karyawan
dalam mengendalikan emosi, pikiran, dan perilakunya. Ketahanan
organisasi diukur dengan menggunakan skala yang menilai
kemampuan organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan dan
bangkit kembali dari keterpurukan.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi
sendiri. Data dianalisis menggunakan model persamaan struktural
(SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SHRM memiliki dampak
positif terhadap ketahanan organisasi. Self-efficacy memainkan
peran mediasi dalam hubungan antara SHRM dan ketahanan
organisasi. Manajemen diri memiliki efek moderat pada hubungan
antara SHRM dan ketahanan organisasi. Secara khusus, hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara SHRM dan
58
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Kesimpulan
ketahanan organisasi lebih kuat pada karyawan dengan tingkat
manajemen diri yang tinggi.
Studi ini memiliki beberapa kekuatan. Pertama, ini adalah salah
satu studi pertama yang menyelidiki peran mediasi dan moderasi
dari self-efficacy dan self-management dalam hubungan antara
SHRM dan ketahanan organisasi. Kedua, penelitian ini
menggunakan sampel besar karyawan dari perusahaan China.
Ketiga, penelitian ini menggunakan SEM untuk menganalisis
data. SEM adalah teknik statistik yang kuat yang memungkinkan
peneliti menguji hubungan kompleks antar variabel.
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, penelitian
dilakukan di China, dan hasilnya mungkin tidak dapat
digeneralisasikan ke negara lain. Kedua, penelitian ini
menggunakan data yang dilaporkan sendiri, yang mungkin bias.
1. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa SHRM dapat
meningkatkan ketahanan organisasi dengan meningkatkan
self-efficacy karyawan dan manajemen diri. Organisasi dapat
meningkatkan ketahanan mereka dengan mengadopsi praktik
SHRM yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan
kemampuan karyawan, memberi mereka peluang untuk
tumbuh dan berkembang, dan menciptakan lingkungan kerja
yang mendukung.
2. Selain kelebihan dan kekurangan yang telah disebutkan di atas,
penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Pertama,
penelitian ini tidak mengontrol faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi ketahanan organisasi, seperti ukuran
organisasi, industri, dan lokasi. Kedua, penelitian ini bersifat
cross-sectional, artinya tidak dapat membangun kausalitas
antara SHRM dan ketahanan organisasi. Penelitian di masa
depan harus mengatasi keterbatasan ini dengan menggunakan
desain longitudinal dan mengendalikan faktor lain yang dapat
mempengaruhi ketahanan organisasi
JURNAL 2
Judul
Penulis
Strategic Human Resource Management for Organizational
Performance of Thai Higher Education Institutions
1. Pensri Bangbon
2. Teeradej Snongtaweeporn
3. Sukhumpong Channuwong
4. Suchart Katangchol
5. Patcha Raktakanishtha
6. Keskamol Pleansamai
7. Pisit Ongcharoen
8. Pongkit Ekvitayavetchanukul
9. Samran Klaysud
59
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Kesimpulan
Journal of Positive Psychology & Wellbeing
Vol. 7, No. 2, 897 – 911
2023
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan
antara manajemen sumber daya manusia strategis (SHRM) dan
kinerja organisasi di lembaga pendidikan tinggi Thailand.
Sampel penelitian terdiri dari 1.200 karyawan dari 100 institusi
pendidikan tinggi Thailand.
Variabel penelitian adalah praktik SHRM (perekrutan dan seleksi,
pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, kompensasi dan
tunjangan, dan hubungan karyawan) dan kinerja organisasi
(kepuasan mahasiswa, kepuasan pengajar, kepuasan karyawan,
dan reputasi institusional).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikelola
sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik SHRM berhubungan
positif dengan kinerja organisasi. Hubungan terkuat ditemukan
antara praktik SHRM dan kepuasan mahasiswa, kepuasan
fakultas, dan kepuasan karyawan.
1. Salah satu studi pertama yang menyelidiki hubungan antara
SHRM dan kinerja organisasi di institusi pendidikan tinggi
Thailand.
2. Studi ini menggunakan ukuran sampel yang besar, yang
meningkatkan generalisasi temuan.
3. Penelitian menggunakan desain penelitian survei, yaitu metode
pengumpulan data yang reliabel dan valid.
1. Penelitian dilakukan di satu negara, Thailand. Oleh karena itu,
temuan ini mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke negara
lain.
2. Penelitian ini menggunakan data yang dilaporkan sendiri. Jenis
data ini dapat menjadi bias, karena responden mungkin
termotivasi untuk menampilkan diri mereka secara positif.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa praktik SHRM
merupakan faktor penting dalam menentukan kinerja organisasi di
lembaga pendidikan tinggi Thailand. Institusi yang menerapkan
praktik SHRM yang efektif cenderung memiliki tingkat kepuasan
mahasiswa, kepuasan pengajar, kepuasan karyawan, dan reputasi
institusional yang lebih tinggi.
60
JURNAL 3
Judul
Penulis
Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Kesimpulan
The mediating role of the employee relations climate in the
relationship between strategic HRM and organizational
performance in Chinese banks
Muhammad Ali , Shen Lei, Xiao-Yong Wei
Journal of Innovation & Knowledge 3 (2018) 115–122
2018
1. Untuk mengetahui hubungan antara HRM strategis dan kinerja
organisasi di bank-bank Cina.
2. Untuk mengetahui peran mediasi iklim hubungan karyawan
dalam hubungan antara HRM strategis dan kinerja organisasi.
Sampel penelitian ini terdiri dari 376 karyawan senior dari 10
bank Cina. Para peserta dipilih dengan menggunakan metode
stratified sampling.
1. HRM Strategis: Ini diukur dengan menggunakan skala 15 item
yang dikembangkan oleh Delery dan Shaw (2001). Skala
mengukur sejauh mana praktik HRM organisasi selaras dengan
tujuan strategisnya.
2. Iklim hubungan karyawan: Ini diukur dengan menggunakan
skala 10 item yang dikembangkan oleh Chen dan Francesco
(2004). Skala tersebut mengukur sejauh mana karyawan
merasa bahwa mereka diperlakukan secara adil dan pendapat
mereka dihargai oleh manajer mereka.
3. Kinerja organisasi: Ini diukur dengan menggunakan skala 3
item yang dikembangkan oleh Wu dan Zhang (2014). Skala
mengukur sejauh mana suatu organisasi menguntungkan,
efisien, dan inovatif.
Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner survei. Survei diberikan kepada peserta secara online.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HRM strategis
berhubungan positif dengan kinerja organisasi. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa iklim hubungan karyawan memediasi
hubungan antara HRM strategis dan kinerja organisasi.
Kekuatan penelitian ini meliputi penggunaan sampel yang besar,
penggunaan ukuran yang divalidasi, dan penggunaan desain
penelitian yang baik.
Kelemahan penelitian ini antara lain penggunaan data crosssectional, yang membatasi kemampuan untuk membuat
kesimpulan kausal. Studi ini juga hanya berfokus pada bank
China, yang membatasi generalisasi temuan.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa HRM strategis dapat
mengarah pada peningkatan kinerja organisasi melalui penciptaan
iklim hubungan karyawan yang positif. Organisasi yang ingin
meningkatkan kinerjanya harus fokus pada pengembangan dan
61
penerapan praktik HRM strategis yang menciptakan iklim
hubungan karyawan yang positif.
Selain hal di atas, saya ingin menambahkan bahwa penelitian ini
memberikan beberapa wawasan yang berguna bagi para manajer
di industri perbankan. Sebagai contoh, studi tersebut
menunjukkan bahwa manajer dapat meningkatkan kinerja
organisasi dengan:
1. Berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan.
2. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk maju.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang suportif dan kolaboratif.
4. Berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan karyawan.
5. Mengakui dan menghargai kontribusi karyawan.
Dengan mengikuti saran ini, manajer dapat menciptakan iklim
hubungan karyawan yang positif yang akan mengarah pada
peningkatan kinerja organisasi
JURNAL 4
Judul
Penulis
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Knowledge Transfer in the Context of inter-organizational
Networks: Foundations and intellectual structures
1. Danilo Marchioria
2. Mário Franco
Journal of Innovation & Knowledge 5 (2020) 130–139
2020
Untuk mengeksplorasi dasar dan struktur intelektual transfer
pengetahuan dalam konteks jaringan antar-organisasi.
Sebanyak 102 artikel yang diterbitkan di database Web of Science
dianalisis.
Variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah transfer
pengetahuan, jaringan antar organisasi, dan yayasan dan struktur
intelektual.
Analisis bibliometrik digunakan untuk menganalisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa transfer pengetahuan
merupakan proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh
sejumlah faktor, termasuk sifat pengetahuan, hubungan antara
organisasi, dan lingkungan di mana transfer berlangsung.
Studi ini adalah analisis bibliometrik yang komprehensif dan
dilakukan dengan baik literatur tentang transfer pengetahuan
dalam konteks jaringan antar-organisasi. Studi ini memberikan
gambaran yang berharga dari dasar dan struktur intelektual
transfer pengetahuan dalam konteks ini.
Studi ini dibatasi oleh fakta bahwa hanya mempertimbangkan
artikel yang diterbitkan di database Web of Science. Ini berarti
bahwa studi tersebut mungkin belum menangkap semua
62
penelitian yang telah dilakukan tentang transfer pengetahuan
dalam konteks jaringan antar organisasi.
Kesimpulan
Studi ini memberikan gambaran yang berharga dari dasar dan
struktur intelektual transfer pengetahuan dalam konteks jaringan
antar-organisasi. Temuan penelitian dapat digunakan untuk
mengembangkan strategi untuk meningkatkan transfer
pengetahuan dalam jaringan ini.
Komentar Tambahan Studi ini menyoroti pentingnya transfer pengetahuan dalam
konteks jaringan antar organisasi. Transfer pengetahuan dapat
membantu organisasi untuk meningkatkan inovasi, kinerja, dan
keunggulan kompetitif mereka. Studi ini juga mengidentifikasi
sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan transfer
pengetahuan, seperti sifat pengetahuan, hubungan antara
organisasi, dan lingkungan tempat terjadinya transfer. Organisasi
yang ingin meningkatkan kemampuan transfer pengetahuannya
harus mempertimbangkan faktor-faktor ini saat merancang dan
menerapkan strategi transfer pengetahuannya. Berikut adalah
beberapa komentar tambahan pada penelitian ini:
1. Studi ini menemukan bahwa transfer pengetahuan adalah
proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun "praktik
terbaik" untuk transfer pengetahuan. Sebaliknya, organisasi
perlu menyesuaikan strategi transfer pengetahuan mereka
dengan kebutuhan khusus mereka.
2. Studi ini menemukan bahwa hubungan antara organisasi yang
terlibat dalam transfer pengetahuan merupakan faktor penting.
Hal ini menunjukkan bahwa organisasi harus membangun
kepercayaan dan hubungan dengan mitra mereka sebelum
mencoba untuk mentransfer pengetahuan.
3. Studi ini menemukan bahwa lingkungan di mana transfer
pengetahuan berlangsung juga dapat mempengaruhi
keberhasilannya. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi harus
mempertimbangkan faktor budaya, politik, dan ekonomi yang
dapat mempengaruhi transfer pengetahuan ketika merancang
strategi mereka.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan berharga
ke dalam fondasi dan struktur intelektual transfer pengetahuan
dalam konteks jaringan antar organisasi. Temuan studi dapat
digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan kemampuan
transfer pengetahuan dan mencapai tujuan strategis mereka.
63
JURNAL 5
Judul
Penulis
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Kesimpulan
Personalized human resource management via HR Analytics and
artificial intelligence: Theory and implications
1. Xiaoyu Huang
2. Fu Yang
3. Jiaming Zheng
4. Cailing Feng d,
5. Lihua Zhang
Asia Pacific Management Review,
https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2023.04.004
2023
Untuk mengeksplorasi potensi analitik SDM dan kecerdasan
buatan (AI) untuk mempersonalisasi manajemen sumber daya
manusia (HRM).
Para penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap 100 artikel
yang diterbitkan di jurnal akademik terkemuka.
Variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah HR analytics,
AI, dan personalisasi HRM.
Penulis menggunakan analisis tematik untuk menganalisis data.
Hasil menunjukkan bahwa analitik SDM dan AI dapat digunakan
untuk mempersonalisasi HRM dalam beberapa cara, termasuk:
1. Rekrutmen dan seleksi: Analitik SDM dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan memilih karyawan yang paling
mungkin berhasil dalam peran tertentu.
2. Manajemen kinerja: AI dapat digunakan untuk melacak
kinerja karyawan dan memberikan umpan balik yang
dipersonalisasi.
3. Pelatihan dan pengembangan: Analitik SDM dapat digunakan
untuk
mengidentifikasi
kebutuhan
pelatihan
dan
pengembangan setiap karyawan.
4. Kompensasi dan tunjangan: AI dapat digunakan untuk
mempersonalisasi paket kompensasi dan tunjangan untuk
memenuhi kebutuhan individu karyawan.
Studi ini merupakan tinjauan literatur yang komprehensif dan
dilakukan dengan baik tentang potensi analitik SDM dan AI untuk
mempersonalisasi HRM. Studi ini memberikan gambaran yang
berharga dari implikasi teoritis dan praktis dari pendekatan ini.
Studi ini dibatasi oleh fakta bahwa studi ini hanya
mempertimbangkan artikel yang diterbitkan di jurnal akademis
terkemuka. Ini berarti bahwa studi tersebut mungkin tidak
menangkap semua penelitian yang telah dilakukan pada topik ini.
Studi ini memberikan gambaran berharga tentang potensi analitik
SDM dan AI untuk mempersonalisasi HRM. Temuan studi
menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki potensi untuk
64
meningkatkan efektivitas HRM dan berkontribusi terhadap
kinerja organisasi.
Komentar Tambahan Studi ini menyoroti pentingnya personalisasi dalam HRM.
Personalisasi dapat membantu organisasi untuk menarik,
mempertahankan, dan memotivasi karyawan. Ini juga dapat
membantu organisasi untuk meningkatkan kinerja mereka. Studi
ini juga mengidentifikasi sejumlah tantangan yang perlu diatasi
organisasi untuk menerapkan HRM yang dipersonalisasi, seperti:
1. Privasi dan keamanan data: Organisasi perlu memastikan
bahwa mereka melindungi data yang mereka kumpulkan
tentang karyawan mereka.
2. Kepercayaan karyawan: Organisasi perlu membangun
kepercayaan dengan karyawan mereka sehingga mereka mau
membagikan data mereka.
3. Biaya: HRM yang dipersonalisasi bisa mahal untuk diterapkan.
JURNAL 6
Judul
Penulis
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Does servant leadership moderate the link between strategic
humanresource management on rule breaking and job
satisfaction?
1. Zafer Adiguzela
2. Mehmet Faruk Ozcinarb
3. Himmet Karadal
European Research on Management and Business Economics 26
(2020) 103–110
2020
1. Mengetahui hubungan antara manajemen sumber daya
manusia strategis (SHRM) dan perilaku melanggar aturan.
2. Mengetahu hubungan antara kepemimpinan pelayan dan
perilaku melanggar aturan.
3. Mengetahu efek moderasi kepemimpinan pelayan pada
hubungan antara SHRM dan perilaku melanggar aturan.
4. Mengetahu hubungan antara SHRM dan kepuasan kerja.
5. Menguji hubungan antara kepemimpinan pelayan dan
kepuasan kerja.
6. Mengetahu efek moderasi kepemimpinan pelayan pada
hubungan antara SHRM dan kepuasan kerja.
Sampel untuk penelitian ini terdiri dari 385 pegawai kantoran
yang bekerja di sektor publik dan swasta di Anatolia Tengah
wilayah Turki. Para peserta dipilih secara acak dari database
karyawan di wilayah tersebut.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah SHRM dan
kepemimpinan yang melayani. SHRM diukur dengan
menggunakan skala 15 item yang dikembangkan oleh Armstrong
65
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Kesimpulan
dan Baron (1998). Kepemimpinan yang melayani diukur dengan
menggunakan skala 10 item yang dikembangkan oleh Liden et al.
(2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku
melanggar aturan dan kepuasan kerja. Perilaku melanggar aturan
diukur dengan menggunakan skala 7 item yang dikembangkan
oleh Trevino et al. (1999). Kepuasan kerja diukur dengan
menggunakan skala 5 item yang dikembangkan oleh Spector
(1985).
Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan
survei. Survei diberikan kepada peserta secara langsung. Data
dianalisis menggunakan model persamaan struktural.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SHRM berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja. Kepemimpinan yang melayani
memiliki efek negatif pada perilaku melanggar aturan.
Kepemimpinan yang melayani memoderasi hubungan antara
SHRM dan perilaku melanggar aturan, sehingga hubungan
tersebut menjadi lebih kuat ketika kepemimpinan yang melayani
tinggi. Kepemimpinan pelayan berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja. Kepemimpinan pelayan memoderasi hubungan
antara SHRM dan kepuasan kerja, sehingga hubungan tersebut
lebih kuat ketika kepemimpinan pelayan tinggi.
1. Ukuran sampel besar dan mewakili populasi yang diminati.
2. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini
divalidasi dengan baik dan dapat diandalkan.
3. Data dianalisis menggunakan metode statistik yang ketat.
1. Studi dilakukan di satu negara, sehingga hasilnya mungkin
tidak dapat digeneralisasikan ke negara lain.
2. Penelitian ini bersifat cross-sectional, sehingga tidak
mungkin untuk menetapkan kausalitas.
3. Studi ini tidak mengontrol variabel lain yang mungkin
mempengaruhi hasil, seperti budaya organisasi dan
kepribadian individu.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa SHRM dan
kepemimpinan pelayan dapat efektif dalam mengurangi perilaku
melanggar aturan dan meningkatkan kepuasan kerja. Organisasi
dapat meningkatkan perilaku melanggar aturan dan kepuasan
kerja dengan menerapkan praktik SHRM dan mempromosikan
perilaku kepemimpinan yang melayani di antara para pemimpin
mereka. Selain hal di atas, penulis juga memberikan saran sebagai
berikut untuk penelitian selanjutnya:
1. Penelitian di masa depan harus mereplikasi penelitian ini di
negara lain untuk melihat apakah hasilnya dapat
digeneralisasikan.
2. Penelitian di masa depan harus menggunakan desain
longitudinal untuk menetapkan kausalitas.
66
3. Penelitian di masa depan harus mengontrol variabel lain yang
mungkin mempengaruhi hasil, seperti budaya organisasi dan
kepribadian individu
JURNAL 7
Judul
Penulis
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Strategic Human Resource Management for Organizational
Performance of Thai Higher Education Institutions
1. Pensri Bangbon
2. Teeradej Snongtaweeporn
3. Sukhumpong Channuwong
4. Suchart Katangchol
5. Patcha Raktakanishtha
6. Keskamol Pleansamai
7. Pisit Ongcharoen
8. Pongkit Ekvitayavetchanukul
9. Samran Klaysud
Journal of Positive Psychology & Wellbeing
2023, Vol. 7, No. 2, 897 – 911
2023
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan
antara manajemen sumber daya manusia strategis (SHRM) dan
kinerja organisasi (OP) di lembaga pendidikan tinggi Thailand
(HEI).
Sampel penelitian terdiri dari 200 HEI di Thailand. Data
dikumpulkan dari survei terhadap 200 manajer sumber daya
manusia (HRM) di lembaga-lembaga tersebut.
Penelitian ini menggunakan tiga variabel: SHRM, OP, dan
persepsi HRM tentang SHRM.
Penelitian ini menggunakan desain survei cross-sectional. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikelola
sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SHRM berhubungan positif
dengan OP. Hasil juga menunjukkan bahwa persepsi HRM
tentang SHRM berhubungan positif dengan OP.
Studi ini memiliki beberapa kekuatan. Pertama, ini adalah salah
satu studi pertama yang menyelidiki hubungan antara SHRM dan
OP di PT Thailand. Kedua, penelitian ini menggunakan sampel
HEI yang besar di Thailand. Ketiga, penelitian ini menggunakan
ukuran SHRM yang divalidasi dengan baik.
Penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama,
penelitian menggunakan desain cross-sectional, yang membatasi
kemampuan untuk membuat kesimpulan kausal. Kedua, studi
tidak mengontrol faktor lain yang dapat mempengaruhi OP,
seperti kualitas pengajaran dan penelitian.
67
Kesimpulan
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa SHRM merupakan
faktor penting dalam meningkatkan OP di PT Thailand. HRM
dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan OP dengan
mengembangkan dan menerapkan praktik SHRM yang selaras
dengan tujuan strategis institusi mereka. Selain hal di atas, berikut
beberapa pemikiran tambahan tentang artikel tersebut:
1. Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
tentang hubungan antara SHRM dan OP.
2. Temuan penelitian menunjukkan bahwa HRM dapat
memainkan peran kunci dalam meningkatkan OP dengan
mengembangkan dan menerapkan praktik SHRM yang selaras
dengan tujuan strategis lembaga mereka.
3. Temuan penelitian memiliki implikasi bagi pembuat kebijakan
dan praktisi di Perguruan Tinggi Thailand. Pembuat kebijakan
dapat menggunakan temuan tersebut untuk mengembangkan
kebijakan yang mendukung praktik SHRM di PT. Praktisi
dapat menggunakan temuan tersebut untuk meningkatkan
praktik SHRM mereka.
JURNAL 8
Judul
Penulis
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Personalized human resource management via HR Analytics and
artificial intelligence: Theory and implications
1. Xiaoyu Huang
2. Fu Yang
3. Jiaming Zheng
4. Cailing Feng
5. Lihua Zhang
Asia Pacific Management Review
2023
Mengeksplorasi konsep manajemen sumber daya manusia (HRM)
yang dipersonalisasi, yang mereka definisikan sebagai "program
dan praktik HRM yang bervariasi antar individu dalam suatu
organisasi." Mereka berpendapat bahwa HRM yang
dipersonalisasi dapat menawarkan sejumlah manfaat, termasuk
peningkatan
produktivitas,
iklim
SDM yang
lebih
menguntungkan, fleksibilitas yang lebih besar, dan kinerja
keuangan yang lebih baik.
Penulis mengambil berbagai sumber untuk mendukung argumen
mereka, termasuk studi empiris, kerangka teori, dan pendapat ah
Variabel kunci dalam penelitian ini adalah HRM yang
dipersonalisasi, produktivitas, iklim SDM, fleksibilitas, dan
kinerja keuangan.
68
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Kesimpulan
Penulis menggunakan berbagai metode untuk menganalisis data
mereka, termasuk analisis statistik, studi kasus, dan wawancara
ahli.
Penulis menemukan bahwa HRM yang dipersonalisasi
berhubungan positif dengan keempat variabel yang mereka
pelajari. Mereka juga menemukan bahwa strategi bisnis
memoderasi hubungan antara SDM yang dipersonalisasi dan
kinerja keuangan.
Para penulis artikel ini memberikan sejumlah kontribusi di bidang
HRM. Pertama, mereka memberikan definisi HRM yang
dipersonalisasi yang jelas dan ringkas. Kedua, mereka mensintesis
banyak penelitian tentang topik HRM yang dipersonalisasi.
Ketiga, mereka mengembangkan kerangka teoretis yang
menjelaskan bagaimana HRM yang dipersonalisasi dapat
mengarah pada hasil organisasi yang lebih baik.
Salah satu kelemahan potensial dari studi ini adalah bahwa hal itu
didasarkan pada sejumlah studi empiris yang relatif kecil. Selain
itu, penulis tidak memberikan rekomendasi khusus tentang
bagaimana organisasi dapat menerapkan HRM yang
dipersonalisasi.
Penulis menyimpulkan bahwa HRM yang dipersonalisasi adalah
pendekatan baru yang menjanjikan untuk HRM yang dapat
menghasilkan sejumlah manfaat bagi organisasi. Mereka
menyerukan lebih banyak penelitian tentang topik HRM yang
dipersonalisasi dan bagi organisasi untuk mulai bereksperimen
dengan pendekatan ini.
Selain kekuatan dan kelemahan yang disebutkan di atas, penting
untuk dicatat bahwa HRM yang dipersonalisasi adalah konsep
yang relatif baru dan masih banyak yang belum kita ketahui
tentangnya. Semakin banyak penelitian dilakukan, kemungkinan
besar kita akan belajar lebih banyak tentang manfaat dan
tantangan HRM yang dipersonalisasi. Namun, penelitian yang
telah dilakukan sampai saat ini menunjukkan bahwa HRM yang
dipersonalisasi adalah pendekatan yang menjanjikan yang
berpotensi meningkatkan kinerja organisasi.
JURNAL 9
Judul
Penulis
Training Perception And Work Engagement: The Mediating Role
Of Organisational-Based Self-Esteem And Self-Efficac
1. Tran Huy
2. Phuong
3. Dinh
4. Thi Ngoc Quynh
69
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian
Kesimpulan
CENTRAL EUROPEAN BUSINESS REVIEW
Volume 11 | Issue 2 | 2022
2022
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan
antara persepsi pelatihan, harga diri berbasis organisasi (OBSE),
self-efficacy, dan keterlibatan kerja. Para peneliti berhipotesis
bahwa manfaat pelatihan yang dirasakan dan transfer pelatihan
akan secara positif mempengaruhi keterlibatan kerja, dan bahwa
OBSE dan self-efficacy akan memediasi hubungan ini.
Sampel terdiri dari 300 karyawan dari sebuah perusahaan
manufaktur di Vietnam. Para peserta dipilih secara acak dari
kumpulan karyawan yang baru saja menyelesaikan program
pelatihan.
Variabel kunci dalam penelitian ini adalah pelatihan persepsi,
OBSE, self-efficacy, dan keterlibatan kerja. Persepsi pelatihan
diukur dengan menggunakan skala yang menilai persepsi peserta
tentang manfaat dan pengalihan pelatihan. OBSE diukur
menggunakan skala yang menilai perasaan peserta tentang harga
diri dan menjadi bagian dari organisasi. Kemanjuran diri diukur
dengan menggunakan skala yang menilai kepercayaan peserta
terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugas pekerjaan
mereka. Keterlibatan kerja diukur menggunakan skala yang
menilai tingkat semangat, dedikasi, dan penyerapan peserta di
tempat kerja.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dikelola
sendiri. Analisis jalur dengan Structural Equation Modeling
(SEM) digunakan untuk memverifikasi hubungan yang diusulkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat pelatihan yang
dirasakan dan transfer pelatihan secara signifikan dan positif
mempengaruhi keterlibatan kerja. Selain itu, OBSE memediasi
sebagian dampak manfaat pelatihan yang dirasakan pada
keterlibatan kerja. Self-efficacy memediasi sebagian dari efek
transfer pelatihan pada keterlibatan kerja.
Kekuatan penelitian ini meliputi ukuran sampel yang besar,
penggunaan instrumen pengukuran yang divalidasi, dan
penggunaan SEM untuk menguji hubungan yang diajukan.
Salah satu kelemahan potensial dari penelitian ini adalah bahwa
hal itu dilakukan dalam satu organisasi, yang membatasi
generalisasi temuan. Selain itu, penelitian ini tidak mengontrol
faktor lain yang berpotensi mempengaruhi keterlibatan kerja,
seperti kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi pelatihan,
OBSE, dan self-efficacy merupakan prediktor penting dari
keterlibatan kerja. Organisasi dapat mempromosikan keterlibatan
kerja dengan memberikan pelatihan kepada karyawan yang
70
Implikasi
dianggap bermanfaat dan dengan menciptakan lingkungan kerja
yang mendukung perasaan harga diri dan kepercayaan diri
karyawan dalam kemampuan mereka untuk melakukan tugas
pekerjaan mereka.
Temuan penelitian ini memiliki sejumlah implikasi bagi praktisi
SDM. Pertama, praktisi SDM harus memastikan bahwa program
pelatihan dirancang untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan
dianggap bermanfaat. Kedua, praktisi SDM harus menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung perasaan harga diri dan
kepercayaan karyawan terhadap kemampuan mereka untuk
melakukan tugas pekerjaan mereka. Ketiga, praktisi SDM harus
memantau tingkat keterlibatan kerja dan mengambil langkahlangkah untuk mengatasi setiap masalah yang teridentifikasi.
JURNAL 10
Judul
Penulis
Jurnal dan Volume
Tahun
Tujuan Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Metode
Hasil
Disentangling the Linkage between Personality and Commitment:
A Moderated Mediation Model of Core Self-Evaluations and
Affectivity
1. Sait Gurbuza,
2. Robert Costiganc,
3. Furkan Marasli
CENTRAL EUROPEAN BUSINESS REVIEW
Volume 11 | Issue 2 | 2022
2022
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kepribadian, evaluasi diri inti (CSE), efektivitas, dan
komitmen organisasi (OC). Secara khusus, para peneliti ingin
menguji efek moderasi dari CSE pada hubungan antara
kepribadian dan OC, dan efek mediasi dari afektivitas positif dan
negatif pada hubungan ini.
Sampel penelitian terdiri dari 312 karyawan Turki yang bekerja di
berbagai industri.
1. Kepribadian: Lima Besar ciri-ciri kepribadian (ekstraversi,
keramahan, kesadaran, neurotisme, dan keterbukaan terhadap
pengalaman)
2. CSE: Ukuran persepsi diri individu tentang kompetensi, harga
diri, dan status sosial mereka
3. Afektivitas: Ukuran kecenderungan individu untuk mengalami
emosi positif dan negatif
4. OC: Ukuran komitmen individu terhadap organisasinya
Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan survei. Survei
termasuk ukuran variabel penelitian.
1. Ekstraversi dan keramahan berhubungan positif dengan OC,
dan hubungan ini dimoderatori oleh CSE. Individu dengan
71
2.
3.
CSE tinggi lebih cenderung mengalami afektivitas positif,
yang pada gilirannya menyebabkan tingkat OC yang lebih
tinggi.
Neurotisme berhubungan negatif dengan OC, tetapi
hubungan ini tidak dimoderasi oleh CSE.
Afektifitas positif memediasi hubungan antara ekstraversi
dan OC, dan afektivitas negatif memediasi hubungan antara
neurotisme dan OC.
Ukuran sampel yang besar
Instrumen pengukuran yang tervalidasi dengan baik
Sebuah desain penelitian suara
Kekuatan Penelitian
1.
2.
3.
Kelemahan
Penelitian
1. Penelitian dilakukan di satu negara, jadi hasilnya mungkin
tidak digeneralisasikan ke budaya lain
2. Studi ini menggunakan ukuran laporan diri, yang rentan
terhadap bias
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian, CSE,
afektivitas, dan OC semuanya saling terkait. Para peneliti
menyimpulkan bahwa organisasi harus mempertimbangkan peran
kepribadian dan efektivitas ketika mengembangkan strategi untuk
meningkatkan komitmen karyawan.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan berharga
ke dalam hubungan antara kepribadian, CSE, efektifitas, dan OC.
Temuan penelitian ini dapat digunakan oleh organisasi untuk
meningkatkan komitmen dan kinerja karyawan.
Kesimpulan