Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Tugas FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebudayaan‭ ‬islam bermacam-ragam corak bentuknya,‭ ‬ternyata telah ikut juga menyusun bagian yang besar didalam dunia pendidikan islam. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan kebudayaan‭? Bagaimana‭ ‬Konsep Pendidikan Multikultural‭? Bagaimana‭ ‬Prinsip-Prinsip Pendidikan Multikultural‭? Apa kelemahan‭ ‬Kelemahan Pendidikan Islam di Sekolah‭? Bagaimana‭ ‬Multikulturalisme dalam Pendidikan Agama Islam‭? Tujuan‭ Untuk mengetahui apa‭ ‬yang dimaksud dengan kebudayaan. Untuk mengetahui bagaimana‭ ‬Konsep Pendidikan Multikultural. Untuk mengetahui bagaimana‭ ‬Prinsip-Prinsip Pendidikan Multikultural. Auntuk mengetahui apa kelemahan‭ ‬Kelemahan Pendidikan Islam di Sekolah. Buntuk mengetahui bagaimana‭ ‬Multikulturalisme dalam Pendidikan Agama Islam. BAB II PEMBAHASAN ‭ ‬Pengertian Kebudayaan dan Kebudayaan Islam Kebudayaan dalam Bahasa Inggrisnya disebut‭ ‬Culture‭ ‬atau dalam bahasa Belandanya disebut‭ ‬Cultuur,‭ ‬didalam beberapa kamus,‭ ‬encyclopaedi‭ ‬dan juga buku-buku,‭ ‬diartikan sebagai berikut: Dalam World University Dictionary Semua pengetahuan,‭ ‬ketrampilan,‭ ‬kesenian,‭ ‬kesusasteraan,‭ ‬kepercayaan‭ ‬dan adat istiadat dari sesuatu rakyat‭ (‬bangsa‭) ‬sseperti kebudayaan Griek‭ (‬Yunani‭)‬,‭ ‬Kebudayaan primitif. Dalam New Master Pictorial Encyclopedia diungkapkan: Culture berarti penguasa suatu himpunan orang tetentu terhadap seni‭ ‬kehidupn.‭ ‬Berbagai tahap dari kebuayaan‭ (‬culture‭) ‬itu adalah bahasa,‭ ‬agama,‭ ‬adat istiadat,‭ ‬hasil kerajinan‭ (‬industri‭); ‬yang semuanya itu merupakan pusaka warisan umum dari suatu himpunan orang,‭ ‬yang bisa terus‭ ‬bertumbuh atau mengalami kemunduran secara terpisah dari kelompok orang-orang lainnya,‭ ‬atau mungkin pula kebudayaan itu mengalami perubahan karena berhubungan dengan kebudayaan-kebudayaan lain. Prof.‭ ‬Dr.‭ ‬P.J.‭ ‬Bouman,‭ ‬dalam bukunya‭ “‬ Sociologie,‭ ‬Begrippen en Problemen‭”‬ menampilkan pengertian: ‭ ‬“kultur adalah car hidup dari suatu masyarakat.‭ ‬Cara hidup ini adalah kesatuan dari jiwa dan bentuk materiil,‭ ‬hubungan dengan organis dan yang ghaib‭ ( ‬sukar dimengerti‭)‬,‭ ‬yag kita saksikan umpamanya antara kepercayaan dan ungkapan kesenian,‭ ‬antara intellek dan teknik atau antara kebutuhan dan organisasi ekonomi‭”‬. Tetapi para cendikiawan Jerman memperbedakan antara‭ “‬cultuur‭”‬ dan‭ “‬civilisatie‭”‬,‭ ‬dan dalam bahasa kita katakan:‭ ‬cultuur adalah‭ “‬kebudayaan‭”‬ dan civilisatie adalah‭ “‬ peradaban‭”‬. Bagaimana‭ ‬kebudayaan itu terbentuk‭? Hanya manusia sajalah diantara segala makhluk yang berjiwa dan dapat bergerak dan berpindah-pindah,‭ ‬yang bisa membina,‭ ‬menciptakan dan mengelola suatu lingkungan hidup sosial‭; ‬itulah salah satu sifatnya yang unik.‭ ‬Binatang-binatang lain bisa pula mempelajari beberapa pola tingkah laku dengan cara meniru tingkah laku binatang lain,‭ ‬atau melakukan percobaan dan mengenal kesalahan.‭ ‬Akan tetapi mereka hanya dapat melakukan hal itu dalam jangka yang terbatas.‭ ‬Mereka tidak dapat mengajarkan atau mewariskan aktivitas yang telah mereka pelajari itu kepada generasi berikutnya dengan perantara bahasa atau sistim-sistim simbolik lainnya.‭ ‬Dan juga mereka tidak dapat membuat objek physik dan tidak pandai mempergunakan peralatan dalam usaha mereka buat mencari makanan,‭ ‬tempat berteduh dan benda-‭ ‬benda lainnya,‭ ‬kecuali dalam batas-batas yang sempit‭ ‬dari warisan keturunan biologis mereka.‭ ‬Demikian pula apa-apa yang yang sudah mereka ketahui tidak bisa mereka wariskan‭ ‬kepada generasi berikutnya. Jadi sebagai kesimpulan,‭ ‬maka kebudayaan itu,‭ ‬kurang lebih meliputi: Hasil yang terbentuk dan terbina oleh karena interaksi antara manusia dalam rangka penyesuaian mereka terhadap alam dan lingkungan. Kebudayaan itu meliputi semua hasil kreasi manusia yang bersifat material maupun non-material. Dapat diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Kebudayaan itu merupakan warisan sosial dari sesuatu masyarakat.‭ ‬Setiap anak yang lahir didalam suatu masyarakat,‭ ‬maka dia memiliki pola hidup yang ditentukan oleh warisan sosialnya.‭ ‬Warisan pusaka budaya itulah yang mengikat kita dan membuat kita menjadi bagian dari masyarakat kita. Hubungan kebudayaan dengan pendidikan ‭ ‬Telah kita bicarakan bahwa kebudayaan itu adalah sesuatu himpunan dari segala sesuatu yang tumbuh dan berkembang didalam sesuatu masyarakat yang menjadi milik masyarakat sendiri. Kebudayaan‭ ‬islam‭ ‬memiliki bermacam-ragam corak dan‭ ‬bentuknya,‭ ‬ternyata telah ikut juga menyusun bagian yang besar daripada bagian-bagian kebudayaan umat manusia pada umumnya.‭ Adapun‭ ‬teori-teori‭; ‬teori pertama,‭ ‬menyatakan bahwa kebudayaan islam itu terbagi kepada dua bagian:‭ (‬1‭) ‬terdiri dari ilmu pengetahuan islam yang bersifat intern semata-mata yang berasal dari Al-Qur-anul Karim,‭ ‬sunnah Nabi serta ilmu tafsir,‭ ‬fiqih,‭ ‬ushul-fiqih,‭ ‬tauhid,‭ ‬mustholah-hadits,‭ ‬nahwu-sharaf,‭ ‬philogie,‭ ‬kesustraan,‭ ‬ilmu bayan-badie‭’‬-ma‭’‬ani san lainnya.‭ (‬2‭) ‬terdiri dari ilmu pengetahuan ekstern yang dikutip kaum muslimin‭ ‬dari orang-orang asing dengan jalan penterjemahan.‭ ‬Dan‭ ‬jasa utama dalam masalah ini kembali kepada inti-sari islam itu sendiri secara langsung. ‭ ‬Konsep Pendidikan Multikultural Multikulturalisme secara sederhana dapat diartikan sebagai pengakuan atas pluralisme budaya.Banks mengartikan pendidikan multikultural sebagai konsep,‭ ‬ide‭ ‬atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan‭ (‬set of believe‭) ‬dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etis dalam membentuk gaya hidup,‭ ‬pengalaman sosial,‭ ‬identitas pribadi,‭ ‬kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu,‭ ‬kelompok maupun negara. Menurut Bennet pendidikan multikultural adalah sebuah pendekatan pada pengajaran yang didasarkan atas nilai dan kepercayaan demokratis dan melihat keragaman sosial dan interpendensi dunia sebagai bagian dari pluralitas budaya.‭ ‬Lee Manning memahami pendidikan multikultural pada proses pengajaran untuk menerima keragaman budaya,‭ ‬ras,‭ ‬gender,‭ ‬dan kelas sosial ekonomi yang berbeda.‭ ‬Dalam multikulturalisme terdapat materi kajian yang menjadi dasar pijakan pelaksanaan pendidikan,‭ ‬yang keduanya sama-sama penting.‭ ‬Dalam pendidikan terdapat fondasi dan akar-akar kultur yang disarikan dari nilai-nilai kultur masyarakat. ‭ ‬Prinsip-Prinsip Pendidikan Multikultural Terdapat tiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh Tilaar‭ (‬2004‭)‬:‭ ‬Pertma,‭ ‬pendidikan multikultural didasarkan pada pedagogik kesateraan manusia‭ (‬equity pedagogy‭)‬.‭ ‬Kedua,‭ ‬pendidikan multikulturalisme ditujukan kepada terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan mengembangkan pribadi-pribadi Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dengan sebaik-sebaiknya.‭ ‬Ketiga,‭ ‬prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti apabila bangsa ini mengetahui arah serta nilai-nilai baik buruk yang dibawanya. Ketiga prinsip pendidikan multikultural yang dikemukakan Tilaar tersebut di atas sudah dapat menggambarkan bahwa arah dari wawasan multikulturalisme adalah menciptakan manusia yang terbuka‭ ‬terhadap segala macam perkembangan zaman dan keragaman berbagai aspek dalam kehidupan modern.‭ ‬Pluralitas budaya,‭ ‬sebagaimana terdapat di Indonesia menempatkan pendidikan multikultural menjadi sangat penting.‭ ‬Keberagaman di Indonesia merupakan kenyataan sosial yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. ‭ ‬ Keunikan budaya yang beragam memberikan implikasi pola pikir,‭ ‬tingkah laku,‭ ‬dan karakter pribadi yang masing-masing berbeda sebagai sebuah tradisi yang terjadi dalam masyarakat dan daerah.‭ ‬Perbedaan antarbudaya memberikan peluang konflik satu sama lain apabila tidak saling memahami dan menghormati perbedaan yang terjadi pada satu sama lain.‭ ‬Proses untuk meminimalisir masalah tersebut kita memerlukan adanya upaya pendidikan berwawasan multikultural dalam rangka pemberdayaan masyarakat agar saling memahami dan menghormati serta dapat membentuk suatu karakter yang dapat menerima perbedaan.‭ ‬Paradigma pendidikan multikultural harus diterapkan di sekolah/madrasah sebagai sebuah pendidikan yang mempunyai wawasan‭ ‬yang toleran dan terbuka dalam proses pembelajaran kepada peserta didik yang mempunyai latar belakang budaya,‭ ‬suku dan etnis yang berbeda. ‭ ‬Kelemahan Pendidikan Islam di Sekolah Pendidikan agama,‭ ‬sebagaimana dinyatakan oleh Sealy‭ (‬1986‭)‬,‭ ‬diantaranya memiliki fungsi neo confessional yaitu disamping berfungsi meningkatkan keberagaman peserta didik dengan keyakinan agamanya sendiri,‭ ‬juga berfungsi memberikan kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari dan mempermasalahkan agama lain sebatas tolerated extras,‭ ‬juga mempunyai tempat yang sangat penting dan strategis untuk tujuan penanaman sikap pluralism tersebut. Pendidikan agama dalam pendidikan formal di Indonesia diistilahkan dengan Pendidikan Agama Islam,‭ ‬Pendidikan Agama Katolik,‭ ‬Pendidikan Agama Protestan,‭ ‬Pendidikan Agama hindu dan Pendidikan Agama Budha.‭ ‬Pendidikan Agama Islam yang berwawasan multikultural adalah proses pembelajaran yang memerhatikan segala macam keragaman dalam diri Agama Islam itu sendiri. Menurut Arifin‭ (‬1997‭) ‬ada dua sebab pentingnya pengembangan kajian pendidikan agama.‭ ‬Pertama,‭ ‬pendidikan agama pada dasarnya merupakan instrument strategis bagi pengembangan potensi dasaryang dimiliki seiap manusia,‭ ‬dan diantaranya potensi ini adalah moral yang menjadikan manusia secara essensial dan eksistensial sebagai makhluk religius.‭ ‬Kedua,‭ ‬pendidikan termasuk pendididkan agama tidak diadakan dalam ruang hampa,‭ ‬akan tetapi selalu berhadapan dengan proses dinamis kehidupan masyarakat,‭ ‬hal ini memberikan suatu pemikiran yang proyektif dan antisipatif tentang kecenderungan besar yang akan terjadi pada masa yang akan datang.‭ ‬Dua peran penting agama dalam kajian sosiologi agama.‭ ‬Pertama,‭ ‬agama ditempatkan sebagai refrensi utama dalam proses perubahan.‭ ‬Kedua,‭ ‬agama menjadi kekuatan yang resistensial dalam masyarakat ketika berada dalam lingkaran kehidupan yang makin kompleks ditengah derasnya arus perubahan. Pendidikan Agama Islam di lembaga formal hanya memberikan materi yang menekankan pada nilai normatif dan ritualistik saja.‭ ‬Maka dari itu Pendidikan agama perlu mengadakan pembelajaran bernuansa yang menyentuh aspek agama maupun dimensi etik,‭ ‬moral,‭ ‬dan spiritual. ‭ ‬Multikulturalisme dalam Pendidikan Agama Islam Menurut Yayah Khisbiyah terdapat beberapa langkah strategis yang merupakan prasyarat untuk mewujudkan bagaimana membenuk Pendidikan Agama Islam berwawasan multikulturalisme yaitu perlu adanya perubahan paradigm dan pola piir dalam menyikapi kemajemukan budaya dalam sisitem pendidikan.‭ ‬Wawasan multikulturalisme,‭ ‬pluralism,‭ ‬dan toleransi perlu dikembangkan sebagai wujud nyata motto Bhineka Tunggal Ika,‭ ‬kemudian melakukan reorentasi visi dan misi serta tidak ketinggalan reskrontruksi penyelengaraan pendidikan nasional yang sejalan dengan wawasan pluralisme dan desentralisasi.‭ ‬Selain itu juga menyusun kurikulum yang berpendekatan lintas budaya dan merumuskan metode belajar masyarakat yang mempunyai sikap inklusif dan toleran terhadap kemajemukan masyarakat di sekelilingnya. ‭ ‬ Untuk itu,‭ ‬beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam sisitem Pendidikan Agama Islam antara lain,‭ ‬pertama,‭ ‬Pendidikan Agama Islam harus diarahkan agar umat memahami doktrin-doktrin islam secara menyeluruh,‭ ‬tidak hanya pada masalah ritual dan rukun-rukunnya saja.‭ ‬Tidak juga hanya memandang dari sebelah mata saja.‭ ‬Umat islam juga harus diberikan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dalam realitanya mumat islam tertinggal dari bangsa lain.‭ ‬Kedua,‭ ‬Pendidikan Agama Islam perlu diarahkan pada pencerahan hati dan kecerdasan emosional,‭ ‬tidak hanya pada tataran kognitif agar umat mempunyai wawasan akidah,‭ ‬ruhiyah dan moral yang tinggi,‭ ‬kemampuan empati,‭ ‬simpati dan interaksi dengan nilai-nilai Islam serta peka terhadap masalah yang dihadapi.‭ ‬Ketiga,‭ ‬Pendidikan Agama Islam harus dapat‭ ‬memberikan stimulasi peserta didik untuk mendapatkan latihan-latihan sehingga memiliki kemampuan bukan hanya nilai,‭ ‬sehingga mereka terampil dalam beramal dan menyelesaikan masalah-masalah yang komplek. ‭ ‬Ketiga langkah tersebut‭ ‬merupakan sebuah langkah‭ ‬yang bijak bagi pendidik pada lembaga pendidikan di Indonesia,‭ ‬sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural.‭ ‬Sehingga mengurangi konflik yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. BAB III PENUTUP Kesimpulan ‭ ‬Kebudayaan multikultural adalah kebudayaan yang berbeda-beda hasil yang terbentuk dan terbina oleh karena interaksi antara manusia dalam rangka penyesuaian mereka terhadap alam dan lingkungan.‭ ‬Kebudayaan itu meliputi semua hasil kreasi manusia yang bersifat material maupun non-material.‭ ‬Dapat diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.Kebudayaan itu merupakan warisan sosial dari sesuatu masyarakat.‭ ‬Setiap anak yang lahir didalam suatu masyarakat,‭ ‬maka dia memiliki pola‭ ‬hidup yang ditentukan oleh warisan sosialnya.‭ ‬Warisan pusaka budaya itulah yang mengikat kita dan membuat kita menjadi bagian dari masyarakat kita. Saran ‭ DAFTAR PUSTAKA Ghalib Muhamad.‭ ‬1978.‭ ‬Hakikat Islam.‭ ‬Jakarta:‭ ‬PT.‭ ‬Metro Pos Jakarta