Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Identitas Diri

Baim
2 min readDec 1, 2022

--

Photo by ammar sabaa on Unsplash

Apa saja yang membentuk sebuah identitas seseorang atau suatu kelompok? Pertanyaan ini sebenarnya aku pernah mendiskusikannya di kelas sewaktu kuliah di awal-awal semester dalam mata kuliah sosiologi dan mata kuliah agama dan kebudayaan. Pertanyaan semacam ini pun, menjadi pertanyaan dasar yang dimulai dari diri sendiri, bila mana masuk ke dalam ranah filsafat manusia, dan berkembang ke ilmu sosiologi, subjek pertanyaannya ditujukan kepada suatu kelompok.

Jawaban sederhanaku untuk pertanyaan itu tidak lain tentang kebiasaan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Aku tidak akan memperlebar ke suatu kelompok, hanya pada individu saja. Seseorang akan dikatakan sebagai seorang penulis, bukan ketika dia bisa menulis. Semua orang yang bisa membaca tulisan ini, ia pasti lah bisa bisa menulis, setidak-tidaknya menulis pesan teks di aplikasi pengirim pesan. Bagiku itu juga bagian dari aktivitas menulis. Tapi label yang tersemat kepada seseorang bahwa ia adalah seorang penulis, tidak cukup sampai di situ. Ada syarat yang harus dipenuhi.

Syarat itu adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh seseorang — atau kelompok. Ketika seseorang sering kali menulis sehingga diketahui oleh banyak orang, maka orang lain itu akan memberi penilaian kalau seseorang itu adalah seorang penulis. Aku bisa saja bermain bola tapi aku bukan pemain bola, karena aku melakukannya hanya sesekali atau dua kali saja — tidak melakukannya dalam jumlah waktu yang lama. Apa lagi? Pemusik? Di tongkronganku tidak sedikit jumlahnya teman yang bisa bermain gitar tapi mereka bukan seorang pemusik atau musisi. Aku bisa bermain gitar, dan tidak pantas sepertinya jika identitas sebagai seorang pemusik disematkan kepadaku.

Identitas ditentukan oleh kebiasaan yang secara konsisten dilakukan. Identifikasi bahwa aku adalah seorang perokok merupakan kebiasaan yang aku lakukan secara konsisten setiap hari. Sementara jika ada seseorang yang hanya sekali atau dua kali dalam hidupnya merokok ia tidak dapat dikatakan sebagai seorang perokok, ia hanya dapat dikatakan sebagai seseorang yang mencoba rokok. Poin penting yang harus digaris bawahi adalah tentang ‘kebiasaan’ yang dilakukan.

Kalau menarik lebih jauh ke dalam suatu kelompok. Misalnya saja, orang yang kerap kali menggunakan celana cingkrang, memakai songkok putih dengan jenggot yang agak panjang. Lalu dalam setiap kesempatan bertemu orang yang tidak sepemikiran dengannya, ia akan banyak menceramahi perilaku orang tersebut yang tidak sama dengan dirinya, pasti lah identifikasi terhadap orang itu — yang dilakukan oleh orang lain — adalah seorang jaulah. Aku tidak tahu muasal kenapa label identitas itu disematkan kepada mereka. Dari sini cukup mudah untuk mengidentifikasi orang-orang yang berperilaku seperti itu dari kebiasaan yang sering mereka lakukan.

Pada prinsipnya identitas diri itu terbentuk seiring waktu dari kegiatan yang dilakukan secara konsisten terus menerus.

--

--

No responses yet