Pada praktikum ini dilakukan proses amplifikasi terhadap DNA Toxoplasma dengan menggunakan metode... more Pada praktikum ini dilakukan proses amplifikasi terhadap DNA Toxoplasma dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Polymerase Chain Reaction (PCR), merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro. Metoda PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah semula, sekitar 106-107 kali. Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya. Pada setiap n siklus PCR akan diperoleh 2n kali banyaknya DNA target. Kunci utama pengembangan PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada urutan DNA target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target (Fatchiyah, 2012). Keberhasilan reaksi PCR sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, DNA template (cetakan), deoksiribonukleotida triphosphat (dNTP), oligonukleotida primer, komposisi larutan buffer, jumlah siklus reaksi, enzim yang digunakan, dan faktor teknis dan non-teknis lainnya, misalnya kontaminasi. Oligonukleotida primer (desain primer) memegang peranan penting untuk spesififisitas hasil yang maksimal dan efisiensi PCR Primer yang baik ditentukan oleh beberapa sifat/karakter primer (K.Yusuf, 2010). Untuk dapat melakukan suatu proses amplifikasi menggunakan metode PCR, maka tahap pertama yang perlu dilakukan adalah menyediakan komponen PCR berupa DNA template yang diperoleh melalui tahap isolasi DNA. DNA template (cetakan) merupakan suatu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan dan berasal dari patogen yang terdapat dalam spesimen klinik (Yusuf 2010). DNA menyimpan informasi yang dibutuhkan untuk sebuah proses identifikasi sehingga perlu dilakukan suatu proses isolasi untuk memperoleh DNA murni (Pratiwi, 2001).
Pada praktikum ini dilakukan penentuan Kadar asam lemak bebas dan penentuan angka asam pada beber... more Pada praktikum ini dilakukan penentuan Kadar asam lemak bebas dan penentuan angka asam pada beberapa sampel minyak antara lain minyak jelantah, minyak kemasan, minyak tradisional, minyak urut, dan minyak zaitun. Untuk mengetahui kualitas minyak terdapat beberapa macam pengujian secara kimia. Uji ini didasarkan pada penetapan bagian tertentu dari komponen kimia minyak, antara lain penetapan bilangan peroksida, bilangan penyabunan, bilangan iod, dan bilangan asam. Ada juga cara uji secara fisika seperti bobot jenis, titik cair, indeks bias, dan kadar air dalam minyak. Pada praktikum ini kualitas minyak ditentukan dengan uji secara kimia yaitu didasarkan pada parameter kimia yaitu kadar asam lemak bebas dan angka asam. Sampel yang digunakan rata-rata berwujud minyak, dimana Minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk kelompok lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk minyak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air (Krisdianto 2010). Minyak merupakan suatu trigliserida yang apabila terurai akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Kadar asam lemak bebas merupakan persentase jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak yang dinetralkan oleh NaOH/KOH. Nilai kadar asam lemak bebas dipakai untuk menghitung bilangan asam menggunakan persamaan. Baik kadar asam lemak bebas maupun bilangan asam digunakan untuk menentukan kualitas minyak. (Suroso.2013). Parameter mutu kimia minyak berdasarkan asam lemak bebas dan angka asam menentukan kualitas minyak. Asam lemak bebas merupakan asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Asam lemak terdiri dari elemen karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang tersusun berupa rantai karbon dengan gugus karboksil (-COOH) pada salah satu ujungnya. Asam lemak diperoleh dari hasil hidrolisis lemak. Kadar asam lemak adalah jumlah total asam lemak yang terdapat dalam sampel. Kadar asam lemak bebas merupakan penentuan dari jumlah rantai asam lemak hasil hidrolisis ikatan trigliserida yang belum didegradasi menjadi komponen tak tertitrasi atau mungkin dibentuk melalui proses oksidasi (Resky.2015). Kandungan asam lemak bebas (free fatty acid, FFA) dalam minyak merupakan ukuran kualitas minyak. FFA dinyatakan dengan bilangan asam atau
Pada praktikum ini dilakukan proses amplifikasi terhadap DNA Toxoplasma dengan menggunakan metode... more Pada praktikum ini dilakukan proses amplifikasi terhadap DNA Toxoplasma dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Polymerase Chain Reaction (PCR), merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro. Metoda PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah semula, sekitar 106-107 kali. Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya. Pada setiap n siklus PCR akan diperoleh 2n kali banyaknya DNA target. Kunci utama pengembangan PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada urutan DNA target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target (Fatchiyah, 2012). Keberhasilan reaksi PCR sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, DNA template (cetakan), deoksiribonukleotida triphosphat (dNTP), oligonukleotida primer, komposisi larutan buffer, jumlah siklus reaksi, enzim yang digunakan, dan faktor teknis dan non-teknis lainnya, misalnya kontaminasi. Oligonukleotida primer (desain primer) memegang peranan penting untuk spesififisitas hasil yang maksimal dan efisiensi PCR Primer yang baik ditentukan oleh beberapa sifat/karakter primer (K.Yusuf, 2010). Untuk dapat melakukan suatu proses amplifikasi menggunakan metode PCR, maka tahap pertama yang perlu dilakukan adalah menyediakan komponen PCR berupa DNA template yang diperoleh melalui tahap isolasi DNA. DNA template (cetakan) merupakan suatu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan dan berasal dari patogen yang terdapat dalam spesimen klinik (Yusuf 2010). DNA menyimpan informasi yang dibutuhkan untuk sebuah proses identifikasi sehingga perlu dilakukan suatu proses isolasi untuk memperoleh DNA murni (Pratiwi, 2001).
Pada praktikum ini dilakukan penentuan Kadar asam lemak bebas dan penentuan angka asam pada beber... more Pada praktikum ini dilakukan penentuan Kadar asam lemak bebas dan penentuan angka asam pada beberapa sampel minyak antara lain minyak jelantah, minyak kemasan, minyak tradisional, minyak urut, dan minyak zaitun. Untuk mengetahui kualitas minyak terdapat beberapa macam pengujian secara kimia. Uji ini didasarkan pada penetapan bagian tertentu dari komponen kimia minyak, antara lain penetapan bilangan peroksida, bilangan penyabunan, bilangan iod, dan bilangan asam. Ada juga cara uji secara fisika seperti bobot jenis, titik cair, indeks bias, dan kadar air dalam minyak. Pada praktikum ini kualitas minyak ditentukan dengan uji secara kimia yaitu didasarkan pada parameter kimia yaitu kadar asam lemak bebas dan angka asam. Sampel yang digunakan rata-rata berwujud minyak, dimana Minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk kelompok lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk minyak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air (Krisdianto 2010). Minyak merupakan suatu trigliserida yang apabila terurai akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Kadar asam lemak bebas merupakan persentase jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak yang dinetralkan oleh NaOH/KOH. Nilai kadar asam lemak bebas dipakai untuk menghitung bilangan asam menggunakan persamaan. Baik kadar asam lemak bebas maupun bilangan asam digunakan untuk menentukan kualitas minyak. (Suroso.2013). Parameter mutu kimia minyak berdasarkan asam lemak bebas dan angka asam menentukan kualitas minyak. Asam lemak bebas merupakan asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Asam lemak terdiri dari elemen karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang tersusun berupa rantai karbon dengan gugus karboksil (-COOH) pada salah satu ujungnya. Asam lemak diperoleh dari hasil hidrolisis lemak. Kadar asam lemak adalah jumlah total asam lemak yang terdapat dalam sampel. Kadar asam lemak bebas merupakan penentuan dari jumlah rantai asam lemak hasil hidrolisis ikatan trigliserida yang belum didegradasi menjadi komponen tak tertitrasi atau mungkin dibentuk melalui proses oksidasi (Resky.2015). Kandungan asam lemak bebas (free fatty acid, FFA) dalam minyak merupakan ukuran kualitas minyak. FFA dinyatakan dengan bilangan asam atau
Uploads
Papers by bagus adi