Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Drs. R. Soekmono (14 Juli 1922 – 9 Juli 1997)[1] adalah salah satu arkeolog dari Indonesia dan pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1971-1983.[2]

R. Soekmono

Bersama Satyawati Suleiman, Soekmono adalah salah satu arkeolog pertama bangsa Indonesia yang berhasil menyelesaikan gelar sarjananya pada tahun 1953 dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia biasa dipanggil sebagai 'Pak Soek' oleh rekan, bawahan, dan mahasiswanya. Pada tahun 1954, bersama Satyawati Suleiman, Soejono, Boechari, Uka Tjandrasasmita, Basoeki dan arkeolog Belanda, ia melakukan ekspedisi ke Sumatra. Dari ekspedisinya itu, ia berpendapat bahwa pada masa Kerajaan Sriwijaya, garis pantai timur Sumatra terletak di daerah pedalaman. Di Jambi terdapat sebuah teluk, sedangkan Palembang terletak di ujung dari sebuah semenanjung. Pendapat tersebut terus dipertahankan hingga akhir hayatnya.

Soekmono merupakan orang Indonesia pertama yang lulus sebagai doktorandus dalam bidang studi arkeologi. Setelah lulus pada tahun 1953, ia langsung diangkat sebagai kepala dari Dinas Purbakala, suatu jabatan yang sebelumnya hanya dijabat oleh orang Belanda. Jabatan tersebut terus diembannya hingga tahun 1973. Pada tahun 1970, ia dipercaya oleh pemerintah untuk memimpin Proyek Pemugaran Candi Borobudur yang didanai oleh pemerintah dan UNESCO.

Di tengah kesibukannya dalam memimpin suatu proyek besar, pada tahun 1974, ia masih sempat menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Candi, Fungsi dan Pengertiannya" di Universitas Indonesia. Pada bidang studi itulah, keahlian dan pengalamannya dapat diuji, terutama pengetahuannya mengenai candi-candi di Indonesia. Pengalamannya pada Proyek Pemugaran Candi Borobudur menjadikannya seorang ahli mengenai bangunan candi yang sedang ditanganinya. Di dunia internasional, pengetahuannya mengenai konservasi bangunan monumental banyak dipakai. Beberapa jabatan yang berkaitan dengan masalah-masalah konservasi pun disandangnya.

Kesibukannya sebagai “praktisi arkeologi” tidak menjadikannya lupa akan dunia akademis. Pengetahuannya yang luas mengenai Sejarah Kebudayaan Indonesia, diamalkannya di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Batusangkar sebagai Dosen Luar Biasa (1953-1978). Pada tahun 1978, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Arkeologi pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1986-1987, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Tamu di Rijksuniversiteit Leiden, Belanda.

Karya tulis

sunting
  • New light on some Borobudur problems, (1969)
  • Ancient Indonesian art of the central and eastern Javanese periods, (1971)
  • Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia, Volume 1, (1973)
  • Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia, Volume 2, (1973)
  • Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia, Volume 3, (1973)
  • Chandi Borobudur: a monument of mankind, (1976)
  • Chandi Gumpung of Muara Jambi: a platform in stead [sic] of a conventional chandi, (1987)
  • Rekonstruksi sejarah Malayu kuno sesuai tuntutan arkeologi, (1992)
  • The Javanese Candi: function and meaning, (1995)

Rujukan

sunting
  1. ^ Swantoro, P. (2002). Dari buku ke buku, sambung menyambung menjadi satu. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 979-9023-68-8. 
  2. ^ UNESCO (2005). The restoration of Borobudur. UNESCO. ISBN 92-3-103940-7. 

Pranala luar

sunting