Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Robert Kuok Hock Nien (Hanzi tradisional: ; Hanzi sederhana: ; Pinyin: Guō Hènián, born 6 October 1923 in Johor Bahru, Johor), adalah seorang pengusaha Tionghoa-Malaysia berpengaruh. Menurut Forbes, ia memiliki anggaran sekitar $14.7 miliar pada bulan Februari 2012, menjadikannya orang terkaya di Malaysia[1][2] dan terkaya kedua di Asia Tenggara setelah Dhanin Chearavanont dari Thailand. Menurut Daftar Miliuner Dunia Forbes 2015, Robert Kuok menempati urutan ke-110.[3] Pada Desember 2012, menurut Indeks Miliuner Bloomberg, Kuok memiliki anggaran sebesar 17.3 miliar yang menjadikannya orang terkaya ke-40 di dunia.[4] Ia menjadi orang terkaya di Malaysia, melalui induk perusahannya, Kuok Group,[5][6] dengan bidang bisnis yang beragam beragam mulai dari pabrik gula, tepung, minyak, pertambangan, hotel, kelapa sawit, angkutan, properti dan media yang tersebar di berbagai negara, seperti Singapura, Philipina, Thailand, Indonesia, China, Fiji dan Australia.

Robert Kuok Hock Nien
Lahir6 Oktober 1923 (umur 101)
Johor Bahru, Johor, Malaysia
Tempat tinggalHong Kong[1]
Nama lainChing Ching
KewarganegaraanMalaysia[1]
PekerjaanKetua Shangri-La Hotels and Resorts Chain
Kekayaan bersihKenaikan US$ 11.5 miliar
(Desember 2020)[1]
Suami/istriHo Poh Lin, 謝碧蓉
Anakdelapan[1]

Riwayat Hidup

sunting

Orang tuannya berasal dari daerah Fujian, China, mereka bermigrasi ke Malaya. Robert Kuok dilahirkan pada 6 Oktober 1923 di Johor Bahru, Malaysia, ia merupakan anak paling bungsu dari tiga bersaudara. Pada masa mudanya, ia pernah menjadi karyawan di sebuah perusahaan Jepang, Mitsubishi Shoji Kaisha pada masa Perang Dunia II, antara tahun 1942 hingga 1945 di Singapura. Setelah perang usai, ia pulang ke Johor Bahru untuk melanjutkan usaha keluarganya. Pada 1948, ayahnya meninggal dunia, ia bersama dengan dua orang saudaranya dan saudara sepupunya, Kuok Hock Chin mendirikan Kuok Brothers Sdn Bhd pada 1949. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan komoditas pertanian. Hubungannya dengan perusahaan Jepang yang ia kenal sebelumnya berlanjut hingga kemerdekaan Malaysia pada 1959. Ia mendirikan Pabrik gula Malaysia bersama mereka. Pabrik gulanya berkembang pesat hingga menguasai 80% pasar gula di Malaysia dan mendapat julukan “Raja Gula Asia”.

Pada 1971, ia merambah ke bidang perhotelan dengan membangun Hotel Shangri-La di Singapura, dilanjutkan dengan pembangunan hotel kedua, Kowloon Shangri-La di tepi pantai reklamasi di daerah Tsim Sha Tsui East waterfront pada 1977. Bisnisnya di China juga termasuk pabrik pengemasan botol Coca cola dan properti Beijing World Trade Centre. Di bidang angkutan ia memiliki Malaysian Bulk Carriers Berhad dan Transmile Group. Ia bersama keponakannya Kuok Khoon Hong juga menjalankan Wilmar International,[7] salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia. Sedangkan dibidang media, ia memiliki koran South China Morning Post.

Referensi

sunting