Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jean-François Lyotard

Jean-François Lyotard (10 Agustus 1924 – 21 April 1998) adalah seorang filsuf dari Prancis, yang amat berpengaruh dalam gerakan post-strukturalisme.[1] Di antara para filsuf post-strukturalis lain seperti Deleuze, Derrida, dan Foucault, Lyotard paling sering diasosiasikan dengan postmodernisme.[1]

Potret oleh Bracha L. Ettinger, 1995

Riwayat Hidup

sunting

Jean-François Lyotard dilahirkan di Versailles pada tahun 1924.[1] Setelah Perang Dunia II, ia diterima di Universitas Sorbonne dan mengambil filsafat sebagai pokok studinya.[2] Setelah itu, ia menjadi dosen di beberapa universitas.[2] Sepuluh tahun di Universitas Paris VIII (Saint Denis), jabatan yang dipegangnya hingga tahun 1989.[3] Dari tahun 1956 samapai 1966, Lyotard menjadi anggota dewan redaksi jurnal sosialis, Socialisme ou barbarie dan surat kabar sosialis Pouvoir Ouvrier.[3] Di samping itu dia menjadi perserta aktif dalam upaya menentang pemerintahan Prancis saat berlangsungnya perang di Aljazair.[3] Pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh Marx dan Kant.[2] Namun pengaruh Marx dalam politiknya hanya disetujuinya pada tahun 1950-an, sebab pada tahun 1960-an dia sudah menjadi seorang filsuf postmodernitas non-Marxis.[3] Ia meninggal pada tahun 1998 dalam usia yang ke-74.[2]

Pemikiran

sunting

Dalam bukunya yang sangat terkenal, Lyotard - Libidinal Economy, Lyotard menunjukkan arah perubahan filsafatnya, yakni dari ekonomi politik dalam Discours, figure yang dekat dengan pemikiran Marxisme kepada landasan libido dalam teori Freud.[3][4] Artinya adalah dari filsafat yang berlandaskan totaliter yang diwakili Marxisme kepada keterbukaan terhadap keinginan manusia untuk hidup lebih baik, bukan hanya diserahkan pada sistem tunggal saja (yang nantinya menjadi komunisme).[3][4]

Karya lain yang menjadikannya terkenal adalah The Postmodern Condition, dan The Differend.[3]

The Postmodern Condition berisi tentang laporan mengenai pengetahuan dari pemerintahan Quebec, meninjau pengetahuan, ilmu dan teknologi dalam masyarakat yang sudah maju.[3] Masyarakat yang kehilangan kredibilitas dalam organisme (Durkheim) sebagai sistem fungsional Parsons dan pemisahan kelas pada teori Marx yang membentuk metanarasi yang mempengaruhi masyarakat itu.[3][5] Metanarasi yang dimaksud adalah akumulasi total dari cerita-cerita besar dalam tradisi yang dianut yang dijadikan tolak ukur sebuah tindakan dan disyahkan.[5] Pengesahan-pengesahan secara baku pada bidang masing-masing itu hanya membawa masyarakat kehilangan kemampuan untuk melakukan perubahan.[3][5] Misalnya ilmu pengetahuan yang hanya mementingkan eksperimen tanpa menyadari dampak negatif terhadap masyarakat.[3] Metanarasi-metanarasi lainnya misalnya adalah doktrin-doktrin agama yang tidak mengatasi masalah masyarakat.[3] Pengesahan-pengesahan atas metanarasi yang justru memperburuk kondisi manusia itu, menurut Lyotard tidak boleh dijadikan asas tunggal dalam kehidupan.[3][5] Baginya, semua pengesahan-pengesahan itu akan baik jika dibuktikan dalam perannya di masyarakat.[3]

Lyotard dan Habermas

sunting

Salah satu pemikiran Lyotard yang menarik adalah ketika ia berpolemik dengan Habermas.[2] Ia mengkritik posisi Habermas tentang konsensus universal, yang merupakan usaha Habermas untuk melanjutkan proyek Pencerahan.[2] Lyotard berpendapat bahwa post-modernitas yang kini akan berlaku dan modernitas-Pencerahan dipandang tidak lagi relevan.[2] Salah satu poin kritik dari Lyotard terhadap Habermas adalah tidak mungkinnya lagi kesatuan dan universalitas seperti yang diidam-idamkan oleh Pencerahan.[2] Di era post-modern ini heterogenitas yang akan berkembang.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c (Inggris)Alan D. Schrift. 1999. "Lyotard, Jean-François". In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 523-524. London: Cambridge University Press.
  2. ^ a b c d e f g h i K. Bertens. 2006. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 378-398.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n (Indonesia)John Lechte diterjemahkan oleh A Gunawan Admiranto., 50 Filsuf Kontemporer, Yogyakarta: Kanisius, 2001
  4. ^ a b (Inggris) Hamilton Grant., Jean-Francois Lyotard - Libidinal Enonomy, New York: Continuum, 2004
  5. ^ a b c d (Inggris) Henry A. Giroux., Postmodernism, feminism, and cultural politics: redrawing educational boundaries,US:State of University of New York, 1991