Bahasa tubuh
Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata).
Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan di mana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artefak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh.[1]
Fungsi pesan nonverbal
suntingLima fungsi pesan nonverbal menurut Mark L. Knapp.[2]
Repetisi
suntingMengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan secara verbal.
Contoh:
Anak kecil yang menjawab mau diajak ke dufan akan mengiyakan sambil melompat-lompat senang.
Subtitusi
suntingMenggantikan lambang verbal.
Contoh:
Tanpa mengatakan sepatah katapun, di Indonesia bila seseorang menggeleng, maka lawan bicaranya akan tahu bahwa itu sebagai tanda ketidaksetujuan.
Kontradiksi
suntingMenolak sebuah pesan verbal dengan memberikan makna lain menggunakan pesan nonverbal.
Contoh:
Seseorang mengiyakan dan menganggukkan kepala saat diminta mendekat namun lalu mengambil langkah seribu dan lari secepat-cepatnya.
Bahasa tubuhnya yang menghindari kontak dengan melarikan diri menandakan bahwa ia takut, kontradiktif dengan awal pesan verbalnya saat ia mengiyakan.
Pelengkap (complement)
suntingMelengkapi dan memperkaya pesan nonverbal.
Contoh:
Air muka yang menunjukkan rasa sakit luar biasa tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Aksentuasi
suntingMenegaskan pesan nonverbal.
Contoh:
Kekesalan diungkapkan dengan memukul lemari.
Peran bahasa tubuh dalam komunikasi
suntingBahasa tubuh dipercayai sangat penting dalam melancarkan atau menghambat efektivitas komunikasi.
Bahasa tubuh menurut Sigmund Freud: