Pacekelan, Purworejo, Purworejo
Pacekelan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Purworejo | ||||
Kecamatan | Purworejo | ||||
Kode pos | 54151 | ||||
Kode Kemendagri | 33.06.06.2001 | ||||
Luas | 526.700 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 2.060 Jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Pacekelan adalah sebuah desa di Kecamatan Purworejo, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia.
Menurut legenda yang ada di masyarakat bahwa pada jaman dahulu kala wilayah Desa Pacekelan adalah salah satu tempat pertempuran antara Prabu Baka dengan Raden Bandung Bandawasa. Pertempuran begitu sengit dan berhari-hari karena memang sama-sama saktinya, ketika pertempuran terjadi di daerah pegunungan Prabu Baka dipukul dengan batu kepalanya tetapi hanya rambutnya saja yang rontok sehingga kepalanya botak sehingga tepat itu dinamakan Gunung Butak dan merupakan salah satu pedusunan di Desa Pacekelan, pertempuran terus berlangsung bahkan sampai ditempat orang hajatan yang ada pertunjukan wayang, disitu tidak ada orang yang berani memisah bahkan pertunjukan jadi berantakan diterjang oleh sengitnya pertempuran. Kelir wayang terbang jauh sampai wilayah Kaligesing disana jatuh menjadi gunung dan dinamakan Gunung Kelir, kecreknya jatuh diwilayah Desa Plipir disebuah sumur dan dinamai Sumur Wayang, kempul jatuh diwilayah Dusun Cocolan dan menjadi gunung dinamai Gunung Kempul, pintu jatuh dihutan dengan fenomena menjadi batu dan dinamai Watu Lawang.
Setelah lama akhirnya Prabu Baka tertangkap dalam bahasa jawa kecekel, tetapi dengan kesaktiannya bisa menghilang dalam bahasa jawa ilang, dari dua kata kecekel dan ilang sehingga tempat tersebut dinamai cekelang dan kerena perkembangan jaman menjadi Pacekelan.
Setelah berhari-hari akhirnya Prabu Baka dapat dikalahkan, kepalanya dipukul dengan kesaktiannya Raden Bandung Bandawasa hingga pecah dan otaknya tercerai berai dan menjadi gunung kapur di Desa Brenggong dinamai Gunung Jambul karena bercampur batok kepala (jambul) dan sebagian lagi bercampur darah merah (abang) sehingga tampak kemerah-merahan orang jawa menyebutnya abang-abang sehingga daerah itu dikenal dengan nama awang-awang (dusun terletak di Desa Brenggong).
Pada tahun 1825-1830 terjadi Perang Diponegoro, Desa Pacekelan termasuk sebagian Barisan Bukit Menoreh, yang menjadi pertahanan pasukan Diponegoro, terdapat peninggalan yang berbentuk gudang senjata dan orang menyebutnya Beteng terletak di Dusun Bendungan. Sebagai juru kunci adalah Singoyudo dan setelah meninggal dimakamkan disekitar beteng. Konon salah satu senopati perangnya bernama Joyo Ngali (nama samara), setelah Pangeran Diponegoro ditangkap di Tegalrejo Magelang lalu kembali kewilayah Pacekelan dan memperistri anak angkat Singoyudo, dan berjuang bermasyarakat dan dijalan agama. Dalam perjuangannya menggunakan beberapa nama samaran dan menjadi cikal bakal disebagian wilayah Desa Pacekelan dan membangun kehidupan bermasyarakat serta mencari nafkah secara gotong-royong.
Demikian sekelumit ringkasan Sejarah Desa Pacekelan, yang kami tulis berdasarkan keterangan dari para narasumber.