Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Sinta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sita)
Sinta
सीता
Litograf yang menggambarkan Sinta, berdasarkan lukisan Raja Ravi Varma.
Litograf yang menggambarkan Sinta, berdasarkan lukisan Raja Ravi Varma.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaSinta
Ejaan Dewanagariसीता
Ejaan IASTSītā
Nama lainMaithilī; Janakī;
Widehī; Ramaa
AsalMithila, Kerajaan Wideha

Sinta (Dewanagari: सीता; ,IASTSītā, सीता) adalah tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana. Ia merupakan istri dari Sri Rama, tokoh utama kisah tersebut. Menurut pandangan Hindu, Sinta merupakan inkarnasi dari Laksmi, dewi keberuntungan, istri Dewa Wisnu.

Inti dari kisah Ramayana adalah penculikan Sinta oleh Rahwana raja Kerajaan Alengka yang ingin mengawininya. Penculikan ini berakibat dengan hancurnya Kerajaan Alengka oleh serangan Rama yang dibantu bangsa Wanara dari Kerajaan Kiskenda.

Arti nama

[sunting | sunting sumber]

Dalam bahasa Sanskerta, kata Sinta bermakna "kerut". Kata "kerut" merupakan istilah puitis pada zaman India Kuno, yang menggambarkan aroma dari kesuburan. Nama Sinta dalam Ramayana kemungkinan berasal dari Dewi Sinta, yang pernah disebutkan dalam Rigweda sebagai dewi bumi yang memberkati ladang dengan hasil panen yang bermutu.

Seperti tokoh terkenal dalam legenda Hindu lainnya, Sinta juga dikenal dengan banyak nama. Sebagai puteri Raja Janaka, ia dipanggil Janaki; sebagai puteri Mithila, ia dipanggil Maithili; sebagai istri Raama, ia dipanggil Ramaa. Karena berasal dari Kerajaan Wideha, ia pun juga dikenal dengan nama Waidehi.

Asal usul

[sunting | sunting sumber]

Ramayana menceritakan bahwa Sinta bukan putri kandung Janaka. Suatu ketika Kerajaan Wideha dilanda kelaparan. Janaka sebagai raja melakukan upacara atau yadnya di suatu area ladang antara lain dengan cara membajak tanahnya. Ternyata mata bajak Janaka membentur sebuah peti yang berisi bayi perempuan. Bayi itu dipungutnya menjadi anak angkat dan dianggap sebagai titipan Pertiwi, dewi bumi dan kesuburan.

Sinta dibesarkan di istana Mithila, ibu kota Wideha oleh Janaka dan Sunayana, permaisurinya. Setelah usianya menginjak dewasa, Janaka pun mengadakan sebuah sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya itu. Sayembara tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Dewa Siwa, dan dimenangkan oleh Sri Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sinta pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibu kota Kosala.

Masa pembuangan

[sunting | sunting sumber]
Rama, Laksmana, dan Sinta saat menjalani kehidupan di hutan.
(Lukisan dari Museum Seni San Diego)

Selanjutnya dikisahkan, ibu tiri Rama yang bernama Kaikeyi lebih menginginkan putra kandungnya, yaitu Bharata yang menjadi raja Ayodhya, bukan Rama. Kaikeyi pun mendesak Dasarata agar membuang Rama ke hutan selama 14 tahun.

Dasarata yang terikat sumpah terpaksa menuruti permintaan istri keduanya itu. sebagai putra yang berbakti, Rama pun menjalani keputusan itu dengan ikhlas. Sinta yang setia mengikuti perjalanan Rama, begitu pula adik Rama yang lahir dari ibu lain, yaitu Laksmana. Ketiganya meninggalkan istana Ayodhya untuk memulai hidup di dalam hutan.

Di dalam hutan belantara dan pegunungan, Rama, Sinta, dan Laksmana banyak bergaul dengan para pendeta dan brahmana sehingga menambah ilmu pengetahuan dan kepandaian mereka.

Penculikan oleh Rahwana

[sunting | sunting sumber]
Rahwana menculik Sinta dan membunuh Jatayu - oleh Raja Ravi Varma.

Rahwana adalah raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Pasukannya yang bertugas di Janastana habis ditumpas Rama karena mereka gemar mengganggu kaum brahmana. Rahwana pun melakukan pembalasan ditemani pembantunya yang bernama Marica.

Mula-mula Marica menyamar menjadi seekor kijang berbulu keemasan dan menampakkan diri di depan pondok Rama. Menyaksikan keindahan kijang tersebut, Sinta menjadi tertarik dan ingin memilikinya. Karena terus didesak, Rama akhirnya mengejar dan berusaha menangkapnya.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan Rama di kejauhan. Sinta pun menyuruh Laksmana untuk menyusul suaminya itu. Namun Laksmana yakin kalau kijang tersebut adalah jelmaan raksasa yang sekaligus meniru suara jeritan Rama. Sinta marah mendengar jawaban Laksmana dan menuduh adik iparnya itu berkhianat dan memiliki maksud kurang baik.

Laksmana tersinggung mendengar tuduhan Sinta. Sebelum pergi, ia lebih dulu menciptakan pagar gaib berupa garis pelindung yang mengelilingi pondok tempat Sinta menunggu. Setelah kepergian Laksmana muncul seorang brahmana tua yang kehausan dan minta diberi minum. Namun ia tidak dapat memasuki pondok karena terhalang pagar gaib Laksmana.

Sinta yang merasa kasihan mengulurkan tangannya untuk memberi minum sang brahmana tua. Tiba-tiba brahmana itu menarik lengan Sinta dan membawanya kabur. Brahmana tersebut tidak lain adalah samaran Rahwana. Ia menggendong tubuh Sinta dan membawanya terbang di udara.

Suara tangisan Sinta terdengar oleh seekor burung tua bernama Jatayu, yang bersahabat dengan Dasarata ayah Rama. Jatayu menyerang Rahwana namun ia justru mengalami kekalahan dan terluka parah. Sinta tetap dibawa kabur oleh Rahwana namun ia sempat menjatuhkan perhiasannya di tanah sebagai petunjuk untuk Rama.

Dalam istana Alengka

[sunting | sunting sumber]
Sinta saat ditawan di Taman Asoka di Alengka (Lukisan karya Kailash Raj)

Sesampainya di istana Kerajaan Alengka yang terletak di kota Trikuta, Sinta pun ditawan di dalam sebuah taman yang sangat indah, bernama Taman Asoka. Di sekelilingnya ditempatkan para raksasi yang bermuka buruk dan bersifat jahat namun dungu. Selama ditawan di istana Alengka, Sinta selalu berdoa dan berharap Rama datang menolongnya.

Pada suatu hari muncul seekor Wanara datang menemuinya. Ia mengaku bernama Hanoman, utusan Sri Rama. Sebagai bukti Hanoman menyerahkan cincin milik Sinta yang dulu dibuangnya di hutan ketika ia diculik Rahwana. Cincin tersebut telah ditemukan oleh Rama.

Hanoman membujuk Sinta supaya bersedia meninggalkan Alengka bersama dirinya. Sinta menolak karena ia ingin Rama yang datang sendiri ke Alengka untuk merebutnya dari tangan Rahwana dengan gagah berani. Hanoman dimintanya untuk kembali dan menyampaikan hal itu.

Ujian kesucian

[sunting | sunting sumber]

Berkat bantuan Sugriwa raja bangsa Wanara, serta Wibisana adik Rahwana, Rama berhasil mengalahkan Kerajaan Alengka. Setelah kematian Rahwana, Rama pun menyuruh Hanoman untuk masuk ke dalam istana menjemput Sinta. Hal ini sempat membuat Sinta kecewa karena ia berharap Rama yang datang sendiri dan melihat secara langsung tentang keadaannya.

Setelah mandi dan bersuci, Sinta menemui Rama. Rupanya Rama merasa sangsi terhadap kesucian Sinta karena istrinya itu tinggal di dalam istana musuh dalam waktu yang cukup lama. menyadari hal itu, Sinta pun menyuruh Laksmana untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya dan membuat api unggun. Tak lama kemudian Sinta melompat ke dalam api tersebut. Dari dalam api tiba-tiba muncul Dewa Brahma dan Dewa Agni mengangkat tubuh Sinta dalam keadaan hidup. Hal ini membuktikan kesucian Sinta sehingga Rama pun dengan lega menerimanya kembali.

Kehidupan selanjutnya

[sunting | sunting sumber]

Setelah pulang ke Ayodhya, Rama, Sinta, dan Laksmana disambut oleh Bharata dengan upacara kebesaran. Bharata kemudian menyerahkan takhta kerajaan kepada Rama sebagai raja. Dalam pemerintahan Rama terdengar desas-desus di kalangan rakyat jelata yang meragukan kesucian Sinta di dalam istana Rahwana.

Rama merasa tertekan mendengar suara sumbang tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk membuang Sinta yang sedang mengandung ke dalam hutan. Dalam pembuangannya itu, Sinta ditolong seorang resi bernama Walmiki dan diberi tempat tinggal.

Beberapa waktu kemudian, Sinta melahirkan sepasang anak kembar diberi nama Lawa dan Kusa. Keduanya dibesarkan dalam asrama Resi Walmiki dan diajari nyanyian yang mengagungkan nama Ramacandra, ayah mereka.

Suatu ketika Rama mengadakan upacara Aswamedha. Ia melihat dua pemuda kembar muncul dan menyanyikan sebuah lagu indah yang menceritakan tentang kisah perjalanan dirinya dahulu. Rama pun menyadari kalau kedua pemuda tersebut yang tidak lain adalah Lawa dan Kusa merupakan anak-anaknya sendiri.

Akhir riwayat

[sunting | sunting sumber]

Atas permintaan Rama melalui Lawa dan Kusa, Sinta pun dibawa kembali ke Ayodhya. Namun masih saja terdengar desas-desus kalau kedua anak kembar tersebut bukan anak kandung Rama. Mendengar hal itu, Sinta pun bersumpah jika ia pernah berselingkuh maka bumi tidak akan sudi menerimanya.

Tiba-tiba bumi pun terbelah. Dewi Pertiwi muncul dan membawa Sinta masuk ke dalam tanah. Menyaksikan hal itu Rama sangat sedih. Ia pun menyerahkan takhta Ayodhya dan setelah itu bertapa di Sungai Gangga sampai akhir hayatnya.

Versi di atas masih diperdebatkan tentang keasliannya. Sebagian berpendapat bahwa, Rama dan Sinta hidup berbahagia setelah kembali ke Ayodhya. Tidak ada lagi pembuangan terhadap Sinta. Kisah Sinta ditelan bumi dalam Ramayana dianggap sebagai tambahan yang ditulis orang lain, bukan hasil karya Walmiki.

Mereka yang menolak versi di atas berpendapat bahwa Rama dan Sinta hidup berbahagia dan memerintah Kerajaan Ayodhya selama 11.000 tahun (konon angka ini dianggap lazim pada zaman tersebut, yakni zaman Treta Yuga). Sinta hanya hidup selama beberapa tahun saja di dalam istana Rahwana, sehingga dapat dianggap sebagai suatu masalah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan lamanya mereka hidup.

Versi pewayangan

[sunting | sunting sumber]

Versi Ramayana di atas cukup berbeda jika dibandingkan dengan kisah dalam pewayangan, terutama yang berkembang di Jawa. Dalam versi ini, Sinta disebut dengan gelar lengkap Rakyan Wara Sinta. Uniknya, ia juga disebut sebagai putri kandung Rahwana sendiri.

Rahwana versi Jawa dikisahkan jatuh cinta kepada seorang pendeta perempuan bernama Wedawati. Namun Wedawati menolak cintanya dan memilih bunuh diri. Rahwana pun bertekad akan mencari dan menikahi reinkarnasi Wedawati.

Atas petunjuk gurunya yang bernama Resi Maruta, Rahwana mengetahui kalau Wedawati akan menitis sebagai putrinya sendiri. Namun ketika istrinya yang bernama Dewi Kanung melahirkan, Rahwana pergi untuk memperluas jajahan. Bayi perempuan yang dilahirkan Kanung pun diambil Wibisana untuk dibuang di sungai dalam sebuah peti. Wibisana kemudian menukar bayi tersebut dengan bayi laki-laki yang diciptakannya dari mega di langit. Bayi laki-laki tersebut akhirnya diakui Rahwana sebagai anaknya, dan kelak terkenal dengan nama Indrajit.

Sementara itu bayi perempuan yang dibuang Wibisana terbawa aliran sungai sampai ke wilayah Kerajaan Mantili. Raja negeri tersebut yang bernama Janaka memungut dan menjadikannya putri angkat, dengan nama Sinta.

Kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi aslinya, yaitu perkawinan Sinta dengan Sri Rama, penculikannya, sampai dengan kematian Rahwana dalam perang besar. Namun versi Jawa menyebutkan, setelah perang berakhir Rama tidak menjadi raja di Ayodhya, melainkan membangun kerajaan baru bernama Pancawati.

Dari perkawinannya dengan Rama, Sinta melahirkan dua orang putra bernama Ramabatlawa dan Ramakusiya. Putra yang pertama, yaitu Ramabatlawa menurunkan raja-raja Kerajaan Mandura, antara lain Basudewa, dan juga putranya yang bernama Kresna.

Kresna versi Jawa disebut sebagai reinkarnasi Rama, sedangkan adiknya yang bernama Subadra disebut sebagai reinkarnasi Sinta. Dengan demikian hubungan Rama dan Sinta yang pada kehidupan sebelumnya adalah suami-istri berubah menjadi kakak dan adik dalam kehidupan selanjutnya.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]