Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Cepokosawit, Sawit, Boyolali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cepokosawit

Kantor Desa Cepokosawit
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBoyolali
KecamatanSawit
Kode pos
57374
Kode Kemendagri33.09.08.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°34′12″S 110°41′21″E / 7.57000°S 110.68917°E / -7.57000; 110.68917
Peta

Cepokosawit adalah sebuah desa di kecamatan Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia.

Pembagian wilayah

[sunting | sunting sumber]

Desa Cepokosawit terdiri dari 2 RW (Rukun Warga) dan 12 RT (Rukun Tetangga) atau biasa disebut dengan Dukuh, yaitu :

  • RT 001 : Ledok
  • RT 002 : Bletengan
  • RT 003 : Gambuhan
  • RT 004 : Gombangan
  • RT 005 : Satriyan
  • RT 006 : Kenteng
  • RT 007 : Cepokosawit
  • RT 008 : Senden
  • RT 009 : Penggingan
  • RT 010 : Legundi
  • RT 011 : Sidomulyo
  • RT 012 : Logereng

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Lembaga pendidikan formal yang ada di Desa Cepokosawit adalah:

  • SD Negeri 1 Cepokosawit
  • SD Negeri 2 Cepokosawit

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Monumen Gempa Bumi 2006

[sunting | sunting sumber]

Pada hari Sabtu, 27 Mei 2006, tepat pukul 05.55 WIB gempa dahsyat berkekuatan 5,9 skala richter (SR) bersumber dari pantai selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengguncang hingga daerah Desa Cepokosawit, Sawit, Boyolali. Dari 19 kecamatan di Boyolali hanya satu kecamatan yang terkena gempa 2006.

Sebanyak 216 rumah warga yang tersebar di sembilan dari 12 dukuh di Cepokosawit mengalami rusak parah. Ada tiga dukuh yang paling parah terdampak gempa saat itu yakni Dukuh Satriyan, Cepokosawit, dan Kenteng. Tiga orang meninggal dunia dan dua orang mengalami cacat akibat tertimpa bangunan rumah. Gempa dahsyat itu masih meninggalkan trauma luar biasa warga setempat. Dari kejadian tersebut, warga kemudian membangun Monumen Gempa Bumi 2006 sebagai saksi sejarah terjadinya gempa bumi di Cepokosawit.

Jalan setapak sepanjang 50 meter menjadi jalan utama menuju ke monumen yang dibangun di tengah sawah. Desain monumen gempa berbahan utama batu setinggi 17 meter itu menyerupai dua gapura yang disatukan. Pembangunan gapura masuk Candi Prambanan di Klaten menjadi inspirasi monumen. Ada sembilan pola gambar berbeda yang ukir di monumen itu. Setiap gambar memiliki filosofi atau makan tentang bencana gempa bumi di Cepokosawit.

Tiga pola gambar bermotif bunga di bagian bawah mengartikan tiga dukuh paling parah terkena gempa, sembilan gambar bulatan bermakna jumlah dukuh yang terkena gempa, 12 kotak berbentuk segi empat bermakna jumlah dukuh di Desa Cepokosawit, 12 gambar bunga sakura di tengah bermakna jumlah dukuh, gambar lima kotak segi empat pada bagian sayap monumen mengartikan waktu kejadian gempa, angka 2006 di puncak memiliki arti tahun kejadian gempa. Kemudian lima bulatan di bawah bola dunia (globe) bermakna bulan kejadian gempa, 27 lembar daun di bagian sayap bermakna tanggal kejadian gempa, dan bola dunia bermakna gempa bumi.

Salah satu tokoh masyarakat pengagas dibangunnya monumen ini adalah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI (Purn.) Mulyono yang tak lain adalah warga kelahiran Cepokosawit. Pembangunan monumen ini dananya berasal murni dari swadaya warga sekitar. Harapan dari dibangunnya monumen ini adalah memberikan pendidikan sejarah kepada generasi muda tentang tragedi gempa dahsyat yang pernah menguncang Cepokosawit.[1]

Monumen ini diresmikan pada hari Rabu, 25 Mei 2016 untuk memperingati 10 tahun kejadian gempa bumi dahsyat pada 2006.[2]

Situs Gajah Putih/Mbah Gajah/Gajah Ndekem

[sunting | sunting sumber]

Situs Gajah Ndekem merupakan salah satu cagar budaya di Boyolali. Terletak di Dukuh Senden, Desa Cepokosawit, Kab. Boyolali. Situs ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataran Kuno.[3]

Dendang (Desa Ikan dan Udang)

[sunting | sunting sumber]

Desa Cepokosawit merupakan salah satu desa di Kecamatan Sawit yang memiliki sumber mata air yang deras. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan. Selain digunakan untuk budidaya, kolam-kolam yang ada di kawasan ini juga dibuka pemancingan untuk umum.

Lokasi ini pernah dijadikan tujuan Diplomatic Tour dalam rangkaian agenda Peringatan Hari Pangan Sedunia 2016 yang dipusatkan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Diplomatic Tour ini bertujuan untuk lebih mengenalkan potensi Provinsi Jawa Tengah dalam bidang investasi, industri maupun pariwisata, khususnya bidang-bidang pertanian, peternakan dan perikanan.[4]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Monumen Gempa Bumi". direktoripariwisata.id. Diakses tanggal 2022-10-17. 
  2. ^ Baiduri, MC Nieke Indrietta (2016-05-26). Baiduri, MC Nieke Indrietta, ed. "Dekat Situs Mbah Gajah Boyolali Kini Berdiri Monumen Gempa". Tempo.co. Diakses tanggal 2022-10-17. 
  3. ^ Retnosari/JIBI/Solopos, Kharisma Dita (2015-06-18WIB19:40:39+00:00). "CAGAR BUDAYA BOYOLALI : Kisah Mistis Gajah Ndekem Cepokosawit, Awas Bisa Kualat, Kemaluan Membengkak!". Solopos.com. Diakses tanggal 2022-10-17. 
  4. ^ "Dendang Cepoko Sawit, Salah Satu Tujuan "diplomatic Tour" Hari Pangan Se Dunia 2016". ketahananpangan.boyolali.go.id. Diakses tanggal 2022-10-17.