Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Kabupaten Lingga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Lingga
Transkripsi bahasa daerah
 • Abjad Jawiليڠڬ
Masjid Jami Sultan Riau Lingga
Lambang resmi Kabupaten Lingga
Julukan: 
Bunda Tanah Melayu
Motto: 
Bertingkap alam, berpintu ilahi
Peta
Peta
Kabupaten Lingga di Sumatra
Kabupaten Lingga
Kabupaten Lingga
Peta
Kabupaten Lingga di Indonesia
Kabupaten Lingga
Kabupaten Lingga
Kabupaten Lingga (Indonesia)
Koordinat: 0°16′S 104°29′E / 0.27°S 104.48°E / -0.27; 104.48
Negara Indonesia
ProvinsiKepulauan Riau
Dasar hukumUU RI Nomor 31 Tahun 2003
Ibu kotaDaik
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 13
  • Kelurahan: 7
  • Desa: 82
Pemerintahan
 • BupatiM. Nizar
 • Wakil BupatiNeko Wesha Pawelloy
 • Sekretaris DaerahArmia
Luas
 • Total2.203,89 km2 (850,93 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[1]
 • Total101.917
 • Kepadatan46/km2 (120/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 92,03% Islam
  • 4,98% Buddha
  • 0,02% Konghucu
  • 0,01% Lainnya[1]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Melayu
 • IPMKenaikan 72,23 (2023)
tinggi[2]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
2104 Edit nilai pada Wikidata
Pelat kendaraanBP xxxx O*
Kode Kemendagri21.04 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 513.933.318.000,- (2020)[3]
Situs webwww.linggakab.go.id


Kabupaten Lingga adalah sebuah wilayah kabupaten di provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Ibu kotanya adalah Daik. Kabupaten Lingga memiliki 13 kecamatan, 7 kelurahan, dan 82 desa, dengan jumlah penduduk 98.633 jiwa pada 2020, dan sebanyak 101.917 jiwa pada akhir 2023.[1][4].

Pada Zaman dahulu asal usul sebuah kerajaan Melayu di Lingga yang berpusat di Kota Daik sebagai Negara Kesultanan Johor-Pahang-Riau-Lingga. Sultan Mahmud Syah II (1685 – 1699) adalah Sultan Johor-Riau-Lingga-Pahang atau kemaharajaan melayu yang ke-10. Ia adalah keturunan sultan-sultan Malaka, sultan ini tidak mempunyai keturunan, untuk penggantinya dicarilah dari keturunan Datuk Bendahara Paduka Raja Tun Abdul Jalil yang diberi gelar Sultan Mahmud Syah III. Pada masa ini sultan Mahmud Syah III masih sangat muda jadi yang menjalankan pemerintahan ialah yang dipertuan muda Daeng Kamboja yang dipertuan Muda III, jadi ialah yang paling berkuasa di kemaharajaan di Melayu Lingga. Yang menjadi Datok Bendahara pada saat itu adalah Tun Hasan, semasa ini pula hubungan pemerintahan dengan Belanda masih lancar. Sedangkan di Riau berdatangan pedagang-pedagang dari India. Sedangkan pedagang cina pada saat itu masih menetap di Kepulauan Nusantara dan pada saaat ini juga yang mendampingi yang dipertuan muda melaksanakan tugasnya untuk diwilayah Riau Engku Kelana Raja Haji.

Setelah yang dipertuan muda III Daeng Kamboja wafat tahun 1777 yang menggantikannya adalah Yang Dipertuan Muda IV Raja Haji. Raja Haji ini memerintah dari tahun 1777 – 1784. Sewaktu berada di bawah pemerintahannya pecah perang antara kemaharajaan melayu dengan kompeni Belanda di Melaka. Setelah Raja Haji wafat lahirlah sebuah perjanjian antara kemaharajaan melayu dengan pihak kompeni Belanda. Perjanjian ini dikenal TRACTAAT AL TOOSE DURENDE GETROO WE VRIENDE BOND GENO OT SCHAP yang ditandatangani tanggal 10 November 1784.

Setelah di tinggalkan Raja Haji yang menjadi Di Pertuan Muda Riau, berikutnya adalah Raja Ali (Anak dari Daeng Kamboja). Masa jabatan dari tahun 1785-1806 ia sebagai yang dipertuan muda ke-V ia lebih banyak berada di luar wilayah kerajaan sebab kekuasaan pada saat itu lebih banyak berada di Belanda. Lama kelamaan ia mengadakan perlawanan dan akhirnya sejak tahun 1785 menetaplah ia di Suka Dana (Kalimantan). Tahun ini juga kompeni Belanda mengangkat Recident Belanda pertama di Tanjungpinang dengan nama DAVID RUNDE pada tanggal 17 Juni 1785.

Pada tahun 1787 Sultan Mahmud Syah III memindahkan pusat kerajaannya ke Daik Lingga, ini diakibtakan adanya tekanan dari Kompeni Belanda. Walaupun pusat kerajaan berada di Pulau Lingga, wilayah masih meliputi Johor-Pahang dimana daerah tersebut Sultan masih diwakili oleh Datuk Temenggung untuk bagian Johor dan Singapura sedangkan Datuk Bendahara untuk daerah Pahang. Untuk tahun 1795 terjadi perkembangan politik baru di negeri Belanda, dimana kompeni Belanda harus menyerahkan beberapa daerah yang didudukinya ke Inggris. Masa ini disebut juga sebagai masa INTEREGNUM Inggris di Riau.

Tahun 1802 yang dipertuan muda V berada dipengungsian kembali di Lingga pada masa intregnum Inggris ini berlangsung Raja Ali wafat 1795-1816 di pulau Bayan. Tahun 1806 diangkat pula Raja Jakfar menjabat kedudukan sebagai yang dipertuan Muda Riau pada tahun 1806-1813. Raja Jakfar membuat tempat pemerintahannya di kota Rentang di Pulau Penyengat. Pada tahun 1811 Sultan Mahmud III memerintahkan anaknya Tengku Husein (Tengku Long pergi ke Pahang dan menikah disana dengan puteri Tun Khoris atau adik bendahara yang bernama Tun Ali. Semasa Tun Husin (Tengku long ) berada dipahang ayahandanya Sultan Mahmut Syah wafat di Daik Lingga tanggal 12 Januari 1812.

Setelah Sultan Mahmut syah III meninggal dicarilah calon pengantinya. Akhirnya yang dilantik sebagai sultan pengganti yaitu Tengku Abdul Rahman yang disetujui oleh pembesar kerajaan dan dari pihak Belanda. Ini dikuatkan oleh peraturan kerajaan Lingga Riau yang berbunyi Sultan baru harus dilantik sebelum jenazah Sultan yang wafat di kebumikan.

Setelah Tengku Abdul Rahman dilantik tahun 1812 Sultan Abdul Rahman Syah menetap di Lingga. Mulailah Lingga masa itu bertambah ramai karena telah ada tambang timah disingkep. Sedangkan Raja Ja’far menetap di Penyengat ia telah menempatkan orang-orang kepercayaannya di Daik Lingga untuk mendampingi Sultan yaitu Engku Syaid Muhammad Zain Al Qudsi. Suliwatang Ibrahim, sahbandar Muhammad Encik Abdul Manan dan bagian pertahanan dan keamanan adalah Encik Kalok. Tengku Husin tinggal di Lingga, dia menetap di penyengat.

Pada tangal 19 Agustus 1818 Wiliam Farquhan Residen Inggris dari Malaka datang ke Daik untuk bertemu dengan Sultan Abdul Rahman Muazam Syah dan memberitahukan bahwa wilayah kerajaan Lingga Riau mungkin akan diambil Belanda. Sultan Abdul Rahman Muazam Syah menjawab berita yang disampaikan Fanquhan itu, bahwa dia tidak mempunyai wewenang untuk mengurus urusan kerajaan, hanya ia menganjurkan Fanquhan dapat menghubungi Raja Ja’far.

Sultan Mahmud Riayat Syah III pada zaman dia memegang tampuk pemerintahan, dia membangun istana Robat/istana kota baru dan dia juga membangun penjara/Gail. Sedangkan Almarhum Raja Muhammad Yusuf sangat alim dia ini adalah penganut Nak Sabandiah. Dia adalah yang dipertuan muda ke X yang dilantik tahun 1859 oleh Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah III. Pada zaman ini di Daik sangat berkembang dibidang agama maupun bidang ekonomi, sehingga Daik Lingga pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dan pengetahuan. Banyak pedagang yang datang seperti cina, bugis, keling, siak, Pahang.

Belanda sudah semakin khawatir kalau Lingga menyusun kekuatan untuk menentangnya, oleh karena itu, Belanda menempatkan asisten Residen di Tajung Buton Daik. Pada tanggal 17 September 1833 dia mangkat dan dimakamkan di bukit Cengkih. Sedangkan yang dipertuan muda Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi beristrikan Tengku Embung Fatimah Binti Sultan Mahmud Muzafarsyah yang merupakan Sultanah di Lingga. Dia menggalakan kerajinan rakyat Lingga untuk dipasarkan keluar kerajaan Lingga. Pada zaman mereka membuka jalan Jagoh ke Dabo membuat kapal-kapal, di antara nama kapal-kapal tersebut Kapal Sri Lanjut, Gempita, Betara Bayu, Lelarum dan Sri Daik, guna untuk memperlancar perekonomian rakyat serta pada zaman dia juga istana Damnah di bangun. Sekolah sd 001 Lingga tahun 1875 dengan guru pertama kami Sulaiman tamatan sekolah Raja di Padang. Guru ini tidak mau bekerja sama dengan Belanda, walaupun dia diangkat oleh Belanda.

Pada zaman ini Lingga mencapai zaman keemasan, sedangkan Almarhum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II adalah anak dari Sultan Abdul Rahman Syah. Dia diangkat menjadi Sultan tidak disetujui oleh Indra Giri Reteh selama 25 hari dan terkenalah dengan nama pemberontakan Mauhasan. Namun Reteh tunduk kembali dengan Lingga. Sultan ini sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya antara lain:

Mengajukan dan menukarkan sawah padi dengan sagu (Rumbia) yang di datangkan dari Borneo Serawak dan membuka industri sagu tahun 1890. Membuka penambangan timah di Singkep dan Kolong-kolong Sultan dengan Mandor yang terkenal npada zaman itu La Abok dan kulinya orang-orang Cina Kek yang menurut ceritanya nama inilah nama Dabo Singkep. Baginda mangkat pada tanggal 28 Fenruari 1814 dan dimakamkan di Bukit Cengkih dengan gelar Marhum Keraton yang di dalam kubah. Setelah itu Sultan Muhammad Muazam Syah (1832-1841) Sultan ini sangat gemar dengan seni ukir/Arsitektur, dia mengambil tukang dari Semarang untuk membangun istana yang disebut Keraton atau Kedaton.

Pada zaman ini seni ukir, tenun, kerajinan, Mas dan perak sudah ada. Pusat kerajinan tenun di Kampung Mentuk, kerajinan Tembaga di kampong Tembaga. Pada zaman dia juga Bilik 44 dibangun, namun belum sempat di bangun, namun belum sempat siap bertepatan dia mankat dan pengantinya tidak melanjutkan pembangunan gedung tersebut.

Sultan Abdul Rahman Syah 1812-1832 adalah putra Sultan Mahmud Riayat Syah III dia terkenal sangat alim dan giat menyebarkan agama islam serta mengemari pakaian Arab. Pada masa pemerintahan dia, saudaranya Tengku Husin dengan bantuan Inggris dilantik menjadi raja dengan gelar Sultan Husin Syah. Maka pecahlah kerajaan besar Melayu atau emporium Melayu Johor-Riau-Lingga menjadi 2 bagian. Istana Sultan Abdul Rahman Syah terletak di Kampung Pangkalan Kenanga sebelah kanan mudik sungai Daik.

Dia mangkat malam senin 12 Rabiul awal 1243 Hijriahn (19 Agustus 1832) di Daik, dimakamkan di Bukit Cengkih bergelar Marhum Bukit Cengkih. Pada zaman dia, Masjid Jamik didirikan atau Masjid Sultan Lingga, benteng-benteng pertahanan di Mepar, Bukit Cening, Kota Parit (Dibelakang Kantor Bupati Lama) serta Benteng Kuala Daik, Meriam pecah Piring dan Padam Pelita terdapat di mes Pemkab Lingga. Pada zaman dia memerintah, dia sering berperang melawan penjajahan Belanda bersama dengan Yang Dipertuan Muda Riau diantarnya Raja Haji Fisabilillah atau bergelar Marhum Ketapang. Dia mangkat 18 Zulhijah 1226 Hijriah (12 Januari 1912) di Daik di belakang Masjid dengan Bergelar Marhum Masjid.

Sultan Mahmud Riayat Syah adalah Sultan yang pertama kali di Daik Lingga. Dia adalah Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga XVI yang memindahkan pusat kerajaan Melayu ke Bintan Hulu Riau ke Daik tahun 1787, dengan istrinya Raja Hamidah (Engku Putri) yang merupakan pemegang Regelia kerajaan Melayu-Riau-Lingga. Pulau penyengat Indra Sakti adalah mas kawinnya dan pulau penyegat tersebut menjadi tempat kedudukan Raja Muda bergelar Yang Dipertuan Muda Lingga yaitu dari darah keturunan Raja Melayu dan Bugis. Pada hari senin pukul 07.20 Wib tahun 1899 dia mangkat dan dimakamkan di Makam Merah dengan Bergelar Marhum Damnah.

Adat Istiadat

[sunting | sunting sumber]

Adat istiadat di Lingga masih sangat kental dan masih sering dilaksanakan, di antaranya:

  • Adat perkawinan
  • Adat mendirikan rumah
  • penyambutan bulan Safar[5]
  • adat penyabutan hari besar agama (JUFRI)

Kesenian Daerah

[sunting | sunting sumber]

Kesenian di Lingga banyak sekali, dan juga telah dikembangkan dalam beberapa garapan sebuah tarian dan nyanyian serta dalam bentuk sandiwara, di antaranya:

  • Zapin
  • Tari Inai
  • Silat Pengantin
  • Bangsawan/tonel
  • Hadrah
  • Gazal
  • Berhikayat

Tradisi Daerah

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Lingga mempunyai beragam tradisi daerah, di antaranya:

  • Basuh lantai
  • Ratif saman
  • Mandi safar
  • Haul Jama’

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Daftar Bupati

[sunting | sunting sumber]
No Bupati Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Wakil Bupati
1 Drs. H.
Daria
2004 2005 1 [Ket. 1]
2005 2010 2 [6] Saptono Mustaqim
2010 11 Agustus 2015 3 Abu Hasim
Edi Irawan
S.Sos., M.Si.
11 Agustus 2015 17 Februari 2016 - [Ket. 2][7]
2 H.
Alias Wello
S.I.P.
17 Februari 2016 26 September 2020 4 M. Nizar
Dr. Drs. H.M.
Juramadi Esram
S.H., M.T., M.H.
26 September 2020 5 Desember 2020 [Ket. 3][8]
M. Nizar
S.Sos.
5 Desember 2020 17 Februari 2021 [Ket. 4][9]
3 26 Februari 2021 Sekarang [10][11] Neko Wesha Pawelloy
Catatan
  1. ^ Pelaksana Tugas Bupati Lingga
  2. ^ Penjabat Bupati Lingga
  3. ^ Penjabat Sementara Bupati Lingga
  4. ^ Pelaksana Tugas Bupati Lingga
  Partai NasDem

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Lingga dalam dua periode terakhir.[12][13]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 1 Steady 1
Gerindra 0 Kenaikan 2
PDI-P 1 Steady 1
Golkar 4 Kenaikan 5
NasDem 5 Kenaikan 6
PKS 2 Steady 2
PPP 1 Steady 1
Hanura 3 Penurunan 0
Demokrat 3 Penurunan 2
Jumlah Anggota 20 Steady 20
Jumlah Partai 8 Steady 8


Kecamatan

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Lingga memiliki 13 kecamatan,[14] 9 kelurahan dan 75 desa (dari total 74 kecamatan, 143 kelurahan dan 275 desa di seluruh Kepulauan Riau). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 94.962 jiwa dengan luas wilayahnya 2.266,77 km² dan sebaran penduduk 42 jiwa/km².[15][16]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Lingga, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
21.04.13 Bakung Serumpun 6 Desa
21.04.11 Katang Bidare 5 Desa
21.04.10 Kepulauan Posek 3 Desa
21.04.02 Lingga 2 10 Desa
Kelurahan
21.04.07 Lingga Timur 6 Desa
21.04.05 Lingga Utara 1 11 Desa
Kelurahan
21.04.08 Selayar 4 Desa
21.04.03 Senayang 1 4 Desa
Kelurahan
21.04.01 Singkep 3 3 Desa
Kelurahan
21.04.04 Singkep Barat 1 11 Desa
Kelurahan
21.04.06 Singkep Pesisir 6 Desa
21.04.09 Singkep Selatan 1 3 Desa
Kelurahan
21.04.12 Temiang Pesisir 3 Desa
TOTAL 13 Kecamatan, 9 Kelurahan dan 75 Desa


Kecamatan Singkep memiliki 3 kelurahan; Kecamatan Lingga, Senayang, Singkep Barat, dan Lingga Utara masing-masing memiliki 1 kelurahan, sedangkan Kecamatan Lingga Timur, Singkep Pesisir, Singkep Selatan dan Selayar belum memiliki kelurahan.

Kecamatan Senayang merupakan kecamatan dengan desa terbanyak (18 desa) dan Kecamatan Singkep Selatan memiliki desa paling sedikit (3 desa: Marok Kecil, Berhala dan Resang). Kecamatan Singkep Selatan adalah termuda.[17]

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Objek Wisata

[sunting | sunting sumber]
  • Air Terjun Batu Ampar–Objek wisata pemandian air terjun di P. Singkep
  • Pantai Batu Berdaun–Objek wisata pantai di kota Dabo, P. Singkep. Hanya berjarak sekitar 4 Km dari kota Dabo Singkep, lokasi wisata Pantai Batu Berdaun sudah dapat ditempuh oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara. Pantai Batu Berdaun adalah ikon wisata andalan kota Dabo,Kecamatan Singkep,Kabupaten Lingga disamping banyak lagi tujuan para pengunjung di Lingga umumnya.
  • Gunung Daik (Daik Mountain)
  • Pemandian Tengku Ampuan Zahara/Lubuk Pelawan di Daik
  • Air Terjun Resun di Lingga Utara
  • Batu Babi di Sereteh Desa Kelumu–Daik
  • Batu Belah di Daik
  • Air Terjun Tanda di Daik
  • Masjid Sultan Lingga di Daik
  • Kompleks Makam Temenggung Jamaludin dan Datuk Kaya Montel di Pulau Mepar
  • Makam Megat Kuning di Daik
  • Pantai Anak Benan di Senayang
  • Pantai Belakang Benan di Senayang
  • Pantai Teluk Empuk di Daik
  • Pantai Pasir Panjang, Daik
  • Cetiya Loka Shanti di Daik
  • Pintu Gerbang Menuju Situs Istana Damnah Dan Replika Istana Damnah di Daik
  • Situs Istana Damnah di Daik
  • Situs Fondasi Bilik 44 di Daik
  • Situs Istana Robat di Daik
  • Benteng Bukit Cening di Daik
  • Benteng Tanjung Cengkih di Daik
  • Benteng Kuala Daik di Daik
  • Benteng Mepar Berbentuk segi Empat di Daik
  • Benteng Kubu Parit di Daik
  • Museum Linggam Cahaya di Daik Lingga

Galeri foto

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 9 Februari 2024. 
  2. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-20233". www.kepri.bps.go.id. Diakses tanggal 9 Februari 2024. 
  3. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 1 April 2021. 
  4. ^ "Kabupaten Lingga Dalam Angka 2021" (pdf). www.linggakab.bps.go.id. hlm. 13, 66, 142. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-10. Diakses tanggal 1 April 2021. 
  5. ^ "Melihat Kemeriahan Tradisi Mandi Safar di Lingga, Kepulauan Riau". kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-16. Diakses tanggal 2021-04-08. 
  6. ^ Dua Periode Kepemimpinan Daria di Lingga, diakses 29 Desember 2020.
  7. ^ Pemkab Lingga Sambut Kedatangan Penjabat Bupati Edi Irawan, diakses 29 Desember 2020.
  8. ^ Juramadi Esram Resmi Jabat Pjs.Bupati Lingga Diarsipkan 2022-05-24 di Wayback Machine., diakses 29 Desember 2020.
  9. ^ 7 Desember M Nizar Resmi Jabat Plt Bupati Lingga, diakses 29 Desember 2020.
  10. ^ "Bupati Bintan, Anambas, dan Lingga Periode 2021-2024 Resmi Dilantik". kepripedia. 2021-02-28. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-16. Diakses tanggal 2021-04-08. 
  11. ^ "Ansar Lantik Bupati Anambas, Bintan dan Lingga". HUMAS.KEPRIPROV.GO.ID. 2021-02-26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-10. Diakses tanggal 2021-04-08. 
  12. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Lingga 2014-2019
  13. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Lingga 2019-2024
  14. ^ Pemekaran tiga Kecamatan Senayang resmi disahkan
  15. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  16. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  17. ^ Kecamatan di Kabupaten Lingga Diarsipkan 2014-08-10 di Wayback Machine. linggakab.go.id

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]