WILAYAH Sei Ladi di Batam yang kini berfungsi sebagai waduk reservoir, dulunya merupakan sirkuit motocross pada era 1980-an. Lembah dan bukit yang ada di area itu menjadi tempat latihan bagi para crosser dari Batam dan Singapura hingga Malaysia pada masanya.
Oleh: Bintoro Suryo
PEMBANGUNAN waduk Sei Ladi dimulai oleh otorita Batam pada awal 1980-an, dengan membendung lembah dan aliran sungai Ladi. Wilayah yang luas ini memungkinkan penggunaan sirkuit motocross selama proses pembangunan.
Sirkuit yang memiliki panjang 3 kilometer ini terletak di dekat proyek bendungan Sei Ladi dan mulai dibangun pada tahun 1982. Setahun kemudian, sirkuit mulai digunakan oleh para penggemar motocross, sebagian besar merupakan karyawan Otorita Batam masa itu.
Menurut arsip Straits Times Singapura, terdapat sekitar 30 anggota klub motor di Batam yang dipimpin oleh Ir. Donald Panjaitan, seorang karyawan Badan Otorita Batam. Kepada Straits Times, Donald mengungkapkan bahwa ketika proyek bendungan selesai, pemandangan dari sirkuit ini akan sangat menarik. Ia yakin bahwa motorcross di sana, bisa menjadi nilai tambah untuk Batam.
“Apabila proyek bendungan (Sei Ladi, pen) selesai tahun depan, pemandangan dari sirkuit ini akan menarik sekali”, sebut Donald pada jurnalis Straits Times Zakaria Buang, 17 September 1984.
Sirkuit ini direncanakan untuk digunakan secara permanen dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing yang datang ke Batam. Pengelola bahkan sempat membuka keanggotaan bagi crosser dari Singapura, agar mereka bisa berlatih di sirkuit tersebut dengan biaya pendaftaran dan bulanan.
Even Internasional di Sei Ladi
PADA 19 hingga 21 Oktober 1984, lomba motorcross kali kedua diadakan di sirkuit Sei Ladi, diikuti oleh sekitar 60 crosser dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia, termasuk crosser terkenal Iwan Bigwanto.
Lomba ini menawarkan hadiah sebesar Sin$20.000 dan terdiri dari lima kelas, serta satu kategori khusus untuk crosser lokal.
Untuk ajang tahun tersebut, ada lima kelas yang diperlombakan, yakni 175 CC, 250 CC, 125 CC dan 250 CC (special engine). Satu nomor lomba lagi dikhususkan untuk para crosser lokal dengan hadiah sebuah motor trail Kawasaki 250 CC.
Setelah proyek waduk Sei Ladi selesai, aktivitas otomotif di sirkuit ini, sempat berlangsung meriah selama beberapa tahun ke depan.
Gemuruh olahraga outdoor ini, memang pernah begitu marak di Batam. Selain Sei Ladi, sirkuit non permanen juga pernah dibangun di ujung runway bandara Hang Nadim pada dekade 90-an.
Namun, seiring berkurangnya lomba motorcross sejak dekade 1990-an, aktivitas di sirkuit Sei Ladi mulai menurun. Begitu juga dengan sirkuit di ujung Runway Bandara Hang Nadim. Sirkuit – sirkuit untuk para crosser yang pernah ramai itu, kemudian terlupakan dan kembali menjadi hutan, berfungsi sebagai penyangga waduk Sei Ladi serta wilayah Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) bandara internasional di Batam tersebut.
Geliat Motocross di Kepri Era Lalu
PADA dekade 1980-an hingga 1990-an, motocross mulai mendapatkan perhatian di Indonesia, khususnya di daerah seperti Batam dan Tanjungpinang. Sirkuit-sirkuit mulai dibangun, dan lomba-lomba motocross diadakan, menarik para crosser dari dalam dan luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia.
Komunitas motocross berkembang, dengan klub-klub yang terbentuk untuk mendukung para penggemar. Event-event besar, seperti lomba di Sei Ladi, menjadi sorotan dan memberikan hadiah yang menarik, sehingga mampu menarik lebih banyak peserta. Di Tanjungpinang, sirkuit-sirkuit motocross non permanen juga pernah dibangun di seputaran jalan Ganet, batu 12.
Namun, memasuki dekade 1990-an, popularitas motocross mengalami penurunan di Batam. Berkurangnya event lomba dan dukungan infrastruktur menyebabkan aktivitas ini mulai meredup. Banyak sirkuit yang tidak lagi digunakan dan komunitas crosser kehilangan momentum. Meskipun demikian, motocross tetap memiliki penggemar setia di Indonesia.
Di kota tetangga Tanjungpinang, geliat motocross terlihat lebih stabil. Even-even lomba motocross masih rutin digelar hingga kini. Salah satu penggeraknya adalah komunitas Ikatan Motor Kepri (IMK). Dari kota itu, bahkan sempat muncul crosser handal, Budi Yepi yang bersinar di era 1980-an hingga dasawarsa 1990-an.
“Almarhum baru meninggal beberapa hari kemarin, 1 Januari 2025., Al Fatihah untuk beliau. Budi Yepi adalah salah satu saksi sejarah yang pernah menaklukkan sirkuit Sei Ladi di Batam dulu”, kata Novianto, seorang warga Tanjungpinang yang kenal dekat dengan sang legenda Crosser Tanjungpinang itu.
Secara umum olahraga ini terus berkembang. Bahkan menjadi ikon olahraga dalam bidang sepeda motor, terutama dalam bidang sepeda motor dirtbike. Di Indonesia sendiri perkembangan motocross tidak hanya diminati di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil, bahkan dengan kompetisi balap yang pesertanya didominasi oleh anak kecil.
(*)
Penulis/ Videografer: Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography.
Artikel dan video ini pertama kali terbit di : bintorosuryo.com