Work Text:
Ah, sial.
Kepala Soobin terasa sangat pusing, tubuhnya dihinggapi oleh peluh yang kian membasahi kemejanya. Desahan beberapa kali lolos dari mulutnya, bahkan ketika ia sudah berusaha keras mengunci mulut. Cengkramannya pada rambut pirang itu makin kuat, sedikit terkesan seperti menjambaknya. Soobin mendongak ke atas, matanya yang sayu tertuju kepada langit-langit ruang unit kesehatan yang sep. Tidak ada siapapun disana, semua staff sekolah dan siswa sudah pulang. Terkecuali untuk Soobin, dan Kamal, yang saat ini sedang berada di antara selangkangannya.
Benar, Kamal, si perawat muda yang terkenal seksi itu, sedang menghisapi penis Soobin dengan sangat rakus. Bibir yang berpoles lipstik berwarna merah itu terbungkus di kepala penis Soobin, menghisap-hisapinya perlahan sembari mengocok batang penisnya. Sesekali, ia akan memainkan lubang kencing Soobin, menusuk-nusuknya dengan ujung lidahnya. Rasa asin yang khas dari keringat serta urine itu menempel di lidah Kamal, tapi bukannya malah jijik, si pirang itu merasa tambah terangsang. Kedua pipinya melengkung ke dalam, ketika ia memberikan hisapan kuat pada kepala penis Soobin.
Seolah disengat oleh rasa nikmat yang dahsyat atas hisapan itu, tubuh Soobin gemetar, tapi itu bukanlah orgasmenya. Tubuhnya benar-benar digoda oleh wanita itu, diayun-ayunkan dalam kubangan nafsu, rangsangannya dibangun secara perlahan sampai ia merasa gila. Si jangkung itu merasa tak sanggup mengendalikan diri, ia hanya pasrah ketika Kamal memutari lidah di kepala penisnya, seperti lolipop karamel. Sorot mata wanita tersebut sangat seduktif, bersama bulu matanya yang lentik, riasan wajahnya yang memancarkan aura vulgar dan kelakuannya saat ini. Kamal seperti seorang iblis nafsu, yang menghisap habis sperma anak-anak remaja di Sekolah Menengah Atas Seoul, termasuk Soobin.
Sebenarnya, kejadian ini bermula ketika Soobin dan teman-temannya bertaruh, untuk siapa yang bisa membuktikan kebenaran rumor soal Nona Huening Kamal. Rumor yang dimaksud adalah, Nona Huening sering menghisap penis para siswa, sampai melakukan seks dengan mereka, jika diminta dengan kode tertentu. Namun, kode yang mereka ketahui berbeda-beda, jadi taruhan itu dimulai untuk mencari kode manakah yang benar. Sebagian besar teman Soobin gagal, karena kode mereka salah, agaknya, tidak sembarang orang tahu soal kode aslinya.
Sepulang sekolah hari ini, Soobin nekat menemui perawat yang diidam-idamkan seluruh siswa sekolah itu, demi mencoba kode yang ia ketahui dari seniornya. Kode yang disebut adalah, "Bisakah aku mencicipi lipstikmu, Nona Huening?". Ketika Soobin menyebutkan itu didepannya, wanita itu menerkamnya tanpa ragu. Alhasil, inilah situasinya sekarang, penis perjakanya disentuh tak henti, dikocok, diremas dan dilahap. Rumor soal Nona Huening memang benar, tapi Soobin tak menyangka akan berakhir seperti ini. Walau, sebenarnya, ia tidak ingin protes sama sekali, apalagi melawan.
Payudara besarnya sengaja ia tempelken ke lutut Soobin, menggesek-geseknya disana demi terus meruntuhkan iman anak remaja tersebut. Seragam perawat yang ketat itu memamerkan kemolekan tubuhnya, menambah nafsu bagi mata Soobin yang tak henti memandang. Satu tangan Kamal yang sempat menganggur itu, menolak untuk berdiam diri, ia menggerayangi paha Soobin, mengusap-usapnya lembut. Sentuhan tersebut membuat Soobin terkesiap, apalagi ketika kuku-kuku panjang Kamal itu menyentuh pahanya yang masih berbalut celana. Soobin menyandarkan punggungnya pada dinding, tubuhnya terasa sangat lemas akan semua stimulasi itu.
Kamal mengeluarkan kepala penis tersebut dari mulutnya, ia lalu menjulurkan lidah untuk menjilatinya dari ujung sampai ke dekat testis. Saliva hangat Kamal membaluri sekujur penisnya, ditemani remasan pada testis itu. Lidahnya dapat merasakan urat penis Soobin yang menonjol, bahkan berkedut-kedut juga. Reaksi dari penis itu mengundang kedutan di vagina Kamal sendiri, ia merasa bahwa celana dalam tipisnya sudah mulai basah. Selagi menggesek-gesek lidah di batang penis Soobin itu, Kamal menatapnya dari bawah, bersama senyum nakalnya.
"Bagaimana, Soobinnie? Kau merasa lebih baik, hm?" Tanya si pirang itu dengan lidah terjulur, masih sibuk menggesek penisnya.
"L..leh..leb..lebih baik, Nona Huen...ing.." Jawab Soobin, berupaya keras bersuara lain di sela desahannya. Menggemaskan, bagi Kamal.
"Ah, sayangku, sudah kubilang panggil aku, noona, kan? Nona Huening terkesan formal. Kau suka hisapan noona, Binnie?" Protes si pirang itu seraya mengusak-usak kepala penis Soobin menggunakan ujung kukunya, menuai lenguhan.
"Eumh-h, aku suka, n..noona." Sahut Soobin lagi, pandangannya terlihat tidak fokus, seolah diberi obat. Kamal terkekeh seraya mengocok batang penis itu dengan tempo yang sedang. Pandangan Kamal tertuju lekat pada penis Soobin, seraya ia menjilat bibir bawahnya.
"Penismu sangat besar di umurmu yang masih belia ini, Binnie." Puji Kamal yang lalu mengusak-usakan pipi ke batang penis itu. Soobin tak mampu menjawab, ia hanya sibuk mendesah saja, memarinasi dirinya di dalam nafsu.
Karena sepertinya anak itu sudah kelelahan berkat rangsangan yang ia bangun secara naik dan turun, Kamal memutuskan untuk memberinya hadiah. Mulut si pirang terbuka lebar bersama lidah yang terjulur, ia mendorong masuk seluruh penis berukuran raksasa itu masuk. Tanpa tersedak atau kesulitan, penis Soobin ia dorong lebih jauh sampai menyentuh setengah kerongkongannya. Jika dilihat dari samping, gundukan penis Soobin terlihat jelas, muncul di balik kerongkongan Kamal. Penis itu benar-benar masuk seutuhnya ke dalam mulut bahkan kerongkongan wanita tersebut. Tak mampu mencerna situasi, Soobin hanya menganga bersama nafasnya yang memburu. Bahkan, cengkramannya pada rambut Kamal itu melemah.
Tanpa ingin menunggu lagi, Kamal segera menggerakan kepala sekaligus mulutnya maju dan mundur, dengan kelajuan yang membuat tubuh Soobin gemetar. Hisapan Kamal pada penis itu selalu kuat, bersama lidah yang bermain di sela aksinya, ia benar-benar menguasai tubuh Soobin. Wajah si pirang itu terbenam di selangkangannya, hidungnya menyentuh bulu-bulu halus dari kemaluan Soobin. Aroma khas dari kemaluan seorang anak remaja memang sangat menggugah nafsu, Kamal diam-diam mulai mengusap vaginanya dari bawah rok yang ia kenakan. Membayangkan penis besar itu masuk ke vaginanya kelak, membuat Kamal melenguh samar di sela hisapannya.
Rasa nikmat yang tajam itu seolah mencambuk tubuhnya, Soobin terlihat kebingungan harus berbuat apa, ia sedari hanya mendesah, menggelengkan kepalanya karena kepalang nikmat atau memejam erat. Mastrubasi tidak bisa akan membuatnya seperti ini, rasa nikmat ini nyata. Mulut Kamal terasa sangat panas, basah dan sempit, penis si jangkung itu bergesekkan dengan seisi mulut serta rongga dari kerongkongannya. Hebatnya, Kamal tidak tersedak sama sekali, terlepas dari tempo hisapan penis yang laju tersebut. Nampaknya, kegiatan itu tidak asing bagi Kamal.
Perhatian Soobin perlahan turun ke bawah, ke arah payudara montok milik Kamal yang berguncang pada tiap gerakannya. Belahan dada si pirang itu terbentuk jelas, karena kedua dijepit oleh bra dan pakaian ketat. Berkat saliva yang menetes dari sudut bibir dan dagu Kamal, area payudaranya menjadi basah, menambah kesan erotis yang membuat libido Soobin terlempar jauh ke atas langit. Payudara montok itu, sudah lama Soobin memperhatikannya, sudah lama ia mendambakannya untuk diremas. Payudara wanita dewasa memang luar biasa, dibandingkan yang sebayanya, dada mereka biasa saja, bahkan ada yang rata.
Ketika mata Soobin turun lebih lagi, ia terkejut melihat Kamal sedang mengusak-usak vaginanya sendiri. Si pirang itu berposisi jongkok, jadi vaginanya dapat dilihat walau terbalut celana dalam berbahan satin. Ada noda basah yang besar di tengah celana dalam tersebut, Soobin yakin, itu adalah respon tubuh Kamal atas kegiatan cabul ini. Soobin memperhatikan jemari si pirang yang bergerak menusuk-nusuk vaginanya sendiri dari luar kain, mengusak-usak lalu meremas. Dilihat dari bentuk yang tercetak, vagina Kamal sepertinya agak gemuk, sesuai dengan bentuk tubuhnya. Bentuk tubuh Kamal adalah bentuk tubuh yang memacu nafsu Soobin, agak tembab dan montok.
Lidah Kamal yang berputar bagaikan tentakel gurita di sekitar penisnya itu membuat tubuh Soobin tersentak, mendongak diiringi desahan terbatanya. Sangat nikmat, terlalu nikmat. Saking nikmatnya, tubuh Soobin sendiri sampai lemas, tak mampu untuk sekedar menggerakan pinggulnya demi mengejar mulut Kamal. Wanita itu, benar-benar melahap penisnya seperti sebuah santapan lezat dari restoran ternama. Apakah semua wanita dewasa seperti ini? Mungkin tidak, Soobin tak yakin. Secara kebetulan, Kamal yang memang seperti ini, liar, penuh nafsu dan vulgar. Wanita yang menawan di mata kebanyakan lelaki.
Uh, oh, ada rasa kram yang tidak asing mendekati perut Soobin. Orgasmenya sudah dekat, nafas si jangkung semakin memburu selagi Kamal masih terus sibuk menghisapi penisnya. Ada suara jilatan dan hisapan yang menggema di ruangan sepi itu, suara yang berasal dari mulut Kamal. Kedutan penis Soobin yang semakin menuntut itu menggetarkan lidahnya. Spontan, Kamal melajukan gerakan kepala beserta mulutnya, ia ingin Soobin segera menjemput rasa nikmat yang dinanti-nantikan itu.
Tanpu butuh waktu lama, orgasme Soobin tiba layaknya sebuah tsunami yang menerjang. Pinggul si jangkung itu bergetar selama beberapa waktu, bersama penisnya yang menyemburkan sperma, langsung ke kerongkongan Kamal. Di sisi lain, Kamal, menelan tiap tetes sperma yang keluar, meresapi rasa asin dan unik dari cairan cinta tersebut. Setelah dirasa habis, Kamal mengeluarkan penis itu dari mulut, ia tersenyum sumringah. Si pirang merasa puas bisa menghisap penis, meminum sperma dan membuat Soobin teler.
"Kau sangat pintar, Binnie. Sangat patuh." Puji Kamal seraya menyeka sudut bibirnya entah dari saliva atau sperma.
"Terima kasih, noona. Aku baru pertama kali merasakan ini." Balas Soobin, nafasnya terengah-engah, orgasme tadi sangat menguras energi. Mendengar soal pengakuan Soobin yang baru pertama kali merasa penisnya dihisap, sebuah ide bejat muncul di pikiran Kamal.
"Pertama kali ya? Hm, kalau begitu..." Dengan ucapan yang menggantung, Kamal beranjak bangkit dari posisi jongkok. Si pirang itu menempelkan tubuhnya pada Soobin, kedua payudara montok itu memenuhi pandangan. Soobin dibuat salah tingkah karena posisi yang terlalu dekat itu, jantungnya berdegup kencang. Apalagi, payudara montok dan kenyal itu terasa di dadanya. Tangannya tertahan di kedua sisi tubuh, agar tidak tiba-tiba meremas payudara itu.
"No-noona..." Cicit Soobin padanya, ia memalingkan wajah karena ragu harus menatap kemana. Menatap ke mata Kamal hanya akan membuatnya tambah kacau. Satu tangan Soobin ditarik oleh si pirang itu, lalu diarahkan ke vagina berbalut celana dalamnya yang sudah basah, terasa hangat. Soobin tak berani menggerakan tangannya, ia benar-benar menyentuh vagina seorang wanita walau tak langsung.
"Kau pasti juga belum pernah melihat vagina seorang wanita, kan? Aku akan memperlihatkannya padamu. Asal, kau simpan kejadian ini sebagai rahasia ya, sayang?" Bisik Kamal dengan wajah yang dekat pada si jangkung.
"Baiklah, noona. Mulutku terkunci." Sahut Soobin sebelum mengangguk-angguk. Kamal menjauhkan tangan itu dari vaginanya, ia membuka retsleting roknya lalu dibiarkan melesat turun ke lantai. Tak hanya itu, ia memutuskan untuk membuka kancing kemejanya lalu menyingkapnya kesamping, memamerkan payudara berukuran cup D dengan balutan bra renda ungu tua. Tubuh Kamal membuat Soobin menganga, proporsi tubuhnya bagaikan dibentuk oleh artis Manhwa. Sungguh tak nyata, tapi nyata! Selain payudara yang montok, pantat Kamal juga berisi, dilengkapi dengan pinggang yang ramping. Mimpi apa Soobin sampai bisa melihat ini? Kamal mendudukan dirinya di tepi ranjang unit kesehatan itu, ia melepaskan celana dalam basahnya dengan mudah.
"Kemarilah, sayang. Pelajari vaginaku yang nyata ini." Ucap Kamal seraya melebarkan kedua kakinya di hadapan si jangkung, membiarkan vagina mengkilap berlumur air mani itu terlihat.
Soobin meneguk liurnya kasar saat Kamal melebarkan kedua kakinya tanpa malu, memperlihatkan vagina yang tak ditutupi oleh apapun lagi. Bibir vagina si pirang itu tembab, jadi menutupi sebagian besar vaginanya, namun Soobin dapat melihat tonjolan klitoris yang mengacung. Lubang vabina Kamal juga terlihat, walau nampak kecil tetapi sangat basah. Rasanya, penis raksasa Soobin kembali menegak penuh seperti sebuah menara tinggi. Mustahil tidak ada yang terangsang ketika menyaksikan pemandangan itu, terkecuali seorang homoseksual atau aseksual.
Perlahan tapi pasti, Soobin mendekati Kamal, ia lalu berlutut di hadapan vagina tersebut bersama mata yang tak henti memandang bersama binar nafsu. Ini pertama kalinya, Soobin melihat vagina wanita sungguhan, tidak hanya melalui layar ponsel atau komputer. Ada aroma khas yang menguar, aroma khas vagina terangsang seorang wanita. Dengan berani, Soobin mendekatkan wajahnya lebih lagi, di hadapan vagina tembab itu. Hawa panas memancar dari vagina terangsang Kamal, belum lagi ditemani lelehan air mani yang keluar.
"Aku akan mengajarimu tentang vagina perempuan, sayang. Jadi perhatikan baik-baik, oke?" Ujar Kamal sembari mengusap-usap area selangkangannya, gerakan sensual itu sangat mencekik Soobin.
"Baik, noona." Jawab si jangkung itu bagaikan robot, karena ia terkesan tidak mendengar apa yang Kamal katakan, mata dan pikirannya hanya fokus kepada vagina itu.
"Aku yakin kau sudah tahu tentang banyak hal, karena kau adalah remaja pubertas yang sudah kenal internet. Kau tahu ini, jan?" Kata Kamal seraya membuka bibir vagina tembabnya itu, memamerkan nyata dan jelas seluruh vaginanya. Ia lalu menunjuk ke arah klitoris yang mengacung tadi. Tentu saja, Soobin tahu itu apa.
"Aku tahu, noona. Itu klitoris." Sahut Soobin sambil mengangguk. Jiwanya digemparkan oleh pemandangan kemaluan wanita itu, basah berlendir, mengkilap dan merah mudah. Saat ini, penis Soobin sudah kembali ereksi penuh.
"Benar, jika terangsang, klitoris wanita akan mengacung seperti ini. Akan sangat nikmat jika digesek atau dimainkan. Bentuknya seperti penis kecil, kau bahkan bisa menghisapnya." Jelas Kamal sebelum mengusak singkat klitorisnya, menuai getaran nikmat dari tubuhnya sendiri. Menyaksikan itu, nafas Soobin jadi memburu, mulutnya berliuran, lidahnya ingin terjulur untuk menjilat.
"Aku boleh menghisapnya, noona?" Pinta Soobin tanpa tahu malu lagi.
"Lalu ada lubang kecil ini, kau lihat? Ini adalah lubang kencingku. Kau bisa memasukan jari kelingkingmu disini, tapi hanya sebatas itu." Lanjut Kamal yang mengabaikan permintaannya, ia benar-benar mempermainkan Soobin menggunakan nafsu. Arah jari Kamal berubah ke bawah klitoris, dimana ada sebuah lubang kecil yang ia jelaskan sekaligus. Mata Soobin menatap lubang kecil itu sembari mengulum bibirnya.
"Apa tidak sakit, noona? Bukankah lubang ini terlalu kecil?" Tanya Soobin, karena jari kelingking pun masih terlihat besar dibandingkan lubang kencing itu.
"Sakit itu yang membuatnya nikmat, sayang. Tapi tidak bisa berlebihan, makanya hanya jari kelingking yang bisa. Aku rasa, kau tahu yang di bawah ini apa, kan?" Tambah Kamal, ia menurunkan arah tunjuk jarinya ke bagian utama dari acara mereka, bagian spesial yang menjadi titik nikmatnya.
"Lubang vagina." Gumam Soobin dengan mata yang bak terhipnotis lubang vagina itu. Kamal mendengar gumamannya, ia terkekeh melihat tatapan Soobin
"Anak pintar. Ini lubang vagina wanita, kau bisa melihat ke dalam." Kata Kamal yang lalu melebarkan lubang vaginanya itu, memperlihatkan sedikit bagian dalamnya. Sebenarnya, tidak banyak yang dapat di lihat selain dinding vagina Kamal yang berkedut dan lubangnya yang basah itu. Namun, Soobin merasa penisnya sudah meronta-ronta ingin masuk ke dalam sana, dijepit oleh dinding vagina sempit Kamal.
"Dinding vaginamu berkedut-kedut, noona." Celetuk Soobin bersama nafasnya yang gemetar.
"Ya, itu karena aku menginginkan penismu. Kau berani memasukan penismu kesini?" Tantang si pirang itu seraya mengusak-usak permukaan lubang vaginanya sendiri sembari mendesah pelan. Soobin terlihat kelabakan karena tantangan itu, walau memang sangat ingin.
"M-memasukan penisku? Berarti melakukan seks?" Sahut Soobin, sekilas melirik ke arah penisnya yang kesakitan, minta disentuh.
"Iya, sayang. Kita melakukan seks jika kau berani memasukan penismu kesini." Timpal Kamal seraya mendekatkan wajahnya ke Soobin, hanya dibatasi oleh satu hembusan nafas saja. Jantung si jangkung itu berdegup-degup, seolah akan loncat keluar dari tenggorokannya ketika ia bertatapan dekat dengan Kamal.
"Aku tidak yakin, noona... Bukankah ini berbahaya? Aku belum pernah melakukan ini..." Lirih Soobin sebelum meneguk liurnya lagi. Satu tangan Kamal beristirahat di dadanya, mengusapnya lembut, merayunya tanpa ucapan.
"Kalau begitu, apa kau ingin merasakan vaginaku saja? Aku yakin ketika lidahmu sekali menjilat, maka kau tidak akan bisa berhenti." Bisik Kamal sebelum mendaratkan sebuah kecupan di sudut bibir Soobin. Wanita itu benar-benar seorang iblis penggoda.
"Baiklah, noona." Jawab Soobin ditemani anggukan gugup.
Kamal merebahkan tubuhnya di ranjang itu, menghidangkan vagina basah nan berkedutnya untuk Soobin cicipi sekarang. Apa ia langsung menjilatnya saja? Bagaimana cara melakukannya? Apa seperti di video-video porno yang ada di internet? Soobin sempat terdiam sebentar, karena sangat bingung harus melakukannya seperti ini. Tidak pernah, tidak sekalipun dalam hidupnya, ia berpikir akan berada di situasi ini. Makanya, Soobin sangat tersesat, ia tidak tahu harus berbuat apa, di hadapan vagina yang terus memanggilnya itu.
Di kala kebingungan, Soobin memutuskan untuk bergerak sesuai apa yang ia tahu dan ingin, lidahnya terjulur untuk melontarkan satu jilatan pada vagina itu. Air mani Kamal tersapu oleh lidahnya, lalu tertelan ke dalam tenggorokannya. Rasanya cukup unik, sedikit asin tetapi juga manis di saat yang bersamaan, membuat Soobin ingin lebih. Tanpa keraguan, kali ini, Soobin menjilati vagina itu secara ganas, lidahnya menyapu-nyapu seluruh vagina Kamal tanpa tertinggal. Salivanya melumuri vagina yang sudah berlumuran berbagai macam cairan sejak tadi.
Seperti orang yang kehausan, lidah Soobin bergerak naik dan turun, sambil sesekali menyesap air mani yang ada, menuai desahan kencang dari Kamal. Lidahnya menggesek-gesek klitoris yang sudah bengkak berkat rangsangan, ujung lidahnya sekilas menusuk lubang vagina itu. Tidak berhenti, Soobin benar-benar tidak bisa berhenti sama sekali. Mulutnya beralih menghisap-hisapi klitoris Kamal, memberinya gigitan lembut sebelum memainkannya dengan ujung lidah. Tangan Kamal terarah turun untuk menjambak rambut Soobin, desahannya tak bisa ditahan, wanita itu mendesah lepas dan kencang. Lagipula, sekolah sudah kosong.
Klitoris yang berbentuk bagaikan kacang itu membuat Soobin gemas, ingin terus ia hisap atau gigit-gigiti, membuat Kamal hampir kehabisan nafas karena mendesah terus. Namun, ia juga harus merasakan yang lainnya, lidah Soobin turun untuk menggesek-gesek lubang kencing Kamal. Hidung mancung Soobin itu ikut terbenam di vagina tersebut, mengendus aroma khas dari kemaluan seorang wanita yang terangsang berat. Sama seperti Kamal, aroma itu mengundang nafsu Soobin agar semakin menjadi-jadi. Ketika lidahnya menjilat lubang kencing Kamal, ia merasakan setetes cairan asin tertelan, kemungkinan besar adalah air kencing. Soobin tidak perduli, air kencing wanita sama nikmatnya dengan air mani. Gawat. Pikiran Soobin membuatnya terkesan seperti orang cabul, tapi, bukannya memang benar? Soobin adalah orang yang cabul.
Setelah puas menjilati lubang kencing itu, Soobin menjauhkan wajahnya yang dihiasi basah dari air mani dan salivanya sendiri. Kini, ia berhadapan dengan lubang vagina Kamal, yang sangat amat penisnya inginkan. Lubang kecil yang di dalamnya berkedut-kedut itu, pasti terasa sangat nikmat jika dijilati, apalagi jika penisnya masuk. Soobin ingin memasukan penisnya kesana, ke dalam lubang itu, ia ingin melakukan seks. Persetan dengan berbhaya atau tidaknya kelakuan mereka ini, Soobin sudah tidak tahan lagi. Namun, sebelum benar-benar melakukan seks, Soobin ingin membuat wanita itu orgasme olehnya. Bisa membuat seorang wanita orgasme adalah sebuah pencapaian bagi seorang lelaki.
Tanpa aba-aba, lidah Soobin terdorong masuk ke dalam lubang vagina Kamal, menjilati dinding berkedutnya kesana kemari, menelan tiap air mani yang menempel dan menghisapinya. Kedutan di dinding vagina itu secara bergantian memijiti lidah Soobin, yang perlahan bergerak keluar dan masuk. Lubang vagina Kamal ternyata agak sempit dari yang ia bayangkan, apa Kamal seorang perawan? Jika dilihat dari kelakuan, cara bicara dan rumor yang beredar, hal itu sangat mustahil. Mungkin saja, lubang vaginanya memang sempit, bonus bagi Soobin sendiri.
"Ha..ahh! Mnh! So-Soobinh! Kau mhe...melakukannya dengan baik- hmph! Lidahmu sangat pi..ntar...ungh!" Racau Kamal sembari menjambak kencang rambut Soobin, semakin menekan wajah anak itu agar terbenam di selangkangannya. Ini sangat nikmat, Kamal memang sejak dulu menyukai para remaja lelaki yang jauh lebih muda darinya. Remaja lelaki memang lebih menggairahkan dibanding pria dewasa bagi Kamal. Tindakannya ini memang salah di mata hukum, ia termasuk pedofil, predator seks, namun Kamal tidak perduli. Selama belum tertangkap, si pirang itu akan terus bercinta dengan remaja lelaki yang bisa dirayunya. Terlebih lagi, ia beruntung hari ini, karena penis Soobin sangat besar. Menatapnya saja, membuat vagina Kamal terasa gatal, ingin segera dimasuki penis itu.
Semakin dalam lidah Soobin bergerak, semakin pula hidungnya menempel pada vagina basah itu. Ketika lidah Soobin yang bergerak keluar dan masuk sekaligus menjilat itu menyentuh sebuah gundukan lunak, tubuh Kamal menggelinjang secara otomatis. Jadi ini, yang disebut-sebut titik nikmat wanita, ya? Dengan penemuan itu, Soobin mulai mengusak-usak titik nikmat Kamal menggunakan lidanya. Terkadang akan ia tekan, atau ia gesek menggunakan bagian bawah lidahnya. Si pirang itu meremas-remas payudara besarnya sendiri sembari mendesah tak karuan, ia mengeluarkannya dari dalam bra renda.
Ketika melihat payudara besar itu keluar dari dalam bra, mata Soobin sempat terbelalak sesaat walau lidahnya tak hilang fokus. Selain besar dan kenyal, payudara Kamal memiliki puting merah muda yang sudah mengacung, seperti klitoris tadi. Soobin merasa hormon pubertasnya itu ingin meledak-ledak, apalagi saat Kamal memilin dan menarik-narik kedua putingnya sendiri. Mendadak, kedua tangan Soobin meraih payudara Kamal, menyingkirkan tangan sang empunya. Ia meremas-remas kasar payudara besar dan kencang itu, jarinya mencubit salah satu puting Kamal. Dada si pirang membusung atas rasa nikmat yang diberi Soobin padanya, tubuhnya sedikit melengkung diiringi desahan dan nafas yang memburu.
Sentuhan pada tiap titik sensitif itu membuat Kamal kesulitan untuk berpikir, dirinya hanya mendesah, bergerak gelisah dan tersentak tiap kali rasanya terlalu nikmat. Soobin sangat pandai memanjakan tubuhnya, terlepas bahwa ia belum pernah melakukan ini sebelumnya. Anak lelaki yang pintar, Kamal mungkin bisa mengajarinya banyak hal lain, mendidiknya untuk terobsesi pada seks, seperti dirinya. Bisa memiliki pasangan dengan penis sebesar itu, sepertinya akan sangat menguntungkan bagi Kamal. Si pirang itu menggigit bibir bawahnya ketika ada rasa kram yang tajam di bagian bawah perutnya.
Tanpa peringatan, tubuh Kamal menggelinjang selama beberapa saat, bersama mengucurnya air mani bercampur air kencing ke wajah Soobin. Karena lidahnya masuk berada di dalm lubang vagina itu dengan mulut terbuka, Soobin menampung kucuran air mani bercampur air kencing ke dalam mulutnya. Dengan berhati-hati agar tidak tersedak, Soobin meneguk cairan cinta hasil dari orgasme Kamal, ia menyesapi rasanya sepenuh nafsu. Bahkan Soobin tidak perduli kalau wajahnya ikut basah, ia terlalu sibuk menikmati cairan cinta Kamal. Setelah dirasa sudah habis mengucur, Soobin mengeluarkan lidahnya perlahan, dari dalam lubang vagina itu. Dapat dilihat, lubang vagina Kamal malah semakin berkedut-kedut, bukannya mereda.
Soobin menyeka sekitar mulutnya yang dilumuri air mani, salivanya sendiri, dan cairan bercampur tadi, ia lalu melirik ke arah Kamal yang terlihat lemas. Wajah si pirang itu kelihatan memerah padam setelah orgasme, sorot matanya tambah sayu, ekspresinya seolah sedang memelas. Tubuhnya berada di hadapan Soobin bagaikan sebuah undangan untuk terus menjamahnya, kemaluannya terekspos, payudaranya bebas dari bra dan kulit mulusnya mengkilap karena keringat. Semua itu, hanya bisa membuat Soobin semakin gila, tapi pengendalian dirinya cukup kuat. Namun, Kamal tiba-tiba menyeringai lemas ke arahnya, ia melebarkan lubang vaginanya lagi, memamerkan dinding-dinding kemaluan yang berkedut tak henti itu.
"Jadi, Binnie, sayang, apakah kau tertarik untuk bercinta dengan noona?" Pertanyaan Kamal bagaikan gempa, yang akhirnya meruntuhkan pertahanan terakhir Soobin. Si jangkung itu tiba-tiba naik ke atas ranjang, ia menindih tubuh Kamal dan melontarkan sebuah ciuman, yang terkesan buru-buru padanya. Kamal membalas ciuman tersebut seraya terkekeh, ia mengalungkan tangannya ke leher Soobin sembari membiarkan tubuhnya digerayangi. Memang, ciuman si jangkung itu sedikit berantakan dan payah, tapi sangat dimaklumi karena ini adalah pengalaman pertamanya. Makanya, Kamal memutuskan untuk memimpin ciuman tersebut, selaku ia yang lebih jago.
Si pirang itu menyesap pelan bibir bawah Soobin, ia menggigitnya singkat lalu menjilatinya beberapa kali. Bibir atas dan bawah Soobin ia lumat secara bergantian, bahkan tak lupa untuk menjilatnya juga. Kamal menggigit gemas bibir bawah Soobin lagi, mengulumnya sesaat sebelum memperdalan ciumannya. Ciuman terasa sangat nikmat, bibir Nona Huening sangat nikmat dan manis. Soobin tak sadar bahwa lipstik merah si pirang itu menodai sekitar bibirnya, walau aslinya, ia tak begitu perduli.
Soobin juga berusaha mengimbangi ciuman itu, tak ingin hanya Kamal yang melayaninya terus. Bibir bawah Kamal ia lumat lembut, memberinya hisapan sekaligus jilatan. Sejujurnya, karena Soobin tidak berpengalaman dalam berciuman, ia hanya meniru Kamal saja, sebisa yang ia mampu. Tindakannya yang mencium duluan itu terjadi karena nafsu yang sudah tidak tertahan lagi, naluri dari tubuhnya yang dicambuk oleh rangsangan berlebih. Namun, Kamal kelihatannya tidak protes, Soobin merasa teknik ciuman itu akan jadi pelajaran baginya.
Lidah keduanya saling bertemu di sela ciuman tersebut, saling menjilat sekilas dan menempel. Karena tak sabar, lidah Kamal menerobos masuk ke dalam mulut si jangkung, ia membelit lidahnya dan menghisapinya kencang. Soobin melenguh sembari meremas-remas dan memainkan payudara Kamal di genggamannya. Satu tangannya terarah turun untuk menangkup vagina tembab Kamal itu, tangannya mengusak-usak klitoris lagi. Kamal meringis samar dalam kenikmatan, ia lalu mengajak lidah Soobin beradu dan saling membelit. Keduanya bertukar saliva di ciuman tersebut, dan tentu, saling menelannya dengan senang hati.
Ciuman itu terlepas secara mendadak karena Soobin sudah kehabisan nafas, tapi jelas tidak berhenti disitu. Kamal menjulurkan lidahnya pada Soobin, yang ternyata direspon oleh lidah juga. Keduanya saling menggesek-gesekan lidah, membiarkan saliva masing-masing membaluri satu sama lain. Tak hanya Soobin, tangan Kamal ikut turun untuk mengocok pelan kepala penis itu. Bola mata Soobin sempat naik ke atas, reaksi dari rasa nikmat tersebut.
Sudah tidak tahan lagi, Soobin menarik kembali lidahnya dan mengarahkan penis ereksi penuhnya itu ke lubang vagina Kamal. Soobin belum pernah membayangkan situasi ini akan terjadi, tapi nafsu akan menuntunnya, ia tidak bisa ragu. Penis keras dan besar itu digesek-gesekannya ke vagina Kamal, keduanya sama-sama mendesah. Dengan agak kuat, Soobin menampar-nampar vagina Kamal, membuat air mani yang masih mengalir itu muncrat kemana-mana. Kepala penisnya Soobin posisikan tepat di hadapan lubang vagina Kamal, bersiap untuk ia jebloskan masuk.
"Oh, whoa, sayang, kau sudah tak sabar, hngh? Baiklah, pompa penismu sesuka hati di liang surgaku. Hamili aku, Choi Soobin." Ujar Kamal, bersama nada bicaranya yang manja dan tatap seduktif. Hanya dengan itu, Soobin memantapkan niatnya, ia mendorong masuk seluruh penis besarnya ke dalam lubang vagina tersebut, sampai tubuh Kamal terhentak.
"Noonanhh!" Erang Soobin ketika merasakan penisnya dipijit-pijit dan diremas oleh dinding vagina berkedut itu. Sangat luar biasa, rasa nikmat yang begitu dahyat mengguyur tubuh Soobin. Apakah kenikmatan seperti ini nyata? Di sisi lain, Kamal sendiri sedang keenakan setengah mati.
"Sial. Sial. Urgh, m-mh...m-n..ahh! Penismu sangat besar, sangat nikmat..." Desah si pirang itu sembari meremas dadanya sendiri. Penis Soobin sangat keras dan besar, mengisi penuh vagina hausnya.
"Apa aku boleh bergerak, noona?" Tanya Soobin, nada bicaranya terdengar memelas. Jelas saja, ia sudah tidak tahan lagi, walau masih sangat sopan pada Nona Huening yang cantik itu.
"Bergerak sesukamu, sayang. Vaginaku tidak akan kesakitan oleh penismu, malah terasa nikmat." Balas Kamal lalu mengecup bibir Soobin sesaat, membuat si jangkung itu terkekeh gugup.
Bersama keberanian yang muncul karena nafsu, Soobin langsung menghentak-hentakan penisnya di vagina sempit itu. Karena belum pernah melakukan ini sama sekali, Soobin menggunakan tempo yang sedang, yang cukup stabil baginya. Namun di tempo yang sedang itupun, Soobin dibuat teramat kewalahan akan rasa nikmat yang tajam, menyebar ke seluruh tubuhnya seperti sengatan listrik. Mulutnya tak ragu untuk mendesah lebih kencang di tiap hentakan penisnya, merasakan panasnya liang nafsu Kamal yang menghisap penisnya agar menetap. Urat-urat penisnya bergesekan dengan dinding rektum Kamal yang berkedut, menambah sensasi yang membuat si jangkung itu sampai mendongak.
Lucunya, karena penis Soobin memenuhi tiap sela vagina itu, ia tidak sadar bahwa penisnya sudah langsung mengenai titik nikmat Kamal, gundukan lunak yang menjadi sumber kenikmatan. Karena itu, Kamal saat ini mendesah tak karuan, nafasnya terengah-engah bak mengikuti maraton yang jauh. Seks memang sudah menjadi hal biasa bagi Kamal, seperti makan tiga kali sehari saking maniaknya, tetapi penis Soobin terasa jauh lebih nikmat dari penis-penis lain yang memasukinya. Tubuh Kamal bergerak lasak, paha serta pinggulnya terus gemetar keenakan, tangannya menggerayangi tubuhnya sendiri. Tiap kali penis besar itu bergerak menggesek titik nikmatnya, Kamal akan mencubit kedua putingnya secara bersamaan, memicu rasa nikmat lebih di tubuhnya.
Ruangan itu diisi oleh deru nafas sekaligus desahan keduanya, saling tumpang tindih atau kadang selaras. Vagina Kamal benar-benar serakah dan egois, penis Soobin seolah dicengkram kuat dengan sempitnya. Si jangkung yang mendongak itu menurunkan pandangannya pada Kamal, yang sedang sibuk memilin dan menarik-narik putingnya sampai memerah. Wajah Kamal sangat cabul, sorot mata yang semakin sayu nyaris terpejam, riasan wajah yang sudah luntur karena saliva dan peluh, lipstik yang berantakan disekitar bibir, dan tubuh yang terekspos bebas baginya. Wanita yang ada di hadapannya ini sangat indah, sangat menawan, jantung Soobin selalu berdegup kencang ketika menatap, bahkan dalam kondisi seperti itu. Desahan dan racauan keenakan Kamal juga bagaikan nyanyian di telinganya. Apakah Soobin benar-benar jatuh cinta padanya, atau ini hanya sekedar efek dari momen panas tersebut?
Secara perlahan, Soobin merubah tempo penisnya, agak lebih laju dari yang sebelumnya. Suara kulit keduanya saling berhantaman dalam seks dapat terdengar cukup kencang. Semakin cepat urat penisnya bergesekan nyata dengan dinding vagina Kamal, semakin pula rasa nikmat itu seakan melumpuhkan tubuhnya. Kedua keningnya menyatu dalam sebuah kerutan, Soobin terfokus menghentakan penisnya sembari mencerna rasa nikmat ke dalam tubuh. Rasa nikmat itu membuat wajahnya kusut, bukan karena kesal, tapi saking tak karuannya dicambukki oleh nafsu.
Perhatian Soobin teralihkan pada bongkahan payudara besar si pirang yang berguncang mengikuti tempo. Benar-benar nampak seperti di video porno yang ia tonton, satu tangan Soobin meraih payudara itu dan meremas-remasnya kasar. Remasan tersebut menuai ringisan nikmat namun sakit dari Kamal. Sesuai ucapannya, rasa sakit itu menjadi nikmat, Kamal sangat suka jika tubuhnya diperlakukan sedikit kasar, walau ia bukan sepenuhnya masokis. Kamal bahkan menarik tangan Soobin yang satunya lagi ke payudara sebelahnya. Kini, kedua tangan Soobin mencengkram kuat kedua payudara Kamal, menjadikannya pegangan selagi penisnya menghentak gila-gilaan.
"Sh..Soob...sn-hh...Soobin sayangh..." Desah si pirang itu, meracau tak jelas di tengah lautan nikmat.
"Noona, kau sangat cantik, kau sangat seksi!" Sahut Soobin, sama-sama meracau karena dibuat bodoh oleh nafsu.
"Eungh, tentu saja. Ayo puaskan nafsumu pada noona, jangan berhenti, jadilah lebih liar." Ujar Kamal bersama senyum sumringahnya, di atas wajah yang berantakan akan saliva dan peluh.
Hanya dengan ucapan itu dari si pirang, Soobin tiba-tiba memeluk tubuhnya perlahan, ia lalu membenamkan wajah di belahan payudaranya, sebelum menggerakan penisnya secara membabi buta, menggunakan kecepatan yang dahsyat. Mata Kamal sempat terbelalak akan perubahan tempo dan ritme penis itu, ia tak mampu mengeluarkan desahan karena kenikmatan yang bertubi-tubi menghantam tubuhnya. Penis Soobin bergerak bagaikan mesin bor, terkesan lucu tapi rasanya benar-benar mirip. Mulut Kamal terbuka bersama desahan sunyi, air mata membendung dan menetes dari matanya, ditemani tubuh yang terguncang. Tangan gemetar Kamal itu membalas pelukan Soobin, tak mampu dengan erat karena ia sudah sangat lemas.
Tak disangkanya anak remaja yang tidak berpengalaman itu akan mampu membuatnya seperti, Kamal merasa akan gila. Biasanya, anak remaja lain melakukan seks dengan payah, kurang bisa memuaskannya biarpun Kamal akan mendesah banyak dan berpura-pura sangat keenakan. Namun Soobin berbeda, sangat berbeda. Si jangkung itu melahap tubuhnya dengan utuh, tak menyisakan satu ruang bagi Kamal untuk memproses semuanya. Kamal telah menemukan anak yang tepat untuknya di tempat ini.
Setelah membenamkan wajahnya di antara belahan payudara Kamal, si jangkung itu beralih mengecupinya dan meninggalkan banyak bekas lovebites disana. Kecupannya perlahan merangkak naik, menuju ke salah satu puting Kamal. Enggan untuk diam saja, Soobin langsung menghisapi dan mengulum kedua puting itu secara bergantian, ia memberinya beberapa gigitan geram sembari nafasnya yang memburu. Kamal merintih lemas, kuku-kuku panjangnya mencakar-cakar bahu Soobin yang luas.
Kedutan penis Soobin terasa sangat kuat, ditemani oleh kedutan dinding vagina Kamal yang memijit-mijitinya. Orgasme Soobin sudah naik ke puncak, sebentar lagi akan meledak keluar. Kamal yang merasa orgasmenya sudah mendekat juga itu, tak bisa memikirkan apa-apa, bola matanya berputar ke atas selama beberapa kali. Saliva Kamal menetes dari sudut bibirnya, membasahi seprai putih dari ranjang tersebut. Oh, ini dia, orgasme yang Kamal nantikan bersama Soobin yang ia sayangi ini.
Setelah melontarkan beberapa hentakan kuat di liang itu, Soobin mencapai orgasmenya yang terasa sangat hebat, cukup untuk menggetarkan seluruh tubuhnya. Sebuah lenguhan terbata-bata dapat terdengar dari si jangkung itu, sembari ia menyemburkan sperma hangat dan segarnya ke dalam liang vagina Kamal. Sperma Soobin benar-benar mengisi penuh liang vagina itu, bagaikan sebuah kue donat yang disuntik krim kocok sampai bocor keluar. Karena terlalu banyak yang keluar, sperma Soobin merembes keluar dari sela vagina Kamal yang dipenuhi oleh penisnya, menetes ke bawah dan menodai ranjang.
Sementara itu, ketika orgasmenya tiba, Kamal hanya sempat terkesiap sesaat sebelum vaginanya memuncratkan air mani bercampur air kencing, disertai gelinjangan yang cukup kuat. Air mani bercampur itu membasahi ranjang, juga mengenai penis Soobin yang masih terkubur di dalam liang kemaluannya. Setelah orgasme intens itu mereda, Kamal mengatur nafasnya perlahan, namun paha dan kakinya masih agak gemetar, hasil dari seks ganas tersebut. Soobin juga ikut mengatur nafasnya dan mengumpulkan energi. Tak ia sangka, orgasme dari seks bisa lebih melelahkan dari orgasme mastrubasi biasa.
Setelah dirasa membaik, Soobin menarik keluar penisnya secara perlahan, dari lubang vagina si pirang itu. Sperma kentalnya saling berebut untuk menetes keluar, dengan campuran air mani. Lubang vagina Kamal agak melebar akibat ukuran penis besarnya, Soobin bahkan dapat melihat bahwa dinding vaginanya masih berkedut, walau sudah ditumpahi begitu banyak sperma. A... Apakah ia masih terangsang? Ah, tidak, Soobin tidak boleh terus memandangnya, karena ia yakin penisnya bisa bangkit kembali dalam hitungan detik.
Kamal merebahkan dirinya di kasur itu sepenuhnya, nafasnya masih sangat terengah karena lelah. Sperma di dalam liang vaginanya itu dapat ia rasakan dengan jelas, Soobin memang benar-benar berniat menghamilinya. Setelah beberapa menit beristirahat, Kamal beralih ke posisi duduk, ia melirik turun, ke arah vaginanya yang dihiasi berbagai macam cairan cinta. Satu jari Kamal terarah ke liang vaginanya sendiri, ia melumuri jarinya dengan sperma Soobin lalu menjilatinya. Lezat. Sangat lezat dan hangat. Sperma anak muda memang selalu lezat, seperti krim di dalam pai.
"Kau anak yang pintar, Binnie. Kau memuaskanku dengan baik." Puji Kamal seraya menatap si jangkung itu dengan senyuman lebar.
"Terima kasih, noona." Sahut Soobin agak kikuk, sedikit terkejut karena Kamal masih begitu menawan walau kondisinya kacau.
"Jadi, apa kau membawa ponselmu, Binnie?" Celetuk Kamal seraya memejam, tubuhnya benar-benar terasa lelah terlpas nafsunya yang masih menggebu-gebu.
"U-uh, iya, noona..." Jawab Soobin bersama perasaaan bingung.
"Berikan padaku. Aku ingin meminjamnya sebentar." Pinta si pirang itu padanya. Tanpa berkata apapun, Soobin segera meraih ranselnya yang ada di ranjang sebelah. Ia mengeluarkan ponselnya dan kembali ke hadapan Kamal, bagaikan robot yang diperintah.
"Ini ponselku, noona." Ujar Soobin lalu menyerahkan ponselnya. Kamal mengambil ponsel itu, ia mengotak-atiknya selama beberapa menit sebelum dikembalikan kepada Soobin. Ketika si jangkung itu melihat layar ponselnya, ada sebuah nomor baru tersimpan dengan nama "Noona".
"Hubungi aku jika kau perlu bahan untuk bermastrubasi. Aku akan mengirimimu foto yang seksi." Kata Kamal bersama kekehan genitnya. Soobin merasa sangat tidak percaya, ia baru saja diberikan nomor Kamal. Berarti, ia boleh berhubungan dengannya, kan?
"Aku boleh meneleponmu, noona?" Tanya Soobin, matanya berbinar memandangi layar ponselnya.
"Kau boleh mengajakku melakukan seks lagi jika ingin. Walau mungkin, aku duluan yang akan memintanya. Sekarang, cepat pulang sebelum orangtuamu mencari. Aku akan bereskan kekacauan ini." Kata Kamal yang mendorong pelan tubuh Soobin sambil mengancingi kemejanya yang kusut dan basah. Mendengar suruhan pulang itu, Soobin segera memasang celana dalam dan celananya dengan benar. Tak lupa, ia merapikan seragam yang masih melekat di tubuhnya, agar tak dicurigai oleh orangtuanya. Memandangi tempat kejadian perkara, Kamal mendapati ranjang dan lantai didekatnya agak kotor, jejak dari perbuatan cabul mereka berdua disana. Bahkan, seprai ranjang juga ikut ternodai, Kamal mungkin perlu waktu untuk membersihkannya hari ini. Namun tak masalah, karena sebanding dengan kenikmatan yang ia peroleh. Soobin memasang ranselnya setelah ia pastikan tak ada barang yang tertinggal. Si jangkung itu berbalik ke arah Kamal bersama wajah yang cerah.
"Te-t-terima kasih banyak, noona!" Ucap Soobin dengan lantang walau sempat terbata, sebelum membungkuk penuh padanya. Kamal hanya mengangguk dan tersenyum sebagai balasan. Soobin beranjak untuk melangkah ke arah pintu, tetapi ketika hendak membukanya, ia dihentikan oleh panggilan dari Kamal.
"Oh, hey, Binnie." Panggil si pirang itu padanya. Spontan, ia menoleh.
"Iya, noona?" Sahut Soobin langsung.
"Rahasiakan ini dari semua orang, ya? Tubuhku hanya untukmu, sayang." Mendengar ucapan itu dari Kamal, bersama senyuman menawan dari bibir bengkaknya yang dihiasi lipstik berantakan dan sorot mata seduktif yang menghipnotis Soobin merasa penisnya berkedut lagi. Benar, tubuhnya haus akan wanita itu, hanya saja, ia tak mungkin melanjutkan seksnya. Soobin harus mampu mengontrol diri di hadapannya. Succubus itu.
"Baik, noona. Aku akan rahasiakan." Jawab Soobin dengan yakin. Jawaban tersebut menjadi kepuasan bagi hati Kamal yang penuh akan untaian nafsu.
"Anak pintar." Kata si pirang itu yang lalu mengedipkan salah satu matanya. Tanpa menjawab, Soobin melangkah keluar dari ruang unit kesehatan, untuk beranjak pulang, ditemani diri yang sudah diperbarui.
Sementara Kamal, ia melanjutkan tugasnya untuk membersihkan ruangan itu dari jejak seks mereka. Mengganti seprai ranjang untuk ia kirim ke binatu, menyeka lantai dengan pel dan cairan pembersih beraroma apel hijau lalu merapikan posisi beberapa furnitur yang mungkin berubah. Semua itu Kamal kerjakan kurang lebih selama satu jam, setelahnya, ia juga beranjak pulang untuk beristirahat. Apakah Kamal benar-benar beristirahat? Tentu saja, tidak. Wanita gila seks itu menghubungi beberapa lelaki hidung belang yang bisa ia kuras sampai kering sperma dan penisnya. Kamal melakukan seks berulang kali selama semalaman, dengan bergonta-ganti lelaki.
Sayangnya, Kamal tak mampu merasakan kenikmatan yang sama seperti ketika ia melakukan seks bersama Soobin, dari para pria lain. Reka ulang dari kenikmatan itu Kamal cari, Kamal kejar, dan Kamal buru dari beberapa pria yang ia setubuhi. Yang ada, liang vaginanya penuh sperma bercampur dari berbagai macam pria, namun masih sangat terangsang dan belum puas. Benar, harus Soobin yang melakukan seks dengannya, hanya Soobin yang bisa. Seolah kecanduan akan penis dan tubuh si jangkung itu, Kamal berniat untuk memeliharanya dan membentuknya sebagai mainan seks yang sempurna.
Seks pertama mereka berdua di ruang unit kesehatan itu, menjadi langkah pertama untuk hubungan yang lebih intens tetapi rumit. Kamal mulai sering mengajak Soobin melakukan seks, tanpa kondom dan berkali-kali. Yang awalnya, hanya janji seks di luar sekolah, menjadi janji seks di tiap sela waktu yang bisa mereka dapatkan. Pada saat jam istirahat, jam kosong, atau bolos kelas, Soobin akan mendatangi wanita itu untuk seks, diminta atau tanpa diminta. Sekedar bisa menjilati vagina Kamal atau penisnya dihisap saja Soobin rasanya sudah sangat senang.
Soobin sangat terobsesi pada wanita itu, ia tidak yakin menderita kecanduan seks tapi ketika melakukannya dengan Kamal, ia tidak bisa berhenti. Tidak, Soobin tidak ingin berhenti sama sekali. Bahkan ada saatnya, Soobin mengemis kepada Kamal untuk seks, karena si pirang itu memang suka mempermainkannya. Akibat kecanduan Kamal yang terlalu parah, Soobin mengabaikan sekolah dan kehidupannya. Si jangkung itu jarang di rumah apalagi di sekolah, ia berhenti bergaul dengan teman-temannya bahkan menelantarkan hobinya. Soobin, benar-benar ditelan oleh nafsu Kamal yang melilit erat pada tubuhnya.
Ketika perilaku dan nilai Soobin yang kian buruk itu, dilaporkan pihak sekolah kepada orangtuanya, mereka marah besar dan sang ayah hampir memukulinya. Si jangkung itu sempat diinterogasi, mereka ingin tahu apa yang terjadi padanya dan kenapa ia berubah secara mendadak. Soobin menolak untuk berbicara sama sekali. Mereka berhasil membuka ponsel Soobin, tapi pesan tak senonoh Kamal dan nomornya sudah ia hapus. Jadi, tidak ada jejak dari si pirang itu untuk dapat mereka endus. Sebagai hukuman, orangtuanya membatasi akses Soobin pada ponsel dan laptopnya, karena mereka mengira perilaku anak itu adalah fase dari kenakalan remaja. Mereka juga akan memantau Soobin setiap hari, memastikan agar anak itu kembali normal.
Seluruh hidup Soobin akan diawasi secara detail oleh kedua orangtuanya, dan fakta itu membuatnya ingin gila. Ia butuh Kamal, ia bisa mati jika tidak bisa menyentuh Kamal. Wanita itu adalah belahan jiwa dan tubuhnya, Soobin tidak boleh berpisah darinya. Dengan nekat, Soobin melarikan diri dari rumah, ia meninggalkan laptop dan ponsel, agar tidak bisa dilacak oleh siapapun. Kemanakah Soobin berpulang malam itu? Sudah jelas, ke apartemen milik Kamal, sang pemakan pria yang menawan, yang teramat ia cintai.
Tangan Kamal terbuka lebar untuk menerima Soobin ke pelukannya, ia membiarkan si jangkung itu bersamanya. Tetapi, karena takut dicari dan ditemukan, Kamal dan Soobin memutuskan untuk pindah ke kota lain yang agak jauh dan memulai hidup baru. Kehidupan mereka berdua sangat terjamin, karena Kamal memiliki relasi yang kuat dengan seorang pria kaya raya, secara seksual. Pria itu menghidup Kamal dengan senang hati, karena si pirang akan melayaninya di waktu luang. Soobin tahu soal ini, tapi ia tidak perduli, karena ia tahu Kamal hanya mencintainya saja. Yang sesungguhnya, Kamal tidak pernah mencintai siapapun, ia hanya cinta seks dan nafsu.
Setampan apapun, semenawan apapun, dan sehebat apapun pria yang ia temui, Kamal tidak ingin jatuh cinta, ia menolak perasaan itu jauh. Semua pria yang memujanya itu, telah dibutakan oleh racun dari lidah Kamal yang teramat manis untuk ditolak. Sama seperti Soobin, mereka hanyalah budak seks bagi Kamal. Terkesan seperti Succubus, bahkan dijuluki seperti itu, nyatanya, Kamal tetaplah hanya manusia biasa. Manusia biasa yang menyerupai iblis nafsu, memakan semua pria yang ia temui dan menguras mereka. Entah sampai kapan, Soobin akan dijerat olehnya, sebagai budak nafsu. Namun nampaknya, si jangkung itu tidak ingin berpisah dari Kamal sama sekali.