Diterima
Disetujui
Dipublish
Hal
:
:
:
:
16 Pebruari 2020
26 Pebruari 2020
6 Maret 2020
566 - 572.
http://journal.unmasmataram.ac.id/index.php/GARA
Vol. 14, No. 1, Maret 2020
ISSN 1978-0125 (Print);
ISSN 2615-8116 (Online)
RESPON PENANAMAN PADI GOGO BERAS MERAH DENGAN KACANGKACANGAN TERHADAP BERAT BERANGKASAN DAN BERAT KERING AKAR PADA
KONDISI LENGAS TANAH DAN MEDIA TUMBUH BERBEDA
THERESIA SUZANNA CATHARINA1), NI WAYAN PUTU MEIKAPASA2),
STEVANY HANALYNA DETHAN3)
1,2)
3)
Program Studi Agribinis Kampus Mataram UNMAS Denpasar
Program Studi Manajemen Kampus Mataram UNMAS Denpasar
e-mail : 1)theresiasca@gmail.com, 2) putumeikapasa@yahoo.co.id, 3)stevany.hanalyna.dethan@gmail.com
ABSTRAK
Padi beras merah yang ditanam pada lahan kering perlu mendapat perhatian.Kekeringan merupakan
kendala bagi peningkatan produksi pada lahan tadah hujan bahkan sawah irigasi di musim
kemarau.Bagaimana bila dilakukan penanaman bersama sehingga akan lebih mudah melakukan penanaman
dengan mencampur benih tanaman legum dan non legum, jika dibandingkan dengan menugalnya terpisah
dalam suatu mixed cropping.
Dari hasil dan penelitan, dapat disimpulkan bahwa : penanaman bersama antara padi gogo beras merah
dengan kacang-kacangan diperoleh : berat kering jerami tertinggi pada media tumbuh dari Kuripan. Panjang
akar teringgi pada pemberian air 100 % pada media tumbuh dari Kuripan. Berat Kering akar padi tertinggi
pada media tumbuh dari Kuripan. Berat kering akar padi tertinggi dari media tumbuh dari Kuripan pada
pemberian air 50% dan luas daun lebih besar pada media tumbuh di Bayan pada pemberian air 100%
Kata kunci : beras merah, berat berangkasan, berat kering akar, lengas tanah, media tumbuh
ABSTRACT
Red rice rice planted on dry land needs to get attention. Drought is an obstacle to increasing
production on rainfed land and even irrigated fields in the dry season. What if planting is done together? it
will be easier to plant by mixing legume and non-legume plants compared to blocking it apart in a mixed
cropping.
From the results and research, it can be concluded that: joint planting between brown upland rice and
beans is obtained: the highest dry weight of straw on growing media is from Kuripan. The highest root
length at giving 100% water to the growing media comes from rice plants in Kuripan. The highest dry weight
of rice roots in the growing medium is from Kuripan. Kuripan also has the highest dry weight of rice roots
from the growing media with 50% water supply and the greater leaf area on the growing media with 100%
water supply is from Bayan
Keywords: brown rice, heavy weight, root dry weight, soil moisture, growth media
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi, yaitu penanaman padi di lahan kering. Lahan
kering yaitu lahan yang pengairannya bergantung pada turunnya hujan atau lahan yang tidak memperoleh
pengairan teknis ataupun setengah teknis (Prasetyo, 2003).
566
Dari warna berasnya umumnya ada 2 jenis padi gogo, yaitu padi gogo beras putih dan beras merah. Padi
beras merah, yang umumnya adalah padi gogo, sangat bermanfaat bagi kesehatan, selain manfaat utamanya
sebagai makanan pokok.
Padi beras merah yang ditanam pada lahan kering perlu mendapat perhatian. Menurut Sasli (2004),
kekeringan merupakan kendala bagi peningkatan produksi pada lahan tadah hujan bahkan sawah irigasi di
musim kemarau.
Menurut hasil penelitian Suryani (2009), rata-rata pertumbuhan tanaman padi pada pemberian air 100%
kapasitas lapang lebih tinggi dari pada pemberian air 60% kapasitas lapang.
Menurut Paynel et al. (2000), transfer N akan bermanfaat apabila sumber N dalam keadaan terbatas.
Transfer N juga semakin tinggi jika jarak tanam antar legum dan non legum semakin dekat, seperti yang
dilaporkan Fujita et al. (1998) bahwa laju transfer N tertinggi pada jarak tanam (antara kedelai dan sorgum)
12,5 cm dibandingkan dengan 17,5, 25 dan 50 cm.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana bila dilakukan penanaman bersama sehingga akan lebih
mudah melakukan penanaman dengan mencampur benih tanaman legum dan non legum, jika dibandingkan
dengan menugalnya terpisah dalam suatu mixed cropping.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, telah dilakukan penelitian berjudul : “Respon berat berangkasan,
panjang akar, berat kering akar dan luas daun padi gogo beras merah pada penanaman bersama tanaman
kacang-kacangan dalam kondisi lengas tanah dan media tumbuh berbeda.
Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui respon penanaman padi gogo beras merah dengan kacangkacangan terhadap berat kering jerami dan panjang akar padi pada kondisi lengas tanah dan media tumbuh
berbeda.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan melakukan
percobaan penanaman di pot. Percobaan telah dilakukan di rumah kaca yang disiapkan di lahan petani
Kecamatan Mataram Kelurahan Pagutan Timur Desa Karang Buaya. Pelaksanaan percobaan direncanakan
selama 4 bulan.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan mengatur perlakuan
secara faktorial, yang terdiri atas 3 faktor perlakuan sebagai berikut :
1. Asal media tumbuh (entisols) (M), dengan 3 taraf sebagai berikut :
1.1. M1 = media tumbuh dari desa Sayong
1.2. M2 = media tumbuh dari desa Kuripan
1.3. M3 = media tumbuh dari Bayan
2. Kombinasi tanaman dengan kacang-kacangan (K) dengan 3 taraf sebagai berikut :
2.1. K1 = tanaman padi (monokultur)
2.2. K2 = tanaman padi ditanam bersama kacang hijau
2.3. K3 = tanaman padi ditanam bersama kedelai
3. Kadar lengas dengan 2 perlakuan tingkat pemberian air yaitu :
3.1. C1 = pemberian air 100% kadar lengas.
3.2. C2 = pemberian air 50% kadar lengas
Dengan demikian diperoleh 18 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali,
sehingga diperoleh 54 pot percobaan. Untuk pengamatan mikoriza, serapan N dan P dibuat seri percobaan
dengan 2 ulangan (2 x 18 = 36 pot), sehingga total keseluruhan pot adalah 90 pot.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah : Benih padi beras merah sebanyak 1 Galur harapan, benih
kedelai, benih kacang hijau, tanah entisol sebagai media tumbuh yang diambil dari 3 daerah media tumbuh
padi gogo yaitu media tumbuh dari Sayong, Kuripan dan Bayan, pupuk Urea, Superphos, furadan, KCl 2%,
KOH 10%, HCl 2%, Trypan blue 0,05% dan gula.
567
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ember plastik ukuran 15 x 35 cm, pot, ayakan,
kertas label, timbangan duduk, timbangan analisis, gelas ukur, penggaris, mikroskop, oven alat tulis
menulis dan leaf area meter.
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan media tanam. Tanah Entisols yang diambil dari sawah petani di tiga lokasi penanaman
padi gogo yaitu : Sayong, Kuripan dan Bayan dikeringanginkan terlebih dahulu selama satu minggu,
kemudian diayak dengan menggunakan ayakan berdiameter 6 mm sambil dibersihkan. Tanah dianalisis
laboratorium untuk mengetahui kadar lengas tanah (kadar lengas kering angin dan kadar lengas kapasitas
lapangnya, titik layu permanen). Teknik penentuan kadar lengas kering angin dan kadar lengas kapasitas
lapang dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah diketahui kadar lengasnya tanah dimasukkan ke dalam pot
sebanyak 9 kg/pot (Lampiran 2).
Media tanam diberikan pupuk sesuai rekomendasi (Keputusan Menteri Pertanian No
01/Kpts/SR.130/I/2006 Tanggal 3 Januari 2006). Tanaman padi dipupuk sesuai dengan dosis rekomendasi.
Media tanam dalam masing-masing pot diairi sampai jenuh (kadar lengas 100%) lalu dicampur dengan ½
dosis pupuk urea, dan seluruh dosis superphos maupun KCl sebagai pupuk dasar, sisa pupuk urea (setengah
dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 35 HST.
Penyiapan benih. Benih yang digunakan dalam percobaan ini adalah satu galur harapan padi beras
merah, hasil hibridisasi tetua varietas Angka dan Kenya (AKBC52-16-22-13) (Aryana et al., 2006). Benih
kacang hijau varietas Murai dan kedelai varietas Wilis yang digunakan adalah benih yang bersertifikat.
Sebelum ditanam benih direndam selama 24 jam, kemudian langsung ditanaman di pot sesuai dengan
perlakuan, tanpa disemai terlebih dahulu.
Penanaman. Benih yang telah disiapkan ditanam pada media tanam sesuai perlakuan dengan cara
tanam benih langsung.
Untuk perlakuan dengan penanaman padi saja setiap pot ditanam dengan masing-masing 3 benih padi.
Tanaman diperlakukan dengan pengairan kapasitas lapang sampai umur 2 minggu, lalu ditinggalkan 1
tanaman.
Untuk perlakuan dengan penanaman padi dan kacang hijau untuk setiap pot ditanam masing-masing 3
benih padi dan 3 benih kacang hijau. Tanaman diperlakukan dengan pengairan kapasitas lapang sampai
umur 2 minggu, lalu ditinggalkan 1 tanaman padi dan 1 tanaman kacang hijau.
Untuk perlakuan dengan penanaman padi dan kedelai untuk setiap pot ditanam masing-masing 3 benih
padi dan 3 benih kedelai. Tanaman diperlakukan dengan pengairan kapasitas lapang sampai umur 2
minggu, lalu ditinggalkan 1 tanaman padi dan 1 tanaman kedelai.
Selanjutnya tanaman diperlakukan sesuai dengan perlakuan kadar lengas.
Pemupukan. Pupuk yang digunakan, dosis dan saat aplikasinya adalah sebagai berikut :
Pupuk Urea, Superphos dan KCl diberikan sebagai pupuk dasar untuk semua perlakuan. Pupuk
Superphos dan KCl diberikan sekaligus saat tanam Urea diberikan setengah dosis, sedangkan sisanya
diberikan setelah tanaman berumur 35 HST yaitu:
- untuk pemupukan media tanah yang diambil dari 2 lokasi, yaitu : Sayong dan Bayan menurut lampiran
spesifik lokasi Keputusan Menteri Pertanian No 01/Kpts/SR.130/I/2006 Tanggal 3 Januari 2006, dosisnya
adalah Urea 200 kg/ha, Superphos 100 kg/ha dan pupuk KCl 50 kg/ha, sehingga pada setiap pemberian,
dosisnya adalah Urea ½ x 0,8 g/pot = 0,4 g/pot, Superphos 0,4 g/pot, KCl 0,2 g/pot (Lampiran 3),
diberikan sebagai pupuk dasar. Sisanya pupuk Urea diberikan (½ dosis) setelah berumur 35 HST.
- untuk pemupukan media tanah yang diambil dari lokasi Kuripan menurut lampiran spesifik lokasi
Keputusan Menteri Pertanian No 01/Kpts/SR.130/I/2006 Tanggal 3 Januari 2006, dosisnya adalah : Urea
200 kg/ha, Superphos 150 kg/ha dan pupuk KCl 50 kg/ha, sehingga pada setiap pemberian, dosisnya
adalah Urea ½ x 0,8 g/pot = 0,4 g/pot, Superphos 0,6 g/pot, KCl 0,2 g/pot, diberikan sebagai pupuk
dasar. Sisanya pupuk Urea diberikan (setengah dosis) setelah berumur 35 HST.
Pengairan. Pengairan dilakukan dua hari sekali dengan tingkat pemberian air 100% kapasitas lapang
dan 50% kapasitas lapang. Jumlah air yang akan diberikan diketahui dengan menghitung kadar lengas.
Penyiangan. Penyiangan dilakukan secara mekanik atau mencabut setiap gulma yang tumbuh di
setiap pot percobaan.
568
Pengendalian hama dan penyakit. Untuk melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit
maka dilakukan penyemprotan dengan menggunakan furadan sesuai dosis anjuran.
Panen. Panen dilakukan dilakukan setelah tanaman mencapai masak penuh, dengan ciri-ciri lebih dari
80% malai masak, batang kuning dan kering serta bulir padi mengeras.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Berangkasan, Panjang Akar, Berat Kering Akar dan Luas Daun
Hasil pengukuran berat berat berangkasan, panjang akar, berat kering akar dan luas daun disajikan
pada Tabel 1.
Faktor media tumbuh tidak berpengaruh terhadap berat kering akar, kecuali pada berat berangkasan,
panjang akar dan luas daun. Hal ini diduga karena penyerapan air tanah tergantung pada kemampuan akar
menembus lapisan tanah dalam. Jumlah air yang tersedia dan unsur hara yang diserap akan berpengaruh
terhadap berat berangkasan, luas daun dan panjang akar. Sistem perakaran yang baik pada tanaman padi
lahan kering, adalah akar tanamannya panjang dan jumlah akar cukup banyak (O’Toole dan Chang, 1979).
Tanaman padi yang ditanam dalam kondisi kering, umumnya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
bila dibandingkan dengan yang ditanam di sawah (Sutrisno dan Suardi, 1989).
Tabel 1. Rerata Variabel Perlakuan Faktor Media Tumbuh, Kadar Lengas dan Kombinasi Tanaman
Terhadap Berat Kering Jerami, Panjang Akar, Berat Kering Akar, dan Luas Daun.
Media Tumbuh
Sayong
Kuripan
Bayan
BNJ
Kadar Lengas
100%
50%
BNJ
Kombinasi
Tanaman
Padi
Padi+kchijau
Padi+Kedelai
BNJ
Berat Krg
Jerami (g)
Panjang
Akar (cm)
Berat kering
Akar (g)
Luas
Daun (cm²)
31,9 b
37,39 a
31,74 b
3,47
32,36 b
41,54 a
36,76 ab
4,96
9,43 a
10,42 a
9,64 a
1,36
41,31 c
53,44 a
45,50 a
0,78
31,48 b
35,88 a
2,35
38,47 a
35,30 a
3,36
8,61 b
11,05 a
0,92
49,00 a
44,50 b
0,52
42,29 a
20,55 c
38,20 b
3,47
38,74 a
35,03 a
36,89 a
4,96
12,88 a
4,40 b
12,21 a
1,36
49,11 a
43,73 c
47,41 b
0,78
Keterangan : Data yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing faktor tidak
berbeda nyata pada uji lanjut Beda Nyata Jujur 5%
Faktor kadar lengas berpengaruh terhadap berat kering jerami, berat akar dan luas daun. Hal ini diduga
tanaman yang mendapatkan air terbatas dari dalam tanah sehingga tanaman akan meningkatkan volume
perakaran, yang akan berpengaruh terhadap berat kering akar. Meningkatnya volume akar maka akan
mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara diantaranya unsur N, berakibat pada berat kering jerami dan
luas daun. Menurut Totok dan Ahadiyat ( 2004), cekaman kekeringan, menurunkan efisiensi penyerapan N.
Widodo (2004), menyatakan pupuk N berpengaruh terhadap pembentukan ukuran daun untuk meningkatkan
laju fotosintesis.
Faktor kombinasi tanaman berpengaruh terhadap berat kering jerami, berat kering akar dan luas daun.
Hal ini diduga karena, untuk mempertahankan status air dalam tanah yaitu dengan tanaman mengurangi
kanopinya dan tetap mempertahankan perkembangan ukuran akarnya sehingga mampu menyerap air, yang
akan mempengaruhi luas daun, berat akar dan berat berangkasan. Menurut Suardi (2002), peranan akar
dalam menyerap air tanah selama pertumbuhan menentukan kelancaran proses fotosintesis, yang akan
berpengaruh pada luas daun dan berat berangkasan.
569
Berat Kering Jerami (g)
60,00
40,00
20,00
0,00
P
P+KhP+Kd P
100%KL
P+Kh P+KdP
50%KL
P+KhP+Kd P
P+KhP+Kd P
100%KL
Sayong
50%KL
P+Kh P+KdP
100%KL
Kuripan
P+KhP+Kd
50%KL
Bayan
Series1 26,4 13,5 45,6 51,0 15,7 38,8 42,5 29,8 35,8 46,4 30,9 38,7 39,0 19,7 30,5 48,1 13,4 39,5
Gambar 1. Grafik rata-rata (± SE) berat kering jerami interaksi kombinasi tanaman, kadar lengas dan media
tumbuh.
Berat kering jerami padi (Gambar 1), rata-rata tertinggi pada media tumbuh yang dari Kuripan. Hal
ini diduga, karena unsur hara yang berada dalam tanah dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, demikian pula pada kondisi 50% kadar lengas mikoriza akan membantu untuk
menyerap air tersedia dan unsur hara, terutama unsur P. Menurut Ermanita et al. (2004), unsur P sangat
penting dalam fotosintesa.
Panjang Akar Padi (cm)
50
40
30
20
10
0
100%KL
50%KL
100%KL
Sayong
Series1
30,53
50%KL
100%KL
Kuripan
34,19
43,97
50%KL
Bayan
39,12
40,92
32,6
Gambar 2. Grafik rata-rata (± SE) panjang akar padi pada interaksi kadar lengas dan media tumbuh.
Berat Kering Akar Padi (g)
Panjang akar padi (Gambar 2) tertinggi pada pemberian air 100% kadar lengas pada media tumbuh
yang berasal dari Kuripan dan terendah diperoleh pada pemberian air 100% kadar lengas media tumbuh
dari Sayong. Hal ini diduga karena akar tumbuh baik pada kondisi yang optimal. Menurut Suardi (2002),
peran akar sangat penting karena penyerapan air tanah tergantung kemampuan akar menembus lapisan
bagian bawah.
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
Padi P+Kh P+Kd Padi P+KhP+Kd Padi P+Kh P+Kd Padi P+Kh P+Kd Padi P+KhP+Kd Padi P+Kh P+Kd
100%KL
50%KL
Sayong
100%KL
50%KL
Kuripan
100%KL
50%KL
Bayan
Series1 7,75 2,86 15,2 16,6 2,94 11,1 9,44 10,3 10,5 19,1 4,60 8,42 8,81 3,29 9,15 15,5 2,39 18,6
Gambar 3. Grafik rata-rata (± SE) berat kering akar pada kombinasi tanaman, kadar lengas dan media
tumbuh.
570
Pada Gambar 3 tampak bahwa berat kering akar untuk tanaman padi yang ditanam pada kondisi
pemberian air 100% kadar lengas lebih rendah dari pada kondisi pemberian air 50% kadar lengas, hal ini
diduga karena padi yang ditanam pada kondisi pemberian air 50% kadar lengas, akan mempertahankan
perkembangan ukuran akarnya sehingga mampu menyerap air, akibatnya akar tanaman akan semakin
panjang pada kondisi pemberian air 50% kadar lengas, sehingga berpengaruh pada berat kering akar.
Penanaman padi dan kacang hijau serta padi dan kedelai pada kondisi pemberian air 100% kadar lengas
berat kering akarnya lebih tinggi dari pada kondisi pemberian air 50% kadar lengas Hal ini diduga karena
pada kondisi pemberian air 50% kadar lengas pada penamanan kombinasi, untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman membutuhkan air dan unsur hara yang lebih banyak dibandingkan dengan
penanaman padi (monokultur), sehingga jumlah air dan unsur hara yang tersedia, diserap tanaman juga
terbatas, akibatnya pengaruh pada berat kering akar (Gambar 2 dan 3). Menurut Suardi (2002), perakaran
padi berhubungan erat dengan toleransi tanaman terhadap kekeringan.
70
Luas daun (cm2)
60
50
40
30
20
10
0
Padi P+KhP+KdPadi P+KhP+KdPadi P+KhP+KdPadi P+KhP+KdPadi P+KhP+KdPadi P+KhP+Kd
100%KL
50%KL
100%KL
Sayong
Series1 47
36
45
44
50%KL
100%KL
Kuripan
33
43
51
55
51
56
50%KL
Bayan
51
57
62
48
45
34
39
44
Gambar 4. Grafik rata-rata (± SE) luas daun pada interaksi kombinasi tanaman, kadar lengas dan media
tumbuh.
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa tanaman yang di tanam pada media tumbuh di Kuripan untuk luas
daun, relatif sama. Untuk media tumbuh yang berasal dari Sayong dan Bayan, luas daun pada kondisi
pemberian air100% kadar lengas, luas daunnya lebih besar dibanding dengan pemberian air 50% kadar
lengas. Hal ini diduga, karena kadar air tersedia dalam tanah, yang diserap oleh akar dapat dimanfaatkan
untuk pertumbuhan tanaman diantaranya luas daun. Menurut Doorenhos dan Kassam (1979), ketersediaan
air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk pertumbuhan diantaranya untuk peningkatan
luas daun.
SIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : berat kering jerami tertinggi pada media
tumbuh dari Kuripan. Panjang akar teringgi pada pemberian air 100 % pada media tumbuh dari Kuripan.
Berat Kering akar padi tertinggi pada media tumbuh dari Kuripan. Berat kering akar padi tertinggi dari media
tumbuh dari Kuripan pada pemberian air 50% dan luas daun lebih besar pada media tumbuh di Bayan pada
pemberian air 100%
571
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, I.R.A., 2009. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem (Tugas Makalah Mata Kuliah Biofertilisasi).
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/rhizobia_mklh_1.pdf. diakses tanggal 8 Juni
2009.
Doorenbos, V. and A. Kassam, 1979. Yield Respons to Water. Irrigation and Drainage Paper No. 33. FAO.
Roma
Ermanita, Y. Bey dan Firdaus L.N., 2004. Pengaruh Vegetatif Dua Varietas Jagung pada Tanah Gambut
yang diberi Limbah Pulp dan Paper. Jurnal Biogenesis 1(1) : 1-8.
O’Toole and Chang, 1979. Drought Resistance in Cereal Rice: a case study in mussel and han. R.c. Staples
(Eds) Stress Physiology in crop plants, John Willy and Son, New York. P 374-487.
Paynel, F., L. Fabien, J. Bigot, S. Diquelou and B. J. Cliquet, 2008. A Study of N Transfer Between
Legumes and Grasses. http://www.agronomy-journal.org/index.php?option=article&access=... Diakses
tanggal 5 Oktober 2009.
Prasetyo, Y.T., 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah.. Penebar Swadaya. Jakarta
Sasli, I., 2004. Peranan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) terhadap cekaman kekeringan.
http://rudyct.com/PPS702-ipb/08234/iwan_sasli_pdf. diakses 17 Mei 2009.
Suardi, D.K., 2002. Perakaran Padi dalam Hubungannya dengan Toleransi Tanaman terhadap Kekeringan
dan Hasil. Jurnal Litbang Pertanian, 21 (3) : 100-108
Suardi, D.K., 2005. Potensi Beras Merah Untuk Meningkatkan Mutu Pangan.
deptan.go.id/ diakses tanggal 18 Mei 2009.
http://www.pustaka-
Suryani, N., 2009. Sensitivitas 10 Varietas Padi (Oryza sativa L.) terhadap Kondisi Stress Air. Skripsi.
Mataram.
Totok, A.D.H. dan A.Y. Rahayu, 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan dan Hasil beberapa
Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Jurnal
Agrosains 6 (2): 70-74.
Widodo, 2004. Tanggapan Lima Kultivar Padi Lokal Rawa Gambut terhadap Aplikasi Kombinasi Dosis
Pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Jurnal Akta Agrosia 7 (2) : 41-46.
572