Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Jurnal Online Universitas Palangka Ray Volume 1, Nomor 2, April 2018: 136 – 145 ISSN 2620 8334 TINJAUAN GEOMETRIK JALAN REL KERETA API TRASE PURUK CAHU–BANGKUANG–BATANJUNG (STA 212+000–STA 213+000) Murniati Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya Jln. Hendrik Timang, Palangka Raya, E-mail: murniatiunpar@yahoo.co.id Desriantomy Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya Jln. Hendrik Timang, Palangka Raya, E-mail: desriantomy@yahoo.co.id Evanphilo Ibie Jurusan/Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya Jln. Hendrik Timang, Palangka Raya, E-mail: evanphilo@yahoo.co.id Abstract: Central Kalimantan is one of the provinces in Indonesia that is rich in natural resources, one of which is obtained through coal mining activities. Therefore, alternative transportation modes are needed to reduce the constraints in the use of river transportation modes. This study aims to find out whether the plan plan can be used for railway development and geometric planning and railway arrangement. In addition, the calculation of the volume of piles and excavations. From the results of the research can be concluded that the trajectory of STA 212 + 000 - STA 213 + 000 railway track can be used because this area does not have the potential for cracks, landfills, landslides and earthquake shifts due to earthquake earth. And there is no fault area that can damage the construction of rail roads. The railroad class includes a class III railroad class with a plan speed of 125 km / h. The rail profiles used are R.54, 1067 mm rail width, and 18-ton axle load. The type of bearings used are concrete pads with type D.E. Spring Clip. The result of calculation of excavation volume of base soil is 17230,79 m3 and volume of base ground pile is 81586 m3. While the volume of heap of bottom mortgage amounted to 1160 m3 and the stock back up 3053,919695 m3. Keywords: railroad tracks, geometric planning, rail track arrangement, volume analysis of excavation piles Abstrak: Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan hasil sumber daya alam, salah satunya diperoleh melalui kegiatan pertambangan batu bara. Oleh karena itu diperlukan moda tranportasi alternatif untuk mengurangi kendala dalam penggunaan moda transportasi sungai.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah trase rencana dapat digunakan untuk pembangunan jalan rel kereta api serta melakukan perencanaan geometrik dan susunan jalan rel. Selain itu dilakukan juga perhitungan volume timbunan dan galian.Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa trase rencana jalan rel STA 212+000 – STA 213+000 dapat digunakan karena kawasan ini tidak memiliki potensi terjadinya retakan tanah, pelulukan, longsoran dan pergeseran tanah akibat gempa bumi. Serta tidak terdapat daerah sesar yang dapat merusak konstruksi jalan rel. Kelas jalan rel termasuk kelas jalan rel kelas III dengan kecepatan rencana 125 km/jam. Profil rel yang digunanakan adalah R.54, lebar sepur 1067 mm, dan beban gandar 18 ton. Jenis bantalan yang digunakan adalah bantalan beton dengan penambat rel jenis D.E. Spring Clip. Hasil perhitungan volume galian tanah dasar adalah 17230,79 m3 dan volume timbunan tanah dasar sebesar 81586 m3. Sedangkan volume timbunan balas bawah sebesar 1160 m3 dantimbunan balas atas sebesar 3053,919695 m3. Kata kunci: trase jalan kereta api, perencanaan geometrik, susunan jalan rel, analisa volume timbunan galian. PENDAHULUAN Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. 136 Terdapat hubungan yang kuat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan kehidupan dan Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 kegiatan manusia transportasi mempunyai peranan yang signifikan dalam aspek-aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Perkembangan salah satu moda transportasi yaitu kereta api dengan menggunakan jalan rel bermula dari dikembangkannya usaha untuk meningkatkan pelayanan tranportasi yang meliputi antara lain kuantitas pengangkutan, kecepatan perjalanan, dan keawetan sarana prasarananya. Awal mula terciptanya jalan rel bisa dikatakan bermula di Inggris pada tahun 1630, yaitu dengan adanya pengangkutan batu bara. Kalimantan Tengah merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak 1110 BT hingga 1160 BT dan 00 45’ LU serta 30 30’ LS dengan luas wilayah 153.564 km2. Kalimantan tengah juga kaya akan hasil sumber daya alam yang diperoleh melalui kegiatan pertambangan batubara. Saat ini tercatat 5,5 milyar ton deposit batubara yang terdiridari 2,5 milyar ton tereka, 1,7 milyar ton terunjuk dan 1,3 milyar ton terukur. Namun potensi tersebut belum dapat dikelola dengan maksimal karena terkendala masalah angkutan sehingga tidak ekonomis untuk dieksploitasi. Umumnya lokasi tambang berada di bagian Utara Provinsi Kalimantan Tengah sedangkan outlet berada di bagian Selatan Laut Jawa. Saat ini para penambang umumnya menggunakan moda transportasi sungai untuk pengangkutan batu bara dari daerah Barito ke Laut Jawa, namun kendalanya adalah bahwa sungai Barito yang melalui daerah seperti daerah-daerah yang ada pada Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Kapuas hanya dapat dilayari sekitar 8 (delapan) bulan setiap tahunnya karena terkendala kedalaman air sungai, belum termasuk kegiatan penambangan dan pengangkutan yang melalui sedikit daerah sungai Kapuas bagian hulu. Kendala lain dengan menggunakan moda transportasi sungai ini adalah kerusakan lingkungan berupa tercemarnya air sungai dan terjadinya erosi, abrasi dan pendangkalan. Berdasarkan hal diatas, salah satu alternatif moda transportasi yang dapat digunakan adalah angkutan jalan rel kereta api. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berencana akan menyelenggarakan perkeretaapian umum dimana untuk tahap pertama adalah trase Puruk Cahu – Bangkuang – Batanjung. Hal ini diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dari Puruk Cahu – Bangkuang – Batanjung Tanggal 11 Oktober 2013. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah trase rencana pada STA 212+000 – STA 213+000 dapat digunakan untuk pembangunan jalan rel kereta api? 2. Bagaimana perencanaan geometrik jalan rel yang sesuai dengan persyaratan yang ada? 3. Bagaimana susunan jalan rel yang digunakan? 4. Berapa volume galian dan timbunan yang diperlukan untuk perencanaan? Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Daerah lokasi penelitian tugas akhir berada pada ruas Puruk Cahu – Bangkuang – Batanjung, tepatnya pada STA 212+000 – STA 213+000 di kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. 2. Dalam penelitian ini tidak merencanakan persinyalan, jembatan maupun infrastruktur lain (stasiun, rumahsinyal). 3. Kereta api direncanakan untuk angkutan barang tanpa penumpang. 4. Data yang digunakan adalah data sekunder. 5. Tidak melakukan perhitungan kekuatan timbunan. 6. Tidak melakukan perecanaan sistem drainase Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui apakah trase rencana pada STA 212+000 – STA 213+000 dapat digunakan untuk pembangunan jalan rel kereta api 2. Mendapatkan alinemen horizontal dan vertikal jalan rel yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi. 3. Merencanakan susunan jalan rel yang digunakan. 4. Menghitung volume galian dan timbunan serta gambar yang diperlukan untuk perencanaan. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan terhadap perkembangan pembangunan perkeretaapian di Provinsi Kalimantan Tengah. 137 Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 2. 3. Sebagai alternatif angkutan baru yang kedepannya diharapkan menjadi angkutan antar kota maupun antar provinsi. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak terkait dalam hal bidang tranportasi khususnya jalan rel. TINJAUAN PUSTAKA Struktur Jalan Rel Kereta Api dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana transportasi bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya berjalan di atas jalan rel. Secara umum, pada teknologi konvensional berupa Teknologi Dua Rel Sejajar, jalan rel terbentuk dari dua batang rel baja diletakan di atas balok balok melintang. Balok balok melintang ini disebut bantalan. Untuk menjaga supaya rel tetap pada kedudukannya, rel tersebut ditambatkan pada bantalan dengan menggunakan penambat rel. Rangka tersebut bersambungan secara memanjang membentuk jalur yang disebut dengan sepur. Sepur diletakan di atas suatu alas yang disebut balas, yang selanjutnya di bawah balas terdapat lapisan tanah dasar. Gaya yang ditimbulkan oleh kereta api yang melintas di atas jalan rel harus ditahan oleh struktur jalan rel. Gaya-gaya dimaksud ialah: 1. Gaya vertikal 2. Gaya horizontal tegak lurus sumbu sepur 3. Gaya horizontal membujur searah sumbu sepur Geometrik Jalan Rel Geometrik jalan rel yang dimaksud ialah bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada arah memanjang maupun arah melebar yang meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horisontal, lengkung vertikal, peninggian rel, dan pelebaran sepur.Geometrik jalan rel direncanakan berdasarkan kecepatan rencana serta ukuran – ukuran kereta yang melewatinya dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai hasil yang efisien, aman, nyaman dan ekonomis. Susunan Jalan Rel Perencanaan susunan jalan rel yang dimaksud adalah menentukan profil rel yang digunakan beserta karakteristik penampangnya, jenis rel dan panjang minimumnya, desain sambungan rel dan celah pada sambungan rel. 138 1. Bantalan Bantalan berfungsi meneruskan beban dari rel ke balas, menahan lebar sepur dan stabilitas ke arah luar jalan rel. Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja, ataupun beton. Pemilihan didasarkan pada kelas yang sesuai dengan klasifikasi jalan rel Indonesia. 2. Balas Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukanya harus sangat terpilih. Fungsi utama balas adalah untuk : a. Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar b. Mengokohkan kedudukan bantalan c. Meluluskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air disekitar bantalan dan rel. 3. Penampang Melintang Penampang melintang jalan rel adalah potongan pada jalan rel, dengan arah tegak lurus sumbu jalan rel, dimana terlihat bagianbagian dan ukuran-ukuran jalan rel dalam arah melintang. 4. Analisa Volume Timbunan dan Galian Timbunan dan galian dilakukan untuk mencapai ketinggian/elevasi yang sesuai untuk struktur jalan rel METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap seperti diuraikan pada Bagan alir Gambar 1. Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sejarah Gempa Bumi di Kalimantan Tengah Wilayah Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang tidak terlalu rawan gempa bumi. Belum diketahui adanya sumber gempa bumi merusak di wilayah ini. Pada Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Provinsi Kalimantan Tengah dibawah ini, diperlihatkan bahwa Kalimantan Tengah termasuk daerah dengan kondisi zona rawan bencana gempa bumi Rendah dan zona rawan bencana gempa bumi sangat rendah. Artinya kawasan ini tidak memiliki potensi terjadinya retakan tanah, pelulukan, longsoran dan pergeseran tanah akibat gempa bumi. Gambar 2. Peta Kawasan Rawan BencanaGempa Bumi Provinsi Kalimantan Tengah Daya Angkut Lintas Untuk mendapatkan tonase barang dan gerbong harian (Tb), maka produksi batu bara rata-rata pertahun dibagi 365. . . , Tb = = 13.060,991 ton/hari Perhitungan Tonase Ekivalen (ton/hari) dihitung sebagai berikut: TE = Tp + (Kb x Tb) + (K1 x T1) = 0 + (1,3 x 13.060,991) + (1,4 x 56) = 17.057,689 ton Perhitungan Kapasitas angkut (ton/pertahun) dihitung sebagai berikut: T = 360 x S x TE = 360 x 1,0 x 17.057,689 = 6.140.767,867 ton/tahun lintas Dengan nilai kapasitas angkut lintas diatas, maka kelas jalan rel termasuk kelas jalan rel kelas III. Geometrik Jalan Rel Perhitungan Geometrik jalan rel meliputi perhitungan alinemen horizontal dan alinemen vertikal. Pada alinemen horizontal lebar sepur memerlukan pelebaran yang tergantung pada jari-jari lengkung horizontal. a. Penentuan Rminimum Besar jari-jari minimum yang diijinkan ditinjau dari beberapa kondisi, yaitu: 1) Gaya Sentrifugal diimbangi sepenuhnya oleh gaya berat Rmin = 0,08 . V2 = 0,08 (100)2 = 800 m 2) Gaya Sentrifugal diimbangi oleh gaya berat dan daya dukung komponen jalan rel Rmin = 0,054 . V2 = 0,054 . (100)2 = 540 m 3) Jari-jari minimum berdasarkan peraturan dinas no.10 tentang Perencanaan Konstruksi Jalan Rel. Rmin = 550 m (tabel 2.3) 4) Jari-jari minimum dengan cara trial. Rrencana = 900 m b. Peninggian Rel Peninggian rel rencana/disain harus memenuhi syarat: hmin < hnormal < hmaks Kecepatan rencana untuk peninggian rel adalah 125 km/jam. Nilai h rencana dibulatkan menjadi bilangan kelipatan 5 mm diatasnya. Peninggian maksimum (hmaks) adalah 110 mm, berdasarkan stabilitas kereta api saat berhenti di bagian lengkung. h normal = 5,95 ( ) = 5,95 = 103,299 mm < hmaks, maka R trial memenuhi hminimum = = , , ( – 53,54 ) – 53,54 = 99,238 mm 139 Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 Syarat : hmin < hnormal < hmaks 99,238 < 103,299 < 110 (memenuhi) Peninggian rel yang direncanakan (h = hnormal) = 103,299, dipakai 105 mm Yc = = = 2,042 m P = Yc – R (1 – cos θs) = 2,042 – 900 (1 – cos 3°20'38,22") = 0,509 m c. Lengkung Peralihan Kecepatan rencana untuk jari-jari lengkung peralihan adalah 100 km/jam. Lh = Ls = 0,01 x h x V = 0,01 x 105 x 100 = 105 m d. Perhitungan Lengkung Horizontal 1) Menghitung panjang lengkung K = Xc – R sin θs = 105 – 900 sin 3°20'38,22" = 52,503171 = 53 m 3) Menghitung Tt dan Et ∆ Tt = (R + p) tg + k θs = ° ′ = + 53 = (900 + 0,509) tg = 282,4 m ∆ Et = (R + p) sec - R = 3,343949045 = 3°20'38,22" = (900 + 0,509) sec = 26,097 m e. Gambar 3. ∆s θc = ∆s - 2θs = 27°0'0" – 2 (3°20'38,22") = 20°18'43,57" x2 Lc = ° ° ′ - 900 Pelebaran Sepur Untuk lebar sepur 1067 mm, PT. Kereta Api (persero) menggunakan kelonggaran flens roda kereta terhadap tepi kepala rel terhada sepur lurus (c) = 4 mm dan jarak gandar depan terhadap gandar belakang = 4 m. Maka pelebaran sepur dihitung menggunakan persamaan: p= –8 = –8 = 0,421052632 mm = 0 mm (tidak perlu pelebaran sepur) R , = x2 ° = 318,900 m 900 L = 2 Ls + Lc = (2 x 105) + 318,900 = 528,900 m 2) ° ′ Alinemen Vertikal Besarnya jari – jari minimum lengkung bergantung pada besarnya kecepatan rencana. Untuk Vrencana > 100 km/jam, digunakan Rmin = 8000 m. Untuk Vrencana hingga 100 km/jam, digunakan Rmin = 6000 m. Menghitung Xc, Yc, k dan P Xc = Ls = Ls - = 104,9996597 m = 105 m Gambar 4. Perbedaan Landai 140 Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 Elevasi Rencana STA 212+000 = 29,15 m Elevasi Rencana STA 212+100 = 29,00 m = 156767,343 kg/cm2 λ= Maka perbedaan kelandaiannya: ( , ϕ= = 1,5 ‰ , . . ; k = modulus elastisitas jalan rel = 180 kg/cm2 ) x 1000 λ untuk daerah di bawah rel λ= Dengan kecepatan rencana 100km/jam, maka digunakan Rmin 6000 m dengan Rrencana = 7000 m. Lv = ϕR = 0,0015 x 7000 = 10,5 m Xm = ϕ = x 0,0015 = 5,25 m Ev = Ym = ϕ2 = = 0,00196875 m x 0,00152 , , = 0,022306126 cm-1 λ untuk daerah di tengah bantalan λ= , , = 0,023748905 cm-1 L = 200 a = 43,15 c = 56,85 Perencanaan Bantalan Bantalan yang digunakan adalah bantalan beton blok tunggal dengan fc’ 600. Dimensi bantalan dapat dilihat pada gambar berikut: Momen pada daerah di bawah rel M= (2 cosh2 a(cos 2 c + cosh L) - 2 cos2 a (cosh 2 c + cos L) - sinh 2 a (sin2 c + sinh L) – sin 2 a(sinh 2 c + sinh L) Q = 60 % Pd Pd = (1 + 0,01 ( Gambar 5. Dimensi Bantalan Perhitungan Bantalan: Luas: A1 = 2 (1/2 x 100 x 210) + 210 x 150 = 52500 mm2 = 525 cm2 A2 = 2 (1/2 x 88 x 190) +190 x 150 = 45220 mm2 = 452,2 cm2 Inersia: I1 = ( ) Gaya roda statis (Ps) untuk lokomotif BB dengan beban 56 ton adalah 7 ton dengan kecepatan rencana 125 km/jam. Maka, Pd = (1 + 0,01 ( – 5) 7000) , = 12088,16035 kg Q = 60 % 12088,16035 = 7252,896209 kg M= 21 – 5) Ps) , , , ( , ) , (2 x = 902,37 cm4 1,5002 (-0,822+ 43,303) – 2 x0,5712 (6,355 + (-0,249)) - 3,355 (0,569+ 43,291) – 0,938(6,276 + 43,291) = 147626,335 kg cm< Momen Ijin = 150000 kg cm ....OK E = 6400 √fc′ Momen pada daerah di tengah bantalan = 1159,47cm4 I2 = ( , , ) , 19 = 6400 √600′ 141 Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 M=(Sinh c(Sin c + Sinh λ (L-c)) +Sin λ c (Sinh λ c + Sinh λ (L-c)) +Cosh λ c Cos λ (L-c)– Cos λ cCosh λ (L-c)) untuk rel panjang dengan panjang 250 m dan suhu pemasangan 30°, maka perhitungan celah sambungan dihitung sebagai berikut: α ( G= Q= 60 % Pd Pd = (1 + 0,01 ( , – 5) Ps) G= , ) , +2 , ( ) +2 = 9,76608 mm Pd = (1 + 0,01 ( , – 5) 7000) = 12088,16035 kg Q = 60 % 12088,16035 = 7252,896209 kg M= - , , , , (1,799 (0,976+ 14,960) + 0,976(1,799 + 14,960) +2,059(-0,967) – 0,219 . 14,994 = -33289,21567 kg cm < Momen Ijin = 76500 kg cm ....OK Susunan Jalan Rel Berdasarkan perhitungan diatas, kelas jalan rel termasuk kelas jalan rel III menggunakan profil rel R.54 dengan karakteristik, tinggi rel 153 mm, lebar kaki 127 mm, lebar kepala 65 mm, tebal badan 15 mm dan tinggi kepala 49 mm. Jenis rel yang digunakan adalah jenis rel panjang. Berdasarkan profil rel dan jenis bantalan yang digunakan, panjang rel adalah 250 m. Penambat rel yang digunakan adalah penambat elastis ganda, yaitu D.E. Spring Clip. Sambungan rel direncanakan menggunakan sambungan menumpu, agar tekanan yang terjadi diteruskan kepada satu bantalan saja. Kemudian direncanakan menggunakan penempatan sambungan secara siku pada jalur lurus dan penempatan secara berselang-seling di tikungan. Pemasangan Rel Untuk rel standar dan rel pendek dengan panjang 25 m dan suhu pemasangan 30°, maka perhitungan celah sambungan dihitung sebagai berikut: G = L x α x (40 – t) + 2 G = 25000 x 1,2 x 10-5 x (40 – 30) + 2 = 5 mm 142 Penampang Melintang Penampang melintang memperlihatkan bagianbagian dan ukuran-ukuran jalan rel dalam arah melintang. a. Lapisan Balas Atas Tebal balas atas dihitung sebagai berikut: Menurut Wahyudi (2003): Db = Keterangan: Db = tebal balas minimum S = jarak bantalan w = lebar bantalan Db = = 42,5 cm Menurut British regulation tebal balas dapat diperoleh. Dengan kecepatan rencana 125 km/jam dan tonase 6.225.664,310 ton/tahun, maka diperoleh tebal balas minimum 0,3 m. Menurut French spesification tebal balas dapat dihitung dengan mempertimbangkan beberapa parameter. Dari perhitungan sebelumnya direncanakan menggunakan kelas jalan rel kelas III, Vrencana = 125 km/jam, bantalan beton, dan beban gandar 18 ton. Sehingga diperoleh: e(m) = N(m) + a(m) + b(m) + c(m) + d(m) + f(m) + g(m) = 0,55 + 0,05 + ((2,5-2)/2) + (0,1) +0+0 = 0,75 m e (m) = balas + subbalas 0,75 = balas + 0,15 Balas = 0,75 – 0,15 = 0,60 m Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 Menurut Utomo (2009), ketebalan lapisan balas yang diperlukan sesuai dengan kelas jalan rel tercantum. Maka diperoleh, tebal balas atas 30 cm. b. Lapisan Balas Bawah Menurut Utomo (2009), ketebalan lapisan balas yang diperlukan sesuai dengan kelas jalan rel, yaitu 15 – 60 cm. Maka digunakan, tebal balas bawah 20 cm. Dari gambar diatas maka volume galiandihitung sebagai berikut: Luas galian = 2 x 20 = 40 m2 Volume = 40 x 100 = 400 m3 Perhitungan timbunan pada STA 212+000 – STA 212+100 sebagai berikut: Elevasi tanah asli rata - rata = 27,985 m Elevasi rencana = 29 m Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas bawah dihitung dengan persamaan 1) Pada sepur lurus: K1 > B + 2.d1+ M + T K1 > 140 + 2 x 20 + 55 + 21 255 >256,483, digunakan 255 cm 2) Pada tikungan : K1D = K1 Gambar 7. Potongan Timbunan Tabel 1. Perhitungan Volume Galian dan Timbunan Tanah Dasar K1D = 255 cm E = (B + 1/2) x h/S + T E = (140 +1/2) x 10,5/113,7 + 21 = 33,97 k1L = B + 2.d1 + M + 2.E k1L = 140 + 2 x 20 + 55 + 2 x33,97 = 302,9498681 cm Perhitungan Volume Timbunan dan Galian Perhitungan volume galian dan timbunan dibagi menjadi 100 meter per segmen. Kelandaian bagian lereng untuk timbunan diambil 1 : 1,5, sedangkan kelandaian bagian lereng untuk galian diambil 1 : 0,5. Elevasi rencana diambil berdasarkan kondisi kontur daerah tinjauan setempat karena trase Puruk Cahu – Bangkuang – Batanjung masih belum memiliki trase rencana. Volume Timbunan dan Galian Tanah Dasar Pada STA 212+000, dengan kedalaman gambut 2 m, maka akan dilakukan penggalian dan penimbunan untuk mengganti lapisan tanah gambut. Volume Timbunan Lapisan Balas Dilakukan penimbunan untuk lapisan balas bawah dan lapisan balas atas sesuai dengan dimensi yang telah direncanakan. a. Volume timbunan lapisan balas bawah Gambar 8. Potongan Lapisan Balas Bawah Gambar 6. Potongan Galian Tanah Dasar Perhitungan timbunan pada STA 212+000 – STA 212+100 sebagai berikut: 143 Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 Luas Timbunan Volume = 1,16 m2 = 1,16 x 100 = 116 m3 b. Volume timbunan lapisan balas atas Gambar 9.Potongan Lapisan Balas Atas Perhitungan timbunan pada STA 212+000 – STA 212+100 sebagai berikut: Luas Timbunan Volume = 2,7957 m2 = 2,7957 x 100 = 279,57 m3 Tabel 2. Perhitungan Volume Timbunan Lapisan Balas longsoran dan pergeseran tanah akibat gempa bumi. Serta tidak terdapat daerah sesar yang dapat merusak konstruksi jalan rel. 2. Perencanaan geometrik jalan rel meliputi alinemen horizontal vertikal. Dari hasil perhitungan kapasitas angkut lintas, maka kelas jalan rel termasuk kelas jalan rel kelas III dengan kecepatan rencana 125 km/jam. 3. Susunan jalan rel yang digunakan adalah sebagai berikut: • Digunakan profil rel R.54 • Beban gandar : 18 ton • Lebar sepur : 1067 mm • Jenis bantalan : Bantalan beton blok tunggal • Kekuatan bantalan : K600 • Jarak bantalan beton : 60 cm • Penambat rel : D.E. Spring Clip • Tebal balas atas : 60 cm • Tebal balas bawah : 20 cm Berdasarkan potongan melintang jalan rel, dengan segmen per 100 m. Maka hasil perhitungan volume galian tanah dasar adalah 17230,79 m3 dan volume timbunan tanah dasar sebesar 81586 m3. Sedangkan volume timbunan balas bawah sebesar 1160 m3 dan timbunan balas atas sebesar 3053,919695 m3. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Trase rencana jalan rel STA 212+000 – STA 213+000 dapat digunakan karena termasuk dalam zona rawan gempa bumi rendah. Artinya kawasan ini tidak memiliki potensi terjadinya retakan tanah, pelulukan, 144 Saran 1. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang optimal diperlukan data yang sangat lengkap dan sesuai dengan kondisi di lapangan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. 2. Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang daya dukung tanah, sehingga kekuatan tanah tersebut untuk menopang beban dapat diketahui. 3. Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang perencanaan drainase jalan rel, sehingga tidak terjadi genangan air pada jalan rel. DAFTAR PUSTAKA Pebiandi, V. (2010), Perencanaan Geometrik Jalan Rel Kereta Api Trase Kota Pinang – Manggala STA 104+000 – STA 147+200 Pada Ruas Rantau Prapat – Duri II Provinsi Riau. Jurnal Tugas Akhir Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November. Murniati, dkk / Tinjauan Geometrik Jalan Rel Kereta Api ……/ Jurnal Teknika, Vol. 1, No. 2, April 2018, hlm 136 - 145 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 13 (2013). Penyelenggaraan Perkeretaapian dari Puruk Cahu – Bangkuang – Batanjung. PJKA (1986). Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No. 10. Bandung. Rosadi, R.S. dan A.A.G. Kartika. (2013), Perencanaan Geometrik Jalan Rel Antara Banyuwangi – Situbondo – Probolinggo. Jurnal Tugas Akhir Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November. Utomo, S. H. T. (2009). Jalan Rel. Beta Offset. Yogyakarta. Wahyudi, H. (1993). Jalan Kereta Api (Struktur dan Geometrik Jalan Rel.Surabaya. Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November. 145