Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Seminar Nasional Ilmu Kebumian UGM, 2012
Prosiding Seminar Nasional Kebumian ke-5 UGM dengan tema "Kreasi dan Inovasi Geosaintis dalam Memaksimalkan Potensi Sumber Daya Geologi di Indonesia" pada Sabtu, 1 Desember 2012, Teknik Geologi, FT, Universitas Gadjah Mada
Eksplorasi hidrokarbon (minyak dan gasbumi - migas) di Indonesia telah dilakukan selama hampir 150 tahun, bermula pada tahun 1865. Penyelidikan geologi pun berjalan bersamaan dengan kegiatan ini, bahkan lebih awal lagi, yaitu sejak tahun 1850. Pada periode-periode berikutnya, baik eksplorasi hidrokarbon maupun penyelidikan geologi berjalan bersamaan dan mendapatkan percepatan yang berarti. Eksplorasi hidrokarbon berjalan dengan cepat sejak akhir tahun 1960-an ketika Pemerintah Indonesia menerapkan sistem kontrak bagi hasil untuk investasi migas. Penyelidikan geologi pun berjalan dengan sistematik ke seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 1969 ketika Pemerintah Indonesia menjalankan sistem pembangunan berjangka Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Kesinambungan eksplorasi hidrokarbon dan penyelidikan geologi di Indonesia telah membuat keterpaduan yang sangat baik. Data hasil penyelidikan tersedia banyak. Perusahaan-perusahaan migas yang melakukan eksplorasi hidrokarbon dan lembaga-lembaga penelitian geologi Pemerintah yang melakukan penyelidikan geologi telah dan dapat terus saling bekerja sama untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Hal ini merupakan modal yang sangat kuat untuk dapat memahami kondisi geologi Indonesia yang rumit namun menarik. Di dalam makalah ini, penulis meringkas beberapa pemikiran tentang geodinamika Indonesia yang didasarkan kepada sintesis antara data hasil eksplorasi hidrokarbon dan data hasil penyelidikan geologi. Pemikiran-pemikiran ini mencakup : (1) Asal dan Sifat Jalur Orogen Benturan Indonesia, (2) Escape Tectonics Indonesia, (3) Akresi dan Dispersi Daratan Sunda, (4) Asal Tektonik dan Gaya Struktur Cekungan Barito-Kutei-Tarakan, Kalimantan, (5) Indentasi Tektonik Jawa Tengah, (6) Depresi Lautdalam Jawa, (7) Asal dan Sifat Sesar Mendatar Rembang-Madura-Kangean-Sakala (RMKS), (8) Pembukaan Selat Makassar, dan (9) Pembalikan Cekungan Salawati. Petroleum exploration in Indonesia has been conducted for almost 150 years, started in 1865. Geological expedition and investigation in Indonesia, started earlier in 1850, has also been contemporaneous with petroleum and mining exploration. In the later periods, both petroleum exploration and geological investigation were simultaneously conducted and obtained significant accelerations in some periods. Petroleum exploration has been accelerated since the late of 1960’s when the Government of Indonesia offered the production sharing contract system to petroleum investors. Geological investigations were conducted systematically to cover all Indonesia region since 1969 when the Government of Indonesia started to apply the sequential Five-Year Development Plan (Pelita). The harmony between petroleum exploration and geological investigations in Indonesia has made a very good integrity. Data resulted from these activities are much available. Companies conducting petroleum exploration and governmental institutions which made geological investigations have cooperated and can continue this cooperation for the sake of the most benefit. This harmony is a very strong basis for understanding the geology of Indonesia which is very complex but beautiful. In this paper, I present summaries of considerations on several aspects of Indonesia’s geodynamics. These considerations were resulted from syntheses between petroleum exploration data and geological investigation data. The aspects discussed in this paper include : (1) on the Origin and Nature of the Collisional Orogens of Indonesia, (2) Escape Tectonics of Indonesia, (3) Accretion and Dispersion of the Sundaland, (4) Major Dissimilarities on Tectonics and Structure of the Barito, Kutei, and Tarakan Basins, Kalimantan, (5) Tectonic Indentatation of Central Java, (6) Deepwater Sedimentation of Java, (7) on the Origin and Nature of the Rembang-Madura-Kangean-Sakala (RMKS) Strike-Slip Fault, (8) the Makassar Straits Opening, and (9) the Salawati Basin Polarity Reversal.
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang berupa tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi setelah berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan sumatera utara. Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah barat laut – tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan trangressi, kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat laut – tenggara Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan. Pengendapan Tersier Bawah ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara sedimen dengan batuan dasar yang berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangressi, membentuk endapan berbutir kasar – halus, batulempung hitam, napal, batulempung gampingan dan serpih. Transgressi mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya akan fosil foraminifora planktonik dari formasi Peutu. Dibagian timur cekungan diendapkan formasi Belumai yang berkembang menjadi 2 facies yaitu klastik dan karbonat. Kondisi tenang terus berlangsung sampai Miosen tengah dengan pengendapan serpih dari formasi Baong. Setelah pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi yang mengendapkan sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk) secara selaras diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan Tufa Toba Alluvial. Proses tektonik cekungan tersebut telah membStratigrafi regional Cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut : 1. Basement Pre-Tersier Terdiri dari dari batuan beku, batuan metamorf, karbonat dan dijumpai fosil Halobia yang berumur Trias terletak tidak selaras menyudut dibawah batuan sedimen diatasnya. 2. Formasi Parapat (Awal Oligosen) Terdiri dari batupasir kasar dan konglomeratan dibagian bawah seta diatasnya dijumpai sisipan serpih. Secara regional dibagian bawah diendapkan dalam lingkungan fluviatil dan bagian atas dalam lingkungan laut dangkal. 3. Formasi Bampo (Akhir Oligosen) Terdiri dari serpih hitam tidak berlapis, berasosiasi dengan lapisan tipis batugamping dan batulempung karbonat, dimana formasi ini miskin fosil dan diendapkan dalam lingkungan reduksi. 4. Formasi Belumai (Awal Miosen) Dibagian timur cekungan ini berkembang formasi belumai yang identik dengan formasi Peutu yang berkembang pada bagian barat dan tengah. Formasi belumai terdiri dari batupasir Glaukonitan berselingan dengan serpih dan batugamping. Didaerah Arun, bagian atas formasi ini berkembang lapisan
Seminar Nasional Kebumian, 2013
Artikel Program Pasca Sarjana Fisika Tahun Ajaran 2008 - FMIPA Universitas Indonesia, 2009
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN, 2020
Buletin Sumber Daya Geologi
Jurnal Dinamika Rekayasa, 2019
Berkala Fisika, 2008
Kaharuddin*1, A. M. Imran1, Chalid Idham Abdullah2, Asri Jaya1, 2018
Indonesian Journal of Earth Sciences
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral