PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)
PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK URIN SAPI
GROWTH OF COCOA SEEDLINGS ON DIFFERENT CONCENTRATIONS
OF COW URINE FERTILIZER
Diterima tanggal 05 Maret 2019, Disetujui tanggal 02 April 2019
Erna Halid1, Abdul Mutalib1 dan Sufyan2
Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
2
Pranata Laboratorium Pendidikan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
E-mail : ernahalid1968@gmail.com
1
ABSTRAK
Peningkatan produksi kakao dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
penggunaan bibit unggul, aplikasi pupuk yang tepat, pemakaian zat pengatur tumbuh
dan perbaikan cara bercocok tanam. Salah satu jenis pupuk yang dapat meningkatkan
aktivitas pertumbuhan tersebut adalah pupuk organik. Urin sapi merupakan salah satu
alternatif pupuk organik yang dapat digunakan dalam pemeliharaan tanaman kakao.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao pada
pemberian berbagai konsentrasi pupuk urin sapi. Penelitian dilaksanakan di kebun
percobaan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan. Penelitian
dirancang
berdasarkan rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan yaitu: 25 cc urin
sapi/liter air, 50 cc/liter air, 75 cc/liter air, 100 cc/liter air dan tanpa pemberian urin sapi
sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk urin sapi
sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kakao dan konsentrasi 75
cc/liter air sampai 100 cc/liter air menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, dan laju fotosistesis tanaman kakao tertinggi.
Kata kunci : kakao, pertumbuhan, pupuk organik, urin sapi
ABSTRACT
Increased cocoa production can be done in various ways such as the use of
superior seeds, the application of appropriate fertilizers, the use of growth regulators
and improvements to farming methods. One type of fertilizer that can increase growth
activities is organic fertilizer. Cow urine is an alternative organic fertilizer that can be
used in the maintenance of cocoa plants. This study aims to determine the response of
the growth of cocoa seedlings in providing various concentrations of cow urine fertilizer.
The research was carried out in a trial garden in the Department of Plant Cultivation
from November 2015 to April 2016. The aim of the study was to determine the
response of the growth of cocoa seedlings to the provision of various development of
cow urine fertilizer. The study was arranged based on a randomized block design with
five preparations, namely: 25 cc of cow urine / liter of air, 50 cc / liter of air, 75 cc / liter
of air, 100 cc / liter of air and without administration of cow urine as an experimental
control. The results showed that the administration of cow urine fertilizer had a
significant role in the growth of cacao seedlings and a concentration of 75 cc / liter of
air to 100 cc / liter of air produced the highest plants, number of leaves, stem diameter
and photosynthesis rate of the highest cocoa plants.
Key Words : cocoa, growth, organic fertilizer, cow urine
27
Erna Halid., dkk. Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) pada Berbagai
Konsentrasi Pupuk Urin Sapi
PENDAHULUAN
Tanaman kakao (Theobroma cacao
L.) merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang peranannya cukup
penting bagi perekonomian nasional,
khususnya sebagai penyedia lapangan
kerja, sumber pendapatan dan devisa
Negara. Selain itu, perkebunan kakao
juga
berperan
dalam
mendorong
pengembangan
wilayah
dan
pengembangan agroindustri.
Pada tahun 2019, Indonesia menjadi
produsen kakao terbesar ketiga di dunia
dengan produksi 777.500 ton, setelah
negara Pantai Gading dengan produksi
1.448.992
ton. Dan Ghana dengan
produksi
835.4466 ton. Nilai ekspor
kakao Indonesia ke Uni Eropa pada 2018
mencapai USD215,2 juta atau meningkat
sebesar 22% dibandingkan periode 2017
sebesar
USD201,7
juta.
(Worlddatlas.com, 2019)
Untuk
mendorong
peningkatan
penerimaan devisa negara dari ekspor
produk tanaman kakao, pemerintah
melakukan usaha-usaha peningkatan dan
pengembangan
kakao
sehingga
komoditas kakao di Indonesia diharapkan
memperoleh posisi yang sejajar dengan
komoditas perkebunan lainnya, seperti
karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam
luas
areal
budidayanya
maupun
produksinya. Usaha-usaha yang telah
dilakukan antara lain adalah perluasan
areal penanaman kakao, rehabilitasi
tanaman non produktif, intensifikasi, dan
pengolahan pasca panen yang tepat.
Semua upaya tersebut bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman
kakao dan kualitas biji kakao.
Peningkatan produksi kakao dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti
penggunaan bibit unggul, aplikasi pupuk
yang tepat, pemakaian zat pengatur
tumbuh dan perbaikan cara bercocok
tanam.
Periode pertumbuhan bibit
merupakan fase pertumbuhan yang perlu
mendapat perhatian sehingga diperoleh
bibit yang tumbuh sehat dan normal
sebagai modal awal pertumbuhan dan
perkembangan tanaman selanjutnya.
Sejak awal pertumbuhan, selain kondisi
28
pembibitan, pemberian unsur hara melalui
pemupukan akan meningkatkan laju
pertumbuhan dan kualitas tumbuh bibit
kakao. Salah satu jenis pupuk yang
dapat
meningkatkan
aktivitas
pertumbuhan tersebut adalah pupuk
organik.
Pupuk organik dapat diperolah dari
kotoran ternak sapi berupa limbah
sebagai hasil samping dari percernaan
makanannya. Limbah tersebut ada yang
berbentuk padat dan cair. Umumnya,
petani hanya memanfaatkan kotoran
padat dari ternak sapi untuk dijadikan
pupuk kandang dan membiarkan limbah
cairnya terbuang percuma padahal
kandungan hara dalam urin sapi lebih
besar dibandingkan kotoran padatnya.
Urin sapi adalah salah satu alternatif
pupuk organik, akan tetapi belum semua
petani mengetahui manfaatnya. Urin sapi
mengandung
senyawa
menyerupai
hormon tumbuh yang dapat digunakan
sebagai pengatur tumbuh. Urin sapi juga
memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan vegetaif tanaman. Karena
baunya yang khas sehingga dapat
mencegah datangnya berbagai jenis
hama tanaman sehingga urin sapi juga
dapat berfungsi sebagai pengendalian
hama tanaman dari serangan organisme
pengganggu tanaman. Sementara unsur
hara yang terdapat dalam urin sapi dapat
membantu penyediaan hara bagi
Pertumbuhan bibit kakao (Rifqha,
2004). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
pengaruh
berbagai
konsentrasi pupuk urin sapi terhadap
pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan bahan
informasi tentang pengembangan bibit
kakao yang diberikan perlakuan pupuk
urin sapi.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain; cangkul, skop, lori-lori
(gerobak dorong), ember, gelas ukur,
parang, alat tulis menulis dan alat
pengukur fotosintesis. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu; bibit
Agrokompleks, Volume 19, Nomor 2, Juni 2019
kakao klon Sulawesi1, polibag ukuran
17.5 cm x 25.0 cm, tanah, pasir, pupuk
kandang sapi, tali rafia, gula pasir 10
gram, EM4 10 ml dan urin sapi 10 liter.
Metode Pelaksanaan
Rancangan penelitian yang diterapkan
pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan
konsentrasi urin sapi, yaitu: kontrol (s1),
25 cc per liter air (s2), 50 cc per liter air
(s3), 75 cc per liter air (s4), dan 100 cc
per liter air (s5). Setiap perlakuan diulang
di dalam tiga kelompok sehingga terdapat
15 jumlah unit perlakuan. Masing-masing
unit perlakuan terdiri dari lima tanaman
(bibit) sehingga terdapat 75 total bibit
yang digunakan.
Tahapan
penelitian
yang
dilaksanakan dengan urutan sebagai
berikut:
a. Persiapan media tanam
Polibag berukuran 17,5 cm x 25 cm
dengan ketebalan 3 mm digunakan
sebagai wadah media tanam. Tanah,
pasir dan pupuk kandang dicampur
dengan perbandingan 1:1:1. Tanah,
pasir dan pupuk kandang dihaluskan
serta dicampur secara merata sebelum
diisi ke dalam polibag. Pengisian
polibag dilakukan hingga penuh sambil
dipadatkan. Setelah itu, media tanam
disiram dengan air secukupnya hingga
kondisi media menjadi lembab.
b. Penanaman kecambah
Benih kakao klon Sulawesi-1 yang
telah dikecambahkan ditanam dalam
polibag yang berisi media tumbuh dan
disusun ke dalam tiga kelompok
secara
acak
berdasarkan
hasil
pengacakan yang telah dilaksanakan.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan pembibitan terdiri dari
penyiraman dan pembersihan gulma.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan
sore hari sesuai dengan kebutuhan
tanaman,
sedangkan
penyiangan
gulma dilakukan dengan mencabut
rumput atau gulma yang tumbuh pada
media tanam dalam polibag.
d. Pembuatan pupuk urin sapi
ISSN : 1412-811X
Pembuatan pupuk urin sapi dilakukan
dengan cara menampung urin sapi di
dalam ember sebanyak 10 liter. Urin
sapi yang ditampung tersebut diambil
sebanyak 500 ml dan dicampur
dengan
EM4
(Effective
microorganisme) sebanyak 10 ml dan
gula 10 gram kemudian diaduk agar
tercampur dengan rata.
Setelah
campuran
homogen,
campuran
tersebut dituang ke dalam ember yan
berisi urin sapi dan diaduk sampai
tercampur homogen. Ember berisi
campuran tersebut ditutup plastik dan
difermentasi selama satu minggu.
Hasil fermentasi tersebut selanjutnya
digunakan sebagai pupuk cair.
e. Pemberian perlakuan
Pupuk urin sapi disemprotkan pada
tanaman yang berumur satu bulan di
pembibitan. Cara pemberian dengan
menyemprotkan pupuk urin sapi yang
telah dicampur dengan air pada daun
tanaman kakao dengan dosis sesuai
perlakuan.
Dosis yang digunakan
adalah 25 cc urin sapi/liter air (s1), 50
cc/liter air (s3), 75 cc/liter air (s4), dan
100 cc/liter air (s4). Sebagai kontrol
perlakukan kontrol (s0) yaitu tanpa
pemberian pupuk dan hanya dilakukan
penyiraman menggunakan air.
f. Konsolidasi bibit
Konsolidasi bibit, dilakukan dengan
melihat kondisi polibag yang tidak
berdiri tegak senantiasa diperhatikan
agar
pertumbuhan
bibit
dapat
berlangsung secara normal.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati pada
pecobaan ini sebagai berikut:
1. Tinggi tanaman (cm) pada akhir
penelitian, diukur mulai dari leher akar
hingga pucuk tanaman.
2. Jumlah daun (helai) pada akhir
penelitian, dihitung semua daun yang
terbentuk sempurna.
3. Diameter batang (cm) pada akhir
penelitian, diukur 2 cm diatas leher
akar tanaman.
4. Laju fotosintesi (ml.mol.cm -2 detik-1)
tanaman diukur pada akhir penelitian
29
Erna Halid., dkk. Pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada berbagai
konsentrasi pupuk urin sapi
yang dihitung pada daun kelima dari
atas yang telah terbentuk sempurna.
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis
keragamannya dan beda nyata terkecil
(BNT) pada taraf uji 0,05. Data dianalisis
menggunakan software SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bibit kakao tumbuh lebih optimal pada
pemberian pupuk sapi dengan dosis
tertinggi (100 cc/liter). Hal tersebut terlihat
pada semua parameter pertumbuhan
yang diamati, baik pertumbuhan vegetatif
maupun aktivitas fisiologis tanaman. Hasil
tersebut
mengindikasikan
adanya
peningkatan
aktivitas
pertumbuhan
tanaman akibat pemberian pupuk urin
sapi.
A. Tinggi Tanaman
Hasil
analisis
sidik
ragam
menunjukkan bahwa pemberian pupuk
urin sapi berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman kakao. Untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan dilakukan uji
lanjut berupa uji beda nyata terkecil (BNT)
pada taraf uji 0,05. Hasil uji BNT
menunjukkan bahwa perlakuan s4 (100
cc/liter air) tidak berbeda nyata dengan
perlakuan s3 dan s2 namun berbeda
nyata perlakuan s1 dengan kontrol.
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) bibit tanaman kakao pada berbagai konsentrasi
pupuk urin sapi.
Perlakuan
Rata-rata
s4
55,20 a
s3
54,43 ab
s2
54,03 ab
s1
53,23 b
s0
52,57 b
NP BNT (0,05)
1,54
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT
(α=0,05).
Tabel
1
menunjukkan
bahwa
pemberian urin sapi pada bibit tanaman
kakao dengan konsentrasi tertinggi (100
cc/liter air) menghasilkan batang tanaman
tertinggi. Semakin tinggi konsentrasi
pemberian pupuk urin sapi maka semakin
tinggi pula tinggi tanaman yang diperoleh,
hasil terendah diperoleh pada tanaman
yang tidak diberi pupuk cair (kontrol).
Peningkatan
aktivitas
pertumbuhan
tanaman sebagai akibat suplai unsur hara
tambahan dari pupuk cair menghasilkan
tinggi tanaman yang lebih baik. Pada
konsentrasi
pupuk
cair
tertinggi,
ketersediaan unsur hara menjadi optimal
sehingga menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang maksimal.
Selain kandungan unsur hara, urin
sapi juga mengandung Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) Indole-3- Acetic Acid (IAA)
30
sejenis
auksin.
Sebagai
pemakan
tumbuh-tumbuhan,
sapi
memakan
jaringan
tanaman
yang
banyak
mengandung auksin, bahkan ada 3
macam auskin yaitu auksin a, auksin b
dan hetero auksin yang tak lain adalah
IAA. Auksin dari tumbuhan yang dimakan
oleh sapi tidak dapat dicerna oleh
tubuhnya sehingga terbuang bersama
urin, dengan demikian secara tidak
langsung urin sapi bisa digunakan
sebagai hormon tumbuh (Suprijadji,
1985). Rifqha (2004) menambahkan
bahwa urine sapi disamping mengandung
hormon IAA, urine sapi juga mengandung
unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman dan juga memiliki kandungan
nitrogen dan kalium yang cukup tinggi.
Auksin
merupakan
hormon
tumbuh yang menginduksi pemanjangan
Agrokompleks, Volume 19, Nomor 2, Juni 2019
dan pembesaran sel terutama sel batang.
Keberadaan auksin dalam urin sapi
menghasilkan
pemanjangan
dan
pembesaran
sel
batang
yang
mengakibatkan pertambahan ukuran
diameter batang. Pertambahan diameter
batang merupakan fase perkembangan
lanjut dari pertambahan tinggi tanaman
yaitu ketika ruas batang telah mencapai
titik maksimal, maka pertumbuhan
selanjutnya akan mengarah ke atas yaitu
pembentukan tunas dan ruas baru
ataupun juga ke samping yaitu dengan
terjadinya pertambahan diameter batang.
ISSN : 1412-811X
B. Jumlah Daun
Hasil
analisis
sidik
ragam
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
cair urin sapi berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah daun bibit kakao. Untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan
dilakukan uji lanjut berupa uji beda nyata
terkecil (BNT) pada taraf uji 0,05. Hasil uji
BNT menunjukkan bahwa perlakuan s4
(100 cc/liter air) tidak berdeda nyata
dengan perlakuan s3 namun berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (helai) pada berbagai konsentrasi pupuk urin sapi.
Perlakuan
Rata-rata
NP BNT (0,05)
S4
S3
12,00 a
11,33 ab
1,05
S2
10,33 bc
S1
9,67 c
S0
9,33 c
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda( a,b) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT
(α=0,05).
Tabel
2
menunjukkan
bahwa
pemberian urin sapi pada bibit tanaman
kakao dengan konsentrasi tertinggi (100
cc/liter air) menghasilkan jumlah helai
daun tanaman tertinggi. Semakin tinggi
konsentrasi pemberian pupuk urin sapi
maka semakin tinggi pula jumlah helai
daun
tanaman yang diperoleh, hasil
terendah diperoleh pada tanaman yang
tidak diberi pupuk cair (kontrol).
Peningkatan
aktivitas
pertumbuhan
tanaman sebagai akibat suplai unsur hara
tambahan dari pupuk cair menghasilkan
jumlah helai daun tanaman yang lebih
baik. Pada konsentrasi pupuk cair
tertinggi,
ketersediaan
unsur
hara
menjadi optimal sehingga menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang maksimal.
Selain kandungan unsur hara, urin
sapi juga mengandung Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) Indole-3- Acetic Acid (IAA)
sejenis
auksin.
Sebagai
pemakan
tumbuh-tumbuhan,
sapi
memakan
jaringan
tanaman
yang
banyak
mengandung auksin, bahkan ada 3
macam auskin yaitu auksin a, auksin b
dan hetero auksin yang tak lain adalah
IAA. Auksin dari tumbuhan yang dimakan
oleh sapi tidak dapat dicerna oleh
tubuhnya sehingga terbuang bersama
urin, dengan demikian secara tidak
langsung urin sapi bisa digunakan
sebagai hormon tumbuh (Suprijadji,
1985). Rifqha (2004) menambahkan
bahwa urine sapi disamping mengandung
hormon IAA, urine sapi juga mengandung
unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman dan juga memiliki kandungan
nitrogen dan kalium yang cukup tinggi.
Auksin merupakan hormon tumbuh
yang menginduksi pemanjangan dan
pembesaran sel terutama sel batang.
Keberadaan auksin dalam urin sapi
menghasilkan
pemanjangan
dan
pembesaran
sel
batang
yang
mengakibatkan pertambahan ukuran
31
Erna Halid., dkk. Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) pada Berbagai
Konsentrasi Pupuk Urin Sapi
diameter batang. Pertambahan diameter
batang merupakan fase perkembangan
lanjut dari pertambahan tinggi tanaman
yaitu ketika ruas batang telah mencapai
titik maksimal, maka pertumbuhan
selanjutnya akan mengarah ke atas yaitu
pembentukan tunas dan ruas baru
ataupun juga ke samping yaitu dengan
terjadinya pertambahan diameter batang.
Dengan bertambahnya tinggi tanaman,
akan berdampak terhadap pertambahan
jumlah helai daun Hal ini dikarenakan
daun tumbuh di setiap ruas batang
tanaman, dimana semakin tinggi tanaman
maka jumlah
banyak.
daunnya
pun
semakin
C. Diameter Batang
Rata-rata
hasil
pengukuran
diameter batang bibit kakao dan sidik
ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap diamerter
batang. Untuk mengetahui perbedaan
antar perlakuan dilakukan uji lanjut BNT
pada taraf uji 0,05. Hasil uji BNT
menunjukkan bahwa perlakuan s4 (100
cc/liter air) tidak berdeda nyata dengan
perlakuan s3 namun berbeda nyata
perlakuan lainnya.
Tabel 3. Rata-rata diameter batang (mm) pada berbagai konsentrasi pupuk urin sapi
Perlakuan
Rata-rata
NP BNT (0,05)
s4
2,43 a
s3
2,43 a
s2
2,30 b
s1
2,27 b
s0
2,23 b
0,10
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang bebeda berarti berbeda
(α=0,05).
Berdasarkan hasil pada Tabel 3,
diameter batang tertinggi diperoleh pada
tanaman yang diberi pupuk cair sebanyak
75 cc/l dan 100 cc/l. Kedua konsentrasi
urin sapi tersebut menghasilkan diameter
batang bibit kakao dengan rata-rata 2,43
cm
dan
berbeda
nyata
dengan
konsentrasi urin sapi yang lebih rendah.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
terjadi pertambahan diameter batang
yang signifikan dengan peningkatan
konsentrasi urin sapi yang diberikan,
namun pemberian pada konsentrasi
tertinggi (100 cc/l) tidak lagi meningkatkan
ukuran diameter batang. Hasil tersebut
serupa dengan hasil penelitian Supriyanto
dkk. (2014) yang menyimpulkan bahwa
pemberian urin sapi dengan konsentrasi
150 menghasilkan diameter batang bibit
tanaman
Jabon
tertinggi,
namun
pemberian di atas dosis tersebut tidak
mengakibatkan pertambahan diameter
batang.
Kandungan unsur hara esensial
seperti Nitrogen dan Kalium dalam urin
32
nyata pada taraf uji BNT
sapi mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan organ tanaman sehingga
lebih cepat mengalami pertambahan
jumlah daun dan ukuran luas daun
(Nasaruddin dan Rosmawati, 2010).
Nitrogen yang terkandung dalam pupuk
organik cair berperan sebagai penyusun
protein dan unsur kalium berperan
penting dalam setiap proses metabolisme
tanaman, yaitu dalam sintesis asam
amino dan protein dari ion-ion ammonium
serta berperan dalam
memelihara
tekanan turgor dengan baik sehingga
memungkinkan lancarnya proses-proses
metabolisme.
Dengan meningkatnya
konsentrasi pupuk cair limbah urin sapi
maka unsur hara esensial tersebut
menjadi lebih tersedia tanaman untuk
menghasilkan jumlah daun yang lebih
banyak. Dengan meningkatnya jumlah
dan ukuran daun akan mengakibatkan
tingginya
laju
fotosintesis
yang
berlangsung pada organ tanaman yang
mengandung klorifil tersebut. Menurut
Gardner dkk. (1999), daun dan jaringan
Agrokompleks, Volume 19, Nomor 2, Juni 2019
hijau lainnya merupakan sumber asal
hasil asimilasi. Sebagian hasil asimilasi
tetap tertinggal dalam jaringan untuk
pemeliharaan sel dan bila translokasi
lambat, dapat diubah menjadi tepung dan
bentuk cadangan makanan lainnya.
Sisanya diekspor (ditranslokasikan) ke
daerah pemanfaatan vegetatif yang terdiri
dari
fungsi-fungsi
pertumbuhan,
pemeliharaan, dan cadangan makanan.
Sepanjang masa pertumbuhan vegetatif,
akar, daun, dan batang merupakan
daerah-daerah
pemanfaatan
yang
kompetitif dalam hal asimilasi. Proporsi
ISSN : 1412-811X
hasil asimilasi yang dibagikan ketiga
organ
ini
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan produktivitas.
D. Laju Fotosintesis
Rata-rata hasil pengukuran laju
fotosintesis tanaman kakao (ml.mol. cm-2
detik-1) dan sidik ragamnya menunjukkan
bahwa perlakuan pupuk urin sapi
berpengaruh
nyata
terhadap
laju
fotosintesis tanaman kakao. Hasil uji BNT
menunjukkan bahwa perlakuan s4 (100
cc/liter air) tidak berbeda nyata dengan
perlakuan s3, s2 dan s1 namun berbeda
nyata dengan kontrol.
4. Rata-rata laju fotosintesis (ml.mol.cm-2detik-1) bibit kakao pada
berbagai konsentrasi pupuk urin sapi.
Perlakuan
Rata-rata
NP BNT (0,05)
Tabel
s4
39,20 a
s3
38,50 a
s2
38,50 a
s1
37,50 ab
s0
37,27 b
1,17
Keterangan: angka yang diikuti dengan huruf yang bebeda berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT
(α=0,05).
Tabel 4 menunjukkan rerata laju
fotosintesa
tertinngi tercapai pada
pemberian urin sapi dengan konsentrasi
100cc/l air. Hal tersebut dapat tercapai
karena kondisi lingkungan tumbuh
tanaman dalam hal ini ketersedian nutrisi
yaitu ketersediaan unsur nitrogen dan
kaliunm
serta zat pengatur tumbuh
auksin yang dikandung oleh urin sapi.
Selain itu juga didukung oleh translokasi
karbohidrat, jumlah daun sebagai organ
yang vital dalam proses fotosintesa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa konsentrasi pupuk urin
sapi 100 cc/liter air menghasilkan tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter batang,
dan laju fotosintesis bibit kakao tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
BPP Jatinom.
2013.
Pembuatan
FERINSA
(Fermentasi
Urine
Sapi).
http://cybex.deptan.go.id/lokalitaurine-sapi. [ 27 Agustus 2016].
[Ditjenbun]
Direktorat
Jenderal
Perkebunan, 2010. Volume dan
Nilai Ekspor, Impor Indonesia.
Kakao. Diakses 27 Agustus 2016.
Desiana, C., Banuwa, I.S., Evizal, R. dan
Yusnaini, S. 2013. Pengaruh
Pupuk Organik Cair Urin Sapi Dan
Limbah
Tahu
Terhadap
Pertumbuhan
Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.). Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
Dharmayanti,
N.K.S., Supadma, N.,
Arthagama, DM. 2013. Pengaruh
Pemberian Biourine dan Dosis
Pupuk
Anorganik
(N,P,K)
Terhadap Beberapa Sifat Kimia
Tanah Pegok dan Hasil Tanaman
Bayam
(Amaranthus
sp.).
Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana.
Gardner, F.P., Pearce, R.B. dan Mitchell,
R.L. 1999. Fisiologi Tanaman
33
Erna Halid., dkk. Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) pada Berbagai
Konsentrasi Pupuk Urin Sapi
Budidaya.
Penerbit UI Press.
Jakarta.
Nasruddin. 2009. Kakao, Budidaya dan
Beberapa Aspek Fisiologisnya.
YayasanForest Indonesia dan
Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Nasaruddin dan Rosmawati.
2010.
Pengaruh Pupuk Organik Cair
(Poc) Hasil Fermentasi Daun
Gamal, Batang Pisang Dan Sabut
Kelapa Terhadap Pertumbuhan
Bibit Kakao. Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin
Priangga dan Suwarno.
2013.
Pengaruh Level Pupuk Organik
Cair Terhadap Produksi Bahan
Kering Dan Imbangan DaunBatang Rumput Gajah Defoliasi
Keempat. Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto.
Yahya, A. M., Diniah, Pujiyati, S.,
Parwinia,
E.,
Sobri,
H.,
Muhammad, S., Rusyadi &
Farhan, A. 2001. Pemanfaatan
Sumberdaya
Tuna-Cakalang
secara Terpadu (Tesis). Bogor:
Program Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor.
Rifqha, S. 2004. Pengaruh pemberian
urine sapi terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman mentimun.
Skripsi.
Fakultas
Pertanian
Universitas
Islam
Riau.
Pekanbaru.
Rizal, AS. 2012. Pupuk Organik Cair.
http://cerita-dariitb.blogspot.com/2012/09/pupukorganik-cair.html.
Suprijadji, G. 1985. Air kemih
sapi
sebagai
zat
perangsang
perakaran stek kopi. Warta
penelitiaan dan pengembangan
pertanian. Depertemen Pertanian
Indonesia. Jakarta 82 hal.
Worldatlas.
2019.
https://ilmupengetahuanumum.co
m/10-negara-penghasil-kakaoterbesar-di-dunia/. ( 19 November
2019)
34