Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL KULIT ARI BUAH JENGKOL (Pithcelobium jiringa) SEBAGAI BIOLARVASIDA NYAMUK (Aedes aegypti L.) Noverda Ayuchecaria*, Nida Munirah, Amaliyah Wahyuni, Eka Kumalasari, Ratih Pratiwi Sari, Siska Musiam Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin *Email: noverdaayu24@gmail.com Artikel diterima: 28 Februari 2019; Disetujui: 28 Maret 2019 ABSTRAK Larvasida masih merupakan lini pertama dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti L yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Indonesia sendiri sebagai negara tropis memiliki banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai biolarvasida salah satunya adalah tanaman jengkol (Pithcelobium jiringa). Kulit ari buah jengkol mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin, tannin dan triterpenoid dimana senyawa ini memiliki efek larvasida. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol kulit ari buah jengkol sebagai biolarvasida nyamuk Aedes aegypti L. dari nilai LC50. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Konsentrasi perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi 10%, 30%, dan 50%. Temephos 1% digunakan sebagai kontrol positif. Konsentrasi kemudian diujicobakan terhadap 20 larva Aedes aegypti L. instar III Hasil analisis SPSS dengan signifikansi <0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan terhadap jumlah kematian larva, dimana dari hasil analisis Tuckey menunjukkan bahwa konsentrasi 30% dan 50% dan Temephos 1% menunjukan perbedaan yag bermakna jumlah kematian larva uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit ari buah jengkol (Pithcelobium jiringa) efektif sebagai biolarvasida nyamuk Aedes aegypti L. Hasil analisis analisis probit menunjukkan LC50 esktrak terhadap larva Aedes aegypti L. adalah 20.4716% yang merupakan golongan racun rendah pada lingkungan perairan. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Biolarvasida, Pithcelobium jiringa, Aedes aegypti L. ABSTRACT Larvasida is still the first line in the prevention of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disease caused by Aedes aegypti L. mosquitoes. Indonesia itself as a tropical country has many beneficial plants, one of which is Pithcelobium jiringa pericarp. Until now, the use of pericarp is still lacking even though jengkol fruit peels contain secondary metabolites such as flavonoids, saponins, tannins and triterpenoids, which have larvacidal effects. The purpose of this study was to determine the activity of ethanol extract of Pithcelobium jiringa pericarp as biolarvasida of Aedes Noverda Ayuchecaria, dkk | 127 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 aegypti L. mosquitoes from LC50 values. The treatment concentration used in this study was concentrations of 10%, 30%, and 50%. Temephos 1% is used as a positive control. The concentration was then tested on 20 Aedes aegypti L. larvae. The results showed that there was a treatment effect (sig <0.05) on the number of larval deaths, which from the results of Tuckey's analysis showed that 30% and 50% concentrations and 1% Temephos showed significant differences in the number of test larvae deaths. The results showed that the extract was effective as biolarvasida of Aedes aegypti L. mosquitoes. The results of probit analysis showed LC50 extract to Aedes aegypti L. larvae was 20.4716% which is a low toxin group in aquatic environments. Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever, Bio larvasida, Pithcelobium jiringa, Aedes aegypti L. Aedes aegypti L. yang menularkan PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu penyakit ini cukup cepat. Oleh karena negara tropis paling besar di dunia. itu diperlukan upaya pemberantasan Iklim ini nyamuk Aedes Aegypti L. dengan nerkolerasi dengan adanya berbagai memutus mata rantai penyebaran penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk nyamuk. Salah satu penyebab utama menggunakan larvasida munculnya 2008). tropis pada daerah epidemi penyakit tropis penyakit yang tidak (Lailatul dkk., 2010). bermacam adalah Aedes Selama aegypti ini, L. (Daniel, penggunaan vektor insektisida sebagai larvasida dikenal terkendali sebagai cara yang paling umum dalam Menurut pengendalian pertumbuhan vektor laporan WHO lebih dari 70% dari nyamuk Aedes Aegypti L (Musiam populasi beresiko terinfeksi virus dkk., 2018). Demam Berdarah Dengue (DBD) Larvasida yang umum berasal dari Asia Pasifik seperti digunakan saat ini adalah larvasida Indonesia. berbahan dasar kimia sintetis yaitu Indonesia sendiri menduduki peringkat kedua kasus bubuk DBD terbesar setelah Brazil (WHO, insektisida Temephos 1% (Hoedojo 2009). dan DBD di Indonesia menjadi abate yang Zulhasril, sekarang, mengandung 2008). resistensi Namun terhadap penyakit yang sulit diberantas karena Temephos telah banyak ditemukan di laju Brazil, Kuba, El Savador, Argentina, perkembangbiakan nyamuk Noverda Ayuchecaria, dkk | 128 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 Venezuela, Peru, serta Colombia yang (Grisales et al., 2013) Resistensi hambatan Temephos juga terjadi di Indonesia, sehingga seperti Kota Banjarmasin (Istiana et terhambat. al., 2012) Berkembangnya resistensi, tinggi akan mengalami penyerapan proses Melihat nutrisi pertumbuhannya urgensi diatas, peningkatan biaya insektisida sintesis pemanfaatan dan efek yang berbahaya terhadap dijadikan biolarvasida sudahlah tentu manusia dan populasi non target akan sangat diharapkan. Biolarvasida merupakan alasan pencarian produk dapat dikembangkan lebih lanjut berbahan dasar tanaman belakangan sebagai alternatif dalam mencegah ini menjadi sangatlah penting. epidemi DBD. bahan alam untuk Indonesia yang kaya akan flora mempunyai berbagai jenis tanaman yang berpotensi sebagai obat obatan maupun biolarvasida, termasuk METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. repellent (obat penolak serangga) Penelitian (Anggraini, 2012). Salah satunya Laboratorium Mikrobiologi Akademi adalah dengan penggunaan kulit Farmasi ISFI Banjarmasin dan Balai jengkol. Selain karena kulit jengkol LITBANG P2B2 mudah Batulicin. didapatkan ini dilakukan di Tanah Bumbu dan jarang jengkol diduga Populasi dari penelitian ini mempunyai sifat toksik terhadap adalah ekstrak kulit ari dari buah larva nyamuk karena mengandung jengkol senyawa kimia alkaloid, terpenoid Andasan dan juga Kabupaten yang penelitian ini adalah ekstrak kulit ari terdiri atas flavonoid dan tanin. Tanin buah jengkol dengan konsentrasi adalah suatu zat kimia yang dapat 10%, 30% dan 50%. Kulit ari buah menciutkan selaput lendir dari saluran jengkol yang diambil adalah kulit pencernaan. Serangga yang memakan yang segar dan kulit yang berwarna tumbuhan dengan kandungan tanin cokelat, tidak layu serta berasal dari digunakan, kulit saponin. mengandung asam Jengkol fenolat yang diambil Kecamatan Banjar. di Desa Martapura Sampel dari Noverda Ayuchecaria, dkk | 129 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 buah jengkol dipetik langsung dari diayak serta ditimbang sebagai berat pohonnya. Kulit ari buah jengkol di serbuk simplisia. determinasi Pembuatan Ekstrak untuk memastikan Sebanyak 1 bagian serbuk kebenaran spesies. Alat-alat yang dipakai pada simplisia di tambahkan 4 bagian penelitian adalah pisau, blender, etanol 70%. Campuran kemudian timbangan, gelas plastik, gelas ukur dimaserasi selama 3 hari. Campuran 100 ml, waterbath, toples kaca, yang telah dimaserasi kemudian cawan penguap, batang pengaduk, disaring dengan corong Buchner. penjepit tabung, oven, tabung reaksi, Maserat yang diperoleh kemudian lampu Bunsen, corong Buchner, dipekatkan menggunakan rotary yang evaporator dan waterbath hingga digunakan pada penelitian ini adalah terbentuk ekstrak kental. Ekstrak Larva Aedes aegypti L. instar III, kulit kental ari buah jengkol, aquadest, etanol keberadan etanol. 70%, abate 1%, air kran, serbuk Skrinning Fitokimia logam Mg, FeCl3 0,5M, H2SO4, HCl Skrinning rotary evaporator. Bahan selanjutnya dilakukan fitokimia uji yang 2N, kloroform, NaOH 1N, iodium 0,1 dilakukan meliputi uji flavonoid, N. saponin, tannin dan triterpenoid. Pengolahan Sampel Uji Biolarvasida Kulit ari buah jengkol segar dicuci dengan air Uji biolarvasida dilakukan mengalir. terhadap 6 kelompok yang terdiri dari Kemudian dilakukan sortasi basah larutan ekstrak kulit ari buah jengkol dan ditimbang sebagai berat basah. dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, Kulit ari kemudian dijemur di bawah kontrol positif temephos 1%, kontrol sinar matahari dengan ditutup kain negatif air kran dan kontrol negatif hitam. Timbang simplisia sebagai aquadest. bobot kering ketika pengeringan telah sempurna (bobot beberapa kali Tiap kelompok kemudian konstan dalam dimasukan larva Aedes aegypti L. penimbangan). instar III sebanyak 20 ekor. Tiap Simplisia kemudian dihaluskan dan kelompok dilakukan pengulangan Noverda Ayuchecaria, dkk | 130 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 sebanyak 3 kali. Jumlah larva yang penimbangan mati dihitung setelah melakukan konstan 1 kg. Pengeringan bertujuan pengamatan selama 24 jam. untuk Pengolahan Data kandungan zat aktif yang ada dalam Data dianalisis kedua dan mencegah ketiga kerusakan dengan tanaman sehingga dapat disimpan menggunakan SPSS meliputi uji dalam jangka waktu yang lama. normalitas dan homogenitas data, uji Kerusakan tersebut akibat peruraian perbandingan serta Uji Probit. zat aktif secara enzimatis seperti hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi, HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti mengambil sampel segar berupa kulit ari buah jengkol. sehingga randemennya turun (Triayu, 2009). Serbuk yang diperoleh Kulit yang diperoleh disortasi basah kemudian ditimbang sebanyak 1 kg untuk menghilangkan kotoran serta dan ditambah etanol 10% sebanyak 4 debu yang menempel. Kemudian liter. Campuran dimaserasi selama dilakukan dengan 1x24 jam sambil sesekali diaduk. Pencucian Fungsi pengadukan adalah untuk menghilangkan menjamin keseimbangan konsentrasi tanah dan pengotoran lainnya yang bahan ekstraksi yang lebih cepat melekat pada bahan simplisia (Wati, didalam 2010). 1994). Hasil maserasi disaring dengan pencucian menggunakan dilakukan Kulit air. untuk dikeringkan dengan cahaya matahari diatas nampan dan cairan penyari (Voight, menggunakan corong Buchner untuk memisahkan filtrat dengan ampas. ditutup dengan kain hitam, proses Sisa ampas dimaserasi kembali pengeringan berlangsung sekitar 3 dengan 2 liter etanol dan disaring sampai 4 hari ditandai dengan daun kembali sampai didapatkan total yang mengkerut dan apabila diremas filtrat 4.500 mL. Filtrat yang didapat akan hancur serta berat kering daun kemudian dipekatkan dengan vacuum konstan dalam 3 kali penimbangan. rotary evaporator dengan suhu 50°C Bobot kering daun sebesar 1 kg. selama 15-20 menit. Pengaturan suhu Penimbangan pertama seberat 1,2 kg, pada 50°C bertujuan agar senyawa Noverda Ayuchecaria, dkk | 131 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 berkhasiat yang terkandung dalam warna dari jingga menjadi hijau simplisia tetap stabil dan tidak rusak (Kumalasari, 2011). Hasil ekstrak cair yang didapat Skrinning Fitokimia sebanyak 2.317 ml ekstrak cair. Skrinning fitokimia merupakan Rendemen ekstrak yang diperoleh langkah awal yang penting dalam sebesar 17,77%. penelitian mengenai tumbuhan obat Ekstrak kemudian dilakukan atau dalam hal pencarian senyawa pengujian bebas etanol. Pengujian ini aktif baru yang berasal dari bahan dilakukan untuk memastikan bahwa alam. Metode uji tidak ada pelaru yang tertinggal dan digunakan adalah metode reaksi menyebabkan biasnya data. Hasil uji warna. Hasil skrinning fitokimia kulit akan menunjukan hasil yang sama ari buah jengkol dapat dilihat pada dengan pengujian gugus alkohol tabel 1. yang banyak sejenis yaitu tidak terjadi perubahan Tabel 1. Hasil Skrinning Fitokimia Uji Hasil Flavonnoid Warna Jingga Saponin Berbuih Tanin Endapan Coklat Triterpenoid Warna Hijau Tua Keterangan: + = ekstrak positif mengandung metabolit sekunder terhadap lingkungan eksternal, selain Uji Biolarvasida Larva yang digunakan pada pengujian di Kesimpulan + + + + itu pads instar III alat tubuh larva identifikasi sudah lengkap sehingga larva sudah kebenarannya di Laboratorium Balai memiliki alat untuk makan dan aktif Penelitian untuk Dan Pengembangan Kesehatan Tanah Bumbu. Larva yang digunakan adalah larva Aedes aegypti perkembangannya (Prijadi, 2014). Hasil penelitian uji efek instar III. Larva telah memasuki instar biolarvasida ekstrak kulit ari jengkol III ditandai dengan usia larva 5-7 hari terhadap larva Aedes aegypti L. instar dan ukuran larva 4-7 mm. Instar III III selama 24 jam didapatkan data dipilih karena pads fase tersebut larva primer yang disajikan dalam bentuk memiliki ketahanan yang cukup baik tabel 2. Noverda Ayuchecaria, dkk | 132 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 Tabel 2. Jumlah mortalitas larva Aedes aegypti L pada berbagai konsentrasi ekstrak kulit ari buah jengkol selama 24 jam perlakuan. Rata-rata Perlakuan Ekor 0 0 11 14 17 20 Kontrol negatif (aquadest) Kontrol negatif(air kran) Konsentrasi 10% Konsentrasi 30% Konsentrasi 50% Kontrol positif (Temephos 1%) % 0 0 44 56 68 100 Berdasarkan hasil uji utama kelompok perlakuan. Namun, dari pada tabel 2 setelah 24 jam perlakuan tiap replikasi didapatkan jumlah dengan telah kematian yang sedikit berbeda pada ditentukan didapatkan hasil rata-rata tiap perlakuan, hal ini dipengaruhi persentase kematian larva pada tiap oleh kesehatan larva yang digunakan konsentrasi, dapat dilihat adanya pada saat pengujian tidak diketahui perbedaan rata-rata jumlah kematian sebelumnya. larva konsentrasi uji pada yang masing-masing Tabel 3. Ringkasan Hasil Pos Hoc Analysis Tuckey Kontrol negatif (aquadest) Kontrol negatif (air kran) Konsentrasi 10% Konsentrasi 30% Konsentrasi 50% Keterangan: * bermakna Kelompok Kontrol negatif (air kran) Konsentrasi 10% Konsentrasi 30% Konsentrasi 50% Kontrol positif (Temephos I%) Konsentrasi 10% Konsentrasi 30% Konsentrasi 50% Kontrol positif (Temephos1 %) Konsentrasi 30% Konsentrasi 50% Kontrol positif (Temephos1%) Konsentrasi 50% Kontrol positif (Temephos 1%) Kontrol positif (Temephos 1%) Kelompok yang tidak memiliki perbedaan yang bermakna adalah kelompok konsentrasi 30%, 50% dan Temephos 1% (kontrol Nilai p 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 1,000 1,000 1,000 24 jam jumlah kematian larva uji sama. Kelompok perlakuan dengan positif) kontrol negatif tidak menunjukkan dikarenakan pada pengujian selama adanya kematian larva uji. Dari Noverda Ayuchecaria, dkk | 133 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 kelompok perlakuan 10% 30% dan dari hasil tersebut dapat diketahui 50% yang konsentrasi yang memiliki aktivitas signifikan jumlah kematian larva uji. larvasida karena pada pengujian Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesungguhnya tidak didapat nilai aktivitas larvasida ekstrak etanol kulit LC50. Setelah dilakukan analisis ari buah jengkol terhadap larva Aedes probit dengan menggunakan software aegypti lebih rendah dibandingkan minitab dengan Temephos 1%. kepercayaan 95%, didapatkan hasil terdapat perbedaan 18 dengan tingkat sesuai dengan tabel 4. Analisis probit bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 24 jam, dimana Tabel 4. Hasil analisis probit 95.0% Fiducial Cl Percentile Percent 50 Standart error lower upper 5,45052 15,1980 29,7955 20,4716 Dari hasil analisis probit Nilai LC50 dari ekstrak kulit ari didapatkan estimasi besar konsentrasi jengkol menunjukkan bahwa ekstrak yang mengakibatkan kematian larva kulit ari buah jengkol tanaman ini sebanyak 50% adalah konsentrasi memang bersifat toksik bagi larva 20,4716% dengan interval antara Aedes aegypti L. khususnya pada konsentrasi 15,1980% dan 29,7955%. larva instar III. Sehingga dapat ditarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian nilai LC50 24 jam ekstrak etanol kulit dapat ditarik kesimpulan semakin ari buah jengkol adalah 20,4716%, tinggi konsentrasi ekstrak etanol kulit dimana pada konsentrasi tersebut ari buah jengkol yang digunakan termasuk pada maka semakin besar pula jumlah Jumlah kematian larva uji pada percobaan. mendekati Kemampuan larvasida dari ekstrak 29,7955% dan kematian terkecil kulit ari buah jengkol dihasilkan dari mendekati 15,1980%. beberapa senyawa kimia yang berada lingkungan kematian racun rendah perairan. terbesar didalam tumbuhan tersebut. Adapun Noverda Ayuchecaria, dkk | 134 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 fitokimia dalam kulit ari buah jengkol endokutikula sehingga memudahkan adalah flavonoid, saponin, tannin dan zat toksik masuk kedalam tubuh triterpenoid. larva. Flavonoid yang merupakan Mekanisme serupa ditunjukan oleh ekstrak juga metanol golongan fenol dapat menyebabkan jeruk nipis terhadap larva (Musiam, penggumpalan protein. Denaturasi 2018). protein tersebut permeabilitas menyebabkan dinding sel dalam saluran pencernaan menurun. Hal ini KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang akan mengakibatkan transport nutrisi dilakukan dapat diambil kesimpulan terganggu pertumbuhan sebagai berikut: Konsentrasi yang terhambat dan akhirnya larva nyamuk dapat membunuh 50% (LC50) larva akan mati (Wati, 2010). Aedes aegypti L. berada pada interval sehingga Zat lain yang mungkin antara 15,1980% dan menyebabkan kemtian larva adalah dengan tanin. Tanin merupakan “phenolic 20,4716%. estimasi 29,7955% konsentrasi compounds” yang dapat mempresipitasi protein. Tanin DAFTAR PUSTAKA untuk Anggraini, A., Hamida, Moehammadi, N., 2012, Uji Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) dan Daun Jeruk Kalamondin (Citrus mitis Blanco) Sebagai Biolarvasida Terhadap Kematian Larva Instar III Nyamuk Aedes aegypti L., Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya. memiliki kemampuan mempresipitasi protein. Pada larva, hal ini dapat menghambat protein yang diperlukan pertumbuhan, larva untuk sehingga dapat menyebabkan larva mati (Sastriawan, 2014). Saponin sendiri dapat menyebabkan korosi dinding traktus digestivus kemampuan larva saponin dikarenakan merusak membran, selain itu saponin juga dapat menganggu lapisan lipoid pada epikutikula dan lapisan protein pada Daniel, 2008, Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Sudah Kebal Terhadap Insektisida, Farmacia, Vol.7 No.7. Grisales N., Poupardin R., Gomez S., FonsecaGonzalez I., Ranson H., Lenhart A., 2013, Temephos Noverda Ayuchecaria, dkk | 135 Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(1), Maret 2019, 127-136 resistance in Aedes aegypti in Colombia compromises dengue vector control, PLoS Negl Trop Dis. 7(9):e2438. Hoedojo R dan Zulhasril, 2008, Buku ajar parasitologi kedokteran edisi keempat. Jakarta: balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia. Istiana, Heriyani F., Isnaini, 2012, Status Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Temefos di Banjarmasin Barat, Jurnal Buski, 2(2):53-58. Kumalasari, E., Sulistyani, N., 2011, Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Terhadap Candida albicans Serta Skrinning Fitokimia, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1(2):51-62. Lailatul, L., Kodarohman, A., Eko, R., 2010, Efektivitas biolarvasida ekstrak etanol limbah penyulingan minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap larva nyamuk aedes aegypti, culex sp, anopheles sundaicus. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 1(1), 59-65 Musiam, S., Armianti, M., Putra, A.M.P., 2018, Uji Biolarvasida Ekstrak Metanol Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti L., Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(1), 55-63. Prijadi, D.K., Wahongan G.J.P., Bernadus J.B.B., 2014, Uji Efektifitas Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes spp.. Jurnal e-Biomedik , 2 (1), 1-7 Sastriawan, A., 2014, Efektivitas Serai Dapur (Cymbopogon citratus) Sebagai Larvasida PadaLava Nyamuk Aedes spInstar III/IV, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Triayu, S., 2009, Aktivitas minyak atsiri dan Uji Daya Antibakteri Secara in Vitro, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta Wati, F.A., 2010, Pengaruh Air Perasan Kulit Jeruk Manis (Citrus aurantium sub spesies sinensis) Terhadap Tingkat Kematian Larva Aedes aegypti instar III In Vitro, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakata. World Health Organization, 2009, Dengue: Guidelines for Diagnosis Treatment, Prevention and Control, WHO, Geneva Noverda Ayuchecaria, dkk | 136