Statics and dynamics of ancient Mediterranean urbanism (2005)

Arhivele Bistriței, 2024

The study presents the impact of the revolution and the civil war of 1848-1849 on the Romanian villages in Transylvania in the light of the reports of the Romanian ecclesiastical authorities, the Orthodox and Greek-Catholic priests and decans.

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

Journal of Sociology, 2023

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

Neue Wege, 2024

Der Fortschritt hat es schwer. Ihn zu erzielen, macht nicht nur Arbeit, er muss sich auch als solcher behaupten. Wo Fortschritte verkündet werden – sei es in der Wissenschaft, der Moral oder im Verlauf militärischer Fronten –, melden sich schnell skeptische Stimmen, die ihn als minimalen und blossen »Scheinfortschritt« entlarven. Sie betonen den hohen Preis, den jener ›Fortschritt‹ gefordert habe, sie verweisen auf seine interne Dialektik (die möglicherweise gravierenden Rückschritte in einem Fortschritt, der nur noch aus der Vogelperspektive einer sei) – und verderben damit die Fortschrittsfreude. Zugleich ist klar: Es reicht nicht, nur unverfänglich von »Veränderung« oder »Wandel« zu sprechen; die normative Behauptung des Fortschritts im Sinn einer »positiv bewerteten Weiterentwicklung« (Duden) ist unverzichtbar: Vieles muss nicht nur anders, sondern besser werden.

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

2014

Kita mulai perbincangan ini dengan melihat sekilas kondisi guru musik di sekolah dasar melalui beberapa pertanyaan berikut. Pertama, siapakah guru musik di sekolah dasar? Mereka pada umumnya adalah para guru yang secara formal ditempa untuk menjadi guru dalam berbagai bidang studi (seperti: IPA, IPS, Matematika, Bahasa, dan Seni), sehingga pada dasarnya guru yang mengajar musik di sekolah dasar itu belumlah secara sempurna dapat dikatakan sebagai guru musik. Kedua, bagaimana kompetensi guru musik di sekolah dasar? Hanya sedikit kalangan guru musik yang memiliki kompetensi bagus dalam musik, yakni mereka yang sedikitnya menguasai unsur-unsur dasar musik yang tercermin dalam aktivitas musikal seperti bernyanyi atau memainkan alat-alat musik. Itu pun rata-rata bukan dari hasil belajar di lembaga pendidikan formal, namun karena secara kebetulan mereka terlahir dari keluarga seniman, atau karena sebelum menjadi guru pun mereka telah terjun ke dunia seni seperti menjadi pemain band di sekolah atau pemain seni tradisi lokal, atau ada juga yang sekedar belajar musik secara otodidak dari teman sepergaulannya, seperti belajar gitar yang secara otomatis menuntut pula belajar lagu-lagunya. Bahkan sebelum terjun ke dunia nyata pun (sekolah dasar), kemampuan calon guru-guru musik sudah dapat diidentifikasi. Seperti hasil pengamatan saya terhadap mahasiswa PGSD di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang sejak tahun 2009 sampai sekarang (2014), bahwa pada umumnya kemampuan musikal mereka adalah: 1) tidak dapat bernyayi dengan pitch nada yang baik, dan jika bernyanyi di kelas, terdengar lumayan bagus jika bernyanyi secara berjamaah, dan ternyata kacau-balau jika dilakukan secara mandiri (Julia, 2013), 2) tidak dapat memainkan alat musik apalagi beragam alat musik, 3) tidak memahami wawasan musik lokal apalagi musik luar, dan 4) kebanyakan hanya menjadi pendengar setia daripada menjadi aktor utama (bernyanyi dan bermain alat musik).

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

Adriano Evangelisti , 2022

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

Relato Técnico, 2024

O Brasil construiu ao longo de décadas um sistema nacional de inovação robusto, articulado e diversificado. Este processo aconteceu pari passu com o processo de industrialização. As conexões entre as políticas de ciência, tecnologia e inovação com as políticas industriais, contudo, nem sempre foram evidentes ou efetivas. O relatório procurou identificar - com foco em governança – as características mais marcantes do sistema nacional de inovação como ele se estruturarou recentemente na OCDE (Organização para a Cooperação e Desenvolvimento Econômico). O objetivo foi identificar no caso relatado os principais dilemas e deficiências deste modelo, tais como sua baixa efetividade, os processos de captura do estado e a desconexão entre políticas industriais e de Ciência, Tecnologia e Inovação (CTI), entre outros. Em seguida o relatório apresenta e detalha uma nova abordagem que ganha espaço nos últimos anos, denominada “políticas de inovação orientadas por missões” (mission oriented innovation policies - MOIP), estendendo sua interpretação, inclusive para as políticas industriais. Na sequência, a reflexão proposta aponta um cotejamento entre o modelo tradicional e aquele orientado por missões. As conclusões apontam uma superioridade do modelo missionário, em especial os incentivos criados para o maior planejamento e coordenação pública, articulada com o setor privado, como também a necessidade de adaptações conceituais e metodológicas para a nossa realidade institucional, muito mais fragmentada, instável e frágil que a verificada nos países centrais onde a abordagem surgiu.

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

upaya penerapan tank cleaning guide

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

Perpres No. 16 Tahun 2018 ttg Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

downloadDownload PDFView PDFchevron_right

Journal of World-Systems Research, 2024

In the first volume of Capital, Marx argued that the labor theory of value could only be discovered in capitalist societies. Building on Marx’s premise, this article examines Ibn Khaldun’s (1377) The Muqaddimah, which presents one of the first labor theories of value in world history. After explaining different elements of Ibn Khaldun’s labor theory of value, the article revisits what Giovanni Arrighi referred to as the “nondebates of the 1970s” and proposes that North Africa was already incorporated into an Italian centered capitalist world-economy in the fourteenth century. Since a key element of Marx’s argument was the impossibility of the emergence of abstract labor in societies (e.g. ancient Greece) which do not have the idea of equality of human beingsand human labor, in the latter part, the article analyzes Ibn Khaldun’s theory of race and human equality. We show that Ibn Khaldun, through his comparative and historical observations, acknowledged the equality of all humans and the constructed nature of race, influenced by geography, history, and political economy. The world-historical analysis and theoretical interventions of the article helps us rethink capitalism and racism as two major pillars of modernity.

downloadDownload PDFView PDFchevron_right