Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
KASMADI 1308016028 sekolah pascasarjana program penelitian dan evaluasi pendidikan universitas muhammadiyah prof. dr. hamka jakarta HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA UNIVERSITA MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA JAKARTA SEBAGAI TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIA APLIKASI KOMPUTER HUBUNGAN GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. UHAMKA JAKARTA Pendahuluan Kemampuan berprestasi seseorang dalam belajar sangat bergantung pada kondisi dan situasi baik eksternal maupun internal orang tersebut. Dalam teori belajar kita mengenal gaya belajar yang menunjukkan suatu kondisi dimana seseorang memahami sesuatu dengan model dan gaya belajarnya. Gaya belajar yang biasa dilakukan seseorang dalam menuntut ilmu dapat saja menjadi suatu kebiasaan karena memang ia terlahir dengan kemampuan yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Seorang mahasiswa yang mempunyai gaya belajar berbeda dengan gaya belajar mahasiswa lainnya tentu saja diarapkan dapat memahami materi yang disampaikan tercapai. Namun demikian, karena gaya belajar yang berbeda tersebut dapat berakibat pada pemahaman yang berbeda. Oleh karena pemahaman yang berbeda sebagai akibat gaya belajar yang berbeda tersebut bisa saja mempunyai hubungan pada prestasi belajarnya. Selain gaya belajar yang berbeda setiap mahasiswa tentu saja memiliki motivasi yang berbeda pula. Mahasiswa sebagai manusia yang mempunyai ketergantungan tentu saja perlu dorongan atau stimulan untuk memotivasinya menuntut ilmu dalam sebuah perguruan tinggi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan akan menghasilkan mahasiswa yang berprestasi baik secara akademik maupun non akademik yang menunjang prestasi belajarnya. Berangkat dari dua permasalahan tersebut diatas kiranya tidaklah salah jika kami melihat terdapat hubungan yang erat antara gaya belajar mahasiswa dan motivasi berprestasi dengan tingginya nilai indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa. Kerangka Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis Kerangka Teori Pengertian Gaya Belajar Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran. Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar.  Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan. Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).   Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau mempelajari berbagai mata pelajaran. 1.2 Macam-macam Gaya Belajar a. Visual (belajar dengan cara melihat) Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. Ciri-ciri gaya belajar visual :  Bicara agak cepat Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi Tidak mudah terganggu oleh keributan Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar Lebih suka membaca dari pada dibacakan Pembaca cepat dan tekun Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato Lebih suka musik dari pada seni Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya  b. Auditori (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Seseorang yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. ak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Ciri-ciri gaya belajar auditori : 1. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri Penampilan rapi Mudah terganggu oleh keributan Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat Senang membaca dengan keras dan mendengarkan Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca Biasanya ia pembicara yang fasih Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual Berbicara dalam irama yang terpola Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara c. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : 1. Berbicara perlahan Penampilan rapi Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan Belajar melalui memanipulasi dan praktek Menghafal dengan cara berjalan dan melihat Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca Menyukai permainan yang menyibukkan Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi (http://minartirahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-gaya-belajar-berbagai-macam.html/diakses pukul 10.24 WIB tgl 27 mei 2014) Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latih yaitu movere. Yang berarti menggerakkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:930) Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Psi adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan pembuatannya. Menurut MC Donald dikutip dari Puput Farkhurrohman (2007:19) mengatakan bahwa “motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari Bimo Walgito (2005:240) “motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisasi yang mendorong perilaku ke arah tujuan”. Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan motivasi merupakan pendorong yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku dan beraktifitas yang ditandai dengan adanya rekasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi memiliki 3 aspek yaitu : keadaan terdorong dalam diri individu, yaitu kesiapan bergerak karena terdorong kebutuhan) perilaku yang timbul dan terarah karena keadan ini goal atau tujuan yang dittuju oleh perilaku tersebut. Oemar Hamalik dalam Pupuh Fathurrohman (2007:20) menyebutkan bahwa fungsi motivasi adalah : Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.. Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dpat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.. Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif dan bervariasi salah satunya adalah motivasi intrinsik dan ektrinsik terbagi atas dua macam yaitu Motivasi intrinsik Menurut Sardiman (2007:89) mengatakan bahwa “motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu lagi dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”. Anak didik termotivasi akan belajar semata-mata untuk mengusasi nilai-nilai pelajaran tersbut bukan karena adanya pujian, hadiah dan sebagainya. Ia belajar atas kemauan dan keinginan sendiri tanpa ada campur tangan pihak lain. Dengan kata lain motivasi ini disebut juga motivasi murni karena timbulnya dari dalam diri siswa itu sendiri. Motivasi ekstrinsik Menurut Sardiman (2007:90) mengatakan bahwa “motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi intrinsik, motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar”. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila siswa menenpatkan tujuan belajarnya diluar faktor situasi belajar sepeti akan mendapatkan hadiah, jjasahm nedali, perasingan, guru dan sebagainya. Motivasi jenis ini tetap diperlukan di sekolah, sebab tidak semua pelajaran diminati oleh siswa, karena itu motivasi ini perlu dibangkitkan para pendidik agar murid mau belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Sedangkan Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Motivasi belajar Motivasi belajar mempunyai arti membangkitkan dan memberi arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan dalam belajar. Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dimana mahasiswa didorong oleh mentalnya sendiri yang berupa keinginan, minat, perhatian, dan cita-cita. Motivasi merupakan sebuah konsep utama dalam pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan dan umpan balik/penguatan. Misalnya mahasiswa harus cukup dimotiasi untuk memperhatikan diri ketika pembelajaran atau perkuliahan sedang berlangsung. Kecemasan bisa menurunkan motivasi mahasiswa untuk belajar. Menerima sebuah imbalan atau umpan balik untuk satu aksi biasanya meningkatkan kemungkinan bahwa aksi tersebut akan diulangi lagi. Motivasi belajar setiap mahasiswa satu dengan yang lainnya tidak selalu sama. Hal tersebut tergantung dari apa yang dinginkan mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya seorang mahasiswa mau belajar dan mengejar imdeks prestasi lumulatif yang memuaskan karena diimingi akan beasiswa dari institusi kuliahnya. Motivasi belajar dipengaruhi oleh yang pertama motivasi intrinsik. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Yang kedua adalah motivasi belajar dari faktor eksternal yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi psikologis mahasiswa yang bersangkutan Motivasi ekstrinsik dan intrinsik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk motivasi karena muncul dari dalam diri siswa, maka hal itu menguntungkan karena dia tidak akan terpengaruh oleh keadaan di sekitar, namun tidak semua orang memiliki motivasi tersebut dalam segala hal. Sedangkan motivasi ekstrinsik bagus untuk mendorong kesadaran mahasiswa, tetap terkadang mereka menjadi ketergantungan terhadap hal-hal yang mendorong mereka melakukan sesuatu. Dan jika dorongan tersebut hilang, maka motivasi tersebutpun hilang. Dari permasalahan inilah seorang dosen dituntut untuk memberikan motivasi ektrinsik menuju motivasi intrinsik. Walaupun motivasi ekstrinsik diberikan, itu semata-mata bertujuan untuk mengunggah motivasi dalam diri mahasiswa. Motivasi akan timbul jika ada ada sesuatu tujuan yang dicapai, semakin jelas tujuan yang diharapkan maka semakin menyebabkan adanya perubahan tenaga yang ada dalam diri dan aktif pada saat tertentu terutama jika kebutuhan untuk mencapai tujuan yanhg sangat mendesak, motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengalahkan perasaan tidak suka. Dengan demikian motivasi belajar dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak, hasrat, keinginan, maksud, kemauan, kebutuhan dan sebagainya yang terdapat dalam diri seseorang atau mahasiswa. Motivasi dapat mendorong dan menggerakkan mahasiswa tersebut dalam kegiatan belajar sebagai suatu tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Kerangka Berfikir Menurut kami bahwa gaya belajar yang dilakukan oleh mahasiswa mempunyai hubungan yang erat dengan indeks prestasi kumulatif begitu juga dengan motivasi berprestasi mahasiswa tersebut. Oleh karena didorong untuk mengetahui keterkaitan hubungan tersebut, maka layak untuk dilakukan sebuah penelitian untuk membuktikannya. Berdasarkan landasan teori dan eksplorasi terhadap permasalahan tersebut maka menurut hemat kami, kerangka berfikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Berdasarkan asumsi bahwa dengan gaya belajar yang tepat mempunyai hubungan yang erat atas tingginya indeks prestasi mahasiswa begitupun sebaliknya, demikian pula dengan motivasi yang tinggi mempunyai hubungan yang erta dengan tingginya indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Proses analisis melalui metode penelitian kuantitatif, metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar dan motivasi berprestasi dengan indeks prestasi mahasiswa Hipotesis yang diasumsikan adalah terdapat hubungan positif antara gaya belajar dan motivasi berprestasi dengan indeks prestasi mahasiswa Output yang dihasilkan akan direkomendasikan kepada mahasiswa dan institusi yang berkepentingan secara langsung atas hasil penelitian. Hipotesis Penelitian 3.1 Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan yang positif antara gaya belajar dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa Terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa 3.2 Hipotesis Statistik a. H0 β1 = β2 = 0 Tidak ada hubungan variabel gaya belajar dan variabel motivasi berprestasi mahasiswa terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa H1 β1 ≠ 0 β2 ≠ 0 Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel gaya belajar dan variabel motivasi berprestasi mahasiswa dengan indeks prestasi kumulatif maha siswa Metodologi Penelitian Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Arikunto (2006:270-271) menyebutkan bahwa penelitian korelatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan, berapa erat hubungan tersebut, dan berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Untuk menghitung besarnya korelasi dapat digunakan metode statistik. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2008:89). Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Muhmmadiyah Prof.Dr. HAMKA Jakarta. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004:73). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta sebanyak 15 siswa. Teknik Sampling Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008:94). Konstelasi Penelitian X1C X1 X2 Y Y X2 Keterangan: X1 : Gaya Belajar X2 : Motivasi Berprestasi Y : Indeks Prestasi Kumulatif Hasil Analisis Statistik Deskripsi data Deskripsi data di bawah ini terbagi atas distribusi frekuensi gaya belajar, motivasi berprestasi hubungannya dengan peningkatan indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Tabel 1 Distribusi frekuesi Gaya Belajar mahasiswa Gaya Belajar Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 5 33.3 33.3 33.3 2 5 33.3 33.3 66.7 3 5 33.3 33.3 100.0 Total 15 100.0 100.0 Dari table tersebut terdeskripsikan bahwa gaya belajar yang merata baik auditori, visual maupun kinestetik mahasiswa berjumlah 33,3% atau sebayak 5 orang tiap gaya belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar dari 15 orang mahasiswa, terbagi merata pada tiap gaya belajarnya sebayak 5 orang mahasiswa. Motivasi Berprestasi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 4 26.7 26.7 26.7 2 5 33.3 33.3 60.0 3 5 33.3 33.3 93.3 9 1 6.7 6.7 100.0 Total 15 100.0 100.0 Untuk table 2, menggambarkan distribusi frekuansi motivasi berprestasi mahasiswa. Dalam table tersebut menunjukkan mahasiswa yang mempunyai motivasi rendah sebanyak 26,7% atau 4 orang mahasiswa, sedang 33,3% atau sebanyak 5 orang mahasiswa dan tinggi sebesar 33,3 % atau sebanyak 5 orang mahasiswa, serta tidak terkategori sebesar 6,7% atau sebanyak 1 orang. Tabel 2 Tabel 3 Prestasi Belajar Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1.75 1 6.7 6.7 6.7 2.00 1 6.7 6.7 13.3 2.01 1 6.7 6.7 20.0 2.58 1 6.7 6.7 26.7 2.65 1 6.7 6.7 33.3 2.80 1 6.7 6.7 40.0 3.01 1 6.7 6.7 46.7 3.21 1 6.7 6.7 53.3 3.75 1 6.7 6.7 60.0 3.82 2 13.3 13.3 73.3 3.90 1 6.7 6.7 80.0 3.92 1 6.7 6.7 86.7 3.98 1 6.7 6.7 93.3 3.99 1 6.7 6.7 100.0 Total 15 100.0 100.0 Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai yang hampir merata penyebarannya yakni 6,7% besarnya untuk tiap nilai tiap mahasiswa kecuali pada IPK 3,82 persentasenya mencapai 13,3 % dari 15 orang mahasiswa. Uji Homogenitas Tabel 4 Homogenitas dengan Gaya Be;ajar Test of Homogeneity of Variances Prestasi Belajar Levene Statistic df1 df2 Sig. .295 2 12 .750 Table 5 ANOVA Prestasi Belajar Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2.727 2 1.363 2.563 .118 Within Groups 6.384 12 .532 Total 9.110 14 Berdasarkan tabel 4 (levene statistic) menunjukkan signifikansi 0,750 artinya cukup homogen data yang diperoleh. Dengan mean square 1,363 diperoleh F hitung 2,563 lebih besar dari F tabel 0,118. Artinya, data signifikan tingkat homogenitasnya. Tabel 6 Homogenitas dengan Motivasi berprestasi Test of Homogeneity of Variances Prestasi Belajar Levene Statistic df1 df2 Sig. 4.939 2 11 .029 Tabel 7 ANOVA Prestasi Belajar Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 4.813 3 1.604 4.107 .035 Within Groups 4.297 11 .391 Total 9.110 14 Berdasarkan tabel 6 (levene statistic) menunjukkan signifikansi 0,029 artinya cukup homogen data yang diperoleh. Dengan mean square 1,604 diperoleh F hitung 4,107 lebih besar dari F tabel 0,935. Artinya, data signifikan tingkat homogenitasnya (tabel 7) c. Uji Hipotesis 1. Uji Korelasi Pearson Tabel 4 Correlations Gaya Belajar Motivasi Berprestasi Prestasi Belajar Gaya Belajar Pearson Correlation 1 .259 -.212 Sig. (2-tailed) .352 .449 N 15 15 15 Motivasi Berprestasi Pearson Correlation .259 1 .313 Sig. (2-tailed) .352 .256 N 15 15 15 Prestasi Belajar Pearson Correlation -.212 .313 1 Sig. (2-tailed) .449 .256 N 15 15 15 Pada tabel 5 menunjukkan koefisien korelasi (pearson) angka 0,313 untuk Motivasi berprestasi dari tingkat kepercayaan α = 0.01 (1%). Artinya tingkat keeratan hubungan antara motivasi berprestasi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa lemah. Sementara untuk Gaya belajar menunjukkan angka – 0,212 dari tingkat kepercayaan α = 0.01 (1%). Artinya, tingkat keeratan hubungan antara gaya belajar dengan indeks prestasi kumulatif sifatnya negatif. Demikian pula hubungan antara gaya belajar dengan motivasi berprestasi mahasiswa menunjukkan angka 0,259 yang artinya hubungan keduanya sangat lemah. Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .435a .190 .055 .78435 .190 1.404 2 12 .283 a. Predictors: (Constant), Motivasi Berprestasi, Gaya Belajar Uji Regresi Linear Sederhana Tabel 5 Tabel 6 ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.728 2 .864 1.404 .283b Residual 7.382 12 .615 Total 9.110 14 a. Dependent Variable: Prestasi Belajar b. Predictors: (Constant), Motivasi Berprestasi, Gaya Belajar Pada table 5 dan 6 menunjukkan dengan mean square 0, 864 diperoleh F hitung sebesar 1,440 lebih besar dari F table yakni 0,283. Artinya, hipotesis H0 β1 = β2 = 0 ditolak dan terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dan motivasi berprestasi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Pembahasan Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas dapat dilihat bahwa : Hubungan antara gaya belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa Menurut korelasi Pearson tidak signifikan artinya tingkat keeratan hubungan keduanya sangat lemah. Gaya belajar seorang mahasiswa ternyata tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan tingginya IPK yang diperoleh mahasiswa. Atau dengan kata lain, keterkaitan keduanya masih dipertanyakan dari hasil penelitian ini, dapat saja ada faktro-faktor lain yang lebih signifikan yang dapat meningkatkan indeks prestasi kumulatif mahasiswa dibandingkan dengan gaya belajar mahasiswa yang bersangkutan. Namun demikian, berdasarkan uji regresi justru membuktikan sebaliknya terdapat hubungan yang erat antara gaya belajar mahasiswa dengan tingginya indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa Melalui uji hipotesis korelasi Pearson tingkat keeratan hubungan keduanya sangat lemah. Motivasi berprestasi seorang mahasiswa ternyata tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan tingginya IPK yang diperoleh mahasiswa. Atau dengan kata lain, keterkaitan keduanya masih dipertanyakan dari hasil penelitian ini. Terdapat faktro-faktor lain yang lebih mempengaruhi meningkatnya indeks prestasi kumulatif mahasiswa dibandingkan dengan motivasi berprestasi mahasiswa yang bersangkutan. Namun demikian, berdasarkan uji regresi justru membuktikan sebaliknya terdapat hubungan yang erat antara motivasi berprestasi mahasiswa dengan tingginya indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Terdapat hubungan yang antara gaya belajar dan motivasi berprestasi mahasiswa dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa namun sangat lemah tingkat keeratannya. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan kepada pihak yang berkepentingan bahwa gaya belajar dan motivasi berprestasi meskipun keeratannya lemah dalam hubungan dengan indek prestasi kumulatif mahasiswa tetap harus menjadi perhatian, terutama motivasi berprestasi mahasiswa dalam menuntut ilmu di institusinya. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta Fatkhurahman, Pupuh dan Sobry Sutikno, 2007. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rafika Aditama Hamalik, Oemar, 2002, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Sardiman, 2007, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta, Rajagrafindo Perkasa Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Wahmuji, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama Walgito, Bimo, 2005, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi http://minartirahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-gaya-belajar-berbagai-macam.html/diakses pukul 10.24 WIB tgl 27 mei 2014 20