Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

LAST LAP

BAB III IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR TABLET ASETOSAL SECARA ALKALIMETRI JUDUL Identifikasi dan Penetapan Kadar Tablet Asetosal TANGGAL Rabu, 12 Maret 2014 TUJUAN Mengidentifikasi tablet asetosal Menetapkan kadar tablet asetosal METODE Organoleptis dan analisa kimiawi Alkalimetri PRINSIP Identifikasi Mengidentifikasi tablet Asetosal (C9H8O4) dengan mereaksikannya dengan berbagai pereaksi tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa terbentuknya endapan, perubahan warna, dan terbentuknya gas. Penetapan Kadar Penetralan asam-basa DASAR TEORI Acetosal adalah hablur tidak berwarna atau serbuk putih tidak berbau dan berasa asam (CCIO). Kelarutan sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter. Kelarutan Air Etanol Aseton Eter Kloroform 1 : 300 1 : 7 1 : 10 1 : 20 : 20 Acetosal termasuk golongan analgesik/antipiretik (penghilang rasa sakit dan obat turun panas). Pada dosis sekitar 250-500 mg, asetosal berfungsi sebagai analgetik/antipiretik, tetapi pada dosis kecil sekitar 60-110 mg) asetosal juga berkhasiat untuk anti agregasi platelet, atau gampangnya untuk mencegah penggumpalan darah, sehingga banyak digunakan oleh pasien stroke untuk melancarkan peredaran darah. Asetosal dosis kecil terkenal dengan nama dagang Aspilet. Acetosal bersifat asam (karena memiliki gugus asam karboksilat), sehingga cukup berefek pada lambung. Bagi yang mempunyai gangguan lambung, seperti maag, sebaiknya menghindari menggunakan acetosal,karena acetosal bersifat asam dan akan memperbanyak produksi asam lambung yaitu HCl sehingga akan mengakibatkan lambung terasa perih bagi yang memiliki gangguan lambung. Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+dari suatu asam dan OH- dari suatu basa. Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran, saat ini disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada ph tertentu. Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi. ALAT DAN BAHAN Alat: Tabung reaksi Rak tabung reaksi Penjepit Pipetetes Bunsen Korek api Beaker glass Erlenmeyer Mortar Buret dan Statif Gelas ukur Neraca analitis Bahan : Tablet asetosal FeCl3 Etanol H2SO4 pekat NaOH 0,1 N PP 1 % Etanol netral Aquades CARA KERJA Identifikasi tablet asetosal Tablet asetosal dihaluskan terlebih dahulu sampai berbentuk serbuk Serbuk Asetosal + FeCl larutan berwarna kuning (Dipanaskan) ungu Serbuk Asetosal + etanol 96 % + pekat (Dipanaskan) warna hitam (Didinginkan + aquades) Bau ganda pura/ harum balsam Penetapan Kadar Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Melakukan keragaman bobot 10 tablet satu persatu (Dicatat) Tablet dibuat menjadi serbuk Menimbang dengan seksama 1oo mg serbuk tablet asetosal Memasukkan 100 mg serbuk asetosal ke dalam Erlenmeyer Menambahkan 10 ml larutan etanol netral menggunakan pipet volume Menambahkan 30 ml aquades menggunakan gelas ukur Menambahkan 1 tetes indicator PP 1% Melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sebagai titran hingga mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan warna merah jambu pertama. DATA DAN PENGAMATAN Identifikasi : Asetosal + FeCl3 Kuning (Dipanaskan lalu didinginkan) ungu Asetosal + etanol + asam sulfat pekat (Dipanaskan lalu didinginkan) hitam + aquades berbau ganda pura/ harum balsam Penetapan kadar Kadar = = = 25,6527 % Mg zat aktif = 25,6527 % 100,7 = 25, 8323 mg Mg/Tablet = = 153,896 mg/tab Range *Data Kelompok Kelompok Kadar(%) mg/tablet 1 25,65 153,896 2 24,64 147,82 3 4 27,99 167,89 Rata-rata Range PEMBAHASAN Identifikasi tablet asetosal Hal pertama yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu zat adalah dengan cara uji organoleptis, yaitu melihat bentuk dan warnanya, mencium baunya, dan merasakannya. Dalam kata lain uji organoleptis adlah uji yang mengandalkan indera manusia. Pada praktikum ini di dapatkan hasil uji organoleptis berupa tablet, berbau khas, berwarna putih dan berasa pahit. Selanjutnya barulah dilakukan uji dengan mereaksikan sampel dengan beberapa pereaksi untuk dapat mengidentifikasikan zat tersebut. Reaksi pertama yaitu antara sampel dengan FeCl3 yang dipanaskan sehingga menghasilkan warna ungu. Dan reaksi yang kedua yaitu sampel direaksikan dengan etanol dan H2SO4 pekat, untuk mendapatkan hasil berupa warna hitam dan bau ganda pura maka sampel dan pereaksi tersebut dipanaskan terlebih dahulu setelah itu ditunggu dingin dan ditambahkan aquades. Sebenarnya proses pemanasan hanya untuk mempercepat reaksi. Mungkin jika tidak dipanaskan maka reaksi yang terjadi akan berlagsung lama sehingga sampel tidak dapat diidentifikasi saat itu juga. Penetapan kadar asetosal Untuk dapat menetapkan kadar asetosal, yaitu dengan metode alkalimetri. Pertama-tama tablet asetosal dihaluskan sampai berbentuk serbuk. Selanjutnya ditimbang sebanyak 100 mg dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan aquades 30 ml. penambahan aquades ini bertujuan agar warna titik akhir titrasi tidak terlalu pekat. Selanjutnya ditambahkan etanol yang berfungsi sebagai pelarut asetosal. Hal ini dikarenakan asetosal ini sukar larut ( 100-1000 bagian ) dalam air, oleh karena itu perlu di larutkan dalam etanol sehingga larutan asetosal yang didapatkan dapat di titrasi dengan NaOH. Dimasukkan etanol netral, etanol netral komponennya terdiri dari 96% alkohol dan 4 % air, sebenarnya etanol yang dimasukkan adalah sebuah asam lemah, hal ini dapat dibuktikan karena etanol itu mudah teroksidasi. Didapatkan hasil dari oksidasi etanol adalah sebuah asam etanoat atau asam asetat yang merupakan suatu asam lemah dan air, sebuah asam asetat ini dititrasi dengan NaOH dan didapatkan bahwa penambahan NaOH ini ke dalam etanoat membuat larutan tersebut mengalami proses penetralan sehingga dikatakan bahwa alkohol netral karena suatu asam telah dinetralkan oleh basa. Penggunaan alkohol yang sifatnya netral agar saat dititrasi tidak bereaksi dengan komponen yang lain, jika ternyata alkohol asam, maka nantinya saat dititrasi ternyata tidak sepenuhnya NaOH menetralkan asetosal, tetapi juga dapat menetralkan alkohol yang sifatnya asam ini. Jika ternyata Alkoholnya bersifat basa, maka nantinya saat di campurkan dengan asetosal akan terjadi penetralan antara alkohol dengan asetosal sebelum dilakukan titrasi sehingga hasil titrasi tidak valid karena ada komponen lain yang bereaksi antara aspirin dengan NaOH. Setelah dilarutkan dalam etanol, maka dihomogenkan tujuannya adalah supaya serbuk asetosal larut dalam etanol. Yang terakhir adalah penambahan indicator PP 1% sebanyak 1-2 tetes. Penggunaan indikator PP adalah indikator yang paling tepat untuk menguji suatu perubahan ke basa, Hal ini di karenakan suatu asam lemah ( aspirin ) bereaksi dengan NaOH menghasilkan garam basa (pH> 7) dan rentang trayek indikator PP yaitu 8,3–10 lebih mendekati dengan titik ekuivalen campuran asetosal dengan NaOH. Fungsi indicator ini untuk member warna merah muda pada titik akhir titrasi. Setelah semua bahan tercampur, barulah memulai titrasi dengan NaOH 0,1 N sebagai titrannya. Warna larutan di dalam Erlenmeyer awalnya adalah bening, kemudian setelah dititrasi dengan NaOH terbentuklah warna merah muda yang menandai titik akhir titrasi sehingga titrasi harus segera dihentikan agar kadar yang diperoleh tepat. Setelah dimasukkan ke dalam perhitungan didapat kadar asetosal sebesar 25,6527 % dengan kandungan pertabletnya 153,896 mg/tablet. Padahal pada etiket tablet asetosal tersebut tertera kandungan asetosal pertabletnya adalah 500 mg. kesalahan ini mungkin karena reagennya kurang memenuhi syarat, ketidakhomogenan dalam proses pencampuran zat aktif dengan eksipien, atau mungkin terdapat Galat Acak yang diperkirakan dapat memperbesar nilai penyimpangan terhadap jumlah kadar asetosal dalam tablet yang telah dihasilkan, dan dapat juga dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan faktor-faktor lainya. Berdasarkan mekanisme degradasi Asetosal diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Asetosal berkurang dalam jumlah yang sama dengan konsentrasi asam salisilat yang terbentuk selama reaksi berlangsung.  KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan pada hari rabu tanggal 12 maret 2014, dapat disimpulkan bahwa : Dapat diidentifikasi asetosal dengan cara uji orgenoleptis yaitu dengan menggunakan panca indera. Dan hasilnya adalah bentuk tablet, berwarna putih, berbau khas dan rasanya pahit. Uji lainnya yaitu dengan mereaksikan sampel dengan FeCl3 yang menghasilkan warna ungu dan mereaksikan sampel juga dengan etanol dan H2SO4 juga ditambahkan aquades yang menghasilkan bau harus seperti balsam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut adalah asetosal. Kadar yang didapat dari praktikum ini sebesar 25,6527%. Tetapi kandungan asetosal dalam tiap tabletnya masih jauh dari yang seharusnya (etiket) yaitu hanya 153, 896 mg pertablet. JUDUL Identifikasi Tablet Tetrasiklin HCl TANGGAL Rabu, 26 Maret 2014 TUJUAN Mengidentifikasi tetrasiklin HCl METODE Organoleptis dan analisis kimiawi PRINSIP sampel + asam sulfat pekat merah ungu, + air kuning tua sampel + HNO3 pekat (dipanaskan) + NaOH dalam alcohol (reaksi vitally) terjadi warna kuning, coklat sampel + KOH coklat hitam DASAR TEORI Tetrasiklin memiliki rumus molekul C22H24N2O8.HCl dengan berat molekul 480,6. Tetrasiklin merupakan serbuk hablur, kuning, tidak berbau, agak higroskopis. Stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang kuat dalam udara lembab menjadi gelap. Larut dalam air, dalam alkali hidroksida dan dalam larutan karbonat, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. Tetrasiklin mudah membentuk garam dengan ion Na+ dan Cl- Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan oleh jamur Streptomyces aureofasiens atau S. rimosus. Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan daya jangkauan (spektrum) luas, dengan jalan menghambat sintesis protein dengan cara mengikat sub unit 30 S dari pada ribosom sel bakteri. pada unggas tetrasiklin digunakan untuk mengatasi infeksi CRD (Chronic Respiratory Diseasis), erisipclas dan sinusitis (Subronto dan Tjahjati, 2001). Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain. P protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at , in collaboration with Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery . Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-cycl-") derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka octahydrotetracene-2-karboksamida. Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya. Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk tetrasiklin alam ialah tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau auromisin. Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh turunan mikroba yang semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir ini sangat sukar diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan secara oral. Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas, terlihat bahwa perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak pada adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka hidronaftasen.     ALAT DAN BAHAN ALAT : b. BAHAN : Tabung Reaksi - H2SO4 pekat Rak tabung reaksi - HNO3 pekat Pipet tetes - NaOH dalam alkohol Label - KOH Bunsen - Air Penjepit CARA KERJA Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Melarutkan sampel dalam aquades sehingga menjadi larutan sampel Memasukkan larutan sampel dalam 3 tabung reaksi Manambahkan H2SO4 pekat dalam salah satu tabung reaksi yang sudah terdapat larutan sampel, akan menghasilkan warna merah ungu, kemudian ditambah air maka warnanya menjadi kuning tua Menambahkan HNO3 pekat pada salah satu tabng reaksi yang berisi larutan sampel, kemudian memanaskan tabung tersebut. Setelah itu menambahkan NaOH dalam alcohol (reaksi vitally), maka akan terbentuk warna kuning coklat Menambahkan KOH pada salah satu tabung reaksi yang telah berisi larutan sampel sehingga menghasilkan warna coklat hitam DATA DAN PENGAMATAN Organoleptis : Serbuk hablur kuning, sangat higroskopis : kuning jingga, tidak berbau/ sedikit berbau lemah, rasanya pahit. Larutan sampel + H2SO4 pekat warna kuning Larutan sampel + HNO3 pekat (dipanaskan) + NaOH yang telah dilarutkan dalam alcohol/disebut reaksi vitally warna kuning, coklat/cokla kemerahan Larutan sampel + KOH warna coklat hitam PEMBAHASAN Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya. Yang termasuk tetrasiklin alam ialah tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau auromisin. Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya dihasilkan oleh turunan mikroba yang semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua senyawa yang terakhir ini sangat sukar diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga berguna untuk pengobatan secara oral. Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin dapat terlihat bahwa perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak pada adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari kerangka hidronaftasen.     Pada praktikum hari rabu tanggal 26 maret 2014, telah dilakukan identifikasi kapsul tetrasiklin dengan cara organoleptis dan reaksi dengan beberapa pereaksi. Secara organoleptis, kapsul tetrasiklin berwarna hijau dengan isi serbuk berwarna kuning. Jika dirasakan menggunakan lidah, maka akan terasa pahit. Tapi kapsul tetrasiklin ini tidak berbau. Tetrasiklin sangat higroskopis sehingga warnanya kadang-kadang berubah menjadi kuning jingga. Serbuk tetrasiklin jika ditambahkan asam sulfat pekat, warnanya menjadi merah ungu. Sedangkan untuk penambahan pereaksi pada sampel yang telah dilarutkan dalam aquades terjadi samgat lama, ini dikarenakan pereaksi bereaksi terleboh dahulu dengan zat lainnya. Selanjutnya sampel ditambah dengan asam nitrat pekat, dipanaskan untuk mempercepat reaksi lalu ditambah natrium hidroksida yg telah dilarutkan dalam alcohol atau disebut dengan reaksi vitally sehingga larutan akan berwarna coklat kemerahan. Reaksi tersebut merupakan reaksi khas dalam mengidentifikasi tetrasiklin. Dan yang terakhir adalah dengan menggunakan pereaksi kalium hidroksida. Jika kalium hidroksuida ditambahkan kedalam serbuk sampel maka akan langsung terbentuk warna coklat hitam, tetapi jika kalium hidroksida ditambahkan kedalam larutan sampel maka perlu dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi sehingga didpat warnz coklat hitam. KESIMPULAN Telah dilakukan identifikasi kapsul tetrasiklin baik dari organoleptis maupun analisis kimiawi, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa kapsul tersebut adalah kapsul tetrasiklin. BAB VIII IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR VITAMIN B1 JUDUL Identifikasi dan Penetapan Kadar Vitamin B1 TANGGAL Rabu, 7 main 2014 TUJUAN Mengidentifikasi vitamin B1 Menetapkan kadar vitamin B1 METODE Organoleptis dan analisa kimiawi Argentometri PRINSIP Identifikasi Mengidentifikasi vitamin B1 dengan mereaksikannya dengan berbagai pereaksi tertentu yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa terbentukmya endapan, perubahan warna, dan terbentuknya gas. Penetapan Kadar Pengendapan bertingkat DASAR TEORI Vitamin B1 atau thiamin mengandung sistem dua cincin yaitu inti pirimidin dan thiazol. Dalam tanaman, terutama serealia, vitamin B1 terdapat dalam keadaan bebas, sedangkan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim, yaitu thiamin pirofosfat (TPP) Thiamin bersifat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak. Dalam larutan netral atau alkalis, thiamin mudah rusak, sedangkan dalam keadaan asam tahan. Thiamin stabil pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan terhadap radiasi sinar ultraviolet. Vitamin B1, juga dikenal sebagai thiamin, adalah anggota dari vitamin B kompleks dan seperti semua dari mereka larut dalam air. Ini pertama kali diidentifikasi oleh dua dokter, Jansen dan Donath, jalan kembali pada tahun 1926 dan mereka menemukannya dalam residu tertinggal ketika alam gandum beras dipoles untuk membuatnya menjadi beras putih. Makan makanan kaya vitamin C seperti buah-buahan dan sayuran pada saat yang sama sebagai sumber B1 dapat meningkatkan penyerapan dan seperti kebanyakan B1 vitamin B yang terbaik bila dikombinasikan dengan anggota lain dari grup. Gejala awal kekurangan bahkan mungkin sedikit kelelahan, mual, kurang nafsu makan, gangguan pencernaan, kelemahan otot, kehilangan memori, kurang konsentrasi, depresi dan mudah tersinggung. Jika kekurangan tersebut tidak diperbaiki dengan suplemen atau perbaikan diet, sembelit, betis nyeri, kesemutan, rasa panas pada kaki dan kelemahan umum akan mengikuti. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan, diantaranya : 1)      Suhu. 2)      Sifat Pelarut. 3)      Ion Sejenis. 4)      Aktivitas Ion. 5)      pH. 6)      Hidrolisis. 7)      Hidroksida Logam. 8)      Pembentukan Senyawa Kompleks. ALAT DAN BAHAN: ALAT : - tabung reaksi BAHAN: - NaOH    -Rak tabung reaksi - HCl           -pipet tetes - CuSO4            -Erlenmeyer - KMnO4       -buret - Aquades         -statif - Indikator BTB -pipet volume -ball pipet -gelas ukur CARA KERJA: Identifikasi vitamin B1 Pemijaran di kawat ose (khas) Lar vit B1 + cuprifil biru Larutan B1 + NaOH kuning + KMnO4 coklat Penetapan kadar vitamin B1 Melakukan keseragaman bobot 10 tablet Menimbang dengan seksama 200 mg serbuk vit B1 memasukan dalam Erlenmeyer Menambahkan 20 ml aquades untuk melarutkan serbuk vit B1 Menambahkan 2 tetes indicator BTB Menitrasi dengan larutan NaOH standar sampai TAT warna biru terang yang konstan DATA PENGAMATAN Identifikasi vitamin B1 Pemijaran di kawat ose bau kacang (khas) Lar vit B1 + cuprifil biru Larutan B1 + NaOH kuning + KMnO4 coklat Penetapan kadar vitamin B1 Perhitungan : Kadar = = = 22, 046 % Cmg = = 44,2 mg Mg/tablet = = 32,09 mg % = x 100 % = 64,18 % PEMBAHASAN Pada praktikum yang dilakukan di hari rabu tanggal 7 mei 2014 telah diidentifikasi vitamin B1 dengan 3 cara, yang pertama dengan cara memijarkan serbuk vitamin B1 diatas ose sampai tercium bau kacang. Peminjaran ini merupakan kekhasan dari vitamin B1. Yang kedua identifikasi dilakukan dengan cara memanaskan larutan sampel (vitamin B1) kemudian ditambahkan dengan cuprifil yaitu 2 tetes NaOH, 2 tetes HCl dan 1 tetes CuSO4 sehingga larutan berwarna biru. Kemudian yang terakhir, larutan sampel ditambah larutan NaOH sehingga berwarna kuning kemudian ditambah KMnO4 sampai warna kuning berubah menjadi warna coklat. Sedangkan untuk penetapan kadar vitamin B1 dilakukan dengan cara alkalimetri. Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada. Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Pertama, serbuk vitamin B1 ditimbang sebanyak 200,4 mg. kemudian dilarutkan didalam Erlenmeyer dengan 20 ml aquades. Yang terakhir ditambah 2 tetes indicator BTB kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna larutan berubah menjadi biru terang yang konstan. Ml titrasi yang dibutuhkan untuk mencapai TAT adalah 2,3 ml. untuk hasil dari perhitungan, didapat kadar vitamin B1 sebesar 22,046 %. Kadar zat aktifnya 44,2 mg, sehingga didapat kadar mg/tabletnya sebesar 32,09 mg. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan pada hari rabu tanggal 7 mei 2014, telah diidentifikasi tablet vitamin B1 dan telah dilakukan penetapan kadar vitamin B1 sehinga didapat kadar vitamin B1 sebesar 22,04 % dengan kadar zat aktifnya 44,2 mg dan mg/tabletnya sebesar 32,09 mg.