Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
TUGAS AKHIR SEMESTER JUDUL : FAIR VALUE ITU FAIR? MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI DOSEN : PROF. DR. SLAMET SUGIRI, MBA. NAMA : WARKA SYACHBRANI NIM : 12/338792/PEK/17091 PROGRAM MSc AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013 ii DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 PENGERTIAN FAIR VALUE 2 PRO DAN KONTRA TENTANG FAIR VALUE 4 BENARKAH FAIR VALUE ITU FAIR? 6 KELEMAHAN FAIR VALUE 8 KESIMPULAN 9 DAFTAR PUSTAKA 11 WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 1 FAIR VALUE ITU FAIR? DAMPAK DARI PENERAPAN NILAI PASAR SEBAGAI DASAR PENGUKURAN ASET Warka Syachbrani Mahasiswa Program Magister Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada PENDAHULUAN Standar Pelaporan Keuangan Internasional atau IFRS (International Financial Reporting Standards) telah menjadi populer beberapa tahun belakangan ini. Sejak tahun 2008, lebih dari 100 negara di seluruh dunia, termasuk keseluruhan Eropa, membutuhkan dan mengizinkan pelaporan berdasarkan IFRS. Sekitar 80 negara telah menerapkannya secara penuh dan mewajibkan penerapannya pada semua perusahaan domestik yang terdaftar. IFRS merupakan sebuah standar dengan kerangka dan interpretasinya dikembangkan dan adopsi oleh IASB (International Accounting Standards Board). Sebagai standar baru, IFRS terbentuk dari beberapa standar sebelumnya, yaitu IAS (International Accounting Standards) yang diterbitkan pada tahun 1973 dan 2001 oleh IASC (International Accounting Standards Committee) yang kemuadian digantikan oleh IASB. Di Indonesia, IFRS telah ditetapkan akan diadopsi secara penuh pada tahun 2012 yang lalu. Dengan diadopsinya IFRS secara penuh, maka laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) tidak lagi memerlukan rekonsiliasi yang signifikan dengan laporan WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 2 keuangan perusahaan atau entitas yang berasal dari negara lain yang juga mengadopsi IFRS. Namun, penerapan IFRS berarti merubah dan menyesuaikan sebagian besar prinsip dari standar akuntansi yang sebelumnya telah berlaku berpuluhpuluh tahun. Salah satu perubahan mendasar dari adanya adopsi IFRS tersebut adalah penggunaan Fair Value Accounting. Oleh karena hal tersebut, maka penulis akan menulis tentang Fair Value Accounting, apakah benar-benar fair bila diterapkan dalam Akuntansi. PENGERTIAN FAIR VALUE Sebelumnya, sistem akuntansi menggunakan dominasi konsep Historical Cost. Konsep tersebut menggunakan pendekatan biaya perolehan menghasilkan nilai buku. Untuk berbagai kepentingan, laporan nilai buku itulah yang selama ini lazim dijadikan acuan untuk menilai sebuah perusahaan. Dengan kondisi pasar yang semakin dinamis dan berkembang sangat cepat, akhirnya konsep historical cost dianggap tidak lagi relevan dalam mengukur realitas ekonomi. Hal tersebut terjadi karena historical cost hanya mengukur transaksi yang telah selesai, tidak bisa mengakui perubahan nilai riil yang terjadi. Sebagai gantinya ditawarkanlah konsep Fair Value yang diberlakukan dalam IFRS untuk semua standar yang dikeluarkan. Apa dan bagaimana sesungguhnya konsep fair value itu? Dalam PSAK Nomor 10 dijelaskan bahwa nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 3 (knowlwdgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Sedangkan pengertian-pengertian yang populer adalah sebagai berikut: “Fair value is defined in terms of a price agreed by a willing buyer and a willing seller in an arm’s length transaction. (IAS). “The fair value of an asset is the amount at which that asset could be bought or sold in a current transaction between willing parties, other than in a liquidation. On the other side of the balance sheet, the fair value of a liability is the amount at which that liability could be incurred or settled in a current transaction between willing parties, other than in a liquidation. If available, a quoted market price in an active market is the best evidence of fair value and should be used as the basis for the measurement. If a quoted market price is not available, prepares should make an estimate of fair value using the best information available in the circumstances. In many circumstances, quoted market prices are unavailable. As a result, difficulties occur when making estimates of fair value”. (GAAP). Menurut IAI dalam Buletin Teknis No. 3 menyatakan bahwa dasar dari definisi fair value adalah asumsi bahwa entitas merupakan unit yang akan beroperasi selamanya tanpa adanya intense atau keinginan untuk melikuidasi, untuk membatasi secara material skala operasinya atau transaksi dengan persyaratan yang merugikan. Dengan demikian, fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transasksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Fair value menyampaikan informasi tentang nilai kekayaan dan kepengurusan manajemen WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 4 dengan menyatakan semua aset dan kewajiban pada neraca sebagai nilai kepada pemegang saham. PRO DAN KONTRA TENTANG FAIR VALUE Fair value ditetapkan oleh IASB sebagai dasar dalam mengukur nilai aset dengan diperkenalkannya IFRS diberbagai belahan dunia. Demikian pula GAAP yang mewakili standar akuntansi keuangan Amerika, sejak tahun 2006 telah memberlakukan SFAS 157 tentang Fair Value Measurement. Pertanyaan mengenai bagaimana aset seharusnya diakui di neraca merupakan salah satu isu penting digaris bawahi. Untuk itu, baik IASB maupun FASB melakukan pengkajian secara seksama terhadap konsep fair value ini. Begitu banyak diskusi dalam beberapa waktu terakhir mengenai sumbangsih akuntansi pada penurunan kondisi ekonomi baru-baru ini. Sejak krisis keuangan terjadi, perdebatan tentang akuntansi nilai wajar pun semakin intensif. Bank-bank dan pihak-pihak lain berpendapat bahwa fair value accounting bertanggung jawab atas kelemahan dan ketidakstabilan yang mereka alami, sedangkan akuntan dan investor berpendapat bahwa kebenaran atas fakta aset milik bank-bank adalah apa yang akhirnya menyebabkan permasalahan tersebut. Untuk memahami implikasi dari fair value, kita harus mulai dari pemahaman pentingnya akuntansi terhadap sistem ekonomi. Inti dari kapitalisme adalah identifikasi harga dan perhitungan laba rugi. Penilaian paling penting terhadap para manajer adalah apakah keputusan yang mereka buat menghasilkan laba atau justru kerugian. Sedangkan investor, kreditor, dan mitra bisnis WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 5 menggunakan data akuntansi untuk membuat keputusan untuk alokasi investasi, perpanjangan kredit, dan evaluasi kerja sama. Penggunaan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan yang terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan serta laba dan rugi yang tercatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang terjadi dipasar. Masalah lain yang juga akan muncul saat akan mengubah nilai aset berdasarkan nilai pasar. Pertanyaan mendasar yang timbul adalah siapa yang menentukan harga pasar? Pihak yang menentang akuntansi yang berdasarkan nilai pasar menggunakan argumentasi bahwa market value accounting kurang dapat dipercaya dan menjadi halangan utama dalam penerapannya. Mereka menganggap bahwa subjektivitas dari estimasi nilai wajar pada aset dan liabilitas tanpa pasar yang likuid membuat laporan keuangan menjadi kehilangan relevansinya. Meskipun banyak pihak yang menganggap bahwa subjektivitas selalu menjadi bagian dari akuntansi yakni dalam masalah pengukuran, penggabungan usaha, dan dalam metode pembelian. Satu hal yang juga menarik adalah angka-angka yang dilaporkan dengan sistem akuntansi nilai pasar mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan harga saham dan memberikan gambaran bahwa harga/nilai berdasarkan pasar lebih baik dan lebih terpercaya dari pada historical cost. Akan tetapi, meskipun mempunyai WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 6 keunggulan tersebut, sistem market value berpotensi rentan terhadap manipulasi dan kesalahan estimasi. BENARKAH FAIR VALUE ITU FAIR? Berdasarkan FASB Concept Statement No. 7 dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar pada tanggal pengukuran. Terdapat tiga hirarki dalam mengestimasi fair value, yaitu dengan menggunakan nilai pasar, komparasi dengan harga pasar dari item yang dapat diperbandingkan dengan item yang dinilai, dan dengan menggunakan estimasi (Hitz 2007). Meskipn fair value dapat diukur dengan menggunakan current market value, namun tidak berarti fair value itu sepenuhnya adalah current market value. Untuk item-item tertentu dalam laporan keuangan yang berasal dari traksaksi yang lazim terjadi (arm’s length transaction) dan harga-harganya juga dapat dengan mudah diukur dengan harga pasar, fair value dapat diukur dengan menggunakan current market value. Pengukuran fair value seperti ini disebut juga dengan mark-to-market. Namun untuk item-item yang harga pasarnya tidak tersedia, fair value diukur dengan menggunakan model penilaian yang didasarkan atas perhitungan-perhitungan dan estimasi tertentu. Pengukuran fair value disebut juga dengan mark-to-model. Dengan demikian, penggunaan fair value sesungguhnya dapat menimbulkan implikasi yang bersifat subjektif terutama yang berkaitan dengan penilaian (Blommaert dalam Verhoog 2003). WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 7 Gassen dan Schwedler (2009) menemukan bahwa terdapat pemahaman yang berbeda-beda mengenai fair value. Fair value yang didasarkan atas penilaian mark-to-market lebih bernilai dan memiliki decision usefulness lebih tinggi dibandingkan dengan fair value yang didasarkan atas penilaian mark-to-model. Mereka juga menemukan bahwa fair value yang berdasarkan pada harga pasar memiliki decision usefulness yang tinggi untuk aset-aset lancer dan nonoperasional, dan untuk aset tidak lancer serta aset-aset yang digunakan untuk kegiatan operasional, tidak ada perbedaan yang signifikan dari sisi decision usefulness baik yang menggunakan historical cost maupun menggunakan market based fair value. Pendekatan dalam perhitungan fair value dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu pendekatan pasar, pendekatan pendapatan, dan pendapatan biaya (SFAC 157). Masing-masing pendekatan ini jika ditelusuri lebih lanjut memiliki resiko untuk menimbulkan terjadinya fraud dalam laporan keuangan, dan ini akan menjadi suatu diskusi yang sangat menarik mengenai penerapan fair value dan hubungannya dengan tindakan fraud dan resiko global. Pengukuran dengan menggunakan atribut fair value memerlukan perhatian yang serius dari penyusun standar akuntansi, terutama dalam menciptakan konvergensi antara dua kerangka konseptual dan standar akuntansi yang saat ini banyak menjadi acuan yaitu yang dikeluarkan oleh FASB dan IASB. Hal ini diperlukan untuk mengatasi kendala-kendala penerapan fair value agar menjadi lebih andal (reliable), dapat diaudit (auditable), dan dapat diverifikasi (verifiable). Penerapan fair value tidak dapat dihindari dalam WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 8 perkembangan akuntansi saat ini, yang harus dilakukan adalah menyediakan instrument agar konsep fair value dapat lebih diperkuat dan dapat diukur secara lebih reliable. Pernyataan yang jelas dalam kerangka konseptual juga diperlukan terutama rekomendasi penggunaan fair value untuk item-item tertentu, seperti aset-aset atau kewajiban yang digunakan untuk meraih keuntungan jangka pendek (short-term trading profit). Pengungkapan (disclosure) mengenai penggunaan fair value juga perlu diatur secara lebih ketat untuk menghindari bias dan penyalahgunaan manajemen dalam melakukan estimasi, khususnya untuk itemitem yang diukur dengan fair value namun current market valuenya-nya tidak tersedia. KELEMAHAN FAIR VALUE Meskipun fair value dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari historical cost, namun masih terdapat kelemahan dari penerapan fair value. Menurut Krumwiede (2008) terdapat beberapa kritik terhadap fair value : 1. Meskipun bermaksud baik, namun perkiraan manajemen dengan fair value bisa menjadi salah dan meluas pada prediksi dan estimasi yang salah. 2. Oportunistik dan ketidakjujuran manajemen dapat menyebabkan aksi pemanfaatan dari proses penilaian dan estimasi yang rentan untuk dimanipulasi. Sedangkan menurut Warsidi (2010), terdapat beberapa keburukan dari fair value, antara lain : (i) Fair value berusaha menyediakan informasi yang WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 9 transparan dengan menilai aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi, sehingga sangat sensitive terhadap pasar. (ii) Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market, yaitu aset dicantumkan dengan harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka. Akibatnya, terjadi perubahan terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan yang berdampak pada laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis oleh manajemen ataukah terjadi karena perubahan yang terjadi pada pasar. (iii) Banyak pihak, utamanya lembaga-lembaga keuangan mengkhawatirkan akuntansi yang berdasarkan harga pasar akan menyebabkan Volatility kinerja lembaga karena semakin mudahnya berfluktuatif nilai item-item aktiva maupun liabilitas. KESIMPULAN Fair value telah ditetapkan oleh IASB sebagai dasar dalam mengukur nilai aset dengan diperkenalkannya IFRS diberbagai belahan dunia. Demikian pula GAAP yang mewakili standar akuntansi keuangan Amerika, sejak tahun 2006 telah memberlakukan SFAS 157 tentang Fair Value Measurement. Fair Value hadir dengan misi menggantikan konsep pengukuran historical cost yang dinilai telah kehilangan relevansinya. Namun demikian, kemunculan fair value telah menyebabkan terjadi begitu banyak perdebatan mengenai kelebihan dan kekurangan atas perannya sebagai dasar pengukuran dalam akuntansi. Meskipun fair value dimaksudkan untuk WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 10 mengatasi kelemahan dari historical cost, namun masih terdapat beberapa kelemahan dari penerapannya. Meskipun bermaksud baik, namun perkiraan manajemen dengan fair value bisa menjadi salah dan meluas pada prediksi dan estimasi yang salah. Masalah oportunistik dan ketidakjujuran manajemen pula dapat menyebabkan aksi pemanfaatan dari proses penilaian dan estimasi yang rentan untuk dimanipulasi. Ada pula beberapa kelemahan lain dari fair value, seperti dengan adanya penilaian aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi, sehingga sangat sensitive terhadap pasar. Akuntansi fair value juga berproses melalui akuntansi mark-to-market, yaitu aset dicantumkan dengan harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka. Akibatnya, terjadi perubahan terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan yang berdampak pada laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis oleh manajemen ataukah terjadi karena perubahan yang terjadi pada pasar. Banyak pula pihak, utamanya lembaga-lembaga keuangan mengkhawatirkan akuntansi yang berdasarkan harga pasar akan menyebabkan Volatility kinerja lembaga karena semakin mudahnya berfluktuatif nilai item-item aktiva maupun liabilitas. WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 11 DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Anis. 2009. Bagaimana Menghitung Fair Value. Jakarta: Majalah Akuntan Indonesia. Bostwick, Eric. 2010. An Analysis of The Fair Value Controversy. Florida: Journal of Finance and Accountancy. Gassen, Joachim dan Schwedler, Kristina. 2009. The Decision Usefulness of Financial Accounting Measurement Concepts: Evedence from An Online Survey of Professional Investors and Their Advisors. Perdana, Arif. 2010. Benarkah Fair Value itu Fair? Bagaimana Hubungannya dengan Fraud dan Standar Akuntansi? (Online). (http://ekonomi. Kompasiana.com/moneter/2010/06/11/benarkah-fair-value-itu-fair-…/ Diakses 8 Januari 2013). Prayudiawan, Hepi. 2009. Menuju IFRS: Rencana Penerapan Fair Value di Indonesia. (Online). (http://www.hepiprayudi.wordpress.com/2009/12/14/ menuju-ifrs-rencana…/ Diakses 8 Januari 2013). Ryan, Stephen. 2008. Fair Value Accounting: Understanding The Issues Raised By The Credit Crunch. New York: Council of Institutional Investors. Tim Krumwiede. 2008. Strategic Finance: Why Historical Cost Accounting Make Sense? CPA. WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair? 12 Zack , Gerard. 2009. Fair Value Accounting, New Global Risk & Detection Techniques. Warsidi. 2010. Pro Kontra Fair Value: Kebaikan dan Keburukan Fair Value sebagai Dasar Pengukuran Aset. (Online) (http://www.seminarakuntansi.warsidi.com/2010/05/pro_kontra…/Diakses 8 Januari 2013). Verhoog, Williem, et. al. 2003. Is Fair Value Fair? England: John Wiley & Son Ltd. WARKA SYACHBRANI | Fair Value itu Fair?