LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
TENTANG
PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK
Nama : Rachel Marsha Sumampouw
NIM : 20101105046
Kelas : A
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2021
I.
DASAR TEORI
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya
bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis.
Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur dengan sangat erat, peka terhadap
panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu
rendah (Suparni, 2009).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut (Medicafarma, 2010).
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh,
daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat
molekul 194,19 gr/mol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1%
dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak
ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan
jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur
(insomnia), dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier atau siklik.
Diperkirakan ada 5500 alkaloid telah diketahui, yang merupakan golongan senyawa
metabolit sekunder terbesar dari tanaman. Tidak ada satupun definisi yang memuaskan
tentang alkaloid, tetapi alkaloid umumnya mencakup senyawa-senyawa bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari sistem siklik.
Secara kimia, alkaloid adalah golongan yang sangat heterogen berkisar dari senyawasenyawa yang sederhana seperti coniine sampai ke struktur pentasiklik strychnine. Banyak
alkaloid adalah terpenoid di alam dan beberapa adalah steroid (Utami, 2008).
Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan
absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat
penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah
menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warnawarnanya (Puspasari, 2010).
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairanpadatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen
yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis
menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng
gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam.
Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendar dalam sinar ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai (Clark, 2007).
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan titik leleh kafein hasil ekstraksi
Menentukan Rf noda hasil KLT dengan eluen etil asetat-metanol (3:1) dan kloroformmetanol (9:1)
Menentukan apakah kafein termasuk senyawa alkaloid dengan cara uji alkaloid
menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Meyer
III.
ALAT & BAHAN
1. Alat
- Labu Erlenmeyer
-
Gelaskimia
-
Corong pisah
-
Penangas air
-
Pipet tetes
-
Penyaring isap/vakum
-
Alat dekantasi
-
Batu didih
2. Bahan
-
Daun teh kering
-
Natrium karbonat
-
Air
-
Kalsium klorida anhidrat
-
Diklorometana
-
Aseton
-
N-heksan
-
Kloroform
-
Pelat TLC
IV.
-
Etil asetat
-
Metanol
-
Pereaksi samprot dragendorff
-
Pereaksi meyer
CARA KERJA
Ekstraksi cair cair
Siapkan air dan dimasukan kedalam labu elenmeyer sebanyak250 ml dan
dipanaskan di penangas air
Timbang 25 g daun teh kering, dan 20 g natrium karbonat (Na2CO3)
Setelah air mendidih, masukkan teh kering dan ditambahkan natrium
karbonat (Na2CO3) dan dibiarkan sampai dingin
Hasil ekstraksi kemudian disaring dengan kain kasa
Larutan ekstraksi dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan
30 ml diklorometan (CH2Cl2), kemudian dikocok konstan dengan sesekali
mengeluarkan gas melalui kran corong. Pengocokan dilakukan sampai terjadi
pemisahan antara larutan
menjadi 2 fase.
Fase
yang
berisi
diklorometan dan kafein dikeluarkan melalui kran corong pisah ke dalam
labu Elenmeyer
Untuk pengocokan kedua kalinya, dimasukan diklorometan 30 ml
(sebaiknya berlebih) dan dilakukan prosedur yang sama dalam hal
pengocokan
Selanjutnya ke dalam labu Elenmeyer yang berisi kafein dari diklorometan
ditambahkan 1-2 sendok kalsium kristal anhidrat (CaCl2), dikocok
Larutan kemudian dipisahkan dengan penyaring isap / vakum ( corong
buchner ).
Kemudian dilakukan penguapan larutan dengan rotatory evaporator
Kristal kafein hasil penguapan kemudian direkristalisasi dengan cara
melarutkan kristal dengan aseton panas serta ditambahkan dengan
ligroin (n-heksan) dan disaring menggunakan kertas saring ke dalam
beaker glass ( haru sdalam keadaan panas )
Setelah tersaring semua kemudian beaker glass dimasukan kedalam
air
berisi es. Larutan yang berisi kristal disaring menggunakan penyaring isap.
Sebelum penyaringan, kertas saring ditimbang terlebih dahulu. Kristal
ditimbang dan dilakukan uji titik leleh menggunakan alat melting block.
Diamati titik leleh yang terjadi.
Kromatografi lapis tipis
Sampel Kristal kafein hasil rekristalsisai daun teh dilarutkan
sedikit demi sedikitdengan diklorometana atau kloroform
Kemudian, dilarutkan sampel dan ditotolkan diatas pelat TLC
sampai nodanya cukup tebal
Lalu dilakukan elusi TLC menggunakan eluen etil
asetat
methanol (3:1). Dilakukan elusi sampai tanda batas lalu,
dikeluarkan dan dikeringkan diudara.
Semprot plat dengan senyawa Dragendorff dan setelah
itu
dipanaskan dan dikeringkan. Adanya alkaloid akan ditunjukan
dengan noda pelat berwarna jingga.
Tentukan nilai Rf masing masing noda, bandingkan!
Uji Alkaloid
Larutkan kristal kafein dalam air.
Teteskan 1-2 tetes pereaksiMeyer. Apabila larutan tersebut
mengandung alkaloid, makaakan terjadi endapan kuning muda.
Kedalam larutan kafein lainnya dimasukkan 1-2 tetespereaksi
Gragendroff ; pengujianpositif akan ditunjukan dengan terjadinya
endapan jingga.
V.
HASIL PENGMATAN
Titik leleh kafein
: 224 oC
Titik leleh kafein
Titik leleh kafein (literatur)
: 238 °C
Jarak noda dan larutan dengan batas bawah pelat
Eluen
Jarak noda
Jarak larutan
Etil asetat-metanol
1,3 cm
3,4 cm
Kloroform-metanol
1,1 cm
2,2 cm
Pereaksi Meyer
Pereaksi
Hasil uji alkaloid
Senyawa
Dragendorff
Kafein
Jingga
Tidak berwarna
Pengolahan Data
Galat titik leleh kafein
%𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 =
=
|𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛|
𝑥100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
|𝟐𝟑𝟖 ℃−𝟐𝟐𝟒 ℃|
𝟐𝟑𝟖 ℃
x100%
= 5,88%
Rf noda pada eluen etil asetat-metanol
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝑅𝑓 =
1,3
3,4
Rf noda pada eluen kloroform-metanol
𝑅𝑓 =
1,1
2,2
= 0,5
= 0,382
VI.
PEMBAHASAN
a. Ekstraksi kafein dari teh
Daun teh direndam dengan air panas dan ditambahkan dengan natrium
karbonat, natrium karbonat berperan sebagai basa, sehingga tanin dari teh tidak ikut
larut bersama kafein, tetapi akan membentuk garam dengan natrium karbonat. Sisa
kafein dalam teh akan diekstrak dengan cara dipanaskan bersama dengan air. Setelah
itu dilakukan ekstraksi dengan corong pisah, corong pisah dikocok perlahan untuk
mencegah emulsi. Keran corong pisah dibuka untuk mengeluarkan uap. Hasil ekstraksi
kafein dicampurkan dengan diklorometana, dan akan terbentuk dua fasa, dan fasa
diklorometana akan berada di bagian bawah karena kerapatannya yang lebih besar.
Gabungkan ekstrak diklorometana dengan kalsium klorida anhidrat. Kalsium klorida
anhidrat akan mengikat air , sehingga saat disaring dengan menggunakan kertas saring,
hanya akan tersisa campuran diklorometana dengan kafein. Distilasi campuran agar
diklorometana menguap, dan rekristalisasi hasil distilasi sehingga didapat kristal
kafein.
Kelarutan kafein dalam air pada suhu kamar adalah 2,5 gram/100 ml, dan
kelarutan kafein dalam diklorometana pada suhu kamar adalah 20 gram/100 ml.
Berarti, pada suhu kamar, kafein lebih larut dalam diklorometana, sehingga kafein
bercampur dengan diklorometana bukan dengan air.
Titik leleh kristal kafein hasil percobaan adalah 224 oC, berbeda 5,88% dengan
titik leleh kafein dari literatur, yaitu 238 oC. Hal ini disebabkan kristal yang dihasilkan
belum murni kafein, masih terdapat senyawa lain, sehingga titik leleh kristal kafein
hasil percobaan belum serupa dengan titik leleh kafein dari literatur.
b. Uji kromatografi lapis tipis
Pada uji kromatografi lapis tipis (KLT), kafein ditotolkan pada dua pelat KLT
yang sudah diberi batas atas dan batas bawah berulang-ulang sampai muncul noda.
Setelah itu, salah satu pelat dimasukkan ke dalam eluen etil asetat-metanol (3:1), dan
pelat lainnya dimasukkan ke dalam eluen kloroform-metanol (9:1). Eluen harus berada
di bawah batas bawah pelat, dan di atas atau tepat pada batas atas pelat. Setelah itu,
pelat dilihat dibawah sinar ultra violet, perbandingan antara noda dengan batas bawah
pelat, dan batas atas dengan batas bawah pelat adalah Rf.
Nilai Rf noda hasil percobaan menggunakan eluen etil asetat-metanol (3:1)
adalah 0,382. Nilai Rf noda hasil percobaan menggunakan eluen kloroform-metanol
(9:1) adalah 0,5. Nilai Rf dengan eluen kloroform-metanol (9:1) lebih besar, karena
kloroform dan kafein sama-sama senyawa non-polar, sehingga lebih mudah untuk
berikatan.
c. Uji alkaloid
Pada pereaksi Dragendorff terdapat oxobismuthine (BiNO4xH2O) yang akan
bereaksi dengan tertiari amine pada alkaloid, sehingga terbentuk endapan berwana
jingga yang menandakan bahwa terdapat senyawa alkaloid. Pada pereaksi Meyer
terdapat kalium iodida yang akan bereaksi dengan tertiari amine pada alkaloid,
sehingga terbentuk endapan berwarna kuning yang menandakan bahwa terdapat
senyawa alkaloid.
Kafein termasuk senyawa alkaloid, uji alkaloid bisa dilakukan menggunakan dua
pereaksi, yaitu pereaksi Dragendorff dan pereaksi Meyer. Dari hasil uji alkaloid
menggunakan pereaksi Dragendorff, kristal kafein yang dilarutkan
membentuk
endapan jingga, sehingga terbukti positif kafein memiliki sifat alkaloid. Sedangkan
saat diuji menggunakan pereaksi Meyer, seharusnya kristal kafein yang sudah
dilarutkan membentuk endapan berwarna kuning, tetapi pada percobaan ini pereaksi
Meyer yang digunakan sudah terkontaminasi oleh senyawa lain, sehingga tidak terjadi
reaksi apa-apa. Sehingga dengan menggunakan pereaksi Meyer, kafein tidak terbukti
termasuk senyawa alkaloid.
VII.
KESIMPULAN
Titik leleh kafein hasil ekstraksi adalah 224 oC, berbeda dengan titik leleh kafein
dari literatur, yaitu 238 oC
Rf noda hasil KLT dengan eluen etil asetat-metanol (3:1) adalah 0,382
Rf noda hasil KLT dengan eluen kloroform-metanol (9:1) adalah 0,5
Dengan uji alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff, kafein terbukti termasuk
senyawa alkaloid
Dengan uji alkaloid menggunakan pereaksi Meyer, kafein tidak terbukti termasuk
senyawa alkaloid
DAFTAR PUSTAKA
Christian, Gary D. 2004. Analitical Chemistry. New York: John Wiley and Sons
Shriner, Raph. L. 2004. ”Systematic Identification of Organic Compounds”.
8th Edition. New York: John Willey & Sons
Ganjar. 2014. PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK :EKSTRAKSI DAN ISOLASI
KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI KALOID. Institut Teknologi Bandung :
Bandung
Kenny. 2014. PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK :EKSTRAKSI DAN ISOLASI
KAFEIN DARI DAUN TEH SERTA UJI KALOID. Institut Teknologi Bandung :
Bandung
Puspasari, Dian. 2010. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi Media Press, hal. 159.